24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Manajemen Proyek Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Manajemen proyek konstruksi adalah proses
penerapan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan dan
pengendalian) secara sistematis dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Pengaplikasian manajemen proyek pada kontraktor pelaksana adalah dengan cara mengelola dan mengorganisir berbagai aset, sumber daya manusia, waktu serta kualitas pekerjaan proyek, sehingga proyek menghasilkan kualitas pekerjaan yang maksimal, meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. Menurut Soeharto (1995), manajemen perencanaan hanya berperan 20% dan sisanya terdiri dari manajemen pelaksanaan. Kontraktor bertanggung jawab melakukan koordinasi dan menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi keuangan/dana, sumberdaya manusia/tenaga kerja ahli, material, peralatan dan menyusun metode kerja. Manajemen proyek meliputi langkah-langkah atau tahapan sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penyelesaian proyek. Pembahasan dikhususkan pada lingkup pelaksanaan dan pengawasan, yang tidak terlepas dari fungsi pengendalian (controlling) dan pengawasan (reporting).
5.1.1 Struktur Organisasi Formal (Kontraktual) Dalam organisasi ditetapkan pedoman dan petunjuk kegiatan, pembagian tugas, komunikasi, jalur pelaporan dan tanggung jawab masing-masing individu. Pihak-pihak yang terlibat di dalam suatu proyek memiliki tugas, tanggung jawab dan fungsinya masing-masing, disebut juga sebagai pelaku proyek. Hubungan antar pelaku proyek memiliki dasar hubungan formal atau kontraktual, artinya pihak-pihak yang terlibat memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai kontrak yang disetujui bersama. Kontrak berperan dalam pembatasan tanggung jawab, penentuan cakupan dan peranan penyelenggara proyek serta berkaitan dengan hak dan kewajiban antara pengguna dan penyedia jasa. Skema hubungan kerja antar
25
pelaku proyek pada Proyek Penataan Kawasan SCR dapat dilihat di Gambar 15.
Struktur organisasi menggunakan jasa konsultan manajemen konstruksi yang bertindak sebagai manajer konstruksi dan wakil dari pemilik (owner).
Owner Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau (DISPORA)
Manajemen Konstruksi PT. Riau Multi Cipta Dimensi
Konsultan Perencana CV. Persada Nusantara Keterangan Hubungan Kontrak Hubungan Fungsional
Kontraktor Pelaksana Nindya-TWW, JO. Sub kontraktor Supplier
Gambar 15. Struktur Organisasi Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
Pemilik proyek (owner) adalah pihak yang memiliki gagasan mengenai proyek yang diinginkan dan berperan sebagai pihak pemberi tugas yang memberikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada pemenang tender. Pada proyek penataan kawasan SCR, yang berperan sebagai owner adalah Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Riau, yaitu pejabat struktural instansi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan jasa, mengelola administrasi kontrak dan mengendalikan pekerjaan. Konsultan perencana berperan sebagai pihak yang menerjemahkan dan membuat gambaran yang jelas dari aspek-aspek teknis, arsitektur dan ekonomis mengenai proyek yang dicita-citakan oleh owner. Konsultan Perencana berperan dalam pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Begitu juga dalam pembuatan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) dari proyek tersebut. Konsultan perencana merupakan badan atau perseroan yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang-bidang terkait dengan sistem bangunan, dalam proyek ini adalah CV. Persada Nusantara. Jenis proyek, kompleksitas dan volume pekerjaan mempengaruhi pertimbangan akan pendekatan manajemen dalam suatu manajemen proyek. Pada
26
proyek berskala besar, biasanya pemilik proyek (owner) memberikan kepercayaan manajerial secara penuh pada manajemen konstruksi (MK). Pengawasan proyek dilakukan MK, mulai dari tahap pengembangan, perancangan, pelelangan, pelaksanaan, sampai pada tahap penyerahan proyek. Pada tahap pelaksanaan, MK berfungsi sebagai koordinator pengelola pelaksanaan melalui kegiatan pengendalian atau pengawasan. Keuntungan dari pengawasan langsung oleh MK adalah durasi dan biaya terkontrol dengan baik. Sistem manajemen proyek konstruksi menerapkan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control). Badan yang dipercaya sebagai Manajemen Konstruksi/MK pada proyek Penataan Kawasan SCR adalah PT. Riau Multi Cipta Dimensi. MK berwenang untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan dan memberikan konsultasi terkait teknis operasional kepada pihak kontraktor, agar didapatkan hasil kerja terbaik sesuai RKS, memberikan peringatan terhadap pihak pelaksana jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja, menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan, memeriksa gambar shop drawings, melakukan pengontrolan dalam pemesanan material maupun perlengkapan bangunan, serta melakukan perubahan melalui berita acara perubahan (site instruction). Kontraktor Pelaksana adalah pihak yang mendapat tugas dari pemilik proyek untuk melaksanakan proyek sesuai yang telah direncanakan konsultan perencana, sesuai dengan gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak. Kontraktor adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang pemborongan pembangunan suatu proyek sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dan jadwal yang telah ditentukan. Kontraktor yang memenangkan pelelangan umum pada proyek SCR adalah Nindya-TWW JO, yaitu gabungan dari dua perusahaan penyedia jasa konstruksi PT Nindya Karya dengan PT. Tuju Wali Wali (TWW). JO atau Joint Operation adalah kerjasama operasi dua badan atau lebih yang sifatnya sementara hanya untuk melaksanakan suatu proyek tertentu sampai proyek tersebut selesai dikerjakan, tanpa pihak-pihak membentuk suatu badan hukum baru/tersendiri sebagai badan yang mempunyai usaha tertentu. Kerja sama operasi ini tertuang pada dokumen kontrak dimana kedua belah pihak bersepakat untuk
27
menyelesaikan pekerjaan proyek penataan kawasan SCR dalam waktu tertentu,
sesuai dengan kegiatan bersama dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama. Joint Operation merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir faktor resiko dengan membentuk ikatan kerja sama finansial, dimana dua atau lebih perusahaan kontraktor berkomitmen pada pembagian untung atau rugi, sesuai dengan presentase yang telah disepakati. Surat perjanjian kemitraan Kerja Sama Operasi (KSO) atau Joint Operation Agreement disebutkan bahwa PT. Nindya Karya sebagai perusahaan utama (leading firm). Keikutsertaan modal (sharing) pada setiap perusahaan memiliki persentase yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 2. Adapun stakeholder yang berada di bawah tanggung jawab kontraktor adalah supplier pohon dan sub kontraktor rumput. Supplier atau pemasok material pohon bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pohon baik jenis maupun jumlah sesuai dengan dokumen kontrak yang telah disepakati, sedangkan sub kontraktor rumput memiliki kewajiban untuk bekerja memenuhi kebutuhan rumput pada lanskap kawasan SCR sesuai dengan dokumen kontrak. Secara umum hubungan kerja antar pelaku proyek Penataan Kawasan SCR dapat dikatakan baik, namun kehadiran suatu konflik adalah sesuatu yang wajar. Beberapa penyebab konflik yang umum terjadi adalah masalah komunikasi, seperti perbedaan persepsi individual yang berhubungan dengan hasil akhir, kriteria dan prioritas, otoritas tugas dan keputusan. Hubungan kerja antara pengawas/MK dan kontraktor pelaksana dapat dikatakan kuat dikarenakan kantor direksi yang berada di dalam satu lokasi. MK sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, hendaknya memberikan pengawasan yang netral dan objektif sehingga tercapai praktik manajerial profesional dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi kepada owner. Dalam beberapa kasus MK dapat dikatakan kurang netral dalam menjalankan tugasnya, misalnya pada pemesanan material walaupun MK berwenang dalam memberikan usulan terkait operasional pelaksanaan, namun bukan berarti MK berhak menentukan siapa pemasok/sub kontraktor yang akan ditunjuk untuk bekerja sama dengan pihak kontraktor. Pada kasus pekerjaan softscape, MK merekomendasikan supplier tanaman, padahal pihak kontraktor lebih berkenan jika penanaman dilakukan oleh sub kontraktor untuk mengecilkan kompleksitas proyek dan mentransfer risiko agar hasil
28 pekerjaan menjadi lebih terjamin. Kontraktor kurang tegas dan terpaksa menerima
supplier yang telah ditunjuk MK, padahal dari segi kualitas dan harga kurang kompeten. Kasus serupa terjadi kembali pada pekerjaan rumput, dimana owner merekomendasikan sub kontraktor rumput, padahal pekerjaan penanaman rumput dapat diswakelola oleh kontraktor. Hendaknya kontraktor dapat menunjuk sendiri sub kontraktor/supplier yang akan dijadikan partner kerjanya sehingga diharapkan terjadinya kerjasama dan koordinasi yang lebih baik.
5.1.2 Struktur Organisasi Pelaksana Adanya kerja sama operasi melahirkan suatu susunan kemitraan jangka pendek dengan klasifikasi pekerjaan masing-masing, dapat dilihat pada bagan struktur organisasi (Gambar 16). Posisi penulis dalam kegiatan magang berada pada divisi engineering sebagai drafter dan merangkap sebagai landscape assistant supervisor. Fokus penulis yaitu menangani pekerjaan softscape. Project Manager (PM)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Project Engineering
Site Manager
Finance & HRD
Logistic & Equipment
Cost Control Quality Surveyor (QS) & Quality Control (QC)
Engineering
Document Administrator & Public Relation
Surveyor
Finance
Supervisor
Accounting & Tax
Mekanikal- Elektrikal
Cashier
Sipil Lanskap
Security, Office Boy, Driver
Keterangan: Posisi Mahasiswa Magang
Gambar 16. Struktur Organisasi Pelaksana Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
29
Struktur organisasi adalah diagram yang menunjukkan fungsi-fungsi
departemen atau posisi dalam organisasi dan bagaimana mereka saling berhubungan. Pada struktur organisasi proyek terlihat adanya pembagian pekerjaan, hirarki dan tipe-tipe pekerjaan yang harus dilaksanakan, antara lain: 1. Project Manager (PM) atau kepala proyek Project Manager (PM) adalah wakil dari kontraktor yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan proyek, pembuat kebijakan mengenai ketentuan dan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan proyek. 2. Site Manager (SM) Site Manager (SM) atau bisa juga disebut Construction Manager, bertanggung jawab dalam: (1) mengkoordinasikan, merencanakan dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan di lapangan serta menyusun laporan kemajuan proyek, (2) membuat metode kerja dan jadwal pelaksanaan, serta (3) mengendalikan sumber daya baik bahan/material, pemakaian alat, maupun upah dan tenaga kerja. Pada proyek ini, Site Manager (SM) membawahi lima orang supervisor dan surveyor. Supervisor terdiri dari tiga orang pengawas sipil, satu orang pengawas pekerjaan lanskap dan satu orang pengawas Mekanikal-Elektrikal (ME). Ketiga pengawas sipil memiliki spesifikasi berbeda, dimana ada yang bertanggung jawab atas pekerjaan saluran, pekerjaan pagar dan pekerjaan area parkir. Peranan dari supervisor dan surveyor, yaitu: a Supervisor atau pelaksana lapang Supervisor bertanggung jawab dalam: (1) manajemen tenaga kerja di lapang, seperti menyiapkan tenaga kerja, mengkoordinasikan para mandor dan mengatur jadwal tenaga kerja sehari-hari, (2) mampu memahami gambar kerja rencana, (3) melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan dan spesifikasi teknis, (4) membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan di lapangan. b Surveyor Bertugas mengadakan pengukuran, pengolahan data survey dan ahli mengoperasikan alat pengukuran. 3. Divisi Teknik Berkaitan dengan masalah teknis. Dalam divisi ini terdapat:
30
a. Cost Control
Bertugas mengendalikan aliran dana dengan progress di lapangan dan menjaga agar biaya akhir proyek agar selalu terkendali. b. Quality Control (QC) & Quantity Surveyor (QS) QC bertugas menjamin mutu pekerjaan berdasarkan penggunaan waktu, mutu dan biaya yang disyaratkan, melalui pengendalian terhadap tenaga kerja, perawatan peralatan, pemeriksaan terhadap bahan/material yang digunakan. Adapun QS adalah ahli dalam perhitungan volume pekerjaan dan analisa satuan, bertugas dalam memperkirakan kebutuhan kuantitas material dan pengendalian biaya. c. Drafter Bertugas dalam pembuatan gambar teknik, seperti revisi gambar rencana, gambar kerja (shop drawings) dan lainnya. d. Engineer Adalah ahli dalam teknologi pelaksanaan pekerjaan, perencanaan teknik, perhitungan dan pelaporan progress/realisasi pekerjaan di lapang. e. Logistik Bertanggung jawab dalam pembelian peralatan/bahan material serta pengelolaannya di gudang, melakukan survey mengenai sumber dan harga material, membuat jadwal dan laporan managerial tentang penggunaan material dan peralatan proyek. f. Administratif Manager Bertanggung jawab atas segala hal yang menyangkut urusan administrasi kontraktor, juga bertugas untuk mengkoordinir akuntansi dan logistik. 4. Divisi Personalia dan Keuangan Personalia berkaitan dengan masalah administrasi umum dan undang-undang keamanan sosial, sedangkan keuangan berhubungan dengan akuntansi, audit, pembiayaan dan pelaporan pajak, ketepatan waktu pembayaran gaji, serta mengurusi konsekuensi yang timbul dari pendapatan pajak. 5. Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tujuan K3 adalah menyediakan lingkungan pekerjaan serta fasilitas yang sehat, aman melalui pengawasan terhadap 4M (Gambar 17).
31 Manusia Mesin Material Metode
Pengawasan 4M
Lingkungan kerja yang aman
Tidak ada kecelakaan Tidak ada kerusakan/ kerugian
Gambar 17. Bagan Kerja Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
Organisasi proyek memiliki arti unik dan dinamis. Dikatakan unik, karena dalam menghasilkan suatu produk, rangkaian kegiatan proyek hanya berlangsung satu kali, dan di waktu berikutnya pekerjaan akan dilakukan di lokasi baru, dengan pola baru, dan di bawah kendali organisasi proyek yang baru pula. Kedinamisan organisasi proyek terjadi karena hampir tidak pernah ada suatu organisasi yang bersifat tetap. Sering terjadi perubahan anggota dan komposisi organisasi dari awal proyek berlangsung. Perusahaan kontraktor Nindya Karya memiliki banyak kantor cabang sehingga sering terjadi perputaran sumber daya manusia dari satu proyek ke proyek lainnya, sedangkan perubahan anggota tim dalam suatu organisasi akan berdampak pada perubahan psikologis tim dan budaya kerja. Namun sebagai satu tim kerja, semua dari hirarki tertinggi sampai terendah saling bekerja sama menciptakan konduktivitas kerja yang positif. Struktur organisasi dikatakan cukup baik karena memenuhi prinsip- prinsip penting dalam penyusunan organisasi di lapangan, yaitu jalur instruksi yang langsung dan efektif, masing-masing staf memiliki uraian pekerjaan secara jelas, serta masing-masing individu berwenang mengambil keputusan sesuai dengan jabatannya. Manajemen yang baik tercapai bila adanya kerjasama yang baik. Keterkaitan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya membutuhkan koordinasi, seperti pekerjaan penanaman softscape dan ME. Kurangnya koordinasi antar penanggungjawab dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan.
5.1.3 Pengelolaan Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (SCR) Tidak pernah dijumpai suatu proyek yang semua kegiatannya berjalan sesuai perencanaan dasar, terutama pada proyek besar dan kompleks. Namun dengan adanya siklus perencanaan dan pengendalian yang terus menerus maka penyimpangan yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin. Dalam pengelolaan proyek, fungsi perencanaan dan pengendalian tidak dapat dipisahkan.
32
5.1.3.1 Fungsi Perencanaan Perencanaan operasional proyek Penataan Kawasan SCR, mencakup: perencanaan organisasi lapangan, perencanaan jadwal waktu pelaksanaan, perencanaan tenaga kerja, serta perencanaan peralatan dan material. Unsur-unsur tersebut penting dalam perencanaan terkait proses pelaksanaan di lapang. 1.
Jadwal Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-
langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Metode yang digunakan dalam menyusun jadwal proyek Penataan Kawasan SCR adalah analisis jaringan kerja (network) yang digambarkan dalam suatu grafik hubungan urutan pekerjaan. Penjadwalan proyek penting dilakukan karena dapat membantu penggunaan tenaga kerja, uang, dan material dengan mengidentifikasi jalur kritis seefektif mungkin. Visualisasi dari kurva S menggambarkan perbandingan antara kurva S rencana dengan realisasi tertera pada Gambar 18. Setiap minggu diadakan pemeriksaan progress oleh engineer untuk memantau sejauh mana progress maupun deviasinya. Deviasi adalah adanya perbedaan antara waktu rencana dengan waktu aktual, dinyatakan dalam persen. Besar persentase keterlambatan bersifat fluktuatif setiap satuan waktu. Jadwal pelaksanaan dapat bersifat fleksibel karena pekerjaan yang satu terkait dengan pelaksanaan pekerjaan lain, menyebabkan adanya keterlambatan suatu pekerjaan dapat menghambat pekerjaan lain. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan softscape dilakukan atas dasar kebijakan PM sebagai upaya untuk mengejar deviasi keterlambatan pada bulan ke 3-5. Pekerjaan softscape seharusnya dilakukan pada akhir proyek yaitu bulan ke 14-18, tetapi pada realisasinya pelaksanaan pekerjaan ini dimajukan menjadi bulan ke 6-9, terlihat kurva realisasi meningkat tajam. Namun, percepatan pekerjaan lanskap pada bulan ke 6-9 tidak diiringi dengan percepatan pekerjaan ME, padahal terdapat keterkaitan antar kedua pekerjaan tersebut. Pelaksanaan pekerjaan softscape telah dimulai sejak pertengahan April, sedangkan pekerjaan ME baru dilaksanakan pada bulan Agustus. Hal ini menyebabkan 3 polybag Palem Putri dibongkar ulang karena terkena pekerjaan pondasi ME. Ketidakselarasan antara pekerjaan ME dan pekerjaan lanskap juga mengganggu pekerjaan penanaman rumput.
33 JADWAL WAKTU PELAKSANAAN (KURVA-S) PEKERJAAN PENATAAN KAWASAN SPORT CENTER RUMBAI (MULTIYEARS), PEKANBARU, RIAU.
Gambar 18. Jadwal Perencanaan dan Realisasi Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011) Keterangan: Kurva Rencana (Januari 2011-Juni 2012) Kurva Realisasi (Januari 2011-Agustus 2011)
Adapun Tabel 4 adalah time table process khususnya pelaksanaan pekerjaan Pagar, Parkir dan Softscape yang penulis bahas pada skripsi ini.
34
Tabel 4. Time Table Process Pelaksanaan Pekerjaan Pagar, Parkir dan Softscape
Pekerjaan April
Mei
Bulan Juni
Juli
Agustus
1. Pekerjaan Pagar - Pekerjaan Pendahuluan - Pekerjaan Pondasi - Pekerjaan Struktur - Pekerjaan Dinding - Pengecatan 2.a. Pekerjaan Parkir Selatan - Pekerjaan pendahuluan - Pekerjaan Tanah - Pemasangan Paving block - Finishing b. Pekerjaan Paving Utara - Pekerjaan pendahuluan - Pekerjaan Tanah - Pemasangan Paving block - Finishing 3.a. Pekerjaan Softscape Selatan - Pekerjaan Tanah & Penggalian - Pekerjaan Penanaman Pohon - Pekerjaan Penanaman Rumput - Finishing b. Pekerjaan Softscape Utara - Pekerjaan Tanah & Penggalian - Pekerjaan Penanaman Pohon - Pekerjaan Penanaman Rumput - Finishing
Adapun keterlambatan pekerjaan softscape berhubungan dengan keterlambatan fabrikasi kansteen. Penanaman tanaman dan rumput dilakukan pada pulau jalan (traffic island) memerlukan kansteen yang sudah terpasang, agar dapat ditimbun oleh top soil setinggi 20 cm sebagai media rumput. Jika tidak, maka hasil pekerjaan penanaman rumput akan kurang memuaskan, seperti tinggi permukaan top soil kurang merata. Solusi yang bisa ditawarkan adalah mengganti kansteen sementara dengan bekisting sehingga pekerjaan penimbunan top soil dan penanaman rumput menjadi lebih rapi. Kesimpulannya, pada awal pelaksanaan proyek
(Desember-Mei)
terdapat
deviasi
keterlambatan
yang
cukup
mengkhawatirkan yaitu sebesar -10.05 %, namun kontraktor mengupayakan perbaikan sehingga pada Juni-Agustus 2011 persentase deviasi berkurang menjadi -5.94%. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sistem informasi sudah cukup baik, sehingga tindakan koreksi yang diambil tepat dalam menyelesaikan masalah.
35
2.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja inti dimobilisasi dari Jakarta, Medan dan Makassar, sedangkan tenaga kerja harian diambil dari penduduk lokal. Berdasarkan jenis kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu pekerja harian dan pekerja borongan. Berdasarkan sistem pembayarannya, pembayaran tenaga kerja harian berdasarkan jam kerja normal yaitu 8 jam per hari, sedangkan untuk pekerja borongan akan dibayar penuh setelah item pekerjaan selesai seluruhnya. Tenaga kerja seringkali tidak mudah didapat, mahal, dan menimbulkan banyak persoalan, sehingga diperlukan perencanaan yang cermat mulai dari perkiraaan jumlah total tenaga kerja, jenis dan sebagainya. Pemilihan tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap keefektifan penggunaan waktu dan biaya. Pekerja yang sudah terampil dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan memuaskan daripada pekerja yang belum berpengalaman. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan berimplikasi secara langsung terhadap pengeluaran biaya. Semakin cepat pekerjaan selesai, maka pembayaran tenaga kerja harian dan penyewaan alat akan semakin rendah, dan sebaliknya. Kebijakan daerah dapat mempengaruhi keefisienan penggunaan sumberdaya. Pada tahun 2011 UMP (Upah Minimum Provinsi) Riau berkisar sekitar Rp. 1.238.000,00. berdampak terhadap tingginya upah para pekerja lokal. Pada beberapa kasus, kontraktor cenderung lebih memilih jika pekerja harian didatangkan dari Sukabumi, Cianjur dan sekitarnya, karena bersedia dibayar Rp. 50.000,00 per hari tanpa termasuk uang makan. Berbeda dengan pekerja lokal yang tidak bersedia dibayar dengan upah sama. Jika diakumulasi, mendatangkan pekerja dari luar daerah, lebih dapat menekan anggaran proyek, walaupun biaya transportasi dan biaya akomodasi ditanggung oleh kontraktor. Kurangnya tenaga kerja baik dari segi jumlah maupun kualitas merupakan masalah dalam tenaga kerja. Rendahnya jam kerja efektif pekerja taman disebabkan oleh panasnya suhu udara, pekerja cepat lelah sehingga lebih sering beristirahat, serta upah yang kurang memadai (Rp 50.000,00 per hari tanpa termasuk biaya makan) dapat menurunkan gairah kerja dan berdampak pada keterlambatan pekerjaan. Untuk menyiasatinya, diperlukan alokasi biaya tambahan sebagai insentif bagi pekerja yang giat. Keberadaan suatu proyek tidak dapat dipisahkan dari peran masyarakat setempat, namun kadang kala pekerja
36
lokal memiliki kisaran upah yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan
produktifitas kerja yang baik sehingga sering memicu ketegangan bekerja. Misalnya, di sekitar lokasi proyek SCR, terdapat preman setempat yang sering berlaku meresahkan apabila tidak diikutsertakan dalam bongkar muat material. Sebaiknya kehadiran mereka dijadikan sebagai bahan pertimbangan, misalnya diikutsertakan dalam tenaga keamanan, dan sebagainya agar tidak menimbulkan kerugian finansial bagi kontraktor. 3.
Kebutuhan Material dan Peralatan Berbagai alat berat dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan penataan Kawasan SCR tertera pada gambar 19. (a) Excavator
(b) Buildozer
(c) Vibro roller
(e) Concrete mixer
(f) Concrete pump truck
(h) Pick up
(i) Mesin pencetak paving
(d) Motor grader
(g) Dump truck
(j) Genset
(k) Bar bender/cutter
(l) Concrete vibrator
Gambar 19. Alat Berat dan Mesin yang Digunakan pada Proyek Sport Center Rumbai
37
Secara umum, berbagai material yang diperlukan dalam pekerjaan
konstruksi proyek penataan Kawasan SCR tertera pada Gambar 20. Kebutuhan bahan dikendalikan oleh bagian logistik dan disesuaikan dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan dengan mengikuti jadwal dan spesifikasi teknik.
(a) Agregat kasar
(b) Sirtu (c) Agregat halus
(d) Kayu perancah
(e) Kabel Mekanikal-Elektrikal (f) Besi
(g) Semen
(h) Kayu bekisting (i) Bata
Gambar 20. Material yang Digunakan pada Proyek Sport Center Rumbai
Pemilihan peralatan baik dari segi jenis, kapasitas, maupun jumlahnya disesuaikan dengan kondisi lapangan agar sasaran pelaksanaan pekerjaan tercapai, yaitu tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu. Alat-alat berat didatangkan dari Pekanbaru, Medan dan sekitarnya. Perencanaan material dan peralatan berkaitan erat dengan ketepatan jadwal waktu penyerahan di lokasi proyek dan diusahakan tidak terlalu awal maupun terlambat. Misalnya, untuk peralatan yang pengadaannya memerlukan waktu lama, seperti mesin paving block dan generator listrik perlu dianalisis kurun waktu fabrikasi dan transportasinya. Peralatan mekanik seperti excavator, loader, crane truck, dan sebagainya di samping jadwal tersedianya peralatan di lokasi hendaknya juga dipertimbangkan keputusan
38
apakah lebih baik menyewa atau membeli, karena faktor ini cukup besar
pengaruhnya terhadap aliran kas dan biaya konstruksi secara keseluruhan. Untuk lebih terperinci, langkah-langkah berikut merupakan tahapan pengadaan material softscape (pohon): a Approval Material Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor akan mengajukan approval material yang telah disesuaikan dengan spesifikasi teknis yang diminta Konsultan Perencana kepada Konsultan Pengawas, b Pembuatan Shop Drawing dan ijin pelaksanaan pekerjaan di lapangan (IPP). c Pembelian Material (Purchasing) Sebelum proses pembelian material dilaksanakan terlebih dahulu harus melalui proses pengajuan permintaan material yang diajukan pelaksana dan disetujui owner. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengajuan permintaan material, yaitu; - volume material harus sesuai dengan shop drawing yang disetujui MK, - spesifikasi teknis material harus sesuai dengan approval material yang sudah disetujui oleh MK, - waktu kebutuhan dari material harus disesuaikan dengan schedule pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Langkah selanjutnya adalah survai ke lokasi penyedia material. Kegiatan survai menghasilkan beberapa calon mitra kerja. Pemilihan mitra kerja tersebut berdasarkan penawaran harga yang terendah, lokasi karena berhubungan dengan pengangkutan material, serta mutu/kualitas material. Kemudian dilakukan negosiasi harga, waktu pengiriman, cara pembayaran dan syarat lainnya. Hal-hal tersebut kemudian dilampirkan pada surat pemesanan dan dokumen kontrak. Penulis berperan dalam pembuatan dokumen kontrak dan berhubungan secara langsung dengan supplier dan sub kontraktor penyedia material tanaman dan rumput. Dokumen kontrak material pohon dan rumput tertera pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Pembuatan dokumen kontrak mengacu pada spesifikasi teknis yang tertera pada dokumen kontrak umum.
39
d Penyimpanan Material
Pada saat material yang dipesan sampai di lokasi proyek dilakukan pembuatan berita acara serah terima yang ditandatangani kedua belah pihak yaitu kontraktor dan penyedia barang (supplier/subkontrakor). Berita acara serah terima pohon tertera pada Lampiran 5. Selanjutnya diadakan seleksi material dengan mengacu pada spesifikasi yang telah disepakati dalam kontrak. Spesifikasi tersebut mencakup jenis pohon, ukuran atau dimensi material (tinggi pohon, dan diameter batang), kondisi fisik daun dan batang, dan sebagainya. Berdasarkan kontrak, pohon yang ditanam pada pekerjaan softscape proyek penataan kawasan SCR masing- masing memiliki ketentuan tinggi batang 2 meter, tidak termasuk cabang tajuk, tanaman bebas dari hama dan penyakit, serta memiliki sifat fisik daun, batang, dan cabang yang baik. Jika hal-hal tersebut telah terpenuhi maka material tersebut diijinkan masuk ke area penyimpanan yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempermudah dalam pendataan atau pemeriksaan kembali dan dicatat dalam buku stock material agar jumlah material tersebut dapat diketahui setiap saat. Untuk keperluan alat seperti cangkul, ember, gerobak, sprayer serta bahan seperti pupuk urea, pestisida dan lain-lain dilakukan pemesanan atau pengajuan permintaan kebutuhan alat dan bahan kepada divisi logistik. Adapun pembayaran pekerjaan sub kontraktor rumput dilakukan dengan cara opname lapang. Opname lapang atau mutual check merupakan pemeriksaan dan pengukuran oleh pelaksana atau supervisor landscape dan diketahui oleh Site Manager (SM) terhadap paket-paket pekerjaan lanskap yang dilaksanakan oleh sub kontraktor rumput. Pembayaran opname dilakukan berdasarkan kontrak harga satuan. Kontrak harga satuan adalah jenis kontrak kerja konstruksi untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan terhadap setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang kuantitas pekerjaannya masih bersifat sementara.
5.1.3.2 Fungsi Pengendalian Dalam pelaksanaan suatu perencanaan, tidak jarang ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan dalam mencapai target. Urgensi dari kegiatan
40
pengendalian adalah sebagai usaha berkelanjutan yang bertujuan untuk memeriksa sampai seberapa jauh hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilakukan pengkajian dan analisis atas permasalahan yang terjadi di lapang serta pengambilan tindakan koreksi. Berikut merupakan sistem pengelolaan proyek yang ditetapkan oleh Nindya-TWW JO. 1.
Sistem Informasi sebagai Pengendalian Proyek Kegiatan pengendalian dilakukan terhadap jadwal waktu pelaksanaan serta
jadwal penggunaan peralatan, material dan tenaga kerja. Jadwal yang telah tersusun dipantau realisasinya di lapang kemudian dilaporkan progresnya dalam bentuk Laporan Hasil Pekerjaan. Laporan dibuat oleh penyedia jasa serta diketahui, diperiksa oleh direksi teknis, dan disetujui oleh direksi pekerjaan. Laporan Hasil Pekerjaan terdiri dari: a. Laporan harian, memuat informasi secara kuantitatif untuk setiap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk memudahkan pemantauan dan tindakan antisipasi terhadap kendala yang muncul di lapang. Laporan harian berisi: - tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan - jenis dan kuantitas bahan di lapangan - jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan - jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan - cuaca/peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan b. Laporan mingguan, terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan yang dianggap perlu. c. Laporan bulanan, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan, tabulasi pengeluaran dan overlay jadwal yang direncanakan dengan realisasi pelaksanaan di lapang. d. Catatan atau kelengkapan laporan yang dianggap perlu, seperti lampiran foto- foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan. Selain berguna untuk memantau proyek, laporan berperan penting pada saat pemeriksaan dilakukan. Pada serah terima proyek terdapat audit/pemeriksaan data dan informasi hasil pekerjaan berdasarkan laporan dan cross-check terhadap pengukuran fisik di lapang, misalnya meter kubik pengerukan timbunan, berapa banyak gambar konstruksi yang telah diselesaikan dan sebagainya. Audit proyek
41
dapat mengindikasikan kemungkinan adanya penyimpangan terhadap prosedur yang diberlakukan, baik berasal dari pemerintah maupun internal perusahaan. 2.
Rapat Koordinasi Terdapat beberapa macam rapat koordinasi diantaranya: (1) pre
construction meeting atau biasa disebut kick off meeting merupakan rapat resmi pertama antara direksi pekerjaan (Dispora), direksi teknis (MK), penyedia jasa (kontraktor) dan perencana yang dilakukan sebagai tanda dimulainya proyek. Rapat ini bertujuan untuk menyamakan presepsi diantara semua pihak terkait hal- hal yang belum tertera dalam dokumen kontrak, antisipasi terhadap kendala yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta prosedur dan teknis pelaksanaan proyek; (2) site meeting (rapat lapangan) merupakan rapat formal internal yang rutin dilakukan dalam rangka koordinasi kegiatan pelaksanaan, melibatkan pihak kontraktor (PM, SM, Project Engineer, Engineer, Cost Control, QC & QS, Logistic, Supervisor) dan MK; (3) show cause meeting merupakan rapat yang dilakukan apabila kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai jangka waktu sesuai dokumen kontrak. Pada site meeting, kontraktor diminta mempresentasikan progress pekerjaan, kemudian dibahas apakah progress nyata di lapang sudah sesuai dengan target, jika belum sesuai project engineer mengecek berapa persen deviasi (selisih) antara target dan realisasi. Lalu diadakan diskusi bersama, apa kendala yang menyebabkan pekerjaan tersebut tidak tepat waktu dan bagaimana cara untuk mengejar keterlambatan tersebut, apa saja alternatif yang dapat memperbaiki keadaan. Perbaikan dapat dilakukan melalui penjadwalan ulang, penggantian metode kerja, penambahan tenaga kerja, pengadaan waktu lembur, atau pengadaan peralatan tambahan dan sebagainya. Jika terdapat perbedaan signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan dokumen kontrak maka pengguna jasa bersama penyedia jasa dapat melakukan Perubahan Kontrak (Contract Change Order/CCO) yang meliputi; a. menambah/mengurangi kuantitas pekerjaan pada kontrak, b. menambah/mengurangi jenis pekerjaan/mata pembayarannya,
42 c. mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lapangan. MK merupakan perpanjangan tangan dari owner (Dispora). MK diberikan kepercayaan manajerial secara penuh untuk menggantikan posisi Dispora di lokasi proyek sehingga pada saat site meeting keputusan MK merupakan mandat tertinggi. Rapat koordinasi penting dilakukan, karena perlunya komunikasi terbuka antar pihak yang berkepentingan sehingga hambatan pelaksanaan dapat dipantau dan diminimalisir. Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan, selama lebih dari empat bulan penulis menjalankan magang, didapatkan bahwa site meeting dilaksanakan secara insidental saja dan tidak teratur. Pada implementasinya dapat dikatakan koordinasi yang dilakukan oleh Nindya-TWW JO masih tergolong lemah dan perlu ditingkatkan. Hendaknya rapat koordinasi dilakukan secara rutin sekali dalam satu minggu dan kontinyu. 3.
Quality Control Pengendalian mutu dilakukan melalui pengendalian terhadap tenaga kerja,
perawatan peralatan, material yang digunakan melalui tes/uji coba yang dilakukan di lapangan dan laboratorium serta pemeriksaan terhadap metode pelaksanaan dengan mengacu pada prosedur yang telah teruji. Program mutu berisi informasi pengadaan, organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia jasa, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur instruksi kerja, pelaksanaan kerja. Program Mutu disusun oleh penyedia jasa dan disepakati oleh Pengguna Anggaran dan dapat direvisi sesuai kebutuhan. Gambar 21 merupakan gambaran kebijakan manajemen konstruksi yang diaplikasikan Nindya-TWW JO dalam proses pengendalian mutu. Seringkali penyedia jasa yang memenangkan pelelangan adalah yang menawarkan harga terendah, dengan kata lain mereka lebih banyak memangkas keuntungan yang akan mereka dapatkan dibandingkan dengan peserta lelang lainnya. Hal ini lantas tidak seharusnya membuat perusahaan kontraktor yang terpilih, mengurangi kualitas produk yang dihasilkannya. Biaya proyek adalah anggaran total yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah proyek, dimulai dari tahap persiapan, sampai dengan berakhirnya tahapan serah terima, termasuk masa retensi (garansi). Hal yang kurang disadari bahwa peningkatan kualitas akan
43
menurunkan biaya produksi, antara lain menurunkan resiko re-work, menghemat
waktu, meminimalisir bahan yang terbuang (scrap) dan biaya garansi, sehingga apabila diakumulasi akan berpengaruh terhadap biaya jangka panjang yang dikeluarkan perusahaan. Kesimpulannya, biaya total mungkin berada pada titik minimum di saat 100% barang atau jasa sempurna dan bebas dari cacat. Produk berkualitas rendah tidak hanya mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi, tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan bahkan tuntutan hukum. Selain itu ada banyak pihak yang terlibat, penanggung jawab, pimpinan proyek, pengawas, pekerja, pemasok, pemerintah dan masyarakat. Pada akhirnya, reputasi merupakan nafas dari keberlanjutan organisasi pelaksana, yaitu memenangkan pelanggan.
Pengadaan/ Procurement
Perencanaan/ Planning Pembiayaan Proyek Perencanaan mutu Time schedule Schedule peralatan Schedule tenaga kerja
Seleksi vendor/supplier Seleksi sub kontraktor Seleksi tenaga kerja
Penyerahan/ Hand Over Daftar perbaikan Pemeliharaan rutin Kepuasan pelanggan
Pelaksanaan/ Project Execution Penalaran/training - Schedule - Target mutu - Safety/K3 Pengendalian mutu - Assessment board - prosedur Pemantauan - Tingkat kantor cabang, wilayah, pusat - Tingkat proyek
Gambar 21. Proses Pengendalian Mutu oleh Nindya-TWW, JO. (Sumber: Nindya-TWW JO, 2011)
5.1.4 Area Kerja Proyek Sport Center Rumbai Tata ruang di lahan proyek dapat mempengaruhi keefisienan berjalannya aktivitas proyek karena berhubungan dengan sirkulasi sumberdaya, seperti peralatan, material, lalu lintas kendaraan dan sirkulasi pekerja. Gambar 22 merupakan area kerja proyek SCR.
44 Batas Kawasan SCR
Batas Proyek Penataan Kawasan SCR (Nindya-TWW, JO)
Jalan Kerja
Gambar 22. Area Kerja Proyek Sport Center Rumbai
(Sumber: Googleearth, 2011. Digitasi oleh Pertiwi, 2011) Keterangan: (1) Pos satpam, (2) Kantor kontraktor, (3) Mushola, (4) Kantor Manajemen Konstruksi (MK), (5) Fabrikasi besi (6) Bar bender/Bar cutter (7) Barak pekerja, (8) Gudang/Workshop, (9) Fabrikasi paving, (10) Stock pasir, (11) Stock batu bata, (12) Borrow pit/lokasi penimbunan.
Penjelasan mengenai bagian dari area kerja proyek SCR sebagai berikut: 1. Kantor Pelaksana/Kantor Direksi Direksi keet bertempatkan di lokasi proyek penataan kawasan SCR seperti yang tertera pada Gambar 23 berguna untuk memperpendek rantai komunikasi antara pengambil keputusan, pelaksana, mandor dan pekerja, sehingga proses pekerjaan dan kontrol dapat berjalan cepat.
b
a (a) Direksi Keet Nindya-TWW JO
(b) Papan informasi proyek
Gambar 23. Kantor Pelaksana Proyek Sport Center Rumbai
45 Proyek bersifat kompleks, menuntut fleksibilitas yang ekstrim, maka
pembangunan Direksi Keet dibuat di dalam lokasi proyek agar mempermudah monitoring dan mengendalikan berjalannya proyek. Kantor kontraktor ditempatkan berdampingan dengan kantor MK agar mempermudah koordinasi. 2. Pos Jaga Pagar pengaman proyek dibangun di sekeliling lokasi proyek (Gambar 24). Pos jaga/pos keamanan dibangun di pintu masuk proyek dan di area strategis dengan menempatkan tenaga-tenaga pengaman sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 24. Pagar Pengaman Lokasi Proyek Sport Center Rumbai
3. Jalan Kerja Untuk memperlancar pelaksanaan proyek diperlukan akses jalan yang baik, karena pelaksanaan pekerjaan tidak akan pernah terlepas dari mobilisasi sumberdaya baik material, bahan, ataupun alat yang diperlukan. Pengadaan jalan kerja dan perbaikan jalan kerja telah meningkatkan kinerja pelaksanaan proyek Penataan Kawasan SCR. Gambar 25.a merupakan jalan kerja yang telah diaspal, melingkari pusat kawasan SCR, sedangkan Gambar 25.b menunjukkan jalan kerja yang belum diaspal, namun cukup berfungsi baik. (a) Jalur utama jalan kerja
(b) Jalur sekunder jalan kerja
Gambar 25. Jalan Kerja di Lokasi Proyek Sport Center Rumbai
46
4. Gudang, Stok Material dan Peralatan Mekanik
Gudang adalah tempat penyimpanan material dan peralatan tertentu. Material yang ditempatkan di gudang, yaitu pupuk, semen, kabel listrik, cat dan sebagainya, sedangkan jenis peralatan, yaitu genset, sprayer, spot light untuk pekerjaan lembur malam. Penempatan stok material untuk keperluan fabrikasi pembesian dan bekisting disesuaikan dengan lokasi pekerjaan tersebut. Adapun alat-alat berat seperti excavator diparkirkan pada lokasi yang terpantau security. Pada saat pekerjaan dilaksanakan, peralatan tersebut dimobilisasi ke lokasi pekerjaan, namun peralatan sewaan seperti dump truck masuk ke lokasi proyek ketika dibutuhkan saja. Pada area gudang, terdapat bengkel kerja di mana peralatan yang mengalami kerusakan diperbaiki kembali. Penataan area kerja pada proyek penataan kawasan SCR sudah cukup efektif, karena baik dari segi penataan (lay out) jalan kerja dapat memudahkan aksesibilitas dan mobilisasi kendaraan baik kendaraan bermuatan besar (untuk bongkar-muat material) maupun kendaraan pribadi pekerja. Selain itu penempatan material terpakai, timbunan (quarry) maupun tempat pembuangan (disposal area) sudah tepat karena tidak menghambat pergerakan alat/kendaraan sehingga menunjang keefisienan kerja. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan dan kerapihan area proyek. Kondisi proyek yang bersih dan rapi dapat memberikan kenyamanan serta menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja. Toilet kantor direksi kurang terawat, serta sering terjadi mati air menyebabkan para pegawai muslim perlu pergi ke mesjid yang jauh letaknya untuk melaksanakan ibadah shalat. Selain itu kurangnya sumber tenaga listrik cadangan (genset) menyebabkan pemborosan jam kerja, terlebih hampir tiga kali dalam seminggu Kota Pekanbaru mengalami mati listrik. Diperlukan pembuatan sumber tenaga listrik cadangan dan peningkatan supply kebutuhan air bersih.
5.2
Pekerjaan Studio Pekerjaan studio merupakan bagian dari lingkup kerja divisi engineering.
dan berkaitan dengan penyesuaian gambar-gambar kerja sehingga siap diimplementasikan pada pelaksanaan pekerjaan di lapang. Terdapat tiga jenis gambar yang saling berkaitan, yaitu: (1) gambar rencana, (2) shop drawing dan (3) as-built drawing. Adapun jenis gambar yang wajib diproduksi kontraktor
47
adalah shop drawing dan as built drawing. Proses dan keterkaitan pekerjaan studio dengan pelaksanaan di lapang terdapat pada Gambar 26. Penulis hanya terlibat dalam pembuatan shop drawing dan as-built drawing pekerjaan softscape dan tidak terlibat dalam pembuatan shop drawing pekerjaan hardscape.
Gambar 26. Prosedur Pekerjaan Studio (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011)
5.2.1 Gambar Rencana Gambar rencana atau gambar kontrak adalah gambar yang diproduksi oleh konsultan perencana, yaitu CV Persada Nusantara yang telah mengacu pada BQ (Bill of Quantity) dan spesifikasi yang tertera pada dokumen kontrak. Gambar asli disimpan oleh direksi, sedangkan gambar-gambar detail pelaksanaan harus dibuat sendiri oleh kontraktor dan bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan di lapang. Gambar rencana dijadikan sebagai acuan pada proses pembuatan shop drawing. Kontraktor harus melakukan pengkajian ulang (review design), karena sering kali desain rencana tidak detail dalam hal dimensi dan spesifikasi material sehingga tidak dapat langsung diaplikasikan di lapang. Ada kalanya terjadi perbedaan menyangkut item atau volume pekerjaan antara gambar rencana, BQ dan RKS. Untuk itu shop drawing berperan dalam memperbaiki perbedaan tersebut, karena saat pembuatan shop drawing akan dihitung volume pekerjaan yang dilaksanakan.
5.2.2 Shop Drawing Shop drawing adalah gambar yang dibuat oleh kontraktor yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan di lapang. Shop drawing berperan sebagai media komunikasi antara perencanaan dan pelaksanaan, berisi tentang detail dari
48 pembuatan komponen konstruksi dan digunakan pada proses instalasi untuk
mempermudah proses pemasangan. Pembuatan shop drawing merupakan bagian penting dari proses konstruksi, karena; - shop drawing berperan sebagai acuan yang jelas dan detail bagi pelaksana di lapang agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan re-work, pembengkakan waktu dan biaya, - shop drawing dapat membantu kegiatan pengendalian pada kegiatan perhitungan terhadap kebutuhan jumlah/volume material, sehingga optimalnya ketepatan perhitungan biaya dan pembelian suatu material. Adapun shop drawing yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut; - adanya keyplan memuat posisi pekerjaan yang jelas, - menggunakan notasi gambar dan legenda yang jelas untuk jenis material, -
skala, elevasi dan dimensi yang akurat pada tiap item pekerjaan,
-
gambar sesuai dengan kondisi lapang dan dapat diaplikasikan di lapang.
Pembuatan shop drawing pekerjaan softscape yang dilakukan penulis, mencakup: revisi elemen softscape dari segi jumlah/bobot dan lay out penanaman, serta memberikan saran atas pemilihan jenis dan jumlah tanaman yang sesuai kondisi tapak SCR. Tahapan pembuatan shop drawing pekerjaan softscape, yaitu: 1. Memperlajari Dokumen Kontrak Pentingnya mempelajari dokumen kontrak sebagai acuan dalam perhitungan dan memahami analisis kebutuhan material. Dokumen kontrak mencakup: gambar rencana, RKS, BQ (Bill of Quantity) dan spesifikasinya. Peninjauan ulang atau review design terhadap gambar rencana (Gambar 27) dilakukan engineering bersama MK. Permasalahan yang ditemukan, yaitu terdapat ketidaksesuaian antara jumlah tanaman pada gambar rencana dengan jumlah tanaman di dokumen BQ. Di dalam gambar rencana, tanaman berjumlah 506 pohon, sedangkan dokumen BQ menunjukkan jumlah pohon yang harus ditanam adalah 948 pohon. Kesimpulannya, terdapat selisih sebanyak 442 tanaman yang harus ditambahkan. MK memberikan masukan-masukan dan pemecahan masalah berupa rekomendasi penambahan jumlah pohon pada gambar shop drawing agar sesuai dengan dokumen BQ yang dijadikan acuan. MK bersama engineering melakukan perhitungan-perhitungan teknis, analisis teknis, tinjauan metode kerja, dan
49 tinjauan penggunaan material, kemudian menyerahkannya kepada Dispora untuk
diperiksa kelayakannya. Penulis juga melakukan wawancara dengan pihak MK, hasilnya diketahui bahwa tidak ada penerapan konsep khusus dalam tata hijau kawasan SCR yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Karena itu penulis berinisiatif mengajukan pembuatan konsep penanaman pekerjaan softscape dan mendapat persetujuan MK. Perubahan yang terjadi tidak merubah nilai kontrak dan waktu pekerjaan, hanya saja yang berubah adalah jumlah/kuantitas material yang dipakai. Hasil perubahan tersebut oleh PM dan MK diwujudkan dalam bentuk justifikasi yang merupakan pembenaran secara teknis terhadap adanya perubahan yang terjadi. Justifikasi teknis tersebut dituangkan dalam CCO yang ditindak lanjuti dengan pembuatan amandemen kontrak. Analisis justifikasi teknis dan tinjauan material softscape dapat dilihat pada Tabel 5. 2. Penyesuaian Data Survai oleh Surveyor (Adjustement) Dalam pembuatan gambar kerja, engineering membutuhkan data-data terkini mengenai kondisi lapang yang didapatkan dari tim surveyor. Surveyor bertugas untuk melakukan peninjauan kondisi tapak, seperti pengukuran ulang terhadap topografi, luasan tapak, jarak antar batas tapak, dan sebagainya. Kemudian diadakan penyesuaian (adjustment) data survai, dengan gambar rencana. 3. Justifikasi Teknis Justifikasi teknis adalah kesepakatan tertulis yang dibuat oleh kontraktor, MK, dan owner mengenai perubahan spesifikasi material yang digunakan pada suatu pekerjaan. Pada justikfikasi teknis, terdapat tinjauan material softscape yang berisi tentang pertimbangan mengenai jenis material tanaman apa saja yang ditambahkan, maupun pengurangan jenis tanaman tertentu yang dinilai kurang tepat. Penulis berkontribusi dalam memberikan masukan terkait tanaman apa saja yang perlu dipilih dan tidak. Justifikasi teknis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu revisi atas kekeliruan jumlah pohon pada gambar rencana. Adapun tahap kedua dikarenakan permintaan owner yang menginginkan adanya penambahan pohon sebanyak 270 batang. a. Justifikasi Teknis Material Tanaman I Justifikasi teknis tahap I dilakukan karena terdapat perbedaan antara gambar
Gambar 27. Gambar Rencana Pekerjaan
51
rencana dengan dokumen BQ. Volume tanaman dari 506 pohon menjadi 948 pohon, sehingga dilakukan penambahan sebanyak 442 pohon agar sesuai dengan dokumen BQ. Dari hasil wawancara dengan MK didapat bahwa pada perancangan tata hijau Kawasan SCR, konsultan tidak menggunakan pertimbangan khusus dalam pemilihan jenis tanaman. Penulis menemukan beberapa penempatan tanaman-tanaman tertentu yang kurang sesuai baik secara fungsi maupun penggunaannya. Misalnya, terdapat beberapa pohon yang ditempatkan pada media tanam yang sempit padahal memiliki tipe pertumbuhan akar secara horizontal dan riskan terhadap struktur pagar dan saluran drainase. Sebaiknya sebelum membuat rencana penanaman, konsultan perlu memperhatikan hal-hal seperti sifat fisik (warna, tekstur, ukuran, tekstur, aroma, fungsi) dan mempertimbangkan sifat ekologis tanaman, seperti persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air, udara, perbanyakan, asosiasi antar tanaman dan pemeliharaan. Karena itu, justifikasi teknis yang diberikan kepada pihak MK berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tersebut. b. Justifikasi Teknis Material Tanaman II Dispora meminta diadakan penambahan pohon sebanyak 270 batang yang berfungsi sebagai pengarah jalan. Pohon pengarah jalan adalah pohon yang memiliki karakteristik pembentuk vertical plane dengan arsitektur batang ataupun tajuk yang berbentuk kolumnar, oval, menjurai dan ditanam secara koridor/memanjang. Penambahan volume pohon merupakan sumbangan dari Jamsostek, sehingga kembali diadakan justifikasi teknis. MK kemudian mengeluarkan Enginer’s Estimate yang berisi daftar tambahan tanaman berikut jumlah dan jenisnya. Penulis berperan dalam memberikan saran atas pemilihan jenis dan jumlah tanaman berdasarkan pertimbangan sifat fisik dan ekologisnya. Pertimbangan dalam pemilihan tanaman mencakup: tingkat ketoleranannya terhadap struktur pagar dan drainase, sifat pertumbuhan akar tanaman, fungsi tanaman secara arsitektur, sifat fisik dan nilai estetisnya. Adapun jumlah total dari perubahan Justifikasi Teknis I dan II apabila dijumlahkan: 948 + 270 menjadi 1218 polibag adalah jumlah keseluruhan tanaman yang ditanam pada pekerjaan softscape proyek Penataan Kawasan SCR. Hasil analisis justifikasi teknis I dan II tertera pada Tabel 5.
5. Analisis Justifikasi Teknis I dan II Material Softscape
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
ah
Kategori pohon sedang, tinggi mencapai 15 m. Daun majemuk dan menyirip, berjumlah ganjil serta berwarna hijau.
aja
Memiliki batang yang kokoh, tinggi mencapai 25-30 m. Daun berwarna hijau segar berbentuk menyirip. Pelepah yang rontok akan meninggalkan bekas lingkaran atau garis berwarna abu-abu putih pada batang palem raja.
tri
Bentuk pohon tidak terlalu besar. Tajuk menjurai. Daun berwarna hijau dan bertekstur sedang. Bunga berwarna kuning dan tidak beraroma. Sebaiknya ditanam di tanah yang mengandung pasir dan bebas genangan air.
Adaptif terhadap dataran tinggi, dataran rendah, pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Perbanyakan dengan biji, cangkok, stek batang. Adaptif terhadap dataran tinggi dan dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah, dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 15 40 Dipertahankan Membutuhkan media ta (jumlah pohon yang lebar, minima tetap) dikarenakan akarn tunggang dan tumb horizontal, sehingg merusak konstru bangunan. Kebu penyiraman inte 45 91 Ditambahkan Untuk kebutuhan a sebanyak 46 pada media jalan d polibag yang sempit (lingk dan area parkir ken dan welcome area) akar serabut yang t merusak konstruks menciptakan suasa bergaya formal d fungsi utama seb tanaman pengara 25 85 Ditambahkan Memiliki fungsi se sebanyak 60 pelengkap pada tam polibag bergaya formal, po interest taman, tan pengarah jalan jika massal sejajar.
ah ys
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Batang berwarna merah menyala yang tampak kontras dengan warna hijau daunnya. Daun berbentuk lanset yang tumbuh di tangkai daun.
Daunnya berwarna hijau dan bertekstur kasar. Bunga berwarna putih, tidak beraroma. Saat muda buah kelapa berwarna hijau, lalu menguning saat tua.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban lambat. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari seminaungan. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan anakan.
Adaptif terhadap dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji. Tinggi dewasa mencapai 10-15 Adaptif terhadap dataran m. Daun berwarna hijau tinggi atau dataran rendah. mengkilap, berbentuk lanset Kelembaban sedang. memanjang, bagian ujung Kecepatan tumbuh lambat. menyempit, dan tepi daun Kebutuhan cahaya matahari berombak. Bunga kecil-kecil penuh dan langsung. berwarna kuning kehijauan Kebutuhan penyiraman muncul dari ketiak daun. Buah intensif. Perbanyakan dengan glodokan tiang berbentuk bulat biji dan cangkok. memanjang.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 35 45 Ditambahkan Memiliki kesan vi sebanyak 10 baik pada batang y polibag berwarna merah da merumpun. Dapat pada media yang s
45 50 Ditambahkan sebanyak 5 polibag
Memiliki fungsi se pembentuk arsitek formal, pencipta su taman rekreasi dan pengarah jalan.
18 104 Ditambahkan sebanyak 86 polibag
Untuk arsitektura media tanam semp meter) serta memil tumbuh memanjan dan memiliki pertu akar yang toleran t konstruksi jalan da bangunan. Tanama pengarah jalan d penghalang tabir jika ditanam seja tajuknya yang m
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Kategori pohon tinggi, mencapai 20 m. Bunga berwarna merah menyala hampir memenuhi tajuknya. Buahnya termasuk buah polong yang pipih. Jumlah biji pada setiap polong sekitar 10- 15 polong.
Adaptif terhadap dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji, cangkok dan batang.
Kategori pohon tinggi, mencapai 35 m. Bentuk tajuk bertingkat. Daun tunggal dan letak daunnya tersebar. Helaian daun berbentuk bulat telur, liat seperti kulit, berwarna hijau. Ketika akan rontok, daun berubah warna menjadi jingga. Berbunga majemuk berwarna putih. Buah ketapang termasuk buah batu yang berwarna merah tua. Kategori pohon berukuran sedang, tinggi mencapai 15 m. Bentuk tajuk indah, berdaun hijau mengkilap. Buah matang berwarna merah jingga. Termasuk jenis pohon bergetah
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya semi naungan. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 25 40 Ditambahkan Akar memiliki sifa sebanyak 15 tumbuh menjalar s polibag horizontal dan men pada permukaan ta Jumlah selisih seba disubtitusi dengan yang cocok ditanam media tanam yang sempit seperti gl tiang. 20 60 Ditambahkan Berfungsi sebagai naungan pada med sebanyak 40 polibag parkir utara. Cocok peneduh pada laha dan sebagai tanam pengarah jalan.
20 100 Ditambahkan sebanyak 80 polibag
Berfungsi sebagai tabir jika ditanam m sejajar sebagai tana peneduh dan peng
ps
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Kategori pohon tinggi, mencapai 20 meter ukuran dewasa. Batangnya besar, kokoh dan tegak.
Kategori pohon berukuran sedang, tinggi mencapai 10-15 meter. Pohon ini memberikan aroma.
Kategori pohon tinggi, mencapai 30 m. Buah berwarna cokelat. Berdaun majemuk,menyirip genap berwarna hijau tua. Buah berwarna cokelat, menyerupai bola, dan bertangkai.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji, cangkok dan stek batang.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 45 45 Dipertahankan Berfungsi sebagai tanam (jumlah pohon peneduh karena taju tetap) lebar dan memberi sebagai kawasan h dan jika ditanam berfungsi sebaga jalan.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji, cangkok dan stek batang.
25 40 Ditambahkan sebanyak 15 polibag
Adaptif terhadap dataran tinggi dan rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan stek batang.
Memiliki akar tung akarnya tumbuh se horizontal, maka s jumlah pohon ditu untuk substitusi yang lebih cocok pada media tana sempit atau mem kurang dari 1.5 m glodokan tiang.
25 25 Dipertahankan Berfungsi sebagai tanam (jumlah pohon peneduh, tanaman p tetap) jalan dan akar toler terhadap konstruks bangunan.
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
na
-
-
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 18 20 Ditambahkan Berfungsi sebagai sebanyak 2 peneduh, tanaman polibag jalan jika ditanam sejajar, dan membe kesan alami jika di secara acak menye hutan tropis.
Kategori pohon tinggi,mencapai 30-40 m. Berbatang tegak. Berdaun besar, berbentuk elips dengan lebar 30-60 cm saat dewasa, meranggas di musim kemarau. Buah berbentuk bulat sedikit gepeng dan berambut kasar. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang menyerupai balon kecil. Tinggi mencapai 45 m. Batang pohon berdiameter 100-160 cm. Berbunga merah jingga, ketika mencapai 4-5 tahun. Menyukai tanah yang lembab dan kering, namun tidak menyukai tanah yang tergenang air.
Adaptif terhadap dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji. Cocok hidup di tanah yang tidak dibanjiri air. Membutuhkan pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran rendah, kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif.
25 35 Ditambahkan sebanyak 10 polibag
Kategori pohon sedang, tinggi rata-rata 10-15 m. Termasuk dalam famili Leguminosae dan merupakan sinonim dari pohon trembesi, namun warna daun kekuningan. Diameter kanopi lebih besar dari tingginya.
Adaptif terhadap dataran tinggi, rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung atau semi naungan. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
20 85 Ditambahkan sebanyak 40 polibag
Mudah pemelihara perawatan seperti t memerlukan pema karena pada masa pertumbuhan caba rontok sendiri (self Pertumbuhan san dibandingkan de keras lainnya, tid terkena serangan penyakit. Berfungsi sebagai peneduh karena taj yang sangat lebar s memberikan kenya suhu pada jalan da parkir.
ji i-
a
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Kategori pohon sedang ,tinggi 10-15 meter. Mampu bertahan pada Dry season atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon dan tanah. Keistimewaan terletak pada tajuk bagus, daun rimbun, bunga indah berwarna merah putih.
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah dan pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung maupun semi naungan. Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok. Kategori pohon sedang, tinggi Adaptif terhadap dataran mencapai 15 m. Berdaun tinggi dan rendah. majemuk, berbentuk bulat Kelembaban sedang. telur. Berbunga tidak beraturan Kecepatan tumbuh lambat. dan berbilangan lima. Buahnya Kebutuhan cahaya matahari berbentuk polongan pipih. penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok. Kategori palem, tinggi Adaptif terhadap dataran mencapai 25 m, merumpun, tinggi atau dataran rendah. kokoh dan kuat, jumlah anakan Kelembaban sedang. hingga 50 batang. Batang dan Kecepatan tumbuh lambat. daun berduri keras berwarna Kebutuhan cahaya matahari hitam dan panjang. Berdaun penuh dan langsung. majemuk menyirip tunggal Kebutuhan penyiraman semi (pinnatus) yang berkesan intensif. Perbanyakan dengan dekoratif. Berbunga kuning biji. keunguan yang menyerupai tandan.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) 100 95 Dikurangi Memiliki akar tung sebanyak 5 tumbuh menjalar. S polibag selisih jumlah dapa substitusi untuk tan identitas Provinsi R seperti palem nibu
- 80 Diadakan sebanyak 80 polibag
Berfungsi sebagai peneduh, tanaman jalan, dan point of taman jika ditan individu.
- 15 Diadakan sebanyak 15 polibag
Merupakan tanam Provinsi Riau sehin dari segi syarat e dan dapat menjad tanaman lokal pa kawasan. Fungsi tanaman pelengk taman bergaya fo point of interest t
is kor
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Tanaman asal Madagaskar ini memiliki daun yang berbentuk kipas lebar dan tumbuh pada ujung pangkal tanaman, ujung daun bergerigi, memiliki buah berwarna ungu kehitaman.
Bentuk daunnya mirip ekor ikan, kulit daun mengilap, tingginya mencapai 3-5 meter, buah berbentuk bulat dan berwarna hijau kehitaman dengan sedikit kemerah- merahan.
Dominan hijau dapat tumbuh merumpun sehingga memberikan kesan sejuk. Tinggi hingga 6 meter. Warna buah merah merekah dan tumbuh bergerombol pada tandan panjang.
Pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh sedang. Adaptif di dataran rendah. Kelembapan sedang. penyiraman semi-intensif.
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) - 13 Diadakan Berfungsi sebagai sebanyak 13 pengarah jalan dan polibag interest. Pemelihar bersifat ekstensif y frekuensi pemupuk sekali dan peman dilakukan saat d mengering.
Pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh sedang. Adaptif di dataran tinggi, dan dataran rendah. Kelembapan sedang. Penyiraman semi- intensif.
- 14 Diadakan sebanyak 14 polibag
Pencahayaan penuh maupun semi-naungan. Kecepatan tumbuh lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran rendah. Kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif
- 25 Diadakan sebanyak 25 polibag
Berfungsi sebagai pengarah jalan dan interest. Pemelihar bersifat ekstensif.
Berfungsi sebagai pengarah jalan jika secara linier memb koridor. Pemelihar ekstensif yaitu pem setiap 6 bulan seka pemangkasan sa mengering.
r
Gambar Morfologi Syarat Ekologi Volume
Tinggi mencapai 20 m, dengan diameter batang 30 cm. Berkanopinya padat, kompak dan berbentuk silinder. Daunnya berbentuk elips, bertekstur halus dan mengkilap, berwarna hijau, sedangkan daun muda berwarna merah terang. Bunganya kecil berwarna putih atau cream dan tidak mencolok. Bentuk kumpulan daunnya menyerupai ekor tupai, daun berwarna hijau tua menjuntai, tinggi mencapai 6 meter.
gle images, 2011 dan Lestari, 2008.
Adaptif terhadap dataran tinggi dan rendah. Kecepatan tumbuh cepat. Penyinaran secara langsung. Penyiraman semi intensif. Pemeliharaan bersifat ekstensif. Pemangkasan dilakukan secara ekstensif karena ranting dan daun jarang rontok. Tahan terhadap hama dan penyakit Membutuhkan pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran rendah. Kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif
Volume Rekomendasi Alasan Gambar Shop drawing Rencana (Polibag) (Polibag) - 62 Diadakan Berfungsi sebagai sebanyak 62 pengarah jalan, ke polibag teknik dan arsitekt media tanam semp 1-2 meter. Pertumb toleran terhadap ko jalan dan bangunan Berpotensi sebaga yang baik karena t yang masif , dapat kebisingan, polusi visual. - 48 Diadakan Berfungsi sebagai pengarah jalan jika sebanyak 48 polibag secara linier memb koridor. Tanaman i toleran di tanah y mengandung pas tergenang air.
948 1218 Tambahan sebanyak 270 polibag
60
4. Identifikasi Tanaman Setelah menetapkan permasalahan yang ada pada gambar rencana, dilakukan identifikasi jenis-jenis tanaman pada dokumen BQ, kemudian mahasiwa mengindentifikasi tanaman yang digunakan dalam penaatan kawasan SCR sebagai potensi. Dua aspek yang diidentifikasi yaitu karakter tanaman dan fungsinya. Karakter tanaman berupa sifat fisik, seperti bentuk, tekstur, warna, dan ukuran tanaman, dapat menciptakan efek visual yang kuat apabila dikomposisikan sesuai dengan tujuan/konsep perancangan elemen softscape (Gambar 28).
meter
40
20 15 10 5 30
25
8
7
6
5
4
3
2
11
40 meter
20 15 10 5 30 25
23 22 21 20 19 18 17 16
15
14
13
12
11
10
9
Gambar 28. Identifikasi Pohon Berdasarkan Tinggi (Sumber: Lestari, 2008. Digambar ulang oleh Pertiwi, 2011) Keterangan: (1) Jati (Tectona grandis), (2) Jabon (Antocephalus cadamba), (3) Ketapang (Terminalia catappa), (4) Mahoni (Swietenia mahagoni), (5) Palem Raja (Roystonea regia), (6) Trembesi (Samanea saman), (7) Munggur (Pithecollobium saman), (8) Nibung (Oncosperma tigillarium), (9) Kempas (Koompassia malaccensis), (10) Flamboyan (Delonix regia), (11) Glodogan tiang (Polyalthia longifolia), (12) Kamper (Dryobalanops camphora), (13) Dadap merah (Erythrina cristagalli), (14) Tanjung (Mimusops elengi), (15) Asam kranji (Pithecellobium dulce), (16) Kelapa Gading (Cocos sp.Var. Eburnea), (17) Pucuk merah (Syzygium oleana), (18) Palem Bismark (Bismarckia Nobilis), (19) Palem Merah (Cyrtostachys lakka), (20) Palem Ekor tupai (Caryota mitis), (21) Palem Putri (Veitchia merilii), (22) Palem Hijau (Ptychosperma macarthurii), (23) Palem Ekor ikan (Wodyetia bifurcata).
Kemudian keseluruhan pohon diidentifikasi berdasarkan fungsinya. Hasil identifikasi tersebut menjadi dasar peletakan tanaman atau pembuatan lay out tata hijau kawasan SCR (Tabel 6).
61
Tabel 6. Identifikasi Tanaman Sport Center Rumbai Berdasarkan Fungsi No
Nama Tanaman
1 Jati (Tectona grandis) 2 Jabon (Antocephalus cadamba) 3 Ketapang (Terminalia catappa) 4 Mahoni (Swietenia mahagoni) 5 Palem Raja (Roystonea regia)
Tinggi Maksimal (m) >30
6 Trembesi (Samanea saman) 7 Munggur (Pithecollobium saman) 8 Nibung (Oncosperma tigillarium) 9 Kempas (Koompassia malaccensis) 10 Flamboyan (Delonix regia) 11 Glodogan tiang (Polyalthia longifolia) 12 Kamper (Dryobalanops camphora) 13 Dadap merah (Erythrina cristagalli) 14 Tanjung (Mimusops elengi) 15 Asam kranji (Pithecellobium dulce) 16 Kelapa Gading (Cocos sp.Var. Eburnea 17 Pucuk merah (Syzygium oleana) 18 Palem Bismark (Bismarckia Nobilis) 19 Palem Merah (Cyrtostachys lakka) 20 Palem Ekor tupai (Caryota mitis) 21 Palem Putri (Veitchia merilii) 22 Palem Hijau (Ptychosperma macarthurii) 23 Palem Ekor ikan (Wodyetia bifurcata) (Sumber: Lestari, 2008)
Bentuk Tajuk Fungsi Peletakan
Bulat
Penaung
Backdrop
>30 Irregular Penaung Foreground
30 Spreading Penaung Backdrop
25
Kubah Menjari
Penaung Backdrop Aksen, Foreground pembingkai, 25 Spreading Penaung Backdrop 25 Spreading Penaung Backdrop 25 Irregular Aksen Soliter 20 Irregular Penaung Foreground 10
Spreading
30
Penaung
15 Kolumnar Pengarah
jalan, 15 Irregular Aromatik,
Backdrop Boundary Foreground
penaung
15 Kubah Aksen Foreground 15
Bulat
Dominant, Foreground unity, link 15 Irregular Unity, Foreground repetation 15 Menjari Aksen Soliter 10 Oval Pengarah
Boundary jalan 6 Kipas Aksen Welcome area 5 Irregular Aksen Boundary 4 Menjurai Border, kesan Boundary lembut 3 Menjari Border Boundary 3 Menjari Border Boundary 3 Irregular Border Boundary
5. Pengembangan Ide (Ideation) Mengembangkan ide atau gagasan dalam memecahkan permasalahan
tapak. Berdasarkan hasil identifikasi, penulis menerapkan konsep „enframement ,
62
yaitu penggunaan vista pada perancangan shop drawing softscape pada kawasan
SCR (Gambar 29).
Gambar 29. Contoh Penerapan Konsep Vista (Sumber: Simond dan Starke, 2006)
Simond dan Starke (2006) menyatakan vista adalah objek yang terbingkai. Enframement atau progressive realization, adalah suatu transisi perjalanan sebelum sampai ke objek utama. Pengaplikasikan konsep vista bertujuan untuk menghadirkan ruang terbuka hijau yang fungsional dan estetik, serta mengintegrasi kesatuan kawasan SCR. Obyek yang ditonjolkan adalah venues atau gedung-gedung olahraga. Pembingkaian dengan menggunakan elemen softscape sebagai frame. Komposisi softscape memvariasikan bentuk, ukuran, dan fungsinya, menciptakan siluet dan skyline yang baik sehingga menghasilkan visual interest pada gedung-gedung olahraga SCR. Gambar 30 (a) adalah Stadion Rumbai yang terletak di welcome area utama kawasan SCR. Bangunan berskala raksasa jika tidak diberi elemen softscape akan terkesan kaku dan datar karena tidak dapat menciptakan efek visual yang kontras. Berbeda dengan Gambar 30 (b) ketika welcome area tersebut telah diberi frame dengan elemen softscape, mampu menghadirkan suasana monumental sehingga dapat mengaksentuasi venue.
a
b
Gambar 30. Konsep Vista pada Perancangan Tata Hijau Kawasan Sport Center Rumbai. (Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011 digambar oleh Pertiwi, 2011)
63
Tahapan selanjutnya kemudian dilakukan pengembangan ide desain terhadap gambar shop drawing. Gambar 31 adalah shop drawing pekerjaan softscape yang telah dibuat oleh penulis. Perbedaan antara gambar rencana dan shopdrawing terletak pada: jenis, jumlah dan tata letak tanaman. Pada gambar rencana, jumlah pohon sebanyak 506 pohon sebanyak 16 jenis, sedangkan pada shop drawing jumlah tanaman bertambah menjadi 1020 pohon, sebanyak 23 jenis sebagaimana telah disesuaikan dengan dokumen BQ dan justifikasi teknis. Penempatan atau tata letak tanaman-tanaman tertentu disesuaikan dengan sifat perakaran dan fungsi arsitekturalnya. Untuk mempermudah penanaman di lapang, shop drawing dilengkapi dengan gambar rencana penanaman planting plan yang terbagi menjadi 6 zonasi. Pada planting plan tercantum spesifikasi jenis pohon, jumlah pohon dan jarak tanam. Gambar 32 merupakan keyplan planting plan tata hijau kawasan SCR. Gambar 33 adalah planting plan zona 1, yaitu area parkir yang terletak di kawasan selatan. Gambar 34 adalah planting plan zona 2 yang merupakan area buffer welcome area. Gambar 35 adalah planting plan zona 3 lingkar stadion Kaharudin Nasution. Gambar 36 adalah planting plan zona 4, yaitu area parkir yang terletak di kawasan utara. Gambar 37 adalah planting plan zona 5 area buffer welcome area. Adapun Gambar 38 adalah planting plan zonasi 6 area buffer utara. Pekerjaan
instalasi
tanaman
membutuhkan
gambar
detil
konstruksi
pohon/construction details dapat dilihat pada Gambar 39. Pengaplikasian konsep enframement pada Gambar 40, yaitu tampak potongan tata hijau kawasan SCR. Walaupun tata hijau SCR menerapkan konsep vista, namun hal tersebut kurang bisa terealisasi karena dibutuhkan jarak pandang minimal 50 meter, sedangkan lebar jalan depan depan stadion hanya 14 meter. Menurut Booth (1983), perbandingan rasio antara jarak ideal terhadap tinggi bangunan ideal adalah 2:1. Artinya apabila tinggi maksimal pohon Palem Raja sebagai frame stadion adalah 25 meter, jadi jarak pandang ideal adalah 50 meter. 6. Persetujuan Shop drawings Shop drawing yang dibuat oleh drafter harus dikoreksi oleh Project Engineer untuk menjamin ketepatan metode yang telah disepakati dan kesesuaian dengan kontrak. Koordinasi dengan pengawas/MK diperlukan untuk menjamin apa yang
drawing Pekerjaan Softscape
plan Planting plan Tata Hijau Kawasan
ting plan Zonasi 1
ng plan Zonasi 2
anting Plan Zonasi 3
ng plan Zonasi 4
Planting plan Zonasi 5
ng plan Zonasi 6
Gambar 39. Construction Drawing Pekerjaan Softscape (Sumber: Dokumen Shop drawing Nindya-TWW, JO. Digambar oleh: Pertiwi, 2011
telah digambar sesuai dengan maksud perencanaan. Gambar 41 adalah prosedur persetujuan shop drawing. Dalam pembuatan shop drawing softscape terjadi dua kali revisi ketika diajukan kepada Project Engineering. Revisi pertama terjadi karena kesalahan redaksional yaitu kesalahan penulisan jumlah material per zona, adapun revisi kedua dilakukan karena format gambar belum sesuai dengan format baku perusahaan, seperti penamaan kop surat dan penomoran gambar. Setelah disetujui oleh Project Engineering kemudian MK langsung menyetujui shop drawing softscape yang diajukan. Secara keseluruhan Project Engineer dan MK telah menyetujui konsep tata hijau SCR yang diajukan.
Konsultan perencana Gambar rencana/gambar tender
DISETUJUI
TIDAK DISETUJUI
Project Engineer Pemeriksaan Shop drawings
TIDAK DISETUJUI
Drafter Kontraktor Shop drawings
Konsultan Pengawas/MK Pemeriksaan Shop drawings
DISETUJUI
Distribusikan ke lapangan
Gambar 41. Diagram Alur Persetujuan Shop drawing (Sumber: Clough and Sears,1994)
7. Pelaksanaan lapang Setelah shop drawings mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas (MK), maka shop drawings segera dapat didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu site manager (SM) dan supervisor. Pelaksanaan pekerjaan di lapang dapat dilakukan setelah shop drawings disetujui agar didapatkan surat IPP atau Ijin Pelaksanaan Pekerjaan. IPP berisi keterangan mengenai pekerjaan apa yang akan dilaksanakan, material/bahan apa yang dibutuhkan, berapa volume pekerjaan yang akan dilakukan, dan dengan metode seperti apa. IPP tersebut dilampirkan shop drawings, kemudian diajukan kepada Konsultan Perencana dan SM untuk ditandatangani. Tanpa IPP, kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak dapat
75
dilaksanakan. IPP pekerjaan softscape dan pekerjaan rumput dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7. Setelah didapatkan IPP, tim surveyor dapat segera membuat pematokan pada lokasi pekerjaan yang telah ditentukan di lapang. Supervisor menerjemahkan shop drawings ke dalam bentuk petunjuk pengerjaan, berupa penjelasan teknis kepada mandor. Para mandor kemudian membagikan tugas kepada masing-masing pekerjanya. Selama proses pengerjaan berlangsung, supervisor secara langsung mengawasi kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh mandor dan pekerja. Hasil pekerjaan tersebut kemudian diperiksa ulang oleh MK. Apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan shop drawing tanpa ada konfirmasi sebelumnya, MK akan meminta pertanggungjawaban kepada SM dan berhak membuat instruksi tertulis agar pekerjaan tersebut dibongkar dan diulang sampai sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disepakati. Setiap kemajuan (progress) selalu dicatat oleh supervisor untuk dilaporkan kepada SM. SM membuat laporan proyek untuk dilaporkan secara berkala kepada PM.
5.2.2 As Built Drawing As-built drawing adalah gambar realisasi yang sesuai dengan keadaan di lapangan, baik pemasangan, peletakan dan bentuk, pada saat pembangunan konstruksi selesai. As-built drawing menunjukkan adanya perubahan yang terjadi antara gambar rencana, shop drawing, dan realisasinya. Seiring proses pelaksanaan suatu pekerjaan ada saatnya pekerjaan yang dilaksanakan mengalami sedikit modifikasi dari rencana yang sudah disetujui oleh pemilik proyek karena berbagai hal. Modifikasi tersebut ditampung dalam as-built drawing, dilengkapi oleh berita acara lapangan serta foto-foto dokumentasi. Data-data ini berguna untuk pengelolaan fisik suatu proyek setelah pelaksanaan konstruksi diselesaikan. Kontraktor diharuskan merekap semua perubahan
yang terjadi
sebagai
amandemen terhadap dokumen kontrak asli. Pembuatan as-built drawing dimulai pada saat bersamaan pekerjaan penanaman dimulai, agar seluruh informasi mengenai perubahan dapat tertuang tanpa terlupa. Pada akhir Agustus, pelaksanaan lanskap baru terimplementasi pada zona 1 dan 4, menyebabkan penulis hanya terlibat pada pembuatan as-built drawing di zona 1 (Gambar 42) dan
zona
4
(Gambar
43)
saja.
lt Drawings Pekerjaan Softscape Zona 1
s-Built Drawings Pekerjaan Softscape Zona 4
Pekerjaan penanaman pada kedua zona tersebut belum selesai seluruhnya, akibat lahan tanam yang belum siap 100%. Penanaman segera dilakukan ketika lahan siap. Pada As-built drawing zona 1 notasi tajuk pohon yang berwarna hitam menunjukkan tanaman yang telah ditanam, warna merah menunjukkan perubahan yang terjadi dari gambar shop drawing, sementara garis putus-putus menunjukkan tanaman yang belum ditanam. Terdapat perubahan antara shop drawing dan as- built drawing zona 1, yaitu adanya perubahan tata letak pohon Asam kranji di depan Hall Basket. Rencana penanaman sedikit diubah karena terdapat pohon eksisting, sehingga solusi di lapang adalah memindahkan sebagian pohon Asam kranji ke samping turap dan memperpendek jarak tanamnya. Hal yang sama terjadi pada pohon Trembesi pada area parkir motor. Pemadatan jarak tanam dilakukan agar jumlah pohon yang dialokasikan pada area tersebut tetap dan tidak merubah keseluruhan lay-out penanaman yang telah ditentukan. Adapun pada zona 4 tidak ada perubahan antara shop drawing dan as-built drawings. Secara keseluruhan, proses pekerjaan studio mulai dari analisis gambar rencana, pembuatan shop drawing sampai pada as-built drawing berjalan lancar. Faktor-faktor yang menyebabkan gambar kerja tidak dapat direalisasikan secara langsung di lapang adalah data survai yang kurang akurat yang menyebabkan tanaman eksisiting tidak terekam seluruhnya, karena itu diperlukan penyesuaian luasan area, dimensi dan sebagainya dengan kondisi lapang. Sebagian tanaman eksisting dipertahankan atas kebijakan owner, sedangkan sebagian lainnya ditebang karena mengganggu proses pelaksanaan pekerjaan hardscape. Justifikasi teknis merupakan perubahan tertulis yang telah disepakati bersama oleh kontraktor, MK, dan DISPORA. Hasil perubahan gambar diperiksa oleh Project Engineering dan disetujui MK.
5.3
Pekerjaan Softscape Dalam spesifikasi teknis pekerjaan taman disebutkan bahwa lingkup
pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: (1) pekerjaan pendahuluan, (2) pekerjaan tanah, (3) pekerjaan bangku, (4) pekerjaan batu sikat, (5) pekerjaan batu bata, (6) pekerjaan beton, (7) pekerjaan adukan dan plesteran, (8) pekerjaan pengecatan, (9) pekerjaan penanaman pohon, serta (10) pekerjaan penanaman
79
rumput. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu magang, pekerjaan yang ditangani penulis pada saat kegiatan magang berlangsung hanyalah pekerjaan softscape yaitu pengawasan pekerjaan penanaman pohon dan rumput. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan, yaitu melakukan pengawasan terhadap; - pematokan titik-titik penanaman pohon bersama surveyor, - pembuatan lubang tanam oleh pekerja harian, - pekerjaan timbunan top soil dan pengolahan media tanam, - penanaman pohon dan pemberian steger, - pekerjaan sub kontraktor rumput, dan - pemeliharaan. Berikut adalah penjelasan umum mengenai pekerjaan softscape. 1. Luasan Lahan Pekerjaan Lanskap Luasan area pekerjaan lanskap yaitu 47183.16
untuk penanaman 22 jenis
pohon sebanyak 1218 polibag serta 10.000
untuk penanaman rumput
Axonopus compressus. 2. Jenis dan alat yang digunakan Alat: cangkul, penggaruk, ember, gerobak dorong, selang, drum/tangki air, sprayer, parang/golok, mobil angkut, excavator dan sebagainya. Bahan: top soil, air, soft materials berupa pohon dan rumput, pupuk NPK, pupuk hijau, urea, steger, pestisida, tali dan sebagainya. 3. Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang dilakukan. Pada tahap persiapan lahan dan penimbunan tanah pada kanstin diperlukan jumlah pekerja yang banyak, yaitu 6 orang. Pada waktu pekerjaan penanaman, jumlah pekerja bertambah menjadi 8 orang. Pada waktu pemeliharaan tanaman, jumlah pekerja dikurangi hingga menjadi 2 orang karena pekerjaan yang dilakukan tidak terlalu berat. Dalam pekerjaan ini, peran supervisor sangat dibutuhkan. Penulis terlibat sebagai supervisor yang bertugas memonitoring proses berjalannya pekerjaan penanaman. Pelaksanaan pekerjaan softscape mengacu kepada Spesifikasi Teknis Persyaratan Umum Taman, Pasal 7 : Pekerjaan Penanaman. Tahapan pelaksanaan pekerjaan softscape akan dideskripsikan berikut ini.
80
5.3.1
Pekerjaan Persiapan Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, akan selalu diawali
dengan pekerjaan pendahuluan untuk mengkondisikan lapang agar sesuai dengan perencanaan. Setelah dokumen kerja berupa shop drawing dan ijin pelaksanaan di lapangan (IPP) selesai, dilanjutkan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan Lahan a. Pekerjaan Pengukuran Level Tanah Dilakukan foto eksisting dan mutual check awal Uitzet/MC.0. Pengukuran elevasi rencana bangunan dan mutual check awal menggunakan theodolite, waterpass dan roll meter. Setelah pengukuran dilaksanakan, selanjutnya dilakukan mutual check awal sebagai titik awal dari pelaksanaan pekerjaan. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran lokasi dan penentuan elevasi galian dan timbunan. Setelah itu, dilakukan pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi galian (cutting) dan timbunan sesuai dengan jarak-jarak dan elevasi rencana yang telah ditentukan. b. Pekerjaan Landclearing Pekerjaan pembersihan (landclearing) adalah tahapan yang dilakukan untuk menghilangkan lokasi dari puing-puing, gulma, sampah berlumpur dan bahan lain yang tidak dikehendaki. Pekerjaan landclearing dilakukan secara mekanik dan manual (Gambar 44). Cara mekanik (Gambar 44.a) dilakukan dengan alat berat buldozer dan excavator untuk menghilangkan sisa-sisa akar, puing-puing, top soil, dan sebagainya dengan cara digali/dikeruk, sedangkan cara manual (Gambar 44.b) digunakan untuk menebang pohon besar dengan menggunakan parang atau chainsaw.
(a) Pembersihan lahan secara mekanik
(b) Pembersihan lahan secara manual
Gambar 44. Pembersihan Lahan
81
2. Pekerjaan Tanah a. Galian dan Timbunan Kemudian dilakukan pekerjaan timbunan atau leveling, yaitu penyesuaian level tanah sampai memiliki ketinggian sesuai batas atau patok yang telah ditentukan. Penggalian dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih. Galian tersebut kemudian diratakan dan disesuaikan dengan
ketinggian/peil
yang
dikehendaki.
Kemudian
dilakukan
penimbunan tanah secara bertahap dan merata sesuai dengan batas ketinggian dimana pada tahap akhir pembentukan muka tanah sudah dalam kondisi padat dan tidak terjadi penyusutan atau penurunan ketinggian (Gambar 45.a). Proses pemadatan tanah harus berlangsung secara alamiah dan tidak diperkenankan menggunakan zat pengeras tanah. Selama dan sesudah pemadatan tanah, tidak diperkenankan adanya air yang menggenang di atas tanah. Pemotongan tanah (cut and fill) dilakukan dengan excavator, perataan dan pemadatan tanah menggunakan bulldozer, pemadatan material galian menggunakan vibro roller dan pengangkutan serta penghamparan menggunakan dump truck. Tanah yang dipakai untuk menutupi area tanam harus memiliki kualitas yang baik (tanah hitam). Namun pada implementasinya, tanah yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu tanah galian setinggi 15 cm sebagai dasar, dan tanah humus/tanah hitam setinggi 20 cm sebagai lapisan atas (Gambar 45.b). Ketinggian tanah hitam merupakan batas minimum perkembangan akar rumput.
(a) Pembentukan muka tanah dan pemadatan
(b) Penggunaan tanah hitam
Gambar 45. Pekerjaan Tanah b. Pengelolaan Tanah
Pengelolaan tanah bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah. Perbaikan kondisi fisik tanah dapat dilakukan dengan penggemburan tanah. Upaya
82
penggemburan media tanam secara mekanik oleh excavator. Kondisi tanah subur yang diharapkan adalah bertekstur lempung dengan pH 6.5 untuk kedalaman setinggi 150 cm. Penanaman pohon digali sedalam 80-100 cm. Lapisan top soil ditambahkan kompos dengan perbandingan 1:15, padahal idealnya menggunakan perbandingan 3:1. Gambar 46 merupakan proses pengelolaan tanah SCR. Tahap pertama dilakukan pelangsiran tanah humus dari quarry ke area yang dibutuhkan menggunakan dump truck (Gambar 46.a). Kemudian tanah humus dialokasikan pada pada area kanstin (Gambar 46.b). Perataan tanah humus secara manual, perataan tanah sampai batas -5 cm dari permukaan kanstin (Gambar 46.c). Hasil akhir top soil yang sudah diratakan dapat dilihat pada Gambar 46.d. (a) Pelangsiran tanah humus
(b) Pengalokasian tanah humus
(c) Perataan tanah humus
(d) Top soil yang diratakan
Gambar 46. Pengelolaan Tanah
5.3.2
Pekerjaan Penanaman Proses pekerjaan ini memegang peranan penting terhadap keberhasilan
pekerjaan softscape. Proses penanaman yang salah akan mengakibatkan periode stress tanaman yang sangat lama bahkan menyebabkan kematian yang menimbulkan kerugian material dan finansial. 1. Penanaman Pohon Pelaksanaan penanaman yang baik adalah pada saat musim hujan, tetapi penanaman pada musim kemarau juga diperbolehkan dengan syarat sumber air
83 yang tersedia mencukupi kebutuhan. Penanaman yang paling ideal dilakukan
pada pagi hari sebelum pukul 10.00 WIB atau sore hari setelah pukul 16.00 WIB. Proses penanaman pohon terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: a. Pengukuran dan Pematokan Pengukuran lokasi dan pematokan untuk memplotkan titik-titik penanaman pada lapang sesuai dengan gambar rencana (Gambar 47.a). Titik-titik penanaman ditandai dengan patok yang diberi warna pada ujungnya (Gambar 47.b). Titik ini merupakan tanda untuk pekerjaan penggalian, pengurugan dan penanaman. (a) Pematokan titik pohon
(b) Pematokan traffic island
Gambar 47. Pematokan
b. Penggalian Lubang Tanam Seharusnya lubang tanam untuk pohon digali sebesar 1x1x1 meter. Namun pada implementasinya hanya terealisasi 60x60x60 cm pada penggalian manual tahap I yang menggunakan tenaga manusia (Gambar 48.a). Tahap ke II penggalian merupakan alat berat excavator dengan dimensi 1x1x1 meter (Gambar 48.b). (a) Penggalian secara manual
(b) Penggalian secara mekanik
Gambar 48. Penggalian Tanah untuk Penanaman Pohon
c. Pemupukan Tanah Lubang galian diisi dengan tanah yang sudah diolah, yaitu tanah humus yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 dan
84
dibiarkan selama 1 minggu sebelum berlanjut pada proses penanaman. Kemudian tanah galian dicampur kembali dengan pupuk kandang dengan ukuran 0.043
(±1 karung) untuk 1 pohon/perdu. Akan lebih baik pada
dasar lubang diberikan 10 gram furadan, sebelum diberi campuran pupuk, namun pada implementasinya hal tersebut tidak dilakukan. Gambar 49 adalah proses pengelolaan tanah sebelum dilakukan penanaman.
(a) Pupuk kandang
(b) Pencampuran top soil dan pupuk kandang
(c) Pendistribusian media tanam
(d) Pelangsiran campuran
Gambar 49. Pengelolaan Tanah
d. Penanaman Bibit tanaman berada dalam kondisi siap tanam dan sudah mengalami masa penyesuaian (aklimatisasi). Proses penanaman dimulai dengan pengangkutan material ke lokasi penanaman (Gambar 50.a). Material tanaman diletakkan di sisi lubang tanam, sementara itu lubang tanam diisi tanah hitam (Gambar 50.b). Pada saat pelaksanaan penanaman, bola akar dijaga agar tidak pecah atau mengalami kerusakan, pangkal akar tanah sejajar dengan permukaan tanah (Gambar 50.c) dan penegakan batang tanaman dan pemadatan permukaan tanah pada pangkal akar (bedengan) agar pada saat hujan tidak ada genangan air yang dapat menyebabkan kebusukan akar (Gambar 50.d). Kemudian batang tanaman ditegakkan dan terakhir dilakukan pemberian steger untuk memperkokoh tegakan tanaman (Gambar 50.e). Penstegeran disesuaikan dengan jenis dan tinggi pohon.
85
Untuk tanaman palem-paleman dan kelapa gading, steger menggunakan
sistem tripot (Gambar 50.f).
(a) Pengangkutan material
(b) Pengisian lubang tanam dengan tanah hitam
(c) Penanaman pohon
(d) Pembuatan bedengan
(e) Hasil akhir penanaman
(f) Penstegeran
Gambar 50. Proses Penanaman Pohon
2. Penanaman Rumput Rumput Paitan atau Axonopus compressus (Gambar 51) ditanam pada median pulau jalan area parkir dan ruang terbuka kawasan. Pekerjaan rumput ditangani oleh sub kontraktor, namun pelaksanaannya perlu diawasi.
Gambar 51. Rumput Axonopus compressus.
86 Permukaan tanah yang ditanami rumput sebelumnya digemburkan dan
diratakan hingga rapi dan terbebas dari material tidak terpakai. Penggemburan menggunakan cangkul hingga kedalaman 20 cm. Sebelum tanah ditanam, rumput dicacah dalam bentuk lempengan 20x20 cm dan tebal 3-5 cm. Rumput ditanam dengan cara dibenamkan ke dalam tanah hingga seluruh akarnya tertimbun. Metode penanaman memakai sistem papan catur (zigzag) dimana jarak dari as ke as rumput adalah 10 cm. Setelah rumput selesai ditanam, ditaburkan pupuk kandang di atasnya secara merata setebal 2-3 cm, dimaksudkan untuk mempercepat proses merapatnya rumput. Kemudian permukaan rumput dipukul secara perlahan hingga akar melekat ke dalam tanah. Proses perataan permukaan rumput menggunakan permukaan lebar batu bata atau balok kayu. Tahap terakhir yaitu penyiraman dengan air. Setelah dua minggu kemudian, dilakukan penaburan pupuk urea dan NPK secara merata. Penanaman rumput pada median pulau jalan tertera pada Gambar 52. Adapun keyplan pekerjaan rumput dapat dilihat pada Gambar 53.
(a) Penghamparan rumput
(b) Hasil pekerjaan rumput
Gambar 52. Penanaman Rumput Paetan
Berdasarkan pengamatan di lapang, secara keseluruhan pekerjaan penanaman telah dilakukan dengan baik, namun terdapat beberapa tahapan yang tidak dilakukan kontraktor padahal hal tersebut terdapat pada RKS, seperti pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan perbandingan, tidak adanya pemberian furadan (pra tanam) dan pemberian mulsa (pasca tanam). Hal tersebut dilakukan kontraktor dengan alasan efisiensi biaya. Dampaknya adalah tanaman mengalami masa stress yang panjang, rentan terhadap hama, serta meningkatkan resiko kematian. Tidak ada tindak lanjut dari MK. Solusi yang dilakukan oleh pelaksana yaitu perawatan yang intensif dan pemantauan secara berkala di lapang.
AREA PEKERJAAN RUMPU
A PEKERJAAN RUMPUT
4000
Gambar 53. Keyplan Pekerjaan Rumput (Sumber: Nindya TWW, JO. 2011. Digambar oleh Pertiwi, 2011)
117 88
5.3.3 Pekerjaan Penyempurnaan Pekerjaan penyempurnaan terdiri dari; (1) perbaikan bahan terpakai berupa tanaman, pemberian steger dan bedengan tanah yang belum sempurna, (2) pemeriksaan tahapan pekerjaan dan penyempurnaan bagian yang belum dilaksanakan, (3) pembersihan lokasi pekerjaan dari kotoran, bahan dan perlengkapan yang tidak diperlukan lagi.
5.3.4
Pekerjaan Pemeliharaan Pekerjaan pemeliharaan dilakukan untuk menjamin keberlangsungan
hidup tanaman dan menjaga agar hasil pekerjaan tetap sesuai dengan desain rencana. Pemeliharaan dilakukan sampai masa retensi berakhir yaitu selama enam bulan setelah serah terima proyek. Pekerjaan pemeliharaan terdiri dari: 1. Pekerjaan Penyiraman Kontraktor melakukan penyiraman dengan cara menggunakan genset untuk menyedot air dari rawa atau parit yang terletak di sekitar SCR. Air tersebut ditampung ke dalam tangki yang diangkut menggunakan mobil pick up (Gambar 54.). Kemudian air tangki tersebut disalurkan ke tempat penampungan berupa drum-drum yang banyak tersebar di kawasan. Untuk penyiraman pohon diambil dari tempat penampungan menggunakan ember. Adapun pengambilan air dengan mobil pick up dilakukan sebanyak empat rit, yaitu dua rit untuk penyiraman pagi hari (pukul 08.00-10.00 WIB) dan dua rit untuk keperluan penyiraman sore hari (15.00-17.00 WIB). Frekuensi penyiraman disesuaikan dengan keadaan iklim, jika hari hujan lebat maka penyiraman hari itu ditiadakan untuk menghindari keadaan jenuh air yang dapat menyebabkan busuk akar ataupun rentan terhadap penyakit/hama.
Gambar 54. Pekerjaan Penyiraman
118
Permasalahan yang sering dialami terkait kendala teknis, misalnya genset yang hendak dipakai dalam keadaan tidak siap pakai, bensin habis, selang bocor, atau mesin yang belum diservis. Selain itu sumber air yang dipakai diragukan kualitasnya. Dikhawatirkan air sudah tercampur dengan limbah bahan-bahan kimia dari material konstruksi seperti semen, logam, minyak dan sebagainya yang tidak baik untuk tanaman. Kegiatan penyiraman ini cukup memakan waktu yang lama karena tidak adanya titik-titik kran air pada kawasan, namun tidak ada tindak lanjut dari konsultan ataupun MK. Titik-titik air hendaknya diantisipasi oleh konsultan perencana untuk memudahkan penyiraman/pemeliharaan softscape pada masa yang akan datang. Penggunaan alat berat seperti truk tangki tidak memungkinkan karena adanya pekerjaan pemasangan paving. 2. Pekerjaan Pemupukan Pemupukan anorganik dilakukan untuk mempercepat proses pertumbuhan. Pemupukan dilakukan dengan ketentuan pemakaian pupuk NPK dengan konsentrasi N lebih besar (2-1-1.5) untuk perdu berdaun indah, sedangkan untuk perdu berbunga indah dipakai NPK dengan konsentrasi P lebih besar (4- 5-3). Cara pemberian pupuk berbeda-beda tergantung jenis tanaman, yaitu untuk pohon dan perdu pupuk dimasukkan ke dalam lubang (melingkar dibawah tajuk) sebanyak 0.20-0.25 kg pertanaman. Pemberian pupuk dilakukan 1 bulan sekali setelah penanaman selama 3 bulan masa pemeliharaan, dan selanjutnya 3 bulan sekali. 3. Pekerjaan Penyiangan dan Pendangiran Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggemburan dan pembersihan tanah dari gulma. Alat yang digunakan berupa garpu kecil sebagai alat penggaruk tanah, pisau kebun dan cangkul. Penyiangan dilakukan dua kali selama masa pemeliharaan. 4. Pekerjaan Penyemprotan Hama/Penyakit Pencegahan dan pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan, penaburan insektisida dan fungisida. Pekerjaan ini dilakukan untuk menjaga tanaman dari kerusakan maupun terhambatnya pertumbuhan. Penyemprotan dilakukan dua kali selama masa pemeliharaan.
119
5. Pekerjaan Pemangkasan Dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan yang sudah
liar dan
menimbulkan bentuk yang tidak diinginkan. Pemangkasan dilakukan satu kali sebulan pada masa pemeliharaan. Pemangkasan rumput dilakukan pada saat usia penanaman mencapai 3-4 minggu. 6. Pekerjaan Penyulaman Penanaman kembali tanaman yang mati akibat perubahan media tanam, cuaca, adaptasi, atau akibat kelalaian pelaksana baik pada saat penanaman atau pada masa pemeliharaan. Tanaman yang mati harus diganti dengan jenis dan dimensi yang sama. 7. Pekerjaan Pemeliharaan I (Pertama) Dilakukan selama 6 bulan atau sampai terlihat kondisi tanaman tersebut dalam keadaan baik. Kegiatan pemeliharaan diintensifkan karena terdapat lebih dari lima pohon trembesi (Samanea saman) yang terjangkit oleh hama ulat. Kemungkinan hama tersebut terbawa pada saat serah terima material softscape ke lokasi proyek. Solusi yang dilakukan, yaitu diadakan pemberantasan hama secara mekanik (diambil dengan cara manual) dan kimiawi (penyemprotan dengan pestisida). Pemberantasan hama dilakukan secara intensif untuk mencegah agar tidak menyebar ke tanaman lainnya. Total pohon yang sudah tertanam pada akhir Agustus 2011 sebanyak 577 pohon, yaitu di 261 pohon kawasan Utara dan 316 pohon Selatan. Pada umumnya, hasil pekerjaan penanaman pohon dapat dikatakan cukup baik karena persentase hidup tanaman mencapai 98% pasca tiga bulan setelah dilakukan penanaman, terdapat 12 pohon Palem Putri yang mati akibat buruknya drainase. Akibat kelalaian kontraktor yang kurang mengantisipasi adanya genangan air, maka tanaman yang mati ditanggung dan digantikan oleh pihak kontraktor. Adapun dari hasil kerja penanaman rumput yang dilakukan oleh sub kontraktor belum bisa dikatakan memuaskan jika dilihat dari persebaran warna, kerapatan, dan kerapihan permukaan rumput yang kurang seragam. Setelah mendapatkan teguran dari supervisor, kemudian sub kontraktor rumput melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas hasil pekerjaan rumput seperti penyulaman, penyiraman dan perawatan yang intensif serta meningkatkan pemantauan terhadap para
120
pekerjanya. Kekurangan lain pada pekerjaan softscape yaitu berdasarkan kualitas visual, tanaman dikatakan kurang baik karena tinggi untuk masing-masing jenis tanaman tidak seragam. Berdasarkan spesifikasi teknis seharusnya tanaman memiliki tinggi batang minimal 2 meter (tidak termasuk tinggi tajuk), namun pada kenyatannya ada beberapa tanaman khususnya palem-paleman yang memiliki tinggi lebih dan kurang dari itu. Gambar 55 merupakan hasil akhir pekerjaan penanaman pohon dan rumput pada traffic island di Kawasan Selatan (Zona 1).
Gambar 55. Hasil Akhir Pekerjaan Softscape
5.4
Pekerjaan Hardscape Pada pelaksanaan pekerjaan hardscape, penulis sekedar mengamati proses
pelaksanaannya secara visual, yaitu pada pekerjaan area parkir dan pekerjaan pagar. Maka untuk mempermudah pemahaman mengenai tahapan ini, akan lebih banyak digunakan dokumentasi foto selama pelaksanaan berlangsung.
5.4.1 Pekerjaan Area Parkir Sebagai pusat aktivitas, SCR ditunjang dengan fasilitas parkir untuk kendaraan jenis mobil dan motor. Tempat parkir kendaraan pada kawasan SCR berbentuk parkir tegak lurus (perpendicular). Keyplan dan detail construction pekerjaan paving area dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
5.4.1.1 Fabrikasi Paving Block dan Cansteen Untuk pengadaan material paving block, kontraktor memilih untuk mendatangkan mesin fabrikasi paving untuk produksi massal (Gambar 56). Fabrikasi paving membutuhkan ruang yang cukup luas, sehingga ditempatkan di kawasan Utara. Material yang digunakan untuk pembuatan paving block adalah semen, mortar dan air. Adapun fabrikasi kansteen dilakukan secara tradisional menggunakan alat-alat pencetak dari kayu dan tuas yang telah dirakit.
121
Gambar 56. Mesin Fabrikasi Paving Block
Proses fabrikasi kansteen dimulai dengan dimasukkannya mix beton ke dalam cetakan kansteen menggunakan gerobak (Gambar 57.a), kemudian mix beton dibiarkan sampai mengering. Setelah mix beton mengering lalu diangkat dengan tuas dan siap digunakan (Gambar 57.b) (a) Proses pencetakan mix beton
(b) Hasil cetakan mix beton
Gambar 57. Proses Fabrikasi Kansteen
5.4.1.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Area Parkir Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dari zona selatan, kemudian berlanjut ke zona utara. Pada pelaksanaan pekerjaan area parkir di kawasan selatan, penulis dapat melihat secara langsung pengerjaan paving secara keseluruhan, mulai dari persiapan lahan sampai dengan finishing. Urutan tahapan pekerjaan area parkir sebagai berikut: 1.
Pekerjaan Persiapan Tahap awal pelaksanaan pekerjaan paving dimulai dengan pengukuran dan
dilanjutkan dengan pekerjaan timbunan. Pekerjaan ini terdiri dari: a. Pengukuran/staking out Staking out dilakukan untuk pengecekan bench mark di lapangan untuk memastikan bahwa kondisi, titik koordinat, elevasi dan dimensi telah benar sesuai shop drawing. Untuk mempermudah pelaksanaannya, digunakan
122
benang sebagai acuan bentuk dan acuan level dari curb. Permukaan tanah
merupakan base bagi struktur dan pondasi paving. b. Pekerjaan timbunan tanah bertujuan untuk penyesuaian elevasi tanah. Dilaksanakan secara mekanik dengan alat berat. Perataan timbunan tanah menggunakan motor grader (Gambar 58.a), sedangkan pemadatan tanah menggunakan vibro roller (Gambar 58.b). (a) Perataan timbunan tanah
(b) Pemadatan tanah
Gambar 58. Pekerjaan Persiapan
2.
Pekerjaan Struktur Paving Mesin yang digunakan adalah: mesin fabrikasi paving, vibrating plate,
gerobak dorong dan cone block cutter. Material yang digunakan untuk pekerjaan pondasi paving adalah sirtu dan pasir urug. Tahapan pekerjaan struktur paving dijelaskan sebagai berikut: a. Penghamparan material untuk pondasi paving block. Sirtu digunakan sebagai sub base pondasi paving, dimobilisasi menggunakan dump truck (Gambar 59.a), kemudian sirtu dihampar menggunakan motor grader lapis per lapis sesuai dengan garis kelandaian (Gambar 59.b). Lalu sirtu diratakan sampai memiliki elevasi yang telah ditentukan (Gambar 59.c). Hamparan sirtu dipadatkan menggunakan vibro roller (Gambar 59.d). (a) Pelangsiran sirtu
(b) Penghamparan sirtu
123 (c) Perataan sirtu
(d) Pemadatan sirtu
Gambar 59. Proses Pembuatan Pondasi Paving
b. Pemasangan Cone Block Pekerjaan pemasangan terdiri dari pemasangan kansteen dan dilanjutkan dengan pemasangan paving block. Tahap awal dimulai dengan pemasangan benang sebagai pembatas, selanjutnya dilakukan pemasangan kansteen secara manual (Gambar 60.a). Pada bagian dan jarak tertentu dipasang kansteen yang telah dipotong di bagian tengahnya sebagai lubang drainase air limpasan (Gambar 60.b). Di atas sirtu dihamparkan pasir urug sesuai dengan ketinggian benang yang dijadikan acuan kemudian permukan pasir urug diratakan secara manual (Gambar 60.c). Pemasangan paving mengikuti sistem papan catur/tepas (Gambar 60.d). (a) Pemasangan kansteen
(b) Kansteen khusus drainase
(c) Perataan permukan pasir urug
(d) Pemasangan paving
Gambar 60. Proses Pemasangan Cone Block
Pondasi kansteen menggunakan mortar dengan perbandingan campuran semen:pasir = 1:3 dan dipasang dengan ketebalan 3 cm. Untuk nat antar
124
kansteen digunakan spesi yang sama dengan ketebalan 1.5 cm. Dalam pemasangan kansteen hasil akhir harus rata tidak boleh ada sebagian yang menonjol ataupun turun diantara unit kansteen di sekitarnya. 3. Pekerjaan Finishing Paving Setelah Cone block terpasang rapi, kemudian ditaburkan sirtu diatas permukannya. Selanjutnya taburan sirtu disapukan agar memenuhi celah antar cone block sebagai nat (Gambar 61.a), tahapan terakhir dilakukan pemadatan menggunakan vibrating plate (Gambar 61.b). (a) Pengisian nat antar paving
(b) Pemadatan paving
Gambar 61. Pekerjaan Finishing Paving
Hasil pekerjaan area parkir menunjukkan terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan shop drawing atas persetujuan MK. Pada gambar rencana, kapasitas parkir kendaraan yang dapat ditampung pada kawasan Utara dan Selatan berjumlah 1460 mobil dan 545 motor, namun gambar rencana tersebut tidak dapat diaplikasikan karena tidak sesuai dengan hasil data survai. Kemudian diadakan adjustment terhadap data tapak terbaru sehingga pada shop drawing, kapasitas yang dapat ditampung kawasan Utara dan Selatan menjadi 1011 mobil dan 430 motor. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut antara lain: setelah diadakan survai terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan keadaan sebenarnya pada lapang, misalnya pada gambar rencana tidak tertera pohon eksisting padahal pada keadaan sebenarnya terdapat banyak pohon eksisiting yang tidak diizinkan ditebang oleh owner, sehingga luasan parkiran otomatis berkurang. Selain itu pada gambar rencana tidak ada detail mengenai jenis paving yang akan digunakan pada area parkir. Adapun dalam shop drawing, spesifikasi jenis paving diperinci. Terdapat tiga jenis paving block yang diproduksi, yaitu paving block jenis segi enam atau heksagonal (Gambar 62.a), paving block jenis bergerigi (Gambar 62.b) dan grass block (Gambar 62.c).
125
Penempatan masing-masing jenis ini akan diimplementasikan pada lahan parkir, trotoar dan halaman stadion. (a) Paving block heksagonal
(b) Paving block bergerigi
(c) Grass block
Gambar 62. Jenis Paving Block Berdasarkan Bentuk
Kendala yang mempengaruhi pelaksanaan pakerjaan paving adalah cuaca yang buruk. Pada saat musim hujan terjadi genangan pada beberapa spot area parkir SCR. Genangan air yang berkepanjangan berpotensi mempercepat kerusakan struktur dan material paving. Menghadapi ketidaksempurnaan pekerjaan paving, tidak ada tindak lanjut dari pihak kontraktor maupun MK. Gambar 63 merupakan hasil akhir pekerjaan area parkir pada Kawasan Utara (Zona 2).
Gambar 63. Hasil Akhir Pekerjaan Area Parkir
5.4.2 Pekerjaan Pagar Pekerjaan ini dilaksanakan secara manual (dengan tenaga manusia), dilakukan sepanjang batas tapak pada kawasan SCR. Penyelesaian pekerjaan pagar dilakukan secara bertahap dari zona A lalu berlanjut ke zona B, C dan seterusnya. Keyplan, shops drawings dan tampak depan pagar dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Adapun detail construction pagar dapat dilihat pada Lampiran 12
126
5.4.2.1 Fabrikasi Pembesian Teralis Besi Pagar Untuk menekan biaya proyek, kontraktor memproduksi sendiri pagar besi yang akan digunakan. Gambar 64 merupakan workshop fabrikasi besi. Sebaiknya penempatan fabrikasi besi diperhitungkan agar tidak berdekatan dengan kantor direksi, karena menimbulkan kebisingan yang mengganggu kenyamanan staf.
Gambar 64. Fabrikasi Teralis Besi Pagar
5.4.2.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pagar, yaitu: cangkul, genset, las besi, ember, gerobak, kuas cat dan concrete mixer. Material yang dibutuhkan: mix beton, air, pasir, batu alam, cat tembok, cat besi, batu bata, besi, papan multiplek setebal 9 mm. Penjelasan mengenai tahapan pekerjaan sebagai berikut: 1.
Pekerjaan Persiapan Persiapan diawali dengan pengukuran jalur pagar (Gambar 65.a) dengan
cara penarikan benang pada titik-titik yang telah ditandai di atas bouwplank (Gambar 65.b), dilanjutkan dengan galian tanah secara manual (Gambar 65.c). (a) Pengukuran jalur pagar
(b) Penandaan bowplank
(c) Galian tanah
Gambar 65. Pekerjaan Persiapan Pagar 2.
Pekerjaan Struktur Pagar Pekerjaan pagar secara umum dilaksanakan secara manual, namun
penggunaan alat mekanik tetap diperlukan dalam pembuatan mix beton. Proses
127
pekerjaan pagar (Gambar 66) dimulai dengan pemancangan kayu pada titik-titik
kolom pagar sesuai jarak yang ditentukan (Gambar 66.a), kemudian dilakukan pembuatan lantai kerja untuk pondasi (Gambar 66.b), selanjutnya pada as kolom pagar dibuat pondasi telapak. Pengerjaan pondasi telapak dan sloof dapat dikerjakan bersamaan, diawali dengan pemasangan bekisting pada garis-garis posisi kolom dan pemasangan rakitan besi (Gambar 66.c). Pengecoran dilakukan setelah mendapat persetujuan dari direksi. Pengecoran dibantu dengan concrete vibrator secara periodik agar didapatkan hasil beton yang padat. Hasil pengecoran dapat dilihat pada Gambar 66.d. Lalu dilakukan pemasangan batu bata sesuai dengan ukuran gambar kerja (Gambar 66.e). Dilanjutkan dengan plesteran dan pasangan batu alam serta pemasangan pagar besi bermotif pada struktur pagar yang telah selesai dikerjakan (Gambar 66.f). Penggabungan antara pagar besi dengan struktur pagar agar ditutup kembali dengan adukan beton.
(a) Pemancangan kayu pada titik kolom
(b) Pembuatan lantai kerja
(a) Pembuatan pondasi telapak
(b) Pengecoran
(c) Pemasangan batu bata
(d) Plesteran dan pemasangan pagar
Gambar 66. Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar
128 Beton adalah elemen konstruksi yang terbuat dari campuran semen, pasir,
batu, dan air. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI03 – 2847 Tahun 2002). Sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan, perlu dilakukan Trial Test dan Mix Design, yaitu uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan. Pengujian bertujuan untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan beton struktur. a. Pengujian Sifat Fisik Perlu dilakukan pengujian sifat fisik beton melalui uji slump atau slump cone test dengan menggunakan kerucut Abrams. Tujuannya untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, menjaga konsistensi perbandingan air dan semen sehingga didapat mutu beton yang disyaratkan. Proses pengujian = adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams (Gambar 67.a). Lalu ditusuk-tusuk dengan batang baja berdiameter 16 mm sebanyak 25 kali. Proses penusukkan dilakukan bertujuan untuk pemadatan adukan beton agar tidak ada gelembung udara pada adukan beton. Kemudian permukaan atas diratakan dengan bibir atas kerucut. Mix beton dikeluarkan dengan cara pegangan kerucut ditekan lalu kerucut diangkat ke atas (Gambar 67.b). Turunnya puncak kerucut adukan beton disebut slump (Gambar 67.c). Selanjutnya penurunan slump yang terjadi dicatat. Slump minimum dan maksimum dari beton harus berkisar 15-25 cm. Pengujian ini dilaksanakan di lokasi pekerjaan.
(a) Pemasukkan mix beton ke kerucut Abrams
(b) Pengeluaran mix beton (c) Pengukuran slump
Gambar 67. Pengujian Sifat Fisik Mix Beton
b. Pengujian Sifat Mekanik Pengujian sifat mekanik beton dilakukan dengan pengujian kuat tekan beton (Gambar 68). Pembuatan cetakan beton dilakukan di lapang, sedangkan nilai dari kuat tekan beton didapatkan dari laboratorium konstruksi beton.
129
Pembuatan mix beton kubus sebanyak 6 buah dicetak dalam cetakan kubus 15x15x15 cm, kemudian biarkan sampel mix beton selama 7 dan 28 hari (Gambar 68.a). Dilakukan test uji tekan beton pada mesin tekan pada umur 7 dan 28 hari (Gambar 68.b). Mesin tekan dioperasikan dengan cara pemberian beban yang konstan antara 2-4 kg/cm² per detik. Pembebanan ini dilakukan sampai benda uji hancur kemudian beban maksimum yang terjadi dicatat (Gambar 68.c). Sebelum pekerjaan pengecoran dinding beton dilaksanakan, dibuat suatu cetakan bekisting yang terbuat multiplek dengan ketebalan 9 mm, berkualitas baik dan tidak pecah/bocor. Bekisting dan besi yang sudah terpasang dibersihkan dari kotoran dan sampah lainnya dengan disiram air menggunakan air compressor. Sebelum pengecoran dilakukan bekisting dilumuri mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah dicek dan disumbat, kemudian sambungan pengecoran sebelumnya telah disiram dengan calbond atau air semen. Pemasangan bekisting harus kuat dan dipastikan pada saat dilakukan pengecoran tidak mengalami perubahan bentuk ataupun jebol. Penguatan bekisting dapat dilakukan dengan menggunakan kayu kaso sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapang. Pengecoran dilakukan menggunakan truck mixer yang kemudian didistribusikan ke titik lokasi dengan bantuan talang cor atau gerobak dorong secara manual. Tinggi jatuh beton tidak boleh lebih dari 1.5 m untuk mencegah segregasi beton. (a) Pembuatan mix beton
(b) Test uji tekan beton
(c) Pencatatan beban maksimum
Gambar 68. Pengujian Sifat Mekanik Mix Beton 3.
Pekerjaan Finishing Tahapan pekerjaan finishing dapat dilihat pada Gambar 69. Pada tahap ini
dilakukan = pemberian ornamen pada dinding pagar sesuai gambar (Gambar 69.a) dan pembersihan teralis besi serta pengecatan struktur pagar dan besi spesifikasi yang telah ditentukan (Gambar 69.b). Gambar 69.c merupakan hasil akhir pekerjaan pagar pada Kawasan Selatan, namun belum dilakukan pekerjaan penyempurnaan yaitu pengecatan dan pemasangan batu alam. Ilustrasi hasil
130
finishing pekerjaan pagar kawasan SCR dapat dilihat pada Gambar 69.d. Pada pelaksanaan pekerjaan pagar di zona A, penulis dapat melihat secara langsung pengerjaan pagar dari tahap awal sampai pekerjaan struktur pagar. (a) Pemberian ornamen
(b) Pengecatan struktur pagar
(c) Hasil pekerjaan pagar
(d) Ilustrasi pagar
Gambar 69. Pekerjaan Finishing Pagar
Pekerjaan pagar mengalami keterlambatan dua bulan dari rencana pelaksanaan karena masalah pengadaan tenaga kerja yang sulit. Dalam pembuatan pagar diperlukan tenaga ahli las besi. Untuk mengejar keterlambatan, supervisor pagar mengadakan kerja lembur. Selain itu, terdapat perubahan antara gambar rencana dengan realisasi. Perubahan batas pagar terjadi pada pagar di kawasan selatan dan utara yang dimundurkan sejauh 1.5 meter dikarenakan adanya pelebaran Jalan Caltex dan Jalan Paus sehingga pagar dimundurkan 2 meter dari batas tapak. Perubahan ini menyebabkan letak saluran drainase yang awalnya berada di dalam pagar menjadi berada di luar pagar. Adapun pagar di kawasan barat tidak ada perubahan dengan letak saluran drainase yang tetap berada di dalam pagar, sedangkan pekerjaan pagar di kawasan timur belum dilaksanakan. Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan spesifikasi material seperti jenis batu, warna cat teralis besi dan warna cat dinding pagar. Spesifikasi material finishing pagar permanen antara lain = cat tembok merk Nippon Paint kode PRO 0256 Dimitry White, cat besi warna hitam dan emas merk Syncromate, batu alam pada kolom bermotif dan batu alam pada pasangan bata kode Purwakarta.
131
5.5
Permasalahan dan Potensi pada Pelaksanaan Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai Setelah penulis mengikuti tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan
penataan kawasan SCR, ditemukan beberapa permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan proyek penataan kawasan SCR. Permasalahan ini terkait dengan pelaksanaan pekerjaan lanskap pada proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai mancakup manajemen proyek, pekerjaan studio, serta pelaksanaannya di lapang. Secara umum pengidentifikasian masalah ini lebih terfokus kepada pekerjaan softscape. Penulis mencoba merumuskan permasalahan
yang terjadi pada
pelaksanaan proyek penataan kawasan SCR, terutama pada pelaksanaan pekerjaan lanskap. Dalam merumuskan masalah, digunakan salah satu metode TQM atau Total Quality Management, yaitu diagram sebab akibat atau fish bone diagram (Heizer, J. dan Render, B. 2006). Diagram sebab akibat dapat dilihat pada Gambar 70.
SEBAB
Tidak sesuai spesifikasi
Pengurangan kuantitas
baku Mutu bahan kurang memenuhi standar
Tidak ada instruksi kerja tertulis Shop drawings tidak konsisten Perencanaan yang kurang matang
Jam kerja produktif kurang
Manusia
Upah
Kurangnya prestasi/ gairah kerja
Keterampilan&jumlah pekerjakurang Profesioanalisme
Koordinasi antar penanggung jawab pekerjaan lemah
Beberapa peralatan yang masih tradisional
Kurangnyainformasi fisik-biofisiktapak
Metode
Bahan
AKIBAT - Keterlambatan waktu - Kerugian biaya - Mutu kurang terjamin
Mesin dalam keadaan tidak siap pakai
Pengadaan alat yang memakan waktu lama
Alat/Mesin
Gambar 70. Diagram Sebab Akibat
(Sumber: analisis Pertiwi, 2011 mengacu pada Total Quality Management model (Heizer, J. dan Render, B. 2006))
Diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan kemungkinan penyebabnya dan berguna untuk pengumpulan berbagai faktor
132
sebab dominan atas permasalahan yang terjadi sehingga mempengaruhi suatu hasil. Penyebab tersebut terdiri dari: bahan baku, metode, manusia dan mesin. Dari diagram di atas, permasalahan yang terjadi disebabkan: 1. Bahan/Material Terdapat pengurangan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi, baik dari segi volume maupun standar mutu, sehingga kualitas akhir yang diharapkan tidak tercapai. Contohnya pada pelaksanaan pekerjaan softscape, terdapat pengurangan kuantitas pupuk pada pekerjaan penanaman pohon, tidak digunakannya furadan sebelum penanaman dilakukan, serta penggunaan material top-soil yang berkualitas sub standar. 2. Metode Pada proses konstruksi, kejelasan instruksi merupakan hal yang penting. Sayangnya, tidak ada metode kerja tertulis yang dijadikan acuan oleh pelaksana lapang. Para pelaksana secara langsung melakukan instruksi di lapang berdasarkan pengalaman kerja yang telah mereka dapatkan pada proyek-proyek sebelumnya. Padahal metode kerja yang tertulis dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi keberhasilan proyek dan penentu pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Metode kerja perlu diadakan secara tertulis, dapat berbentuk flow chart diagram. Tidak adanya titik-titik air untuk pekerjaan penyiraman softscape membuat pekerjaan pemeliharaan softscape menjadi tidak efektif dan banyak menyita waktu. Disarankan agar membuat titik-titik sumber air pada area kawasan. 3. Sumber Daya Manusia Kurangnya tenaga kerja dari segi jumlah maupun kualitas, rendahnya jam kerja efektif pekerja taman dikarenakan faktor cuaca Rumbai yang panas, serta rendahnya upah kerja harian (Rp 50.000,00). Penyebab-penyebab tersebut dapat menurunkan prestasi/gairah kerja. Hal ini berdampak pada keterlambatan pekerjaan. Selain itu sering kali pekerja lokal menuntut kisaran upah yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan produktifitas kerja yang baik. Preman di sekitar Kawasan dijadikan sebagai potensi untuk dijadikan tenaga harian atau tenaga security untuk menjaga keamanan proyek.
133
4. Mesin/Alat
Gudang bertanggung jawab atas pengadaan alat/bahan yang dibutuhkan pelaksana lapang. Sering kali dalam pengadaan suatu material membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 3-4 hari dan itu cukup menunda pekerjaan yang menyebabkan keterlambatan. Mesin atau alat yang hendak digunakan sering kali dalam keadaan tidak siap pakai sehingga mengulur waktu pelaksanaan, misalnya genset penyedot air, lampu sorot untuk pekerjaan lembur. Faktor-faktor penyebab atau akar dari permasalahan apabila tidak terantisipasi sejak awal akan mengakibatkan kerugian bagi pihak kontraktor maupun para stakeholder terkait. Berikut merupakan akibat dari permasalahan yang terdapat pada proyek SCR: 1. Keterlambatan waktu Terdapat perbedaan waktu antara realisasi aktual dengan rencana. Setelah diakumulasi mulai dari awal pelaksanaan proyek sampai penulis selesai magang (Desember 2010 - Agustus 2011), deviasi keterlambatan proyek sebesar -5.933%. Deviasi normal adalah dibawah 5 %, apabila sudah lebih dari itu diperlukan adanya SCM (Show Cause Meeting), yaitu rapat ketegasan dari owner terhadap kontraktor. Dalam perjanjian kontrak, disebutkan bahwa owner akan memutus kontrak dengan pihak kontraktor apabila deviasi atau keterlambatan proyek mencapai 20%. 2. Kerugian biaya Penulis tidak dapat menampilkan kerugian biaya yang diderita kontraktor karena merupakan hal yang tidak dapat dipublikasikan. Namun apabila diidentifikasi dari berbagai keterlambatan pekerjaan dapat dipastikan bahwa memberi dampak negatif pada penggunaan biaya yang melebihi alokasi biaya. Keterlambatan suatu pekerjaan tidak hanya berimbas pada keterlambatan pekerjaan lainnya dan penambahan waktu saja, tapi juga menyebabkan biaya tambahan dikarenakan pengadaan pekerjaan tambahan, penambahan alat dan mesin, penambahan jumlah tenaga kerja dan lembur untuk mengejar keterlambatan. Selain itu, adanya pekerjaan bongkar-pasang dan re-work memicu pembengkakan biaya.
134
3. Mutu kurang terjamin
Kualitas adalah suatu kondisi dimana proyek telah sesuai dengan spesifikasi teknis baik secara fungsi maupun penampakan fisik. Dimensi mutu mencakup: performa, keandalan (reliability) dan daya tahan (durability). Dari hasil wawancara dengan pelaksana pekerjaan paving didapatkan bahwa pelaksana atau supervisor mengakui pekerjaan yang dilakukan kurang maksimal, baik dalam proses pengerjaannya maupun bahan yang digunakan. Pada pekerjaan paving dalam jangka pendek sudah terlihat adanya kerusakan. Ditemukan beberapa spot dimana terdapat celah yang terlalu renggang antar paving block yang satu dengan yang lain sehingga menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Ketidaksempurnaan ini akan menyebabkan spot tersebut tergenang ketika terjadi hujan. Genangan air yang intensif dapat berpotensi merusak struktur paving. Kerusakan tersebut tidak hanya merusak spot tersebut, namun dapat berpengaruh terhadap gaya ikat antar paving secara agregat. Pada pekerjaan pagar tidak ada permasalahan yang berarti terkait dengan mutu. Adapun pada pekerjaan softscape, material yang digunakan kurang baik sehingga mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan secara keseluruhan, yaitu tanah humus yang kurang baik, campuran pupuk yang kurang memadai, material tanaman yang sudah terjangkit hama pada awal pengangkutan serta tinggi tanaman yang kurang seragam. Pada pekerjaan paving dan pagar, tidak ada tindak lanjut dari MK dan supervisor, namun pada pekerjaan softscape, supervisor berupaya untuk menanggulangi hama dengan penyemprotan pestisida, memperbaiki kualitas tanaman dengan pemberian pupuk dan penyiraman yang teratur. Penggunaan material yang kurang berkualitas berpengaruh pada mutu pekerjaan, ada pun tugas supervisor hanyalah mengawasi pekerja di lapang agar mengikuti metode kerja yang telah ditetapkan, namun kebijakan dalam memutuskan bahan.material yang digunakan merupakan tanggung jawab pembuat kebijakan. Keberhasilan proyek dipengaruhi oleh baik tidaknya manajerial proyek. Kegiatan evaluasi proyek dilakukan pada setiap tahap mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pasca-pelaksanaan. Evaluasi kinerja berguna untuk memperoleh masukan mengenai perkembangan pelaksanaan proyek, apakah tujuan telah sesuai
135
dengan sasaran kinerja atau tidak. Kemudian dilakukan perbandingan antara kondisi riil terhadap standar. Standar yang dapat digunakan untuk menilai parameter keberhasilan suatu proyek. menurut Soeharto (1995) antara lain: a. Kriteria pengendalian proyek yang efektif, yaitu: - tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan - bentuk tindakan yang diambil tepat dan benar - mampu mengkomunikasikan masalah dan penemuan - memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan datang b. Adapun kriteria pengendalian proyek yang tidak efektif, yaitu: - tidak memahami karakteristik proyek secara menyeluruh, antara lain keadaan fisik dan biofisik tapak, peserta organisasi yang kompleks, lokasi kegiatan, metode komunikasi dan koordinasi. - kualitas informasi yang tidak tepat pada waktunya, sumber informasi yang tidak valid, menyimpulkan informasi menjadi suatu laporan yang terkonsolidasi Tolak ukur dari penentu keberhasilan suatu proyek adalah tercapai atau tidaknya tujuan (goal). Tujuan pada kegiatan pelaksanaan, yaitu menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, dan berkualitas baik serta terpenuhi kepuasan klien. Dari beberapa kriteria yang telah didapatkan, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan pekerjaan dan pengelolaan proyek Penataan Kawasan SCR secara keseluruhan sudah cukup baik. Berdasarkan kegiatan pelaksanaan di lapang, penulis mengukur efektifitas pekerjaan atas dasar kualitas dan waktu. Adapun mengenai efektivitas penggunaan biaya, penulis tidak dapat menjelaskan karena tidak memiliki data terkait. Dari segi jadwal, walaupun pada awal pelaksanaan proyek terdapat deviasi keterlambatan yang cukup mengkhawatirkan (-10.05 %), namun seiring dengan waktu kontraktor dapat mengejar keterlambatan sehingga deviasi berhasil ditekan menjadi -5.94%. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sistem informasi sudah cukup baik, sehingga tindakan koreksi yang diambil tepat dan menyelesaikan masalah. Apabila metode pemecahan masalah ini dipertahankan dan dikembangkan dengan baik, besar kemungkinan kontraktor akan mampu mengejar keterlambatan hingga normal. Selanjutnya, berdasarkan kualitas, terdapat beberapa pekerjaan yang hasilnya
136
kurang memuaskan. Faktor kualitas/mutu dipengaruhi oleh aplikasi metode kerja serta penggunaan bahan dan alat. Kekurangan kontraktor terletak pada kelalaian dalam memahami karakteristik aspek biofisik dan fisik, khususnya tanah sehingga kualitas pekerjaan softscape kurang maksimal. Keunggulan dari manajemen proyek Nindya-TWW Jo, yaitu solidnya tim organisasi kerja. Kekompakan team work tercipta dari rutinitas-rutinitas formal seperti pengadaan apel pagi/safety talk dan kebersamaan dalam kegiatan non- formal seperti olahraga rutin yang dilaksanakan setiap akhir pekan. Kekompakan tim dapat menciptakan atmosfir kerja yang positif, sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan loyalitas pekerja. Disamping keunggulan, terdapat kelemahan yaitu masalah kedisplinan kerja. Perlu diadakan perbaikan dan monitoring yang kontinyu untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk meningkatkan kepuasan klien, kinerja kontraktor masih dapat diperbaiki, di antaranya dengan cara menjadikan keluhan dan kritikan sebagai saran yang membangun. Perlu diingat bahwa faktor kepuasan tidak hanya didapat selama proses konstruksi berlangsung namun terlebih akan dirasakan pada saat serah terima terlaksana.
5.6
Strategi dan Tindakan Koreksi Permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan proyek perlu dianalisis
sebagai umpan balik agar perencanaan proyek selanjutnya dapat lebih baik. Umpan balik tersebut berguna untuk memperbaiki dan meminimalisir masalah yang berpengaruh pada waktu pelaksanaan proyek. 1. Dari Segi Manajerial dan Administrasi a. Metode - proses berfikir lengkap merencana dan melaksana adalah hal yang penting dalam proyek pelaksanaan. Inventarisasi yang lengkap, perencanaan yang tepat, pelaksanaan yang baik dan pemeliharaan yang berkesinambungan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terkait. - meningkatkan kegiatan pemantauan, inspeksi dan audit di berbagai lini, mulai dari bagian keuangan, engineering, sampai pelaksana. b. Sumber Daya Manusia - meningkatkan intensitas koordinasi terkait pelaksanaan. Site meeting sangat bermanfaat sebagai sarana komunikasi antara MK dan
137
kontraktor pelaksana dalam mengontrol pelaksanaan pembangunan di lapang. Koordinasi penting dilakukan sebagai alat pengendalian. Diperlukan adanya pengkajian ulang (review) bersama secara periodik karena sifat kegiatan proyek yang dinamis, kemungkinan ada bagian- bagian yang belum sepenuhnya terantisipasi. - sistem manajemen sumber daya manusia perlu ditingkatkan karena keterampilan pekerja mempengaruhi cepat/lambatnya pekerjaan. Pemberian insentif dan reward dapat meningkatkan semangat pekerja, selain itu pemberian sanksi tidak kalah penting untuk menegakkan kedisiplinan kerja bagi pelanggar SOP. c. Alat dan Bahan - dalam penggunaan material kontraktor seharusnya tidak hanya berorientasi pada efisiensi biaya saja tanpa memikirkan kualitas/mutu yang dihasilkan. - menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan. - terkait dengan administrasi pengadaan material, jumlah supplier untuk suatu jenis material diusahakan lebih dari satu. Memastikan pengiriman material dengan meminta bukti-bukti pengiriman material, melakukan pengecekan langsung terhadap lokasi material yang akan dikirim ke proyek, inspeksi atau pengecekan material dilakukan kembali pada saat material sampai ke proyek. - perlunya meningkatkan sistem manajerial untuk menjaga keawetan alat dan mesin seperti inventarisasi dan perawatan berkala agar selalu dalam kondisi siap pakai ketika dibutuhkan serta memastikan tersedianya suku cadang terutama pada elemen alat yang bersifat aus. - mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar sesuai dengan perkembangan teknologi, misal pemasangan paving secara manual disubtitusi dengan penggunaan mesin pemasang paving otomatis agar pelaksanaan pekerjaan lebih efisien. 2. Dari Segi Pelaksanaan (Hardscape dan Softscape) Pelaksanaan konstruksi terdiri atas pekerjaan-pekerjaan yang saling terkait satu sama lain. Hubungan antar pekerjaan sangat menentukan strategi atau metode
138
yang tepat dalam melakukan percepatan proyek. Strategi percepatan pelaksanaan pekerjaan softscape dan hardscape pada proyek Penataan Kawasan SCR, yaitu: a. Metode Pelaksanaan - memprioritaskan pekerjaan yang termasuk ke dalam jalur pekerjaan kritis agar tidak menghambat pekerjaan lain. Pada pekerjaan softscape yang termasuk ke dalam pekerjaan kritis adalah perataan top soil pada pulau jalan sebagai media tanam rumput. Pakerjaan ini merupakan pekerjaan yang memakan waktu terlama dikarenakan jumlah pekerja yang bertugas sangat terbatas (4 pekerja) sedangkan area kerja sangatlah luas, yaitu 10.000
. Oleh karena itu perlu dilakukan
teknik percepatan, misalnya pekerjaan perataan top soil dikerjakan tanpa menunggu pekerjaan pemasangan dan finishing kansteen selesai atau dengan menambah tenaga kerja, lembur, atau penggunaan alat berkapasitas lebih besar agar durasi pekerjaan menjadi lebih singkat. - cuaca dan iklim perlu diperhitungkan dalam pembuatan metode kerja. Perlu antisipasi terhadap dampak cuaca buruk, misalnya menyediakan atap terpal sehingga pekerjaan dapat terus dilaksanakan walaupun terjadi hujan. - aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada untuk mengantisipasi kendala sehingga didapatkan metode pelaksanaan yang paling efektif. - sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah siap. b. Material dan Alat - aktif memonitor agar penggunaan material dan alat sesuai dengan prosedur. - membuat sumber tenaga listrik cadangan sebagai antisipasi jika terjadi mati listrik. c. Sumber Daya Manusia/Tenaga Kerja - aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja dan pengawasan ketat terhadap tenaga kerja yang kurang produktif. Durasi pekerjaan proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas tenaga kerja. - menambah jam kerja atau lembur jika diperlukan. - aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan.
139
- memberikan
kejelasan
kegiatan/pekerjaan
instruksi
akan
akan
mereka
yang
maksud lakukan
dan
tujuan
serta
cara
melaksanakannya agar mereka mengetahui peranan serta tanggung jawab yang diemban. 3. Dari Segi Shop drawing - tidak pernah ada desain yang sempurna, sehingga berpeluang tinggi akan adanya perubahan pekerjaan dalam perjalanan suatu proyek. Karena itu, kaji ulang gambar (review design) penting dilakukan bersama MK dan engineer. Review design bertujuan untuk menghasilkan desain final yang optimum untuk dilaksanakan. - berkoordinasi yang baik dengan surveyor agar selalu mengetahui data-data terkini mengenai kondisi lapang. - penyusunan justifikasi teknis harus mengikuti aturan yang berlaku. - pembuatan shop drawing sebaiknya lebih representatif dari segi ukuran dan teknik agar dimengerti semua pihak terutama pelaksana di lapang.