53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Lyle (1985) mengungkapkan bahwa tugas pengelola lanskap harus kreatif, tanggap terhadap semua bentuk masalah lingkungan termasuk perilaku yang tidak wajar dari kebiasaan manusia dan proses alam. Pengelola lanskap harus mengarahkan perubahan dan bentuk perubahannya. Dalam mengelola lanskap permukiman perlu mempertimbangkan tata ruang baik untuk zonasi ruang sesuai fungsi, sirkulasi, aksesibilitas, kesatuan antar ruang, dan hubungan antarruang. Selain itu juga fungsi ekologis meliputi aspek resapan air, area penyangga, kesesuaian habitat, keanekaragaman flora dan fauna, pegendalian iklim mikro. Kemudian pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan, preferensi terhadap tanaman lokal sebagai identitas daerah, pelestarian tanaman langka, pertimbangan estetika dan nilai ekonomi serta didukung oleh pemanfaatan elemen taman untuk memperoleh efisiensi daur ulang dan aspek sosial budaya. Kesehatan dan kebersihan dinilai dari perencanaan drainase, penanganan limbah, daur ulangnya, dan kesehatan tanaman. Keamanan tentu menjadi aspek yang sangat penting untuk menciptakan rasa aman bagi penghuni. Keamanan ini didapat dari adanya pagar, culdesac, tipe-tipe perumahan/apartemen, condominium, dan kesesuaian lahan. Terakhir, hal yang sangat penting dalam pengelolaan lanskap permukiman, yaitu kegiatan pemeliharaan baik fisik maupun ideal dalam upaya menjaga bentuk sesuai dengan desain semula. Menurut Arifin dan Arifin (2005), terdapat empat tahapan dalam proses pengelolaan: 1. menetapkan tujuan pengelolaan; 2. merencanakan bentuk pelaksanaan; 3. pelaksanaan; 4. pemantauan pelaksanaan dan perencanaan kembali. Penetapan tujuan merupakan langkah pertama yang paling penting bagi pengelola dalam mengarahkan pemeliharaan berada dalam jalur yang benar. Tujuan dalam membuat sebuah karya lanskap sangat banyak dan beragam, sedangkan taman dan
54
ruang terbuka biasanya memiliki satu tujuan. Biasanya pengelolaan ditujukan untuk kenyamanan dengan menyediakan 1. tempat yang menyenangkan; 2. tabir atau naungan; 3. konservasi alam; 4. keahlian dalam hortikultur; 5. ruang untuk kegiatan olah raga dan rekreasi; 6. kreasi kerja pada waktu luang. Beberapa dari tujuan tersebut akan berubah dari rancangan semula mulai dari pertama taman tersebut terbentuk. Kapanpun program pemeliharaan dibuat harusnya sesuai dengan kegunaan dan fungsi dari lanskap. Pengelolaan lanskap pada kawasan ini merupakan salah satu ruang lingkup pekerjaan divisi estate department. Estate Departement merupakan suatu departemen khusus yang mengatur seluruh aspek kegiatan pemeliharaan. Divisi Estate Departement fungsinya tidak hanya sebatas pengelolaan fisik lingkungan tetapi juga mengelola lingkungan secara psikologis, seperti rasa aman, nyaman, dan ketertiban. Pengelolaan secara psikologis meliputi keamanan lingkungan, kebersihan lingkungan, terpeliharanya jalan di dalam lingkungan, penerangan di dalam lingkungan, dan tersedianya fasilitas di kompleks perumahan, baik fasilitas sosial maupun fasilitas umum. Keberadaan Estate Departement itu penting, karena dapat berdampak pada nilai (value) perumahan itu sendiri. Nilai (value) perumahan dapat terjadi karena penilaian konsumen dan masyarakat sehubungan dengan kinerja, konsistensi, dan lingkungan perumahan tersebut yang diciptakan oleh pihak pengembang maupun oleh warga pada perumahan tersebut. Perumahan yang memiliki divisi Estate Depatement tentunya akan lebih baik dibandingkan tidak memiliki divisi Estate Departement. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan bertujuan untuk mencapai dan menjaga kondisi di lapangan agar tetap sesuai dengan desain semula Pelaksanaan pemeliharaan merupakan hasil koordinasi antara Estate Departement dengan pengelola dengan bagian-bagian yang terkait. Pihak
pengelola
dalam
melaksanakan
kegiatan
pemeliharaan
mengupayakan agar kawasan perumahan mempunyai kualitas yang baik dan dapat
55
memberikan manfaat bagi pemakai, pemilik, maupun lingkungan sekitar. Untuk mendapatkan
hasil
yang
diinginkan
maka
pengelola
membuat
jadwal
pemeliharaan yang terencana. Fokus kegiatan lebih mengarah kepada aspek teknis di lapang namun tetap memperhatikan aspek-aspek penunjang lainnya sehingga yang sudah dirumuskan dalam rencana kegiatan dapat berjalan dengan baik. Pengelolaan dan pemeliharaan lanskap yang dijalankan oleh Danau Bogor Raya (Bogor Lakeside) telah mempertimbangkan untuk menjaga karakter lanskap. Danau Bogor Raya telah merencanakan kawasan berskala kota dengan zonasi yang teratur, kemudian mendesainnya menjadi kawasan yang unik dengan upaya menyesuaikan bentuk permukaan agar nyaman bagi warga dan seperti aslinya dengan memanfaatkan view pegunungan di sekitar. Permasalahannya adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar kualitas yang terbentuk dapat berkelanjutan. Perumahan Danau Bogor Raya telah melakukan upaya pemeliharaan kawasan secara rutin dan menetapkan peraturan dalam bentuk buku panduan penghuni, namun hal tersebut harus diperkuat dengan adanya rencana pengelolaan lanskap terhadap elemen-elemen lanskap secara menyeluruh. Pengelola menetapkan tujuan pengelolaan lanskap agar program pengelolaan memiliki orientasi terhadap kondisi yang ingin dicapai. Tujuan yang dipertimbangkan dalam mengelola lanskap seperti mempertahankan kondisi alami lanskap, menjaga agar lanskap dan semua fasilitasnya tetap sesuai dengan desain dan fungsi semula, dan menjaga bentukan alami lahan. Tujuan pengelolaan lanskap didukung dengan prinsip-prinsip pengelolaan yang tercatum dalam buku panduan penghuni (Lampiran 2). Menurut Sternloff dan Warren (1977) prinsip-prinsip yang diterapkan di lapangan adalah sebagai berikut. 1. Tujuan dan standar pengelolaan yang telah dibuat harus dilaksanakan sebaik-baiknya. 2. Pengelolaan lanskap mempertimbangkan anggaran biaya. Tenaga kerja, peralatan dan bahan pengelolaan. 3. Setiap bentuk pengelolaan harus terencana, detail, dan komprehensif.
56
4. Pengelolaan harus menekankan pada pengelolaan yang bersifat preventif untuk menjaga agar tidak terjadi kerugian dan tidak memerlukan biaya perbaikan. 5. Lanskap harus dikelola dengan pengorganisasian yang baik. 6. Program-program
pengelolaan
harus
didesain
untuk
melindungi
lingkungan alami. Prinsip-prinsip tersebut menjadi acuan terhadap standar pengelolaan lanskap dan semua fasilitas agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Supervisor lanskap dan banyak pihak telah mengetahui standar-standar dalam pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan. Selain itu, masukan berikut diusulkan untuk menetukan standar pengelolaan tersebut . 1. Perencanaan,
desain,
dan
pembangunan
lanskap
dikontrol
agar
memanfaatkan good view sekitarnya, sesuai dengan kondisi lingkungan; 2. Lanskap dan semua fasilitasnya terawat dengan baik dan dalam keadaan bersih; 3. Pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana dicegah dan sanksi pada pelanggarnya. Tujuan, prinsip, dan standar yang telah tersusun harus didokumentasikan secara tertulis. Selanjutnya, dokumen resmi pengelolaan lanskap dikomunikasikan pada semua pihak yang terkait agar dipahami, didukung, dan dilaksanakan sebaikbaiknya.
5.1 Perencanaan Program Pemeliharaan 5.1.1 Pembagian Kawasan Pemeliharaan Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan lanskap adalah kurangnya
perencanaan
pemeliharaan.
Seringkali
setelah
terbangun,
taman/lanskap terbengkalai. Kawasan perumahan dirawat secara rutin baik hard material maupun soft material, agar setiap saat bisa menampilkan kondisi lanskap yang prima. Area pemeliharaan diklasifikasikan menjadi tiga bagian berdasarkan sifat dan intensitas penggunaan area masing-masing. Ketiga area tersebut dideskripsikan sebagai berikut.
57
1. Area pemeliharaan intensif Area yang diklasifikasi menjadi area pemeliharaan intensif adalah sepanjang boulevard dan lingkungan marketing office. Area-area tersebut menjadi prioritas utama karena intensitas penggunaan yang sangat tinggi. Area ini menjadi cerminan bagi kesan keseluruhan kawasan sehingga kondisi lanskapnya selalu dijaga agar tetap optimal. 2. Area pemeliharaan semi intensif Area pemeliharaan semi intensif adalah area yang membutuhkan perawatan yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas lingkungan sesuai dengan standar yang ingin dicapai. Area yang termasuk kedalam pemeliharaan semi intensif yaitu semua area perumahan, taman publik, club house, dan area perkantoran. 3. Area pemeliharaan non-intensif Area pemeliharaan non-intensif adalah area yang tidak membutuhkan perawatan. Area yang dikategorikan pemeliharaan non-intensif adalah area yang belum dibangun. Luas wilayah pemeliharaan berbeda-beda, sehingga mempengaruhi perencanaan pemeliharaan seperti tenaga kerja, bahan dan alat serta anggaran biaya pun berbeda-beda pada masing-masing wilayah. Penentuan jumlah tenaga kerja pada masing-masing wilayah ditentukan berdasarkan banyak atau sedikitnya kavling kosong di wilayah tersebut. Semakin banyak kavling kosong semakin sedikit jumlah tenaga kerjanya. Menurut Arifin dan Arifin (2006), adanya pembagian zona kerja dan penempatan seorang mandor pada setiap zona membantu kelancaran kerja dan mencapai efektivitas yang baik. Permasalahan dalam pembagian wilayah adalah cakupan wilayah yang terlalu banyak sedangkan tenaga kerjanya kurang sehingga menyebabkan kegiatan pemeliharaan kurang optimal. Kendala juga terjadi pada pengelolaan tenaga kerja karena tidak ada keseimbangan antara jumlah tenaga kerja dan banyaknya pekerjaan yang dilakukan, sehingga terdapat area yang tidak dapat dikerjakan sesuai waktunya. Namun secara teknis kegiatan pemeliharaan di lapang sudah cukup baik walaupun terdapat beberapa kesalahan kecil dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki para tenaga kerja, karena itu diperlukan training atau
58
transfer informasi baik sebelum para tenaga kerja diterjunkan ke lapang atau setelah kegiatan pemeliharaan dilaksanakan.
5.1.2 Jadwal Pemeliharaan Pembuatan rencana kerja Departemen Estate dibuat pada awal tahun untuk menjabarkan kegiatan-kegitatan yang akan dilaksanakan oleh Departemen Estate. Rencana kerja tersebut mencakup kegiatan umum, iuran pemeliharaan lingkungan (IPL), kebersihan, pemeliharaan lanskap, infrastruktur, dan utilitas. Jadwal yang dibuat oleh manajer estate mempertimbangkan jumlah dan jenis elemen yang ada di taman, kapasitas kerja per orang dalam setiap jenis pekerjaan, dan juga durasi kerja. Jadwal pemeliharaan yang dilakukan termasuk pekerjaan yang rutinitas dan hanya sebagian yang merupakan pekerjaan non rutin. Pemeliharaan rutin yang dikerjakan adalah seperti penyiraman, pendangiran, pemangkasan rumput dan semak, pemupukan dan penyiangan. Pemeliharaan yang tidak rutin meliputi pemangkasan pohon, penyulaman, pengecetan ulang pada elemen keras, dan perbaikan lampu. Frekuensi pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jadwal dan Frekuensi Pemeliharaan Lanskap Perumahan Danau Bogor Raya No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kegiatan Pemeliharaan Penyiraman Pemangkasan rumput Pemangkasan semak Pemangkasan pohon Pendangiran Penyiangan gulma Pemupukan Pengendalian hama
9 10 11
Penyapuan Kebersihan saluran Pergantian lampu
/hari 1 kali
/minggu
Insidental
2 kali 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali 4 kali Jika terjadi serangan 1 kali 1 kali
Sumber :PT Bogor Raya Development 2011
Frekuensi /bulan /tahun
Jika lampu mati
59
Tidak semua wilayah mendapatkan perlakuan sama karena jadwal dibuat berdasarkan wilayah yang diprioritaskan. Pada perumahan DBR wilayah yang diprioritaskan adalah jalur utama, kemudian wilayah yang berpenghuni banyak, dan prioritas akhir adalah wilayah yang belum berpenghuni/hanya terdiri dari kavling kosong. Metode yang digunakan dalam pemeliharaan rutin adalah metode preventif yaitu mencegah sebelum terjadi sedangkan metode untuk pemeliharaan non rutin lebih banyak menggunakan metode korektif, karena banyaknya pemeliharaan non rutin dilakukan karena adanya keluhan/complain dari warga sekitar. Pada setiap bulannya hasil kegiatan pemeliharaan rutin maupun non rutin dilaporkan dalam rapar Direksi, General Manager, dan Manager pada masing-masing Departemen. Pengaturan jadwal pemeliharaan Danau Bogor Raya sudah ada, namun diperlukan revisi tiap tahunnya karena kondisi yang terjadi di lapang maupun di dalam perusahaan itu bisa saja berubah. Hal yang terjadi di perumahan DBR adalah adanya keterbatasan dana sehingga pihak pengelola mengatasi hal tersebut dengan mengurangi tenaga kerja atau waktu jam kerja. Menurut para pekerja, salah satu kendala dalam pelaksanaan pemeliharaan adalah tidak adanya jadwal kerja yang pasti, sehingga sewaktu-waktu mereka dipindahtempatkan ke area lain walaupun pekerjaan dilokasinya belum selesai, sehingga pekerjapun pada akhirnya kurang maksimal. Pengefektifan jadwal kerja dan jadwal pelaksanaan dapat memudahkan dalam melakukan monitoring kegiatan pelaksanaan.
5.1.3 Pengelolaan Anggaran Biaya Penyusunan anggaran biaya dilakukan oleh pihak estate yang dibuat setahun sekali pada bulan Desember oleh Manajer Estate. Penyusunan anggaran biaya ini dibuat berdasarkan jenis pekerjaan di setiap lokasi, alat dan bahan yang dibutuhkan, jenis dan volume tanaman, serta luasan lahan yang akan dipelihara. Dalam menganalisis pihak estate juga mengantisipasi adanya kenaikan harga bahan dan alat, serta THR para tenaga kerja. Keuangan Estate Departement berasal dari iuran pemeliharaan lingkungan (IPL) dari warga. Iuran pengelolaan lingkungan (IPL) adalah sejumlah uang yang
60
wajib dibayar oleh pemilik atau penghuni kepada pihak pengelola sehubungan dengan penggunaan dan pemanfaatan fasilitas dan lingkup pengelolaan lingkungan. Setiap penghuni wajib membayar IPL yang telah ditetapkan oleh pengelola. Pembayaran IPL mulai terhitung sejak tanggal lunas pembayaran atau serah terima rumah/kavling. Pelayanan pengelolaan lingkungan yang diberikan meliputi perawatan lingkungan, pembersihan sampah rumah tangga, perawatan PJU, dan keamanan. Pengembang menentukan tarif yang berbeda-beda pada setiap unit kavling tergantung dari luas unit-unit kaviling dan tipe-tipe rumah setiap permukiman. Pembayaran IPL dapat dilakukan dengan cara transfer ke salah satu Bank atas nama PT Bogor Raya Development. Tarif pembayaran ini tercantum di dalam buku Ketentuan Lingkungan Kepenghunian dan Pendirian Bangunan. Jika terjadi keterlambatan dalam pembayaran IPL maka akan mendapat peringatan berupa surat yang dikirimkan dari Estate. Surat. Apabila keterlambatan pembayaran IPL tersebut tidak dilakukan setelah menerima surat peringatan setidaknya 14 hari setelah menerima surat peringatan maka bila penghuni tidak akan menerima jasa pemeliharan seperti pengangkutan sampah dan Estate tidak menerima complaint yang diajukan oleh penghuni tersebut. Pemasukan Estate Departement tahun 2010 dari IPL ini telah mencapai Rp 147.327.000,00. Selain IPL, Estate mendapatkan pemasukan dari Fee jalur logistik, jalur utama (KGBR), pengangkutan sampah (KGBR dan Novotel), dan pembayaran air bersih WTP (Residental, KGBR, dan Novotel). Pemasukan tersebut tidak sebanding dengan pengeluran Estate untuk menutupi biaya yang dikeluarkan, berasal dari hasil penjualan rumah. Rincian pengeluaran oleh Estate pada tahun 2010 disajikan pada Tabel 5.
61
Tabel 5. Biaya Estate Departemen Tahun 2010 Jenis Pengeluaran
Nominal (Rp.)
Biaya Estate Landscape Kebersihan Jalan Umum Sungai Utilitas Rumah WTP Biaya Administrasi Biaya Karyawan ATK Repemil Gedung Kendaraan, Inventarisasi Biaya Kantor Biaya Security Biaya Karyawan ATK Repemil
Total
PT. GBR
PT. BRD
690 000 38 822 000 8 256 000 129 127 000 -
220 417 000 323 549 000 192 662 000 105 057 000 195 124 000
221 107 000 362 371 000 200 918 000 234 184 000 195 124 000
-
276 760 000 3 436 000
276 760 000 3 436 000
-
6 345 000 6 768 000
6 345 000 6 768 000
175 137 000 -
Biaya Kantor 119 543 000 Sumber: PT. Bogor Raya Development 2010
1 159 281 000 1 334 418 000 8 801 000 8 801 000 198 283 198 283 1 757 494 1 637 951 000 000
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa alokasi biaya paling besar yaitu membayar biaya kebersihan. Hal tersebut terjadi karena banyaknya tenaga kerja yang dikerahkan dalam mengelola lanskapnya. Dalam menganalisis biaya pemeliharaan taman, departemen estate mengkonversikan
seluruh
biaya
yang
harus
dikeluarkan
dalam
satuan
rupiah/m²/hari. Penggunaan satuan biaya ini memudahkan perhitungan biaya pemeliharaan yang dibutuhkan. Satuan ini efektif dalam menghitung anggaran biaya yang diperlukan jika terjadi kenaikan harga alat-alat dan bahan pemeliharaan lanskap atau kenaikan gaji pegawai. Contoh perhitungan analisis biaya tersebut adalah sebagai berikut: Kegiatan penyiangan gulma pada semak a) Kemampuan 84 m²/hari
62
b) Efektivitas kerja dalam sebulan : 30 hari c) Upah pegawai : Rp 39.800,-/orang/hari Harga upah pegawai setiap m² adalah: Rp 39.800,-/orang/hari : 84 m²/orang/hari = Rp 473,80,-/m² d) Alat yang digunakan: Kored dengan harga Rp 25.000,-/periodik Kekuatan alat 1 tahun (365 hari) Harga alat dikonversikan ke m² adalah: Rp 25.000,-/periodik : 365 hari : 84 m²/hari = Rp 0,82,-/m² Harga setiap kali dilakukannya pemeliharaan taman tersebut berupa kegiatan penyiangan gulma pada semak adalah: Rp 473,80,-/m² + Rp 0,82,-/m² = Rp 474,62,-/m². Perhitungan biaya pemeliharaan seperti diatas dapat memantau setiap perubahan yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Dengan cara yang sama, perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menghitung pekerjaan pemeliharaan lainnya. Dalam menganalisis biaya departemen estate mengkonversikan seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam satuan rupiah/m²/hari. Penggunaan satuan biaya ini memudahkan perhitungan biaya pemeliharaan yang dibutuhkan. Satuan ini efektif dalam menghitung anggaran biaya akhir yang diperlukan jika terjadi kenaikan harga alat-alat dan bahan-bahan pemeliharaan lanskap atau kenaikan gaji karyawan. Permasalahan anggaran biaya juga terjadi karena banyaknya warga yang tidak membayar Iuran Pemeliharaan Lingkungan (IPL) yang menjadi salah satu pendapatan anggaran biaya perumahan. Di antara warga yang sudah membeli kavling dan telah membangun bangunan terdapat warga yang tidak menempatinya dan tidak dapat dihubungi oleh pihak pengelola sehingga warga tersebut tidak membayar IPL yang telah ditentukan. Oleh karena itu, diperlukannya aturan yang tegas dari pihak pengelola unutuk penghuni kawasan perumahan dalam pembayaran iuran pemeliharaan lingkungan (IPL). Perhitungan anggaran biaya disesuaikan dengan kemampuan kerja karyawan dengan upah karyawan, harga alat dan jangka waktu ekonomisnya serta harga bahan yang digunakan.
63
5.2 Pengorganisasian Pelaksanaan Pemeliharaan Lanskap Perumahan DBR merupakan perumahan yang besar sehingga dibuat struktur organisasi agar perumahan DBR dapat dikelola dengan baik. Pengelolaan Perumahan DBR berada di bawah wewenang dan tanggung jawab Direktur Operasional dan General Manager yang dibantu oleh Supervisor Estate Departement. Untuk kegiatan pengelolaan di lapang, manager menyerahkan wewenang penuh kepada Supervisor Estate Departement yang dibantu oleh paramandor dan staf lapang. Pemeliharaan lanskap dikelola secara in house yang memiliki beberapa tenaga kerja harian dan pengawas lapang untuk seluruh area pemeliharaan. Pihak pelaksana juga berkoordinasi dengan kontraktor yang berkait.
5.2.1 Pengelolaan Tenaga Kerja Kegiatan pemeliharaan lanskap ditangani sendiri (in house) oleh Estate Departemen dengan memperkerjakan tenaga kerja harian. Berdasarkan status karyawan ada dua jenis karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan harian. Jam kerja karyawan rata-rata 7 jam/hari mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 dari hari Senin sampai hari Sabtu dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00. Karyawan tetap dimonitor setiap hari dengan mesin absen “amano”. Jika ada karyawan yang tidak hadir maka harus menggantikan jam kerja itu pada hari lain sedangkan tenaga kerja harian diabsensi dilakukan setiap hari oleh pengawas mandor dan diserahkan kepada supervisor (Lampiran 7). Jika ada tenaga kerja yang tidak masuk maka akan dipotong upahnya sebanyak jumlah hari yang ia tidak masuk. Jam kerja lembur diberikan apabila memang ada pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan pada saat jam kerja utama. Rata-rata tenaga harian lembur selama 5 jam perhari dan upah lembur dibayarkan sesuai dengan upah yang sudah ditentukan oleh Estate. Spesifikasi pekerjaan
meliputi
pemeliharaan
rutin
yaitu
penyiraman,
pemupukan,
pemotongan dahan/batang-batang pohon yang tidak diperlukan, penyemprotan hama, penggantian tanaman-tanaman yang mati, pemotongan rumput, renovasi
64
taman serta kegiatan kebersihan yang meliputi penyapuan jalan-jalan, membuang semua bekan pekerjaan taman, dan pembersihan saluran-saluran. Jumlah tenaga kerja pemeliharaan harian berada pada naungan PT. Bogor Raya Development sebanyak 35 orang yang terdiri dari pekerjaan penanggung jawab jalur 1 dan 2 pos Aster sebanyak 6 orang, jalur 3 Klub Golf Bogor Raya blok E sebanyak 5 orang, dan kantor estate sebanyak 5 orang. Biasanya satu area dikerjakan beberapa tenaga. Pada periode tertentu dilakukan pergiliran lokasi. Kinerja dari tenaga kerja melalui waktu kerja dalam menyelesaikan satu pekerjaan. Kapasitas dan efektifitas tenaga kerja pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kapasitas dan Efektifitas Tenaga Kerja Pemeliharaan No
1 2 3 4 5
Jenis Pekerjaan
Kapasitas Kerja (Unit/jam) Pengamatan 600 m² 500 m² 28 m² 4 pohon 20 m²
Penyiraman Pemangkasan rumput Pemangkasan semak Pemangkasan pohon Penyiangan groundcover 6 Penyiangan semak 12 m² 7 Penyiangan pohon 10 pohon 8 Penyiangan rumput 20 m² 9 Pemupukan semak 50 m² 10 Pemupukan pohon 7 pohon 11 Pengendalian HPT 140 m² 12 Penyapuan Boulevard 700 m² 13 Penyapuan 700 m² pemukiman *Sumber: Arifin dan Arifin 2005
Efektifitas Kerja (%)
Pustaka* 700 m² 250 m² 10 m² 5 pohon 40 m²
86 200 280 80 50
40 m² 7 pohon 40 m² 100 m² 7 pohon 500 m² -
30 142 50 50 100 28 -
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, terlihat bahwa produktivitas dari para tenaga kerja pada beberapa jenis pekerjaan sudah cukup baik. Namun akan lebih baik apabila para pekerja lebih memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Karena yang menjadi masalah bahwa tidak tertibnya para tenaga
65
kerja mematuhi waktu jam kerja, khususnya memakan waktu istirahat yang cukup lama sehingga waktu efektif bekerja berkurang. Penurunan kapasitas tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa hal berikut. 1. Faktor alam Hal ini merupakan kendala yang cukup besar bila datangnya musim penghujan dimana gulma-gulma baik di tanaman maupun di paving tumbuh dengan cepat namun waktu yang dibutuhkan untuk bekerja menjadi berkurang karena datangnya hujan. Namun, positifnya adalah tanaman-tanaman yang penyiramannya kurang mendapatkan cukup penyiraman. 2. Faktor tenaga kerja Kemampuan fisik dari tenaga kerja harian yang melakukan pekerjaan pemeliharaan tidak dapat diandalkan 100% dalam ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan pemeliharaan. Kapasitas dapat menurun kerena kondisi fisik dari tenaga kerja yang tidak dalam kondisi sehat. 3. Faktor bahan dan alat Faktor ini sering menjadi kendala dalam pekerjaan pemeliharaan. Yang menjadi kendala adalah ketika adanya kerusakan alat pada mesin potong rumput dan penyediaan alat dan bahan yang cukup lama prosesnya. Hal ini mempengaruhi kapasitas tenaga kerja karena ketidaknyamanan alat yang digunakan membuat pekerjaaan sedikit tidak lancar dari biasanya. Beberapa masalah yang terjadi di lapang adalah tidak tertibnya beberapa tenaga kerja memenuhi waktu jam kerja sebaiknya pengawasan karyawan lapang perlu ditingkatkan lagi agar karyawan lebih intensif dalam melaksanakan pekerjaannya. Secara teknis kegiatan pemeliharaan di lapang sudah cukup baik walaupun terdapat beberapa kesalahan kecil. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki para tenaga kerja, karenanya diperlukan training atau transfer informasi baik sebelum para tenaga kerja diterjunkan ke lapang atau setelah kegiatan pemeliharaan dilaksanakan.
66
5.2.2 Kontraktor Kontraktor yang menangani penyediaan bahan dan pemeliharaan proyek ditangani oleh kontraktor-kontraktor yang telah ditunjuk oleh Estate Departement. Kontraktor-kontraktor yang diperkejakan oleh Estate menggunakan sistem perorangan. Jika akan melakukan proyek pembuatan atau renovasi taman sebelumnya Estate meminta persetujuan kepada Direksi perusahaan untuk pembuatan atau renovasi taman setelah disetujui maka akan dilakukan pembuatan Surat Permintaan Barang/Pembelian (Lampiran 4) dan penawaran harga kepada kontraktor-kontraktor tersebut dan dilanjutkan pembuatan surat perintah kerja (SPK) kepada kontraktor yang dipilih. Dalam pelaksanaan pekerjaan, kontraktor akan menerima surat berupa SPK yang berisikan mengenai nama, lokasi, macam pekerjaan, tanggal waktu dimulai dan selesai pekerjaan/pengiriman, dan sistem pembayaran. Pada kegiatan renovasi/pembuatan taman apabila kontraktor tidak dapat memenuhi jadwal maka kontraktor tersebut akan diganti oleh kontraktor lainnya. Spesifikasi pekerjaan yang tercantum dalam SPK dapat meliputi bahanbahan soft material, jasa dan tenaga kerja, dan maintenance tiga bulan yaitu berupa penyiraman, penyiangan, pemangkasan, hama penyakit, dan penggantian tanaman yang mati, selanjutnya kegiatan pemeliharaan akan dilakukan oleh tenaga keja Estate.
5.2.3 Pengelolaan Pengadaan Bahan dan Alat Kebutuhan bahan dan alat untuk kegiatan pemeliharaan sudah dianggarkan tiap tahunnya dalam Rencana Anggaran Pemeliharaan. Rencana Anggaran ini diharapkan cukup untuk membiayai kegiatan pemeliharaan dalam satu tahun anggaran. Pengadaan bahan dan alat yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan telah dipersiapkan oleh pihak pengelola. Untuk alat-alat berupa mesin pemangkas rumput, alat penyemprot, gunting rumput, mesin pemangkas pohon, dan mobil tangki penyiraman disimpan di kantor departemen estate, peralatan tersebut
67
diambil setiap akan digunakan. Peralatan seperti sapu, kape, clurit, ember dan peralatan lainnya merupakan tanggung jawab masing-masing pekerja. Bahan dan alat yang telah disediakan oleh pihak Depatemen Estate didapatkan melalui permohonan bahan dan alat pada waktu tertentu kepada pihak Purchasing and General Affairs (GA) Departemen. Pihak GA kemudian membawa surat permohonan berupa Surat Permintaan Barang/Pembelian untuk disetujui General Manager dan bagian Finance. Setelah permohonan tersebut disetujui maka GA segera membeli peralatan yang dibutuhkan dan kemudian diserahkan kepada departemen estat. Adapun rincian jenis seta masa efektif peralatan alat-alat yang digunakan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Jenis dan Masa Efektif Peralatan No.
Jenis Alat
Masa efektif Bogor Raya Pustaka* 1 Cangkul 6 bulan 6 bulan 2 Mesin pemotong rumput Kondisi 3 tahun 3 Kored 1 tahun 6 bulan 4 Golok Kondisi 6 bulan 5 Arit Kondisi 6 bulan 6 Parang Kondisi 6 bulan 7 Alat-alat penyemprot Kondisi 3 tahun 8 Sapu lidi 1 bulan 1 bulan 9 Kape 1 bulan 2 tahun 10 Garpu 6 bulan 6 bulan 11 Mobil tangki air 5000 ml Kondisi 4 tahun 12 Mobil tangki air 4000 ml Kondisi 4 tahun 13 Truk pengangkut sampah Kondisi 5 tahun Sumber: PT. Bogor Raya Development 2011 *Pustaka: Arifin dan Arifin 2005 Standar jangka waktu pemakaian yang ditetapkan oleh pihak pengelola lebih tinggi dari standar pustaka. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, berikut. 1. Kondisi peralatan yang masih dapat digunakan, walaupun sudah tidak optimal, pihak pengelola akan menggantinya sampai alat tersebut tidak dapat digunakan sama sekali. Hal ini dilakukan karena biaya peralatan yang cukup mahal seperti mesin pemangkas rumput, alat penyemprot dan chainsaw.
68
2. Perusahaan ingin menekan pengeluaran dan salah satu upayanya adalah memperpanjang standar waktu alat yang memang rutin untuk digantikan. Pembelian barang secara langsung dapat dilakukan dengan meminta sebesar yang dibutuhkan atau hanya permohonan uang muka. Pemohon yang telah membeli barang diharuskan mengisi form Permohonan Dana dengan melampirkan kuitansi pembelian barang untuk ditandatangani manajer. Form ini diberikan kepada Finance and Accounting Div. (FA) dan diketahui oleh direksi. Pemenuhan kebutuhan bahan dan alat secara umum masih kurang baik karena proses yang dilalui memakan waktu cukup lama dan untuk menerima bahan dan alat yang diminta juga memakan waktu cukup lama. Hal ini menghambat pekerjaan pemeliharaan karena alat yang sudah tidak maksimal untuk digunakan, juga karena penyediaan seringkali tidak tepat waktu. Permintaan penggantian alat pada pihak GA sebaiknya dilakukan jauh sebelum penggantian alat tersebut. Sehingga pemberian alat yang baru lebih tepat pada waktunya. Permasalahan pengadaan barang dan alat dapat diatasi dengan mengorganisir pengadaan barang dan alat secara efisien. Permintaan barang dan alat sebaiknya tidak dilakukan ketika alat tersebut sudah tidak dapat digunakan kembali tetapi jauh sebelum masa pergantian alat tersebut.
5.3 Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan Dalam pelaksanaan pemeliharaan lanskap, sistem yang diterapkan oleh Departemen Estate adalah sistem pemeliharaan khusus. Sistem ini digunakan agar para pekerja terkonsentrasi pada satu jenis pekerjaan dan mempunyai tanggung jawab pada jenis pekerjaan di areanya masing-masing. Dalam hal pemeliharaan pihak DBR membagi tiga bagian yaitu bagian lanskap, bagian kebersihan, dan bagian infrastruktur. Bagian lanskap membawahi pekerjaan pemeliharaan fisik terhadap tanaman seperti penyiraman, pemangkasan, pemupukan, penyiangan dan pedangiran, pengendalian penyakit, dan penyulaman. Bagian kebersihan membawahi pekerjaan pembersihan area seperti penyapuan, pemangkasan rumput, dan kebersihan conblok. Sewaktu-waktu tenaga kerja dapat berubah jenis pekerjaan dikarenakan target pekerjaannya telah selesai dikerjakan, peralatan
69
kerjanya rusak atau bahkan pekerjaan yang memang tidak bisa dilaksanakan. Adapun jenis pekerjaan yang sering mengalami peralihan adalah penyiraman dan tenaga kerjanya biasanya membantu pekerjaan mencabut gulma pada conblok; dan pemangkasan semak perdu di mana ketika pekerjaan telah mencapai targetnya maka tenaga kerja tersebut membantu para pekerja lainnya. Bagian infrasturktur membawahi pekerjaan yang berhubungan dengan hard material seperti perbaikan jalan, pagar, lampu, dan telepon.
5.4 Kegiatan Pemeliharaan Lanskap Pemeliharaan merupakan kegiatan yang paling menentukan dalam keberlanjutan lanskap. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan lanskap adalah kurangnya perencanaan pemeliharaan. Seringkali setelah terbangun, taman/lanskap terbengkalai. Kawasan Perumahan Danau Bogor Raya dirawat secara rutin baik hard material maupun soft material. Terdapat dua kelompok pembagian kegiatan pemeliharaan yang meliputi jalur hijau, kavling kosong, dan rumah yang masih dalam masa garansi, yaitu pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidental. Pemeliharaan rutin meliputi penyiraman, pemangkasan rumput, pemangkasan semak, dan pengendalian gulma. Pemeliharaan insidental meliputi pemangkasan pohon, penyulaman, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.
5.4.1 Pemeliharaan Fisik Pada pemeliharaan fisik berhubungan dengan kualitas elemen lanskap dan berpedoman pada tujuan dan desain yang telah dibuat sebelumnya untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga rapi, bersih, indah, asri, nyaman, serta aman. Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan fisik meliputi pemeliharan soft material dan hard material. Pemeliharaan soft material terdiri atas penyiraman, pemangkasan, penyiangan gulma (weeding) dan pendangiran, pemupukan, pengedalian hama penyakit, dan penyulaman. Hard material meliputi pembersihan perkerasan,
70
perbaikan jalan dan pengecatan, dan penerangan jalan umum (PJU) dan saluran telepon. 5.4.1.1 Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft Material) 5.4.1.1.1 Penyiraman Air merupakan kebutuhan utama tanaman. Penyiraman dilakukan secara kontinyu dengan memperhatikan kondisi cuaca yang ada. Penyiraman dilakukan secara bersamaan terhadap tanaman groundcover, semak/perdu beserta pohon. Adapun peralatan yang digunakan dalam penyiraman adalah mobil tangki. Alat penyiraman dengan mobil tangki yang disediakan pihak pengelola sebanyak 2 unit yaitu mobil tangki dengan kapasitas 4000 liter dan 5000 liter. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penyiraman terdiri dari 1 orang supir dan 2 tenaga kerja penyiraman (Gambar 31). Area yang diutamakan untuk dilakukan penyiraman adalah jalur boulevard dan pada tanaman yang baru ditanam. Pada musim kemarau, penyiraman denagn mobil tangki dilakukan setiap hari, sedangkan ketika datangnya hujan penyiraman tidak dilakukan esoknya. Taman lingkungan pada area permukiman jarang dilakukan penyiraman, dikarenakan tidak cukup waktu dan juga karena taman lingkungan sudah didominasi dengan pohon-pohon besar yang cukup kuat bila tidak disiram.
Gambar 31. Penyiraman dengan Mobil Tangki
Dalam pelaksanaannya, penyiraman dimulai dengan pengisian tangki menggunakan selang 7 cm. Air yang digunakan berasal dari saluran yang
71
kualitasnya masih layak untuk penyiraman. Pengisian air untuk tangki berukuran 5000 liter menghabiskan waktu 2 jam dimulai pada pukul 07.00. Air sebanyak 5000 liter dapat habis dalam jangka waktu penyiraman dua jam tanpa henti. Setelah air habis, tangki diisi kembali. Penyiraman dapat berlangsung pada pagi, siang hingga malam hari. Pada teknis di lapangan, mahasiswa mengamati bahwa terkadang volume semprot untuk penyiraman terlalu besar. Hal ini berakibat tanah tererosi dan rumput sering rusak terutama pada rumput yang baru ditanam dan taman yang terjal. Penyiraman untuk semak/perdu, grouncover, dan rumput dengan jarak yang cukup dekat dari mobil tangki dilakukan oleh tenaga kerja dari atas mobil tangki. Untuk penyiraman yang cukup jauh dari mobil tangki, tenaga kerja turun dari mobil tangki tersebut. Penyiraman juga diperlukan pada tanaman semak/perdu yang baru dipupuk dan tanaman yang baru ditanam. Karena kegiatan pemeliharaan taman rumah tidak menjadi tugas Estate, penyiraman pada masingmasing rumah dilakukan oleh pemilik rumah.
Biasanya pemilik rumah
menyirami tanamannya menggunakan air yang sudah disediakan dan dialiri ke masing-masing rumah. 5.4.1.1.2 Pemangkasan Pemangkasan merupakan jenis kegiatan pemeliharaan fisik yang bersifat rutin dengan frekuensi tertentu. Pemangkasan yang dilakukan di Perumahan Danau Bogor Raya meliputi pemangkasan rumput, grouncover, semak/perdu, dan pemangkasan pohon. Tujuan dari kegiatan pemangkasan yaitu untuk menjaga kesehatan tanaman, mempertahankan penampilan tanaman, dan untuk keamanan pengguna. Secara umum pemangkasan dilakukan untuk mengurangi ukuran tanaman, membentuk tanaman, meremajakan tanaman, membuang bagian tanaman utilitas dan para pengguna, memenuhi persyaratan teknis lapangan untuk hamparan rumput. Pemangkasan rumput setiap harinya terbagi dalam beberapa area, yaitu area kavling, berm, median, taman, dan lahan miring. Pemangkasan pada area kavling dan halaman rumah warga yang belum dihuni bertujuan untuk memangkas rumput-rumput liar. Pemangkasan lebih mudah karena lahan masih
72
lapang sehingga area hasil pemangkasan lebih luas. Kemudian pada berm median, dan taman kegiatan pemangkasan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan area kavling karena pada area-area ini harus lebih berhati-hati agar tidak mengganggu tanaman yang lain. Pemangkasan rumput dengan alat mesin gendong dilakukan pada taman lingkungan, kavling, ruang terbuka hijau serta berm jalan. Masing-masing mesin diberikan jatah bahan bakar 3l/hari. Alat bantu yang digunakan dalam pemangkasan rumput ini adalah asahan, kaca mata, dan masker sebagai pengaman. Selain alat mesin gendong alat pangkas lain yang digunakan adalah babadan. Babadan digunakan untuk area yang relative rumit dan cukup terjal. Babadan ini menjangkau tempat-tempat yang sangat sulit dijangkau alat mesin gendong. Pemangkasan rumput dengan menggunakan mesin gendong lebih terkonsentrasi pada berm dan median (Gambar 32.). Oleh karena itu, pemangkasan rumput diiringi pula dengan petugas penyapuan, agar rumput yang baru saja dipotong dapat segera dibersihkan. Untuk pemangkasan rumput kavling, sampah rumput yang ada dibiarkan saja dan kemudian menjadi pupuk organik dengan sendirinya.
Gambar 32. Pemangkasan Rumput dengan Alat Mesin Gendong Pekerjaan pemangkasan pada semak, perdu dan groundcover dilakukan pada umumnya untuk menjaga kerapihan tapak. Alat-alat yang digunakan berupa
73
parang dan gunting pangkas. Pemangkasan pada pohon merupakan kegiatan nonrutin. Pemangkasan pohon dilakukan dengan beberapa teknik anatara lain menggunakan arit, golok, gergaji, atau galah. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya pemangkasan pohon adalah sebagai berikut: 1.
terdapat pohon yang roboh akibat angin;
2.
tajuk pohon yang menjuntai ke bawah dan menghalangi jalan;
3.
tajuk pohonm yang terlalu lebar sehingga ranting pohon dapat patah dan jatuh;
4.
terserangnya pohon oleh hama penyakit.
5.4.1.1.3 Penyiangan Gulma (Weeding) dan Pendangiran Penyiangan gulma dilakukan untuk menghilangkan tanaman liar yang berada disekitar tanaman pokok sedangkan pendangiran merupakan usaha penggemburan tanah di sekitar tanaman atau pohon. Kedua kegiatan ini dilakukan secara bersamaan agar lebih efektif. Penyiangan gulma dan pendangiran pada pohon di areal jalur jalan utama bersifat semi-intensif, sehingga penyiangan gulma diprioritaskan pada median jalan. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabutnya dengan tangan satu per satu merupakan cara penyiangan yang praktis, efisien, dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak (Gambar 33). Gulma yang sering ditemukan antara lain pegagan, rumput teki, putrid malu, dan jenis lainnya. Untuk pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida tidak dilakukan pada area pertamanan karena kurangnya alat yang digunakan. Penyiangan gulma dan pendangiran pada pohon di areal jalur utama betrsifat semi intesif, sehingga penyiangan gulma di prioritaskan pada median jalan. Untuk penyiangan dan pedangiran ini dilakukan dengan membuat piringan atau bokoran seluas dengan lebar tajuk tanaman, namun untuk pohon biasanya luas dari piringan atau bokoran yang dibuat telah ditetapkan dengan diameter 100 cm. Untuk menghindari pertumbuhan gulma, perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan cara tidak terlalu banyak menggunakan pupuk kandang atau menggunakan pupuk kandang yang telah disterilkan. Hal itu disebabkan pupuk
74
kandang yang dijual di pasaran acapkali belum disterilkan dan banyak mengandung benih rerumputan yang masih dapat tumbuh. Pada perumahan Danau Bogor Raya, penggunaan pupuk kandang kerap kali digunakan pada saat penanaman.
Gambar 33. Penyiangan secara Manual
5.4.1.1.4 Pemupukan Jenis tanah yang terdapat pada Perumahan Danau Bogor Raya adalah jenis tanah Latosol yang memiliki nutrisi, bahan organik, dan kesuburan kimia yang rendah. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan pemupukan dan pemberian bahan kapur, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanamantanaman yang beraa di atasnya berlangsung baik. Pemupukan yang digunakan di Perumahan Danau Bogor Raya terdiri dari dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah kandang, dan pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk urea dan pupuk NPK. Pemupukan biasanya dilakukan pada saat musim hujan, hal ini dikarenakan kurangnya media untuk dilakukannya penyiraman. Kegiatan pemupukan saat ini bersifat insidentil dikarenakan keterbatasan tenaga kerja dan anggaran biaya sehingga tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan jumlah tanaman yang akan dipupuk (Gambar 34).
75
Gambar 34. Pemupukan pada Pohon
Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang merek ‘Kayana’ Kelas 2. Pupuk ini lebih diperuntukan bagi tanaman yang baru saja ditanam, pohon, semak/perdu, dan groundcover. Pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik NPK mengandung 15% Nitrogen, 15% fosfor, 15% Kalium. Pemupukan dengan NPK lebih difokuskan kepada tanaman semak/perdu dan pemberiaanya dengan cara ditebar di sekitar tanaman.
5.4.1.1.5 Pengendalian Hama Penyakit Pengendalian hama penyakit dilakukan untuk mencegah atau mengatasi tanaman yan terserang penyakit. Pengendalian ini biasanya menggunakan insektisida dan fungisida, dengan dosis yang digunakan disesuaikan dengan dosis aturan
pakai pada masing-masing bahan. Sebelum dilakukan penyemprotan
(Gambar 35) biasanya diadakan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyrang tanaman. Pemeliharaan ini bersifat korektif. Hal yang sangat penting dimiliki oleh tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit ini adalah kemampuan untuk mengenali gejala serangan hama maupun penyakit sejak dini dan cara untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan pengendalian hama penyakit merupakan kegiatan yang bersifat insidental jika terjadi serangan. Jenis penyakit atau hama yang menyerang tanaman tidak banyak ditemukan di lapangan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tanaman yang sehat dan jarang ditemukannya hama.
76
Gambar 35. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida
Pengendalian HPT ini lebih diprioritaskan pada jalur jalan utama, khususnya pada pohon palem cocos (Arescastrum romanzoffianum). Palem cocos merupakan pohon dengan tingkat serangan hama yang paling tinggi di kawasan Bogor Raya. Hama yang menyerang tanaman palem ini adalah hama rayap yang menyerang bagian batang pohon. Pada awal penyerangan, tidak terlihat tandatandanya dari luar karena penyerangan hama rayap ini dimulai dari bagian dalam batang pohon. Selain rayap yang menyerang palem cocos, juga terdapat hama ulat yang menyebabkan daun rusak sehingga menyebabkan pucuk berwarna merah dan tidak tumbuh lagi. Untuk penyerangan hama rayap, terjadi juga pada pohonpohon lain seperti dadap merah (Erythrina cristagali) dan palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata). Namun pada pohon-pohon tersebut hama rayap ini menyerang bagian luar batang sehingga dapat lebih mudah dan cepat diatasi. Jenis kerusakan yang disebabkan hama ulat adalah cacar daun pada lili paris (Chrorophytum comosum), daun coklat pada pohon bungur (Lagerstromia loudini), dan pucuknya dimakan ulat dari ataske bawah pada pohon beringin (Ficus benjamina). Gejala yang disebabkan oleh kutu putih
ditandai dengan
daunnya terdapt noda-noda putih berbulu dan terdapat pada tanaman kamboja (Plumeria rubra), Batavia (Euphorbia pandurifolia), passiflora (Passiflora coccinea), pohon sawo duren (Crysophyllum cainito L), alamanda (Allamanda cathartica), pohon cemara (Cassuarina junghuniana), dan pohon waru (Hibiscus mutabilis).
77
Penyemprotan dilakukan searah dengan arah angin, menggunakan spryer gendong. Bahan yang digunakan untuk insektisida adalah curacron 500 EC 0,5 cc/l dan agristick sebagai bahan perekat. 5.4.1.1.6 Penyulaman Penyulaman yaitu pergantian tanaman akibat kerusakan atau mati. Kegiatan penyulaman merupakan kegiatan yang bersifat insidentil. Kegiatan ini dilakukan bila terdapat kerusakan dari tanaman akibat terlindas mobil ataupun mati. Tanaman yang diambil untuk kegiatan penyulaman ini berasal dari nursery ataupun jika tidak terdapat dari nursery, tanaman tersebut diambil dari tanaman yang ditanam di sekitar area pemeliharaan. Penyulaman lebih banyak dilakukan pada tanaman groundcover dan semak (Gambar 36).
Gambar 36. Penyulaman pada Area Taman
Secara teknis, tanaman yang mati sebelumnya dibongkar kemudian dipindahkan atau dibuang. Selanjutnya, lubang tanam ditanami yang baru. Pada pohon diberikan stagger dari bambu untuk memperkuat tegaknya tanaman. Penyulaman juga ditentukan oleh lokasi tanaman yang mati. Penyulaman lebih mementingkan area pemeliharan intensif yang merupakan area pemeliharaan intensif yng merupakan area yang sering dilewati pengguna. Pergantian tanaman dilakukan atas permintaan Dewan Direksi yang menginginkan suasana yang lebih cerah dan beraneka warna. Tugas ini dibebankan kepada supervisor lanskap untuk melaksanakan permintaan Dewamn Direksi dengan segera.
78
5.4.1.2 Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material) 5.4.1.2.1 Pembersihan Area Permukiman Pembersihan area dilakukan dengan penyapuan. Penyapuan jalan adalah kegiatan membersihkan jalan dari sampah-sampah organik seperti daun-daun, rumput yang baru dipangkas, dan sampah-sampah anorganik seperti plastik makanan kecil. Penyapuan jalan dilakukan setiap hari dengan menggunakan sapu lidi dan karung untuk mengumpulkannya (Gambar 37).
Gambar 37. Penyapuan Sampah Pangkas Rumput
Sampah hasil penyapuan tersebut biasanya dikumpulkan pada setiap jarak
tertentu yang kemudian akan diambil oleh mobil pengangkut sampah. Kegiatan penyapuan yang dekat dengan kavling kosong, biasanya sampah dikumpulkan dan dibuang ke dalam lubang yang tlah dibuat di area kavling kosong tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mobil pengangkut sampah dapat menjangkau seluruh sampah yang tidak terangkut, pihak pengelola tidak mengizinkan para tenaga kerja penyapuan untuk membakar sampah-sampah organic tersebut karena dapat menimbulkan polusi udara.
79
5.4.1.2.2 Pembersihan Gulma pada Perkerasan (Conblock)
Pembersihan gulma pada conblock adalah membersihkan tanaman yang
tidak diinginkan disela-sela conblock (Gambar 38). Kegiatan ini biasanya difokuskan pada area lingkungan permukiman, dimana gulma lebih banyak tumbuh dibandingkan di are jalur utama jalan yang sering dilewati kendaraan. Gulma yang tumbuh berupa rumput teki (Cyperus sp.), Meniran (Phyllnathus urinaria), dan Putri malu (Mimosa sp). Alat yang digunakan adalah secara mekanik yaitu dengan menggunakan kape dan secara kimiawi menggunakan herbisida berupa Round-up dan Gromoxon. Dosis yang digunakan sesuai dengan dosis pada masing-masing bahan. Namun pihak pengelola biasanya mencampurka kedua bahan tersebut agar gulma dapat lebih cepat mati. Penggunaan obat ini digunakan pada gulma yang masih kecil dan baru tmbuh agar tidak perlu dicabut dengan kape lagi, dan lebih efektif digunakan pada musim kemarau. Penggunaan mesin penyemprotan ini bersifat insidentil.
Gambar 38. Gulma pada Conblock 5.4.1.2.3 Perbaikan Jalan dan Pengecatan Perbaikan jalan merupakan pekerjaan infrastruktur yang dilakukan secara insidental. Perbaikan jalan dilakukan pada dua jenis perkerasan, yaitu conblok dan aspal. Untuk pekerjaan conblok para pekerja memperbaiki perkerasan tersebut dengan menggunakan conblok baru dan bahan penunjang lainnya seperti pasir, semen, dan air. Namun, pada perbaikan jalan aspal yang berlubang, dikarenakan
80
mahalnya harga aspal, bahan yang digunakan berupa campuran semen, pasir, dan air. Dari hasil pengamatan untuk perbaikan conblock langsung dilakukan jika mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi biasanya dikarenakan conblock yang memang patah karena kerapatannya sudah mulai bergeser. Cara perbaikan yang digunakan adalah membuka bagian conblock yang rusak tersebut dan menggantinya dengan yang baru dengan tambahan pasir untuk memperkuat (Gambar 39). Untuk perbaikan jalan yang permukaannya menggunakan bahan aspal biasanya dilakukan dengan jangka waktu tertentu yaitu sekitar setahun sekali. Bahan yang digunakan seharusnya aspal agar tahan lama, namun karena keterbatasan anggaran biaya maka bahan yang digunakan hanya berupa campuran antara semen dan pasir. Pengecatan dilakukan pada portal, polisi tidur, pos keamanan yang warnanya sudah mengalami pemudaran. Kegiatan ini bersifat insidentil dan sangat jarang dilakukan. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan dimana warna dari bangunan-bangunan pos satpam, portal, dan polisi tidur sudah mulai memudar.
Gambar 39. Perbaikan Conblock yang Rusak
5.4.1.2.4 Penerangan Jalan Umum (PJU) dan Saluran Telepon Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja infrastruktur yang mengeti tentang listrik dan dilakukan ketika adanya keluhan dari warga setempat. Lampu jalan merupakan aset yang paling sering mengalami kerusakan. Kerusakan ini biasa terjadi pada bohlam yang sudah mati atau pada aliran listriknya.
81
Untuk memperbaiki saluran telepon tenaga kerja infrastruktur harus mengetahui secara detail letak dari sambungan-sambungan kabel telepon yang berada di bawah permukaan tanah. Jika terjadi kerusakan tersebut tidak ditangani oleh pekerja Bogor Raya, maka pengelola harus mendatang petugas dari Telkom. Disinilah kerja sama harus dibina antara pihak pengelola dengan pihak Telkom agar pelayanan yang diberikan kepada para penghuni dapat memuaskan.
5.4.2 Pemeliharaan Ideal
Pemeliharaan ideal adalah upaya untuk mempertahankan komponenkomponen desain agar tetap sesuai dengan desain semula. Oleh sebab itu, kegiatan perencanaan dan pemeliharaan lanskap selalu diupayakan agar senantiasa mengacu pada tujuan awal. Selain itu, diperlukan adanya suatu evaluasi yang dilakukan secara berkala dan rutin untuk menjaga agar lanskap yang ada pada saat ini tidak menyimpang baik fungsi dan penggunaannya dari tujuan desain semula. Namun, tidak terutup kemungkinan jika diperlukan redesign. Desain baru dibuat untuk menciptakan ruang menjadi lebih berkarakter. Kegiatan desain baru permukiman dikerjakan oleh staf projek dan design. Namun, untuk desain taman lingkungan dilakukan oleh Supervisor Estate. Perbaikanperbaikan desain taman dilakukan secara berkala. Sampai masa kegiatan magang selesai beberapa desain taman lingkungan baru dikerjakan oleh mahasiswa dengan bimbingan supervisor. Proses yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Survei lokasi dan inventarisasi Kegiatan ini merupakan tahap awal dalam perencanaan desain baru suatu tapak. Pada tahap ini staf desain mendatangi lokasi dan melihat kekurangan-kekurangan dalam desain yang ada. Selanjutnya dilakukan tahap pradesain di lapangan. 2. Penuangan ide dalam gambar Setelah dilakukan survei dan inventarisasi, ide desain yang telah didapatkan divisualisasikan ke dalam gambar. Dalam pembuatan gambargambar ini memerlukan waktu yang beragam tergantung pada luasan lahan yang akan di desain, banyaknya pekerjaan lain yang dikerjakan staf, dan
82
tingkat pentingnya desain. Setelah gambar-gambar selesai, dibuat rencana anggaran biaya bagi pelaksanaan desain tersebut. 3. Pengajuan desain dan anggaran biaya Gambar-gambar dan rencana tersebut akan diajukan kepada Direktur Operasional. Persetujuan pada desain tersebut diiringi dengan uang muka untuk pelaksanaan pekerjaan. 4. Pelaksanaan Dalam pelaksanaannya, Supervisor secara langsung mengarahkan tenaga kerja di lapangan. Seringkali supervisor lanskap dan staf maintenance menunjuk langsung teknis pekerjaan dan menjelaskan setiap detail pekerjaan dari desain tersebut. 5. Evaluasi Selama proses pelaksanaan, dilakukan monitoring untuk menjamin keberlangsungan pekerjaan sesuai dengan standar. Setelah desain baru didirikan, hasil pekerjaan dilaporkan kepada General Manager. Kegiatan pemeliharaan ideal berupa redesign yang diikuti selama magang antara lain: a) Desain taman gerbang dan depan ruko Padjajaran Regency untuk Launching Parahyangan Tujuan dari pembuatan desain ini adalah untuk meningkatkan nilai estetika dalam ruang penerimaan permukiman Padjajaran Regency dan untuk acara launching permukiman Parahyangan yaitu dengan penanaman pohon baru dan melakukan peremajaan tanaman. b) Renovasi taman gerbang Bougenville (Golf Estate Bogor Raya) Taman ini merupakan welcome area pada area cluster bougenville (Gambar 40). Tujuan dilakukannnya renovasi taman ini dikarena taman telah lama tidak terurus sehingga banyak tanaman yang mati dan tumbuh terlalu rimbun. Hampir pada seluruh tanaman groundcover, semak, dan pohon telah tumbuh terlalu rimbun sehingga membahayakan terutama
83
Gambar 40. Gambar Desain Renovasi Taman Gerbang Bougenville GEBR
84
84
gerbang ini merupakan jalur keluar masuknya penghuni. Selain itu terdapat keluhan dari satpam bahwa tanaman-tanaman yang terdapat di depan bangunan pos satpam telah menutupi pandangan ke arah luar sehingga menyulitkan satpam. Hasil dari sebagian taman yang telah mengalami redesign terlampir pada Gambar 41.
Gambar 41. Sebelum Renovasi (Kiri) dan Hasil Renovasi (Kanan)
c) Desain taman kantor pemasaran di Kemang Regency (Gambar 42) Tujuan dari desain ini untuk menambah estetika pada kantor pemasaran karena kantor ini merupakan tempat para pengunjung yang datang untuk pembelian rumah. Selain itu juga agar para pengunjung dan staff yang datang kantor pemasaran ini merasa nyaman.
d) Perancangan taman Rim Danau Kemang Indah Regency (Gambar 43) Danau ini terdapat di tengah-tengah pemukiman Kemang Indah Regency dan berbentuk segitiga sama kaki. Danau ini merupakan danau buatan yang dibentuk sebagai taman yang berfungsi sebagai penyejuk pemukiman. Selain itu, taman ini terdapat arena olah raga berupa jongging track.
e) Perancangan taman gerbang pos satpam Kemang Indah Regency Taman ini merupakan welcome area pada area pemukiman Kemang Indah Regency (Gambar 44). Tujuan dari desain taman ini adalah untuk memberikan unsur estetika pada pemukiman dikarenakan gerbang ini merupakan jalur keluar masuk penghuni. Anggaran penanaman desain gerbang ini sebesar Rp.22.210.000,00 (Lampiran 6).
85
Gambar 42. Desain Taman Kantor Pemasaran 86 Kemang Regency
86
Gambar 43. Deain Taman RIM Danau Kemang Indah Regency
87
Gambar 44. Desain Taman Gerbang Kemang Indah Regency
88
88
Beberapa kendala yang terjadi pada pemeliharaan fisik maupun ideal karena tidak adanya keseimbangan antara antara jumlah tenaga kerja dan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan. Sebaiknya dilakukan penambahan tenaga kerja lapang dalam pemeliharaan agar pemeliharaan sesuai dengan jadwal yang dibuat.
5.5 Pengelolaan Limbah Cair dan Padat Terdapat dua jenis limbah di kawasan Perumahan Danau Bogor Raya. yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yaitu berupa limbah dapur, air bekas cuci, mandi dan siram serta air limpasan air hujan disalurkan melalui pipapipa ke penyaring, lalu dialirkan ke bak penyaring (Great chamber) dan kemudian ke bak pengendap. Dari hasil pengendapan tersebut terdapat limbah yang berupa padatan. Kemudian limbah padatan tersebut masuk ke dalam bak penampung dan dalam bak tersebut limbah ini dibiarkan terdekomposisi secara alami sehingga memerlukan waktu yang lama. Sedangkan limbah yang berbentuk cairan masuk ke dalam tangki aerasi yang kemudian masuk ke dalam kolam stabilitas dan pada akhirnya dibuang ke sungai. Pengelolaan limbah padat, berupa sampah rumah tangga dan sampah kebun/organik menggunakan sistem berantai. Sampah dikumpulkan dari tiap rumah, kavling, taman, dan jalan dengan menggunakan mobil pengangkut sampah (Colt bak terbuka) sebanyak 2 unit. Satu unit digunakan setiap hari untuk mengangkut sampah organik, satu unit lainnya untuk mengakut sampah rumah tangga seminggu 3 kali. Setiap satu unit mobil terdiri dari satu orang supir dan dua orang kenek untuk pengangkutan sampah. Pengambilan sampah rumah tangga sama prosedurnya dengan sampah organik. Setiap rumah sudah memiliki tempat sampah portable sehingga memudahkan pengangkutan. Sampah-sampah yang diangkut dibuang ke TPS di luar kawasan perumahan (Dekat jalan masuk Perumahan Danau Bogor Raya). Timbunan sampah nantinya diambil oleh petugas Pemda Bogor. Untuk sampah organik hasil dari pemangkasan rumput pada kavling-kavling biasanya dibiarkan tersebar yang berguna sebagai pupuk atau penutup tanah dan sampah organik dari hasil pemangkasan pohon dan semak dibawa oleh truk yang dikhusukan untuk sampah
89
hasil pangkasan (Gambar 45). Pengangkutan sampah sejauh ini dapat diatasi dengan baik . Hal ini terlihat dari hasil pengamatan dan tidak terdapatnya keluhan dari warga mengenai pembuangan sampah ini.
Gambar 45. Pengangkutan Sampah Rumput
5.6 Pengelolaan Keamanan Keamanan merupakan faktor yang penting dalam lingkungan perumahan. Pada pintu masuk perumahan dilengkapi dengan pos penjagaan security pada masing-masing kawasan perumahan (Gambar 46). Kawasan Perumahan Danau Bogor Raya pada sore dan malam hari di fasilitasi dengan penerangan yang cukup dan selalu dalam kondisi terpelihara. Sehingga penghuni akan merasa aman karena lingkungannya relative aman. Jika terjadi tindak kriminal, warga dengan mudah menemukan tenaga keamanan di seluruh kawasan Bogor Raya. Tiga faktor yang mempertinggi keamanan dan keselamatan pada sarana umum adalah sebagai berikut: 1. Kepedulian terhadap lingkungan Desain dan layout ytempat tersebut harus bisa dimengerti. Termaksud kemampuan untuk melihat dan mengerti yang ada di sekitar dan di depannya. Penerangan yang cukup, garis pandang yang bebas, dan mengurangi titik yang menjebakdan menjauhi situasi yang berbahaya.
90
2. Jarak penglihatan oleh orang lain Orang yang menggunakan sarana tidak akan terisolasi. Termaksud kemampuan untuk terlihat, peningkatan keagaman, dan intensitas penggunan lahan. 3. Menemukan pertolongan Seseorang dapat mencari pertolongan dari orang lain dengan melihat signage dari jalan raya yang bernama dengan jelas ketika dalam bahaya. Pengelolaan keamanan di lingkungan DBR berlaku sistem 24 jam dengan melibatkan satpam. Keamanan lingkungan Perumahan DBR ditangani oleh satuan pengamanan/security. Tenaga keamanan ditangani sendiri (in house) oleh PT Bogor Raya Development. Fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya memberikan keamanan dan kenyamanan bagi semua pihak yang berada dalam kawasan Perumahan DBR yaitu karyawan PT BRD, tamu, kontraktor, dan warga yang telah menempati rumah atau calon konsumen. Selain itu keamanan juga bertugas dalam pengaman asset yang dimiliki perusahaan dan mampu memberikan layanan yang baik dalam memberikan berbagai informasi yang ada di kawasan Perumahan Danau Bogor Raya. Saat ini jumlah personal keamanan yang ada adalah satu orang koordinator, tujuh orang komandan regu (danru), dan 75 orang anggota. Rincian pembagian tugas dan tanggung jawab di lapangan adalah sebagai berikut. 1.
Tugas jam kerja dibagi 2 shift masing-masing 12 jam kerja. Penempatan tugas sudah ditentukan di masing-masing pos.
2.
Pos portal pintu masuk perumahan sebanyak 2-3 orang anggota.
3.
Pos perkantoran kantor dan ruko di masing-masing lokasi sebanyak 2 orang.
4.
Pos jaga masing-masing permukiman sebanyak 2 orang untuk menjamin keamanan warga. Saat ini, untuk mengurangi tindak kriminal maka penghuni diberikan
stiker kartu penghuni guna untuk mengetahui kendaraan warga atau bukan warga yang keluar masuk kawasan perumahan.
91
Gambar 46. Pos Keamanan Kendala dalam pengelolaan keamanan lingkungan meskipun telah banyak tenaga yang telah dikerahkan, namun terjadi beberapa kasus kehilangan seperti pencurian kendaraan. Hal tersebut terjadi karena kelengahan dan kurang disiplinnya pada saat bertugas. Para penjaga keamanan (satpam) sebaiknya memonitoring seluruh kawasan secara teratur dan berkala untuk mengatisipasi segala bentuk kejadian yang tidak diinginkan.
5.7 Pengelolaan Air Adanya air dalam sebuah lingkungan memberikan manfaat. Seperti yang dijelaskan oleh Booth (1983), air dapat digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan, irigasi/penyiraman taman, pengendalian iklim dengan mengubah suhu udara dan permukaan tanah, pengontrol kebisingan, dan sarana rekreasi. Badan air yang terdapat di kawasan Perumahan Danau Bogor Raya berupa sungai dan danau. Air hujan yang jatuh dipermukaan tanah sebagian terserap oleh tanah dan mengalir menjadi air tanah sedangkan air berlebih dialirkan melaui saluran drainase berupa parit-parit yang terdapat di seluruh kawasan. Secara sistematik, air berasal dari arah Barat dan Selatan. Air dari saluran yang terletak di perumahan berkumpul pada saluran utama yang letaknya sejajar dengan jalan utama. Sebagian air yang mengalir pada saluran dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman dan pengadukan bahan bangunan, lalu dialirkan ke danau Perumahan Danau Bogor Raya. Pada akhirnya air tersebut masuk ke dalam aliran sungai. Secara umum, air yang mengalir pada saluran masih baik. Secara fisik air berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan sampah untuk
92
sementara dapat diasumsikan air tersebut layak dimanfaatkan untuk penggunaan yang telah disebutkan. Menurut Arsyad (2006), tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan manusia seperti mengairi tanaman, minuman ternak, minum, mandi, mencuci, dan sebagainya ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut di dalam air tersebut. Sifat air yang sesuai untuk kebutuhan irigasi adalah 1. konsentrasi total garam terlarut; 2. perbandingan natrium terhadap kation lainnya; 3. konsentrasi unsur-unsur secara potensial yang merupakan racun bagi tanaman; 4. konsentrasi bikarbonat sehubungan dengan konsentrasi kalsium dan magnesium. Selain air yang berada di permukaan juga terdapat air yang berada dalam tanah. Berdasarkan informasi yang didapat, pihak Bogor Raya memanfaatkan air yang ada di dalam tanah. Air untuk pemenuhan kebutuhan penghuni, karyawan, dan pengunjung pada seluruh kawasan perumahan diperoleh melalui jasa perusahaan air minum daerah (PDAM) yang dialirkan ke masing-masing rumah melalui pipa-pipa yang diletakkan di bawah tanah. Selain dari PDAM, pemenuhan kebutuan air juga didapat dengan menerapkan teknologi penjernihan air dengan water treatment plant (WTP) melalui flokulasi/koagulasi, sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi dengan memanfaatkan dari sungai Cipabuaran (Gambar 47). Pembangunan
WTP
bersamaan
dengan
pembangunan
kawasan
pemukiman. Area WTP menempati lahan kavling seluas 300 m² yang di dalamnya terdapat nursery milik Perumahan Danau Bogor Raya dalam skala kecil. Sistem WTP dalam pengoperasiannya mengambil air dari sungai Cipabuaran untuk diproses hingga menjadi air bersih yang siap digunakan.
93
Gambar 47. Penjernihan Air dengan Water Treatment Plant (WTP)
Pengelolaan air dengan WTP di Perumahan Danau Bogor Raya ini terdiri dari penggunaan satu unit tangki deepwell bervolume 5 m³ dan dua unit tempat penjernihan air bervolume 150 m³ setiap unitnya. Produksi air pada setiap bulan berbeda-beda tergantung jumlah penggunaannya. Pada bulan Agustus 2011 jumlah produksi air untuk tangki deepwell berjumlah 6000 m³ sedangkan tangki WTP berjumlah 1658 m³. Penjernihan air pada tangki WTP ini menggunakan bahan-bahan kimia yang berfungsi untuk menetralkan air dan membunuh kuman. Bahan yang digunakan dalam penetralan air WTP terangkum dalam Tabel 8.
Tabel 8. Bahan dan Kegunaan dalam Penjernihan Air WTP No. Jenis Bahan 1 PAC 2 Causic Soda 3 Kaporit 70%
Wujud Bubuk Bubuk Granular
Kegunaan Menurunkan kotoran Menaikkan pH Menetralkan air, menjernihkan air
Sumber: Perumahan Danau Bogor Raya 2011
Namun pemakaian WTP ini hanya sebatas untuk pemukiman Golf Estate Bogor Raya, Klub Golf Bogor Raya, dan hotel Novotel sedangkan pemakaian air untuk pemukiman lainnya menggunakan PDAM. Untuk pembersihan tangkitangki ini dilakukan sebulan sekali untuk tangki deepwell dan tiga bulan sekali untuk tangki WTP.
94
5.8 Proses Monitoring dan Evaluasi Pekerjaan
Proses monitoring dilakukan untuk memantau setiap jenis pekerjaan yang bersifat rutin dan insidental. Proses monitoring dilakukan langsung oleh supervisor lanskap dan staf maintenance. Pengawasan kegiatan pemeliharaan dilakukan setiap harinya oleh mandor dengan berkeliling di masing-masing area yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam pengawasan, mandor tidak secara terus menerus mengawasi karena ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan. Adapun pengawasan mandor adalah berupa pengecekan terhadap kehadiran tenaga kerja harian, kondisi bahan dan alat, dan hasil pekerjaan. Setelah dilakukannya inventaris di lapangan, selanjutnya mandor melakukan tindakan penyelesaian terhadap permasalahan yang ditemukan selama pengamatan dengan menunjuk tenaga kerja yang berkompeten dalam menyelesaikan masalah. Evaluasi kerja merupakan tahap yang sangat menetukan dimana tujuan dari pemeliharaan tercapai atau tidak. Evaluasi ini dilakukan oleh Supervisor lanskap tiap harinya baik berupa tertulis pada buku tugas dari masing-masing mandor maupun inspeksi langsung ke lapang. Sistem evaluasi melalui inspeksi langsung di lapang yang dilakukan oleh Supervisor lanskap adalah selain melakukan pengecekan terhadap pekerjaan tidak rutin yang telah dibebankan kepada mandor dilakukan juga berdasarkan hasil komplain dari warga terhadap kondisi bangunan maupun lingkungan/taman kepada Estate Departemen melalui Custumer Relation (CR). Penghuni dapat menghubingi langsung kepada Estate uuntuk pengajuan komplain. Dalam masa magang mahasiswa memperhatikan sedikitnya komplain warga terhadap kondisi lanskap dan lingkungan. Sebagian besar warga meminta untuk mengganti jenis tanaman pada taman lingkungan untuk pergantian suasana. Komplain-komplaian yang masuk ke CR mengenai kanskap maupun bangunan secara langsung disampaikan kepada supervisor lanskap dan kemudian dilaksanakan. Sedikitnya jumlah keluhan terhadap lanskap dapat menjadi indikator bahwa kondisi lanskap sudah cukup baik.