61
Bab V Hasil Dan Pembahasan V.1 Kandungan AOX di perairan V.1.1 Perubahan kandungan AOX di sungai Siak dan Kampar beserta perbedaannya Tabel V.1 di bawah ini menunjukkan lokasi dan kondisi pengambilan sampel di sungai Siak. Tabel V.1 Lokasi dan kondisi pengambilan sampel di sungai Siak Titik Sampling
Waktu
Cuaca
Posisi Sampling
IA-1
08:34
Cerah
IB-1
08:08
Cerah
IC-1
09:32
Cerah
ID-1
10:05
Cerah
IE-1
10:49
Cerah
IF-1
11:31
Cerah
IA-2
18:34
Cerah
IB-2
18:14
Cerah
IC-2
17:46
Cerah
ID-2
17:20
Cerah
IE-2
16:45
Cerah
IF-2
15:55
Cerah
N 00o38’38.0” E101o37’15.6” N 00o40’32.0” E101o38’25.9” N 00o41’36.9 E101o39’34.3” N 00o43’02.7 E101o40’21.1” N 00o47’08.6 E101o43’51.4” N 00o44’52.3 E101o48’44.8” N 00o38’38.0” E101o37’15.6” N 00o40’32.0” E101o38’25.9” N 00o41’36.9” E101o39’34.3” N 00o43’02.7” E101o40’21.1” N 00o47’08.6” E101o43’51.4” N 00o44’52.3” E101o48’44.8”
Dalam Bagian Tengah (m) 14
Lebar (m)
1.5
5
12
190
12
165
14
152
13
180
14.5
158
2.0
5
12.5
190
13
165
15
152
14
180
158
Gambar V.1 di bawah ini menunjukkan peta titik pengambilan sampel di sungai Siak, baik yang dilakukan dalam penelitian maupun yang dilakukan oleh Bapedalda Riau.
62
Titik sampling dalam penelitian Titik sampling Bapedalda Riau
PT. I S-11
IE-1, IE-2
ID-1, ID-2
S-2
IC-1, IC-2 S-3
IB-1, IB-2 S-8
S-1
IF-1, IF-2
S-10 S-9 IA-1, IA-2
S-7 S-6 S-4
PEKANBARU S-5
Gambar V.1 Peta titik pengambilan sampel di sungai Siak
Dalam gambar di atas terlihat ada 6 (enam) titik sampling dalam penelitian yang dilakukan dan 11 (sebelas) titik dari 14 (empat belas) titik sampling yang dilakukan Bapedalda Riau. Keterangan mengenai jarak dan titik-titik pengambilan sampel oleh Bapedalda Riau di sungai Siak dapat dilihat pada Tabel A.1 Lampiran A.
Hasil uji kandungan senyawa AOX di sungai Siak pada kondisi surut beserta hasil pengukuran beberapa parameter di lapangan dapat dilihat pada Tabel V.2.
63
Tabel V.2 Hasil uji kandungan AOX dan parameter lainnya di sungai Siak pada pagi hari (surut) Titik Sampling
Kondisi Sungai
T (oC)
Ta (oC)
pH
DO (mg/l) 4,0
Kelembaban (%) 77
Trace
% terhadap Konsentrasi AOX Effluent 0,00%
IA-1
Surut
28
30,8
5,0
IB-1
Surut
35
27,9
6,8
1,2
80
2,3300
100,00%
IC-1
Surut
28
33,1
5,2
2,5
69
0,4346
18,65%
ID-1
Surut
28
33,1
5,0
2,2
69
0,2563
11,00%
IE-1
Surut
28
33,1
4,9
1,8
69
0,0331
1,42%
IF-1
Surut
28
33,1
4,4
1,9
69
Trace
0.00%
AOX (ppm)
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kondisi surut di sungai Siak, selama pengaliran ke arah hilir hingga titik IE-1 (jarak 16 km dari effluent), nilai AOX mengalami penurunan hingga 98,58%. Perubahan konsentrasi AOX sepanjang aliran ke hilir diperkirakan dapat terjadi akibat pengenceran mengingat sifat AOX yang persisten. Proses pengenceran yang sedemikian besar disebabkan debit yang tinggi dari sungai Siak (Data Kimpraswil Riau 2004: Q rata-rata sungai Siak = 200-300 m3/detik). Proses pengenceran juga bertambah dengan adanya beberapa anak sungai di hilir effluent PT. I seperti: sungai Bunut (lebar ± 10 m, 3,2 km di hilir effluent), sungai Gasib (lebar ± 30 m, 9 km di hilir effluent) dan sungai Mandau (lebar ± 60 m, 19 km di hilir effluent). Gambar V.2 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada pagi hari (surut). Pagi (Surut)
AOX (ppm)
pH DO (mg/L)
3,5
8 7 6 5 4 3 2 1 0
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 IA-1
IB-1 (effluent)
IC-1
Titik Sampling
ID-1
IE-1
AOX
IF-1
pH
Gambar V.2 Grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada pagi hari (kondisi surut)
DO
64
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada kondisi surut di sungai Siak, penurunan AOX seiring dengan penurunan pH hingga di bawah 5 dan nilai DO hingga 2 mg/L. Penurunan pH diperkirakan terjadi karena kondisi air sungai Siak yang bersifat asam mengingat lahan di daerah aliran sungai merupakan tanah organik yang asam (Regionalinvestment, 2007). Semakin jauh ke hilir dari effluent, pH sungai semakin mendekati kondisi alamiah. Secara teoritis, penurunan pH dapat disebabkan oleh karena kandungan AOX yang rendah membutuhkan lebih sedikit ion nukleofilik (OH-, dan lain-lain) untuk mendegradasi AOX dengan cara hidrolisis alkali. Sebaliknya, jika kandungan AOX tinggi, akan terjadi peningkatan pH disebabkan lebih banyaknya ion nukleofilik (bersifat basa) yang dibutuhkan untuk mendegradasinya. Mekanismenya, seperti yang telah diuraikan pada bab II dalam persamaan reaksi (6) yaitu: Nu- + R – X → R – Nu + Xdimana: Nu-
= nukleofilik (OH-, HS-, S2- )
R – X = senyawa organik terklorinasi R – Nu = senyawa organic tersubstitusi nukleofilik X-
= halide (Parker et al, 1993)
Sedangkan penurunan nilai DO diperkirakan dipengaruhi oleh keberadaan AOX bersamaan dengan effluent industri pulp dan kertas yang mengandung berbagai jenis bahan pencemar, disamping adanya kontribusi limbah dari sejumlah industri di hilir effluent seperti industri kelapa sawit, industri pengolahan kayu, dan sebagainya, sehingga meningkatkan COD yang berbanding terbalik dengan DO. Hasil uji kandungan senyawa AOX dan parameter lainnya pada sampel yang diambil pada kondisi pasang di sungai Siak dapat dilihat pada Tabel V.3 di bawah ini.
65
Tabel V.3 Hasil uji kandungan AOX dan parameter lainnya di sungai Siak pada sore hari (pasang) Titik Sampling
Kondisi Sungai
T (oC)
Ta (oC)
pH
DO (mg/l) 3.2
Kelembaban (%) 95
0,4160
% terhadap Konsentrasi AOX Effluent 13,00%
IA-2
Surut
28
28
4,7
IB-2
Surut
36
28,2
6,3
2.0
93
3,2000
100,00%
IC-2
Mulai Surut
28
28,8
4,9
1.3
90
0,6540
20,44%
ID-2
Statis
29
30,2
4,7
1.2
75
0,5878
18,37%
IE-2
Pasang
29
30,8
4,6
1.3
70
0,0083
0,26%
IF-2
Pasang
29
34,3
4,7
1.6
64
Trace
0,00%
AOX (ppm)
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kondisi pasang di sungai Siak, selama pengaliran ke arah hilir hingga titik IE-2 (jarak 16 km dari effluent), nilai AOX mengalami penurunan hingga 99,74%. Perubahan konsentrasi AOX sepanjang aliran ke hilir diperkirakan juga terjadi akibat pengenceran. Gambar V.3 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada sore hari (pasang). Sore (Pasang)
AOX (ppm)
pH DO (mg/L)
3,5
8 7 6 5 4 3 2 1 0
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 IA-2
IB-2 (effluent)
IC-2
Titik Sampling
ID-2
IE-2 AOX
IF-2 pH
DO
Gambar V.3 Grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada sore hari (kondisi pasang)
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada kondisi pasang di sungai Siak, penurunan AOX juga seiring dengan penurunan pH hingga di bawah 5 dan nilai DO hingga di bawah 2 mg/L. Sama dengan kondisi surut, penurunan pH juga diperkirakan terjadi karena kondisi air sungai Siak yang bersifat asam mengingat lahan di daerah aliran
66
sungai merupakan tanah organik yang asam (Regionalinvestment, 2007). Semakin jauh ke hilir dari effluent, pH sungai semakin mendekati kondisi alamiah. Penurunan nilai DO diperkirakan juga dipengaruhi oleh keberadaan AOX bersamaan dengan effluent industri pulp dan kertas yang mengandung berbagai jenis bahan pencemar, disamping adanya kontribusi limbah dari sejumlah industri di hilir effluent seperti industri kelapa sawit, industri pengolahan kayu, dan sebagainya, sehingga meningkatkan COD yang berbanding terbalik dengan DO.
Terdapat perbedaan konsentrasi AOX maksimum (di effluent) pada kondisi surut dan pasang di sungai Siak yakni 2,330 ppm (surut) dan 3,200 ppm (pasang). Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan debit air sungai Siak pada saat pasang dan surut. Dari hasil observasi, pada kondisi pasang di sungai Siak, ditemukan AOX hingga 4 km ke hulu effluent dan terjadi peningkatan konsentrasi AOX pada daerah hingga 6 km ke hilir effluent, bahkan berdasarkan pengamatan di lapangan selama kurang lebih 20 menit pada kondisi puncak pasang (di titik D: 6 km di hilir effluent, pukul: 17:20-17:40 WIB) terlihat air sungai Siak tidak mengalir sama sekali (statis), hal ini memungkinkan terjadinya akumulasi kandungan AOX pada daerah tersebut. Semakin mendekati titik effluent PT. I di sungai Siak, konsentrasi AOX semakin meningkat secara signifikan dan sebaliknya semakin ke hilir atau ke hulu konsentrasi AOX semakin kecil. Konsentrasi AOX tertinggi terdapat pada titik effluent. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan PT. I sebagai industri pulp dan kertas berperan terhadap timbulnya senyawa AOX di perairan sungai Siak.
Tabel V.4 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran yang dilakukan PT. I terhadap AOX dan beberapa parameter kualitas lingkungan pada total effluent (yang diambil mulai dari raw waste water (primary inlet), buffer tank, secondary clarifier, hingga treated waste water discharge.
67
Tabel V.4 Hasil pengukuran kualitas total effluent PT. I (Januari – Juni 2007)
Bulan
Debit Effluent (m3/hari)
COD (mg/L)
BOD (mg/L
TSS (mg/L)
pH
AOX (mg/L)
Januari
199.539,3
318,57
82,77
68,33
7,2
4,33
Februari
213.408
305,83
81,20
63,53
7,4
2,00
Maret
191.378,1
296,13
75,90
62,43
7,8
5,90
April
224.520
323,10
76,73
70,40
8,1
7,92
Mei
228.258
308,23
73,80
70,33
7,5
6,73
Juni
228.810
321,33
71,83
69,90
7,5
9,45
Gambar V.4 menunjukkan profil AOX, COD, BOD dan TSS pada total effluent PT. I.
AOX(mg/L)
COD(mg/L) BOD(mg/L) TSS(mg/L)
10
330 310
9
290 8
270 250
7
230 210
6
190 5
170 150
4
130 110
3
90 2
70 50
1
30 0
10 Januari
Februari
COD
Maret
BOD
April
Mei
TSS
Juni
AOX
Gambar V.4 Profil AOX, COD, BOD, dan TSS pada total effluent PT. I periode Januari – Juni 2007 Dari tabel dan gambar di atas, dapat dikemukakan bahwa rasio AOX/COD cenderung fluktuatif dan berkisar antara 0,007 – 0,029. Hal ini menunjukkan bahwa AOX berbeda dari COD, sehingga perlu dibedakan sebagai parameter yang terpisah. Perubahan BOD dan TSS terlihat tidak signifikan dan cenderung stabil. Perubahan
68
pH pada effluent PT. I lebih disebabkan oleh pengaturan melalui penambahan asam atau basa guna mencapai pH sesuai baku mutu effluent, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan perubahan konsentrasi AOX effluent. Rasio BOD/COD cenderung fluktuatif dan menunjukkan kisaran dari 0,22 – 0,27. Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan yang terdapat pada effluent PT. I sulit mengalami biodegradasi.
Tabel V.5 di bawah ini menunjukkan lokasi dan kondisi pengambilan sampel di sungai Kampar. Tabel V.5 Lokasi dan kondisi pengambilan sampel sungai Kampar Titik Sampling
Waktu
Cuaca
Posisi Sampling
RA-1
07:35
Cerah
RB-1
08:50
Cerah
RC-1
09:00
Cerah
RD-1
09:50
Cerah
RE-1
10:40
Cerah
RF-1
11:34
Cerah
RA-2
18:35
Cerah
RB-2
18:20
Cerah
RC-2
17:52
Cerah
RD-2
17:13
Cerah
RE-2
16:33
Cerah
RF-2
15:45
Cerah
N 00o23’03.3” E101o53’56.7” N 00o24’33.5” E101o55’35.1” N 00o24’28.1” E101o57’12.2” N 00o25’03.1” E101o58’44.6” N 00o26’12.0” E102o04’01.8” N 00o24’45.4” E102o09’13.5” N 00o23’03.3” E101o53’56.7” N 00o24’33.5” E101o55’35.1” N 00o24’28.1” E101o57’12.2” N 00o25’03.1” E101o58’44.6” N 00o26’12.0” E102o04’01.8” N 00o24’45.4” E102o09’13.5”
Dalam Bagian Tengah (m) 11
Lebar (m)
3.5
10
11
228
10
235
11
210
12
199
11
146
3.5
10
11
228
10
235
11
210
12
199
146
Gambar V.5 berikut menunjukkan peta titik pengambilan sampel di sungai Kampar.
69
PT. R PEKANBARU
RE-1, RE-2 Pelalawan
RF-1, RF-2 RD-1, RD-2 RA-1, RA-2 RB-1, RB-2
K-4 K-1
RC-1, RC-2
K-5 S. Nil o
K-3
Titik sampling dalam penelitian Titik sampling Bapedalda Riau
K-2
Gambar V.5 Peta titik pengambilan sampel di sungai Kampar Dalam gambar di atas terlihat ada 6 (enam) titik sampling dalam penelitian yang dilakukan dan 5 (lima) titik dari 10 (sepuluh) titik sampling yang dilakukan Bapedalda Riau. Keterangan mengenai jarak dan titik-titik pengambilan sampel oleh Bapedalda Riau di sungai Kampar dapat dilihat pada Tabel A.2 Lampiran A. Hasil uji kandungan senyawa AOX di sungai Kampar pada kondisi surut (pagi) beserta hasil pengukuran beberapa parameter di lapangan dapat dilihat pada Tabel V.6. Tabel V.6 Hasil uji kandungan AOX dan parameter lainnya di sungai Kampar pada pagi hari (surut) Titik Sampling
Kondisi Sungai
T (oC)
Ta (oC)
pH
DO (mg/l) 5,4
Kelembaban (%) 83
Trace
% terhadap Konsentrasi AOX Effluent 0,00 %
RA-1
Surut
27
25,9
5,2
RB-1
Surut
34
26,9
7,4
2,8
86
0,1511
100%
RC-1
Surut
28
27,6
5,4
3,4
84
0,0228
15,09%
RD-1
Surut
28
29,6
5,5
5,2
90
0,0186
12,31%
RE-1
Surut
27
30,2
5,3
6,5
93
Trace
0,00%
RF-1
Surut
28
30,2
4,9
6,0
88
Trace
0,00%
AOX (ppm)
Keterangan: T = Temperatur Air Sungai Ta = Temperatur Ambient
70
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kondisi surut (pagi) di sungai Kampar, selama pengaliran ke arah hilir hingga titik RE-1 (jarak 16 km dari effluent), nilai AOX mengalami penurunan hingga 100 %. Sama seperti di sungai Siak, di sungai Kampar, perubahan konsentrasi AOX sepanjang aliran ke hilir diperkirakan juga
terjadi akibat pengenceran mengingat sifat AOX yang persisten. Proses pengenceran yang terjadi diperkirakan lebih besar dari sungai Siak disebabkan debit sungai Kampar yang jauh lebih tinggi dari sungai Siak (Data Kimpraswil Riau 2004: Q ratarata sungai Kampar = 500-700 m3/detik). Proses pengenceran juga bertambah dengan adanya beberapa anak sungai di hilir effluent PT. R seperti: sungai Telayap (lebar ± 15 m, 9,5 km di hilir effluent), sungai Pelalawan (lebar ± 15 m, 17 km di hilir effluent) dan sungai Pusun (lebar ± 10 m, 22 km di hilir effluent). Gambar V.6 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Kampar pada pagi hari (surut).
Pagi (Surut) AOX (ppm)
pH DO (mg/L)
0,6
8 7 6 5 4 3 2 1 0
0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 RA-1
RB-1 (effluent)
RC-1
Titik Sampling
RD-1
RE-1 AOX
RF-1 pH
DO
Gambar V.6 Grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Kampar pada pagi hari (surut)
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada pagi hari (kondisi surut) di sungai Kampar, penurunan AOX seiring dengan penurunan pH hingga di bawah 5 dan nilai DO hingga 3 mg/L. Sama halnya dengan sungai Siak, penurunan pH diperkirakan terjadi karena kondisi air sungai Kampar yang bersifat asam mengingat lahan di daerah aliran sungai merupakan tanah organik yang asam (Regionalinvestment, 2007). Semakin jauh ke hilir dari effluent, pH sungai semakin mendekati kondisi
71
alamiah. Dan penurunan nilai DO dipengaruhi oleh keberadaan AOX bersamaan dengan effluent industri pulp dan kertas yang mengandung berbagai jenis bahan pencemar, sehingga meningkatkan COD yang berbanding terbalik dengan DO. Semakin jauh ke hilir dari effluent DO kembali naik, hal ini diperkirakan terjadi karena adanya proses pengenceran di sungai Kampar, sehingga semakin ke hilir nilai DO semakin mendekati kondisi alamiah (self purification).
Hasil uji kandungan senyawa AOX dan parameter lainnya pada sampel yang diambil surut (sore hari) dapat dilihat pada Tabel V.7 di bawah ini. Tabel V.7 Hasil uji kandungan AOX dan parameter Lainnya di sungai Kampar pada sore hari (surut) Titik Sampling
Kondisi Sungai
T (oC)
Ta (oC)
pH
DO (mg/l) 5.1
Kelembaban (%) 87
0.0352
% terhadap Konsentrasi AOX Effluent 6.72%
RA-2
Surut
27
26.7
5.0
34
26.9
6.5
2.6
99
0.5236
100.00%
AOX (ppm)
(Banjir Kecil)
RB-2
Surut (Banjir Kecil)
RC-2
Surut
28
27.3
4.9
2.9
82
0.1014
19.37%
RD-2
Surut
28
27.9
4.7
4.6
97
0.0642
12.26%
RE-2
Surut
28
29.5
4.9
6.0
88
0.0104
1.99%
RF-2
Surut
28
31.1
5.0
5.7
88
Trace
0.00%
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kondisi surut (pagi) di sungai Kampar, selama pengaliran ke arah hilir hingga titik RE-2 (jarak 16 km dari effluent), nilai AOX mengalami penurunan hingga 98,01 %. Sama seperti di sungai Siak, di sungai Kampar, perubahan konsentrasi AOX sepanjang aliran ke hilir diperkirakan juga
terjadi akibat pengenceran mengingat sifat AOX yang persisten. Gambar V.7 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Kampar pada sore hari (surut).
72
Sore (Surut) AOX (ppm)
pH DO (mg/L)
0,6 0,5
8 7 6 5 4 3 2 1 0
0,4 0,3 0,2 0,1 0 RA-2
RB-2 (effluent)
RC-2
Titik Sampling
RD-2
RE-2 AOX
RF-2 pH
DO
Gambar V.7 Grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Kampar pada sore hari (kondisi surut)
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada sore hari (kondisi surut) di sungai Kampar, penurunan AOX seiring dengan penurunan pH hingga di bawah 5 dan nilai DO hingga 3 mg/L. Sama halnya dengan sungai Siak, penurunan pH diperkirakan terjadi karena kondisi air sungai Kampar yang bersifat asam mengingat lahan di daerah aliran sungai merupakan tanah organik yang asam (Regionalinvestment, 2007). Semakin jauh ke hilir dari effluent, pH sungai juga semakin mendekati kondisi alamiah. Dan penurunan nilai DO disebabkan oleh keberadaan AOX bersamaan dengan effluent industri pulp dan kertas yang mengandung berbagai jenis bahan pencemar sehingga meningkatkan COD yang berbanding terbalik dengan DO. Semakin jauh ke hilir dari effluent DO kembali naik, hal ini diperkirakan terjadi karena adanya proses pengenceran di sungai Kampar, sehingga semakin ke hilir nilai DO semakin mendekati kondisi alamiah.
Dari data yang diperoleh pada penelitian di sungai Kampar di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi AOX maksimum (di effluent) pada pagi hari ( 0,1511 ppm) dan siang hari (0,5236 ppm). Perbedaan ini diperkirakan terjadi akibat perbedaan tingkat produksi, penggunaan bahan kimia serta proses pengolahan pada IPAL di PT.R.
73
Semakin mendekati titik effluent PT. R, di sungai Kampar konsentrasi AOX semakin meningkat secara signifikan dan sebaliknya semakin ke hilir atau ke hulu konsentrasi AOX semakin kecil. Konsentrasi AOX tertinggi terdapat pada titik effluent. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan PT. R sebagai industri pulp dan kertas berperan terhadap timbulnya senyawa AOX di perairan sungai Kampar.
Konsentrasi AOX yang diperoleh dari effluent PT. I baik pada pagi maupun sore hari masing-masing adalah 0,0982 kg/ADT dan 0,1349 kg/ADT, serta di effluent PT. R adalah 0,0071 kg/ADT dan 0,0245 kg/ADT, yang berarti bahwa kandungan AOX kedua industri ini lebih rendah dibandingkan dengan baku mutu AOX yang berlaku di negara Swedia yang besarnya 0,2 kg/ADT. Rendahnya kandungan AOX pada effluent PT. I dan PT. R diperkirakan didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
Di PT. I dan PT. R, proses bleaching telah menerapkan metoda ECF (Elemental Chlorine Free) dengan penggunaan kombinasi bahan kimia NaOH, O2, ClO2, Cl2, HCl, H2O2, NaOCl, dan SO2. Kondisi ini mendukung
upaya
penekanan
kandungan senyawa AOX pada eflluent PT. I.
Debit limbah (effluent) PT. I dan PT. R saat ini masing-masing adalah 220.235 m3/detik dan 234.083 m3/detik, berarti lebih rendah dari batas maksimum yang diperkenankan
berdasarkan
Lampiran
A.V
Kepmen
LH
No.
KEP-
51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri Pulp dan Kertas, dimana ditetapkan bahwa batas maksimum debit limbah cair harian industri pulp dan kertas adalah 170 m3/ton produk kertas kering. (Produksi kertas saat ini adalah 2.250 ton/day untuk PT. I dan 1.750 ton/day untuk PT. R).
Namun terdapat perbedaan, dimana kandungan AOX di effluent PT. I lebih tinggi dibanding PT. R dan nilai rata-rata kandungan AOX di sungai Siak lebih besar di bandingkan sungai Kampar. Diperkirakan hal ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain:
Masa operasi PT. I lebih lama dibandingkan PT. R, dimana PT. I mulai beroperasi tahun 1984, sementara PT. R tahun 1995. Mengingat sifat AOX yang persisten,
74
semakin lama, semakin banyak AOX yang terkonsentrasi di badan air. Dan dari segi efisiensi, semakin lama efisiensi peralatan dan mesin-mesin produksi cenderung semakin menurun.
Kapasitas produksi pulp PT. I lebih besar dibandingkan PT. R (5.225 ADT/day berbanding 5.006 ADT/Day). Untuk metoda yang sama (ECF), peningkatan kapasitas produksi dapat berarti peningkatan penggunaan bahan kimia klorin dan atau turunannya.
Perbedaan debit normal (rata-rata) kedua sungai, dimana debit sungai Kampar tempat dimana limbah cair (effluent) PT. R dialirkan jauh lebih besar dibandingkan debit sungai Siak (PT. I), sehingga proses pengenceran terhadap AOX di sungai Kampar akan lebih besar pula (Kimpraswil Riau, 2004: Sungai Siak Q rata-rata: 200-300 m3/detik,
sungai Kampar Q rata-rata: 500-700
m3/detik).
Tabel V.8 menunjukkan konsentrasi AOX di effluent PT. I dan PT. R dalam satuan kg/ADT (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran E). Tabel V.8 Konsentrasi AOX effluent PT. I dan PT. R dalam kg/ADT Industri PT. I PT. R
Waktu (Kondisi Sungai)
Konsentrasi AOX (kg/ADT)
Pagi (Surut)
0,0982
Sore (Pasang)
0,1349
Pagi (Surut)
0,0071
Sore (Surut)
0,0245
V.1.2 Data kualitas air sungai Pengujian kualitas air sungai Siak dilakukan oleh Bapedalda Riau setiap 6 (enam) bulan sekali. Tabel V.9 di bawah ini menunjukkan data kualitas air sungai Siak semester I tahun 2005.
75
Tabel V.9 Data kualitas air sungai Siak semester I 2005 (Mei 2005) No
Satuan
Parameter
Titik Sampling S-1
S-2
S-3
S-4
S-5
S-6
S-7
S-8
S-9
S-10
S-11
C
28.9
28.2
28.5
28.1
28.5
28.1
28
30.2
30.3
30.4
30.1
o
1
Suhu
2
TSS
mg/L
12
46
18
60
126
93
91
88
80
122
36
3
pH
-
6.49
6.24
5.78
6.01
6.02
6.12
5.97
6.42
5.94
6.12
5.99
4
DO
mg/L
4.3
4
4.2
4.1
4
3.9
4.4
3.6
4.4
3.6
3.3
5
BOD
mg/L
3.7
9.6
5.9
13.2
12.9
19.6
23.9
10.9
9.8
24.1
36.5
6
COD
mg/L
14
32
21
42
42
60
70
43.68
36.96
70
101
7
Ammonia
mg/L
0.5
0.5
1.14
0.86
0.95
0.84
1.19
1.1
0.95
2.1
1.45
8
Klorida
mg/L
10.59
11.49
11.49
10
11.49
10.99
11.49
15.99
18.99
28.99
39.99
9
Klorin bebas
mg/L
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
10
Minyak / lemak
µg/L
3
4
2
3
2
5
4
4
4
4
3
11
Deterjen
µg/L
tt
tt
30
tt
60
80
70
40
50
30
20
12
Senyawa Fenol
µg/L
tt
tt
tt
0.26
0.28
0.25
0.3
0.12
tt
0.09
tt
Sumber: Bapedalda Riau, 2005 Gambar V.8 di bawah ini memperlihatkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada semester I tahun 2005. Semester I 2005 (Mei) COD (mg/L)
Cl- DO BOD (mg/L) pH 50
120 100
40
80 30 60 20 40 10
20
0
0
S-1
S-2
S-3
Titik Sampling
S-4
S-5 Cl-
S-6
S-7 pH
S-8 DO
S-9
S-10
S-11
BOD
COD
Gambar V.8 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada Semester I 2005 (Bapedalda Riau) Dari gambar di atas, tampak bahwa perubahan nilai BOD dan COD cenderung berbanding lurus (seiring), hal ini menunjukkan bahwa rasio BOD/COD relatif stabil.
76
Pada setiap titik sampling, rasio BOD/COD diketahui < 0,4, (limbah domestik memiliki nilai rasio BOD/COD sebesar 0,4 – 0,8). Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi terbesar limbah yang menyebabkan turunnya kualitas air sungai Siak pada semester I 2005 berasal dari sumber non domestik. Nilai rasio BOD/COD yang rendah mengandung arti bahwa limbah tersebut sulit mengalami biodegradasi. Hal ini juga berarti bahwa keberadaan industri di sepanjang daerah aliran sungai Siak yang terdiri dari sedikitnya 26 industri besar dan 2.376 industri kecil dan menengah berperan penting terhadap kondisi ini. Peningkatan konsentrasi klorida cenderung terjadi seiring dengan peningkatan BOD dan COD, tetapi perubahannya tidak stabil untuk setiap perubahan BOD dan COD di sepanjang aliran sungai. Sementara pH dan DO, meskipun cenderung menurun ke arah hilir, namun perubahannya tidak signifikan dan relatif stabil. Tabel V.10 di bawah ini menunjukkan data kualitas air sungai Siak semester II tahun 2005. Tabel V.10 Data kualitas air sungai Siak semester II 2005 (Oktober 2005) No
Parameter
Satuan
Titik Sampling S-1
S-2
S-3
S-4
S-5
S-6
S-7
S-8
S-9
S-10
S-11
C
28.1
28.4
27.2
29
28.7
28.6
28.3
27.8
28.2
28.2
29.3
o
1
Suhu
2
TSS
mg/L
31
19
15
52
24
20
16
30
37
40
22
3
pH
-
6.17
5.66
5.28
5.14
5.15
4.9
4.6
5.48
5.58
5.12
5.12
4
DO
mg/L
5.52
4.51
3.67
4.9
4.4
3.9
4.4
4.3
4.8
4.08
3.49
5
BOD
mg/L
7.6
23.2
19.6
4.8
4.9
26.3
14.3
15.2
14.8
10.4
15.4
6
COD
mg/L
19.2
62.5
52.9
22.5
23.8
72.8
38.8
41.6
41.7
27.8
46.3
7
Ammonia
mg/L
0.52
0.91
0.52
1.77
1.91
1.94
1.16
0.58
0.89
2.06
2.24
8
Klorida
mg/L
9.98 10.43
11.34
7.26
6.35
9.07
4.54
13.6
27.1
10.9
14.5
9
Klorin bebas
mg/L
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
10
Minyak / lemak
µg/L
90
120
90
100
80
300
230
320
200
210
320
11
Deterjen
µg/L
tt
tt
10
10
20
60
30
15
30
10
30
12
Senyawa Fenol
µg/L
tt
tt
0.12
tt
0.09
0.14
0.1
0.07
tt
0.03
tt
Sumber: Bapedalda Riau, 2005
77
Gambar V.9 menunjukkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada semester II 2005.
Semester II 2005 (Oktober) Cl- DO BOD (mg/L) pH
COD (mg/L)
50
120
40
100 80
30
60 20
40
10
20
0
0
S-1
S-2
S-3
Titik Sampling
S-4
S-5
S-6 Cl-
S-7 pH
S-8 DO
S-9
S-10 S-11 BOD
COD
Gambar V.9 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada Semester II 2005 (Bapedalda Riau) Dari gambar di atas, tampak bahwa perubahan nilai BOD dan COD relatif berbanding lurus (seiring) hal ini menunjukkan bahwa rasio BOD/COD relatif stabil. Pada setiap titik sampling, rasio BOD/COD diketahui < 0,4, (limbah domestik memiliki nilai rasio BOD/COD sebesar 0,4 – 0,8). Sama halnya dengan semester I 2005, hal ini juga menunjukkan bahwa kontribusi terbesar limbah yang menyebabkan turunnya kualitas air sungai Siak pada semester II 2005 berasal dari sumber non domestik. Dan peningkatan konsentrasi klorida cenderung terjadi seiring dengan peningkatan BOD dan COD, tetapi perubahannya tidak stabil untuk setiap perubahan BOD dan COD di sepanjang aliran sungai. Sementara perubahan pH dan DO tidak signifikan dan relatif stabil. Pada Tabel V.11 terlihat data kualitas air sungai Siak pada semester I tahun 2006.
78
Tabel V.11 Data kualitas air sungai Siak semester I 2006 (Juni 2006) No
Satuan
Parameter
Titik Sampling S-1
S-2
S-3
S-4
S-5
S-6
S-7
S-8
S-9
S-10
S-11
C
30.4
29.5
29.5
29.8
30.1
29
29.2
29.8
29.8
29.8
30.2
o
1
Suhu
2
TSS
mg/L
110
84
126
48
66
58
80
102
116
74
101
3
pH
-
6
5.56
5.18
6.52
6.42
6.15
5.56
5.7
5.75
5.87
5.98
4
DO
mg/L
5.85
4.2
4.32
2.6
2.2
2.8
2.9
2.7
1.92
1.72
0.01
5
BOD
mg/L
19.5
30.3
15.8
23.7
20.3
22.5
4.9
13.8
30.7
29.6
38.3
6
COD
mg/L
52.5
85.9
47.7
66.8
57.2
57.2
42.9
38.2
81.1
81.1
90.7
7
Ammonia
mg/L
0.81
1.81
1.85
2.25
1.27
2.99
1.25
1.05
1.05
1.3
1.55
8
Klorida
mg/L
10.09
9.53
9.44
9.35
11.2
12.2
12.6
10.3
10.9
10.8
11.5
9
Klorin bebas
mg/L
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
10
Minyak / lemak
µg/L
90
200
120
100
125
400
300
200
400
100
300
11
Deterjen
µg/L
17
12
20
30
tt
40
20
20
15
tt
tt
12
Senyawa Fenol
µg/L
0.05
tt
0.2
tt
0.05
0.2
tt
tt
tt
tt
tt
Sumber: Bapedalda Riau, 2006 Gambar V.10 menunjukkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada semester I 2006.
Semester I 2006 (Juni) Cl- DO BOD (mg/L) pH
COD (mg/L)
50
120
40
100 80
30
60 20
40
10
20
0
0
S-1
S-2
S-3
Titik Sampling
S-4
S-5 Cl-
S-6 pH
S-7
S-8 DO
S-9
S-10 S-11
BOD
COD
Gambar V.10 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada Semester I 2006 (Bapedalda Riau)
79
Terlihat bahwa perubahan nilai BOD dan COD relatif berbanding lurus (seiring), hal ini menunjukkan bahwa rasio BOD/COD relatif stabil. Kecuali di titik S-11 (rasio BOD/COD = 0,42), pada setiap titik sampling rasio BOD/COD diketahui < 0,4, (limbah domestik memiliki nilai rasio BOD/COD sebesar 0,4 – 0,8). Hal ini juga menunjukkan bahwa kontribusi terbesar limbah yang menyebabkan turunnya kualitas air sungai Siak pada semester I 2006 berasal dari sumber non domestik. Sementara konsentrasi klorida dan pH, meskipun ada perubahan namun cenderung stabil. Sedangkan nilai DO cenderung menurun semakin ke hilir. Pada Tabel V.12 terlihat data kualitas air sungai Siak pada semester II tahun 2006. Tabel V.12 Data kualitas air sungai Siak semester II 2006 (November 2006) No
Parameter
Satuan
Titik Sampling S-1
S-2
S-3
S-4
S-5
S-6
S-7
S-8
S-9
S-10
S-11
C
30.3
30.1
28.9
29.7
28.8
28.3
28.5
28.4
28.6
28.9
30
o
1
Suhu
2
TSS
mg/L
66
50
32
42
54
40
42
60
96
68
92
3
pH
-
6.4
6.89
6.4
6.2
5.9
6.18
6.26
5.5
6.4
5.6
6.25
4
DO
mg/L
5.9
5.41
4.41
3.9
4.4
4.3
3.25
3.54
3.41
3.21
8
5
BOD
mg/L
18.5
12.7
17.9
14.2
18.5
22.5
14.2
24.3
14.3
15.6
17.2
6
COD
mg/L
57.1
33.3
57.2
47.6
61.9
71.4
47.6
85.7
52.4
57.1
66.6
7
Ammonia
mg/L
0.37
0.85
0.48
0.55
0.52
0.87
0.55
0.42
0.63
0.9
1.45
8
Klorida
mg/L
11.98
16.45
3.67
14.2
15.5
17
14.2
11.1
4.24
17.52
21.2
9
Klorin bebas
mg/L
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
10
Minyak / lemak
µg/L
80
200
200
240
300
410
200
160
290
300
200
11
Deterjen
µg/L
tt
tt
40
30
40
20
tt
20
15
35
tt
12
Senyawa Fenol
µg/L
tt
tt
0.1
tt
0.2
0.1
0.01
0.02
tt
0.04
tt
Sumber: Bapedalda Riau, 2006 Gambar V.11 menunjukkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada semester II 2006.
80
Semester II 2006 (November) COD (mg/L)
Cl- DO BOD (mg/L) pH 50
120 100
40
80 30 60 20
40
10
20
0
0
S-1
S-2
S-3
Titik Sampling
S-4
S-5 Cl-
S-6 pH
S-7
S-8 DO
S-9 S-10 S-11 BOD
COD
Gambar V.11 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada semester II 2006 (Bapedalda Riau)
Dari gambar di atas terlihat bahwa perubahan nilai BOD dan COD relatif berbanding lurus (seiring) hal ini menunjukkan bahwa rasio BOD/COD relatif stabil. Pada setiap titik sampling, rasio BOD/COD diketahui < 0,4, (limbah domestik memiliki nilai rasio BOD/COD sebesar 0,4 – 0,8). Sama halnya dengan semester I 2006, hal ini juga menunjukkan bahwa kontribusi terbesar limbah yang menyebabkan turunnya kualitas air sungai Siak pada semester II 2006 berasal dari sumber non domestik. Peningkatan konsentrasi klorida cenderung terjadi seiring dengan peningkatan BOD dan COD, tetapi perubahannya tidak stabil untuk setiap perubahan BOD dan COD, sementara pH relatif stabil dan DO sedikit fluktuatif. Kecenderungan konsentrasi klorida untuk pengukuran setiap semester tahun 2005-2006 di sungai Siak dapat dilihat pada Gambar V.12.
81
Konsentrasi Klorida
mg/L 50 40 30 20 10 0 S-5
S-6
Titik Sampling
S-7
S-8 Semester I 2005 Semester I 2006
S-9
S-10
S-11
Semester II 2005 Semester II 2006
Gambar V.12 Profil konsentrasi klorida enam bulanan (2005-2006) di sungai Siak Dari gambar di atas dapat diuraikan bahwa secara keseluruhan untuk setiap semester, perubahan konsentrasi klorida bersifat fluktuatif dan menunjukkan kecenderungan naik dari titik S-5 ke S-6 dan kembali turun di titik S-7. Perubahan ini dipengaruhi oleh kontribusi limbah yang berasal dari kota Pekanbaru, dimana S-5 merupakan Jembatan Siak I yang terletak di kota Pekanbaru bagian hulu, S-6 di bagian tengah (titik yang menerima beban limbah yang paling besar) dan S-7 merupakan bagian hilir kota Pekanbaru (terjadi pengenceran). Pada pada titik S-9 hingga S-11 yang masing berjarak 0,5 km, 1,5 km dan 20,5 km di sebelah hilir effluent PT. I, terdapat kecenderungan peningkatan konsentrasi klorida. Hal ini diperkirakan terjadi karena adanya pengaruh keberadaan dan kontribusi limbah yang berasal dari effluent bleaching PT. I, disamping kontribusi limbah domestik dari Kota Perawang dan sekitarnya. Kecenderungan nilai pH untuk pengukuran setiap semester tahun 2005-2006 di sungai Siak dapat dilihat pada Gambar V.13.
82
Nilai pH 7 6 5 4 3 2 1 0 S-5
S-6
S-7
Titik Sampling
S-8
S-9
S-10
S-11
Semester I 2005
Semester II 2005
Semester I 2006
Semester II 2006
Gambar V.13 Profil nilai pH enam bulanan (2005-2006) di sungai Siak
Dari gambar di atas terlihat, secara keseluruhan tidak terlihat perubahan yang signifikan pada nilai pH (stabil) untuk pengukuran pada setiap semester.
Kecenderungan nilai kelarutan oksigen (DO) untuk pengukuran setiap semester tahun 2005-2006 di sungai Siak dapat dilihat pada Gambar V.14.
Nilai DO mg/L 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 S-5
S-6
Titik Sampling
S-7
S-8 Semester I 2005 Semester I 2006
S-9
S-10
S-11
Semester II 2005 Semester II 2006
Gambar V.14 Profil nilai DO enam bulanan (2005-2006) di sungai Siak
83
Dari gambar di atas dapat diuraikan bahwa meskipun tidak terjadi perubahan yang
signifikan
terhadap
nilai
kelarutan
oksigen
(DO),
namun
terdapat
kecenderungan bahwa DO sedikit menurun dari titik S-5 ke S-6 dan kembali naik di titik S-7. Perubahan ini juga dipengaruhi oleh kontribusi limbah yang berasal dari kota Pekanbaru, yang meningkat dari S-5 ke S-6 dan semakin berkurang di titik S-7. Dari titik S-9 hingga S-11 yang terletak di sebelah hilir effluent PT. I, terdapat kecenderungan penurunan nilai DO bahkan pada semester I 2006 nilai DO mencapai nilai 0,01 mg/L. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh kontribusi limbah yang diantaranya berasal dari effluent PT. I, disamping adanya kontribusi limbah dari sejumlah industri di hilir effluent seperti industri kelapa sawit, industri pengolahan kayu, dan sebagainya. Pengecualian terjadi pada semester II tahun 2006, dimana nilai DO terukur naik drastis hingga mencapai nilai 8 mg/L. Diduga hal ini disebabkan oleh penyimpangan akurasi pada alat saat pengukuran di lapangan. Kecenderungan nilai COD untuk pengukuran setiap semester tahun 20052006 di sungai Siak dapat dilihat pada Gambar V.15.
Nilai COD mg/L 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 S-5
S-6
Titik Sampling
S-7
S-8
S-9
S-10
S-11
Semester I 2005
Semester II 2005
Semester I 2006
Semester II 2006
Gambar V.15 Profil nilai COD enam bulanan (2005-2006) di sungai Siak Dari gambar terlihat perubahan nilai COD bersifat fluktuatif dan menunjukkan kecenderungan meningkat dari titik S-5 ke S-6 dan kembali turun di titik S-7. Perubahan ini juga dipengaruhi oleh kontribusi limbah yang berasal dari kota Pekanbaru, yang meningkat dari titik S-5 ke S-6 dan mulai mengalami pengenceran di titik S-7 yang merupakan bagian hilir kota Pekanbaru. Pada pada titik
84
S-9 hingga S-11 yang terletak di sebelah hilir effluent PT. I, terdapat kecenderungan peningkatan nilai COD. Kecenderungan nilai BOD untuk pengukuran setiap semester tahun 20052006 di sungai Siak dapat dilihat pada Gambar V.16.
Nilai BOD mg/L 50 40 30 20 10 0 S-5
S-6
Titik Sampling
S-7
S-8 S-9 Semester I 2005
S-10 S-11 Semester II 2005
Semester I 2006
Semester II 2006
Gambar V.16 Profil nilai BOD enam bulanan (2005-2006) di sungai Siak Dari gambar di atas, diketahui bahwa nilai BOD cenderung fluktuatif. BOD di kota Pekanbaru cenderung meningkat dari titik S-5 ke S-6 dan kembali turun di titik S-7. Perubahan ini dipengaruhi oleh kontribusi limbah domestik yang berasal dari kota Pekanbaru, dengan beban limbah tertinggi di titik S-6 dan mengalami pengenceran di titik S-7. Pada titik S-9 hingga S-11 yang terletak di sebelah hilir effluent PT. I, terdapat kecenderungan peningkatan nilai BOD, yang dipengaruhi oleh limbah domestik dari kota Perawang dan sekitarnya dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan kontribusi dari effluent PT. I. Berdasarkan rasio nilai BOD/COD pada pengukuran setiap semester diketahui bahwa kecuali di titik S-11 (semester I 2006: rasio BOD/COD=0,42), pada titik-titik yang lain rasio nilai BOD/COD < 0,4, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi terbesar limbah yang menyebabkan turunnya kualitas air sungai Siak berasal dari sumber non domestik. Nilai rasio BOD/COD yang rendah mengandung arti bahwa limbah tersebut sulit mengalami biodegradasi. Hal ini juga berarti bahwa keberadaan industri di sepanjang daerah aliran sungai Siak yang terdiri dari sedikitnya 26 industri besar dan 2.376 industri kecil dan menengah berperan penting terhadap kondisi ini.
85
Dalam Keputusan Gubernur Riau Nomor 12 tahun 2003 tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Siak (berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001), ditetapkan bahwa sungai Siak mulai dari titik S-4 (37 km di hulu PT.I) hingga muara sungai Siak di Desa Sungai Apit diperuntukan sebagai air baku air minum dengan teknologi yang sesuai, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sesuai dengan peruntukan tersebut, baku mutu air sungai Siak dikategorikan dalam kelas III. Dari hasil pengukuran kualitas air sungai Siak oleh Bapedalda Riau mulai semester I 2005 hingga semester II 2006, dengan kondisi sungai Siak saat ini sudah tidak lagi memenuhi baku mutu air kelas III, karena cenderung mengarah ke kelas IV disebabkan beberapa parameter seperti BOD, COD dan DO di sebagian besar titik sampling tidak memenuhi baku mutu sebagai kelas III. Pengujian kualitas air sungai Kampar dilakukan oleh Bapedalda Riau setiap 6 (enam) bulan sekali pada tahun 2005-2006 dapat dilihat pada Tabel V.17 hingga V.20. Tabel V.13 berikut menunjukkan data kualitas air sungai Kampar pada semester I tahun 2005. Tabel V.13 Data kualitas air sungai Kampar semester I 2005 (Mei 2005) No
Parameter
Satuan
Titik Sampling
C
K-1 27.2
K-2 27.2
K-3 27.2
K-4 27.2
K-5 27.2
TSS
mg/L
14
12
46
38
30
3
pH
-
5.86
7.67
8.89
8.47
8.33
4
DO
mg/L
1.4
3.5
4.2
6.8
5.4
5
BOD
mg/L
6.9
8.4
7.9
8.9
4.7
6
COD
mg/L
34.48
62.06
36.12
40.4
20.64
7
Ammonia
mg/L
0.13
0.03
0.17
0.13
0.21
8
Klorida
mg/L
10.99
13.99
15.99
15.99
16.99
9
Klorin bebas
mg/L
tt
tt
tt
tt
tt
10
Minyak / lemak
µg/L
300
500
400
400
300
11
Deterjen
µg/L
30
tt
tt
tt
20
12
Senyawa Fenol sebagai Fenol
µg/L
tt
tt
0.12
0.15
0.16
1
Suhu
2
Sumber: Bapedalda Riau, 2005
o
86
Gambar V.17 menunjukkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Kampar pada semester I 2005. Semester I 2005 (Mei) COD (mg/L)
Cl- DO BOD (mg/L) pH 50
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
40 30 20 10 0
K-1
K-2
K-3
Titik Sampling
Cl-
K-4 pH
DO
K-5 BOD
COD
Gambar V.17 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Kampar pada Semester I 2005 (Bapedalda Riau)
Dari gambar di atas, terlihat bahwa perubahan nilai BOD dan COD cenderung berbanding lurus (seiring), hal ini menunjukkan bahwa rasio BOD/COD relatif stabil. Konsentrasi klorida cenderung meningkat dari hulu ke hilir, pH relatif stabil meskipun terdapat
nilai pH
yang
cukup tinggi pada titik K-3, K-4 dan K-5,
sedangkan DO cenderung meningkat dari titik K-1 ke K-4 dan kembali turun di titik K-5. Tabel V.14 berikut menunjukkan data kualitas air sungai Kampar pada semester II tahun 2005.
87
Tabel V.14 Data kualitas air sungai Kampar semester II 2005 (Oktober 2005) No
Parameter
Satuan
Titik Sampling K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
C
28.7
27.6
28.0
29.0
29.1
o
1
Suhu
2
TSS
mg/L
12
6
20
10
16
3
pH
-
5.47
5.43
4.86
5
5.85
4
DO
mg/L
4.5
7.67
6.58
4.45
4.76
5
BOD
mg/L
7.1
4.9
6.8
5.3
15.5
6
COD
mg/L
19.3
16.8
19.6
14.7
44.1
7
Ammonia
mg/L
0.74
1.09
0.90
0.90
1.06
8
Klorida
mg/L
11.52
8.67
8.16
8.67
9.07
9
Klorin bebas
mg/L
tt
tt
tt
tt
tt
10
Minyak / lemak
µg/L
190
200
150
240
130
11
Deterjen
µg/L
30
tt
tt
tt
tt
12
Senyawa Fenol sebagai Fenol
µg/L
tt
tt
tt
tt
tt
Sumber: Bapedalda Riau, 2005 Gambar V.18 menunjukkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Kampar pada semester II 2005.
Semester II 2005 (Oktober) COD (mg/L)
Cl- DO BOD (mg/L) pH 50
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
40 30 20 10 0
K-1 Titik Sampling
K-2
K-3 Cl-
K-4 pH
DO
K-5 BOD
COD
Gambar V.18 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Kampar pada Semester II 2005 (Bapedalda Riau)
88
Dari gambar di atas terlihat bahwa rasio BOD/COD relatif stabil, pH relatif stabil, sedangkan konsentrasi klorida dan DO relatif fluktuatif. Tabel V.15 berikut menunjukkan data kualitas air sungai Kampar pada semester I tahun 2006. Tabel V.15 Data kualitas air sungai Kampar semester I 2006 (Juli 2006) No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Parameter
Satuan
o
Suhu TSS pH DO BOD COD Ammonia Klorida Klorin bebas Minyak / lemak Deterjen Senyawa Fenol
C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L µg/L µg/L µg/L
Titik Sampling K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
31
29.5
30.3
30.5
29.7
90
19
36
66
25
5.86
7.54
6.46
6.06
6.46
2.8
7.6
5.35
5.39
5.35
2.9
2.4
2.6
14.7
10.3
9.5
10.3
10.2
30.8
25.1
0.44
0.58
0.5
0.93
0.26
10.3
9.8
5.5
6.45
17.4
tt
tt
tt
tt
tt
200
200
240
300
400
20
tt
15
10
25
tt
tt
tt
tt
tt
Sumber: Bapedalda Riau, 2006 Gambar V.19 menunjukkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Kampar pada semester I 2006. Semester I 2006 (Juli) Cl- DO BOD (mg/L) pH
COD (mg/L)
50
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
40 30 20 10 0
K-1 Titik Sampling
K-2
K-3 Cl-
K-4 pH
DO
K-5 BOD
COD
Gambar V.19 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Kampar pada Semester I 2006 (Bapedalda Riau)
89
Dari gambar di atas diketahui bahwa rasio BOD/COD relatif stabil (terdapat 1 titik dengan rasio BOD/COD > 0,4 yakni titik K-1 = 0,41), pH relatif stabil, konsentrasi klorida cenderung fluktuatif, dan DO sedikit fluktuatif. Tabel V.16 berikut menunjukkan data kualitas air sungai Kampar pada semester II tahun 2006. Tabel V.16 Data kualitas air sungai Kampar semester II 2006 (Oktober 2006) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Parameter Suhu TSS pH DO BOD COD Ammonia Klorida Klorin bebas Minyak / lemak Deterjen Senyawa Fenol
Satuan o
C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L µg/L µg/L µg/L
Titik Sampling K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
28.1
27.7
30.2
32.9
30.4
46
6
60
38
98
5.53
6.9
6.8
6.7
6.8
5.5
7.67
4.7
5.1
5.2
11.2
4.9
11.5
5.9
11.3
24.7
16.8
24.7
14.8
24.7
0.13
1.09
0.31
0.21
0.32
4.06
8.67
5.89
13.9
11.8
tt
tt
tt
tt
tt
100
200
600
70
80
20
tt
25
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
Sumber: Bapedalda Riau, 2006 Gambar V.20 menunjukkan profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Siak pada semester II 2006.
90
Semester II 2006 (Oktober) COD (mg/L)
Cl- DO BOD (mg/L) pH
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
50 40 30 20 10 0
K-1
K-2
K-3
Titik Sampling
K-4
Cl-
pH
K-5
DO
BOD
COD
Gambar V.20 Grafik profil konsentrasi klorida, pH, DO, COD, dan BOD di sungai Kampar pada Semester II 2006 (Bapedalda Riau) Dari gambar di atas terlihat bahwa rasio BOD/COD relatif stabil dimana terdapat 3 titik sampling yang memiliki rasio BOD/COD > 0,4 yakni titik K-1 (0,45), K-3 (0,47)dan K-5 (0,46). Hal ini menunjukkan bahwa limbah di sungai Kampar lebih mudah terdegradasi. Konsentrasi klorida dan DO cenderung fluktuatif, sedangkan pH relatif stabil. Kecenderungan konsentrasi klorida untuk pengukuran setiap semester tahun 2005-2006 di sungai Kampar dapat dilihat pada Gambar V.21. Konsentrasi Klorida
mg/L 20
Semester I 2005 Semester II 2005
15
Semester I 2006 10
Semester II 2006
5
0 K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
Titik Sampling
Gambar V.21 Profil konsentrasi klorida enam bulanan (2005-2006) di sungai Kampar
91
Dari gambar di atas terlihat, konsentrasi klorida bersifat fluktuatif dan cenderung meningkat dari titik K-1 ke K-5. Perubahan ini lebih dipengaruhi oleh kontribusi limbah domestik dari pemukiman yang berada di daerah aliran sungai, mengingat di sepanjang aliran sungai Kampar di wilayah Kabupaten Pelalawan hanya terdapat 1 industri berskala besar (PT. R) dan 97 industri kecil dan menengah. Titik K-5 merupakan titik paling hilir dilakukan pengukuran, terletak kurang lebih 6 km di sebelah hulu effluent PT. R. Oleh sebab itu, kondisi ini tidak bisa dihubungkan secara langsung dengan keberadaan PT. R. Kecenderungan nilai pH untuk pengukuran setiap semester tahun 2005-2006 di sungai Kampar dapat dilihat pada Gambar V.22.
Nilai pH 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Semester I 2005 Semester II 2005 Semester I 2006 Semester II 2006
K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
Titik Sampling
Gambar V.22 Profil nilai pH enam bulanan (2005-2006) di sungai Kampar Dari gambar di atas terlihat bahwa secara umum nilai pH relatif stabil, namun demikian pada semester I 2005 terdapat nilai pH yang cukup tinggi pada titik K-3, K-4 dan K-5 yang masing-masing adalah 8,89, 8,47 dan 8,33. Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi air sungai pada titik-titik tersebut bersifat basa. Titik K-3, K4, dan K-5 berjarak masing-masing 12 km, 10 km dan 6 km di sebelah hulu effluent PT. R. Oleh sebab itu, kondisi ini juga tidak bisa dihubungkan secara langsung dengan keberadaan PT. R. Kecenderungan nilai DO untuk pengukuran setiap semester tahun 2005-2006 di sungai Kampar dapat dilihat pada Gambar V.23.
92
Nilai DO mg/L 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Semester I 2005 Semester II 2005 Semester I 2006 Semester II 2006
K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
Titik Sampling
Gambar V.23 Profil nilai DO enam bulanan (2005-2006) di sungai Kampar Dari gambar di atas terlihat bahwa nilai DO cenderung fluktuatif kecuali di titik K-5 relatif stabil,
dan secara umum menunjukkan kecenderungan bahwa
semakin
titik K-2 ke K-5 nilai DO semakin menurun. Hal ini
ke hilir
dari
berbanding lurus dengan konsentrasi klorida yang cenderung meningkat. Perubahan ini juga dipengaruhi oleh kontribusi limbah domestik yang semakin meningkat pula dari pemukiman yang berada di daerah aliran sungai. Namun kondisi ini juga tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan keberadaan PT. R, mengingat posisi titik sampling terdekat yang berada 6 km di hulu effluent PT. R. Kecenderungan nilai COD untuk pengukuran setiap semester tahun 20052006 di sungai Kampar dapat dilihat pada Gambar V.24.
Nilai COD mg/L 70
Semester I 2005
60
Semester II 2005
50
Semester I 2006
40
Semester II 2006
30 20 10 0 K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
Titik Sampling
Gambar V.24 Grafik profil nilai COD enam bulanan (2005-2006) di sungai Kampar
93
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai COD cenderung fluktuatif, nilai COD tertinggi terdapat pada titik K-2 yang terletak di sungai Kampar Kiri, tepatnya di pinggir Kota Lipat Kain. Titik K-2 ini berjarak kurang lebih 70 km di hulu effluent PT. R. Kecenderungan konsentrasi klorida untuk pengukuran setiap semester tahun 2005-2006 di sungai Kampar dapat dilihat pada Gambar V.25. Nilai BOD 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Semester I 2005 Semester II 2005 Semester I 2006 Semester II 2006
K-1
K-2
K-3
K-4
K-5
Titik Sampling
Gambar V.25 Grafik profil nilai BOD enam bulanan (2005-2006) di sungai Kampar Dari gambar di atas dapat dikemukakan bahwa secara umum nilai BOD cenderung fluktuatif dan meningkat mulai dari titik K-3 ke K-5. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh kontribusi limbah domestik dari pemukiman yang berada di daerah aliran sungai. Berdasarkan rasio nilai BOD/COD pada pengukuran setiap semester diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) titik sampling yang memiliki rasio nilai BOD/COD > 0,4 yakni titik K-1 (semester II 2006: 0,45), K-3 (semester II 2006: 0,47) dan K-5 (semester I 2006: 0,41 dan semester II 2006: 0,46), hal ini menunjukkan bahwa limbah di sungai Kampar sebagian besar berasal dari sumber domestik dan lebih mudah terdegradasi oleh mikroorganisme. Namun, perubahan yang terjadi pada sejumlah parameter kualitas lingkungan pada sungai Kampar tidak dapat memberikan kesimpulan bahwa kondisi tersebut sebagai pengaruh keberadaan PT. R mengingat posisi titik sampling yang terdekat (K-5) adalah 6 km di hulu effluent PT. R. Dalam Keputusan Gubernur Riau Nomor 23 tahun 2003 tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Kampar (berpedoman pada Peraturan Pemerintah nomor
94
82 tahun 2001), ditetapkan bahwa sungai Kampar diperuntukan sebagai air baku air minum dengan teknologi baku pengelolaan air minum, prasarana/sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sesuai dengan peruntukan tersebut, baku mutu air sungai Kampar dikategorikan dalam kelas II. Dari hasil pengukuran kualitas air sungai Kampar oleh Bapedalda Riau mulai semester I 2005 hingga semester II 2006, dengan kondisi sungai Kampar saat ini sudah tidak lagi memenuhi baku mutu air kelas II, karena sudah berada pada kelas III bahkan untuk parameter BOD tidak memenuhi baku mutu kelas III.
Namun secara umum, kualitas air sungai Kampar lebih baik dibanding sungai Siak. Hal ini disebabkan oleh kondisi tata guna lahan di sepanjang DAS Kampar yang masih banyak ditumbuhi hutan primer, pemukiman yang lebih jarang, dan jumlah industri yang lebih sedikit dibanding sungai Siak. Secara keseluruhan kualitas air sungai Siak lebih buruk dibanding sungai Kampar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Debit sungai Siak jauh lebih kecil dibandingkan sungai Kampar, sehingga terjadinya pengenceran di sungai Siak terhadap limbah (bahan pencemar) yang masuk lebih kecil dibandingkan sungai Kampar.
Dari segi tata guna lahan, pemukiman dan jumlah penduduk di DAS Siak relatif lebih padat dibandingkan DAS Kampar, sehingga kapasitas limbah yang masuk ke sungai Siak akan lebih besar pula. Hal ini diperkuat oleh terdapatnya sebuah kota besar Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi Riau di pinggir sungai Siak ini. (DAS Siak > 1 juta orang : DAS Kampar ± 700.000 orang)
Jumlah dan jenis industri yang berada di daerah aliran sungai Siak jauh lebih banyak di bandingkan sungai Kampar, dimana berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes (2007), saat ini terdapat sedikitnya 26 industri besar (14 di Kabupaten Siak dan 12 di Kota Pekanbaru) dan sebanyak 2.376 industri kecil dan menengah. Sementara di daerah aliran sungai Kampar hanya terdapat 1 industri berskala besar dan 97 industri kecil dan menengah. Disamping itu keberadaan industri-industri di sepanjang aliran sungai Siak jauh lebih dulu berkembang dibanding yang ada di daerah aliran sungai Kampar.
95
Dari rasio nilai BOD/COD, dari pengukuran kualitas air sungai enam bulanan periode 2005-2006, di sungai Kampar terdapat lebih banyak titik sampling dengan rasio BOD/COD yang > 0,4 (ada 3 titik pada 4 semester pengukuran), sedangkan di sungai Siak hanya terdapat 1 titik dengan rasio BOD/COD>0,4. Hal ini berarti bahwa limbah yang mencemari sungai Siak lebih sulit mengalami biodegradasi dibanding sungai Kampar, sehingga akan memperburuk kondisi kualitas air sungai Siak.
Aktifitas pelayaran dan perdagangan di sungai Siak jauh lebih padat dibandingkan sungai Kampar, dimana sungai Siak menghubungkan Kota Pekanbaru dengan jalur pelayaran dan perdagangan baik nasional maupun internasional dan dilewati kapal-kapal besar seperti kapal tanker, kargo, speedboat, dan lain-lain.
V.2 Resiko kandungan AOX terhadap kehidupan aquatik dan manusia Hasil perhitungan dan prediksi resiko AOX terhadap kehidupan aquatik (ikan) dan manusia akibat mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi AOX dapat dilihat pada Lampiran F. Perhitungan memperhatikan konsentrasi AOX pada setiap titik sampling di sungai Siak dan Kampar, nilai Tolerable Daily Intake (TDI), dan jumlah AOX yang diperkirakan dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Prediksi resiko ini mengambil contoh senyawa 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD), 2,3,7,8Tetrachlorodibenzofurans (TCDF), pentachlorophenol (PCP), dan chloroform, yang merupakan senyawa utama AOX dalam effluent bleaching industri pulp dan kertas. Evaluasi resiko ini dibuat dengan asumsi bahwa: aliran effluent dari PT. I dan PT. R ke sungai Siak dan Kampar dianggap kontinyu dan stabil, pengenceran di sungai Siak dan Kampar dianggap sama dengan kondisi pada saat pengukuran / penelitian, ikan-ikan di sungai Siak dan Kampar dianggap tidak berpindah dari titik (daerah) di mana ikan tersebut hidup baik karena pergerakannya maupun karena pergerakan air pada saat surut dan pasang dan dalam hal ini safety factor untuk jarak diabaikan (dianggap nol), serta AOX yang terukur dianggap mengandung dan merupakan salah satu dari senyawa-senyawa 2,3,7,8-TCDD, 2,3,7,8-TCDF, Pentachlorophenol dan Chloroform.
96
Tabel V.17 menunjukan hasil perhitungan dan prediksi resiko AOX terhadap tubuh manusia dari setiap titik sampling di sungai Siak pada kondisi surut. Tabel V.17 Prediksi resiko AOX dari sungai Siak (pagi/surut) terhadap tubuh manusia Titik
Cw
BCF pada
Cf
TDI
TDI untuk
Masuk
Sampling
(mg/L)
ikan
(mg/kg)
(g/kg/hari)
berat badan
ke
60 kg (g/hari)
Keterangan
tubuh (g/hari)
2,3,7,8-TCDD IA-1
Trace
-
IC-1
0,4346
1.840
-12
10 -4.10
-12
-10
1,50.10
0,1283
> TDI
0,0757
> TDI
0,0098
> TDI
ID-1
0,2563
4.235
1.085
IE-1
0,0331
(US EPA, 1999)
140,18
IF-1
Trace
-
-
IA-1
Trace
-
-
IC-1
0,4346
1.472
(WHO, 1998)
2,3,7,8-TCDF
-12
10 -4.10
-12
-10
1,50.10
0,1026
> TDI
0,0605
> TDI
0,0078
> TDI
ID-1
0,2563
3.388
868,34
IE-1
0,0331
(US EPA, 1999)
112,14
IF-1
Trace
-
-
IA-1
Trace
-
-
IC-1
0,4346
94,74
(WHO, 1998)
PCP
ID-1
55,87
-6
2,1.10
-4
0,0066
> TDI
0,0039
> TDI
0,0005
> TDI
0,2563
218
IE-1
0,0331
(WHO, 1987)
IF-1
Trace
-
-
IA-1
Trace
-
-
IC-1
0,4346
1,56
7,22
10 -6.10
-6
(WHO, 1987)
Chloroform
ID-1
0,2563
3,590
IE-1
0,0331
(US EPA, 1999)
IF-1
Trace
0,92 0,12 -
10
-5
(US EPA, 1979)
6.10
-4
0,0001
< TDI
0,00006
< TDI
0,000008
< TDI
-
Keterangan: Menurut BPS (2005): tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Riau adalah 0,06973 kg/kapita/hari Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah senyawa TCDD yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IC-1 hingga IE-1 jauh melampaui nilai Tolerable Daily Intake (TDI) yang diperkenankan. Hal ini
97
menunjukkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik IC-1 (3 km di hilir effluent PT. I) hingga IE-1 (16 km di hilir effluent PT. I) tidak layak dikonsumsi. Sedangkan ikan yang hidup di titik IA-1 ke hulu dan titik IF-1 ke hilir aman untuk dikonsumsi karena konsentrasi AOX sebagai TCDD di daerah ini tidak ditemukan (trace) sehingga tidak terakumulasi dalam tubuh ikan dan diperkirakan juga tidak akan ada TCDD yang masuk ke dalam tubuh manusia. Sama seperti TCDD, senyawa TCDF yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IC-1 hingga IE-1 jauh melampaui nilai TDI yang diperkenankan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik IC-1 (3 km di hilir effluent PT. I ) hingga IE-1 (16 km di hilir effluent PT. I) tidak layak dikonsumsi. Ikan yang hidup di sekitar titik IA-1 ke hulu dan IF-1 ke hilir layak untuk dikonsumsi. Jumlah senyawa PCP yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IC-1 hingga IE-1 sedikit melebihi nilai TDI yang diperkenankan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik IC-1 hingga IE-1 tidak layak dikonsumsi. Dan ikan yang hidup di sekitar titik IA-1 ke hulu dan IF-1 ke hilir masih layak untuk dikonsumsi. Sedangkan jumlah senyawa chloroform yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IA-1 hingga titik IF-1 lebih rendah dari nilai TDI. Sehingga, dengan asumsi bahwa hanya ada chloroform sebagai AOX yang tercampur di sungai, maka ikan yang hidup di sekitar titik IA-1 (4 km di hulu effluent PT. I ) hingga IF-1 (26 km di hilir effluent PT. I) masih layak untuk dikonsumsi. Tabel V.18 menunjukan hasil perhitungan dan prediksi resiko AOX terhadap tubuh manusia dari setiap titik sampling di sungai Siak pada kondisi pasang.
98
Tabel V.18 Prediksi resiko AOX dari sungai Siak (sore/pasang) terhadap tubuh manusia Titik
Cw
BCF pada
Cf
TDI
TDI untuk
Masuk
Sampling
(mg/L)
ikan
(mg/kg)
(g/kg/hari)
berat badan
ke
60 kg (g/hari)
Keterangan
tubuh (g/hari)
2,3,7,8-TCDD IA-2
0,4160
1.762
IC-2
0,6540
2.768 -12
10 -4.10
-12
-10
1,50.10
0,1229
> TDI
0,1930
> TDI
0,1736
> TDI
0,0025
> TDI
ID-2
0,5878
4.235
2.489
IE-2
0,0083
(US EPA, 1999)
35,15
IF-2
Trace
-
-
IA-2
0,4160
1.409
0,0982
> TDI
IC-2
0,6540
2.216
0,1545
> TDI
0,1388
> TDI
0,0020
> TDI
(WHO, 1998)
2,3,7,8-TCDF
-12
10 -4.10
-12
-10
ID-2
0,5878
3.388
1.991
1,50.10
IE-2
0,0083
(US EPA, 1999)
28,12
IF-2
Trace
-
-
IA-2
0,4160
90,69
0,0063
> TDI
IC-2
0,6540
142,57
0,0099
> TDI
0,0089
> TDI
0,0001
< TDI
(WHO, 1998)
PCP
-6
10 -6.10
-6
2,1.10
-4
ID-2
0,5878
218
128,14
IE-2
0,0083
(WHO, 1987)
1,81
IF-2
Trace
-
-
IA-2
0,4160
1,49
0,0001
< TDI
IC-2
0,6540
2,35
0,0002
< TDI
0,0002
< TDI
0,000002
< TDI
(WHO, 1987)
Chloroform
ID-2
0,5878
3,590
2,11
IE-2
0,0083
(US EPA, 1999)
0,03
IF-2
Trace
-
10
-5
(US EPA, 1979)
6.10
-4
-
Keterangan: Menurut BPS (2005): tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Riau adalah 0,06973 kg/kapita/hari
Dari tabel di di atas terlihat bahwa pada kondisi pasang (sore) di sungai Siak, jumlah senyawa TCDD yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IA-2 hingga IE-2 jauh melampaui nilai TDI yang diperkenankan. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik IA-2 (4 km di hulu effluent PT. I ) hingga IE-2 (16 km di hilir effluent PT. I) tidak
99
layak dikonsumsi. Sedangkan ikan yang hidup di hulu titik IA-2 dan titik IF-2 ke hilir masih layak untuk dikonsumsi. Jumlah senyawa TCDF yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IA-2 hingga IE-2 jauh melampaui nilai TDI yang diperkenankan. Sehingga memberi kesimpulan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik IA-2 hingga IE-2 tidak layak dikonsumsi, sedangkan yang hidup di hulu IA-2 dan dari IF-2 ke hilir aman untuk dikonsumsi. Jumlah senyawa PCP
yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika
mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IA-2 hingga ID-2 sedikit melebihi nilai TDI, namun di titik IE-2 dan IF-2 berada di bawah nilai TDI yang diperkenankan, dan menunjukkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik IA-2 hingga ID-2 tidak layak dikonsumsi. Dan senyawa chloroform yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik IA-2 hingga titik IF-2 berada di bawah nilai TDI. Sehingga ikan yang hidup di sekitar titik IA-2 (4 km di hulu effluent PT. I ) hingga IF-2 (26 km di hilir effluent PT. I) masih layak untuk dikonsumsi (dengan asumsi bahwa AOX yang tercampur di sungai hanya mengandung chloroform). Tabel V.19 menunjukan hasil perhitungan dan prediksi resiko AOX terhadap tubuh manusia dari setiap titik sampling di sungai Kampar pada pagi hari (surut).
100
Tabel V.19 Prediksi resiko AOX dari sungai Kampar (pagi/surut) terhadap tubuh manusia Titik
Cw
BCF pada
Cf
TDI
TDI untuk
Masuk
Sampling
(mg/L)
ikan
(mg/kg)
(g/kg/hari)
berat badan
ke
60 kg (g/hari)
Keterangan
tubuh (g/hari)
2,3,7,8-TCDD RA-1
Trace
-
RC-1
0,0228
96,56
-12
10 -4.10
-12
-10
1,50.10
0,0067
> TDI
0,0055
> TDI
RD-1
0,0186
4.235
78,77
RE-1
Trace
(US EPA, 1999)
-
RF-1
Trace
-
-
RA-1
Trace
-
-
RC-1
0,0228
77,25
(WHO, 1998)
-
2,3,7,8-TCDF
-12
10 -4.10
-12
-10
1,50.10
0,0005
> TDI
0,0044
> TDI
RD-1
0,0186
3.388
63,02
RE-1
Trace
(US EPA, 1999)
-
RF-1
Trace
-
-
RA-1
Trace
-
-
RC-1
0,0228
4,97
(WHO, 1998)
-
PCP
-6
10 -6.10
-6
2,1.10
-4
0,0003
> TDI
0,0003
> TDI
RD-1
0,0186
218
4,05
RE-1
Trace
(WHO, 1987)
-
RF-1
Trace
-
-
RA-1
Trace
-
-
RC-1
0,0228
0,08
(WHO, 1987)
-
Chloroform
RD-1
0,0186
3,590
0,07
RE-1
Trace
(US EPA, 1999)
-
RF-1
Trace
-
10
-5
(US EPA, 1979)
6.10
-4
0,000006
< TDI
0,000005
< TDI
-
Keterangan: Menurut BPS (2005): tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Riau adalah 0,06973 kg/kapita/hari
Pada kondisi surut (pagi) di sungai Kampar, jumlah senyawa TCDD yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik RC-1 hingga RD-1 melebihi nilai Tolerable Daily Intake (TDI) yang diperkenankan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik RC-1 (3 km di hilir effluent PT. R ) hingga RD-1 (6 km di hilir effluent PT. R) tidak layak dikonsumsi.
101
Sedangkan ikan yang hidup di titik RA-1 ke hulu dan titik RE-1 ke hilir aman untuk dikonsumsi karena konsentrasi AOX sebagai TCDD di daerah ini tidak ditemukan (trace) sehingga tidak terakumulasi dalam tubuh ikan dan tidak ada TCDD yang masuk ke dalam tubuh manusia. Senyawa TCDF yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia dari ikan yang hidup di titik RC-1 hingga RD-1 melebihi nilai TDI yang diperkenankan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik RC-1 hingga RD-1 tidak layak dikonsumsi. Ikan yang hidup di luar lokasi tersebut layak untuk dikonsumsi. Senyawa PCP yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik RC-1 hingga RD-1 melebihi nilai TDI yang diperkenankan. Sehingga disimpulkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik RC-1 hingga RD-1 tidak layak dikonsumsi. Dan ikan yang hidup di luar lokasi tersebut yakni dari titik RA-1 ke hulu dan RE-1 ke hilir masih dianggap aman untuk dikonsumsi. Senyawa chloroform yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik RA-1 hingga titik RF-1 lebih rendah dari nilai TDI. Dengan asumsi bahwa hanya ada chloroform sebagai AOX yang tercampur di sungai, maka ikan yang hidup di sekitar titik RA-1 (4 km di hulu effluent PT. R ) hingga RF-1 (26 km di hilir effluent PT. R) masih layak untuk dikonsumsi Tabel V.20 menunjukan hasil perhitungan dan prediksi resiko AOX terhadap tubuh manusia dari setiap titik sampling di sungai Kampar pada sore hari (surut).
102
Tabel V.20 Prediksi resiko AOX dari sungai Kampar (sore/surut) terhadap tubuh manusia Titik
Cw
BCF pada
Cf
TDI
TDI untuk
Masuk
Sampling
(mg/L)
ikan
(mg/kg)
(g/kg/hari)
berat badan
ke
60 kg (g/hari)
Keterangan
tubuh (g/hari)
2,3,7,8-TCDD RA-2
0,0352
149,07
RC-2
0,1014
429,43 -12
10 -4.10
-12
-10
1,50.10
0,0104
> TDI
0,0299
> TDI
0,0190
> TDI
0,0031
> TDI
RD-2
0,0642
4.235
271,89
RE-2
0,0104
(US EPA, 1999)
44,04
RF-2
Trace
-
-
RA-2
0,0352
119,26
0,0083
> TDI
RC-2
0,1014
343,54
0,0240
> TDI
0,0152
> TDI
0,0025
> TDI
(WHO, 1998)
2,3,7,8-TCDF
-12
10 -4.10
-12
-10
RD-2
0,0642
3.388
217,51
1,50.10
RE-2
0,0104
(US EPA, 1999)
35,24
RF-2
Trace
-
-
RA-2
0,0352
7,67
0,0005
> TDI
RC-2
0,1014
22,11
0,0015
> TDI
0,0010
> TDI
0,00016
< TDI
(WHO, 1998)
PCP
-6
10 -6.10
-6
2,1.10
-4
RD-2
0,0642
218
14,00
RE-2
0,0104
(WHO, 1987)
2,27
RF-2
Trace
-
-
RA-2
0,0352
0,12
0,000008
< TDI
RC-2
0,1014
0,36
0,000025
< TDI
0,000016
< TDI
0,000003
< TDI
(WHO, 1987)
Chloroform
RD-2
0,0642
3,590
0,23
RE-2
0,0104
(US EPA, 1999)
0,04
RF-2
Trace
10
-5
(US EPA, 1979)
-
6.10
-4
-
Keterangan: Menurut BPS (2005): tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat Riau adalah 0,06973 kg/kapita/hari Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi surut (sore) di sungai Kampar, TCDD yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia dari ikan yang hidup di titik RA-2 hingga RE-2 melebihi nilai TDI yang diperkenankan. Sehingga dapat diprediksi, ikan yang hidup di sekitar titik RA-2 (4 km di hulu effluent PT. R ) hingga RE-2 (16 km di hilir effluent PT. R) tidak layak dikonsumsi. Sedangkan ikan yang hidup di titik RF2 ke hilir aman dan layak untuk dikonsumsi.
103
Senyawa TCDF yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia dari ikan yang hidup di titik RA-2 hingga RE-2 melebihi nilai TDI yang diperkenankan. Hal ini memberi kesimpulan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik RA-2 hingga RE-2 tidak layak dikonsumsi. Senyawa PCP yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik RA-2 hingga RD-2 sedikit melebihi nilai TDI, namun di titik RE-2 dan RF-2 berada di bawah nilai TDI. Sehingga disimpulkan bahwa ikan yang hidup di sekitar titik RA-2 hingga RD-2 tidak layak dikonsumsi. Sedangkan chloroform yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika mengkonsumsi ikan yang hidup di titik RA-2 hingga titik RF-2 lebih rendah dari nilai TDI yang diperkenankan. Dengan asumsi bahwa hanya ada chloroform sebagai AOX yang tercampur di sungai, maka ikan yang hidup di sekitar titik RA-2 (4 km di hulu effluent PT. R ) hingga RF-2 (26 km di hilir effluent PT. R) masih layak untuk dikonsumsi Dari perhitungan pada Lampiran F yang ditampilkan pada Tabel V.17 hingga V.20 di atas, diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi AOX dalam air dan semakin tinggi nilai BCF pada ikan, maka konsentrasi AOX pada ikan semakin tinggi, dan semakin tinggi konsentrasi AOX yang terakumulasi dalam tubuh ikan, maka semakin besar pula resiko terjadinya akumulasi senyawa tersebut dalam tubuh manusia. Menurut Broten (1999) bahwa AOX menyebabkan kerusakan sifat genetik dan menurunnya laju pertumbuhan ikan Salmon dan ikan jenis lainnya. Dengan analog yang sama, diperkirakan bahwa eksistensi AOX di sungai Siak dan Kampar dapat menurunkan laju reproduksi ikan, sehingga diperkirakan jumlah dan jenis ikan yang bertahan hidup di dalam daerah 4 km ke hulu dan 16 km ke hilir dari effluent ke dua industri akan berkurang. Dengan beberapa asumsi di atas, secara umum dapat diprediksi bahwa ikan di sungai Siak dan Kampar yang masih layak dan aman untuk dikonsumsi adalah ikan yang hidup di luar rentang daerah 4 km ke hulu dan 16 km ke hilir effluent PT. I dan PT. R, sedangkan ikan yang ditemukan di dalam daerah sepanjang 4 km ke hulu hingga 16 km ke hilir effluent diperkirakan tidak layak untuk dikonsumsi karena memiliki kemungkinan masuknya AOX ke dalam tubuh manusia yang lebih tinggi dari nilai TDI yang diperkenankan.
104
Dari prediksi resiko di atas, kemudian dapat diperhitungkan untuk baku mutu AOX pada perairan tersebut, sebagai berikut: a. Baku mutu AOX di badan air (stream standard) Jika digunakan AOX dengan nilai BCF tertinggi yakni 2,3,7,8-TCDD (BCF = 4.235), maka: Cfs
BCF =
____
Cws dimana: Cfs = konsentrasi AOX yang dianggap aman dalam tubuh ikan, mg/kg Cws= konsentrasi AOX yang dianggap aman dalam air sungai, mg/L atau kg/ADT Diketahui: TDI senyawa TCDD pada manusia = 1-4 pg/kg berat badan Dengan asumsi berat badan rata-rata orang dewasa 60 kg, maka: TDI = 2,5 pg/kg x 60 kg = 150 pg/hari = 1,50.10-10 g/hari Asumsi: konsumsi ikan masyarakat daerah tersebut = 0,06973 kg/kapita/hari = K. Jumlah TCDD yang dapat masuk ke tubuh manusia karena mengkonsumsi ikan, misalkan X g/hari. Konsentrasi AOX dalam air yang dianggap aman (Cws) adalah konsentrasi yang menghasilkan nilai X ≤ TDI. Sehingga:
X = K.Cfs X TDI Cfs = _____ = _______ K K 1,50.10-10 g/hari
Cfs = ___________________ = 2,15.10-9 g/kg 0,06973 kg/hari 2,15.10-9 g/kg Cws = ______ = _________________ = 5,08.10-13 g/L = 5,08 .10-10 mg/L BCF 4.235 Cfs
( massa jenis air = 1 kg/L)
105
Dengan asumsi, jika:
Produksi pulp = 5.225 ADT/day dan kertas 2.250 ton/hari.
Debit yang digunakan sesuai batas maksimum debit limbah cair harian dalam Lampiran A.V Kep Men LH No. 51/1995 yakni 170 m3/hari/ton produk kertas kering, sehingga debit limbah menjadi = 2.250 x 170 = 382.500 m3/hari.
Konversi: konsentrasi AOX (Cws) = 5,08 .10-10 mg/L x 10-6 kg/mg/10-3 m3/dm3 = 5,08 . 10-13 kg/m3 Sehingga konsentrasi AOX dalam kg/ADT yang dianggap aman pada badan air adalah: [AOX] dalam kg/m3 x Debit Limbah dalam m3/day [AOX] dalam kg/ADT =
_______________________________________________________
Total Poduksi Pulp dalam ADT/day 5,08.10-13 kg/m3 x 382.500 m3/day Cws = _________________________________________ 5.225 ADT/day = 3,72 . 10-11 kg/ADT Sehingga
baku mutu AOX yang aman pada badan air (stream standard)
tersebut adalah: 5,08 .10-10 mg/L atau 3,72 . 10-11 kg/ADT.
b. Baku mutu limbah cair (effluent standard) untuk AOX Melalui persamaan Neraca Massa: Ce.Qe + Cu.Qu Cd = ___________________ Qe + Qu Dimana: Cd = konsentrasi AOX di hilir effluent (downstream) = Cws (lihat perhitungan stream standard di atas), mg/L atau kg/ADT Ce = konsentrasi AOX pada effluent, mg/L atau kg/ADT
106
Cu = konsentrasi AOX di badan air/sungai (upstream), mg/L atau kg/ADT Qe = debit effluent (m3/detik) Qu = debit sungai (m3/detik) Dalam perhitungan ini diasumsikan, jika: Debit sungai penerima effluent industri pulp dan kertas adalah sama dengan debit normal sungai Siak, 200 m3/detik. Produksi pulp = 5.225 ADT/day dan kertas 2.250 ton/hari. Debit yang digunakan sesuai batas maksimum debit limbah cair harian dalam Lampiran A.V Kep Men LH No. 51/1995 yakni 170 m3/hari/ton produk kertas kering, sehingga debit limbah menjadi = 2.250 x 170 = 382.500 m3/hari = 4,43 m3/detik. Diketahui: Cd = Cws = 5,08 .10-10 mg/L = 3,72 . 10-11 kg/ADT. Sehingga konsentrasi AOX yang dianggap aman pada effluent adalah:
Ce.Qe + Cu.Qu
Cd =
___________________
Ce.4,43 + 0. 200
=
_____________________
Qe + Qu
= 5,08 .10-10 mg/L
4,43 + 200
5,08.10-10 . 204,43 Ce = _______________________ = 2,34.10-8 mg/L = 2,34 .10-11 kg/m3 4,43 Konversi ke dalam satuan kg/ADT menghasilkan: 2,34.10-11 kg/m3 x 382.500 m3/day Cws = ______________________________________________ 5.225 ADT/day = 1,71 . 10-9 kg/ADT Sehingga baku mutu AOX pada effluent industri pulp dan kertas (effluent standard) berdasarkan asumsi dan perhitungan di atas adalah: 2,34.10-8 mg/L atau 1,71 . 10-9 kg/ADT.