82
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Penentuan Sektor Basis Dalam penelitian ini penentuan sektor basis komoditas pertanian tanaman
pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar dianalisis berdasarkan data jumlah produksi pada tahun 2008 yang dianalisis dengan metode Location Quotient Analysis (LQ).
5.1.1. Komoditas Padi Pada tahun 2008 produksi padi di Kabupaten Kampar tercatat 4.430.243 ton, yang terdiri dari padi sawah sebesar 2.860.794 ton (64,57%) dan padi ladang sebesar 1.569.449 ton (35,43%) dengan rincian per kecamatan seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Produksi Padi di Kabupaten Kampar Tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kecamatan Kampar Kiri XII Koto Kampar Bangkinang Seberang Sak Hulu Kampar Tapung Tambang Bangkinang Barat Kampar Kiri Hulu Kampar Kiri Hilir Tapung Hulu Tapung Hilir Bangkinang Salo Rumbio Jaya Kampar Utara Kampar Timur Kampar Kiri Tengah Gunung Sahilan Perhentian Raja Kabupaten Kampar
Padi Sawah ( ton ) 13.725 15.040 302.640 0 724.520 57.500 271.887 368.483 0 0 0 0 0 322.263 79.920 220.818 360.448 0 0 0 2860.794
Padi Ladang ( ton ) 38.500 138.690 0 5.096 11.920 49.135 322.896 670 30.420 0 372.255 429.825 0 124.640 3.328 24.794 17.280 0 0 0 1569.449
Jumlah Padi ( ton ) 175.775 153.730 302.640 5.096 736.440 106.635 594.783 369.153 30.420 0 372.255 429.825 0 446.903 83.248 245.612 377.728 0 0 0 4430.243
83
Tabel 13. Hasil Analisis LQ Produksi Komoditas Padi di Kabupaten Kampar Tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kecamatan Kampar Kiri XII Koto Kampar Bangkinang Seberang Siak Hulu Kampar Tapung Tambang Bangkinang Barat Kampar Kiri Hulu Kampar Kiri Hilir Tapung Hulu Tapung Hilir Bangkinang Salo Rumbio Jaya Kampar Utara Kampar Timur Kampar Kiri Tengah Gunung Sahilan Perhentian Raja
Padi Sawah
Padi Ladang
1,21 0,15 1,55 0,00 1,52 0,84 0,78 1,55 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,12 1,49 1,39 1,48 0,00 0,00 0,00
0,62 2,55 0,00 2,82 0,05 1,30 1,53 0,01 2,82 0,00 2,82 2,82 0,00 0,78 0,11 0,28 0,13 0,00 0,00 0,00
Hasil analisis LQ seperti pada Tabel 14 menunjukkan bahwa padi sawah merupakan sektor basis yang ditunjukkan dengan besaran angka LQ > 1 bagi perekonomian masyarakat di delapan kecamatan yaitu: Bangkinang Seberang, Bangkinang Barat, Salo, Kampar, Rumbio Jaya, Kampar Utara, Kampar Timur dan Kampar Kiri. Sedangkan Padi ladang, merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat di enam kecamatan yaitu: XIII Koto Kampar, Siak Hulu, Tapung, Tambang, Kampar Kiri Hulu, dan Tapung Hilir. Dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan di Kabupaten Kampar, salah satu komoditas yang dipilih adalah padi sawah. Komoditas ini merupakan sektor basis perekonomian masyarakat, dapat ditanam dua kali dalam setahun, sehingga diharapkan dapat menyediakan bahan baku lebih banyak dan kontinyu dibandingkan padi ladang. Beraneka ragam produk dapat dihasilkan industri perdesaan berbasis komoditas padi seperti beras, tepung beras, jamur merang, makanan ternak, media tanam, kompos, sabun,
84 dan kertas,dan lain-lain sebagaimana disajikan dalam pohon industri dalam Lampiran 7 dan 12.
5.1.2. Komoditas Palawija Produksi palawija di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 tercatat sebesar 30.918 ton terdiri dari: jagung 10.038 ton (32,47%), kacang-kacangan 2.362 ton (7,64%) dan umbi-umbian 18,517 ton (59.89%). Produksi palawija per komoditas pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Produksi Palawija di Kabupaten Kampar Tahun 2008
No.
Kecamatan
1 2
Kampar Kiri XIII Koto Kampar Bangkinang Seberang Siak Hulu Kampar Tapung Tambang Bangkinang Barat Kampar Kiri Hulu Kampar Kiri Hilir Tapung Hulu Tapung Hilir Bangkinang Salo Rumbio Jaya Kampar Utara Kampar Timur Kampar Kiri Tengah Gunung Sahilan Perhentian Raja Kabupaten Kampar
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi kayu
Ubi Jalar
Jumlah
227,70 332,84
18,85 1,44
14,40 59,84
0,00 28,56
165,60 356,40
50,64 104,64
477,19 883,72
36,00 376,20 84,50 599,40 148,00 70,80 126,50 240,00 2.670,85 3.477,00 103,00 17,58 38,50 104,00 212,16
8,28 10,88 O,00 0,00 0,00 0,00 0,00 50,16 4.46,60 33,75 0,00 0,00 1,40 0,00 0,00
26,88 83,81 35,04 133,20 39,44 42,24 0,00 603,02 269,70 0,00 403,02 4,26 30,60 59,02 91,76
7,20 17,20 8,33 51,50 0,00 11,76 0,00 36,96 108,36 0,00 11,52 3,42 2,98 19,91 21,60
714,40 1.736,28 998,40 1,185,48 498,96 601,60 201,40 108,80 1.184,56 103,00 193,12 505,60 291,20 472,96 648,96
42,96 72,80 22,86 266,40 0,00 83,82 74,20 120,32 650,43 32,60 8,04 3880 19,60 26,01 0,00
835,72 2.297,17 1.149,13 2.235,98 686,40 810,22 402,10 616,56 5.330,50 3.646,35 356,00 569,66 384,28 681,90 974,48
933,30 141,44 98,70 10.038,47
28,71 2,54 0,00 602,61
237,60 39,68 48,18 1.316,29
107,88 5,20 1,39 443,77
5.076,50 414,72 125,62 15.583,56
1.140,17 146,88 32,76 2.933,93
7.524,16 750,46 306,65 30.918,63
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar (data diolah)
Dari data jumlah produksi palawija tersebut di atas setelah dilakukan analisis dengan metode Location Quotient Analysis menunjukkan bahwa masing-
85 masing komoditas palawija mempunyai keunggulan komparatif dan merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada kecamatan tertentu di Kabupaten Kampar, yang ditandai oleh LQ > 1. Hasil analisis LQ untuk masing-masing komoditas palawija dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Analisis LQ berdasarkan Produksi Komoditas Palawija di Kabupaten Kampar Tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kecamatan Kampar Kiri XII Koto Kampar Bangkinang Seberang Siak Hulu Kampar Tapung Tambang Bangkinang Barat Kampar Kiri Hulu Kampar Kiri Hilir Tapung Hulu Tapung Hilir Bangkinang Salo Rumbio Jaya Kampar Utara Kampar Timur Kampar Kiri Tengah Gunung Sahilan Perhentian Raja
Jagung 1,47 1,16 0,13 0,50 0,23 0,83 0,66 0,27 0,97 0,97 1,54 2,94 0,89 0,10 0,31 0,47 0,67 0,38 0,58 0,99
Kedelai 2,03 0,08 0,51 0,24 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,17 4,29 0,47 0,00 0,00 0,19 0,00 0,00 0,20 0,17 0,00
K.tanah 0,71 1,59 0,76 0,86 0,72 1,40 1,35 1,22 0,00 2,30 0,18 0,00 2,66 0,18 1,87 2,03 2,21 0,74 1,24 3,69
K.hijau 0,00 2,25 0,60 0,52 0,51 1,60 0,00 1,01 0,00 4,18 1,42 0,00 2,25 0,42 0,54 2,03 1,54 1,00 0,48 0,32
Ubi kayu 0,69 0,80 1,70 1,50 1,72 1,05 1,44 1,47 0,99 0,35 0,44 0,06 1,08 1,76 1,50 1,38 1,32 1,34 1,10 0,81
Ubi jalar 1,12 1,25 0,54 0,33 0,21 1,26 0,00 1,09 1,94 2,06 1,29 0,09 0,24 0,72 0,54 0,40 0,00 1,60 2,06 1,13
Tabel 15 memperlihatkan jagung memiliki keunggulan komparatif dan sekaligus menjadi sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada tiga kecamatan yaitu: Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Tapung Hulu dan Tapung Hilir sebagaimana ditunjukkan oleh nilai LQ > 1. Kedelai menjadi sektor basis pada tiga kecamatan yaitu: Kampar Kiri, Kampar Kiri Hilir dan Siak Hulu. Kacang tanah menjadi sektor basis pada 11 kecamatan yaitu: XIII Koto Kampar, Tapung, Tambang, Bangkinang Barat, Kampar Kiri Hilir, Bangkinang, Rumbio Jaya, Kampar Utara, Kampar Timur, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja. Kacang hijau merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada sembilan kecamatan yaitu: XIII Koto Kampar, Tapung, Bangkinang Barat, KamparKiri Hilir, Tapung Hulu, Bangkinang, Kampar Utara, Kampar Timur, dan Kampar Kiri
86 Tengah. Ubikayu merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada 11 kecamatan yaitu: Bangkinang Seberang, Siak Hulu, Kampar, Tapung, Tambang, Bangkinang Barat, Bangkinang, Salo, Rumbio Jaya, Kampar Utara, Kampar Timur, Kampar Kiri tengah dan Gunung Sahilan. Sedangkan Ubijalar menjadi sektor basis pada tujuh kecamatan yaitu: Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Tapung, Bangkinang Barat, Kampar Kiri hulu, Kampar Kiri Hilir, Tapung Hulu, Kampar Kiri tengah, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja. Dari hasil analisis LQ seperti pada Tabel 15 terlihat bahwa komoditas yang paling merata penyebarannya di Kabupaten Kampar adalah kacang tanah yaitu pada 11 kecamatan dan ubikayu pada 13 kecamatan. Namun dalam penelitian ini komoditas yang dipilih untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan di Kabupaten Kampar adalah komoditas ubikayu dan Jagung. Pemilihan ubikayu dan jagung sebagai dua komoditas palawija utama untuk pengembangan industrialisasi perdesaan di daerah ini didasarkan pada pertimbangan bahwa jumlah produksi ubikayu dan jagung tercatat paling besar dibandingkan dengan jumlah produksi komoditas kacang tanah dan palawija lainnya. Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta berpeluang untuk dikembangkan karena tidak hanya sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung di dalam negeri setiap tahun terus meningkat. Kabupaten Kampar memiliki peluang yang cukup besar untuk pengembangan jagung dalam rangka mendukung program nasional untuk swasembada jagung karena masih banyak lahan potensial yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian, seperti lahan sawah irigasi, tadah hujan dan lahan kering, dapat digunakan untuk pengembangan tanaman jagung. Beraneka ragam produk yang dapat dihasilkan oleh industri perdesaan berbasis komoditas jagung seperti tepung maizena, minyak, margarin, gula,
beraneka
ragam kue, makanan ternak dan lain-lain seperti disajikan pada Lampiran 8 dan 13. Jumlah produksi ubikayu pada tahun 2008 tercatat sebesar 15.583,56 ton atau 50,40% dan jagung sebesar 10.038,47 ton atau 32,47% dari total jumlah
87 produksi palawija di Kabupaten Kampar. Ubikayu sangat dibutuhkan untuk konsumsi penduduk maupun untuk bahan baku industri baik di Kabupaten Kampar dan daerah lain di Provinsi Riau. Pada saat ini masih banyak lahan kering yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan pertanian tanaman pangan. Lahan-lahan tersebut cukup potensial untuk pengembangan ubikayu. Ubikayu termasuk komoditas yang cukup besar konstribusinya dalam sistem ketahanan pangan nasional. Komoditas ini umumnya diusahakan di lahan kering oleh petani yang lemah modal dan berpendapatan rendah. Oleh sebab itu pengembangan agribisnis ubikayu perlu terus dikaitkan dengan upaya peningkatan pendapatan petani dan ketahanan pangan. Ubikayu yang dihasilkan petani diharapkan dapat mendukung kebutuhan bahan baku industri perdesaan berbasis komoditas ubikayu. Dari ubikayu dapat dihasilkan beraneka ragam produk industri
seperti
Tepung ubikayu,
Gaplek,Tapioka, pellet,makanan ternak, makanan ringan, alkohol dan lain-lain dilihat pada pohon industri ubikayu, seperti pada Lampiran 9 dan 14.
5.1.3. Komoditas Hortikultura Komoditas hortikultura terdiri dari tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan biofarmaka. Dalam rangka penyusunan strategi dan program pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis hortikultura, penelitian ini hanya difokuskan pada komoditas buah-buahan saja. Berdasarkan data statistik pertanian, jumlah produksi buah-buahan di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 tercatat sebesar 16.294,54 ton, terdiri dari 20 jenis tanaman buah-buahan, dengan rincian per jenis komoditas seperti pada Tabel 16. Untuk memudahkan pengolahan data, komoditas buah-buahan yang ditampilkan pada Tabel 17 dibatasi hanya enam komoditas yang jumlah produksinya paling besar saja yaitu durian, jeruk siam, nangka, nenas, rambutan dan semangka.
88
Tabel 16. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Kampar Tahun 2008 No.
Kecamatan
Durian
Jeruk Siam
Nangka
Nenas
Rambutan
Semangka
Buah lainnya
Jumlah
1
Kampar Kiri
100,00
18,81
52,00
0,08
29,17
0,00
83,10
283,16
2
VII Koto Kampar
208,80
14,42
344,96
0,96
269,95
263,50
255,22
1.357,81
3
Bangkinang Seberang
110,08
3,40
143,36
1,30
53,27
0,00
268,24
579,65
4
Siak Hulu
99,20
3,50
560,00
0,79
7,67
346,50
189,29
1.206,95
5
Kampar
210,48
283,08
170,80
1,30
40,58
0,00
675,13
1.381,37
6
Tapung
12,64
7,89
56,80
4,08
20,00
30,00
166,37
297,78
7
Tambang
520,00
9,15
40,00
875,00
255,00
45,75
148,84
1.893,74
8
Bangkinang Barat
96,80
162,45
142,00
0,29
8,08
0,00
1.626,59
2.036,21
9
Kampar Kiri Hulu
76,24
1,52
144,80
0,35
18,82
0,00
116,78
358,51
10
Kampar Kiri Hilir
24,00
10,24
63,68
0,69
66,25
125,20
178,31
468,37
11
Tapung Hulu
40,00
595,00
32,00
2,40
400,00
1.664,00
255,59
2.988,99
12
Tapung Hilir
11,60
0,00
54,16
0,35
1,27
140,85
146,90
355,13
13
Bangkinang
2,16
3,50
70,72
0,01
3,92
244,00
17,21
341,52
14
Salo
4,16
0,00
0,00
0,00
3,67
46,20
2,11
56,14
15
Rumbio Jaya
91,04
0,00
52,00
0,03
16,67
45,00
191,55
396,29
16
Kampar Utara
73,44
3,61
52,08
2,02
79,22
0,00
308,37
518,74
17
Kampar Timur
680,00
0,00
50,48
0,60
0,00
0,00
215,61
946,69
28,40
0,00
21,12
0,00
31,25
356,50
14,38
451,65
18
Kampar Kiri Tengah
19
Gunung Sahilan
8,00
0,00
31,76
0,15
3,33
112,00
65,76
221,00
20
Perhentian Raja
6,40
0,00
28,00
0,45
4,33
63,40
52,26
154,84
2.403,44
1.116,57
2.110,72
890,85
1.312,45
3.482,90
4.977,61
16.294,54
Kabupaten Kampar
Sumber: Dinas Pertaian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar (data diolah)
Dari Tabel 16 di atas terlihat bahwa jumlah produksi buah-buahan yang terbesar di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 adalah semangka yaitu sebesar 3.482 ton (21,37%), Durian 2.403 ton (14,75%), Nangka 2.110 ton (12,95%), Rambutan 1.312 ton (8,05%), Jeruk Siem 1.116 ton (6,85 %) dan nenas 890 ton (5,46 %). Daerah penghasil buah-buahan tersebar pada 20 kecamatan di Kabupaten Kampar. Hasil analisis LQ berdasarkan produksi masing-masing komoditas buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 17.
89
Tabel 17. Hasil Analisis LQ Berdasarkan Produksi Komoditas Buahbuahan di Kabupaten Kampar Tahun 2008 No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kampar Kiri XII Koto Kampar Bangkinang Seberang Siak Hulu Kampar Tapung Tambang Bangkinang Barat Kampar Kiri Hulu Kampar Kiri Hilir Tapung Hulu Tapung Hilir Bangkinang Salo Rumbio Jaya Kampar Utara Kampar Timur Kampar Kiri Tengah Gunung Sahilan Perhentian Raja
Durian
Jeruk Siam
Nangka
Nenas
Rambutan
Semangka
2,39 1,04 1,29 0,56 1,03 0,29 1,86 0,32 1,44 0,35 0,09 0,22 0,04 0,50 1,56 0,96 4,87 0,43 0,25 0,28
0,97 0,15 0,09 0,04 2,99 0,37 0,07 1,16 0,06 0,32 2,91 0 0,15 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00
1,42 1,96 1,91 3,58 0,95 1,47 0,16 0,54 3,12 1,05 0,08 1,18 1,60 0,00 1,01 0,78 0,41 0,36 1,11 1,40
0,00 0,01 0,04 0,01 0,02 0,25 8,45 0,00 0,02 0,03 0,01 0,02 0,00 0,00 0,07 0,07 0,01 0,00 0,01 0,05
1,28 2,47 1,14 0,08 0,36 0,83 1,67 0,05 0,65 1,76 0,04 0,04 0,14 0,81 0,52 1,90 0,00 0,01 0,86 0,35
0,00 0,91 0,00 1,34 0 0,47 0,11 0,00 0,00 1,25 2,60 1,86 3,34 3,85 0,53 0,00 0,00 3,69 2,37 1,92
Buah lainnya 0,96 0,62 1,51 0,51 1,60 1,83 2,62 2,62 1,07 1,25 0,28 1,35 0,16 0,12 1,58 1,95 0,75 0,10 0,97 0,96
Dari hasil analisis LQ berdasarkan produksi buah-buahan seperti pada Tabel 17, terlihat bahwa komoditas buah-buahan seperti durian, semangka, rambutan dan nenas merupakan sektor basis dalam perekonomian masyarakat pada beberapa kecamatan di Kabupaten Kampar. Durian menjadi sektor basis dalam perekonomian masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Bangkinang Seberang, Kampar, Kampar Kiri Hilir, Rumbio Jaya, dan Kampar Timur. Jeruk Siam menjadi sektor basis di Kecamatan Kampar, Bangkinang Barat dan Tapung Hulu. Nangka menjadi sektor basis di Kecamatan Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Bangkinang Seberang, Siak Hulu, Tapung, Bangkinang Barat, Kampar Kiri Hulu, Tapung Hilir, Bangkinang, Rumbio Jaya, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja. Nenas memiliki keunggulan dan menjadi sektor basis di Kecamatan Tambang. Rambutan menjadi sektor basis dalam perekonomian masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Bangkinang
90 Seberang, Kampar Kiri Hilir dan Kampar Utara. Sedangkan semangka menjadi sektor basis di Kecamatan Siak Hulu, Kampar Kiri Hilir, Tapung Hulu, Tapung Hilir, Bangkinang, Salo, Kampar Kiri Tengah, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja. Dalam kajian ini, komoditas nenas dipilih sebagai komoditas yang penting dikembangkan dalam program pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis hortikultura di Kabupaten Kampar. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa nenas ditanam pada lokasi yang lebih terkonsentrasi pada satu kecamatan di Kecamatan Tambang, yaitu kecamatan yang dipersiapkan sebagai wilayah Agropolitan di Kabupaten Kampar. Komoditas nenas merupakan sektor basis dalam perekonomian masyarakat setempat. Areal penanaman nenas dekat dengan jalan negara yang menghubungkan Pekanbaru-Bangkinang, sehingga sangat memudahkan dalam kelancaran transportasi untuk pemasaran produksi yang dihasilkan petani. Berbeda dengan komoditas durian dan rambutan yang berbuah secara musiman, perkebunan nenas berproduksi sepanjang tahun sehingga diharapkan dapat memasok buah dalam jumlah yang cukup besar untuk kebutuhan bahan baku industri perdesaan berbasis hortikultura di Kabupaten Kampar. Selama ini masyarakat/petani hanya menjual hasil panen dalam bentuk buah segar kepada pedagang yang datang ke lokasi perkebunan nenas, sehingga petani tidak memperoleh nilai tambah dari produk yang dihasilkannya. Pembinaan dan bimbingan teknis kepada masyarakat di daerah ini dalam pengolahan buah nenas menjadi berbagai produk olahan telah dilakukan oleh berbagai instansi terkait antara lain oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, namun kegiatan industri perdesaan berbasis nenas belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan banyaknya kendala yang dihadapi petani dalam pelaksanaan pengembangan usaha industri perdesaan. Mengingat besarnya potensi produksi nenas yang dihasilkan petani di daerah ini, sebenarnya berbagai macam produk dapat dihasilkan oleh industri rumah tangga (IRT) dan industri kecil (IK) di kecamatan ini dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk hasil pertanian untuk memperbaiki kesejahteraan petani. Produk-produk yang dapat dihasilkan oleh industri perdesaan berbasis komoditas nenas dapat dilihat pada pohon
91 industri nenas, seperti buah dalam kaleng, acar, manisan, sirup, selai, dan makanan ternak seperti disajikan pada Lampiran 10 dan 15. Bina UKM (2000) mengemukakan bahwa dari berbagai jenis produk olahan berbasis hortikultura yang sudah diekspor sekarang ini, nenas olahan tergolong produk ekspor yang masih dapat ditingkatkan produk dan usahanya, karena berbagai alasan, yaitu: 1) Permintaan produk nenas di luar negeri cukup besar, sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan per kapita. 2) Beberapa pemasok utama industri pesaing di luar negeri, seperti Taiwan dan Hawaii, mengalami kekurangan pasokan bahan baku karena semakin sulitnya mendapatkan lahan yang sesuai untuk pengembangan nenas. 3) Iklim untuk pengembangan budidaya dan industri pengolahan nenas di Indonesia sangat sesuai dan sumber bahan baku yang melimpah belum ditangani dengan baik. 4) Potensi lahan untuk budidaya nenas cukup tersedia di luar Jawa seperti pulau Sumatera (Lampung, Sumatera Utara dan Riau), Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur. 5) Dalam rangka otonomi daerah, dua diantara propinsi potensial di atas sudah bertekat untuk menjadi provinsi utama sentra agribisnis Indonesia berorientasi ekspor, sehingga pengembangan agroindustri nenas sangat memungkinkan.
Dari hasil analisis LQ tersebut dapat disimpulkan bahwa komoditas yang penting untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar adalah seperti pada Tabel 18.
92
Tabel 18. Komoditas yang Terpilih Untuk Program Pengembangan Industri Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar No. 1.
Komoditas
Kecamatan
Tanaman Pangan * Padi - Padi Sawah
Kampar, KamparTimur, Bangkinang Barat, Salo, Bangkinang Seberang
* Palawija
2.
-
Jagung
XIII Koto Kampar, Tapung Hulu,Tapung Hilir
-
Ubikayu
SiakHulu, Tapung, Tapung Hulu
Hortikultura * Buah-buahan -
5.2.
Nenas
Tambang
Faktor– faktor Penentu Pengembangan Komoditas Unggulan: Analisis AHP
5.2.1. Komoditas Padi Sawah Dalam penelitian ini, dikaji 4 aspek yang mempengaruhi pengembangan produksi padi di Kabupaten Kampar, yaitu: teknologi, lahan, sumberdaya manusia (SDM ) dan kelembagaan. Dari data yang dianalisis dengan metoda Analytical hierarchy Process (AHP) diperoleh hasil bahwa aspek yang sangat berpengaruh dalam pengembangan tanaman padi di Kabupaten Kampar berturutturut adalah 1) lahan (0,40); 2) SDM (0,30); 3) teknologi (0,20); dan 4) Kelembagaan (0,10), seperti dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Gambar 5.
93
Gambar 5. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan Komoditas Padi di Kabupaten Kampar 1)
Aspek Teknologi Dalam aspek teknologi, responden berpendapat bahwa faktor yang
dominan mempengaruhi produksi padi di daerah ini adalah penggunaan pupuk (0,067) diikuti oleh penggunaan benih (0,053), pengendalian hama dan penyakit tanaman (0,04), penanganan panen (0,027), dan pengaturan tata air (0,013). Penggunaan benih padi yang dipandang dapat meningkatkan produksi padi adalah benih padi varietas hibrida (0,027) dan varietas unggul nasional (0,018) dibandingkan penggunaan benih padi lokal (0,009). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman padi adalah pupuk organik (0,044) dibandingkan dengan pupuk buatan atau pupuk anorganik (0,022). Dalam pengendalian hama/penyakit tanaman, upaya pengendalian hama/penyakit terpadu (integrated pest control) (0,027) pada tanaman padi dipandang lebih penting dibandingkan dengan pengendalian hama/penyakit secara tradisional/konvensional (0,013). Penanganan panen dan pasca panen secara tradisional (0,018) diniliai responden lebih menguntungkan dibandingkan dengan secara mekanis (0,009). Pengelolaan tata air secara teknis (0,009) pada areal persawahan sangat berpengaruh terhadap produksi padi dan
94 pengembangan komoditas padi sawah dibandingkan dengan pengelolaan tata air secara non teknis (0,004).
2)
Aspek Lahan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aspek lahan, faktor
kesesuaian lahan (kesuburan, pH tanah, dan tipelogi lahan) dengan nilai rata-rata (0,2) jauh lebih penting dalam pengembangan komoditas padi sawah dibandingkan luas lahan garapan (0,133) dan status kepemilikan lahan (0,067). Faktor kesuburan lahan (0,133) dinilai responden
lebih penting
pengaruhnya terhadap pengembangan komoditas padi sawah di Kabupaten Kampar dibandingkan dengan tipologi lahan (0,067). Hal ini berkaitan dengan jenis tanah di Kabupaten Kampar yang sebagian besar keasaman tanah tinggi (pH rendah) dan tergolong jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) yang umumnya miskin unsur hara (seperti nitrogen, phosphor, dan kalium), yang sangat dibutuhkan tanaman padi. Berkaitan dengan luas garapan sawah, responden menilai bahwa lahan sawah yang digarap lebih luas yaitu > 2 hektar (0,053) dan 1-2 hektar (0,04) lebih besar pengaruhnya pengembangan komoditas padi sawah dibandingkan dengan luas garapan yang lebih sempit yaitu 0,5-1 hektar (0,027) dan 0,5 hektar (0,013). Pada umumnya luas lahan sawah diusahakan petani (yang sebagian besar adalah petani wanita) di Kabupaten Kampar relatif sempit (> 0,5 ha dan 0,5-1 hektar) dengan petakan sawah yang kecil-kecil. Dalam hal status kepemilikan lahan sawah, responden menilai bahwa usaha tani padi sawah pada lahan milik sendiri (0,033) akan lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan padi sawah dibandingkan dengan menggarap lahan dengan cara menyewa
(0,022) atau
dengan sistem bagi hasil (0,011). Hal ini dapat dipahami bahwa petani yang menggarap lahan yang disewa atau dengan sistem bagi hasil, tidak menggarap lahan sawah secara intensif mengingat biaya sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan/pestisida) harus ditanggung sendiri.
95
3)
Aspek Sumberdaya Manusia Dalam aspek sumberdaya manusia, kualitas SDM petani sangat besar
pengaruhnya dalam pengembangan komoditas padi sawah di Kabupaten Kampar. Usaha tani padi sawah di daerah ini pada umumnya dilakukan oleh kaum perempuan yang sebagian besar berpendidikan rendah atau tidak tamat SD. Sesuai dengan budaya setempat yang menganut sistem matrialchaat yaitu lahan sawah secara turun temurun diwariskan kepada garis keturunan perempuan. Oleh karena itu pengolahan lahan sawah dikerjakan oleh kaum perempuan secara berkelompok dengan sistem gotong royong yang dikenal dengan nama batobo. Rendahnya tingkat pendidikan dan terbatasnya kemampuan tenaga kaum perempuan dalam pengolahan lahan menyebabkan usahatani padi sawah di daerah ini belum dilaksanakan secara intensif dan masih banyak lahan sawah yang ditanami satu kali dalam setahun atau dengan indeks pertanaman (IP)-100. Dalam penelitian ini, responden berpendapat bahwa peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pendidikan formal (0,2) dan Pendidikan non formal (0,1) Dalam upaya pengembangan komoditas padi, diperlukan SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Petani dengan tingkat pendidikan SLTA atau Perguruan Tinggi akan lebih mudah menerapkan inovasi teknologi maju dalam usaha tani padi dibandingkan dengan petani yang berpendidikan lebih rendah (SD atau SMP). Petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
memiliki
kemampuan teknis dan manajerial untuk menjadikan kegiatan usaha tani menjadi kegiatan agribisnis. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam usaha tani padi dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan,
pelatihan,
magang dan kursus. Menurut responden kegiatan penyuluhan tersebut adalah pelatihan (0,08); magang (0,06); kursus (0,04) dan penyuluhan (0,02).
4)
Aspek Kelembagaan Kelembagaan Kelompok tani (0,017) dinilai lebih besar perannya dalam
pengolahan hasil panen padi dibandingkan dengan kelembagaan lainnya yang ada di perdesaan, seperti Koperasi (0,011) dan perusahaan mitra (0,006). Dalam pemasaran hasil panen padi, peran pedagang pengumpul (0,044) yang secara langsung mendatangi lokasi persawahan dan desa dipandang lebih penting
96 dibandingkan dengan tauke (0,022) yang ada di kota/kecamatan. Hal ini berkaitan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menjual hasil panen ke tempat tauke yang berada di luar desanya.
5.2.2. Komoditas Jagung Untuk mengetahui faktor-faktor penentu dalam pengembangan komoditas jagung di Kabupaten Kampar, maka pada penelitian ini, dikaji 4 (empat) aspek yang mempengaruhi pengembangan produksi jagung di Kabupaten Kampar, yaitu teknologi, lahan, sumberdaya manusia (SDM) dan kelembagaan. Dari data yang dianalisa dengan metode analytical hierarchy process (AHP) diperoleh hasil bahwa aspek yang sangat berpengaruh dalam pengembangan tanaman jagung di Kabupaten Kampar berturut-turut adalah 1) lahan (0,40);
2) SDM (0,30);
3)teknologi (0,20); dan 4) kelembagaan (0,10), seperti disajikan pada Lampiran 4 dan Gambar 6.
Gambar 6. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan Komoditas Jagung di Kabupaten Kampar
97
1) Aspek Teknologi Dalam aspek teknologi, hasil kajian ini menunjukkan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi produksi jagung di daerah ini adalah penggunaan benih (0,08) diikuti oleh penggunaan pupuk (0,06), pengendalian hama dan penyakit tanaman (0,04) dan penanganan panen (0,02). Benih yang dipandang dapat meningkatkan produksi jagung adalah benih jagung varietas hibrida (0,04) dan varietas unggul nasional (0,027) dibandingkan penggunaan benih jagung lokal (0,013). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman jagung adalah pupuk buatan atau pupuk anorganik (0,04) dibandingkan pupuk organik (0,02), terutama dikaitkan dengan kesulitan dalam pengadaan pupuk organik dalam jumlah yang besar. Pengendalian hama/penyakit terpadu (0,027) dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian yang dilakukan secara konvensional (0,013). Sedangkan penanganan pasca panen secara mekanik (0,013) dinilai lebih baik dibandingkan dengan cara tradisional (0,007).
2) Aspek Lahan Hasil kajian ini juga menunjukkan bahwa pada aspek lahan, faktor kesesuaian lahan (kesuburan, pH tanah dan tipologi lahan) dalam pengembangan jagung dengan nilai rata-rata (0,2) jauh lebih penting dibandingkan luas lahan garapan petani (0,133) dan status kepemilikan lahan (0,067). Faktor kesuburan lahan (0,133) dinilai lebih penting dibandingkan dengan tipologi lahan (0,067). Pengolahan lahan dengan luas garapan 1-2 hektar (0,04), 1-2 hektar atau > 2 hektar dinilai lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan lahan yang digarap dengan luas yang lebih sempit
yaitu < 0,5 hektar (0,013). Sedangkan lahan
dengan status milik petani (0,033) dinilai lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditas jagung dibandingkan dengan lahan yang di sewa (0,022) maupun dengan sistem bagi hasil (0,011). Hal ini berkaitan dengan besarnya penghasilan yang dapat diperoleh petani. Petani yang menggarap lahan milik sendiri dapat melaksanakan kegiatan usahatani secara lebih intensif, dibandingkan dengan petani yang bertani dengan sistem sewa tanah atau sistem bagi hasil, karena biasanya pemilik lahan hanya mau menerima pembagian hasil
98 bersih dari setiap musim panen, dan tidak mau mengeluarkan biaya untuk kegiatan usaha tani, seperti untuk pembelian sarana produksi dan alat-alat pertanian serta biaya untuk pengolahan dan pemasaran hasil panen.
3) Aspek Sumberdaya Manusia Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam aspek sumberdaya manusia, pendidikan formal (0,2) dinilai lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan tanaman padi di Kabupaten Kampar dibandingkan pendidikan informal (0,1). Dalam upaya pengembangan jagung menjadi kegiatan agribisnis yang lebih menguntungkan, diperlukan SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, baik teknis maupun manajerial. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi (0,08) dan SLTA (0,06) lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditas jagung dibandingkan SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, yaitu SLTP (0,04) dan SD (0,02). Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk menyerap inovasi baru, seperti kemampuan dalam penguasaan teknologi baru di bidang budidaya, pengolahan hasil pertanian, kemampuan untuk akses ke sumber-sumber informasi pertanian, lembaga keuangan (perbankan) dan pemasaran hasil panen. Mengingat petani yang berusaha tani jagung di Kabupaten Kampar, pada umumnya berpendidikan rendah (tamat SD atau tidak tamat SD) perlu dilakukan bimbingan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani / kelompok tani. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam usaha tani padi dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan, magang dan studi banding. Berdasarkan hasil kajian ini ternyata kegiatan magang (0,04) dan pelatihan (0,03) dinilai lebih penting dan besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditaas jagung di Kabupaten Kampar dibandingkan kegiatan penyuluhan (0,02) yang dilakukan tenaga penyuluh dan kursus (“Coaching”) singkat (0,01).
4) Aspek Kelembagaan Dalam kajian ini responden menilai bahwa faktor kelembagaan informal (0,067) yang ada di perdesaan lebih besar perannya dalam membantu pemasaran
99 hasil panen jagung dibandingkan dengan kelembagaan formal (0,033). Peran pedagang tauke (0,044) dalam pemasaran jagung dinilai jauh lebih penting dibandingkan peran pengumpul (0,022).
5.2.3. Komoditas Ubikayu Dari data yang dianalisis dengan metoda Analysis Hierarchy Process (AHP) diperoleh hasil bahwa aspek yang sangat
berpengaruh dalam
pengembangan tanaman ubikayu di Kabupaten Kampar berturut-turut adalah: 1) lahan (0,40), 2) SDM (0,30), 3) teknologi (0,20), dan 4) kelembagaan (0,10),
Gambar 7. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan Komoditas Ubikayu di Kabupaten Kampar 1) Aspek Teknologi Dalam aspek teknologi, responden berpendapat bahwa faktor yang dominan mempengaruhi produksi ubikayu di daerah ini adalah penggunaan pupuk (0,08) diikuti oleh penggunaan benih (0,06), pengendalian hama dan penyakit
Kelemb. Informal 0,033 Pengumpul : 0,022
Touke : 0,011
Kelompok Tani : 0,022
Koperasi : 0,011
Perusahaan : 0,033
PENYULUHAN : 0,02
Kelemb. Formal 0,067
PEND. NONFOR : 0,1 MAGANG : 0,04
PELATIHAN : 0,03
KURSUS : 0,01
PERG TINGGI : 0,06
PEND. FORMAL : 0,2 SLTA : 0,08
SLTP : 0,04
SD : 0,02
Bagi Hasil : 0,022
KEPEMILIKAN 0,067 Sewa : 0,011
Milik : 0,033
LUAS > 2Ha : 0,053
LUAS 1 Ha : 0,04
LUAS 1000m : 0,027
LUAS < 5000M : 0,013
LUAS 0,133
KESESUAIAN 0,2 KESUBURAN : 0,133
TIPOLOGI : 0,067
PASCAPANEN 0,020 TRADISIONAL : 0,007
MEKANISM : 0,013
PHP 0,04 KONVENSIONAL : 0,013
PHT : 0,027
AN ORGANIK : 0,053
UNGGUL NAS : 0,010
ORGANIK : 0,027
HIBRIDA : 0,030
LOKAL : 0,02
BIBIT 0,060
PUPUK 0,080
seperti terlihat pada Lampiran 5 dan Gambar 7.
100 tanaman (0,04) dan penanganan panen (0,02). Benih/bibit ubikayu yang dipandang dapat meningkatkan produksi adalah benih ubikayu varietas lokal (0,02) dibandingkan penggunaan benih/bibit ubikayu varietas unggul nasional (0,01). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman ubikayu adalah pupuk buatan atau pupuk kimia (0,053) dibandingkan pupuk organik (0,027), terutama dikaitkan dengan kesulitan dalam pengadaan pupuk organik dalam jumlah yang besar. Dalam upaya pengamanan tanaman ubikayu dari gangguan hama/penyakit, Pemberantasan Hama/penyakit Terpadu (PHT) (0,027) lebih penting dilakukan dibandingkan pengendalian secara konvensional (0,013). Penanganan pasca panen ubikayu menurut responden lebih baik dilakukan secara mekanis (0,013) dibandingkan cara tradisional (0,007).
2) Aspek Lahan Pada aspek lahan, faktor kesesuaian lahan (0,2) dan luas lahan (0,133), jauh lebih penting dibandingkan status kepemilikan lahan (0,067).
3) Aspek Sumberdaya Manusia Dalam aspek peningkatan kualitas SDM, pendidikan formal (0,2) lebih penting dalam pengembangan tanaman padi di Kabupaten Kampar dibandingkan pendidikan informal (0,1). Dalam upaya pengembangan tanaman ubikayu, diperlukan SDM dengan tingkat pendidikan SLTA (0,08) dinilai lebih penting dibanding SDM dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (0,06), SLTP (0,04) dan SD (0,02). Dalam kajian ini responden menilai bahwa kegiatan yang penting dilakukan dalam pengembangan tanaman ubikayu adalah magang (0,04); pelatihan (0,03) dan penyuluhan (0,02). Kegiatan ini lebih penting dilaksanakan dibandingkan kegiatan kursus yang singkat (0,01).
4) Aspek Kelembagaan Dalam aspek kelembagaan, responden menilai bahwa kelembagaan formal (0,067) seperti Perusahaan Mitra dan koperasi lebih penting perannya mendukung
pemasaran
produksi
yang
dihasilkan
petani
dibandingkan
101 kelembagaan informal (0,033) seperti kelompok tani. Di samping itu peran pedagang pengumpul (0,022) dipandang lebih penting dalam pemasaran hasil produksi petani dibandingkan dengan touke (0,011).
5.2.4. Komoditas Nenas Dalam penelitian ini, juga dikaji 4 aspek yang mempengaruhi pengembangan produksi nenas di Kabupaten Kampar yaitu: teknologi, lahan, sumberdaya manusia (SDM ) dan kelembagaan. Dari data yang dianalisa dengan metode Analysis Hierarchy Process (AHP) diperoleh hasil
bahwa aspek yang sangat berpengaruh dalam
pengembangan tanaman nenas di Kabupaten Kampar berturut-turut adalah: 1)lahan (0,40), 2) SDM (0,30), 3) teknologi (0,20) dan 4) kelembagaan (0,10), seperti terlihat pada Lampiran 6 dan Gambar 8.
Gambar 8. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pengembangan Komoditas Nenas di Kabupaten Kampar
102
1) Aspek Teknologi Dalam aspek teknologi, responden berpendapat bahwa faktor yang dominan mempengaruhi produksi nenas di daerah ini adalah penggunaan pupuk (0,067), diikuti oleh penggunaan benih/bibit (0,053), pengendalian hama dan penyakit tanaman (0,04), penanganan panen (0,027) dan pengaturan tata air/drainase (0,013). Benih/bibit nenas yang dipandang dapat meningkatkan produksi
adalah benih varietas unggul nasional/hibrida (0,036) dibandingkan
penggunaan benih nenas lokal (0,018). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman nenas adalah pupuk buatan atau pupuk anorganik (0,044) dibandingkan pupuk organik (0,022), terutama dikaitkan kesulitan dalam pengadaan pupuk organik dalam jumlah yang besar. Dalam upaya pengamanan tanaman nenas dari gangguan hama/ penyakit, Pemberantasan hama/penyakit secara mekanis (0,027) lebih penting dilakukan dibandingkan pengendalian secara konvensional (0,013). Penanganan pasca panen nenas, menurut responden lebih baik dilakukan dengan cara di packing (0,018) dibandingkan dengan cara tanpa di packing (0,009).
2) Aspek Lahan Pada aspek lahan, faktor kesesuaian lahan (0,2), luas tanah (0,133), dan diikuti oleh status kepemilikan lahan (0,067). Dalam hal kesesuaian lahan, yang lebih penting adalah kesuburan lahan (0,133) dibandingkan dengan tipologi lahan (0,067). Luas lahan untuk pengembangan tanaman nenas ini yang lebih baik adalah > 2 ha (0,053) dan 1-2 ha (0,04) dibandingkan dengan lahan dengan luas 0,5–1 ha (0,027) dan yang kurang dari 0,5 ha (0,013). Lahan milik sendiri (0,033) dinilai lebih baik dipakai untuk penanaman nenas dibandingkan dengan sistem sewa (0,022) dan sistem bagi hasil (0,011).
103
3) Aspek Sumberdaya Manusia Hasil kajian ini menunjukkan bahwa SDM yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam usaha tani komoditas nenas yang diperoleh melalui pendidikan formal (0,2) menurut penilaian responden lebih penting dalam pengembangan tanaman nenas di Kabupaten Kampar dibandingkan SDM yang hanya mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan informal (0,1). Dalam upaya pengembangan tanaman nenas, diperlukan SDM dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (0,08) dan SLTA (0,06) dinilai lebih penting dibanding SDM dengan tingkat pendidikan SLTP (0,04) dan SD (0,02). Dalam kajian ini responden menilai bahwa kegiatan yang penting dilakukan untuk pengembangan tanaman nenas adalah magang (0,04) dan pelatihan (0,03). Kegiatan ini lebih penting dilaksanakan dibandingkan kegiatan kursus yang singkat (0,02) dan penyuluhan (0,01) yang dilakukan oleh tenaga penyuluh.
4) Aspek Kelembagaan Dalam aspek kelembagaan, responden menilai bahwa kelembagaan informal (0,067) seperti lebih penting perannya mendukung pemasaran produksi yang dihasilkan petani dibandingkan kelembagaan formal (0,033), di samping itu peran pedagang pengumpul (0,044) dipandang lebih penting dalam pemasaran hasil panen petani dibandingkan dengan tauke (0,022).
5.3.
Perumusan Strategi dan Program
5.3.1. Strategi Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Untuk menyusun strategi pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor strategis internal (internal strategy factor) meliputi faktor kekuatan (strength) dan faktor kelemahan (weakness) serta faktor-faktor strategi eksternal (external strategy factor) yang meliputi factor peluang (opportunity) dan faktor ancaman (threat), melalui pendekatan yang lazim dikenal sebagai analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threat).
104 Dari penilaian responden terhadap 18 faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar, setelah dilakukan analisa SWOT diketahui beberapa faktor strategis
internal yang berpengaruh dalam
pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura seperti pada Tabel 19.
Tabel 19. Faktor-faktor Strategi Internal yang Berpengaruh Dalam Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar Faktor-faktor Strategis Internal
Bobot
Urgensi
Bobot Urgensi
0,04 0,04 0,08
3,55 3,36
0,14 0,13 0,27
Sumberdaya Lahan Lembaga Pendukung Pemasasran Hasil Permodalan Infrastruktur Penguasaan teknologi Koordinasi
0,13 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
2,64 2,64 3,36 3,27 2,73 3,36 2,45
0,35 0,36 0,44 0,42 0,36 0,44 0,32
Jumlah (W) Jumlah (S+W)
0,92 1,00
A. Kekuatan (Strength)-S: 1. Sumberdaya Manusia 2. Teknologi Tepat Guna yang tersedia Jumlah (S) B. Kelemahan (Weakness)- W
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Faktor-faktor
internal
yang
berpengaruh
2,69 2,96 terhadap
pengembangan
industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura tersebut adalah:
A. Kekuatan (Strength) Dari jawaban responden dapat diidentifikasikan faktor-faktor kekuatan internal yang bersifat strategis, yaitu:
105 1) Sumberdaya manusia (SDM) masyarakat/petani cukup banyak jumlahnya di perdesaan yang dapat dibina untuk menghasilkan berbagai komoditas pertanian dan menumbuh kembangkan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura. 2) Teknologi tepat guna yang dihasilkan oleh berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi cukup banyak dan tersedia untuk dikembangkan di Kabupaten Kampar.
B. Kelemahan (Weakness) Faktor kelemahan internal yang bersifat strategis yang diidentifikasikan dari jawaban responden adalah sebagai berikut: 1) Sumberdaya lahan yang masih tersedia cukup luas yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar. 2) Lembaga pendukung, seperti lembaga permodalan (perbankan dan lembaga perkreditan desa) terbatas jumlahnya sehingga belum dapat memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat/petani yang membutuhkan bantuan kredit untuk pengembangan berbagai usaha di perdesaan. 3) Pemasaran hasil berbagai komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang dihasilkan petani dan produk industri pengolahannya yang belum terjamin. 4) Permodalan yang dimiliki masyarakat/petani untuk pengembangan usaha tani maupun kegiatan industri pengolahan hasil pertanian di perdesaan sangat terbatas, dan akses masyarakat/petani kepada sumber permodalan (lembaga keuangan) juga terbatas. 5) Infrastruktur seperti jalan dan jembatan, listrik, telekomunikasi, air bersih masih terbatas, sehingga seringkali merupan faktor penghambat dalam pengembangan berbagai kegiatan ekonomi di perdesaan. 6) Penguasaan teknologi di kalangan masyarakat/petani di perdesaan sangat terbatas, baik dalam pelaksanaan kegiatan usaha tani maupun industri pengolahan hasil pertanian.
106 7) Koordinasi berbagai instansi pemerintah dan stakeholder lainnya dalam pembinaan masyarakat/petani di perdesaan masih kurang dan belum berjalan seperti yang diharapkan. Pembinaan belum dilakukan secara terpadu.
Di samping faktor strategis internal, dari kajian ini diketahui pula faktorfaktor strategis eksternal seperti pada Tabel 20.
Tabel 20. Faktor-faktor Strategis Eksternal yang Berpengaruh Dalam Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar Faktor-faktor Strategis Eksternal
Bobot
Urgensi
Bobot Urgensi
0,08 0,07
3,09 3,00
0,25 0,21
0,07
3,18
0,21
0,07 0,07
2,55 3,09
0,18 0,24
0,07 0,07
2,18 2,64
0,16 0,18
A. Peluang (Opportunity)-O: 1. Pangsa Pasar yang masih terbuka. 2. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat 3. Potensi industri berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura 4. Segmentasi konsumen beragam 5. Kebijakan Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten) 6. Ekonomi global (persaingan pasar) 7. Keamanan
Jumlah (O)
0,50
1,43
B. Ancaman (Threat)-T 1. Bencana Alam 2. Krisis ekonomi
0,25 0,25
2,64 2,45
0,66 0,16
Jumlah (T)
0,50
0,,82
Jumlah(O+T)
1,00
2,25
A. Peluang (Opportunities)
107 Beberapa faktor peluang eksternal yang bersifat strategis dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Pangsa pasar berbagai produk pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta produk industri pengolahan hasil pertanian masih terbuka, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 2) Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, berdampak kepada meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat terhadap berbagai produk pertanian dan produk industri pengolahan hasil pertanian. 3) Potensi industri berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura cukup besar di perdesaan, terutama di daerah sentra produksi, yang setiap musim tanam menghasilkan berbagai komoditas untuk keperluan bahan baku bagi industri pangan maupun industri hilir lainnya di perdesaan. 4) Segmentasi konsumen beragam merupakan peluang untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian dan diversifikasi produk yang dihasilkan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura. 5) Kebijakan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten) untuk membina dan mengembangkan kegiatan pertanian dan industri kecil di daerah perdesaan merupakan peluang untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultra. 6) Ekonomi global yang berangsur pulih kembali akan membuka peluang pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura. 7) Keamanan di dalam negeri yang dari tahun ke tahun terus meningkat dapat menciptakan iklim yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura.
B. Ancaman (Threats) Faktor-faktor
ancaman
eksternal
yang
bersifat
strategi
dapat
diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Bencana alam yang dapat terjadi akibat anomali iklim seperti kekeringan akibat kemarau panjang dan banjir akibat curah hujan yang di atas normal
108 akan mengancam keberhasilan panen berbagai komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta dapat menghambat penyediaan bahan baku yang di perlukan industri di perdesaan. 2) Krisis ekonomi yang melanda dunia dapat berdampak terjadinya krisis ekonomi di dalam negeri. Hal ini akan menghambat perkembangan ekonomi di perdesaan.
Dari hasil analisis SWOT tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor kekuatan (strength) yang mempengaruhi pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar lebih sedikit
dibandingkan
faktor
kelemahan
(weakness).
Namun
peluang
(opportunities) yang dimiliki lebih banyak dibandingkan dengan ancaman (threat). Dengan demikian, pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar berada pada kuadran II dengan prioritas utama strategi yang ditempuh adalah memanfaatkan secara optimal peluang yang ada dan berupaya mengatasi kelemahan yang dimiliki. Secara lebih rinci strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar dapat dilihat pada Tabel 21.
109
Tabel 21. Matriks SWOT dan Strategi Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar
Kekuatan (Strength) – S 1. SDM di perdesaan cukup 2. Teknologi Tepat Guna cukup tersedia
Kelemahan (Weakness) - W 1. Pemasaran hasil kurang terjamin 2. Penguasaan teknologi kurang 3. Permodalan kurang 4. Infrastruktur yang kurang memadai
STRATEGI: S – O
STRATEGI: W – O
1. Meningkatkan kualitas SDM dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat 2. Meningkatkan penerapan Teknologi Tepat Guna dan memanfaatkan pertumbuhan ekonom yang terus meningkat
1. Meningkatkan pemasaran hasil dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat 2. Meningkatkan penguasaan teknologi tepat guna dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat 3. Meningkatkan permodalan petani dan pelaku bisnis industri perdesaan dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat 4. Meningkatkan infrastruktur dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang (Opportunity) – O 1. Pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) terus meningkat 2. .Potensi industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura
Ancaman (Threat) - T 1. Bencana alam 2. Krisis ekonomi
STRATEGI: S – T 1. Mengembangkan kreativitas SDM Pertanian dan industri perdesaan untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi 2. Mengembangkan teknologi tepat guna menghadapi ancaman krisis ekonomi
STRATEGI: W – T 1. Meningkatkan kegiatan pemasaran hasil pertanian dan industri perdesaan di tengah krisis ekonomi yang melanda petani 2. Mengembangkan inovasi teknologi tepat guna dengan biaya murah untuk mengatasi krisis ekonomi 3. Mengembangkan program bantuan permodalan di bidang pertanian dan industri di tengah krisis ekonomi yang melanda petani 4. Meningkatkan infrastruktur di perdesaan untuk mengatasi krisis ekonomi
110 Rumusan strategi dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar sesuai dengan hasil interaksi SO–WO–ST-WT adalah sebagai berikut:
Strategi W-O 1) Meningkatkan pemasaran dan hortikultura
pangan
baik dalam bentuk segar maupun hasil olahan dan
memanfaatkan pertumbuhan terus
hasil produk pertanian tanaman
ekonomi
(daya beli masyarakat) yang
meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman
pangan dan hortikultura yang cukup besar 2) Meningkatkan penguasaan teknologi di bidang pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian dalam upaya menghasilkan produk-produk berkualitas dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar. 3) Meningkatkan
permodalan
dan memanfaatkan yang
petani
pertumbuhan
dan
pelaku
ekonomi (daya
industri perdesaan beli masyarakat)
terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis
tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar. 4) Meningkatkan
infrastruktur
pertumbuhan ekonomi
(daya
perdesaan beli
dan
masyarakat)
memanfaatkan yang
terus
meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar.
Strategi S-O 1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar. 2) Meningkatkan penerapan teknologi tepat guna yang tersedia dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus
111 meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar.
Strategi W-T 1) Mengembangkan kegiatan pemasaran hasil pertanian dan industri perdesaan di tengah krisis ekonomi yang berdampak pada petani dan masyarakat kecil di perdesaan. 2) Mengembangkan inovasi teknologi tepat guna dengan biaya murah untuk menghadapi krisis ekonomi yang berimbas kepada bidang pertanian. 3) Mengembangkan program bantuan permodalan di bidang pertanian di tengah krisis ekonomi yang berdampak pada petani dan pelaku industri perdesaan. 4) Meningkatkan infrastruktur perdesaan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang berdampak pada perekonomian masyarakat di perdesaan. .
Strategi S-T 1) Mengembangkan kreativitas SDM pertanian untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi yang berdampak pada lemahnya perekonomian masyarakat di perdesaan. 2) Mengembangkan pemanfaatan teknologi tepat guna di tengah krisis ekonomi yang berdampak pada lemahnya perekonomian masyarakat di perdesaan.
5.3.2. Program Pengembangan Berdasarkan visi Kabupaten Kampar seluruh komponen di daerah ini telah menetapkan tujuan pembangunan daerah ini adalah untuk menjadikan “Kabupaten Kampar Negeri Berbudaya, Berdaya dalam Lingkungan Masyarakat Agamis Tahun 2020”. Untuk merealisasikan visi tersebut Kabupaten Kampar mempunyai 6 (enam) misi yang dua diantaranya adalah (a) misi III yaitu meningkatkan
kualitas
sumberdaya
manusia,
menguasai
teknologi
dan
berwawasan ke depan dan (b) misi IV yaitu mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis sumber daya lokal dengan berorientasi pada agribisnis, agroindustri,
112 dan pariwisata, serta mendorong pertumbuhan investasi secara terpadu dan terkait antar swasta, masyarakat dan pemerintah baik berskala lokal, regional, nasional, dan internasional. Sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Kampar tersebut dan mengacu pada strategi yang dirumuskan dari hasil penelitian ini, maka programprogram yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Kampar dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura, antara lain adalah seperti disajikan pada Lampiran 16. Sedangkan strategi dan program pengembangan industrialisasi perdesaan di Kabupaten Kampar secara umum disajikan dalam Tabel 22.
Tabel 22.
No 1
Strategi dan Program Pengembangan Industrialisasi Perdesaan di Kabupaten Kampar
Visi & Misi 2 Visi Kabupaten Kampar adalah “Kabupaten Kampar Negeri Berbudaya, Berdaya dalam lingkungan Masyarakat yang Agamis Tahun 2020“ Masyarakat yang berdaya yaitu : Menguasai IPTEK Pesaing yang tangguh menghadapi persaingan global
Komoditas 3 Padi Sawah
Jagung Misi III Kabupaten Kampar Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta
Lokasi
Faktor Penentu 5
Strategi 6
7
• Kec. Kampar • Kec Kampar Timur • Kec. Bangkin ang Barat • Kec. Salo • Kec. Bangkin ang Seberang
• Kualitas SDM • Lahan • Teknologi • Kelembagaa n
• Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) dan mengembangkan inovasi teknologi (irigasi, darinase) untuk mengantisipasi bencana alam • Memberdayakan lembaga perdesaan
• Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program penanggulangan bencana alam • Program pengembangan kelembagaan perdesaan
• Kec. XIII Kota Kampar • Kec. Tapung Hulu • Kec. Tapung Hillir
• Kualitas SDM • Lahan • Teknologi • Permodalan • Pemasaran
• Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) • Meningkatkan
• Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program pengembangan
4
Program
113
No 1
Visi & Misi
Komoditas
2 3 berwawasan ke depan . Misi IV Kabupaten Kampar Mengembangkan ekonomi rakyat Ubi Kayu yang berbasis sumber daya lokal dengan orientasi pada agrobisnis, agroindustri dan pariwisata serta mendorong pertumbuhan investasi secara terpadu dan terkait antar swasta, masyarakat, dan pemerintah baik berskala lokal, regional, nasional maupun Nenas internasional Misi V Kabupaten Kampar Mewujudkan pembangunan kawasan seimbang yang dapat menjamin kualitas hidup secara berkesinambungan
Lokasi 4
Faktor Penentu 5
Strategi
Program
6 permodalan petani dan industri perdesaan
7 permodalan petani • Program pengembangan pasar produk pertanian
• Lahan • Kualitas SDM • Teknologi
• Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) • Meningkatkan permodalan petani dan industri perdesaan
• Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program pengembangan permodalan petani • Program pengembangan pasar produk pertanian
• Kec. • Kualitas SDM Tambang • Lahan • Teknologi • Pemasaran
• Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) • Meningkatkan permodalan petani dan industri perdesaan
• Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program pengembangan permodalan petani • Program pengembangan pasar produk pertanian
• Kec. Siak Hulu • Kec. Tapung • Kec. Tapung Hulu