80
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Statistik Deskriptif Statistik
deskriptif
merupakan
cara
untuk
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang telah terkumpul dan menyajikan informasi tanpa bertujuan untuk membuat kesimpulan yang digeneralisasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dimana data yang diperoleh melalui website BEI pada 12 (dua belas) perusahaan manufaktur sektor otomotif dan komponen tersebut yang secara aktif mengeluarkan laporan keuangan auditan pada periode 2010 – 2014. Adapun deskripsi data keseluruhan variabel penelitian yang mencakup nilai rata-rata, minimum, maksimum dan standar deviasi dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Tahun 2010 – 2014
Sumber: Output SPSS 22 (2015) Tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa variabel Manajemen Laba periode 20102014 mempunyai nilai rata-rata sebesar 2,8327976. Nilai minimum sebesar -3,28667
80 http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
dan nilai maksimum sebesar 10,90073. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 2,82666338. Berdasarkan data ini, dapat diketahui bahwa perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen di Indonesia melakukan praktik manajemen laba dengan tujuan untuk menghindari pelaporan kerugian. Variabel beban pajak tangguhan tahun 2010-2014 menunjukkan nilai minimum sebesar -0,018689, nilai maksimum sebesar 0,016236, nilai rata-rata sebesar -0,00040163 dan nilai standar deviasi sebesar 0,005491270. Artinya, secara rata-rata perusahaan di manufaktur sub sektor otomotif dan komponen Indonesia mengindikasikan adanya manfaat terhadap pajak yang ditangguhkan dengan melaporkan laba akuntansi yang lebih rendah daripada laba fiskal. Variabel profitabilitas tahun 2010-2014 menunjukkan nilai minimum sebesar -0,022300, nilai maksimum sebesar 0,861900, nilai rata-rata sebesar 0,08140167 dan nilai standar deviasi sebesar 0,117577809. Artinya, secara rata-rata perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen di Indonesia mengindikasikan adanya tingkat pengembalian aset sebesar 8,140%. Variabel perencanaan pajak tahun 2010-2014 menunjukkan nilai minimum sebesar -3,552000, nilai maksimum sebesar 1,627100, nilai rata-rata sebesar 0,65279167 dan nilai standar deviasi sebesar 0,623719132. Artinya, secara rata-rata laba bersih perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen di Indonesia sebesar 65,28% dibandingkan dengan laba bersih sebelum pajak. Leverage dapat diketahui mempunyai nilai mean dan standar deviasi masingmasing 1,0851 dan 0,73572. Nilai tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia cukup memiliki kemampuan dalam membayar kewajibannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
Penelitian ini menggunakan pengukuran conditional revenue model (Stubben, 2010) dalam mengidentifikasi manajemen laba (earning management). Adapun nilai perubahan piutang akrual pada 12 (dua belas) perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen selama tahun 2010–2014 adalah sebagai berikut: Tabel 5.2 Perkembangan Nilai Piutang Akrual dengan Conditional Revenue Model (Perusahaan Manufaktur, Sub Sektor Otomotif dan Komponen Tahun 2010 – 2014) INDEKS PERUBAHAN PIUTANG AKRUAL (∆ARit) KODE
No. SAHAM
1
ASII
2
NAMA PERUSAHAAN MEAN
TAHUN 2010
2011
2012
2013
2014
PT. Astra International, Tbk.
3,172096
6,33643048
5,13822894
3,08109377
0,59939382
0,70533316
AUTO
PT. Astra Otoparts, Tbk.
2,880997
3,30076582
3,04034414
1,99926599
4,01970099
2,04490826
3
BRAM
PT. Indo Kordsa, Tbk.
1,943952
3,68312703
2,98880784
0,20075096
2,10278076
0,74429545
4
GDYR
PT. Goodyear Indonesia, Tbk.
2,824276
9,60821294
2,21054840
1,34698046
4,24230626
-3,28666766
5
GJTL
PT. Gajah Tunggal, Tbk
1,823318
3,86502013
3,50232025
1,16701604
-0,31052597
0,89276191
6
IMAS
PT. Indomobil Sukses International, Tbk.
4,720665 10,90073477
8,33384348
4,58735832
0,28202322
-0,50063589
7
INDS
PT. Indospring, Tbk.
4,641782
7,64139524
7,50813408
4,70278662
2,06118048
1,29541485
8
LPIN
PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk.
0,254282
0,16189745
0,36782124
0,57988640
0,76563393
-0,60382990
9
MASA
PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk.
1,539114
1,93229949
4,09934600
0,45664099
2,11938862
-0,91210423
10
NIPS
PT. Nippers, Tbk.
5,208020
6,33212029
7,84572103
4,35898594
5,49838106
2,00489071
11
PRAS
PT. Prima Aloy Steel, Tbk.
1,594189
4,86556822
1,37259736
-0,57329331
0,14505459
2,16101833
12
SMSM
PT. Selamat Sempurna, Tbk.
3,390879
3,22950644
7,53936679
1,15514468
2,44813753
2,58223886
Rata-Rata Tahunan
5,15475653 4,49558996 1,92188474 1,99778794 0,59396866
Sumber: Data Sekunder – Diolah (2015) Berdasarkan data pada tabel 5.2 di atas, besarnya nilai rata-rata perubahan piutang akrual pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen sejak tahun 2010 – 2014. Nilai rata-rata residual tertinggi dimiliki oleh PT. Nippers, Tbk. yaitu sebesar 5,208020. Sedangkan nilai rata-rata residual terendah dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk. yaitu sebesar 0,254282. Roychowdurry (2006)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
memberikan batasan tidak adanya indikasi manajemen laba akrual dengan kisaran nilai antara 0,075 sampai dengan 0,075. Dengan ini, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi dan terendah di atas mengindikasikan adanya manajemen laba yang tinggi karena memiliki indeks yang jauh lebih besar dari 0,075. Gambar 5.1 Nilai Manajemen Laba (Perusahaan Manufaktur, Sub Sektor Otomotif dan Komponen Tahun 2010 – 2014)
Axis Title
Manajemen Laba 6 5 4 3 2 1 0
2010
2011
2012
2013
2014
Manajemen Laba 5,15476 4,49559 1,92188 1,99779 0,59397
Berdasarkan Gambar 5.1 di atas, fluktuasi manajemen laba dari 12 (dua belas) perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen tahun 2010 – 2014, dimana nilai residual tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan nilai residual terendah terjadi pada tahun 2014 dengan nilai residual masing-masing sebesar 5,15476 dan 0,59397. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 12 (dua belas) perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen selama 5 tahun terakhir (2010-2014) terindikasi adanya manajemen laba karena memiliki nilai residual lebih besar (>) dari 0,075.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
5.2. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian 5.2.1. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan One-Sample KolmogorovSmirnov Test. Adapun hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: o H0 : Residual mengikuti fungsi distribusi normal. o Ha : Residual tidak mengikuti fungsi distribusi normal. Kriteria penerimaan hipotesis adalah jika nilai p > 0,05, maka hipotesis nol akan diterima, dan jika nilai p < 0,05, maka hipotesis nol akan ditolak. Tabel 5.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
60
Normal Parameters
a,b
Mean Std. Deviation Absolute
Most Extreme Differences
,0000000 2,56953886 ,132
Positive
,132
Negative
-,084
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1,020 ,249
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS 22 (2015) Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 5.3, dengan menggunakan uji statistik non-parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov pada variabel manajemen laba memiliki nilai p = 0,249, karena nilai p > 0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual mengikuti fungsi distribusi normal data.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
5.2.2. Uji Multikolonieritas Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Varian Inflated Factor) dan nilai tolerance pada Tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Beban pajak tangguhan Profitabilitas Perencanaan pajak Leverage
Tolarance 0,954 0,904 0,762 0,695
VIF 1,049 1,106 1,313 1,440
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22 (2015) Hasil pengujian multikolonieritas pada tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai VIF pada masing-masing variabel lebih kecil daripada 10 dan nilai tolerance lebih besar daripada 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolonieritas antar variabel independen.
5.2.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik scatter diagram. Jika pada scatter diagram membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Pemilihan model grafik ini dilakukan karena dalam model ini variabel bebasnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
lebih dari satu. Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan teknik scatter diagram disajikan pada Gambar 5.2 berikut ini: Gambar 5.2 Hasil Uji Scatter Diagram
Sumber: Output SPSS 22 (2015) Selain menggunakan analisis scatter-diagram, pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui uji glejser, dimana pada uji glejser dilakukan dengan analisis regresi nilai absolute residual (AbsUi) terhadap variabel independen dan variabel kontrol (beban pajak tangguhan, profitabilitas, perencanaan pajak dan leverage) dengan persamaan regresi sebagai berikut: │U i │= α + βXi + μi Jika β signifikan, maka mengindikasikan terdapat problem heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
Tabel 5.5 Hasil Uji Glejser
Sumber: Output SPSS 22 (2015) Berdasarkan tabel 5.5 di atas, yang diperoleh dari analisis regresi nilai koefisien beban pajak tangguhan, profitabilitas, perencanaan pajak, dan leverage terhadap absolute residual (AbsUi), dapat diketahui bahwa secara umum variabel tidak signifikan pada level signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada permasalahan heteroskedastisitas pada data residual.
5.2.4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji nilai DurbinWatson. Nilai Durbin-Watson sebesar 2.186 untuk mendekati autokorelasi dapat dilihat dari Tabel 5.6. Nilai du diperoleh sebesar 1,7274 dan nilai dL sebesar 1,4443. Nilai Durbin Watson sebesar 2,186 lebih besar dari nilai du = 1,7274 dan kurang dari (4 – 1,7274) = 2,2726. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi berada di antara nilai du ≤ dw ≤ 4 - du yang berarti tidak terjadinya autokorelasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Tabel 5.6 Hasil Uji Autokorelasi Nilai
dL
du
4-du
4-dL
dw
1,4443
1,7274
2,2726
2,5557
2,186
5.3. Pengujian Hipotesis Setelah model regresi yang diajukan lolos dari pengujian asumsi klasik, maka tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis untuk membuktikan secara ilmiah pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Profitabilitas dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba, maka dilakukan melalui pengujian koefisien determinasi (R Square), uji signifikasi simultan (Uji-F) dan uji signifikansi parameter individual (Uji-t). 5.3.1. Uji Koesifien Determinasi (R2) Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kekuatan pengaruh yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil dari pengujian korelasi determinasi dapat dilihat pada Tabel 5.7. berikut ini: Tabel 5.7 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Sumber: Output SPSS 22 (2015) Dari Tabel 5.7 di atas, dapat diketahui bahwa nilai R adalah 0,417, yang menyatakan bahwa korelasi berganda variabel independen terhadap variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
dependen sebesar 41,7%. R Square = 0,174 menyatakan bahwa 17,4% perubahan pada variabel pengungkapan Manajemen Laba dapat dijelaskan oleh variabel beban pajak tangguhan, profitabilitas, perencanaan pajak, dan leverage yang menjadi variabel kontrol. Sedangkan sisanya sebesar 82,6% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model ini. Adjusted R Square = 0,114 sama dengan R Square hanya saja nilai Adjusted R Square telah disesuaikan (adjusted / dikoreksi dengan df-Nya), standard error = 2,66133687 pendugaan kesalahan baku berganda (standard error of the estimation).
5.3.2. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji-F) Uji-F atau ANNOVA dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama atau simultan terhadap variabel dependen. Adapun hasil dari uji-F dapat dilihat Tabel 5.8 berikut ini: Tabel 5.8 Hasil Uji-F
Sumber: Output SPSS 22 (2015) Berdasarkan analisis uji-F atau ANOVA pada Tabel 5.8di atas, dapat diketahui bahwa nilai F = 2,890 dengan nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% yaitu 0,030. Dari tabel distribusi F dapat diketahui bahwa nilai kritis dengan menggunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
derajat kebebasan (df1) = 4 sebagai numerator dan (df2) = 55 sebagai dominator pada tingkat α sebesar 0,05. Keputusan : 0,030 < 0,05
H0 ditolak (Ha diterima)
Kesimpulan: H0 ditolak, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel beban pajak tangguhan, profitabilitas dan perencanaan pajak terhadap variabel manajemen laba. 5.3.3. Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji-t) Uji-t dilakukan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Di samping itu, pengujian ini dimaksudkan untuk memprediksi sejauhmana kontribusi perubahan yang terjadi pada masing variabel independen terhadap besarnya variabel dependen. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H0 : β
= 0, berarti masing-masing dari variabel beban pajak tangguhan, profitabilitas, perencanaan pajak dan leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel manajemen laba.
Ha : H1, H2, H3 : β ≠ 0, berarti masing-masing dari variabel beban pajak tangguhan, profitabilitas, perencanaan pajak dan leverage mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
manajemen laba. dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : H0 diterima, jika nilai thitung < ttabel-n Ha diterima, jika nilai thitung > ttabel-n
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terhadap
variabel
91
atau H0 diterima (Ha ditolak), jika nilai sig. > 0,05 Ha diterima (H0 ditolak), jika nilai sig. < 0,05 Dalam pengujian ini, diketahui nilai ttabel untuk jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen selama tahun 2010-2014 dengan tingkat α sebesar 5% adalah sebesar 1,671. Adapun hasil dari uji-t dapat dilihat Tabel 5.9 berikut ini: Tabel 5.9 Hasil Uji-t Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model
1
(Constant)
0,162
1,022
60,735
64,608
Profitabilitas
8,252
Perencanaan Pajak Leverage
Beban Pajak Tangguhan
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
,159
,874
,118
,940
,351
3,099
,343
2,663
,010
1,011
,636
,223
1,588
,118
1,256
,565
,327
2,223
,030
a. Dependent Variable: Manajemen Laba Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 22 (2015) 1) Variabel beban pajak tangguhan (X1) memiliki nilai t sebesar 0,940 dengan signifikansi 0,351 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa beban pajak tangguhan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba tidak dapat Diterima. 2) Variabel profitabilitas (X2) memiliki nilai t sebesar 2,663 dengan signifikansi 0,010 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dapat Diterima. 3) Variabel perencanaan pajak (X3) memiliki nilai t sebesar 1,588 dengan signifikansi 0,118 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa perencanaan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba tidak dapat Diterima. 4) Variabel leverage (DER) memiliki nilai t sebesar 2,223 dengan signifikansi 0,030 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dan terbukti sebagai Variabel Kontrol.
5.4. PEMBAHASAN Gambaran umum mengenai manajemen laba pada perusahaan-perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen yang terdapat di Indonesia di tahun 2010-2014 sebanyak 12 (dua belas) perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata keseluruhan manajemen laba pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen sejak tahun 2010 – 2014 sebesar 2,8327976 adalah cukup tinggi. Dalam pengujian secara simultan, pengaruh dari variabel beban pajak tangguhan, profitabilitas dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
menghasilkan nilai R2 sebesar 0,174 atau dengan kata lain 17,4% beban pajak tangguhan, profitabilitas dan perencanaan pajak dan leverage sebagai variabel kontrol cukup menjelaskan pengaruh terhadap variabel manajemen laba. Sedangkan sisanya sebesar 82,6% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada Tabel 5.8 sebelumnya, maka pembahasan hasil hipotesis yang dimaksud dikaitkan dengan teori maupun hasil dari penelitian terdahulu, yaitu: 1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, dengan nilai signifikansi sebesar 0,351 yang berarti berada di atas taraf signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Philips, Pincus & Rego (2003), Yulianti (2004) serta Sumomba dan Hutomo (2012) yang membuktikan beban pajak tangguhan dapat mendeteksi adanya manajemen laba perusahaan. Akan tetapi, hasil penelitian ini mendukung penelitian Widyaningsih dan Purnamawati (2012) dimana beban pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hal ini dapat diketahui bahwa rata-rata beban pajak tangguhan pada perusahaan manufaktur di Indonesia adalah sebesar -0,040163%, artinya perusahaan memiliki kecenderungan untuk melaporkan manfaat terhadap pajak yang ditangguhkan walaupun dengan persentase yang sangat kecil. Di samping itu, perusahaan manufaktur sektor otomotif dan sub komponen yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 semakin menyadari pentingnya mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku terhadap pelaporan keuangan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
dipublikasikan karena semakin diawasi oleh stakeholders’ dan regulator, seperti halnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan demikian, pengakuan dan penyajian beban pajak tangguhan telah dilaksanakan sesuai dengan kemampuan perusahaan yang sebenarnya sehingga beban pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik manajemen laba. 2) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, dengan nilai signifikansi sebesar 0,010 yang berarti berada di bawah taraf signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Carla & Bathala (1997), Ilya (2006), Igan (2007), Widyaningsih dan Purnamawati (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini mendukung teori akuntansi positif, yaitu bonus plan hypothesis dimana metode akuntansi yang digunakan dapat memaksimalkan perolehan bonus yang tinggi melalui kenaikan laba perusahaan sehingga memotivasi atau meningkatkan peluang pihak manajemen untuk melaporkan profitabilitas setinggi mungkin. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat profitabilias perusahaan akan lebih memotivasi pihak manajemen dalam melakukan manajemen laba. 3) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, dengan nilai signifikansi sebesar 0,118 yang berarti berada di atas taraf signifikansi 0,05 (5%). Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Ying dan Cheng (2004) dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
Sumomba dan Hutomo (2012) yang membuktikan perencanaan pajak dapat mendeteksi adanya manajemen laba perusahaan. Perencanaan pajak dalam kaitannya dengan manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 tidak membuktikan teori agensi yang menyebabkan timbulnya konflik kepentingan yang terjadi antara pihak manajemen (agent) dengan principal. Kondisi ini lebih memotivasi pihak manajemen untuk memperoleh bonus yang tinggi, begitu juga pihak principal yang memiliki kepentingan terhadap laba yang tinggi yang akan berdampak pada harga saham di perusahaan tersebut yang mencerminkan kenaikan kekayaan (kesejahteraan) pemegang saham.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, dengan nilai koefisien 1,256 dan nilai signifikansi sebesar 0,030 yang berarti berada di bawah taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa setiap pertambahan satu leverage maka pihak manajemen akan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba sebanyak 1,256 kali. Dalam penelitian ini, teori akuntansi positif melalui debt covenant hypothesis yaitu pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, pihak manajemen cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian hutang (Watts dan Zimmerman, 1986). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa variabel leverage terbukti mempunyai pengaruh yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
signifikan sebagai variabel kontrol untuk mendukung pengaruh variabel independen (beban pajak tangguhan, profitabilitas dan perencanaan pajak) pada perusahaan manufaktur sub sektor otomotif dan komponen di Indonesia yang menjadi sampel dalam penelitian ini pada periode 2010-2014 memberikan kontribusi bagi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/