BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifkasi Kelompok Owa Jawa Kawasan Cikaniki terdapat beberapa kelompok owa jawa. Kelompok owa jawa tersebut terdiri dari kelompok A, kelompok B, kelompok C, kelompok D, dan kelompok O. Kelompok C memiliki wilayah jelajah yang berbatasan secara langsung dengan kelompok A. Kelompok D memiliki wilayah jelajah berbatasan langsung dengan wilayah jelajah kelompok A dan kelompok B serta kelompok O. Kelompok O berbatasan langsung dengan kelompok B dan kelompok D (Gambar 4).
Sumber: Soojung Ham
Gambar 4 Wilayah jelajah owa jawa yang diamati. Kelompok owa jawa yang diamati sebagai objek pengamatan adalah kelompok A dan kelompok B. Kedua kelompok tersebut sebagai objek pengamatan berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, owa jawa mudah dijumpai pada lokasi tersebut. Kedua, kondisi topografi yang memungkinkan pengamat untuk mengamati aktivitas kedua kelompok tersebut. Ukuran kelompok A lebih besar dibandingkan dengan ukuran kelompok B. Kelompok A terdiri dari 5 individu yaitu bayi, anak betina, remaja betina, dewasa jantan, dan dewasa betina. Namun, dalam pengambilan data hanya dilakukan pada 4 individu yaitu anak betina, remaja betina, dewasa jantan, dan dewasa betina. Kelompok B terdiri dari 4 individu yaitu bayi, anak jantan, dewasa jantan dan
17
dewasa betina. Namun, dalam pengambilan data hanya dilakukan pada 3 individu yaitu anak jantan, dewasa betina, dan dewasa jantan. Bayi dari kedua kelompok tersebut tidak diamati karena ukuran masih kecil dan selalu digendong oleh induknya sehingga tidak dapat dilakukan pengambilan data. Kelompok A lebih toleran terhadap kehadiran pengamat dibandingkan dengan kelompok B, sehingga pengambilan data pada kelompok A lebih mudah dibandingkan kelompok B. Hal ini dikarenakan kelompok A sering berada di sekitar jalur intrepretasi (loop trail) yaitu mulai dari kantor Cikaniki sampai Desa Citalahap Central (HM 6 sampai HM 17). Lokasi ini biasanya digunakan oleh pengunjung TNGHS sehingga kelompok A lebih terbiasa dengan manusia. Sedangkan untuk wilayah kelompok B berada pada jalur yang lebih jarang dilewati oleh manusia, yaitu berada pada jalur HM 17 sampai HM 33 sehingga kelompok B lebih sensitif terhadap kehadiran manusia. Individu owa jawa dari setiap kelompok diberi nama untuk memudahkan pencatatan di lapangan. Nama individu owa jawa disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Struktur umur owa jawa yang diamati No. Kelompok Nama 1 A Aris Ayu Asri Amran Amoure 2 B Kumis Kety Kumkum Kimkim
Struktur Kelompok Dewasa jantan Dewasa betina Remaja betina Anak betina Bayi Dewasa jantan Dewasa betina Anak jantan Bayi
5.2 Komposisi Jenis Pakan Owa Jawa Owa jawa memakan sebanyak 46 jenis tumbuhan dan satu jenis serangga (Tabel 2). Hal ini tidak berbeda jauh yang dikemukakan Sawitri et al. (1998), di Taman Nasional Gunung Halimun Salak owa jawa memakan 47 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 24 famili. Akan tetapi, di Taman Nasional Ujung Kulon owa jawa lebih banyak memakan 125 jenis tumbuhan dari 43 famili (Asquith et al. 1995). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango owa jawa memakan sebanyak 83 jenis tumbuhan (Ario 2011). Dengan demikian owa jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
18
relatif lebih sedikit menkonsumsi jenis tumbuhan pakan jika dibandingkan dengan owa jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pakan tersebut didominasi oleh jenis ki dage (Bruinsmia styracoides), liana, ficus (Ficus sp.), ki laban (Mussaenda frondosa), ficus besar (Ficus punctata), hamirung (Callicarpa pentandra), ficus orange (Ficus sinuata), lolo (Scindapsus marantaefolium), ki sereh (Cinnamomum porrectum), dan ficus ki sigung (Ficus recurva). Bagian tumbuhan yang biasa dimakan oleh owa jawa adalah buah, daun, dan bunga (Kappeler 1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa owa jawa lebih banyak memakan buah yaitu sebesar 77,8%, daun 21%, dan bunga 1,18%. Namun, selain memakan jenis tumbuhan owa jawa juga memakan serangga dengan persentase 0,002%. Karbohidrat dalam buah memegang peranan penting di dalam tubuh satwa, karena jika energi terpenuhi untuk target produksi tertentu maka kebutuhan protein, mineral, dan vitamin dengan sendirinya akan tercukupi dan suplai asam animo mungkin membatasi produksi (Reksohadiprodjo 1988). Selain kandungan karbohidrat yang tinggi, satwa lebih suka makan buah karena buah mengandung kadar air yang tinggi sehingga buah tersebut lebih mudah dicerna. Pada umumnya satwa lebih suka memakan dari bagian tumbuhan yang mudah dicerna daripada makan jenis pakan yang bernutrisi (Morrison 1959). Owa jawa lebih sering memakan buah berasal dari jenis ki dage, liana, ki laban, hamirung, ki mokla, kecapi, Ficus sp., F.punctata, F.sinuata, F.recurva, dan F.variegata. Persentase masing-masing jenis tumbuhan tersebut dari total persentase keseluruhan komposisi jenis pakan adalah ki dage sebesar 17,820%, liana sebesar 11,900%, ki laban sebesar 8,952%, hamirung sebesar 4,732%, ki mokla sebesar 1,480%, kecapi sebesar 1,324%. Ficus sp. sebesar 8,958%, F.punctata sebesar 8,035%, F.sinuata sebesar 4,834%, F.recurva sebesar 2,510%, dan F.variegata sebesar 1,895%. Sebelas jenis tumbuhan dominan tersebut, enam diantaranya merupakan habitus pohon pakan yaitu ki dage, ki laban, hamirung, F.variegata, ki mokla, dan kecapi. Owa jawa lebih banyak memakan jenis pohon ki dage karena ketersediaan jenis ini cukup banyak di wilayah jelajahnya jika dibandingkan dengan jenis pohon pakan yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon ki dage ditemukan sebanyak 27 pohon, ki laban sebanyak 12 pohon,
19
hamirung terdapat 12 pohon, F.variegata terdapat 4 pohon, kimokla sebanyak 17 pohon, dan kecapi sebanyak satu pohon (Gambar 5).
Foto: Hadi
Gambar 5 Buah ki dage (Bruinsmia styracoides). Owa jawa selain mengkonsumsi buah juga memakan jenis tumbuhan bagian daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa owa jawa mengkonsumsi daun sebanyak 21%. Persentase ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan Ario (2011), bahwa owa jawa di Pusat Rehabilitasi Blok Hutan Patiwel Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memakan jenis tumbuhan bagian daun sebanyak 20,4%. Daun yang dikonsumsi owa jawa tersebut hampir keseluruhan merupakan daun muda. Jenis tumbuhan dominan yang banyak dikonsumsi bagian daunnya adalah lolo (Scindapsus marantaefolium), Ficus sp., liana, hamerang (Ficus padana), ki sereh (Cinnamomum porrectum), dan ki haji (Dysoxylum parasiticum). Persentase masing-masing jenis tumbuhan tersebut dari total keseluruhan komposisi jenis pakan adalah lolo sebesar 4,624%, Ficus sp., sebesar 2,264%, liana sebesar 2,464%, hamerang sebesar 2,155, ki sereh sebesar 2,15%, dan ki haji sebesar 2,036%. Owa jawa lebih banyak makan daun dari jenis lolo (S.marantaefolium). Hal ini dikarenakan lolo mudah dijumpai pada pohon ukuran tinggi. Lolo merupakan salah satu jenis tumbuhan yang hidupnya menempel atau merambat pada batang pohon yang berukuran tinggi, sehingga owa jawa lebih banyak makan lolo saat berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan owa jawa melakukan aktivitas makan merupakan selingan saat bergerak atau bermain (Fleagle 1988 dalam Mahardika 2008) (Gambar 6). Lolo biasanya menempel atau merambat pada pohon berukuran tinggi seperti huru (Litsea sp.), jaha (Sloanea sp.), ki sereh (Cinnamomum porrectum), ki hiur (Castanopsis
20
javanica), ki mokla (Knema cinerea), ki tenjo (Vatica javanica), ki terong (Schoutenia kunstleri), kopo (Eugenia densiflora), pasang (Quercus sp.), rasamala (Altingia excelsa), renyung (Aporosa arborea), burunungul (Bridelia glauca), dan puspa (Schima wallichi).
Foto: Soojung Ham
Gambar 6 Owa jawa sedang memakan daun lolo (Scindapsus marantaefolium). Selain memakan buah dan daun, owa jawa juga memakan jenis tumbuhan bagian bunga, yaitu sebesar 1,181%
(Gambar 7). Persentase ini tidak jauh
berbeda dengan pernyataan Ario (2011), bahwa owa jawa di Pusat Rehabilitasi Blok Hutan Patiwel Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memakan jenis tumbuhan bagian bunga sebanyak 1,2%. Bagian bunga yang dimakan berasal dari jenis cangkorek (Dinochloa scandens), ki sereh (Cinnamomum porrectum), puspa (Schima wallichi), dan liana. Persentase masing-masing jenis tumbuhan tersebut dari total keseluruhan komposisi pakan adalah cangkorek sebesar 0,679%, ki sereh sebesar 0,231%, puspa sebesar 0,15%, dan liana sebesar 0,121%.
Foto: Hadi
Foto: Hadi
(a)
(b)
Gambar 7 Jenis tumbuhan pakan owa jawa. Ket: (a) Cangkorek (Dinochloa scandens); (b) Ki sereh (Cinnamomum porrectum).
21
Tabel 2 Komposisi jenis pakan owa jawa
1.
Nama Lokal Kidage
2. 3.
Liana Ficus
4.
Ki laban
5. 6.
Ficus Besar Hamirung
7. 8.
Ficus Orange Lolo
9.
Ki sereh
No.
10. Ficus Kisigung 11. Hamerang 12. Ki haji 13. Ficus Pohon 14. Ki mokla 15. Kecapi 16. Cangkorek 17. Ki hujan 18. Kopi dengkung 19. Pakis Keras 20. Burunungul 21. Bambu 22. Epifit 23. Ki sampang 24. Asam Kandis 25. Kiterong 26. Daha/bayur 27. Ficus Bulu 28. Ki hiur 29. Ipis Kulit 30. Rasamala 31. Rotan
Nama Ilmiah
Famili
B (%) D (%) Bu (%) L (%) ∑ (%)
Bruinsmia styracoides Ficus sp.
Styracaceae
17,820
-
Moraceae
11,900 8,958
2,464 2,624
Mussaenda frondosa Ficus punctata Callicarpa pentandra Ficus sinuata
Rubiaceae
8,952
0,107
Moraceae Verbenaceae
8,035 4,732
0,487
Moraceae
4,834
Scindapsus marantaefolium Cinnamomum porrectum Ficus recurva
Araceae
-
-
-
17,820
-
14,480 11,580
-
-
9,058
-
-
8,035 5,219
-
-
4,834
-
-
4,624
-
2,856
-
-
2,510
0,121 -
-
4,624
Lauraceae
0,475
2,150
Moraceae
2,510
Ficus padana Dysoxylum parasiticum Ficus variegata Knema cinerea Sandorium koetjapi Dinochloa scandens Engelhardia serrata Nyssa javanica
Moraceae Meliaceae
0,227 0,165
2,155 2,036
-
-
2,381 2,201
Moraceae Myristicaceae Meliaceae
1,895 1,480 1,324
0,155 0,009
-
-
2,049 1,480 1,333
-
0,563
-
1,242
Poaceae
-
0,231
0,679
Juglandaceae
1,065
-
-
-
1,065
Cornaceae
0,962
-
-
-
0,962
Bridelia glauca Bambusa sp. Melicope accedens Garcinia dioica
Polypodiaceae Euphorbiaceae Poaceae Rutaceae
0,267 -
0,534 0,255 0,506 0,473 0,430
-
-
0,534 0,522 0,506 0,473 0,430
Clusiaceae
0,169
0,223
-
-
0,393
Schoutenia kunstleri Pterospermum javanicum Ficus annulata Castanopsis javanica Decaspermum fruticosum Altingia excelsa Daemonorops melannoch
Tiliaceae
-
0,389
-
-
0,389
Sterculiaceae
0,359
-
-
-
0,359
Moraceae Fagaceae
0,320 0,312
-
-
-
0,320 0,312
Melastomataceae 0,260
0,039
-
-
0,300
Hamamelidaceae Arecaceae 0,272
0,292 -
-
-
0,292 0,272
22
Tabel 2 (Lanjutan) Nama Lokal 32. Kuray
No.
33. Ganitri 34. Bingbim 35. Puspa 36. Ki ronyok 37. 38. 39. 40. 41.
Huru Sintok Saray Amis Kulit Polyathia Tereup
42. Suren 43. Beunying 44. Dawolong 45. Pasang 46. Semut 47. Kokosan Monyet
Nama Ilmiah
Famili
Trema amboinensi Elaeocarpus ganitrus Pinanga kuhlii Schima wallichi Castanopsis acuminatissima Litsea sintoc Caryota sp. Polyalthia sp. Artocarpus elasticus Toona sureni
Ulmaceae
Ficus hispada Acalypha wilkesiana Quercus sp. Hymenoptera Antidesma tetrandrum
Moraceae Euphorbiaceae
B (%) D (%) Bu (%) L (%) ∑ (%) -
0,253
-
0,253
-
-
0,173
-
0,155 0,150 0,129
Elaeocarpaceae
0,173
Arecaceae Theaceae Fagaceae
0,155 -
0,129
Lauraceae Arecaceae
0,073 0,053 0,033 -
0,039 0,026
-
-
0,073 0,053 0,039 0,033 0,026
Annonaceae Moraceae Moraceae
Fagaceae Euphorbiaceae
-
-
0,150 -
-
0,025
-
-
0,025
0,023 -
0,023
-
-
0,023 0,023
-
0,006 0,001
-
Total 77,800 21,020 Keterangan: B= Buah, D= Daun, Bu= Bunga, dan L=Lain-lain
0,006 0,002 0,002 0,001
1,181 0,002
100
Selain memakan jenis tumbuhan, owa jawa juga memakan serangga. Jenis serangga yang dimakan oleh owa jawa adalah jenis semut yang berasal dari ordo Hymenoptera dengan persentase yang sangat kecil yaitu 0,002% dari total keseluruan komposisi pakan owa jawa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kappeler (1984) serta Supriatna dan Wahyono (2000) bahwa owa jawa selain memakan bagian buah, daun dan bunga dari jenis tumbuhan, owa jawa juga memakan serangga. Serangga merupakan salah satu sumber protein yang berguna untuk kebutuhan aktivitas owa jawa (Ario & Masnur 2011). Owa jawa biasanya memakan serangga pada pohon yang banyak terdapat sarang semut, selain itu terkadang owa jawa memakan serangga yang sedang menggigit tubuhnya (Tabel 2). 5.3 Aktivitas Makan Owa Jawa Total aktivitas makan owa jawa selama penelitian sebesar 24,1% dari total aktivitas hariannya. Aktivitas tertinggi terjadi pada pagi hari yaitu antara pukul
23
11.00-14.00 sebesar 30,3%. Aktivitas makan terendah terjadi pada pukul kurang dari 09.00 yaitu sebesar 17,8%, kemudian kembali meningkat pada pukul 09.0011.00 yaitu sebesar 26,1%, serta menurun kembali pada pukul lebih dari 14.00 yaitu sebesar 25,8%. Owa jawa lebih banyak memakan buah dari seluruh sembaran temporal aktivitas makannya. Pada pukul kurang dari 09.00 owa jawa memakan jenis pakan bagian buah sebesar 79,70% dan daun 20,30%. Pada pukul 09.00 - 11.00 owa jawa memakan jenis pakan bagian buah sebesar 68,68%, daun 31,31%, dan serangga 0,01%. Pada pukul lebih dari 11.00 - 14.00 memakan jenis pakan bagian buah sebesar 75,70%, daun 21,30%, dan bunga 3,10%. Sedangkan pada pukul lebih dari 14.00 owa jawa memakan jenis buah sebesar 73,80%, daun 23,70%, dan bunga 2,50% (Gambar 8). 79,70%
75,70%
73,80%
68,68%
80,0 60,0 40,0
31,31% 21,30%
20,30%
20,0
3,10%
0,01%
23,70% 2,50%
0,0 <09.00
09.00-11.00 Buah
Daun
11.00-14.00 Bunga
>14.00
Serangga
Gambar 8 Sebaran temporal berdasarkan bagian jenis pakan yang dimakan owa jawa. Owa jawa bergerak aktif mencari makanan mulai dari pagi (setelah keluar dari pohon tidur) sampai menjelang tidur. Perilaku owa jawa dalam mencari makanan sangat bervariasi. Owa jawa mempunyai jalur tententu dalam mencari makan. Owa jawa tidak selalu menempuh rute perjalanan yang sama pada satu hari dengan hari lainnya, akan tetapi beberapa hari kemudian owa jawa akan mengulangi rute yang ada. Cara owa jawa memakan makanan yang tersedia di alam cukup bervariasi. Beberapa cara yang dilakukan owa jawa saat makan antara lain duduk di cabang pohon lalu tangannya mengambil makanannya satu persatu lalu memakannya, satu tangan digunakan untuk menggantung dan tangan yang satu mengambil
24
makanan, kedua tangannya digunakan untuk menarik pohon yang ada makanannya kemudian mulutnya mengambil makanan, satu tangan dan satu kaki digunakan untuk berpegangan, kaki yang satu lagi digunakan untuk menarik cabang yang ada makanan kemudian mulutnya mengambil makanan (Fithriyani 2011). Selain itu perilaku makan sering kali merupakan selingan dari perilaku bermain atau bergerak (Fleagle 1988 dalam Mahardika 2008). 5.4 Penggunaan Habitat berdasarkan Aktivitas Makan Dalam kesehariannya, owa jawa mulai beraktivitas sejak matahari terbit sampai matahari terbenam. Aktivitas owa jawa yang teramati selama penelitian adalah makan, bergerak, istirahat, bermain, minum, dan beraktivitas sosial (Ario 2011). Owa jawa mencari makan berupa buah-buahan sebagai makanan utama yaitu sebesar 77,8% dan sisanya dedaunan dari berbagai jenis pohon termasuk daun liana yang banyak dijumpai merambat pada batang pohon, misalnya adalah lolo (Scindapsus marantaefolium) yang sering dijumpai merambat pada pohon rasamala (Altingia excelsa). Selain itu, dijumpai pula owa jawa makan bunga dan serangga. Owa jawa adalah satwa diurnal yang melakukan aktivitas hidupnya di atas pohon (arboreal). Owa jawa lebih banyak menggunakan tajuk pohon dengan ketinggian antara 10 m sampai 25 m (strata B). Menurut Kappeler (1981) tinggi tajuk dalam wilayah jelajah owa jawa adalah sekitar 30 m (strata A). Owa jawa jarang sekali menggunakan strata tajuk bagian C (5 m sampai 10 m), kecuali bila owa jawa tersebut berada di tempat terbuka (Gambar 9). 5% 26%
Strata A Strata B 69%
Strata C
Gambar 9 Persentase penggunaan strata tajuk oleh owa jawa.
25
Owa jawa menggunakan strata tajuk bagian A, strata B, dan strata C dalam aktivitas makan. Kappeler (1981) menyatakan bahwa owa jawa menggunakan tajuk hanya pada strata A, B, dan C. Owa jawa lebih banyak menggunakan aktivitas makannya pada strata B yaitu sebesar 72,1%, strata A sebesar 24%, strata C sebesar 3,7% (Gambar 10). Owa jawa terkadang makan jenis tumbuhan di luar lapisan strata tersebut, yaitu saray (Caryota mitis) sebesar 0,053% dan bingbim (Pinanga coronata) sebesar 0,155%. Tinggi tumbuhan jenis saray dan bingbim yang sering dimakan owa jawa berkisar 2 – 5 meter. 3,7% 24%
Strata A Strata B 72,1%
Strata C
Gambar 10 Penggunaan strata tajuk berdasarkan aktivitas makan. Pohon yang digunakan untuk aktivitas makan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu pohon sumber pakan dan pohon tempat makan. Pohon sumber pakan merupakan jenis pohon yang dimanfaatkan beberapa bagiannya sebagai pakan seperti buah, daun, dan bunga. Sedangkan pohon tempat makan merupakan jenis pohon yang digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas makan. Pada pohon tempat makan terdapat tumbuhan pakan owa jawa seperti lolo (Scindapsus marantaefolium), ficus, liana, dan epifit. Pada pemanfaatan pohon sumber pakan dan pohon tempat makan di setiap strata tajuk mempunyai persentase yang berbeda. Pada strata tajuk A sebanyak 19,2% digunakan sebagai tempat makan dan 4,8% digunakan sebagai pohon sumber pakan. Strata tajuk B sebanyak 33,8% digunakan sebagai pohon sumber pakan dan 38,3% digunakan sebagai tempat makan. Sedangkan strata tajuk C seluruhnya digunakan sebagai pohon sumber pakan yaitu sebesar 3,7% (Gambar 11).
26
38,3% 40
33,8%
35 30 25
19,2%
20 15 4,8%
10
3,7% 0%
5 0 Strata A
Strata B
Pohon Sumber Pakan
Strata C Pohon Tempat Makan
Gambar 11 Penggunaan strata tajuk berdasarkan aktivitas makan pada pohon sumber pakan dan pohon tempat makan. Ketika mencari makan, owa jawa biasanya melakukan pergerakan dan perpindahan dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Owa jawa berpindah dari pohon yang satu ke pohon lain untuk mencari pakan dipengaruhi oleh luas wilayah jelajah yang luas serta kebiasaan owa jawa yang cenderung mengontrol wilayah jelajahnya. Kegiatan mengontrol wilayah jelajahnya dapat terlihat pada saat aktivitas makan. Hal ini terlihat saat owa jawa makan di pohon ki dage (Bruinsmia styracoides). Owa jawa hanya memakan buah matang dalam jumlah yang cukup, kemudian meninggalkan pohon tersebut dan makan pada pohon ki dage lainnya. Owa jawa bergerak dari tajuk pohon pakan yang satu ke tajuk pohon pakan lainnya dapat menempuh jarak rata-rata 7,24 m/menit. Dari rata-rata pergerakan tersebut, remaja dan dewasa lebih lambat dibandingkan dengan anak owa jawa. Laju pergerakan remaja dan dewasa hanya mencapai 5-6 m/menit sedangkan anak owa jawa dapat mencapai lebih dari 9 m/menit. Hal ini dikarenakan anak owa jawa lebih jarang melakukan aktivitas makan dibandingkan owa jawa dewasa yaitu hanya mencapai 19,8 % dari total aktivitas hariannya. Selain itu, anak owa jawa lebih cepat berpindah dari pohon pakan yang satu ke
27
pohon pakan lainnya karena ukuran tubuhnya lebih kecil sehingga pergerakannya lebih cepat dan mudah (Gambar 12). Jarak (m/menit) 12,00
10,00 9,74
9,82
8,00 Dewasa Jantan 7,24 6,00
Remaja Betina
5,97
5,63
Dewasa Betina Anak Betina
5,05
Anak Jantan
4,00
Rata-rata 2,00
0,00 Dewasa Jantan
Dewasa Betina
Remaja Betina
Anak Betina
Anak Jantan
Rata-rata
Gambar 12 Laju pergerakan owa jawa dalam mencari makan. Owa jawa menggunakan 283 pohon dalam aktivitas makan. Dari 283 pohon tersebut, 130 pohon diantaranya merupakan pohon sumber pakan bagi owa jawa, sedangkan 153 pohon merupakan pohon tempat makan. Dari 130 pohon sumber pakan tersebut didominasi oleh tumbuhan jenis ki dage yaitu sebanyak 27, ki mokla sebanyak 17, hamirung sebanyak 12, dan 74 lainnya merupakan pohon pakan lainnya. Sedangkan 153 pohon yang dijadikan sebagai tempat makan merupakan kumpulan dari jenis-jenis pohon yang dililiti atau dirambati jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai tumbuhan pakan owa jawa. Dari 153 pohon tersebut 54 diantaranya merupakan jenis liana yang dijadikan sebagai sumber pakan owa jawa yang melilit atau menempel pada beberapa batang pohon, 28 diantaranya merupakan jenis lolo, 24 merupakan jenis Ficus sp., dan 47 sisanya merupakan beberapa jenis tumbuhan pakan yang menempel pada beberpa jenis pohon (Gambar 13).
28
1000
800
Garis transek Y (meter)
600
400 Pohon pakan Series1 200
0 0
500
1000
1500
2000
-200
-400
Garis transek X (meter)
Gambar 13 Sketsa persebaran pohon pakan owa jawa. 5.5 Pengunaan Tajuk Pohon saat Makan Tajuk pohon memegang peranan penting dalam kehidupan owa jawa, karena hampir dalam sepanjang hidupnya owa jawa hidup di tajuk pohon. Owa jawa menggunakan tajuk pohon salah satunya adalah untuk aktivitas makan. Dalam pemanfaatan tajuk pohon, owa jawa mempunyai variasi tersendiri saat makan. Dari hasil pengamatan pada salah satu kelompok owa jawa yang terdiri dari empat individu, variasi makan owa jawa pada satu tajuk pohon adalah sendirian, berdua, bertiga, dan berempat. Dari variasi tersebut owa jawa cenderung makan secara sendirian yaitu sebesar 34,4%, makan secara berduaan sebesar 31,2%, makan bertiga sebesar 30,7%, dan makan secara berkelompok atau berempat yaitu sebesar 3,7% (Gambar 14). Hal ini menunjukkan bahwa walaupun owa jawa hidup berkelompok, akan tetapi dalam penggunaan tajuk pohon saat aktivitas makan tidak selalu bersamaan (secara berkelompok).
Persentase
29
40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Sendirian
Berdua
Bertiga
Berempat
Variasi makan owa jawa
Gambar 14 Kebersamaan owa jawa saat makan dalam satu tajuk pohon. Owa jawa lebih sering terlihat makan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sering ditemui di lapangan adalah ketika berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lain dan menemukan sumber pakan, owa jawa tersebut langsung memakannya tanpa menunggu individu owa jawa yang lainnya. Selain itu, faktor yang lain adalah pada tajuk pohon tidak menyediakan sumber pakan yang banyak. Owa jawa makan sendirian biasanya ditemui pada pohon yang digunakan sebagai tempat makan yaitu ditemui pada pohon yang terdapat jenis tumbuhan lolo, liana, dan epifit. Struktur umur owa jawa yang sering dijumpai sendirian adalah dewasa betina dan remaja betina (Gambar 15). Hal ini disebabkan oleh dewasa betina lebih sering makan serta cenderung menunjukkan wilayah teritorinya (Kappeler 1984) dan sedangkan
Persentase
remaja betina sedang terjadi proses penyapihan dari kelompoknya.
40 35 30 25 20 15 10 5 0 Dewasa jantan Dewasa betina Remaja betina
Anak betina
Struktur umur owa jawa
Gambar 15 Persentase variasi makan owa jawa secara sendirian saat aktivitas makan pada satu tajuk pohon.
30
Owa jawa makan berdua pada satu tajuk pohon memiliki pasangan yang bervariasi. Owa jawa yang lebih sering berada pada satu tajuk pohon saat aktivitas makan dilakukan oleh dewasa betina dan anak betina. Hal ini disebabkan anak owa jawa yang umumnya sering bersama induknya dan belum memiliki wilayah jelajah tersendiri (Kappeler 1984). Sedangkan owa jawa yang jarang berdua dalam satu tajuk pohon saat aktivitas makan adalah dewasa jantan dan remaja betina (Gambar 16). Hal ini disebabkan dewasa jantan lebih jarang makan dan sering banyak menjaga wilayah teritorinya (Kappeler 1984) dan remaja betina sedang terjadi proses penyapihan secara alami sehingga lebih jarang makan bersama.
45 40 35
Persentase
30 25 20 15 10 5 0 Dewasa jantan dan dewasa betina
Dewasa jantan dan anak betina
Dewasa jantan dan remaja betina
Dewasa betina dan anak betina
Dewasa betina dan remaja betina
Remaja betina dan anak betina
Struktur umur owa jawa
Gambar 16 Persentase variasi makan owa jawa secara berduaan saat aktivitas makan pada satu tajuk pohon. Owa jawa makan bertiga dalam satu tajuk lebih sering dilakukan oleh anak betina, dewasa jantan, dan dewasa betina (Gambar 17). Hal ini disebabkan oleh remaja betina jarang makan bersama karena dalam proses penyapihan secara alami. Remaja betina ketika ingin ikut makan bersama dalam satu tajuk pohon sering kali diusir oleh dewasa betina (induk) sehingga remaja betina lebih banyak menunggu di pohon lain di sekitar pohon pakan.
31
90 80 70
Persentase
60 50 40 30 20 10 0 Dewasa jantan, dewasa betina, dan remaja betina
Dewasa jantan, dewasa betina, dan anak remaja
Dewasa betina, anak betina, dan remaja betina
Dewasa jantan, anak betina, dan remaja betina
Struktur umur owa jawa
Gambar 17 Persentase variasi makan owa jawa secara bertiga saat aktivitas makan pada satu tajuk pohon. Owa jawa jarang terlihat makan secara berkelompok dalam satu tajuk pohon yaitu hanya sebesar 3,7% dari total waktu makannya. Salah satu penyebabnya adalah salah satu individu owa jawa sedang dalam proses penyapihan yaitu remaja betina, sehingga jarang sekali terlihat secara bersamaan. Selain itu, terkadang salah satu anggota dari kelompok tersebut yaitu dewasa jantan sedang mengawasi dari serangan musuh pada saat individu owa jawa yang lain sedang makan. Setiap individu owa jawa menyukai ruang tajuk pohon yang berbeda serta posisi tubuh yang berbeda saat melakukan aktivitas makan. Posisi tubuh owa jawa pada saat makan dibedakan menjadi dua yaitu duduk dan menggantung. Ketika duduk bagian pantatnya diletakkan pada cabang kemudian kedua atau salah satu tangannya mengambil makanan lalu memakannya. Sedangkan pada saat menggantung salah satu tangannya digunakan untuk berpegangan dan bagiaan tubuhnya tanpa sandarkan, kemudian salah satu tangannya digunakan untuk mengambil makanan kadang juga dibantu oleh kedua atau salah satu kakinya (Fithriyani 2011) (Gambar 18).
32
Foto: Soojung Ham
(a)
Foto: Soojung Ham
(b)
Gambar 18 Posisi tubuh owa jawa saat makan. Ket: (a) Duduk; (b) Menggantung. Anak Betina Individu anak betina yang teramati menggunakan 17 jenis pohon pada saat aktivitas makan, baik dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan maupun dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan (Gambar 19). Dari 17 jenis tersebut jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan lebih besar yaitu sebesar 64,5% jika dibandingkan dengan pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan yaitu sebesar 35,5%. Pohon dominan yang dimanfaatkan oleh anak betina owa jawa sebagai pohon sumber pakan adalah pohon hamirung, ki dage, dan ki sereh. Persentase dari masing-masing pohon tersebut dari total pemanfaatan tajuk berdasarkan aktivitas makan anak betina adalah hamirung sebesar 21%, ki dage 19%, dan ki sereh sebesar 9.3%. Jenis-jenis pohon tersebut mendominasi pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan dikarenakan pohon tersebut merupakan pohon penyedia buah. Hal ini karena owa jawa merupakan satwa pemakan buah atau frugivora (Kappeler 1984). Pohon dominan yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan adalah ki hiur, rasamala, dan ki hujan. Persentase masing-masing pohon tersebut dari total pemanfaatan tajuk berdasarkan aktivitas makan oleh anak betina adalah ki hiur sebesar 13,9%, rasamala sebesar 7,9%, dan ki hujan sebesar 5,9%. Ketiga jenis pohon ini dirambati atau dililiti jenis tumbuhan yang merupakan salah satu pakan preferensi bagi anak betina owa jawa. Jenis tumbuhan yang biasa menempel pada jenis-jenis pohon tersebut adalah Ficus sp., lolo, dan liana. Selain itu strata tajuk
33
dari ketiga pohon tersebut cukup tinggi, sehingga owa jawa lebih sering berada pada pohon tersebut. Dari 17 jenis pohon yang dimanfaatkan oleh anak betina saat makan, terdapat tiga jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan sekaligus sebagai tempat makan yaitu kimokla, kihiur, dan kilaban. Namun, dari ketiga jenis pohon tersebut pada saat dijadikan sebagai pohon tempat makan, jarang sekali terlihat sekaligus makan dari bagian pohonnya. Dari ketiga pohon tersebut, pohon ki mokla dan pohon ki laban lebih sering dijadikan pohon sebagai sumber pakan, karena pohon tersebut merupakan pohon penyedia buah. Hal ini dikarenakan buah merupakan pakan kesukaan owa jawa pada umumnya. Sedangakn pohon ki hiur lebih banyak dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan. Bagian yang dimanfaatkan pada pohon ini adalah daun. Selain itu, pohon ki hiur lebih banyak terdapat jenis tumbuhan pakan preferensi owa jawa anak betina yang merambat pada pohon tersebut. Jenis tumbuhan pakan yang sering ditemui merambat pada
Jenis Pohon
pohon ki hiur adalah liana dan epifit.
Rasamala Huru Tales Hamirung Kihiur Kimokla Kihujan Bihbir Bayur Kilaban Ficus Pohon Burunungul Puspa Pasang Renyung Kidage Kisereh Hamerang
Tempat Makan Pohon Pakan
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
Persentase
Gambar 19 Persentase pemanfaatan pohon pakan dan tempat makan pada anak betina.
34
Individu anak betina lebih sering menempati ruang tajuk bagian CII baik secara horizontal dan vertikal, yaitu sebesar 21,1% dari total pemanfaatan ruang tajuk pada pohon sumber pakan. Pada bagian ruang tajuk ini anak betina lebih sering terlihat pada pohon sumber pakan penghasil buah, yaitu pohon ki dage. Hal ini disebabkan oleh pakan yang tersedia pada pohon sumber pakan terdapat di ujung-ujung tajuk, sehingga anak betina lebih sering terlihat pada ruang tajuk tersebut. Pada tajuk pohon yang hanya digunakan sebagai pohon tempat makan, owa jawa lebih sering terlihat pada ruang tajuk AIII. Persentase pemilihan ruang tajuk tersebut dari total pemilihan raung tajuk adalah 20,3%. Pemilihan ruang tajuk bagian AIII ini disebabkan oleh jenis tumbuhan pakan yang sering dikonsumsi oleh anak betina lebih banyak merambat atau melilit pada batang utama, tetapi jenis tumbuhan pakan ini hanya sampai pada bagian tajuk pohon bagian bawah. Jenis tumbuhan yang sering melilit atau menempel adalah lolo, pakis keras, liana dan epifit. Sedang jenis pohon yang sering dirambati adalah rasamala (Gambar 20).
(a)
(b)
Gambar 20 Preferensi ruang tajuk anak betina saat makan. Ket: (a) Pohon sumber pakan; (b) Pohon tempat makan. Pada umumnya anak betina pernah menempati seluruh bagian ruang tajuk pohon saat aktivitas makan. Akan tetapi, terdapat ruang tajuk tertentu yang menjadi preferensi saat melakukan aktivitas makan. Hal ini dapat disebabkan oleh
35
adanya ketersediaan pakan dalam ruang tersebut. Selain itu, dapat disebabkan oleh banyaknya individu dalam satu tajuk pohon. Hal ini dapat menyebabkan mobilitas owa jawa dalam tajuk pohon berkurang sehingga owa jawa cenderung menempati bagian ruang tajuk yang disukai secara terus menerus. Ketersediaan pakan pada ruang tajuk dapat mempengaruhi posisi tubuh saat makan. Posisi tubuh anak betina saat makan lebih banyak menggantung daripada duduk. Posisi tubuh saat menggantung sebesar 69,2% sedangkan posisi tubuh saat duduk sebesar 30,8%. Posisi tubuh anak betina menggantung lebih dominan disebabkan oleh pakan yang tersedia biasanya pada ranting-ranting yang berukuran kecil serta kondisi yang lentur, sehingga lebih memungkinkan dalam kondisi menggantung saat makan. Posisi tubuh menggantung lebih sering terlihat pada ruang tajuk bagian AI, AII, AIII, BI, CII, dan CIII (Gambar 21). 25,0
Persentase
20,0 15,0
Duduk Menggantung
10,0
Total 5,0 0,0 AI
AII
AIII
BI
BII
BIII
CI
CII
CIII
Ruang tajuk pohon
Gambar 21 Persentase kesukaan anak betina pada ruang tajuk pohon. Anak betina owa jawa menggunakan empat model arsitektur pohon saat aktivitas makan. Model arsitektur pohon tersebut adalah model attims, massart, rauh, dan scarrone. Dari empat model arsitektur tersebut lama aktivitas makan anak betina paling banyak dijumpai pada model arsitektur attims yaitu sebesar 49,9% sedangkan pada model arsitektur rauh sebesar 34,3%, scarrone sebesar 8,3%, dan massart sebesar 3,6% (Gambar 22). Model arsitektur attims mendominasi dari arsitektur lainnya dikarenakan pada model arsitektur pohon ini terdapat pohon sumber pakan yang menjadi
36
preferensi bagi anak betina yaitu pohon ki dage. Selain itu, jumlah pohon pada model attims lebih banyak dibandingkan dengan model arsitektur lainnya yaitu sebanyak dua belas jenis. Jenis-jenis pohon tersebur yaitu hamerang, ki sereh, ki dage, renyung, pasang, puspa, burunungul, ficus pohon, ki laban, bayur, bihbir, dan ki hujan.
50,0 Persentase
40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Attims
Massart
Rauh
Scarrone
Model arsitektur
Gambar 22 Persentase lama makan anak betina pada tajuk menurut model arsitektur pohon. Anak Jantan Anak jantan owa jawa menggunakan 23 jenis pohon yang digunakan dalam aktivitas makan (Gambar 23). Dari 23 jenis pohon tersebut, pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebih besar jika dibandingkan dengan pohon yang hanya dijadikan sebagai pohon tempat makan yaitu 52,1% dan 47,9%. Pohon dominan yang dijadikan sebagai pohon sumber pakan adalah ki laban, F.punctata, dan ki dage. Persentase masing-masing pohon tersebut dari total aktivitas makan pada tajuk pohon adalah ki laban sebesar 23,7%, F.punctata sebesar 6,1%, dan ki dage sebesar 4,4%. Jenis-jenis pohon tersebut mendominasi dari total keseluruhan pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan dikarenakan pohon tersebut merupakan pohon penyedia buah. Hal ini dikarenakan buah merupakan pakan preferensi bagi owa jawa pada umumnya (Kappeler 1984). Selain itu, pada pohon tersebut cukup banyak menyediakan jumlah pakan (sedang berbuah) sehingga anak jantan lebih suka berlama-lama dalam pohon tersebut. Pohon yang dijadikan sebagai pohon tempat makan didominasi oleh ki haji, rasamala, dan pasang, dengan persentase berturut-turut 15,6%, 13,8%, dan 12,4%. Ketiga pohon ini mendominasi sebagai tempat makan karena pada pohon tersebut
37
banyak terdapat Ficus spp. yang merupakan penyedia buah bagi owa jawa. Pada pohon ki haji jenis ficus yang sering dimakan oleh anak jantan adalah ficus orange (Ficus sinuata). Ficus ini merupakan jenis pakan yang disukai anak jantan owa jawa.
Hal ini dikarenakan pada pohon ki haji tersebut ficus yang ada buahnya
cukup banyak dan siap untuk dikonsumsi. Sedangkan pada rasamala jenis ficus yang sering dimakan adalah Ficus punctata dan pada pohon puspa jenis pakan yang sering dimakan adalah jenis lolo, liana, dan epifit.
Bambu Rasamala Ki hiur Saninten Hamerung Saninten Ki mokla Poliatia Dawolong Jenis pohon
Kawoyang Ki terong Ki laban
Tempat Makan
Ficus Pohon
Pohon Pakan
Ipis Kulit Ki haji Pasang Puspa Kokosan Monyet ki dage Hamerang Kopi dengkung Burunungul Suren 0,0
10,0
20,0
30,0
Persentase
Gambar 23 Persentase pemanfaatan pohon pakan dan pohon tempat makan pada anak jantan. Pohon yang dijadikan sebagai sumber pakan dan sekaligus menjadi tempat makan yaitu puspa, ki haji, rasamala, dan pasang. Pohon puspa lebih banyak
38
dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan, sedangkan pohon ki haji, rasamala, dan pasang lebih banyak dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan. Hal ini dikarenakan pada pohon puspa anak jantan lebih banyak memakan bunga. Sedangkan pada jenis ki haji, rasamala dan puspa lebih banyak dijadikan sebagai tempat makan karena terdapat jenis tumbuhan yang menempel atau merambat pada jenis pohon tersebut merupakan salah satu pakan preferensi bagi anak jantan, salah satunya adalah Ficus sinuata. Individu anak jantan lebih sering menempati ruang tajuk bagian AII baik secara horizontal dan vertikal, yaitu sebesar 24,6% dari total pemanfaatan ruang tajuk pada pohon tempat makan. Hal ini disebabkan pakan yang tersedia di pohon itu berasal dari jenis tumbuhan pakan yang cenderung menempel pada batang. Jenis tumbuhan pakan yang sering dimanfaatkan pada ruang tajuk ini adalah F.sinuata serta bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah buah, sedangkan pohon yang dijadikan sebagai pohon tempat makan adalah ki haji (Dysoxylum parasiticum). Ruang tajuk yang sering dimanfaatkan oleh anak jantan pada pohon sumber pakan adalah CII yaitu sebesar 19,3% dari total pemanfaatan ruang tajuk. Pada bagian ruang tajuk ini anak jantan lebih sering terlihat pada pohon sumber pakan penghasil buah, yaitu pohon ki laban. Hal ini disebabkan oleh pakan yang tersedia pada pohon sumber pakan terdapat di ujung-ujung tajuk, sehingga anak jantan lebih sering terlihat pada ruang tajuk tersebut. Selain itu dapat disebabkan pula preferensi pakan anak jantan adalah pohon ki laban (Gambar 24).
(a)
(b)
Gambar 24 Preferensi ruang tajuk anak jantan saat makan. Ket: (a) Pohon tempat makan; (b) Pohon sumber pakan.
39
Anak jantan owa jawa pada umumnya menempati semua ruang tajuk dalam aktivitas makan. Akan tetapi, terdapat ruang tajuk tertentu yang menjadi preferensi saat melakukan aktivitas makan. Hal ini dapat disebabkan adanya ketersediaan pakan dalam ruang tersebut. Ruang tajuk yang paling disukai anak jantan adalah ruang tajuk bagian AII, sedangkan ruang tajuk yang jarang dimanfaatkan saat makan adalah ruang tajuk bagian CI (Gambar 25). Ruang tajuk bagian CI lebih jarang dimanfaatkan karena pada ruang tajuk ini ketersediaan pakan lebih sedikit. Anak jantan owa jawa lebih sering terlihat menggantung daripada duduk. Perbandingan persentase posisi menggantung dan posisi tubuh duduk yaitu persentase 58,4% dan 41,6%. Posisi tubuh saat menggantung lebih sering terlihat pada ruang tajuk AII, AIII, BIII, CII, dan CIII. Hal ini dikarenakan pada ruang tajuk ini banyak terdapat buah yang dikonsumsi serta kondisi cabang relatif lentur. Menurut Grand (1972) pada saat makan di ujung tajuk ukuran cabang yang relatif kecil Hylobatidae lebih banyak terlihat menggantung. 25,0
Persentase
20,0 15,0 Duduk Menggantung
10,0
Total 5,0 0,0 AI
AII
AIII
BI
BII
BIII
CI
CII
CIII
Ruang tajuk pohon
Gambar 25 Persentase kesukaan anak jantan pada ruang tajuk pohon. Individu anak jantan owa memanfaatkan empat model arsitektur pohon saat makan. Model arsitektur pohon tersebut meliputi attims, massart, rauh, dan scarrone. Persentase masing-masing arsitektur pohon yang digunakan tersebut adalah attims sebesar 79%, massart sebesar 1,4%, rauh sebesar 4,6%, dan scarrone sebesar 14,9% (Gambar 26).
40
Model arsitektur attims lebih banyak digunakan oleh anak jantan saat aktivitas makan. Hal ini dikarenakan pada model arsitektur attims terdapat jenis pohon preferensi pakan owa jawa yaitu ki dage. Selain itu, jumlah jenis pohon yang tergolong dalam arsitektur attims lebih banyak dibandingkan dengan model arsiterktur pohon lainnya. Jenis pohon yang digunakan untuk aktivitas makan tersebut adalah suren, burunungul, kopi dengkung, hamerang, ki dage, kokosan monyet, puspa, pasang, ki haji, ipis kulit, ki laban, ki terong, dan kawoyang.
80,0 70,0 Persentase
60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Attims
Massart
Rauh
Scarrone
Model arsitektur
Gambar 26 Persentase lama makan anak jantan pada tajuk menurut model arsitektur pohon. Remaja Betina Remaja betina owa jawa menggunakan 29 jenis pohon sebagai sumber pakan maupun sumber pakan (Gambar 27). Dari dua puluh sembilan jenis pohon tersebut, 15 jenis pohon dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan, sedangkan 14 jenis pohon dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan. Dalam pemanfaatan ruang tajuk, remaja betina lebih sering menggunakan pohon sebagai sumber pakan jika dibandingkan dengan penggunaan pohon sebagai pohon tempat makan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penggunaan pohon sebagai sumber pakan sebesar 50,8% dan pohon yang dijadikan sebagai pohon tempat makan sebesar 49,2%. Pohon dominan yang dimanfaatkan oleh remaja betina sebagai pohon sumber pakan adalah ki dage, ki sereh, dan hamerang. Persentase masing-masing dari pohon tersebut yaitu ki dage sebesar 26,13%, ki sereh sebesar 6,07%, dan
41
hamerang sebesar 5,13%. Pohon ki dage menjadi pohon sumber pakan lebih dominan dari pohon yang lainnya, karena merupakan pohon penghasil buah yang merupakan pohon pakan preferensi bagi remaja betina.
Suren Renyung Rasamala Pongrang Pasang Kopo Ki sampang Ki mokla Ki hujan Ki hiur Ki haruman
Jenis Pohon
Ki bayawak Burunungul Acer laurinum Ki dage
Tempat Makan
Ki sereh
Pohon Pakan
Hamerang Ki terong Hamirung Kilaban Kuray Ipis Kulit Ganitri Asam Kandis Jirak Ki haji Ki tenjo Tereup Beunying 0
5
10
15
20
25
30
Persentase
Gambar 27 Persentase pemanfaatan pohon pakan dan pohon tempat makan remaja betina. Pohon dominan yang dimanfaatkan oleh remaja betina sebagai pohon tempat makan adalah rasamala, ki mokla, dan ki haji. Persentase masing-masing dari pohon tersebut adalah rasamala sebesar 22,3%, ki mokla 6,1%, dan ki haji 4,4%. Ketiga pohon tersebut mendominasi sebagai tempat makan karena selain ukuran pohon yang tinggi juga merupakan pohon yang paling banyak terdapat jenis
42
tumbuhan pakan owa jawa. Jenis tumbuhan pakan yang paling sering terdapat pada pohon rasamala adalah lolo, ficus besar, pakis keras, liana, dan epifit. Dari 29 jenis pohon yang dimanfaatkan oleh remaja betina saat makan, terdapat lima jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan sekaligus pohon tempat makan. Jenis-jenis pohon tersebut adalah ki haji, tereup, ki terong, ki sereh, dan ki dage. Pohon tereup dan pohon ki haji lebih sering dijadikan sebagai pohon tempat makan daripada dijadikan sebagai pohon sumber pakan. Hal ini dikarenakan remaja betina owa jawa lebih banyak makan jenis tumbuhan pakan yang menempel atau merambat pada kedua pohon tersebut. Jenis tumbuhan pakan yang sering merambat pada kedua pohon tersebut adalah jenis liana. Sedangkan pohon ki dage, ki sereh, dan ki terong merupakan pohon yang lebih sering dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan daripada dimanfaatkan sebagai tempat makan. Hal ini dikarenakan dari ketiga pohon tersebut jarang dirambati atau dililiti oleh jenis tumbuhan pakan owa jawa. Individu remaja betina lebih sering menempati ruang tajuk pohon bagian AIII jika dilihat secara horizontal maupun vertikal pada pohon yang digunakan sebagai tempat makan. Individu remaja betina menempati bagian ruang tajuk pohon bagian AIII sebesar 20,6% dari total penggunaan seluruh ruang tajuk pada saat aktivitas makan. Pemilihan ruang tajuk pohon ini lebih sering terlihat pada pohon rasamala. Hal ini disebabkan oleh kondisi tajuk pohon yang tinggi dan lebar serta banyak terdapat jenis tumbuhan pakan yang berada pada pohon tersebut. Jenis tumbuhan pakan biasanya merambat pada batang utama, sehingga remaja betina owa jawa lebih sering terlihat pada ruang tajuk tersebut. Selain itu, terdapat jenis tumbuhan pakan yang merupakan preferensi bagi remaja betina owa jawa yaitu ficus besar (Ficus punctata). Remaja betina lebih sering menempati ruang tajuk bagian CIII jika dilihat dari horizontal maupun vertikal yaitu sebesar 14,7% dari total seluruh pemanfaatan ruang tajuk pada pohon sumber pakan. Pemilihan ruang tajuk pohon CIII lebih sering terlihat pada pohon ki dage. Hal ini disebabkan karena ki dage merupakan pohon sumber pakan penyedia buah yang merupakan preferensi pakan bagi owa jawa. Selain itu dapat disebabkan oleh posisi buah pada ruang tajuk pohon lebih banyak di ujung tajuk pohon (Gambar 28).
43
(a) (b) Gambar 28 Preferensi ruang tajuk remaja betina saat makan. Ket: (a) Pohon tempat makan; (b) Pohon sumber pakan. Individu remaja betina secara keseluruhan menempati seluruh bagian ruang tajuk pohon pada saat melakukan aktivitas makan. Namun dari seluruh bagian ruang tajuk yang ada, terdapat bagian ruang tajuk tertentu yang menjadi preferensi remaja betina pada saat makan. Hal ini disebabkan karena ketersediaan pakan pada ruang tajuk tersebut. Ketersediaan pakan pada bagian ruang tajuk pohon dapat mempengaruhi posisi tubuh remaja betina owa jawa saat melakukan aktivitas makan. Posisi tubuh betina owa jawa lebih sering terlihat menggantung daripada duduk dengan persentase masing-masing 58,8% dan 41,2%. Remaja betina owa jawa lebih sering terlihat menggantung pada ruang tajuk bagian AIII, BII, BIII, dan CIII. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan owa jawa yang cenderung menggantung dan kondisi cabang yang relatif lentur sehingga tidak memungkinkan untuk duduk. Sedangkan posisi duduk remaja betina cenderung menempati ruang tajuk pohon bagian AI, AII, BI, CI, dan CII. Pada bagian ruang tajuk ini ranting atau cabang pohon lebih kuat sehingga memungkinkan untuk posisi duduk (Gambar 29).
Persentase
25,0 20,0 15,0 Duduk
10,0
Menggantung
5,0
Total
0,0 AI
AII AIII
BI
BII
BIII
CI
CII
CIII
Ruang tajuk pohon
Gambar 29 Persentase kesukaan remaja betina pada ruang tajuk pohon.
44
Remaja betina memanfaatkan empat model arsitektur pohon saat melakukan aktivitas makan. Model arsitektur pohon yang digunakan adalah attims, massart, rauh, dan scarrone. Persentase penggunaan setiap arsitektur yaitu attims sebesar 64,9%, scarrone 22,4%, rauh 5,4%, dan massart 7,3% (Gambar 30). Model arsitektur attims mendominasi dari model arsitektur pohon lainnya. Hal ini dikarenakan pada model arsitektur pohon attims terdapat pohon sumber pakan yang menjadi preferensi bagi remaja betina yaitu ki dage. Selain itu, model arsitektur attims mencakup tiga belas jenis pohon yang digunakan untuk aktivitas makan remaja betina. Jenis-jenis pohon model arsitektur attims yang digunakan dalam aktivitas makan remaja betina adalah ki dage, beunying, ki tenjo, ki haji, ganitri, kuray, hamerang, ki sereh, huru kapas, burunungul, pasang, renyung, suren, jirak, ipis kulit, ki laban, ki terong, ki haruman, ki hujan, kopo, dan pongrang.
70,0 60,0
Persentase
50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Attims
Massart
Rauh
Scarrone
Model arsitektur
Gambar 30 Persentase lama makan remaja betina pada tajuk menurut model arsitektur pohon. Dewasa Jantan Individu dewasa jantan menggunakan 24 jenis pohon dalam aktivitas makan, baik sebagai pohon sumber pakan maupun sebagai tempat makan (Gambar 31). Dewasa jantan lebih banyak menggunakan pohon sebagai pohon tempat makan yaitu sebesar 45,3% dari pada sebagai pohon sumber pakan yaitu sebesar 54,7%.
45
Pohon dominan yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan adalah pohon rasamala, pasang, dan ki haji. Persentase dari masing-masing pohon tersebut berdasarkan aktivitas makan adalah rasamala sebesar 23,3%, pasang sebesar 15,3%, dan ki haji sebesar 14%. Ketiga pohon tersebut lebih sering digunakan karena terdapat beberapa jenis tumbuhan pakan owa jawa seperti ficus besar, lolo, liana, ficus orange (Ficus sinuata), dan epifit. Pohon dominan yang dimanfaatkan oleh remaja jantan sebagai pohon sumber pakan adalah pohon ki dage, ki laban, dan ki sereh. Persentase masingmasing pohon tersebut dari total pemanfaatan tajuk berdasarkan aktivitas makan adalah ki dage sebesar 16,85%, ki laban sebesar 9,65%, dan ki sereh sebesar 5,05%. Hal ini disebabkan keberadaan dari ketiga jenis pohon tersebut cukup banyak di wilayah jelajahnya dibandingkan dengan pohon sumber pakan yang lain.
Jenis Pohon
Saninten Rasamala Puspa Pasang Kokosan Monyet Ki ronyok Ki hiur Ki bayawak Jengkot Jaha Huru Bihbir Ki dage Ki laban Ki sereh Ki haji Hamirung Kopi Dengkung Ki sampang Burunungul Kuray Ki mokla Ipis Kulit Suren 0,00
Tempat makan Pohon pakan
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Persentase
Gambar 31 Persentase pemanfaatan pohon sumber pakan dan pohon tempat makan dewasa jantan.
46
Dari 24 jenis pohon yang dimanfaatkan oleh dewasa jantan saat makan, terdapat tiga jenis pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan sekaligus sebagai tempat makan. Jenis-jenis pohon tersebut adalah ki haji, burunungul, dan ki mokla. Ketiga pohon tersebut lebih sering dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan jika dibandingkan dengan pohon sebagai sumber pakan. Hal ini disebabkan oleh ketersedian pakan pada pohon tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan pakan yang berada pohon tersebut. Individu dewasa jantan owa jawa lebih sering menggunakan ruang tajuk bagian AIII jika dilihat secara horizontal maupun vertikal yaitu sebesar 20,8% pada pohon tempat makan. Individu dewasa jantan lebih sering berada pada ruang tajuk bagian AIII disebabkan oleh jenis tumbuhan pakan yang sering dikonsumsi oleh dewasa jantan lebih banyak merambat atau melilit pada batang utama. Pada ruang tajuk ini sering ditemui pada pohon rasamala, sedangkan jenis tumbuhan pakan yang sering dimakan oleh dewasa jantan adalah ficus besar, lolo, dan pakis keras (Gambar 32).
(a)
(b)
Gambar 32 Preferensi pemilihan ruang tajuk dewasa jantan saat makan. Ket: (a) Pohon tempat makan; (b) Pohon sumber pakan. Pada pemanfaatan pohon sebagai sumber pakan, individu dewasa jantan lebih sering terlihat pada ruang tajuk bagian CIII jika dilihat secara horizontal dan vertikal. Persentase pemilihan ruang tajuk CIII ini adalah 18,6% dari total seluruh pemilihan ruang tajuk. Seringnya dewasa jantan pada ruang tajuk bagian CIII ini disebabkan oleh pakan yang tersedia pada pohon sumber pakan terdapat di ujungujung tajuk, sehingga dewasa jantan lebih sering terlihat pada ruang tajuk
47
tersebut. Pada ruang tajuk bagian ini owa jawa sering terlihat pada pohon ki dage dan ki laban. Dewasa jantan pada umumnya menempati seluruh ruang tajuk pohon dalam aktivitas makannya. Namun, terdapat beberapa ruang tajuk tertentu yang menjadi preferensi dalam aktivitas makan. Seringnya dewasa jantan menempati bagian ruang tajuk disebabkan oleh ketersediaan pakan yang ada dalam ruang tersebut. Selain itu, seringnya dewasa jantan pada ruang tajuk tertentu disebabkan oleh banyaknya individu owa jawa dalam satu tajuk pohon. Apabila terdapat lebih dari satu individu owa jawa dalam satu tajuk pohon, owa jawa cenderung jarang berpindah dari ruang tajuk yang satu ke ruang tajuk yang lainnya. Hal ini dapat diduga adanya pembagian ruang dalam satu tajuk pohon saat aktivitas makan. Ketersediaan pakan dalam ruang tajuk pohon dapat mempengaruhi posisi tubuh dewasa jantan pada saat makan. Posisi tubuh dewasa jantan lebih sering terlihat menggantung daripada duduk saat makan yaitu dengan persentase 68% dan 32%. Dewasa jantan lebih sering terlihat menggantung pada ruang tajuk bagian AII, AIII, BIII, CI, CII, dan CIII (Gambar 33). 25,0
Persentase
20,0 15,0 Duduk 10,0
Menggantung Total
5,0 0,0 AI
AII
AIII
BI
BII
BIII
CI
CII
CIII
Ruang tajuk pohon
Gambar 33 Persentase kesukaan dewasa jantan pada ruang tajuk pohon pada saat aktivitas makan. Dewasa jantan owa jawa memanfaatkan empat model arsitektur pohon saat makan yaitu attims, massart, rauh, dan scarrone. Individu dewasa jantan lebih banyak melakukan aktivitas makan pada model arsitektur attims yaitu sebesar 67% sedangkan scarrone sebesar 22,3%, rauh sebesar 7,3%, dan massart sebesar 3,4% (Gambar 34).
48
Model arsitektur attims mendominasi dari model arsitektur pohon lainnya. Hal ini disebabkan pada model arsitektur attims terdapat jenis preferensi pohon sumber pakan bagi dewasa jantan yaitu pohon ki dage. Selain itu, model arsitektur attims mencakup empat belas jenis pohon yang digunakan untuk aktivitas makan remaja betina. Model arsitektur attims memiliki jumlah jenis pohon lebih banyak dibandingkan dengan model aritektur pohon lainnya, baik dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan maupun hanya dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan. Jenis-jenis pohon model arsitektur attims yang digunakan dalam aktivitas makan dewasa jantan adalah ki dage, suren, kuray, burunungul, kopi dengkung, ki haji, ki sereh, huru, jaha, jengkot, ki ronyok, kokosan monyet, pasang, puspa, ipis kulit, ki laban, dan bihbir.
70,00
Persentase
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Attims
Massart
Rauh
Scarrone
Model arsitektur
Gambar 34 Persentase lama makan dewasa jantan pada tajuk menurut model arsitektur pohon. Dewasa Betina Dewasa betina menggunakan delapan belas jenis pohon dalam aktivias makan, baik yang dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan maupun sebagai pohon tempat makan (Gambar 35). Dari delapan belas jenis pohon tersebut, terdapat delapan jenis pohon sumber pakan, tujuh jenis pohon tempat makan, serta terdapat tiga jenis pohon yang digunakan sebagai pohon sumber pakan sekaligus pohon tempat makan. Namun, dari seluruh pohon yang digunakan dewasa betina dalam aktivitas makan, penggunaan pohon sebagai sumber pakan lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan sebagai tempat makan yaitu sebesar 55,8% dan 44,2%.
49
Pohon dominan yang dimanfaatkan dewasa betina sebagai pohon sumber pakan adalah ki dage, hamirung, dan kecapi yaitu dengan persentase masingmasing sebesar 20,9%, 10,2%, dan 6,6%. Ketiga jenis pohon tersebut merupakan pohon yang dikonsumsi oleh owa jawa bagian buahnya, sehingga owa jawa lebih banyak makan pada pohon tersebut.
Rasamala Puspa Ki tenjo Ki sampang Ki hujan Ki hiur Burunungul
Jenis Pohon
Ki dage Hamirung
Tempat Makan
Kecapi
Pohon Pakan
Ki laban Ficus Pohon Hamerang Ki mokla Bayur Huru Amis Kulit Pasang
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
Persentase
Gambar 35 Persentase pemanfaatan pohon pakan dan tempat makan pada dewasa betina. Pohon dominan yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat makan oleh dewasa betina adalah ki hiur, ki hujan, dan rasamala. Persentase masing-masing pohon tersebut adalah ki hiur sebesar 14,4%, ki hujan 10,5%, dan rasamala 8,2%. Ketiga jenis pohon tersebut mendominasi dari seluruh pohon yang digunakan
50
sebagai tempat makan karena pada pohon ini banyak terdapat jenis tumbuhan pakan yang merupakan pakan preferensi bagi owa jawa dewasa betina. Jenis tumbuhan pakan tersebut adalah lolo, ficus besar, Ficus sp., liana, dan epifit. Dari delapan belas jenis pohon yang digunakan oleh dewasa betina saat makan terdapat tiga jenis pohon yang dijadikan sebagai pohon sumber pakan sekaligus pohon tempat makan. Jenis pohon tersebut adalah bayur, pasang, dan ki dage. Pohon ki dage dan bayur lebih banyak dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan. Hal ini disebabkan oleh sumber pakan yang tersedia pohon ini lebih banyak dibandingkankan dengan jenis tumbuhan pakan yang ada pada pohon tersebut. Sedangkan pohon pasang lebih sering dimanfaatkan sebagai tempat makan karena pada pohon pasang lebih banyak terdapat jenis tumbuhan pakan, seperti jenis liana, Ficus sp., dan ficus bulu. Individu dewasa lebih sering menggunakan ruang tajuk bagian BII jika dilihat secara horizontal dan vertikal pada pohon tempat makan. Persentase penggunaan ruang tajuk ini adalah sebesar 20,7% dari total penggunaan ruang tajuk pohon dalam aktivitas makan. Dewasa betina lebih sering terlihat pada ruang tajuk BII disebabkan jenis tumbuhan pakan yang tersedia pada pohon tempat makan. Jenis tumbuhan pakan yang sering berada pada pohon tempat makan ini biasanya mempunyai ranting-ranting yang lebar sehingga menyebar hampir separuh dari tajuk pohon. Jenis-jenis tumbuhan pakan yang biasa menempel pada pohon pakan adalah ficus orange, sedangkan jenis pohon tempat makan biasanya adalah ki haji dan ki mokla (Gambar 36).
(a)
(b)
Gambar 36 Preferensi ruang tajuk dewasa betina saat makan. Ket: (a) Pohon tempat makan; (b) Pohon sumber pakan.
51
Individu dewasa betina lebih sering menggunakan ruang tajuk bagian CII pada pohon sumber pakan dengan persentase 15,4% dari total seluruh penggunaan ruang tajuk pohon. Hal ini disebabkan oleh keberadaan pakan terletak di ujung tajuk, sehingga owa jawa dewasa betina cenderung berada pada ruang tajuk tersebut. Dewasa betina banyak menggunakan ruang tajuk BII pada pohon ki dage dan hamirung. Individu dewasa betina umumnya menggunakan seluruh ruang tajuk pohon pada saat aktivitas makan. Namun, terdapat beberapa ruang tajuk tertentu yang menjadi kesukaannya, karena banyaknya sumber pakan yang ada pada ruang tajuk tersebut. Ketersediaan pakan pada ruang tajuk pohon dapat mempengaruhi posisi tubuh saat makan. Posisi tubuh dewasa betina saat makan lebih sering terlihat menggantung daripada duduk, yaitu dengan persentase masing-masing adalah 61,5% dan 38,5%. Dewasa betina lebih sering terlihat menggantung pada ruang tajuk pohon bagian AI, AIII, BIII, CI, CII, dan CIII (Gambar 37). 25,0
Persentase
20,0 15,0 Duduk 10,0
Menggantung Total
5,0 0,0 AI
AII AIII
BI
BII BIII
CI
CII CIII
Ruang tajuk pohon
Gambar 37 Persentase kesukaan dewasa betina pada ruang tajuk pohon saat aktivitas makan. Individu dewasa betina menggunakan empat model arsitektur pohon dalam aktivitas makan, yaitu attims, massart, rauh, dan scarrone. Berdasarkan lama aktivitas makan individu dewasa betina paling banyak dijumpai pada model arsitektur attims yaitu sebesar 61,1% sedangkan yang lainnya adalah rauh sebesar 24,6%, scarrone sebesar 11,4%, dan massart sebesar 2,9% (Gambar 38).
52
Model arsitektur attims lebih dominan dari model arsitektur pohon lainnya, karena terdapat jenis pohon preferensi sumber pakan bagi dewasa betina yaitu pohon ki dage. Selain itu, model arsitektur attims mencakup delapan jenis pohon yang digunakan untuk aktivitas makan dewasa betina, lima diantaranya merupakan pohon sumber pakan. Model arsitektur attims memiliki jumlah jenis pohon lebih banyak dibandingkan dengan model aritektur pohon lainnya, baik dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan maupun sebagai tempat makan. Jenisjenis pohon model arsitektur attims yang digunakan dalam aktivitas makan dewasa betina adalah ki dage, pasang, amis kulit, huru, hamerang, burunungul, ki tenjo, puspa, bayur, ki laban, kecapi, dan ki hujan.
Persentase
80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Attims
Massart
Rauh
Scarrone
Model arsitektur
Gambar 38 Persentase lama makan dewasa betina pada tajuk pohon menurut arsitektur pohon. Owa Jawa Secara Keseluruhan Owa jawa menggunakan pohon sebanyak 48 jenis pohon, baik yang digunakan sebagai pohon sumber pakan maupun sebagai tempat makan. Jenis pohon yang sering dimanfaatkan sebagai pohon sumber pakan adalah ki dage dan ki laban. Kedua jenis ini menyediakan sumber pakan berupa buah serta jumlah pohon di dalam wilayah jelajahnya cukup banyak yaitu terdapat sebanyak 39 pohon. Sedangkan pohon yang sering digunakan sebagai tempat pakan adalah rasamala. Hal ini terjadi karena pada pohon rasamala banyak terdapat jenis-jenis tumbuhan pakan owa jawa, seperti lolo, ficus besar, liana, epifit, dan pakis keras. Dari 48 jenis pohon yang digunakan oleh owa jawa dalam aktivitas makan, terdapat 19 jenis pohon yang digunakan sebagai pohon sumber pakan sekaligus sebagai pohon tempat makan (Gambar 39). Namun, penggunaan pohon sebagai
53
tempat makan lebih besar jika dibandingkan dengan pohon sebagai sumber pakan yaitu dengan persentase sebesar 60,44% dan 39,56%. Keadaan ini disebabkan oleh banyaknya jenis tumbuhan pakan yang terdapat pada pohon-pohon tersebut.
Persentase
30,00 Pohon pakan 20,00
Tempat makan
10,00
Rasamala
Ki haji
Ki hiur
Puspa
Pasang
ki hujan
Ki mokla
Burunungul
Hamerung
Bayur
ki terong
Ki ronyok
Ki laban
Suren
Ki dage
Teureup
Kisereh
Kokosan Monyet
Huru
0,00
Jenis pohon
Gambar 39 Persentase jenis pohon yang digunakan oleh owa jawa sebagai pohon sumber pakan sekaligus pohon tempat makan. Jenis pohon yang lebih sering digunakan sebagai tempat makan adalah pohon rasamala. Pohon rasamala memiliki tajuk yang rapat serta tingginya mencapai 40 - 60 m (Dephut 2002). Dengan tajuk yang rapat dan tinggi owa jawa lebih sering berada pada pohon tersebut karena dapat berlindung dari gangguan dan serangan musuh (Kappeler 1981). Selain itu, pada pohon yang tinggi sering terdapat jenis-jenis tumbuhan merambat yang menyediakan buah, daun, dan bunga bagi satwa (Setia 2009). Owa jawa lebih sering menggunakan ruang tajuk bagian AIII jika dilihat secara horizontal dan vertikal yaitu sebesar 17,4% dari total penggunaan ruang tajuk pada pohon sumber pakan. Owa jawa sering memilih ruang tajuk bagian ini disebabkan oleh jenis tumbuhan pakan yang sering dikonsumsi oleh owa jawa lebih banyak merambat atau melilit pada batang utama, seperti ficus besar, lolo, pakis keras, liana, dan epifit. Ruang tajuk pohon sumber pakan yang sering digunakan oleh owa jawa adalah ruang tajuk bagian CII jika dilihat secara horizontal dan vertikal. Persentase penggunaan ruang tajuk bagian CII ini adalah sebesar 15,3% dari total seluruh penggunaan ruang tajuk pohon. Hal ini disebabkan oleh keberadaan pakan pada pohon pakan lebih banyak di ujung tajuk, sehingga owa jawa cenderung
54
berada pada ruang tajuk tersebut. Pemilihan ruang tajuk CII lebih sering terdapat pada pohon yang merupakan preferensi owa jawa penghasil buah seperti ki dage dan ki laban (Gambar 40).
(a) (b) Gambar 40 Preferensi ruang tajuk owa jawa saat makan. Ket: (a) Pohon tempat makan; (b) Pohon sumber pakan. Owa jawa menempati beberapa ruang tajuk dalam aktivitas makan. Akan tetapi, terdapat ruang tajuk tertentu yang menjadi preferensi saat melakukan aktivitas makan. Hal ini disebabkan oleh adanya ketersediaan pakan dalam ruang tersebut. Ruang tajuk yang paling sering owa jawa adalah AIII, BII, dan CII, sedangkan ruang tajuk pohon yang jarang ditempati adalah CI dan BI (Gambar
Persentase
41). 18,0 16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0
Duduk Menggantung Total
AI
AII AIII
BI
BII
BIII
CI
CII
CIII
Ruang tajuk pohon
Gambar 41 Persentase owa jawa dalam menggunakan tajuk pohon pada saat makan. Owa jawa lebih sering terlihat menggantung daripada duduk dalam penggunaan ruang tajuk pohon dengan persentase 62,7% dan 37,3%. Posisi tubuh
55
saat menggantung lebih sering terlihat pada ruang tajuk AI, AII, AIII, BIII, CI, CII, dan CIII. Hal ini dikarenakan pada ujung tajuk ini banyak terdapat buah yang dikonsumsi serta kondisi cabang relatif lentur namun kuat untuk digunakan menggantung (Setia 2009). Owa jawa menggunakan empat model arsitektur pohon dalam aktivitas makan yaitu attims, massart, rauh, dan scarrone. Pada saat makan owa jawa paling banyak dijumpai pada model arsitektur attims yaitu sebesar 70,4%, sedangkan yang lainnya adalah scarrone sebesar 17,3%, rauh sebesar 8,2%, dan massart sebesar 4,1% (Gambar 42). Model arsitektur attims mendominasi dari model arsitektur pohon lainnya, karena pada model arsitektur ini terdapat jenis pohon sumber pakan yang disukai owa jawa yaitu pohon ki dage. Selain itu, model arsitektur attims mencakup 31 jenis pohon yang digunakan untuk aktivitas makan owa jawa, sebelas diantaranya merupakan pohon sumber pakan. Jenis-jenis pohon model arsitektur attims yang digunakan dalam aktivitas makan owa jawa adalah ki dage, suren, beunying, amis kulit, ki tenjo, ganitri, kuray, ki haji, hamerang, kopi dengkung, huru kapas, burunungul, huru, jaha, jengkot, ki ronyok, kokosan monyet, pasang, puspa, renyung, bayur, bihbir,ipis kulit, jirak, kawoyang, ki laban, ki terong, ki hujan, dan ki laban.
Persentase
80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Attims
Massart
Rauh
Scarrone
Model arsitektur
Gambar 42 Persentase lama makan owa jawa pada tajuk pohon menurut arsitektur pohon.