BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan usaha ekowisata di SM Cikepuh dan sekitarnya, yang mencakup Pantai Pangurnbahan dan Ujung Genteng memerlukan suatu identifikasi kondisi dan permasalahan yang ada.
Identifikasi permasalahan
dilakukan dengan melihat potensi supply clan demand serta mencermati kinerja usaha yang telah berjalan di kawasan ini.
5.1. Obyek Daya Tarik Wisata Alam Pada lokasi penelitian berhasil diinventarisir berbagai Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA), seni budaya dan aktivitas masyarakat yang semuanya betpotensi untuk menjadi supply dalam pengembangan usaha ekowisata. Berikut gambar Letak lokasi ODTWA yang merupakan bagian dari produk, disajikan pada Garnbar 9. A. Obyek Daya Tar& Wisata Alam
Adapun ODTWA yang ditawarkan menjadi paket - paket adalah ODTWA yang berada pada garis pantai lokasi maupun ODTWA pendukung yaitu yang berada agak jauh dalam batasan dapat ditempuh dalam perjalanan satu hari dari dan ke Pantai Ujung Genteng tempat pengunjung menginap (hingga radius 25
km). Adapun ODTWA tersebut disajikan pada Gambm 9. a. Obyek Daya Tarik Wisata Alam Pantai 1. Ombak Tujuh
Ombak Tujuh berada pada koordinat S 0T16'37.0" E 106O22'33.8". Pantai ini mempunyai karakteristik ombak yang baik bagi olahraga selancar air
(berselancar). Pantai Ombak Tujuh merupakan pantai sepanjang kurang lebih 200 m yang berpasir putih. Pada pantai tersebut, terdapat Muara Sungai Cibuaya 2. Untuk mencapai kawasan ini diperlukan waktu perjaianan 45 menit dari pintu
masuk SM Cikepuh. Perjalanan ditempuh dengan sepeda motor dengan melewati jalur yang cukup berat, karena jalan setapak yang sudah tertutup ilalang. Menurut petugas kondisi jalan seperti ini memang dibiarkan agar tidak banyak pengunjung gelap yang dengan mudah masuk ke dalam kawasan.
PETA OBYEK D A W TARlK W lSATA A W M SM.GIKEPUH DAN SEKITARNW
I
Obyek Day8 Tarik Wisata Alam Pantai
I
Obyek Daya Tarik Wisata Alam Pendukung
UTARA
Pintu masuk SM. Cikepuh
0
0 0 A
Bangunan penting Perbatasan Pantai Pangumbahan Pantai Muara Cibuaya - Kelapa Condong
Sumber :BAPLAN (2001) dan pengecekan lapangan
Ganbar 9 Peta Obyek Daya Tarik Wisata Alam SM Ciepuh dan sekitarnya.
Gambar 10 Peselancar di Ombak Tujuh. Ombak Tujuh dimuat dalam situs internet komunitas peselancar, sebagai salah satu lokasi selancar yang baik di Jawa Barat. Situs ini memuat iklim, arah angin, dan kondisi ombaknya oleh karena itu, situs ini selalu dipantau oleh komunitas peselancar di dunia yang sedang berburu kondisi ombak yang baik bagi aktivitas selancar.
2. Batu Keris Pantai Batu keris terletak berdekatan dengan Pantai Ombak Tujuh. Tepatnya pada koordinat S 7°16'37.0"E 106O22'33.8". Kondisi fisik pantai ini bempa hamparan batu karang hitam yang seolah mengalir dari lelehan lava yang kemudian membeku tiba- tiba karena terkena air laut. Bentukan batuan ini unik dan memiliki luasan yang besar. Deburan ombak terasa kuat di pantai ini, karena ombak yang pecah menghantam karang. Hal ini berbeda dengan situasi di sisi lain pantai yang landai dan berpasir putih. Menunrt dokumen Dinas Pertambangan tanpa tahun disebutkan bahwa terkait dengan pembentukan Cagar Alam Geologi Jawa Barat dijelaskan kawasan Ciletuh hingga Muara Cibuaya di Kabupaten Sukabumi mempakan kawasan yang mempunyai keistimewaan geologist. Kawasan Ciletuh mempakan kawasan yang memperlihatkan terjadinya pendampingan dua zona yang disusun oleh batuan berasal dari lempeng samudera dan lempeng benua, sehingga kawasan Ciletuh merupakan tempat yang menarik, karena pada satu tempat tersingkap dua penggalan kerak burni yang sangat berbeda sifatnya. Seiain Batu Keris, bagian -
bagian pantai lain di kawasan SM Cikepuh hingga Ujung Genteng memang banyak yang mempunyai variasi bentukan batu karang dan mempunyai karang flat di sepanjang pantainya.
Gambar 11 Pantai Batu Keris. 3. Muara Cipanarikan
Muara Cipanarikan berada di perbatasan SM Cikepuh dan Pantai Pangumbahan. Kawasan ini tepatnya berada pada koordiiat S 7'19'1 1.6" E106'
23'24.7".
Muara Cipanarikan mempunyai tipe vegetasi yang unik dan
berdampingan dengan bukit pasir. Kawasan ini merupakan lokasi yang sangat indah untuk menikmati pemandangan matahari terbenam.
Gambar 12 Matahari tenggelam di Muara Cipanarikan.
4. Perbatasan Pantai Pangumbahan Perbatasan Pantai Pangumbahan terletak pada koordinat S7°20'08.3" E 106°24'03.6". Lokasi ini mempunyai kondisi ombak yang sesuai bagi oiahraga selancar.
Pengunjung mancanegara yang mempunyai tujuan berselancar
kebanyakan mendatangi pantai lokasi ini untuk melakukan selancar di siang hari hingga matahari terbenam. Menurut para peselancar, kebanyakan peselancar yang datang di kawasan ini adalah pemula sedangkan peselancar yang sudah senior akan mencari tantangan di Ombak Tujuh.
Gambar 13,14 Kondisi dan aktivitas pengunjung di Pantai Perbatasan Pangumbahan. 5. Pantai Muara Cibuaya - Kelapa Condong
Merupakan kawasan pantai Ujung Genteng sepanjang kira-kira 2 km yang tidak dilalui akses jalan propinsi yang mulus. Jalan ke areal ini dimulai dengan jalan makadam, jalan tanah dan jalan pasir yang kadang- kadang sulit dilalui. Pantai di kawasan ini cenderung gersang karena tidak terdapat pepohonan rindang. kebanyakan vegetasi berupa pandan dan turnbuhan semak. Wisatawan lokal umumnya tidak suka ke pantai ini karena relatif panas dan terik. Pada sekelompok areal pantai ini terdapat kawasan warung remang-remang, tempat bilyard yang berdampingan dengan pondok - pondok makan. Beberapa ratus meter terpisah dari kawasan tersebut, dapat dijurnpai kelompok bangunan penginapan kelompok pertama yang langsung berhadapan dengan pantai.
Berdekatan dengan kelompok penginapan pertama beberapa pondok nelayan dan dermaga tradisional nelayan. terdapat pula sebuah masjid kecil.
Kemudian
berjarak beberapa ratus meter lagi yang dipisahkan dengan jalan pasir yang relatif sulit dilalui, terletak kelompok penginapan kedua. kelompok penginapan kedua ini dapat dicapai dengan lebih mudah melalui jalan alternatif melewati desa. Kelompok penginapan ini juga menghadap langsung ke laut.
Kelapa Condong. Berjarak beberapa ratus meter dari kelompok penginapan kedua ini, terdapat beberapa penginapan dan vila atau rumah penduduk yang disewakan di Muara Sungai Cibuaya.kawasan pantai ini juga masih dengan kondisi yang sarna yaitu jarang tumbuhan peneduh. Pada umurnnya yang tertarik ke kawasan ini adalah pemancing, wisatawan asing yang ber selancar dengan parasut maupun layar dan wisatawan yang berjalan jalan dari penginapan di Kelapa Condong diwaktu sore hari.
Beberapa ratus meter dari Pantai Muara Cibuaya dapat
dijumpai Pantai Pangumbahan.
Pada perbatasan Muara Cibuaya dan Pantai
Pangumbahan terdapat beberapa penginapan. 6. Hutan Tanjung Ujung Genteng
Kawasan ini mempunyai sebuah tanjung yang masih ditumbuhi vegetasi yang cukup baik. Posisi geografis tanjung ini adalah S 07'22'25,l" 24'15.6".
Hasil
pengukuran peta kawasan
E 106'
dan pengamatan lapangan
memperkirakan panjang pantai tanjung ini adalah f. 2,5 km. Kondisi fisik kawasan ini berupa hutan sekunder yang ter1eta.k di bagian ujung tanjung.
Pada pintu masuk kawasan ini terdapat satu papan yang
menyebutkan daerah tersebut sebagai daerah latihan militer. Jalan masuk ke
dalam kawasan selebar 3 m. membelah hutan sepanjang *250 m. Pada jalan utarna tersebut terdapat beberapa percabangan yang menuju ke arah pantai tempat pengunjung menikmati kegiatan rekreasi pantai di kawasan ini. Kondisi pasir pantai, putih dan bertekstur kasar dan mengandung pecahan koral dan kerang.. kemiringan pantai berkisar antara 10 -20°, dengan lebar pantai berkisar 12-18 m. Pada garis surut terendah pantai, terdapat karang flat hingga sejauh 200 m dari pantai.
Gambar 18 Kondisi Hutan Tanjung Ujung Genteng. Kawasan ini relatif kurang tertata rapi. Pintu masuk hanya ditandai oleh sebuah palang tua dan papan narna kawasan yang sudah lapuk. Pada pintu masuk kawasan tampak sampah plastik yang bertumpuk. Kawasan pada umumnya masih bervegetasi baik dan rindang. Pengunjung lokal yang bertujuan piknik menyukai areal ini.
Akan tetapi pengunjung banyak mengeluhkan kondisi
penataan dan kebersihan di kawasan pantai yang seringkali menirnbulkan kesan kumuh. Pengunjung yang sudah membayar retribusi mengeluhkan fasilitas dan pelayanan yang kwang memadai dan tidak sesuai dengan uang yang telah mereka bayarkan. Menurut informasi dari pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, status lahan yang belum jelas juga menyebabkan kesulitan dalam penataan sarana dan fasilitas wisata di kawasan ini. Pada Hari Sabtu dan Minggu, kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan yang datang dari daerah - daerah di Kabupaten Sukabumi seperti Jampang Kulon dan Surade. Ada pula pengunjung yang datang dari Cianjw dan Kota Sukabumi bahkan dari Jakarta. Pengunjung yang datang ke kawasan ini datang dengan kendaranaan pribadi berupa motor, mobil dan angkutan masal berupa angkot
carteran, pickup dan truck. Aktivitas rekreasi pengunjung pada umumnya adalah duduk - duduk sambil memasak nasi (ngeliwet) dengan perapian dan membakar ikan yang dibeli dari TPI Ujung Genteng, bermain di pantai dan makan-makan.
Gambar 19 Aktivitas pengunjung di pantai.
Gambar 20 Pengunjung datang dengan angkutan masal.
7.Dermaga Lama Merupakan sebuah bangunan bersejarah yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Terletak pada S7'22'24.6
dan El06
O
24'03.0".
Berupa
bangunan dari batu yang sangat besar bedcuran lebar 10 m dengan panjang 200 m. Sayang pada saat ini batu
- batuan penyusun dermaga ini telah mulai rusak
dan hilang sehingga tinggal sisa-sisanya saja.
Tempat ini masih didatangi
pengunjung yang datang dan bermain-main di pantai. Umumnya pengunjung datang sore hari karena pantainya yang relatif gersang dan tidak bervegetasi sehingga panas pada siang hari.
Gambar 21 Dermaga lama.
b. Obyek Daya Tarik Alam Pendukung 1. Curug Ciruti
Curug Ciruti berada di Desa Cikangkung. S7°19'36.0"dan El06 O 29'30.9".
Tepatnya pada koordinat
Kondisi jalan menuju Curug Ciruti melewati
jalan -jalan kampung, yang bercabang-cabang. Lokasinya cukup sulit dijumpai karena setiap dusun tampaknya mengenal curug ini dengan nama yang berbeda, sehingga menyulitkan pengunjung yang bertanya mencari arah yang menuju ke sana. Curug ini belum dikelola, sehingga pengunjung bebas masuk. Kendaraan pengunjung dapat dititipkan di rumah penduduk terdekat maupun penambangan batu yang terdapat di jalan masuk. Belum ada aktivitas berdagat~g ataupun fasilitas parkir yang dikelola penduduk. Menurut penduduk, pada hari libur seringkali ada pengunjung yang datang berombongan ke curug ini, akan tetapi kunjungan tidak selalu rutin.
Gambar 22 Keindahan panorama Curug Ciruti.
Curug Ciruti berada di sebuah lembah yang cukup terjal. Pengunjung hams melalui areal sawah temsering yang cukup membingungkan karena tidak terdapat petunjuk arah.
Panorama Curug Ciruti sangat indah dan alami. Mempunyai ketinggian kurang lebii 60 m dan lebar 8 m. Curug di lengkapi dengan bongkahan batu dam besar serta lembah hijau dan areal persawahan terasering yang mengelilingi cwg. 2. Sungai dan Cumg Cikaso
Sungai clan Curug C i a s o terlatak di Dusun Ciniti sekitar 12 km dari SM Cikepuh dan sekitamya. Tepatnya terletak pada S7°21'39.1"dan E106' 37'05.4". Mempunyai satu keunikan tersendiri karena letaknya di tepi Sungai Cikaso yang indah clan alami. Pengunjung dapat sampai ke lokasi curug dengan naik perahu menyusuri sungai maupun berjalan kaki sejauh 100 m.
L . L Gambar 23, 24 Panorama Sungai dan Curug Cikaso.
Sungai Cikaso inempunyai lebar kurang lebih 50 m. Airnya hijau dan jemih, dikelilingi areal tepi sungai yang hijau. Sungai ini menjadi salah satu sarana transportasi masyarakat dari dusun
- dusun di
sepanjang aliran sungai.
nampak perahu lalu lalang membawa hasil hutan, hewan temak dan h a i l produksi gula kelapa masyarakat. Curug Cikaso mempunyai ketinggian 70 m dan terdiri dari tiga aliran air.
Formasi batuannya sedemikian rupa ditwnbuhi lumut-
lumutan. Kubangan air dibawahnya sangat dalam sehingga tidak disarankan untuk berenang dan mandi
-
mandi. Aliran aimya mengalir ke sungai kecil
berbatu yang bemuara ke Sungai Cikaso. C m g ini berada di sebelah timur sehingga pada pagi hari matahari bersinar dari arah belakang curug sehingga
h a n g baik untuk fotografi. Kondisi terbaik untuk fotografi adalah pada saat sore hari. Curug Cikaso sudah mempunyai kondisi jalan yang baik untuk dilalui. Sudah banyak masyarakat mengetahui dan memberikan petunjuk jalan ke arah curug ini.
Sudah banyak pula masyarakat yang berdagang menyediakan
kebutuhan pengunjung, dan jasa seperti jasa perahu dan penitipan kendaraan. Curug Cikaso sendii telab dikelola oleh organisnsi pemuda desa yang menamakan diri KETARA. Mereka menarik retribusi sebesar Rp 2000 per orang dan melakukan penjagaan bergiliran di areal tersebut. Meskipun demikian belum
terdapat fasilitas apapun di lokasi ini. Menurut ketua kelompok pemuda ini, mereka sedang mengusahakan terbentuknya badan hukum dan mencari sponsor kerjasama yang mau menanamkan modal bagi pembangunan fasilitas wisata di areal ini.
3. Sungai dan Curug Cigangsa
Doc. Petrus Sluyadi
Gambar 25 Curug Cigangsa.
Ganlbar 26 Sungai Cigangsa.
Sungai Cigangsa memiliki areal bendungan yang dibangun pada Zaman Belanda. Areal ini memiliki areal berbatu cadas yang sangat luas. Dari pintu air bendungm ini, air mengalir ke sungai cigangsa. Pada saat air surut tampak formasi batuan sungai yang membentuk lembah yang unik . Sungai Cigangsa
dengan pemandangan
batuan penyusunnya
yang
indah terletak
pada
S7°21'07.1"dan E106O 32'02.0". Curug
Cigangsa berada
pada
S7°19'35.3"dan
E106'
32'35.3".
Pengunjung mendatangi Curug Cigangsa dari posisi puncaknya dan melihat lembah dengan kedalaman 70 m. Pada saat debit air cukup besar, curug ini akan terlihat indah bila dilihat dari sisi curug. Pemandangan ini dapat dinikmati dengan terlebih dahulu menumi tebing. Lebar curug ini kurang lebih 30 m, didominasi oleh batuan hitam.
Kondisi curug yang curam tersebut cukup
berbahaya karena tanpa pengaman. Sungai clan Curug Cigangsa belum dikelola. Masyarakat yang tinggal di dekat curug, menyediakan tempat parkir di halaman rumah mereka. Kondisi jalan menuju curug sudah cukup baik dan banyak dikenal masyarakat karena sering kedatangan pengunjung. 4. Gua Ubing
Gua ini memiliki beberapa nama yaitu Gua Kolotok, Gua Sungging dan menurut penjaganya bernama Gua Ubing berasal dari nama pemilik pertamanya Bapak W i g . Terletak pada posisi geografis S7°21'36.8" dan E106°34'43.7" di
kaki Gunung Sungging. Sebelum mencapai gua pengunjung hams mendatangi rumah kuncen yaitu Bapak Entab. Rumah beliau cukup sulit dicapai karena melalui jalan desa dan pemukiman penduduk
yang padat dan banyak
persimpangan. Akan tetapi penduduk sudah banyak mengetahui keberadaan gua tersebut sehingga berinisiatif mengantarkan dengan imbalan jasa seikhlasnya.
Gambar 27 Pintu masuk Gua Ubing.
Gua Wing berada di bawah tanah, terletak dibawah lahan milik masyarakat seluas 16 Ha. Juru kunci mewarisi tangyngjawab pemeliharaan dan pemanduan secara txrun tern-.
Sebelum masuk gua, juru kunci melakukan
doa di sebuah pondok yang terdapat sebelum pintu masuk. Gua ini masih sangat alami dan bersih dari aksi pengemsakan. Pintu gua diberi pintu besi oleh juru kunci, untuk menjaga dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Kondisi gua sangat indah dengan berbagai stalaktit dan stalagmit dan lorong-lorong alaminya. Terdapat pula satu m g a n aula berlangit - langit rendah yang menurut juru kunci pemah dapat memuat hingga ratusan pengunjung.
Pada aula ini terdapat
semacam altar. Juru kunci menceritakan para leluhur clan penunggu gua serta menyebutkan satu persatu seolah menyapa mereka di aula beraltar ini. Sepanjang perjalanan juru kunci sebagai pemandu fasih menceritakan obyek-obyek dalam
gua yang bempa bentukan batuan yang menyempai mangan, menyempai bentukan tertentu seperti batu buaya dan wajah seseorang di dinding gua. Adapula sebuah obyek bempa stalaktit yang membujur vertikal di sebuah lorong yang sempit. Pengunjung diajak untuk berinteraksi aktif dengan aktivitas melalui batu tersebut dan berdoa di dalam ruangan sempit di baliknya. Menurutnya apabila dapat melewati stalaktit yang disebut "batu muter
"
tersebut dengan
mudah melalui arah yang berbeda dengan ketika masuk, doa kita akan di ijabah oleh Yang Maha Kuasa.
Gambar 28,29 Obyek - obyek di dalam gua. Perjalanan dalam gua berlangsung 2,5 jam. menyenangkan. Dengan penerangan menunjukkan bekas
-
Perjalanan sangat
lampu petromak juru
ktinci juga
bekas pengunjung yang pemah bemsaha memsak gua,
kebanyakan dari mereka mengalami hal- hal mistik dan menderita sakit. Adapun juru kunci telah berusaha sedemikian rupa untuk menginformasikan perlunya pengunjung untuk menjaga kebersihan di dalam gua. Tetapi apabila pengunjung terlalu banyak, pemandu akan kewalahan mengawasi sehingga masih terjadi aksi corat coret di dimding gua Pemandu selalu merawat gua tersebut dan menghilangkan kembali bekas-bekas pengerusakan sebisa mungkin. Pemandu bertindak dengan cermat dan hati-hati sepanjang perjalanan hingga kembali ke nunahnya sehingga pengunjung merasa aman. Hubungan dengan pengunjung demikian akrab dan kekeluargaan. Adapun imbalan bagi juru kunci tidak di tentukan, tergantung keikhlasan.
5. Curug Cikanteh Curug Cikanteh berada paling jauh dari lokasi SM Cikepuh dan sekitarnya, yaitu sekitar 25 km. Terdapat jalan lebii singkat sejauh 10 km, tetapi kondisi jalannya sangat jelek. Curug Cikanteh berada pa& Dusun Cikanteh. Curug ini cukup dikenal keindahannya dan banyak didatangi pengunjung. Curug Cikanteh terdiri dari 4 Curug yaitu Curug Sodong, Curug Ngelai, Curug Ate1 clan Curug Catur. Diantara ke empat curug tersebut Curug Sodong dan Curug Ngelai yang paling banyak dikunjungi karena keindahannya.
Curug Ngelai dari jauh sudah nampak
mengucur dari ketinggian tebiig hijau yang berdiri memanjang. Ketinggian Curug tersebut mencapai 300 m dan tidak terhalangi naungan sehingga dapat dilihat dari jauh. Untuk mencapai curug tersebut pengunjung harus memarkir kendaraan di sebuah halaman warung terdekat. Perjalanan harus dilanjutkan berjalan kaki menyeberangi sungai, melewati ladang dan tegalan untuk mencapai curug.
Bagi pengunjung yang baru pertama kali berkunjung akan kesulitan
mencapai lokasi curug karena tidak terdapat petunjuk arah dan jalan yang bercabang
-
cabang. Ada inisiatif pemuda desa maupun ojek setempat yang
menawarkan untuk mengantarkan pengunjung hingga ke curug.
Pada posisi
geogmfis S7°11'15.0"dan El06 O 29'47.4", sebelurn memasuki areal hutan, tiga curug nampak yaitu Curug Sodong, Curug Ngelai dan Curug Catur. Menurut pemandu, Curug Sodong pemah diusahakan oleh pemuda desa. Lokasi ini pemah ramai dan kendaraan roda dua dapat parkir hingga dekat ke curug. Tetapi setelah
adanya kejadian orang tenggelam di curug ini, pengunjung men-
clan kondisi
tidak t e r m s lagi hingga sekarang. Saat ini kadang - kadang banyak pengunjung, akan tetapi kebanyakan sudah membawa penunjuk jalan dari tempat masingmasing. Curug Sodong terletak pada posisi S7°11'07.0"dan E106O 29'53.6". Curug ini mempunyai ketinggian 30 m dengan lebar 8 m dan debit air yang cukup deras. Kubangan airnya dalam dan tidak terdapat sungai maupun bongkahan batu besar. Terdapat vegetasi pohon buah dan pohon bambu di sekitar curug yang memberikan nuansa teduh dan segar.
Gambar 30 Curug Sodong. Perjalanan dilanjutkan dengan kondisi jalan mendaki dan menyeberangi sungai berbatu menuju Curug Ngelai. Curug Ngelai berada pada posisi S7°11'04.28"dan E106°30'04.9".
Mempunyai tebing yang curam dan tinggi dengan komposisi
batuan yang membentuk dua susunan air terjun.
Gambar 31 C m g Ngelai. 6. Curug Susun C m g Susun dapat diliat dari tepi jalan antara Kiara Dua dan Ujung Genteng.
letaknya dekat pal KM 12
S7'1 1'13.1ndan El06 '36'53.6".
tepatnya dapat dilihat dari posisi
Curug ini terdapat di
lembah. Panorama
terbaik dapat dilihat dari jarak kurang lebih 200 m. Ketinggian c m g diperkirakan total 20 m dengan bentuk bertingkat-tingkat.
L.
Doc.Pems Sluyadi
2
Gambar 32 Panorama Curug Susun.
7. Sungai dan Muara Cikarang
Gambar 33 Sungai Ciarang.
Gambar 34 Muara Cikarang.
Sungai Cikarang yang ditandai dengan adanya Jembatan Cikarang yang bejarak sekitar 8 km dari lokasi SM Cikepuh dan sekitarnya. Sungai Cikarang memiliki air yang jernih kehijauan. Terdapat perkampungan penduduk di tepi sungai ini. Penduduk memiliki perahu yang biasa digunakan untuk menangkap ikan hias di sungai. Menurut penduduk, pada masa tahun 1997 -1999 banyak pengunjung menyewa perahu untuk menyusuri sungai hingga muara sungai yang merupakan areal Hotel Amanda Ratu.
Areal Muara Cikarang memiliki
pemandangan yang indah clan memiliki pulau kecil menyerupai Tanah Lot Bali. Pada saat ini manajemen Hotel Amanda Ratu non aktif, sehingga pengunjung jarang yang memanfaatkan rekreasi berperahu ini.
B. Seni Budaya Masyarakat Nelayan di pantai selatan Pulau Jawa masih mempercayai kekuatan spiritual yang menguasai Laut Selatan sebagai sosok Ratu Nyai Roro Kidul. Demikian pula masyarakat nelayan Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi yang masih memelihara tradisi nadran. Tradisi ini merupakan suatu ungkapan terimakasih sekaligus permohonan diberikan rejeki dari lautan (Wiria 2004). Lebih jauh dijelaskan bahwa tradisi ini sudah berjaian hingga ratusan tahun. Pelaksanaannya dilakukan pada kelompok - kelompok nelayan di beberapa kawasan pantai dengan nuansa perayaan yang seragam. Pada saat ini upacara
nadran ini dikemas dalam satu keramaian yang dinamakan Hari Nelayan. Salah satu kawasan tempat dilangsungkannya upacara ini adalah Ujung Genteng. Keramaian ini seperti keramaian masyarakat tradisional pada umumnya yaitu
prosesi keramaian yang dimeriahkan dengan panggung hiburan. Puncak acara hari nelayan ini menurut Wiria (2004), dilaksanakan suatu pawai iring-iringan yang menggiring pula para pejabat daerah menuju pesisir pantai. Dahulu, dalam iring iringan tersebut selalu ada hidangan yang dibawa dengan menggunakan tandu. Hidangan tersebut berupa kemenyan dupa, berbagai jenis makanan dan kepala kerbau.
Pasti ada juga seorang putri sebagai sebuah refleksi dari
keberadaan Nyai Roro Kidul dalam iring-iringan tersebut. Pada puncak acara hidangan dalam tandu ini akan dibawa ke tengah laut dengan perahu dan dilarung ke laut sebagai sesaji.
Gambar 35 Kesenian dalam perayaan Hari Nelayan.
Gambar 36 Perahu hias nelayan.
Saat ini ritual yang berbau mistis ini menurut Wiria (2004) sudah kehilangan'roh'. Meskipun Upacara ini tetap diadakan, unsur - unsur kemenyan, dupa, dan kepala kerbau kini telah diganti dengan hal yang lebii sederhana seperti bentuk melarung tukik maupun bibit ikan ke laut. menghadirkan Putri, dayang
Bentuk kesenian yamg
- dayang dan pengawalnya serta tokoh Ki Lengser
yang bertindak sebagai penunjuk jalan masih bejalan hingga kini. C. Aktivitas Tradisional Masyarakat Aktivitas masyarakat setempat yang dapat dijadikan daya tarik dalam produk wisata bagi pengunjung antara lain adalah 1. Masyarakat Penyadap Nira
Aktivitas menyadap nira kelapa dilakukan oleh masyarakat pendatang. Mereka membeli hak pengelolaan blok perkebunan kelapa secara berkelompok.
Bentuk pembayaran hak pengelolaan ini adalah hasil produksi gula kelapa sebanyak 1 kg per pohon per bulan yang disetorkan kepada PT. Perkebunan Citespong. Hasil penyadapan nira akan dikurnpulkan oleh penyadap dan diiasak menjadi gula kelapa. Para penyadap nira membuat gubug tempat tinggal di dalarn areal perkebunan kelapa. Aktivitas penyadapan nira dan pengolahan gula kelapa dapat menjadi atraksi unik yang disukai pengunjung. Pada kunjungan ke SM Cikepuh, areal perkebunan ini sering dilalui dan dikunjungi. Dernikian pula pengunjung Ujung Genteng dapat berkunjung pada pengolah gula kelapa di areal perkebunan PT. Citespong yang berlokasi di sekitar Hotel Amanda Ratu. Biasanya pengunjung kemudian tertarik untuk membeli hasil produksi gula kelapa tersebut. Terdapat kendala dalam proses jual beli yang dilakukan pengunjung. Yaitu tidak semua pengolah gula kelapa bisa dengan bebas menjual gula kelapanya kepada konsurnen yang datang, karena terikat oleh juragan. Juragan biasanya memberikan pinjaman modal produksi. Yang hams dibayar dengan hasil gula kelapa dengan harga lebih rendah.
Oleh karena itu pengolah tidak
diperkenankan menjual langsung kepada pengunjung yang datang.
Gambar 37 Penyadap nim.
Gambar 38 Proses pemasakan gula kelapa.
2. Masyarakat Petani
Aktivitas pertanian sebenarnya tidak terlalu jauh dari kawasan pantai. Hanya sekitar 300 m dari Muara Cibuaya sudah dapat dijumpai areal persawahan
yang hijau.
Selain bertanam padi terdapat juga areal kebun - kebun buah
semangka
Selain itu, terdapat juga aktivitas petemakan desa yang khas seperti
~enggembalaanbebek maupun kambing. Selama pejalanan pengunjung, menuju dan pulang dari kawasan pantai, lansekap terasering sawah dengan gubuk kecilnya seringkali menjadi pemandangan yang menarik untuk berfoto. Menurut Rahardjo
(2005), baik tipe ekosistem alami maupun buatan, keduanya memiliki potensi untuk dikemas sebagai point interest. Semakin beragam dan semakin unik tipe ekosistem yang ada maka akan semakin beragam paket wisata yang bisa dikembangkan..
3. Masyarakat Nelayan Rahardjo (2005) menyebutkan bahwa tradisi yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya dam merupakan salah satu hal yang diinventarisasi sebagai potensi obyek ekowisata. Kawasan Pantai Ujung Genteng memiliki berbagai aktivitas nelayan yang cukup beranekaragam. Dapat dijumpai kelompok masyarakat nelayan yang sedang membuat jaring di teras rumah mereka. Tidak jarang pula mereka sedang membuat peralatan tangkap yang tidak biasa misalnya alat penangkap lobster, rawai, lampu karbit dan lain
-
lain. kegiatan mereka
tergantung musim dan kondisi permodalan. Apabila beruntung pengunjung &pat mengikuti proses mengangkat jaring ikan belanak yang ditebar dipinggir pantai. Apabila hasilnya banyak, pengunjung dapat membelinya untuk dibakar dan dimakan ditempat sambil duduk
- duduk
di pantai.
Pada sore hari, perahu
nelayan turun melaut dan baru kembali keesokan harinya
Jika beruntung,
pengunjung dapat ikut serta menarik atau mendorong perahu tersebut. Apabila hasil tangkapan berupa ikan konsumsi ataupun lobster, pengunjung dapat membelinya. Demikian juga ikan hasil pancing maupun tombak. Berdasarkan hasil wawancara, ada juga pengunjung yang sangat ingin mengikuti aktivitas nelayan pencari ikan hias yang mencari ikan di tepi pantai. Mereka bejalan pada malam hari sambil membawa lampu dan serok. Pada pantai sepanjang batu namprak hingga Ujung Genteng terdapat karang flat yang membentuk kolarn kolam kecil. Pada kolam - kolam kecil tersebut sering terdapat ikan hias yang terbawa ombak dan terjebak di dalamnya. Pengunjung tersebut membayar biaya
operasional nelayan tersebut sambil mengikuti dan mendengarkan cerita serta melihat jenis-jenis ikan hias yang mereka dapatkan.
Gambar 39,40 Hasil tangkap nelayan.
I
Gambar 41,42 Aktivitas nelayan yang unik.
- Persepsi Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, didapatkan jumlah responden 59 orang, yang terdiri dari responden laki-laki 78% dan perempuan 22%. Kebanyakan kaum perempuan tinggal di m a h dan kurang terbuka terhadap pendatang. Apabila dilakukan wawancara kaum wanita ini sering sekali sulit mengemukakan pendapat dan didominasi oleh pendapat kaum laki Responden terbanyak adalah usia 26
-
-
laki.
50 tahun, yaitu sebanyak 71,2%..
Responden yang diwawancarai berasal dan bertempat tinggal dari empat dusun di
desa Gunung Batu yaitu Cijaringao, Cipaku, Ciburial dan Gunung Batu. Adapun pekeijaan utama mereka adalah 30,5% pedagang, pegawai, 15,3% usaha transportasi lokal seperti ojek dan supir, sisanya adalah nelayan, petani dan penyadap nira. Tingkat pendidikan terbesar adalah SMP 32,2%, SMA 23,7% dan sisanya SD, tidak sekolah dan perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, didapatkan hasil berupa pendapat masyarakat mengenai kelestarian hutan dan ekowisata sebagaimana diuraikan dalam Tabel 8 berikut. Tabel 8 Pendapat masyarakat No.
Pendapat masyarakat
1 Kelestarian Hutan Setuju Setuju tapi merusak Tidak setuju
4
Jdah N = 59
%
24 26 9
40,7 44,l 15,3
10
2 Istilah ekowisata Pernah mendengar Belum pernah mendengar
49
16,9 83,l
3 Merasa mendapatkan manfaat positif dari ekowisata Mendapatkan manfaat Tidak mendapat manfaat
42 17
71,2 28,s
50 9 0
84,7 15,3 0,o
Dukungan terhadap pengembangan ekowisata Mendukung Biasa saja Tidak mendukung
Dari 59 responden masyarakat, didapatkan 40,7% menyatakan setuju untuk turut melestarikan hutan serta tidak melakukan hal-hal yang memsak hutan. Mereka menyatakan bahwa hutan sangat penting peranannya dalam penyediaan sumber air bagi pertanian serta menjadi sarang bagi nyamuk malaria yang menjadi penyakit endemik di daerah ini. Menurut mereka, ha1 ini dibuktikan dengan kejadian pada tahun 1980an ketika terjadi kerusakan hutan, penyakit malaria mewabah dengan sangat banyak korban meninggal dunia. Adapun 44,1% responden digolongkan ke dalam kategori setuju tapi merusak karena mereka setuju terhadap pelestarian hutan akan tetapi diindikasikan masih melakukan
pelanggaran - pelanggaran seperti melakukan penebangan pohon, mengkonsumsi telur penyu, membuang sampah di dalam hutan, membikin api sembarangan dan kurang bertanggungjawab terhadap kerusakan yang tejadi akibat kedatangan ke dalam hutan. Sedangkan 15,3% dari responden menyatakan tidak setuju terhadap pelestarian karena umumnya berpendapat bahwa hutan merupakan rnilik masyarakat yang dapat dimanfaatkan tanpa dihalang-hdangi. Umumnya mereka mengeluhkan berbagai aturan yang membatasi dan menghdangi masyarakat untuk mencari penghidupan di hutan maupun pantai dalam kawasan SM Cikepuh. Sementara itu untuk Istilah "ekowisata", sejumlah 16,9% responden menyatakan pemah mendengar istilah ekowisata dan tampaknya cenderung memahaminya sebagai wisata di dam.
Sementara 83,1% menyatakan belum
pernah mendengar istilah tersebut. Beberapa diskusi dengan masyarakat, dapat menyimpulkan bahwa masyarakat belurn memahami status kawasan SM Ciepuh dan ekowisata, sehingga belum tahu bagaimana mereka bisa terlibat dalam pengembangan usaha ekowisata.
Menurut Rahardjo (2005), bahwa perlu
diyakinkan dari awal bahwa ekoturisme tidak menawarkan pekejaan baru yang glamour, hanya bisa merekrut sedikit orang dan beberapa peluang tersebut hanya merupakan pekejaan paruh waktu dan hanya menjadi suplemen dari kegiatan masyarakat yang telah ada saat ini. Sebesar 71,2% dari responden masyarakat menyatakan mendapatkan manfaat positif dari kedatangan pengunjung ke dalam kawasan SM Cikepuh dan ke Pantai Ujung Genteng sementara 28,8% tidak mendapatkan manfaat positif. Manfaat positif tersebut dapat bersifat materi dan non materi.
Beberapa
responden menyatakan bahwa mendapatkan manfaat positif dari pengunjung yang datang karena sumbangan dari penginapan dan vila di pantai yang disalurkan kepada pendidikan madrasah dan tsanawiah di desa tersebut sehingga anak-anak bersekolah gratis. Adapula sumbangan tersebut yang disalurkan bagi kegiatan pemuda. Sebagian lagi menyatakan mendapatkan keuntungan dari lakunya usaha penjualan barang kebutuhan yang diperlukan pengunjung. Kemauan masyarakat untuk mendukung pengembangan ekowisata adalah penting. Rahardjo (2005) menyatakan bahwa dalam pengembangan ekowisata, masyarakat lokal merupakan pelaku, dengan demikian kehendak nlasyarakat
untuk menerima kehadiran orang luar dengan berbagai latar belakang yang berbeda addah penting.
Karena adakalanya masyarakat tidak menghendaki
wilayah tempat tinggalnya menjadi lokasi aktivitas orang luar. Tabel 9 Tabuiasi silang antara profesi dan keterlibatan responden Profesi Petanilkebun % % dari total Penyadap Nira Yo % dari total Pegawai % % dari total
Transuortasi Yo % dari total Pedagang % % dari total
Nelavan % dari total
Total
terlibat langsung 0
Keterlibatm tidak terlibat langsung 0
1 50.0 4.8 7 38.9 33.3 4 44.4 19.0 8 44.4 38.1 1
0 1 5.6 5.6 3 33.3 16.7 8 44.4 44.4 6
4.8 21
33.3 18
Total tidak terlibat 4 100.0 20.0 1 50.0 5.0 10 55.6 50.0 2 22.2 10.0
11.1 10.0 1
4 100.0 6.8 2 100.0 3.4 18 100.0 30.5 9 100.0 15.3 18 100.0 30.5 8
5.0 20
13.6 59
2
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan profesi, petani ternyata
100% tidak terlibat. Peranan mereka menggarap lahan pertanian dan perkebunan, selama ini tidak mendapat peluang untuk terlibat dalarn kegiatan wisata clan ekowisata.
Penyediaan bahan pangan pada umumnya masih diambil dari
pedagang di kota terdekat yaitu Surade.
Profesi penyadap nira sebagian
berkesempatan untuk terlibat langsung, misalnya menerima kunjungan dari peserta ekowisata yang berkunjung di SM Cikepuh maupun Ujung Genteng. Menurut informasi dari internet, kunjungan kepada penyadap nira ini juga menjadi obyek wisata yang ditawarkan di Ujung Genteng.
Biasanya rombongan
pengunjung yang berkunjung di Ujung Genteng akan dibawa ke Perkebunan kelapa PT. Citespong dekat Hotel Amanda Ratu. Sedangkan Pengunjung SM Cikepuh akan melewati dan berkunjung pada kelompok penyadap nira di Blok
Citiis. Responden yang berprofesi sebagai pegawai (pegawai CV. Daya Bhakti, tenaga pengamanan masyarakat swakarsa BBKSDA, pegawai pengelola penginapan) 38,9% terlibat, 5,6% terlibat tidak langsung dan 55,6% (pegawai kelurahan, Dinas Perikanan, guru) tidak terlibat. Warga yang mempunyai profesi sebagai pekerja di bidang transportasi lokal seperti ojek, angkot, perahu 44.4% terlibat langsung. 33.3% terlibat tidak langsung dan 22.2% tidak terlibat. Profesi pedagang mempunyai 44.4% terlibat langsung, 44.4% terlibat tidak langsung dan 11.1% tidak terlibat.
Nelayan 12.5% terlibat langsung, 75% terlibat tidak
langsung dan 12.5.% tidak terlibat. Nelayan dimungkinkan berperan sebagai penyedia ikan yang menjadi bahan makanan bagi pengunjung. Tetapi tidak selalu pemilik penginapan atau pembeli berkesempatan untuk membeli langsung dari nelayan. Nelayan menjual ikannya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kadang kadang pada kesempatan tertentu dapat saja pengunjung yang menjumpai nelayan yang baru mendarat atau pulang memancing, dapat langsung membeli ikan. Mereka dapat pula memesan ikan dan istri nelayan tersebut dapat memasakkannya dengan imbalan tertentu. Tidak semua ikan yang dihasilkan nelayan di Ujung Genteng diionsumsi oleh pengunjung, apabila produksi berlebih ikan akan diirimkan ke daerah lain. Oleb sebab itu, ada juga sebagian kecil nelayan yang tidak terlibat kegiatan wisata.
5.2. Kinerja Usaha Telaah kinerja usaha yang telah berjalan di lokasi penelitian dilakukan dengan mencermati aspek - aspek penting usaha sebagai berikut : A. Produk
Produk wisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar, agar dapat menarik perhatian pengunjung untuk datang dan mendapatkan kepuasan yang ditawarkan. Saat ini sudah terdapat beberapa jenis produk yang sudah ditawarkan kepada pengunjung di SM Cikepuh dan sekitarnya :
1. Atraksi Penyu Bertelur Atraksi ini hanya dapat dinikmati oleh pengunjung pada malam hari. Lokasi atraksi adalah di Pantai Pangumbahan dan Pantai Citirem SM Cikepuh. Penguijung akan diajak melihat aktivitas penyu yang naik ke pantai untuk bertelur. Akan tetapi karena penyu sangat peka terhadap gangguan, maka petugas
akan meminta pengunjung untuk menunggu di pantai dan memberi tanda pada saat penyu dapat dilihat /didekati pengunjung. Hal ini disebabkan karena apabila penyu merasakan kehadiran mahluk lain maupun gangguan pada saat naik ke pantai hingga sebelum bertelur, ia akan kembali ke laut tanpa bertelur. Tetapi apabila pengunjung mendekati penyu saat sudah memulai proses bertelur, ia tetap akan melanjutkan aktivitas bertelur dan kemudian menutup lubang telurnya dan kembali ke laut. a. Pantai Pangnmbahan
A W i melihat penyu di Pantai Pangumbahan dapat disaksikan dengan membayar tiket masuk minimal sebesar Rp 30.000 per rombongan. Apabila rombongan terdiri lebih dari 6 orang, maka tambahan per orang Rp 5.000. Untuk biaya perjalanan, dari dan ke penginapan adalah sebesar Rp 35.000 per ojek. Adapun pelayanan yang diberikan pengojek adalah menjemput pengunjung di penginapan pada pukul 19.30 (atau sesuai waktu yang disepakati), mengantarkan ke Pantai Pangumbahan hingga pengunjung selesai melihat atraksi penyu dan mengantar pulang kembali. Setelah membaca peraturan, mengisi buku tamu dan membayar tiket masuk, pengunjung diminta menunggu di pantai, sementara petugas akan melakukan patroli di pos masing-masing di sepanjang pantai pengunduhan telur penyu ini. Apabila ada penyu yang naik, petugas akan saling memberi kode kepada pemandu dengan menggunakan lampu senter. Pemandu akan mengajak pengunjung untuk mendekati lokasi tersebut clan kembali menunggu. Apabila pengunjung tidak lebih dari 5 orang, pemandu dan petugas mengijinkan pengunjung untuk mendekati penyu saat proses bertelur. Akan tetapi bila lebih dari 5 orang, petugas dan pemandu baru akan mengijinkan pengunjung mendekati penyu pada saat selesai bertelur. Hal ini dilakukan dengan alasan menghindari stress pada penyu. Atraksi penyu tidak dapat ditentukan waktunya karena sangat tergantung pada naiknya penyu secara alarni. adakalanya penyu naik tidak terlalu malam sehingga pengunjung tidak perlu menunggu terlalu lama, namun adakalanya baru ada yang naik pada waktu larut malarn atau bahkan tidak ada yang naik sama sekali sehingga pengunjung hams menunggu lama atau pulang tanpa melihat
atraksi yang di tunggu. Pihak pengelola tidak dapat memberikan jaminan akan ada atau tidaknya penyu yang naik. Sebaliknya apabila pengunjung belurn puas dengan melihat 1 ekor penyu, tidak dibatasi untuk melihat penyu yang naik berikutnya.
Gambar 43 Penyu hijau (Chelonia mydas) kembali ke laut setelah selesai bertelur.
Gambar 44 Aktivitas pengunjung.
Aktivitas pengunjung addah menonton penyu yang melakukan tahapan
-
tahapan proses bertelurnya hingga kembali ke laut. Biasanya pengunjung akan memotret penyu dan memanfaatkan kesempatan menyentuh penyu. Tidak jarang, pengunjung berpose diatas punggung penyu yang sedang bejalan menuju pantai.
Ketentuan
- ketentuan mengunjungi Pantai Pangumbahan adalah sebagai
berikut :
1. Dilarang mengganggu Penyu. 2. Dilarang menyalakan baterailblitz foto saat penyu betelur. 3. Pengambilan gambar dilakukan setelah penyu bertelur dengan terlebih dulu mendapat izin dari petugas. 4. Dilarang jalan-jalan di pantai pada waktu ada penyu yang naik sebab bila
melihat gerakan penyu a k a kembali lagi ke laut. 5. Hanya diperbolehkan melihat bila penyu sudah bertelur.
6. Sewaktu meliat penyu selamanya harus didampingi para petugas.
7. Dilarang tinggal di pantai.
8. Pengunjung tidak diperkenankan berkemah di pantai. 9. Pengunjung diwajibkan membayar dana kesejahteraan sebesar Rp 30.000 per rombongan, maksirnal6 orang apabila lebih maka dikenai Rp 5.000 per orang. 10. Setiap pengnjung diwajibkan mengisi buku tamu.
b. Pantai Citirem
Atraksi melihat penyu di Pantai Citirem hanya dapat d i i a t i pengunjung yang bermalam di pantai ini, mengingat lokasi yang cukup jauh dan hanya dapat ditempuh pada siang hari. Pengunjung yang kebanyakan mahasiswa ini akan ikut berpatoli dengan petugas di sepanjang pantai dalam kelompok
-
kelompok. Petugas akan memandu tentang apa yang harus dilakukan apabila menjumpai penyu. Pengunjung yang ingin meliat atraksi penyu ini tidak diienai biaya untuk masuk ke kawasan SM Cikepuh, akan tetapi harus mengurus SIMAKSI. Pengunjung dapat menginap di pondok kerja dan bangunan penetasan
tukik yang digunakan oleh petugas jaga dengan fasilitas seadanya. Untuk kepeluan konsumsi pengunjung dapat memasak bersama petugas ataupun membayar jasa tukang masak. Adapun bahan makanan dibeli dan dibawa dari desa terdekat. Apabila pengunjung dalam jumlah banyak bisa juga memesan nasi bungkus dari warung makan di Desa Jaringao dengan diantar sampai lokasi menginap. Pengunjung SM Cikepuh hams didampingi petugas. Hal ini beralasan selain karena tidak mengetahui jalan, masuk ke- dalam kawasan juga beresiko
terhadap gangguan dam serta alasan pengamanan.
Selain itu seringkali
pengunjung membutuhkan informasi mengenai obyek yang diminati misalnya flora maupun fauna.
Maka petugas pendamping haruslah mempunyai
pengetahuan akan obyek tersebut. Maka banyak dari petugas yang dipilih adalah yang mempunyai pengetahuan pengenal pohon maupun paham tentang lokasilokasi satwa yang ingin dilihat pengunjung.
Tidak ada tarif untuk petugas
pendamping, akan tetapi umumnya pengunjung memberikan sekedar uang jasa kepada mereka sebesar Rp15.000 hingga Rp 50.000 per orang per hari. Terdapat kendala dalam mencapai lokasi menginap yaitu terdapat sungai yang pada saat musirn hujan cukup dalam sehingga untuk melaluinya pengunjung harus berbasah-basah melalui sungai. Selain itu kondisi pondok tempat menginap tidaklah memadai apaiagi bila pengunjung yang menginap datang berombongan. Umumnya pengunjung yang berniat datang ke lokasi ini adalah kelompok mahasiswa clan pecinta alam yang sudah siap dengan kondisi keterbatasan fasilitas.
2. Atraksi Melepas Tukik CV. Daya Bhakti sebagai pengelola Pantai Pangumbahan maupun BBKSDA sebagai pengelola Pantai Citirem menetaskan telur penyu yang terkumpul. BKSDA menetaskan 100% telur yang berhasil dikurnpulkan. Apabila pengunjung datang pada saat tukik menetas, maka pengunjung dapat melepaskan tukik-tukik tersebut tanpa dipungut bayaran. CV. Daya Bakti menetaskan 50% telur penyu bagi upaya pelestarian. Tukik yang menetas umumnya dipelihara selama 1-3 bulan, dan dilepaskan pada acara - acara seremonial yang dihadiri pejabat. Tukik - tukik tersebut dipelihara dalam bak dan diberi makan dengan teratur. Apabila ada wisatawan yang ingin melepaskan tukii dapat dilakukan dengan tarif Rp 5000 bagi kesejahteraan pegawai. Menurut keterangan pegawai CV. Daya Bakti, pernah ada wisatawan asing yang melepaskan 10 ekor tukik dan menyumbang Rp 100.000. Atraksi ini belum dipromosikan dengan baik karena terbentur pada ketersediaan tukik. Pihak BBKSDA akan melepaskan tukii begitu menetas karena tidak mempunyai bak pemeliharaan. Sedangkan CV. Daya Bhakti tidak mempunyai persediaan khusus bagi pengunjung.
Garnbar 45 Tukik yang baru menetas dilepaskan kembali ke laut.
Atraksi ini memiliki potensi yang menguntungkan apabila dilihat dari harga tukik yang dapat dilepaskan. Telur penyu mempunyai harga Rp 2000 apabila dijual kepada agen. Apabila dijual kepada konsumen di kota sebagai telur rebus siap konsumsi sudah mencapai harga Rp 3.500 (Yudha 2004). Dengan masa penetasan berkisar 40 hari tukik yang menetas dapat dijual kepada pengunjung yang datang, untuk dilepaskan kembali ke dam, dengan harga lebih tinggi yaitu Rp 5.000 per ekor. 3. Pengarnatan Flora Fauna SM Cikepuh
SM Cikepuh sudah biasa menjadi tempat kunjungan bagi kegiatan penelitian flora dan fauna yang terdapat dalam kawasan ini.
Umumnya
pengunjung yang mendatangi tempat ini datang secara individu maupun rombongan untuk mengamati jenis ataupun ekosistem tertentu.
Kunjungan
semacam ini memerlukan pendamping yang memiliki kemampuan dan pengetahuan mengenai obyek yang diminati pengunjung. Selama ini kegiatan ini belum diiemas secara lebih menarik dan mudah diakses oleh pengunjung. Umumnya hanya kalangan tertentu yaitu akademisi dan lembaga ilmiah yang telah melakukan kunjungan - kunjungan ke kawasan ini. Aktivitas kunjungan ke dalam kawasan SM Cikepuh tidak dikenai biaya. Adapun pelayanan yang dapat diberikan adalah fasilitas kerja pengamanan petugas seperti pondok kerja dan jalan patroli yang dapat dimanfaatkan, serta tenaga pendamping. Adapun semua biaya operasional menjadi tanggungan pengunjung. 4. Kunjungan ke Obyek Daya Tank Wisata Alarn
Iviempakan kunjungan ke lokasi pendukung.
-
lokasi ODTWA pantai maupun
Pada saat ini organisasi ojek adalah pihak yang paling aktif
mempromosikan produk- produk kunjungan ke ODTWA.
Biasanya para
pengojek akan mendatangi tamu di penginapan sesaat setelah kedatangan tamu. Mereka biasanya akan menawarkan beberapa altematif kunjungan dengan menceritakan situasi, keindahan dan keunikan serta negosiasi harga jasa mengantarkan pengunjung ke obyek tersebut.
Pelayanan yang diterima
pengunjung adalah jasa mengantarkan hingga pulang kembali dengan waktu lama kunjtmgan bebas. Tarif kunjungan bervariasi tergantung jauh dekat obyek, berkisar antara Rp 20.000 hingga Rp 170.000. Konsumsi maupun tiket mas& (apabila ada) menjadi tanggungan pengguna jasa.
Ada beberapa kendala apabila pengunjung berminat mengunjungi ODTWA yang jauh karena beberapa kendaraan ojek tidak dilengkapi surat-swat kendaraan lengkap, biasanya pengojek demikian akan mengalihkan perninat kepada pengojek lain.
Banyak dari pengojek tidak dapat berbahasa inggris
sehingga tidak percaya diri mengantar Pengunjung mancanegara. 5. Paket Kunjungan ke Beberapa Obyek dan Aktivitas Masyarakat
Merupakan gabungan dari kunjungan ke beberapa obyek maupun aktivitas masyarakat yang dikemas dalam paket 1-2 hari.
Paket semacam ini di
kembangkan oleh pemandu wisata yang membuat paket dengan variasi kunjungan baru setiap tahun. Pihak kelompok ojeg dan staf penginapan sudah mulai meniru, dengan membuat paket - paket sederhana yang ditawarkan sebagai paket sehari. Beberapa penginapan mempunyai agen di kota lain yang menawarkan paket kunjungan ke ODTWA kepada pengunjung yang memesan penginapan dari agen. Penginapan tersebut biasanya telah mempunyai staf yang dapat mengantar tamu ke obyek - obyek kunjungan yang ditawarkan.
B. Jasa Sarana Wisata 1. Fasilitas
Fasilitas wisata yang tersedia bagi pengunjung di SM Cikepuh dan sekitarnya disajikan pada tabel 10. Tabel 10 Fasilitas wisata di SM Cikepuh dan sekitarnya No. 1.
2.
3.
Fasilitas SM Cikeouh - ~ o n d o kkej a Jaringao
Kondisi
Keterangan
baik
-
kurang memadai
dapat dimanfaatkan pengunjung. dapat dimanfaatkan ~engunjung Yang menginap di Citirem
Pondok kerja dan Bangunan penetasan Tukik - MCKdansumur - Jalan setapak Pantai Pangumbahan - Pondokkerja Ujung Genteng - Penginapan - Jalanaspal - Jalan tanah dan jalan pantai
kurang terawat ditumbuhi semak baik
dapat dimanfaatkan Yang mahasiswa penelitian
baik baik kurang memadai
telah banyak dimanfaatkan oleh pengunjung Ujung Genteng
Adapun gambar fasilitas - fasilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 46 Jalan pantai berpasir.
Gambar 47 Jalan tanah dan pondok.
I
Doc. P e w Suryadi
Doc. Petrus Suryadi
Gambar 48 Penginapan.
Gambar 49 Penginapan
Gambar 50 Fasilitas MCK di Pantai Citirem.
Gambar 51 Jalan melewati sungai.
2. Jasa Pelayanan
Terdapat beberapa jasa pelayanan yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk mempermudah aktivitas kunjungan, yaitu jasa pemandu, interpreter dan
ojek. Jasa pelayanan yang tersedia bagi pengunjung SM Cikepuh dan sekitarnya disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Jasa pelayanan yang tersedia bagi pengunjung
No. Jasa 1. SM Cikepuh - Pemandu 2. Pantai Pangumbahan - Pemandu 3. Ujung rjenteng - Ojek
-
- Pemandu
Pelayanan Sebagai penunjuk jalan, pengenal flora dan fatma kawasan yang di amati oleh pengunjung Sebagai pemberi penjelasan kepada pengunjung mengenai penyu dan atraksi yang disajikan. P e m j u k jalan sekz&gus menyediakaxi jasa sarana transportasi bagi pengunjung. Aktif melakukan survey menemukan lokasi kunjungan baru yang menarik, membuat trend, mempromosikan dan memandu pengunjung.
Pada umumnya dari hasil wawancara, pemandu SM Cikepuh bertugas mendampingi pengunjung sesuai dengan kebutuhan pengtmjung. Pada umumnya mereka memiliki pengetahuan lebih mengenai jenis-jenis flora dan fauna. Pemandu &an memberikan penjelasan mengenai obyek
- obyek yang diminati
pengunjung dan menjawab pertanyaan pengunjung seputar obyek dan kondisi lapangan. Tetapi adakalanya pemandu bersikap pasif dan baru memberikan penjelasan apabila ditanya. Pemandu di Pantai Pangumbahan melakukan interaksi aktif dengan pengunjung. Pemandu bercerita tentang kehidupan penyu dan kelestariannya. Akan tetapi pemandu masih sering menunjukkan sikap tidak konservatif karena juga bercerita tentang pengalaman makan telur penyu dan daging penyu. Hal ini bertentangan dengan pengetahuan yang disampaikan mengenai kerentanan, dan menurunnya populasi penyu. Pada saat pengunjung diijinkan melihat penyu, pemandu bahkan mendorong perilaku wisatawan untuk melakukan aksi-aksi yang mengganggu penyu yaitu duduk dan berpose di punggung penyu. Kenyataan tersebut cukup mengganggu pengunjung yang memiliki perhatian terhadap satwa. Kelompok pengojek pada unlurnnya berpotensi untuk menjadi penunjuk jalan sekaligus pemandu.
Akan tetapi pada umumnya mereka tidak semua
mampu bersikap aktif dan menceritakan hal - ha1 yang menarik tentang obyek. Kebanyakan dari mereka bersikap pasif dan baru bercerita pada saat ditanya. Terdapat satu orang pemandu di Pantai Ujung Genteng, yang melakukan pemanduan karena merasa senang melakukannya. Pemandu ini hanya melakukan pemanduan pada hari - hari libur saja karena sehari - hari bekerja di bidang lain. Pemandu aktif melakukan survey obyek - obyek baru dan dengan membuat
kombiiasi gabungan beberapa obyek sebaga trend wisata ke kawasan ini. Trend baru selalu berganti setiap tahun dengan tujuan untuk mempopulerkan obyek
-
obyek temuan baru pada khususnya dan kunjungan ke Ujung Genteng pada umumnya. Menurutnya interpretasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan, biasanya bila ada pengunjung yang bertanya, baru akan dijelaskan mengenai obyek yang
dikunjungi. Kaharuddin (2003) menyatakan bahwa Ekowisata yang memiliki prinsip dasar edukasi terhadap obyek sehingga wisatawan memiliki kesadaran terhadap kelestarian obyek di samping pengalaman pengetahuan dan kesenangan. Oleh karena itu, pemandu haruslah orang yang mampu memberikan penjelasan kepada wistawan akan suatu atraksi. C. Sumber Daya Manusia (SDM) Ekowisata Kondisi SDM selain diketahui dari pendidikan masyarakat desa yang tersedia dari data monografi desa, juga didapatkan dari data SDM dari beberapa pengelola kawasan yang seringkali terkait dengan kegiatan ekowisata:
1. Pengelola dan staf penginapan 2. Pegawai CV. Daya Bhakti 3.Pegawai BKSDA Resort SM Cikepuh 4. Kelompok usaha transportasi Ojek Wisata (OPOW)
1. SDM Pengelola dau Staf Penginapan Penginapan umumnya memberikan pelayanan akomodasi, kenyamanan tinggal dan konsumsi.
Kualitas SDM didasarkan pada pendidikan, pelatihan
tentang pariwisata maupun perhotelan dan kemampuan berbahasa Inggris. Dari 8 penginapan yang diwawancarai didapatkan data pegawai sebagai berikut
Tabel 12 SDM penginapan No.
Jumlah
SD
1 A 2 B
2 4
1 1
C
3
4 D
6 2 2 1
1 1
21
6 28,.6
3
Kode
5 E 6 F 7 G
Jumlah Prosentase
100,O
SMP
SMA
PT
1
2 2 4
DIKLAT -
1
1 1
-
1 1
1 10
47,6
2 9,5
2 9,s
0
Pasif
Aktif
1 1 0
1 1
4
2
0 0 0
1
6 28,6
5 23,s
Prosentase pegawai yang mempunyai pendidikan SMP adalah yang terbesar yaitu 47,6%, diikuti SD 28,6%. Umumnya pada tahun 1980-an memang belum ada SMP yang dibangun di desa ini sehingga kebanyakan anak berpendidikan SMP. Masing - masing hanya 2 orang 9,5% yang berpendidikan SMA dan perguman tinggi (Dl dan D3 Pariwisata). Dari 8 pengelola penginapan yang berhasil diwawancarai, didapatkan data bahwa kebanyakan penginapan mempunyai 1 orang pengelola saja
dengan
pendidikan SD, SMP dan SMA. Ada 1 buah penginapan yang memiliki pengelola dengan tingkat pendidikan Dl Pariwisata dan 1 penginapan pemiliknya mempunyai pendidikan D3 Pariwisata, 2 penginapan tersebut mempunyai pegawai 4 dan 6 orang yang bertugas mengurusi kebersihan, makanan, dan keamanan. Sedangkan yang lain umumnya 1 orang pengelola yang biasanya menyertakan istrinya untuk tugas memasak apabila sedang banyak pengunjung. Mereka mempekerjakan pegawai yang diambil dari desa secara kondisional apabila diperlukan misalnya untuk tugas mencuci, belanja, mencuci piring dan tugas lainnya. Sebanyak 28,6% dari pegawai mampu berbahasa inggris secara pasif dan 23,8% mampu bebahasa inggris secara aktif. Sedangkan sisanya tidak dapat berbahasa inggris. Menurut hasil wawancara dengan pengunjung, meskipun dibawah 50% masih terdapat keluhan atas pelayanan jasa pada penginapan. Umumnya keluhan mengenai
kurangnya variasi menu makanan, kurang nyamannya fasilitas di
kamar penginapan maupun peralatan makan serta kurang nyamannya bangunan Untuk itu perlu dilakukan suatu pelatihan pelayanan untuk
penginapan.
mernenuhi standar kompetensi pelayanan penginapan di kawasan ini untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pengunjung yang memadai. Kaharuddin (2003) mendefinisikan standart
kompetensi sebagai kernampuan minimum untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam lingkungan kerja tertentu.
2. SDM Jasa Transportasi Ojek Wisata Ojek di Ujung Genteng pada umumnya memberikan pelayanan transportasi yang murah dan fleksibel, sekaligus interpreter objek. Kualitas SDM didasarkan pada pendidiian formal, pengetahuan obyek tujuan dan kemampuan berbahasa inggris. Tabel 13 SDM ojek wisata Kode Pengetahuan No. Responden 20 Obyek
Prosentase
100
SD
Pendidikan SMP SMA
80.0
10.0
10.0
B. Inggris Aktif Pasif
10.0
50.0
Dari 10 orang responden ojek, 80% merniliki pendidikan SD sementara SMP 10% dan SMA 10%. lokasinya.
Sernentara pengetahuan tentang obyek 100% mengetahui
Sernentara kemampuan berbahasa inggris pasif adalah 50% dm
keman~puanberbahasa inggris aktif adalah 10%. Kernampuan berbahasa inggris ini mempengaruhi rasa percaya d i i pengojek untuk rnengantarkan pengunjung mancanegara.
Apabila tidak disertai dengan teman yang mampu berbahasa
inggris mereka tidak berani rnengantarkan.
Pemandu m e ~ p a k a n seseorang yang mempunyai keahlian dan pengetahuan khusus terhadap obyek yang bisa berasal dari masyarakat sekitar yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang panjang tentang kawasan wisata tersebut. (Kaharuddin 2003). Selanjutnya disebutkan bahwa pemandu berbeda dengan penunjuk jalan yang hanya sebagai penunjuk dalam satu perjalanan. Salah satu upaya pengembangan usaha ekowisata sebailcnya adalah meningkatkan kemampuan penunjuk jalan yang sudah ada untuk dapat memberikan pelayanan yang bemutu karena ekowisata dapat dipahami sebagai suatu upaya untuk mengumpulkan pengalaman (Kaharuddin 2003). Lebih lanjut disebutkan bahwa peran interpreter atau pemandu dalam ekowisata memiliki peran strategis yang dapat memberikan pencerahan kepada wisatawan sehingga tercipta suatu image yang baik terhadap obyek wisata. Dengan memberikan pemahaman terhadap proses dan dinamikanya yang terdapat di suatu obyek wisata akan mendekatkan manusia dengan lingkungannya. Menurut Curtin (2003) faktor penting dari wisata melihat paus dan juga bentuk kehidupan liar di alam lainnya dan ekowisata, adalah interpretasi dan pendidikan.
Ide untuk pendidikan
lingkungan bagi masyarakat luas adalah berdasarkan asumsi bahwa semakin banyak orang mengetahui perilaku dan ekosistem spesies akan bertambah keinginan mereka untuk membantu konse~asinya.
3. SDM Petugas Pendamping di SM Cikepuh Petugas pendanping di SM Cikepuh umumnya dituntut pengetahuannya akan lokasi, situasi kawasan dan pengenalan flora fauna yang seringkali menjadi tujuan dan minat pengunjung.
Selain itu pemahaman situasi lapangan yang
seringkali berkaitan dengan keamanan kawasan dan bahaya alam yang dapat mengancam keselarnatan pengunjung sangat diperlukan. Oleh karena itu kualitas SDM didasarkan kepada pengalaman atau lama kerja dan p e n d i d i formal serta pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti. SDM SM Cikepuh umumnya merupakan petugas keamanan yang juga berfungsi ganda menjadi pendamping bagi pengunjung. Umumnya keterampilan yang dibutuhkan dalam mendampingi pengunjung adalah pengenalan flora-fauna, serta pengenalan tempat dan lokasi yang ada di dalam areal SM Cikepuh. Menurut hasil wawancara 5 petugas, 80% berpendidikan SD dan SMP. Semua
petugas mempunyai tugas pokok pengamanan. Mereka tidak pemah mendapatkan pengetahuan ekowisata maupun teknik melakukan pendampingan pengunjung. Pada umurnnya mereka belajar sendiri dari pengalaman. lama kerja responden dari
5 petugas yang diwawancarai adalah 60% 26-30 tahun, 20% 2'0-25 tahun dan 20% kurang dari 20 tahun. Petugas yang berstatus TPHL kebanyakan berasal dari penduduk setempat yang diangkat menjadi pegawai BBKSDA. Berikut addah data SDM yang didapatkan. Selama ini belum terbuka peluang bagi masyarakat umum untuk dapat menjadi pemandu di dalam kawasan, sehingga usaha pemanduan ini belum bisa dilakukan masyarakat sekitar kawasan. Tabel 14 SDM petugas pendamping di SM Cikepuh No.
Kode Responden
2630th
1 A 2 B 3 C
-
4 D 5 E
1
2025th 1
-
-
TPHL* TPHL POLHUT** TPHL TPHL
1
-
-
1 3
Pendidikan
Diklat Ekowisata
SMP
-
SD SMA
-
a 0 th
1
Jumlah
Status Pegawai
Lama Kej a
1
SMP SD
1
Prosentase 60 20 20 *TPHL= Tenaaa Pengaman Hutan Laiunya Terdapat beberapa pengunjung yang menyatakan kurang puas terhadap pelayanan, ha1 ini disebabkan kadangkala pendamping kurang menguasai bidang yang diminati pengunjung, sehingga kurang bisa memberikan masukan terhadap pengamatan mereka. Untuk itu diperlukan kemampuan interpretasi terhadap obyek oleh petugas sebagai sebuah bentuk pelayanan kepada pengunjung. Interpretasi yang merupakan jembatan antara surnberdaya alam, wisata dengan pengunjung yang datang akan menjadikan kunjungan wisatawan menjadi bermakna. Pengunjung selain bersenang - senang dan menikmati keindahan alam dari tempat yang dikunjunginya, juga mendapatkan pengetahuan, pengertian dan pemahaman tentang kawasan ity baik flora, fauna, sejarah, budaya, geologi dan sebagainya ( Muntasib 2004). Kaharuddin (2003) menyebutkan bahwa masyarakat dapat menjadi pemandu karena memiliki pengalaman yang panjang dalam pengelolaan
0 0
sumberdaya dam dan melihat fenomena pada obyek bersangkutan. Maka agar dapat dilakukan sebuah kegiatan yang baik perlu dilakukan p e m b i i bagaimana cara memandu serta apa pemandu.
- apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab seorang
Pembinaan dan penambahan ilmu pengetahuan tentang teknik
memandu sangat penting bagi peningkatan kualitas pemanduan, disamping tambahan ilmu pengetahuan teknis tentang bidang
-
bidang khusus yang
diperlukan. Sebagai perbandingan, bahwa kegiatan ekowisata dapat menjadi media yang baik bagi p e n d i d i i lingkungan dan penyampaian informasi adalah seperti yang terjadi di Mon Repos Conservation Park (MRCP) Australia. Sebesar 99% responden pengunjung MRCP menyatakan kunjungan melihat penyu memberikan banyak informasi, sepertiga responden pengunjung menjadi peduli terhadap ancaman penyu pada kunjungan pertama dan lebii dari separuh pengunjung menyatakan mereka mendapat tambahan informasi tentang ancaman dan 31% pengunjung menyatakan mendapatkan informasi pengetahuan tentang biologi penyu untuk pertamakalinya dalam kunjungan ke MRCP.
I-la1 tersebut
menunjukkan bahwa kunjungan ke MRCP sangat efektif bagi pendidikan lingkungan dan darnpak pengetahuan konsewasi bagi pengunjung. 4. SDM Pemandu Atraksi di Pantai Pangumbahan
SDM lapangan Pantai Pangumbahan berjumlah 12 orang dan berstatus pegawai harian lepas. Mereka semua berpendidikan SD, 8 orang bekerja mulai
tahun 1984 dan 3 orang bekerja sejak tahun 1993. di antara mereka ada satu di yang dapat berkomunikasi dalam bahasa inggris. Pengetahuan mereka tentang penyu pada umumnya sangat baik.
Hal ini dimungkmkan karena seringnya
kunjungan peneliti, mahasiswa dan tenaga ahli yang mensosialisasikan pengetahuan ini kepada mereka. SDM
lapangan
Pantai
Pangurnbahan mempunyai
pemantauan pengundullan, penetasan dan pengepakan telur.
tugas
utama
Pada saat
mendampingi pengunjung, mereka mampu untuk berinteraksi dan berkomunikasi menceritakan kehidupan dan proses reproduksi penyu. Terdapat beberapa pengunjung yang menyesalkan sikap petugas yang tidak melarang bahkan mendorong perlakuan-perlakuan yang mengganggu penyu.
pel&
usaha wisata, dan promosi yang diterima oleh pengunjung yang sudah
datang di SM Cikepuh dan sekitarnya.
1. Promosi yang dilakukan a. SM Cikepuh BBKSDA Jawa Barat memiliki website yang memuat data-data semua kawasan konsewasinya termasuk SM Cikepuh. Website tersebut memuat status kawasan, serta potensi flora - faunanya.
Meskipun memptmyai fungsi
pemanfaatan sebagai wisata terbatas, SM Cikepuh hanya dapat dikunjungi dengan persyaratan ijin khusus. Peminat informasi dan kunjungan dapat menanyakan informasi kunjungan ke kantor BBKSDA Jawa Barat melalui telepon. b. Pantai Pangumbahan
Pantai Pangumbahan tidak pernah mempromosikan kegiatan wisata karena peruntukan utamanya yang bukan untuk wisata. Keberadaan atraksi penyu di Pantai Pangumbahan justru dipromosikan oleh pihak penginapan, agen wisata, pemandu wisata dan ojek sebagai daya tarik untuk menawarkan fasilitas d m jasa wisata yang dirniliki. e. Pantai Ujung Genteng
Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukabumi saat ini telah melakukan
promosi obyek - obyek wisata melalui pusat informasi, leaflet, booklet dan CD. Pantai Pangumbahan juga telah menjadi salah satu titik lokasi yang dipromosikan sebagai tujuan wisata karena keberadaan penyunya. Akan tetapi kawasan pantai selatan ini belum dipromosikan sebagai satu kawasan wisata andalan. Tampaknya pemerintah daerah masih menitikberatkan kawasan ini sebagai sentra produksi perikanan termasuk pemungutan telur penyunya.
Pihak Dinas Perikanan
Kabupaten Sukabumi beranggapan apabila kawasan ini berkembang bagi ekowisata yang menitikberatkan kepada atraksi penyu, maka populasi penyu akan terganggu dan semakin menurun sehingga akan berakibat pada semakin menurunnya produksi telur penyu. D i a s Pariwisata Kabupaten Sukabumi, masih mengandalkan obyek pantai lain seperti Pelabuhan Ratu dan Minajaya. Meskipun pada awal Mei 2007 Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi telah meresmikan dan mengoperasikan Gerbang Wisata Ujung Gen~engbeserta pemungutan tiket sebesar Rp 2.000 per orang, serta
tarif bagi kendaraan bermotor, akan tetapi belum ada penataan, fasilitas maupun program pengembangan apapun yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata di kawasan tersebut.
Menurut Dinas Pariwisata
Pembukaan gerbang tersebut memang
merupakan langkah awal dari pembangunan wisata yang mereka lakukan di Ujung Genteng. Nantinya mereka akan melakukan penataan seperti pembangunan pusat informasi clan promosi kawasan Pantai Ujung Genteng. Lebih lanjut disebutkan bahwa salah satu kendala dilakukannya pembangunan di kawasan ini, adalah status lahan yang masih belum ditetapkan peruntukannya oleh pemerintah daerah. Saat ini,sebagian besar tanah di kawasan Ujung Genteng masih diiaim sebagai daerah cadangan militer TNI AU. Promosi Ujung Genteng justru dipelopori oleh seorang pecinta fotografi yang membuat satu website dengan foto - foto potensi keindahan alam pantai dan ODTWA lain di Ujung Genteng, lengkap dengan informasi penginapan, harga dan aksesibilitasnya Tokoh ini, menyatakan mendapat kepuasan tersendiri dengan semakin banyaknya orang yang mengetahui keberadaan Pantai Ujung Genteng dan berkunjung ke sana. Tokoh tersebut aktif melakukan survey obyek - obyek pendukung yang dapat dikunjungi oleh pengunjung Ujung Genteng. Menurutnya survey obyek barn ini penting dilakukan karena popularitas Pantai Ujung Genteng yang dulu hanya mengandalkan atraksi penyu suatu saat akan surut karena kondisi populasi penyu yang semakin berkurang.
Sejak tahun 2001 mulai
mempromosikan Ujung Genteng melalui website yang pada saat itu gratis, pada tahun pertama. Mulai tahun 2004 tokoh tersebut mulai membuat paket - paket wisata yang menjadi trend kunjungan dan berganti setiap tahun, dan mulai melakukan pemanduan untuk mempopulerkan lokasi - lokasi temuannya. Pada Saat ini, pihak yang merasa sangat berkepentingan akan promosi Ujung Genteng adalah penginapan, karena kedatangan pengunjung yang memanfaatkan fasilitas penginapan tentunya akan menambah penghasilan mereka. Berikut ini Tabel 15 menampilkan data promosi penginapan di Ujung Genteng.
Tabel 15 Data promosi penginapan di Ujung Genteng - -
Kode No. Penginapan 1. A
2.
3.
B
C
Pelayanan Pondok, makan
Agen
Internet
1
1
Pondok, Kamar standar, Kamar AC, Restoran Kamar, pondok Kamar, makan
4.
D
5.
E
Kamar, makan
6.
F
Kamar, makan
7.
G
8.
--
Promosi
Pondokjas a masak Rumah H dengan 2 kamar,iasa masak Jumlah Prosentase
1
1
1 1
Ojek& pemandu
Lokasi penginapan yang pertama dicapai pengunjung,mempunyai agen promosi di Bogor 1
1
1
1
1
1
1
1 2
25%
8 100%
Keterangan
Memiliki restoran yang selalu siap, sudah banyak pelanggan, fasilitas paling lengkap. Ada kerjasama dengan pemandu dan ojek. Tidak melakukan promosi aktif, sudah dikenal wisatawan mancanegra dari buku dan majalah suwing Mempunyai group agen promosi wisata selancar di Bali dan Australia Tidak melakukan promosi &if, harga jauh lebih murah, dengan lokasi yang berbatasan dengan Pantai Pangumbahan, sehingga sangat dekat dengan lokasi selancar (status tanah ilegal) Pengunjung tidak perlu biaya lagi untuk mencapai tempat selancar. Menjalin hubungan dengan Ojek dan travel mengantar wisatawan ke yang penginapannya. lokasi yang berbatasan dengan Pantai Pangumbahan, sangat dekat dengan lokasi selancar (status tanall ilegal). Pengunjung tidak perlu biaya lagi untuk mencapai tempat selancar. Terletak di Muara Cibuaya, tidak melakukan promosi aktif Terletak di ~emukiman~endudukdekat Muara cibuiya, relatif h k y a terisi pada saat benar - benar ramai
4 50%
Dari 8 Responden Penginapan yang diwawancarai, 100% dipromosikan melalui Internet. Semua penginapan yang ada di Ujung Genteng telah didata baik garnbar, lokasi, alamat, nomor telepon dan standart harga yang ditampilkan dalarn website Ujung Genteng.
Website tersebut sebenarnya bukanlah inisiatif dari
pemilik penginapan, melainkan mumi inisiatif dan biaya dari seorang pecinta fotografi di Ujung Genteng yang kemudian bergerak di bidang pemanduan. Selain promosi melalui internet 25% penginapan menyatakan mempunyai agen
promosi di kota lain bahkan 1 penginapan merupakan bagian dari g u p agen perjalanan wisata selancar yang memiliki pewakilan di Bali dan Australia Sementara itu 50% menjalin hubungan kerjasarna dengan ojek dan pemandu yang aktif menunjukkan lokasi pengiiapan pada tamu yang datang.
2. Promosi yang diterima pengunjung Data promosi yang diterima pengunjung didapatkan dari 122 responden. Adapun data promosi tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Data promosi yang diterima pengunjung No. 1.
2.
3.
Data Promosi yang Didapat Responden Sumber promosi Teman/senior/ saudara = Agen = Bukul r n a j a l w Internet Pemandu Kawasan yang diketahui a Ujung Genteng Pantai Pangumbahan SM Cikepuh Obyek yang dipromosikan Penyu = Pantai Kealamian Pengetahuan Pengalaman Petualangan Hutan Berselancar
-
Jumlah
Yo
Total
4
3,01
100
95 71 52
43,58 32,57 23,85
100 100 100
71 94 29
21,39 8,73
100 100 100
24
7,23
100
28,31
Sumber promosi yang didapat oleh responden pengunjung, yang terbanyak adalah informasi dari teman, saudara maupun senior yang sudah pemah berkunjung ke kawasan ini yaitu sebesar 69,92%. Kemudian diikuti ole11 buku majalah, televisi. sebesar 14,29% dan Internet 12,03%. informasi yang di dapatkan dari agen dar~pemandu.
Sisanya merupakan
Kawasan yang paling banyak diketahui pengunjung adalah Ujung Genteng sebesar 43,58%, kemudian Pantai Pangumbahan 32,57%dan SM Cikepuh sebesar
23,85%. Sedangkan obyek menarik yang didengar responden pengunjung terbanyak adalah pantai 28,31% menyusul kemudian penyu sebesar 21,39% dan sisanya adalah pengalaman, petualangan, kealamian, pengetahuan, hutan dan berselancar.
E. Keuangan Aspek keuangan dalam kegiatan usaha memegang peranan penting, karena dalam kegiatan usaha terjadi perputaran uang untuk menghasilkan keuntungan. Aspek keuangan dalam penelitian dibatasi pada aspek keuntungan saja. Faktor keuntungan bagi operator ekowisata akan menjadi faktor penentu keberlanjutan suatu usaha ekowisata. Keuntungan yang didapat membuat suatu jenis usaha tern berlanjut bahkan membuat bermunculannya usaha - usaha baru yang menginginkan mendapatkan keuntungan yang sama
Tisdell (1998)
menyebutkan bahwa bahwa ekowisata tidak akan berkembang bila tidak mendatangkan keuntungan. Dalam penelitian ini aspek keuntungan diteliti dari usaha penginapan, ojek, pendamping di SM Cikepuh clan Pegawai Pangumbahan. Keuntungan yang didapat membuat suatu jenis usaha terns berlanjut bahkan membuat bermunculannya usaha - usaha baru yang menginginkan mendapatkan keuntungan yang sama Keuntungan diihitung berdasarkan prediisi rata - rata jumlah pengunjung dan uang jasa yang diberikan, serta jumlah personil.
1. Usaha Penginapan
Dari 8 penginapan yang diwawancarai menyebutkan keuntungan sebagai berikut : Tabel 17 Data keuntungan penginapan No.
Kode Responden
1. A 2. B
3. C 4.
5. 6. 7. 8.
D E F G H
Total jumlah Keuntungan rata-rata
Keuntungan per tahun (Rp) 50.000.000 100.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 65.000.000 5.000.000 3.000.000 373.000.000 46.625.000
Keterangan kapasitas clan fasilitas lebih banyak
lokasi dekat tempat berselancar hanya 1 bungalow rumah penduduk yang disewakan masing-masing penginapan pertahun
Apabila melihat dari besamya keuntungan rata - rata pengusahaan penginapan tentunya mendorong timbulnya usaha
-
usaha masyarakat untuk
menciptakan usaha sejenis. Hal yang menjadi kendala adalah perlunya modal yang cukup tinggi dalam membeli tanahllahan, mendirikan bangunan, mengurus ijin serta membayar pajak usaha. Usaha dengan modal besar semacam ini hanya mampu dilakukan pernilik modal yang kebanyakan adalah orang kota. Sementara masyarakat setempat kebanyakan mempakan penjaga yang diserahi tugas mengelola penginapan tersebut. Beberapa masyarakat menyewakan bangunan rumah tinggal mereka yang berada relatif dekat pantai. Apabila ada pengunjung yang menyewa nunah mereka, maka penghuni akan pindah ke nunah saudaranya. Beberapa masyarakat sengaja mendirikan rumah panggung di pantai (di kawasan ini masih banyak pembangunan rumah - rumah masyarakat tanpa legalitas lahan) dengan maksud untuk disewakan kepada pengunjung. Adapula kecenderungan pendirian bangunan penginapan dengan kapasitas yang cukup besar di atas tanah illegal. Pendirian bangunan yang memerlukan dana besar biasanya dibiayai oleh pemilik modal dari kota dengan pengelola dari masyarakat sekitar dengan bagi hasil. Masyarakat yang mengelola penginapan semacam i t - , berdalih bahwa hasil keuntungan penginapan sebagian besar mereka sumbangkan untuk kepentingan
b, Perahu Wisata. Perahu nelayan pada saat pengunjung ramai seringkali disewa sebagai perahu wisata untuk ke Pantai Cikepuh, memancing di laut ataupun mengantarkan pengunjung berselancar di Ombak Tujuh. Nelayan menetapkan harga Rp 200.000 hingga Rp 500.000 diluar biaya operasional dan bensin. Harga sekaligus keuntungan bersih mereka tersebut, merupakan harga sewa perahu dan pengemudinya selama sehari.
Menurut mereka, usaha menyewakan perahu
tersebut lebih menguntungkan karena hasilnya pasti dan tidak memerlukan tenaga menangkap ikan serta modal alat penangkap ikan.
Nelayan tidak khusus
menyewakan perahunya akan tetapi pada saat ada yang menyewa mereka lebih memilih untuk mengantarkan wisatawan daripada melaut karena lebih menguntungkan. Menurut mereka pada saat lebaran peminat perahu wisata meningkat tajam hingga perahu yang ada tidak mencukupi jumlah permintaan. Umumnya nelayan melaut pada malam hari sehingga pada siang hari perahu dapat disewakan kepada pengunjung.
3. Keuntungan Pemanduan
Baik di SM Ciepuh, Pantai Pangumbahan maupun Ujung Genteng telah terdapat jenis usaha pemanduan. a, Penghasilan Pendamping Kunjungan di SM Cikepuh SM Cikepuh merupakan kawasan konservasi yang menghamskan pengunjungnya untuk membawa pendamping. mempunyai tujuan untuk mempelajari flora
Kebanyakan pengunjung
fauna datang berkelompok dan
berupa kunjungan lebih dari 1 hari. Pendamping bertugas menunjukkan jalan serta menjadi tuan rumah yang memberikan informasi dan memudahkan jalannya kegiatan.
Jumlah pendamping yang dibutuhkan tidak dibatasi meladcan
tergantung kebutuhan pengunjung. Petugas pendampingan tidak menetapkan tarif khusus, akan tetapi berdasarkan kesukarelaan pengunjung saja. petugas pendamping umurnnya adalah sebagai berikut
Pendapatan
Tabel 19 Pendapatan petugas pendamping SM Cikepuh No. 1 2 3 4 5
Kode Responden
Rata-rata jnmlah hari per tahun
Rata-rata pendapatan per hari
5 5 3 3 4
A
B C
D E
Pendapatan per tahun
25.000 25,000 25.000 25.000 25.000
125.000 125.000 75.000 75.000 100.000
Total pendapatan Rata-rata pendapatan per orang per tahun
500.000 100.000
Pengunjung SM Ciepuh tidak menentu, dalam satu bulan bisa tidak ada
- kadang ada dan datang dalam kelompok besar.
sarna sekali, kadang
Jurnlah
pendamping yang dibutuhkan juga tidak tentu, biasanya tergantung besarnya kelompok. Oleh karena itu, dari 10 petugas yang ada dalam setahun hanya ~ 2 hingga 3 hari. Oleh mendampingi 1 atau dua kali dengan lama w a k t ~antara
karena itu pendapatan dari pendampingan terbilang kecil dan tidak menentu. Sedangkan
dalam
pendampingan
umurnnya
pekerjaan
mereka
cukup
membutuhkan tenaga fisik yang besar. b, Pendapatan Pemandu Pantai Pangumbahan
Pantai Pangumbahan menetapkan tarif Rp 30.000 per kelompok pengunjung yang ingin melihat penyu. Apabila dalam 1 kelompok pengunjung berjurnlah lebih dari 6 orang maka dikenai tarif Rp 5.000 per orang. Jumlah pengunjung tidak tentu kadang pengunjung datang dalam kelompok kecil atau kelompok besar.
Adapun pengunjung kebanyakan datang di akhir minggu.
Prediisi Pendapatan 12 orang pegawai lapangan Pantai Pangumbahan adalah sebagai berikut Tabel 2 0 Prediksi pendapatan pegawai lapangan pangumbahan dari kunjungan Rata-rata jurnlah Pengunjung per bulan
Rata-rata jumlah Kelompok
Rata-rata jumlah orang dalam 1 kelompok
176
29
5
Prediksi keuntungan per orang (perbulan)
Prediksi keuntungan per hulan 1.040.000 86.666
Kegiatan pemanduan atraksi penyu memberikan keuntungan bagi kesejahteraan pegawai lapangan Pantai Pangumbahan. Oleh karena itu, meskipun kegiatan ini bukanlah kegiatan resmi akan tetapi terns berlanjut memenuhi kebutuhan pengunjung. c, Keuntungan Pemanduan Ujung Genteng
Saat ini baru satu orang yang aktif melakukan pemanduan secara profesional di Ujung Genteng. Kegiatan pemanduan ini dilakukan sejak tahun
2004. Pemandu aktif melakukan survey untuk mendapatkan lokasi - lokasi baru yang men&
serta melakukan promosi melalui website dan mempopulerkan
trend kunjungan baru setiap tahun. Menurut pelaku pemanduan yang berasal dari Kota Bogor ini, hasil finansial yang didapatkan dari pemanduan tamu selalu habis untuk biaya promosi melalui website dan biaya operasional survey lokasi baru. Akan tetapi menurutnya keuntungan non material yang didapatkan bernpa kepuasan, hubungan baik dan kepercayaan dengan berbagai pihak penginapan, ojek dan masyarakat. Hal ini terbukti juga dengan langkanya pihak yang tertarik untuk menggeluti bidang pemanduan ini. Jurnlah pemandu dari tahun ke tahun tidak bertarnbah, karena hasil pemanduan yang dirasa h a n g menguntungkan. Usaha ini tens berjalan hingga kini dikarenakan perasaan suka dan hoby serta kepuasan yang didapatkan dari kegiatan tersebut. 4. Keuntungan Penjualan ikan
Ikan merupakan suatu produk khas pantai yang selalu dicari pengunjung dalam kunjungan mereka ke kawasan ini. Terdapat beberapa jenis pedagang ikan yang melayani kebutuhan ikan pengunjung. a. Pedagang ikau di TPI TPI merupakan satu Unit Pelaksana Teknis D i a s Perikanan Daerah yang melaksanakan penimbangan dan pelelangan ikan yang mendarat di pelabuhan terdekat. Ikan - ikan di TPI akan segera didistribusikan kepada konsumen baik di kawasan terdekat maupun daerah lain yang membutuhknn pasokan ikan. TPI Ujung Genteng saat ini sedang membangun 10 kios ikan higienis untuk menyediakan kebutuhan wisata belanja ikan yang menjadi salah satu kegiatan favorit bagi pengunjung, terutarna yang berkunjung dalam 1 hari. Pengunjung biasanya membeli ikan untuk dibakar dan dikonsumsi langsung di pantai. Selain
itu TPI juga menyediakan kebutuhan ikan bagi warung ikan bakar dan penginapan yang menyediakan kebutuhan makanan bagi pelanggan mereka. Jenis -jenis ikan yang dijual dan banyak diminati pengunjung adalah jenis kakap, kerapu, layur, udang, kepiting dan lobster. total penjualan ikan rata rata dalam 1 hari pada saat sepi mencapai 1,5 kwintal sedangkan pada saat ramai dapat mencapai 6 kwintal bahkan pada saat puncak lebaran dalam 1 hari dapat terjual 1 ton ikan. Keuntungan kotor pedagang ikan di TPI pada saat sepi mencapai Rp 1-2 juta per hari sedangkan pada saat ramai mencapai Rp 8 - 15juta perhari.
Gambar 52 Penjual ikan di TPI. Keuntungan pedagang ikan cukup besar akan tetapi harus memiliki modal yang besar sehingga dapat menampung ikan
-
ikan dari nelayan dengan
pembayaran kontan dan segera mendistribusikan ke pasar yang membutuhkan ikan ini. Stok ikan yang dijual di TPI Ujung Genteng merupakan persediaan bagi kebutuhan pengunjung maupun masyarakat sekitar Ujung Genteng.
b. Nelayan Pada kesempatan tertentu pengunjung dapat membeli langsung ikan yang d i i n a t i kepada nelayan yang baru mendarat. Apabila pengunjung berada di Pantai Muara Cibuaya, terdapat sekelompok kecil keluarga nelayan yang menangkap ikan dengan berbagai alat dan cara. Kadang
-
kadang, anggota
kelwga nelayan tersebut melaut semalam dan pulang membawa ikan, lobster atau cumi - curni. Kadang - kadang mereka sekedar memasang jaring gill net di pantai dan mendapatkan ikan belanak berukuran cukup besar. Kadang - kadang
adapula pemuda dari kelompok nelayan tersebut yang memancing atau mencari ikan dengan senapan tombak dan berhasil mendapatkan ikan yang besar. Hasil melaut tersebut kadang-kadang ditawarkan kepada pengunjung yang sudah cukup akrab dengan mereka dan istri nelayan tersebut dapat membantu mengolah ikan tersebut secam sederhana dengan peralatan serta bahan yang ada. Kondisi seperti
ini tidak dapat dipesan karena sangat tergantung pada hasil yang mereka dapatkan dari laut. Hasil ikan sangat tidak stabil karena tergantung kondisi ombak dan musim. Nelayan sendiri tidak berminat untuk menyimpan stok bagi pengunjung Karena tidak mempunyai peralatan yang memadai. Mereka lebih memilih untuk segera menjual ke TPI. Kegiatan yang sangat potensial ini jarang sekali dapat dipromosikan karena ketersediaan ikan yang terbatas dan tidak menentu. Kelompok nelayan di Pantai Kelapa Condong, mempunyai armada perahu yang lebii banyak.
Lokasi perumahan mereka berdekatan dengan penginapan.
Menurut mereka pada saat musim ikan sedang bagus, mereka menjajakan ikan bagi pengunjung yang datang dengan jasa pengolahannya. Tetapi hal ini hanya dilakukan pada saat pengunjung benar- benar ramai. Menurut istri nelayan selain mendapatkan keuntungan dari penjualan ikan, mereka mendapatkan keuntungan atas jasa memasak dan keuntungan pembelian bahan memasak yang diambil dari warungnya seperti bumbu, minyak goreng, kecap, saos dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari pembelian ikan, dapat memberikan keuntungan Rp 10.000 hingga Rp 20.000 tergantung jenis ikan dan jumlah yang dibeli. Pada saat ramai keluarga nelayan dapat menjual hingga 5 ekor ikan dalam 1 hari. 5, Penjualan Cinderamata
Penjualan cinderamata di kawasan pantai SM Cikepuh dan sekitarnya masih sangat sediit. Apabila ada, hanya berupa kerang-kerangan kuwuk clan terumbu karang mati ataupun cangkang kima. Menurut pedagang kebanyakan pembeli adalah pengunjung lokal.
Keuntungan penjualan kerang ini adalah
100.000 per 10 kg yang habis dalam 1 bulan. Hingga saat ini hanya ada dua warung yang menjual kerang - kerangan tersebut.
Gambar 53 Cinderamata yang dijajakan bersama jajanan warung. Lamanya waktu perputaran modal tersebut disebabkan karena produk cinderamata yang ditawarkan memang kurang menarik serta tidak memberikan nilai tambah ataupun ciri khas tersendiri terhadap bentuk kerang tersebut.
Kawasan ini
mempunyi potensi bahan dasar berupa kerang-kerangan serta sabut kelapa yang berlimpah yang dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Hanya untuk itu dibutuhkan ketrampilan dan kreatifitas yang dapat membuat pengunjung lebih tertarik untuk membeli cinderamata tersebut.
6. Wamng masyarakat Warung masyarakat umumnya menjual kebutuhan makanan kecil clan kebutuhan bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar, seperti bahan makanan, keperluan sehari - hari dan bensin. Warung - warung yang berdekatan dengan pantai umumnya juga menyediakan kopi, rnie instant dan rokok bagi keperluan pemancing. Ada pula warung yang menyediakan kebutuhan makanan seperti bakso, ikan bakar dan warung nasi bagi pengunjung. Keuntungan kotor pemilik warung kecil penjual makanan kecil, mie instant berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per hari sedangkan warung
bakso mendapatkan keuntungan kotor 300.000 saat ramai dan 50.000 saat sepi. Warung kelontong besar yang melayani kebutuhan pengunjung dan penginapan mendapat keuntungan Rp 300.000 per hari dan Rp 1.000.000 pada hari ramai. Pertumbuhan warung besar tidak banyak karena tentu saja membutuhkan modal besar. Kebanyakan Pemilik warung mendapatkan modal berdagang setelah beberapa tahun bekerja sebagai TKI.
Baik warung besar dan warung kecil
menyatakan keuntungan mereka cukup menjanjikan untuk terus menekuni dan mengembangkan usahanya. Menurut beberapa pedagang komoditi yang sangat laku dan banyak timbul pesaing adalah penjualan bensin. Memang kawasan ini sangat jauh dari pengecer bahan bakar resmi. Porn bensin terdekat satu - satunya b e d di Surade yang berjarak 20 krn. Sedangkan kebutuhan bensin sangat tinggi mengingat tingginya penggunaan kendaraan bennotor di kawasan ini.
5.3, Keiestarian Sumberdaya Alam (SDA) Kelestarian SDA merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ekowisata.
Karena ekowisata ditejemahkan sebagai sebuah
perjalanan yang bertanggungjawab ke tempat-tempat alami, maka perlu diketahui bagaimana kondisi kelestarian sumberdaya yang ada untuk menggali kesadaran
akan kondisi yang sebenamya. Menurut Curtin (2003), kualitas keanekaragaman sumberdaya darn memiliki peran penting dalam menarik pengunjung pada lokasi kunjungan khusus.
Keanekaragaman termasuk fauna, flora, lansekap dan
pemandangan dam. Hal ini berperan penting pada peningkatan kunjungan pada lokasi kunjungan baru dan atraksi dam yang menggunakan kealarnian dam. Sedangkan Lowman (2004) berpendapat bahwa kegiatan ekowisata yang sejalan dengan kegiatan riset, rnempunyai potensi dampak positif yang berarti bagi konservasi. Akan tetapi pertanyaan terhadap kelestarian, belum dapat terjawab karena merupakan dampak jangka panjang yang belurn dapat terukur.
A, Gangguan Terhadap Habitat dan Satwa Kondisi habitat penyu baik di Pantai Citirem maupun Pantai Pangumbahan baik dan sesuai sebagai habitat peneluran penyu. Demikian pula kondisi sepanjang pantai hingga Ujung Genteng yang merupakan daerah sunlber makanan saat ini masih relatif bersih dan memiliki keanekaragamanjenis alga dan rumput laut yang menjadi makanan bagi penyu (Herdiawan 2003; Asri 1998). Aktivitas kunjungan untuk melihat atraksi penyu bertelur di kedua pantai tersebut tidak menjadikan kondisi vegetasi rnaupun kondisi fisik pantai berubah. Menurut petugas baik di Pantai Citirem maupun Pantai Pangumbahan, penyu merupakan hewan yang sangat peka terhadap cahaya. Apabila pada saat hendak bertelur, penyu melihat cahaya lampu maupun rnerasakm kehadiran rnahluk lain di pantai yang dirasakan mengancam, penyu sering kali diketahui
mengurungkan niatnya untuk bertelur dan kembali ke laut. Pada saat memilih lokasi bertelur, penyu kadang juga mengurungkan niatnya apabila menemukan ranting dan kotoran yang menghalangi aktivitas penggalian sarangnya dan mencari lokasi lain yang bersih. Tidak jarang penyu yang sudah berpindahpindah menggali lubang peneluran kembali ke laut tanpa bertelur. Berdasarkan pengalaman tersebut, petugas menerapkan aturan bagi pengunjung untuk tidak menyalakan api maupun lampu senter di pantai. Selain itu apabila melihat penyu yang sedang mulai naik ke pantai, agar tidak mendekati
dan melihat dari jauh. Petugas yang sudah terbiasa mengenali aktivitas ini akan mengawasi dan memberitahukan waktu saat penyu sudah mulai bertelur. Apabila pada saat bertelur penyu ditonton orang banyak tidak akan terpengaruh dm tetap melanjutkan aktivitasnya : yaitu menutup lubang, membuat sarang tiruan dan kembali ke laut. Menurut petugas juga, bahwa penyu kembali lebih dari sekali dalam satu masa peneluran. Menurut mereka apabila pada peneluran pertama penyu ditonton pengunjung, tidak membuat penyu tersebut tidak kembali lagi ke pantai yang sama. Hal tersebut tampak jelas pada saat sering diadakan praktek pemasangan tagging oleh mahasiswa. Menurut petugas bahkan ada penyu yang hingga 9 kali mendarat pada saat masa bertelur. Hidiger (tanpa tahun) menyebutkan bahwa satwa di kawasan konservasi dapat mengalami stress karena ekowisata. Ekowisata mempunyai potensi besar menimbulkan pengaruh negatif pada satwa. seperti pengunjung menyaksiian spesies yang spektakuler seringkali pada waktu sensitive seperti masa breeding atau bersarang (Knight and Cole 1995) diacu dalam (Hidinger tanpa tahun) Studi pendahuluan menemukan bahwa pengunjung memberikan dampak negatif pada perpindahan, pencarian mangsa, dan tingkah laku reproduksi pada felidae besar dan ursidae, perilaku bersarang penyu, dan penyebaran burung air. Lebih lanjut diuraikan bahwa kawasan konservasi dengan jumlah wisatawan yang meningkat terus, hams membangun strategi manajemen untuk meminimalisir dampak wisatawan terhadap populasi satwa, begitu konsentrasi pengunjung mengganggu kawasan. Sebaiknya dalam kunjungan dilakukan pembatasan jumlah pengunjung serta penerapan aturan yang bertujuan mencegah terjadinya gangguan terhadap penyu secara langsung. Yaitu memberikan pengetahuan tentang ha1 - ha1 yang
menggangggu, memberikan contoh perlakuan yang baik dan mencegah terjadinya
tindakan fisik pengunjung yang menyakiti atau mengganggu penyu. Pembatasan pengunjung yang dapat dipandu oleh seorang interpreter dimaksudkan agar penjelasan yang disampaikan dapat ditangkap dengan efektif oleh pengunjung, gangguan dapat dikendaliikan, keramaian dapat dicegah dan diharapkan dapat memberikan kesan kunjungan yang lebih bermakna. B. Gangguan Vegetasi di Hutan Tanjung Ujung Genteng Aktivitas pengunjung di kawasan ini cukup banyak menimbulkan bekas bekas kerusakan pada vegetasi, terutama adalah aktivitas membakar ikan yang dilakukan pengunjung. Pengunjung seringkali membuat perapian di banir-banir pohon besar, sehingga banyak banir pohon besar yang ada di pantai hangus. Bila dibiarkan, lama kelamaan pohon yang rusak akarnya tersebut akan mati karena intensitas kegiatan pengunjung yang terus menerus. Selain itu pengunjung juga banyak yang memotong ranting-dan pohon kecil untuk bahan bakar aktivitas ini. Meskipun ada pengunjung yang membawa kayu bakar sendiri, tetapi ha1 ini sangat jarang dilakukan.
Adapun gambar vegetasi yang terganggu disajikan
berikut ini.
Gambar 54 Banir pohon besar yang hangus. Wisata di kawasan hutan ini memang cenderung mengarah kepada wisata masal.
Sebaiknya kawasan ini dikonsentrasikan untuk menerima peminat
kunjungan masal dengan memberikan penataan dan pemberian fasilitas wisata agar kegiatan pengunjung terarah dan tidak memberikan dampak kerusakan SDA. Misalnya dengan memberikan fasilitas parkir, toilet, mushola, akses jalan yang memadai, papan - papan petunjuk, papan larangan dan tungku - tungku permanen yang dapat digunakan pengunjung. Larangan menebang ranting dan pohon dapat
diimbangi dengan penyediaan arang bakar yang dapat dibeli di warung - wanmg terdekat. Muatan p e n d i d i i dapat diberikan di kawasan ini dengan memberikan papan
-
papan interpretasi yang menarik tentang vegetasi, fauna, bangunan
penting dan ekosistem hutan pantai. C. Gangguan Pembangunan Ilegal Areal Pantai Perbatasan Pangumbahan - Kelapa Condong kebanyakan sudah terpengaruh pemukiman penduduk bahkan pada beberapa bagian pemukiman dan vila ada yang menempati daerah green belt pantai dan dibangun secara permanen. Pada areal ini banyak d i d i i a n bangunan liar baik penduduk maupun pemilik modal dari kota.
Bangunan tersebut banyak dimanfaatkan
sebagai vila yang dapat disewa oleh pengunjung. Bangunan milik orang kota biasanya dikelola oleh penduduk setempat. Lokasi berdiinya bangunan beberapa penginapan illegal dekat sekali dengan Pantai Pangumbahan. Kawasan ini dekat sekali dengan lokasi yang mempunyai ombak yang baik untuk selancar, sehingga disukai oleh pengunjung mancanegara dan dinilai menguntungkan bagi pemilik. Namun keberadaan hunian di daerah tersebut menyebabkan semakin dekatnya sumber cahaya yang mengganggu penyu. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena satwa ini sangat peka terhadap cahaya. Selain itu wisatawan seringkali tidak mengerti situasi ini dan dikeluhkan pengelola Pantai Pangumbahan seringkali didapati berjalan jalan di pantai dan memasuki areal Pantai Pangumbahan di waktu malam bahkan kadang membuat sumber atau api unggun. berulangkali
- sumber cahaya seperti senter
Kondisi ini merepotkan petugas jaga pantai yang hams
menginformasikan
larangan
dan
batas
kawasan
Pantai
Pangumbahan. Kawasan pantai ini sebaiknya mulai dilakukan penegakan hukum atas kepemilikan tanah serta ijin pendirian bangunan yang menyalahi atwan. Kecenderungan mulai banyaknya bagunan masyarakat dan pengusaha yang mendekati pantai peneluran, selain membuat persaingan usaha tidak sehat juga lebih jauh mengancam kelestarian penyu. Pemerintah daerah juga perlu kehati hatian dalam melaksanakan pembangunan dan penyediaan infrastruktur di kawasan pantai ini. Jaian permanen yang berada di tepi pantai memungkinkan semakin banyaknya kendaraan yang lalu lalang dan cahaya lampu penerangan
sampai ke pantai peneluran. Idi-as*
semacam ini sebaiknya diletakkan jauh
dari pantai ataupun diatur untuk melewati jalan memeutar melewati perkampungan penduduk. Adapaun kondisi jalan dan penujuk arah sngat penting untuk memudahkan pengunjung mencapai lokasi - lokasi menarik ataupun yang porensial untuk dikembangkan. 5.4. Pengunjung Pengunjung merupakan orang-orang yang datang untuk berwisata baik menginap maupun tidak. Pengunjung terbagi menjadi dua yaitu pengunjung di SM Cikepuh clan pengunjung di Pantai Ujung Genteng. Sedangkan pengunjung di Pantai Pangumbahan merupakan bagian dari pengunjung yang menginap di penginapan
- penginapan di Pantai Ujumg Genteng.
Pengunjung Pantai Ujung
Genteng umumnya terbagi lagi menjadi pengunjung yang tidak menginap (biasanya merupakan pengunjung domestik yang terkonsentrasi di Hutan Tanjung Ujung Genteng), pengunjung domestik yang meiginap dan pengunjung mancanegara. A. Jumlah Pengunjung
Data jumlah pengunjung SM Cikepuh dan sekitarnya cukup sulit didapatkan karena tidak ada pencatatan khusus untuk kawasan ini. Data yang tercatat di Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi hanya mencatat keseluruhan pengunjung Kabupaten Sukabumi. Gerbang penarikan retribusi Ujung Genteng yang beroperasi mulai awal Mei 2007 belum dapat mencatat jumlah pengunjung secara lengkap. Hal ini dapat disebabkan gerbang tersebut beroperasi hanya pada siang hari dan pada akhir minggu, sementara banyak pengunjung yang menginap, sampai di kawasan ini pada malam hari. Adapun data pengunjung di SM Cikepuh juga sulit didapatkan, karena tidak ada pencatatan jumlah pengunjung. SIMAKSI hanya menyebutkan nama ketua rombongan, asal dan tujuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas, didapatkan informasi bahwa pengunjung yang datang ke kawasan dengan maksud wisata murni sangat jarang.
Apabila ada, mereka datang secara sembunyi -
sembunyi dan melalui jalan masuk yang tidak dijaga petugas, maupun lewat laut. Kunjungan resmi biasanya merupakan kunjungan intitusi il~niahtertentu untuk melakukan eksplorasi dan survey. Akan tetapi dalam wawancara kepada peserta
kunjungan, umumnya mereka berminat ikut dalam kegiatan semacam ini dengan niat sambil benvisata di dam. Adapula diantara mereka yang benar
-
benar
berniat wisata saja, datang bersama rombongan eksplorasi. Antara Bulan Mei hingga Juli 2007 terdapat 2 rombongan masing - masing berjumlah 60 orang dan
14 orang.
Menurut informasi petugas, dalam tahun
-
tahun sebelurnnya
kunjungan juga tidak tetap. Tidak selalu ada kunjungan dalam 1 bulan. Apabila ada, jumlahnya tidak tentu kadang perseorangan (penelitian) atau rombongan 10-
60 orang untuk kegiatan praktek, eksplorasi atau semacamnya. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada pengelola 8 penginapan mengenai jumlah pengunjung selama 3 bulan, ditambah hasil pengamatan jumlah pengunjung yang tidak menginap di Hutan Tanjung Ujung Genteng, serta informasi petugas SM Cikepuh maka perkiraan jumlah pengunjung selama penelitian serta prediksi jumlah pengunjung tahun 2007 adalah sebagai berikut. Tabel 21 Data perkiraan jurnlah pengunjung Pen ynjung
Pengunjung yang menginap Pengunjung tidak menginap Pengunjung SM Cikepuh Jumlah Total pengunjung
*Dalam Negeri
** Luar Negeri
Jumlah penynjung Mei - Juli 2007 LN** DN* 129
842
0
1.440
0
74 2.485
Prediksi jumlah penynjung Tahun 2007 LN** DN*
Keterangan
=Data pengunjung yang menginap didapatkan dari wawancara 0 5.760 pengeiola penginapan *Pengunjung dalam negeri mempakan rata - rata kunjungan perbulan 0 74 dikalikan 12, sedangkan pengunjung 9.460 luar negeri merupakan rata- rata kunjungan per bulan dikaiikan 6 (dalam 1 tahun hanya berkunjung dalam 6 bulan). Pengunjung SM Cikepuh hingga pertengahan Bulan Desember tidak ada laporan kunjungan terbam.
258
3.368
Adapun prosentase pengunjung digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
Pengunjung mncanegara 5%
Gambar 55 Prosentase pengunjung selama penelitian.
B. Segmentasi Pengunjung Karakteristik pengunjung yang dibahas dalam penelitian ini meliputi data pribadi pengunjung. Pembahasan karakteristik pengunjung tersebut didasarkan pada hasil pengolahan data wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Adapun hasil analisis distribusi frekuensi karakteristik pengunjung didapatkan
dari 122 responden adalah sebagai berikut: Tabel 22 Data karakteristik responden pengunjung SM Cikepuh dan sekitarnya No.
1.
2.
3.
Data Pribadi Responden
Jumlah
-
-
Umur (tahun) : 4 5
-
>50
Jenis kelamin Laki -laki Perempuan Tempat tinggal Jakarta = Bandung Bogor Cianjur Sukabumi dan Kab Sukabumi Desa Gunung Batu Luar Negeri
YO
6
4,92
4
3,28
86 36
70,49 29,Sl
29 3 25 1 32 1 31
23,77 2,46 20,49 0,82 26,23 0,82 25,41
2 4.
4
Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2
=
5.
3
Lainnya Penghasilan =
-
> Rp3.000.000
Lain -lain
4 7 64 11 14 11 11
3,28 5,74 52,46 9,02 Ii,48 9,02 9,02
42 21 24 19 16
34,43 17,2 1 19,67 15,57 13,11
Pengolahan data wawancara pengunjung yang dilakukan di SM Cikepuh dan sekitarnya menunjukkan data bahwa pengwjung dengan jenis kelamin laki -
laki lebih banyak yaitu 70,49% sementara perempuan sebanyak 29,51%. Sementara golongan usia terbanyak adalah 16-25 tahun sebesar 50,82% sedangkan usia 25 - 50 tahun sebanyak 40,98%.
Sementara sisanya adalah
golongan usia di bawah 15 tahun dan di atas 50 tahun. Asal pengunjung terbesar adalah dari Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi sebesar 26,23% diikuti pengunjung luar negeri sebesar 25,41% diikuti kemudian dengan pengunjung dari Jakarta 23,77 % clan Bogor 20,49%.
Sisanya merupakan pengunjung dari
Bandung, Cianjur dan desa sekitar. Pendidikan
pengunjung terbesar
adalah
SMA
(dm
mahasiswa
didalanmya) yaitu sebesar 52,46%, diikuti oleh S1 sebesar 11,48% dan sisanya D3, S2, SD, SMP dan laimya. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi pengunjung yang datang ke kawasan ini, adalah dengan penghasilan ataupun uang saku h a n g dari Rp 500.000 per bulan sebesar 34,43 % dan diikuti dengan penghasilan Rp 1 juta hingga Rp 3 juta sebesar 19,67 %. Berikut tabdasi silang antara daerah asal tempat tinggal pengunjung dengan lokasi kunjungan disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Hasil tabulasi silang antara daerah asal tempat tinggal pengunjung dengan lokasi kunjungan Asal I Daerah tempat tinggal Pengunjung Pengunjung Desa Luar Bogor Ciaujur Sukabumi sekitar Negeri Jakarta Bandung SM Cikepuh Jumlah 15 0 18 0 5 0 0
% dari totai Ujw Genteng Jumlah
51,72 14
3
7
% dari total
48,28 29
100,OO 3
28,OO 25
Total
38
15,63
-
-
31,15
I
27
i
31
84
100,OO 1
84,38 32
100,OO 1
100,OO 31
68,85 122
72,OO
Dengan menggunakan tabulasi silang antara data daerah asal tempat tinggal pengunjung dengan lokasi kunjungan didapatkan bahwa pengunjung yang datang ke SM Cikepuh datang dari tiga daerah yaitu Bogor 47,37%, Jakarta, Jakarta 39,47% dan Sukabumi 13,16%. Sedangkan di Ujung Genteng pengunjung terbesar adalah pengunjung mancanegara 36,90%, Sukabumi 32,14% dan Jakarta 16,67 % sedangkan sisanya dari Bogor, Bandung, Cianjur dan desa sekitar.
Hasil tabulasi silang
menunjukkan bahwa pengunjung SM Ciepuh berasal dari 3 kota yang terdapat perguruan tinggi. Pengunjung ke kawasan ini memang didominasi mahasiswa. C. Preferensi Pengunjung Pengunjung mempunyai tujuan dan minat yang bermacam - macam dari hasil wawancara didapatkan prosentase preferensi pengunjung. Data tersebut, ditampilkan pada Tabel 24 berikut :
Total
Tabel 25 Tabulasi silang lokasi pengunjung dan tujuan kunjungannya Pengunjung SM Cikepuh
mancing piknik 0
0
7 11.9 100.0
i3
% % dari total
domes ti^ Yo % dari total
Ujung Genteng mancanegara
22.0 100.0
Yo % dari total
Total
7
13
santai 6 15.8 14.6 34 57.6 82.9 1 3.1 2.4 41
fotografi suwei surfing 0
5 8.5 100.0
5
32 84.2 100.0 0
0
0
32
31 96.9 100.0 31
Pengunjung SM Cikepuh 84.2% mempunyai tujuan utama untuk survey dalam ha1 ini melakukan kegiatan eksplorasi, monitoring, penelitian dan kegiatan praktek lapangan yang terkait dengan SDA di SM Cikepuh. Sedangkan sebanyak 15,8% menyatakan bertujuan utama untuk santai atau benvisata, Sedangkan
pengunjung yang diwawancarai di Ujung Genteng mempunyai tujuan kunjungan yang lebih bervariasi yaitu 39,0% santai, 22% bertujuan p M , 11,9% tujuan mancing dan dinas, sisanya, fotografi, kunjungi keluarga dan bisnis
Adapun
wisatawan rnancanegara 96,9% bertujuan untuk selancar dan sisanya ingin bersantai. Minat pengunjung yang datang ke kawasan SM Ciepuh dan sekitarnya, untuk melihat penyu
adalah sebesar 56,56%, sedangkan sisanya tidak ingin
melihat. Sernentara minat mengunjungi dan melihat obyek daya tarik dam yang lain adalah 30,33% sementara sisanya menyatakan tidak ingin berkunjung. Hal ini temyata dipengaruhi oleh lama kunjungan dan jumlah kunjungan. Pengunjung yang hanya berkunjung 1 hari dan tidak menginap, kebanyakan kesulitan untuk melihat atraksi ini karena hanya dapat dilihat pada malam hari.
Sedangkan
Pengunjung yang sudah pemah melihat atraksi ini pada kunjungan pertamanya kebanyakan tidak berminat untuk melihat lagi dan lebih tertarik untuk melihat obyek lain yang belum meteka lihat. Lama kunjungan terbesar adalah 4 hari hingga 2 minggu sebesar 46,61% diikuti oleh 2-3 hari kunjungan sebesar 25,42 % dan 1 hari kunjungan sebesar
Total 38 100.0 29.5 59 100.0 45.7 32 100.0 24.8 129
20,34%. Sisanya adalah kunjumgan 2 minggu hingga lebii dari 1 bulan. Prosentase tersebut disajikan pada gambar sebagai berikut.
Gambar 57 Prosentase kunjungan berdasarkan lama tinggal. Adapun perincian pengunjung dengan tingkat lama kunjungan di lokasi penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 26 Tingkat lama kunjungan Pengunjung Waktu Kunjungan
l hari 2-3 hari 4 hari-2 minggu >2 minggu -1 bulan >I bulan *DalamNegeri **Luar Negeri
SM Cikepuh DN* LN** 0 0 3 0 34 0 1 0 0 0
Ujung Genteng DN LN 24 0 25 2 3 18 0 6 0 2
Adapun data menunjukkan bahwa lama kunjungan terbanyak di SM Cikepuh adalah 4 hari
- 2 minggu.
Sedangkan di Ujung Genteng, pengunjung
dalam negeri tertinggi adalah yang berkunjung selama 2-3 hari, diikuti lama kunjungan 1 hari. Sementara pengunjung mancanegara (luar negeri) memiliki lama kunjungan tertinggi 4 hari - 1 bulan. Hal tersebut digambarkan pada grafik dalam gambar berikut.
Lokasi Kunjungan
Garnbar 57 Tingkat lama tinggal pengunjung. Sedangkan bagi 55,74% pengunjung, datang ke kawasan ini m e ~ p a k a n kunjungan pertarna sedangkan sisanya sebesar 44,26% merupakan kunjungan kedua dan berikutnya. Hal ini rnengindikasikan lebih dari separuh pengunjung rnerasa puas pada kunjungan pertamanya dan kernbali dalam kunjungan kedua
dan berikutnya. Prosentase kunjungan disajikan dalam gambar berikut.
Kunjungan kedua dan berikutnya,
Kunjungan pertam
Gambar 58 Prosentase pengunjung berdasarkan jumlah kunjungan.
D. Kebutuhan Pengunjung Berdasarkan wawancara responden pengunjung, dapat disimpulkan beberapa kebutuhan utama pengunjung adalah sebagai benkut : Tabel 27 Kebutuhan Pengunjung No. Data Kebutuhan Responden 1.
2.
3.
Jum!aE
S/c
Total Yo
-
Tmsportasi Umum = Mobil sewa Motor = Mobil Pribadi Jalan kaki Agen Akomodasi = Penginapan = Rumah ~enduduk = Berkemah Kebutuhan yang dibeli di lokasi Makanan = Produk khas = lkan = Pemandu Cindemnata warung kopi
23
21,70
100
87 11 30 63 15 5
41,23 5,21 14,22 29,86 7,11 2,37
100 100 100 100 100 100
Data kebutuhan responden menunjukkan bahwa alat transportasi terbanyak yang digunakan pengunjung adalah transportasi umum sebesar 31,65% diikuti dengan mobil sewa sebesar 28,78% kemudian motor dan mobil pribadi sebesar 16,55 % sisanya adalah kendaraan agen dan bejalan kaki. Akomodasi yang terbanyak digunakan responden pengunjung adalah penginapan sebesar 61,32%, diikuti oleh berkemah 21,7%, kemudian pondok keja BKSDA dan rumah penduduk. Akomodasi berkemah dan pondok kerja digunakan oleh pengunjung penginapan.
SM Cikepuh karena lokasi memang jauh dari
Sedanagkan pengunjung Ujung Genteng baik domestik maupun
mancanegara lebii menyukai menginap di penginapan. Adapun kebutuhan pengunjung yang dibeli di lokasi adalah makanan 41,23%, pemandu 29,86% dan ikan 14,22%. Kebutuhan lainnya adalah produk khas bempa gula kelapa dan cinderamata, makanan kecil dan kopi bagi para
pemancing. Makanan merupakan kebutuhan pokok yang dapat dikembangkan sebagai satu pengkayaan produk ekowisata melalui pengembangan menu makanan maupun jajanan khas.
Demikian pula dengan ikan yang mudah
didapatkan di kawasan ini, cukup tinggi diminati pengunjung dan dapat menjadi bahan pengkayaan bagi produk pangan sehingga dapat menjadi daya tarik pengmjung.
Pemandu merupakan jasa yang cuitup banyak d i b u w a n
pengunjung di kawasan ini.
Adapun produk khas dan cinderamata dapat
dikembangkan dengan lebih kreatif sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung untuk mengkonsumsinya. Pengunjung hanya dapat membeli produk yang ada, karena tidak tersedia pilihan.
E. Kemampnan Membayar Untuk menilai kemarnpuan membayar pengunjung, maka dilakukan wawancara untuk mengetahui jumlah biaya yang telah diieluarkan responden pengunjung untuk melakukan kunjungan ke kawasan pantai SM Ciepuh dan sekitarnya Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 28. Tabel 28 Nilai pengeluaran pengunjung Pengunjung
No.
Pengeluaran (Rp) rata-rata
Domestik
tertinggi
terendah
Tidak menginap
66.625
430.000
5.000
Menginap
736.071
2.500.000
150.000
Menginap
134.794
500.000
50.000
Menginap
3.503.141
24.250.000
280.000
1. Ujung
Genteng 2. SM
Cikepuh
mancanegara Domestik
Masing - masing lokasi ternyata memiliki peminat kunjungan dengan kemampuan membayar yang berbeda - beda.
Pengunjung Ujung Genteng yang tidak
menginap mempunyai variasi pengeluaran antara Rp 5.000 hingga Rp 430.000 per orang per sekali kunjungan, dengan rata-rata Rp 66.625. Sedangkan pengunjung Ujung Genteng yang menginap mempunyai variasi pengeluaran antara Rp150.000 hingga Rp 2.500.000 per orang per sekali kunjungan, dengan rata-rata Rp 736.071. Pengunjung SM Cikepuh mempunyai variasi pengeluaran antara
Rp 50.000 hingga Rp 500.000 per orang per sekdi kunjungan. dengan rata-rata Rp 134.794. Pengunjung mancanegara mempunyai variasi pengeluaran antara Rp 24.250.000 hingga Rp 280.000 per orang per sekali kunjungan. dengan ratarata Rp 3.503.141.
F. Persepsi Pengunjung Persepsi pengunjung terhadap pentingnya keiestarian aiam dan ekowisata tercermin dari pendapat dan sikap individu dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap perilaku pengunjung didapatkan data sebagai berikut Tabel 29 Sikap dan persepsi pengunjung No. Pendapat responden pengunjung 1 Sikap terhadap kelestarian alam baik kurang 2 Istilah ekowisata pemah mendengar tidak pemah mendengar 3 Arti ekowisata Wisata alam Wisata yang memberikan keuntungan bagi masyarakat Wisata yang dilakukan sambil mempelajari sesuatu Wisata yang bertangyngjawab terhadap alam dm sosial 4 Bagaimana dampak ekowisata positif Negatif positif dan negatif (tergantung pengelolaan) Tidak tahu
Jumlah n = 122
%
Total
99 23
81,l 18,9
100 100
84 38
68,9 31,l
100 100
65 39 38
100 100
2
53,3 32,O 31,l 1,6
100
63 18 12 29
51,6 14,8 9,8 23,s
100 100 100 100
Sikap terhadap pelestarian alam 81,1% pengunjung baik
100
dan 18,9%
berpendapat bahwa pelestarian alam penting, akan tetapi melakukan tindakan yang mengganggu kelestarian. Tindakan tersebut misalnya membuang sampah sembarangan, membakar ikan pada banir pohon, menebang pohon kecil sembarangan untuk membakar ikan dan menyatakan setuju untuk mengkonsurnsi Wawancara mengenai pengetahuan pengunjung tentang ekowisata menghasilkan sebesar 68,9% menyatakan tidak pemah mendengar istilah tersebut dan sisanya menyatakan tidak pemah mendengar. Sebesar 53,3% pengunjung
yang pemah mendengar istilah tersebut mengartikan sebagai wisata dam, 32% mengartikan sebagai wisata yang memberikan keuntungan bagi masyarakat, 31,1% mengartikan sebagai wisata yang dilakukan sambil mempelajari sesuatu
dan 1,6% mengartikan sebagai wisata yang bertanggungjawab terhadap darn dan sosial. Serneniara 5i,6% pengwijung berpendapat bahwa ekowisata akan berdampak positif, 14,8% berpendapat berdampak negatif, 9,8% berpendapat berdampak positif sekaligus negatif (tergantung penerapan dan pengelolaan) dan sisanya menyatakan tidak tahu. 5.5. Peraturan Perundangan
A. Peraturan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi memiliki Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 2 tahun 2003 Tentang Ijin Usaha Kepariwisataan. Peraturan ini mengatur tentang jenis
-
jenis usaha kepariwisataan, tata cara
pengurusan, jangka waktu perijinan serta besarnya tarif retribusi yang harus dibayarkan sebagai pemasukan daerah.
Pemasukan daerah ini tentunya
dimaksudkan untuk digunakan pemerintah sebagai biaya pembangunan sarana prasarana umum yang akan memperlancar perputaran ekonomi daerah. Pada lokasi penelitian, terdapat beberapa jenis usaha kepariwisataan yang tercantum dalam peraturan ini. Jenis usaha tersebut adalah pondok wisata, villa sewaan, w m g nasi, warung bakso dan penyewaan perahu. Ada pula beberapa kegiatan usaha yang telah berjalan di pantai ini tetapi belum diatur dalam peraturan daerah tersebut misalnya jasa Ojek wisata dan usaha pengamatan atraksi alami satwa (penyu bertelur). Atraksi alami penyu bertelw memang bukan merupakan kegiatan yang diusahakan oleh CV. Daya Bhakti sebagai pihak pengeloia Pantai Pangumbahan. Pengusahaan wisata ini merupakan usaha sampingan yang diambil oleh pihak manajemen lapangan, sebagai alternatif tambahan penghasilan (kesejahteraan) bagi pegawai lapangannya. Hal ini menyebabkan pengembangan usaha dan atraksi tidak dilakukan secara seriiis, melainkan hanya sekedar melayani tamu yang sudah datang di lokasi tersebut.
Beberapa penginapan berdiri di atas lahan tanpa kepemilikan yang sah, serta melanggar aturan peruntukan lahan karena berdii di atas kawasan green belt yang seharusnya tidak boleh didirikan bangunan.
Berdirinya penginapan di
daerah ini, lebih disukai pengunjung karena lebih dekat dengan tempat selancar. Pengunjung yang tinggal di penginapan ini, tidak perlu membayar ongkos transportasi Iagi. Adapun harga sewa di penginapan iiiegal tersebut iebih murah, karena tidak membayar pajak. Kondisi ini menimbulkan keresahan beberapa pemilik penginapan lain yang merasa pelanggannya banyak yang beralih pilihan. Keberadaan ojek wisata belum diatur dalam peraturan ijin usaha. Tarif yang mereka tetapkan sangat tinggi dan dikeluhkan oleh para penguqjung yang merasa keberatan. Selain itu keuntungan mereka yang sangat tinggi membuat kecemburuan bagi pengusaha penginapan dan pengelola Pantai Pangumbahan. B. Peraturan Perundangan Kehutanan
Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam pasal 24 menyebutkan bahwa Kawasan Suaka Margasatwa dapat dimanfaatkan untuk keperluan wisata dam terbatas. Sedangkan pasal 27 menyebutkan bahwa wisata alam terbatas sebagaimana dimaksud dalam pasal24 adalah terbatas pada kegiatan mengunjungi, melihat dan menikrnati keindahan dan perilaku satwa di dalam kawasan Suaka Margasatwa dan persyaraan tertentu tersebut diatur dengan keputusan menteri. Sedangkan menurut Ditjen PHPA (1996) bahwa dalam upaya pencapaian tujuan penetapan kawasan, SM ditata ke dalam blok-blok pengelolaan yaitu blok inti dan blok rimba. Blok rimba dapat diselenggarakan kegiatan wisata terbatas. Pada kedua blok tersebut dapat dibangtin sarana prasarana sesuai dengan peruntukannya. SM Cikepuh belum dilakukan penataan blok-blok pengelolaan tersebut, sehingga belum mengakomodii kebutuhan pemanfaatan wisata terbatas p untuk dikembangkan di kawasan ini. yang c u k ~ ~potensial Peraturan Pemerintah 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, pada Bab 11. tentang Pengusahaan Pariwisata Alam
Pasal 3
menyebutkan bahwa pengusahaan pariwisata dam meliputi usaha akomodasi, makanan dan minuman, sarana wisata tirta, angkutan wisata, cinderamata d m
sarana wisata budaya. Peraturan pemerintah ini sedang dilakukan revisi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sesuai dengan perkembangan draft revisi yang ada saat ini bahwa jenis usaha pengusahaan pariwisata dam adalah berupa jasa pariwisata dam dan sarana, prasarana pariwisata dam. Hal tersebut
akan dapat mewadahi berkembangnya produk jasa pariwisata dam yang dapat diseienggarakau adalah meliputi perjalanan wisata aiam berupa tmporiasi ice dalam dan ke luar kawasan, pembuatan paket - paket wisata seperti kegiatan arung jeram, wisata religi, jasa pemanduan pariwisata dam, pendidikan ekowisata dan penyediaan informasi. Sedangkan usaha pengusahaan sarana pariwisata dam adalah meliputi penyediaan akomodasi, rumah makan, cinderamata, persewaan alat dan perlengkapan wisata dam. Akan tetapi peraturan pemerintah tersebut tidak mengatur tentang pengusahaan pariwisata darn di dalam kawasan SM Hal ini memberikan makna bahwa pengusahaan pariwisata dam di kawasan SM belum dapat dilakukan oleh pihak ketigadengan masa kontrak yang mengikat. Akan tetapi peluang untuk dapat melakukan kegiatan wisata terbatas di kawasan ini masih terbuka dengan memperhatikan blok - blok pengelolaannya.
5.6. Analisis SWOT Hasil - h a i l identifikasi kondisi mendapatkan kelompok unsur-unsur kondisi yang akan dianalisis untuk menentukan posisi kondisi saat ini dan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha ekowisata. Analisis SWOT (Strength, Weaknesesses, Opportunities, Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 2001) pengembangan wisata. Pada penelitian ini, unit analisis adalah pengusahaan ekowisata sehingga segala faktor yang berasal dari kondisi teridentifikasi yang terkait dengan pengusahaan digolongkan sebagai faktor intemal. Sedangkan kondisi yang tidak dapat dikendalikan dalam pengusahaan ekowisata adalah tergolong faktor ekstemal. Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai faktor
-
faktor intemal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, serta faktor-faktor ekstemal yang merupakan peluang dan ancaman (lingkungan ekstemal) dapat dilihat pada Tabel 30 berikut :
Tabel 30 Ma& No.
Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor- faktor Internal
Bobot
Rating
Nilai Skor
Keterangan
Absolu t
Nilai Bobot
2 Potensi Sumberdaya alam yang menonjol. a. Lansekap. b. Flora. c. Fauna. d. Keunikan dam. Panorama Alam yang menarik a. Kealamian kondisi alam. b. Variasi pandmgan sekitar objek. c. Kebersihan bagian pantai. d. Terdapat ODTWA lain yang dapat memperkaya potensi wisata sebagai produk pendukung. Kebudayaan lokal dan aktifitas masyadat, berpotensi menjadi obyek kuniungan. Sudah terdapat s m a Wisata yang dapat diianfaatkan sesuai dengan kebutuhan kunjungan. Sndah tersedia jasa wisata seperti transportasi lokal penunjuk jalan d m guide yang dapat diianfaatkan pengunjung. Sudah terdapat produk produk ekowisata.
3 5
4 0.0735
4
5 0.2941
6 Terdapat obyek yang unik dim fauna langka.
5
0.0735
4
0.2941
Kd-teristik pemandangan punya banyak variasi
P i a k pemandu wisata Ujung Genteng melakukan survey d m promosi lokasi - lokasi menarik atas inisiatif pribadi, dengan media internet. Jumlah
Kode Kekuatan (Strengths) -
1 S1.
52.
S3. S4.
S5.
S6. S7.
-
5
0.0735
4
0.2941
Merupakan obyek unik
3
0.0441
3
0.1324
4
0.0588
3
0.1765
5
0.0735
4
0.2941
4
0.0588
3
0.1765
Memudahkan pen-mjung menikmati wisata Memudahkan pengunjung dan menarnbah kesan wisata Memudahkan pengunjung m e n h a t i wisaka. Meberikan informasi dan daya tarik bagi calon pengunjung.
25
1.6618
31
0.4559
Kelemahan (Weakness) W1.
Populasi penyu menurun, sebingga kadang tidak dapat dijumpai.
5
0.0735
1
0.0735
W2.
Aksesibilitas jalan di dalam kawasan yang menghubungkan obyek tidak memadai. Masih kurangnya minat dm heatifitas produksi kerajinan dm cindemmata baik dari masyarakat lokal maupun penysaha. Kurangnya profesionalisme pelayanan dengan peningkatan kemampuan SDM sesuai k-mpetensi bidang dan pelayanan yang dituntut dalam tugasnya.
3
0.0441
2
0.0882
3
0.044 1
3
0.1324
Mengurangi keuntungan yang bisa didapatkan.
5
0.0735
2
0.1471
Mengurangi kepuasan.
W3.
W4.
Dapat menimbulkan kekecewaan pengunjung Mengwangi kenyamanan,
1 W5.
2 homosi dengan bentuk dan media yang efektif, belum dilakukan secara optimal oleb pihak pengelola.
3 5
4 0.0735
2
5 0.1471
6 Mengurangi pangsa pasar yang &pat diih.
W6.
Wisata di SM Cikepuh belum berorientasi pasar, cendemng berorientasi Sumber Daya Alam saja. Belum ada kejelasan pembagian mang dan zonasi bagi pengembangan usaha dm investasi pembangunan sarana prasarana di &lam kawasan. Terdapat keterbatasan jumlah petugas dalam pengawasan dan pengamanan kawasan yang menyulitkan pemantauan dalam meniatur kunj"ngan wisatawan CV. Daya Bbakti Pengelola Pantai ~an~umbahan belum mempunyai dasar bukum bagi pengembangan ekowisata penyu sebingga belum ada minat unluk mengembangkan secara professional. Jumlah
4
0.0588
3
0.1765
5
0.0735
3
0.2206
Kurang memanfaatkan potensi yang dapat memberikan keuntungan ~ u r a n gefisien.
2
0.0294
3
0.0882
Pelayanan kurang
5
0.0735
2
0.1471
Kurang mendorone
37
0.5441
21
1.2206
68
1.0000
46
2.8824
W7.
W8.
W9.
Jumlah Total
Tabel 3 1. Matriks External Factor Evaluation (EFE) No.
Faktor- faktor Internal
Kode
Bobot Absolut
Nilai Bobot
Rating
Nilai Skor
Peluang (Opportunities) 01.
Pengunjung mempunyai minat yang tinggi untuk menyaksikan atraksi penyu bertelur
4
0.0635
3
0.1905
Kennikan obyek masih menjadi daya tank utama.
02.
Pengunjung banyak yang mendengar informasi promosi dari teman, banynk yang berkunjung kembali lagi dan menginap cukup lama.
5
0.0794
4
0.3 175
Tigkat kepuasan tinggi.
03.
Pengunjung menyukai produk laut yang mudall didapatkan di kawasan ini.
3
0.0476
3
0.1429
Potensi bagi pengkayaan produk.
Pengunjung dengan berbagai tingkat kemampuan finansial yang berbeda mempunyai kesukaan dalam mengunjungi lokasi - lokasi pantai yang spesifik dan memilib jasa dan sarana wisata yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka.
2
0.0317
3
0.0952
Variasi kebutuhan memungkinkan difersitikasi produk.
04.
1 05.
3 4
4 0.0635
4
5 0.2540
6 Memberikan dukungan.
5
0.0794
4
0.3175
4
0.0635
3
0.1905
Memberikan duknngan. Memberikan peran strategis bagi masyarakat.
27
0.4286
24
1.5079
Ancaman (Threats) T1. Aksesibilitas jaian dari kota - kota hesar di sekitamya k m g bagus.
2
0.0364
2
0.0727
T2.
Masyarakat belum memahami bentuk - bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ekowisata. Mobiiitas masyarakat yang rendah dan kurang beatifitas.
4
0.0727
2
0.1455
3
0.0545
3
0.1 636
Terdapat gangguan SDA Hutan Tanjung Ujung Genteng dari pencurian kayu bakar dan aktivitas pengunjung. Kumngnya penegakan hukum menghambat produktivitas dan daya saing pengusaha serta mendorong pelanggaran baru yang memberikan ancaman terhadap kelestarian penyu.
4
0.0727
2
0.1455
4
0.0727
2
0.1455
Menimbulkan persaingan tidak sehat, memberikan ganggum terhadap kelestarian penyu.
06. 07.
T3. T5.
T6.
2 Pengunjung mempunyai persepsi yang baik terhadap kelestarian liigkungan dan terhadap pengembangan ekowisata. Masyarakat sekitar mendukung pengembangan ekowisata. Ekowisata dapat menambah nilai ekonomi dan penghasilan masyarakat sekitar. Jumlah
Mengancam turunnya minat pnynjung untuk datang. Pemahaman peran yang salah dapat mengancam kclestarian SDA. Kecembuman terhadap pelaku usaha dari luar. Akan menirnbulkan ketidak lestarian kunjungan dan SDA.
T7.
Peraturan kunjungan di SM Cikepuh belum mengakomodi kebutuban kunjungan ke lokasi minat khusus.
4
0.0727
2
0.1455
Menghambat minat kunjungan potensial.
T8.
Ketidakjelasan status lahan membuat lahan tidak dapat diusahakan secara optimal bagi pendapatan daemh.
5
0.0909
3
0.2727
T9.
Belum ada aturan bagi pengusahaan jasa transportasi wisata lokal.
2
0.0364
4
0.1455
Menghambat penataan untuk peningkatan kualitas wisata Permainan harga, menimbulkan ketidaknyamanan
Jumlah
28
0.5091
20
1.2364
Jumlah Total
55
0.9377
44
2.7443
Untuk mengetahui strategi yang hams dilakukan untuk mengembangkan usaha ekowisata maka perlu dibuat grafik analisis SWOT. Bedasarkan Tabel EFE dan IFE dapat dihitung sebagai berikut :
- 1,2206 = 0.4412 1,5079 - 1,2364 = 0,2715
Kekuatan (Strengths) - Kelemahan (Weaknesses)
= 1,661 8
Peluang (Opportunities) - Ancaman (Threats)
=
Peluang (Opportunities) Kuadran I1 Kuadran I Srategi stabilisasi Strategi agresif 0,2715 -------------
/ ; Kelemahan (Weaknesses)
0.4412
Kuadran I11 Strategi bertahan
Kekuatan (Strengths)
Kuadran IV Strategi diversifikasi
Ancaman (Threats) Gambar 59 Grafik analisis SWOT . Hasil
Grafik
analisis
SWOT
menggambarkan
bahwa
untuk
mengembangkan usaha ekowisata di SM Cikepuh dan sekitarnya perlu dilakukan strategi agresif atau stratgi SO. Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar - besarnya.
TOTAL SKOR IFE Rata - rata
Kuat
I Pertumbuban Konsentrasi melalui integrasi vertikat
Tiggi
1.O
2.0
3.0
4.0
Lemah
I1 Pertumbuhan Konsentrasi melalui integrasi horizontal
I11 Peuciutan Turn arouud
3.O
TOTAL SKOR EFE
IV
v
VI
Stabilitas Hati hati
Pertumbuhan Konsenbasi melalui integrasi horizontal Stabititas Tak ada pembahan profit strategi
Penciutan Divestmen
VII Pertumbuhan Diversifikasi konsentrik
VIII Pertumbuhau Diversifikasi konglomerat
-
Sedang
2.0
Rendah
U: Likuidasi Bangkmt
1.0 Garnbar 60 Matrik Intemal dan Eksternal Strategi yang diperlukan mtuk mengembangkan usaha ekowisata di SM Cikepuh dan sekitarnya dapat pula diketahui dengan menggunakan matrik internal ekstemal. Nilai matrik internal (IFE) yang diperoleh adalah sebesar 2,8824 artinya untuk pengembangan usaha ekowisata memiliki faktor internal yang tergolong rata - rata. Sedangkan faktor eksternal (EFE) mempunyai nilai 2,7443 yang tergolong sedang. Apabila masing - masing total skor dipetakan pada matrik, maka posisi usaha ekowisata yang ada saat ini adalah pada kotak kuadran V (kelima). Hal ini mengindikasikan bahwa strategi yang diperlukan adalah
strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal, serta mempertahankm stabilitas dan kunturgan dengan cara menurunkan harga, mengernbangkan produk bam, meningkatkan kualitas, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas
(Rangkuti 2001). Strategi ini mengarahkan untuk memperluas usaha dengan meningkatkan jenis produk serta jasa. Hal ini dibarengi menjaga stabilitas kondisi yang sudah ada supaya tidak mengurangi keuntungan yang telah dicapai. Adapun strategi tersebut merupakan bagian dari strategi yang disusun ddam matrik 32 yaitu alternatif strategi S - 0 (Strength -Opportunities). Faktor - faktor strategi tersebut sebagsi priorit& simtegi perkma adalah sebagai berikut : 1. Memanfaatkan potensi SDA,panorama, budaya dan tradisional masyarakat
sebagai paket
-
paket atraksi menarik untuk menjaring pengunjung lebih
banyak. 2. Menciptakan variasi - variasi paket ekowisata yang dapat menjadi pilihan
dalam mengisi waktu kunjungan yang cukup panjang. 3. Memanfaatkan secara optimal sarana dan jasa wisata yang sudah tersedia agar
dapat memenuhi kebutuhan kunjungan dengan menambah fasilitas dan layanan yang kreatif yang disukai pengunjung.
4. Mengembangkan
produk pangan dengan bahan baku ikan yang mudah
didapat dan disukai pengunjung , aktivitas dan budaya tradisional masyarakat clan meningkatkan pemahaman untuk partisipasi aktif sebagai mitra. 5. Memperkenalkan konsep ekowisata dan paket - paket nya kepada komunitas
pengunjung yang strategis bagi promosi. Sebagai prioritas kedua adalah mengatasi kelemahan dan ancaman yang juga telah berhasil diidentifikasi, yaitu sebagai berikut : 1.Mengupayakan peningkatan dukungan terhadap populasi penyu
dan
mengurangi gangguan akibat teknis pelaksanan wisata yang tidak tepat. 2. Meningkatkan aksesibilitas di kawasan zona pemanfaatan intensif. untuk
memudahkan dan menjaring pengunjung lebih banyak.
3. Perlunya pelatihan ketrampilan SDM di berbagai bidang pelayanan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung. 4. Perlunya pengembangan, diversifikasi produk berorientasi pasar sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
5. Perlunya penataan zonasi, memperkaya variasi paket kunjungan yang tidak mengganggu kelestarian di SM Cikepuh. Penataan zonasi akan memudahkan pengawasan oleh petugas.
6. mendukung terbentuknya dasar hukum dan penataan pengembangan produk dan keprofesionalan. Adapun prioritas ketiga adalah tetap memperhatikan potensi ancaman yang dapat mengganggu jalannya pengembangan usaha ekowisata yaitu :
1. Mengembangkan
kerjasama stakeholder untuk memberikan pemahaman
ekowisa'a kepada berbagai kdwgan, meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengurangi gangguan SDA di Hutan Tanjung Ujung Genteng. 2. Melibatkan kerjasama masyarakat, pengusaha penginapan dan transportasi, pemerintah daerah untuk mengatasi
gangguan pembangunan illegal yang
mengancam kelestarian penyu.
3. Perlunya pelimpahan kewenangan kepada satuan tugas di lapangan untuk dapat memberi ijin kunjungan berdasarkan kriteria khusus yang sesuai dengan peraturan. Semua strategi tersebut hams ditegrasikan secara terpadu dalam penyusunan rencana pengembangan ekowisata di SM Ciepuh dan sekitarnya. Adapun faktor
- faktor strategi yang dapat disusun berdasarkan faktor - faktor
internal dan ekstemal yang telah teridentifikasi, berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan usaha ekowisata dengan menggunakan matrik SWOT dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32 Matrik SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) Slrenglh - S wmhe,-S - w
I
1. Potensi Sumbcrdaya alnm yang menonjol. 2. Panorama Alam yang menarik 3. Kebudayaan lokal dan aktivitas masyaraknt, berpotensi menjadi obyek kunjungan. 4. Sudah terdmat sarana wisata vane danat dimanfaatkk sesuai dengan ' kerb&an kunjungan. 5. Sudah tenedia jasa wisata yang dapat dimanfnntkan pengunjung 6. Sudah terdanat moduk oroduk ekowisata. 7. Pihak wisaia Ujung Genteng melakukan survey dan promosi lokasi lokasi menarik afns inisiatif pribadi, dengan
-
media internet.
I
1 Pengunjung mernpunyal mlna ymg llnggl untul mcnyks~kanu l s pcnyu ~ benclur 2 Pcngunjung banyak yang mendengar 1nfom3sz pmrnosi dari ternan, bmyak yang berkunjung kembali lagi dan menginep cukup lama. 3. Pengunjung menyukai produk laut yang mudah didapnlkan di kawasan ini. 4. Pengunjung memiliki berbagai tingkat kemmpum fmmsial memilih lokasi, jasa dnn smna wisata yang muai dengm kemampum mereka 5. Pengunjung mcmpunyai penepsi yang baik temadap kelestvian lingkungan dan pengembangan ekowisata. 6. Masyarakat sekitar mendukung pengembangan ekowisata. 7. Ekowisata dapat menambah nilai ekonomi dan penghasilan masyaraknl sekitar.
1. Memanfhlkan potensi SI,S2,S3 sebagai paket - pakct ah-akii menarik unNk mcnjaring pengunjung lebii banyak. 2. M e n c i p t h variasi variasi paket ekowisata yang dapat menjadi pilihan dalam mcngisi waktu kurjungan yang cukup panjang SI,S2,S3,02. 3. Memanfaalkan secara optimal S4,SS agar dapat memenuhi kebutuhan kunjungan dengan menambah fasilitas dan layman yang lrreatif y m g disukai pengunjung 4. Mengembangkan produk pangan 03, aktivitas dan kcbudayaan eadisional masvarakat S3 dan rneninekalkan peiahamm untuk pMisipasi aktif kbagai mitra 05,06,07. 5. Memperkmalkan konsep ekowisata d m paket - pakd nya kepada komunitas pengunjung y m g s m g i s bagi promosi 01, 02.05.
-
I
smlegi S-T
I
1
1. Akscsibilitas jdan dari kota - kota besar di rck~tamvakumnxbanus. 2. ~ a s y a r k a beluk t n&ahami bentuk bentuk kcfcrlibatan dalam ekowisata 3. Mobilitar masyaraknl yang rendah dan k m g k~eatifitas. 4. Terdapat ganggum SDA H u m Tanjung Ujung Gentmg dari pencurian kayu bakar dan aktivitas pengunjung. 5. Kurangnya penegakm hukum menghambat produktivitas dan dnya saing pcngusaho sertn mendorong pelanggaran baru yaflg memberikan aneaman terhadap kelcstanan mnw. 6. 'Pc&unm kMungan di SM Cikepuh belum mcngakomodir kebuhlhan kunjungan kc lokasi minat khusus. 7. Ketidakjelasan status lahm membuat lahm tidak dopat diusahakm secnrn optimal bagi pendapatan daerah. 8. Bclum ads ahtran bagi pengusahm jnm
-
mncmnaci rvicntr Inkat
1. Meningkalkan kerjasama stake holder untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat T2 untuk memberikan dukungan melalui pelibatan dan pengembangan kcbudayaan lokal dan aktivitas msyarakat sebagai atraksi S3,S6. 3. Meneembanelen keriasama stakeholder u n ~ krnmg&mgi gan&an SDA di ilrnm Tmjung Ujung GentrngT4 4. Mcningkalkan kerjasamn unruk mmgnmi gangguan pembangunan TS yang mengancam kelestarian penyu. 5. Melibnlkan keriasamn masvarakat pengurahn penginapan d m unnsporwsi, prrncnntxh &rah untul; mcngnu,i r n x n l J ~ ymglerkn~l11,'l'S.T7 dan I S . 6. Perlunya pelimpahan kewenangan kepada saNM tunas di lwanen untuk danat
1. Populasi penyu menurun, sehmgga kadang tidak dapat dijumpai. 2. Teknis pelaksanann ekowisata masih memberikan gangguan terhadap sslwa. 3. Aksesibilitas jalan di dalam kawasan yang menghubungkan obyek tidak mcmadai. 4. Kurangnya produksi kemjjinan dan cinderamma 5. Kuranpya pmfesionalisme pelayanan SDM. 6. Pengelola belum mcl&ukan pmmosi dengan optimal. 7. Wisata di SM Cikepuh b e l m berorientasi pas% 8. Belum a& kejelasm zonmi . 9. Terdapat keterbmaran jumlah petugas. 10. CV. Daya Bhakti belum mempunyni dasar hukum bagi pengembangan ekowisata penyu. stratcgi W O I. Mengupaykan peningkatan dukungan terhadap W1 dan mengarangi W2. 2. Meningka&an W3 di kawasan mna pemanfaatan intensif. unNk memudahkan d m menjaring pengunjung lebih banyak. 3. Mengurangi W4 dengan mendomng orodultsi keraiinan cindrarnata d m bengo~ahanmakkan khas 03,04,08. 4. Perlunya pelatihan kebsmpilan SDM W5 untuk meningkatkm k e p w a n pengunjung. 5. Perlunya pengembangan, divenifihi pmduk bcrorientasi pasar scsuai dengan potensi yang dirniliki W7,01,05. 6. Perlunya penatnan zonasi, memperkaya varissi paket Lunjungan yang tidak mengganggu kelcstarian di S M Cikepuh W8,W9. Penntnan zonasi akan memudahkan pengawasan 01th petugas W9. 7. Perlunya dasar hukun dan penataan pengembangan produk dan kepmfesiondm w5,W1o,ol,02. shategi W-T 1. Meningkalkan kejasama pmmosi unNk menarik pcngunjung 2. M e l W a n peningkatan pemahaman ekowisata kcpada masyarakat dan pelatihan kelerampilm bagi masyarakat 3. Melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat dm pengusaha untuk memclihara kelestvim alam dan mcnghimdari k e ~ s a k a n yang mengancam kelestarian penyu. 4. Meningkatkan infomasi dan sarana recta oenataan linzkkem. 5. ~emberikan- peratihan ketenmpilan dan pcngendan konsep ekowisata kepada berbagai kalangan masyarakat. 6. Meningkalkan kejasamn stakeholder bagi oeneanan masalnh di lanannan T5.n. . . T8. 7. ~c;dukung penatnan zonasi dan pcngaturan kunjungnn 8. Mendorong penetapan legalitas bagi pmguraharm ckowisata pen)u dcmi meningkatkan profesionalisrne.
.
-