BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sebaran Pohon Contoh Pemilihan pohon contoh dilakukan secara purposive sampling (pemilihan contoh terarah dengan pertimbangan tertentu) dengan memperhatikan sebaran diameter setinggi dada dan keterwakilan dari dimensi lain pohon contoh. Jumlah pohon yang diteliti sebanyak 120 pohon dengan pembagian per kelas diameter 20 pohon P. merkusii dengan kriteria sifat fisik memiliki bentuk batang yang normal dan relatif lurus, memiliki sedikit cacat, tidak berpenyakit dan memiliki diameter setinggi dada lebih dari 10 cm, sehingga dapat memenuhi keterwakilan keadaan pohon secara umum dalam populasi. Pengukuran pohon contoh dilakukan pada 120 pohon yang dikelompokkan menjadi enam kelas diameter dengan jumlah pohon sebanyak 20 pohon tiap kelas. Pembagian kelas diameter dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kelas diameter setinggi dada pohon contoh pinus No
Kelas Dbh (cm)
Jumlah
1
10-19,9
20
2
20-29,9
20
3
30-39,9
20
4
40-49,9
20
5
50-59,9
20
6
60-up
20
Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter pangkal (Dp), diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc), diameter per seksi, diameter tajuk (Djuk), panjang seksi batang, tinggi total (Ttot), tinggi bebas cabang (Tbc) dan tinggi tajuk (Tjuk) dari setiap pohon contoh. Data yang diambil tersebut merupakan informasi awal dalam mengenali karakteristik biometrik pinus yang selanjutnya dilakukan perhitungan matematis sehingga didapat karakteristik yang lebih detail.
Tabel 2 Deskripsi statistik dimensi pohon contoh Dimensi
Nilai minimum
Nilai maksimum
Rata-rata
Diameter pangkal (cm)
13,00
91,30
43,56
Diameter setinggi dada (cm)
11,20
78,40
40,14
Diameter tajuk (m)
4,40
21,80
11,37
Tinggi bebas cabang (m)
3,70
25,30
16,22
Diameter bebas cabang (cm)
7,40
50,40
21,50
Tinggi total (m)
11,50
38,70
27,48
Tinggi tajuk (m)
3,80
21,20
11,26
5.2. Rasio Antar Dimensi Pohon Perhitungan rasio antar dimensi pohon dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya nilai salah satu dimensi jika dimensi yang lainnya diketahui. Rasio antar dimensi pohon yang diukur, meliputi: diameter pangkal (Dp)/diameter setinggi dada (Dbh), diameter pangkal (Dp)/diameter tajuk (Djuk), diameter bebas cabang (Dbc)/diameter tajuk (Djuk), diameter setinggi dada (Dbh)/diameter tajuk (Djuk), diameter bebas cabang (Dbc)/diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc)/diameter pangkal (Dp), tinggi tajuk (Tjuk)/tinggi total (Ttot), tinggi bebas cabang (Tbc)/tinggi total (Ttot) dan tinggi bebas cabang (Tbc)/tinggi tajuk (Tjuk). Perhitungan perbandingan-perbandingan rasio antar dimensi pohon pinus dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Deskripsi statistik rasio antar dimensi pohon pinus Rasio antar dimensi
Minimal
Maksimal
Rata-rata
Dp/Dbh
1,02
1,34
1,09
Dp/Djuk
2,15
7,38
3,88
Dbc/Djuk
0,99
3,67
2,00
Dbh/Djuk
1,95
6,46
3,57
Dbc/Dbh
0,31
0,87
0,56
Dbc/Dp
0,26
0,76
0,52
Tjuk/Ttot
0,22
0,74
0,42
Tbc/Ttot
0,27
0,78
0,58
Tbc/Tjuk
0,36
3,63
1,59
5.3. Korelasi Antar Dimensi Pohon Keeratan hubungan linier antar dimensi pohon dapat diukur dari besarnya nilai koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi (r) berkisar antara -1 sampai +1. Jika nilai r = -1, maka hubungan diameter dengan dimensi lainnya merupakan korelasi negatif sempurna. Jika r = +1 maka hubungan diameter dengan dimensi pohon lainnya merupakan korelasi positif sempurna. Bila r mendekati -1 atau +1 maka hubungan antara peubah itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara kedua peubah itu (Walpole, diacu dalam Baroroh 2006). Sel pada baris pertama dalam Tabel 4 menunjukkan besarnya korelasi antar dimensi. Sedangkan baris kedua menunjukkan besarnya nilai-p, dimana antar kedua dimensi akan memiliki korelasi yang sangat nyata bila nilai-p < 0,01, nyata pada nilai-p antara 0,01 – 0,05 dan korelasi tidak nyata pada saat nilai-p ≥ 0,05.
Tabel 4 Korelasi antar dimensi pohon pinus Dimensi
Dp
Dbh
Djuk (a)
Dp
0,990 0,000(b)
Tbc
Dbc
Ttot
0,912 0,000(b)
(a)
0,797 0,000(b)
(a)
0,836 0,000(b)
(a)
0,848 0,000(b)
0,445(a) 0,000(b)
0,920(a) 0,000(b)
0,801(a) 0,000(b)
0,855(a) 0,000(b)
0,866(a) 0,000(b)
0,471(a) 0,000(b)
0,704(a) 0,000(b)
0,774(a) 0,000(b)
0,780(a) 0,000(b)
0,450(a) 0,000(b)
0,529(a) 0,000(b)
0,841(a) 0,000(b)
0,150(a) 0,115(b)
0,811(a) 0,000(b)
0,749(a) 0,000(b)
Dbh
0,990(a) 0,000(b)
Djuk
0,912(a) 0,000(b)
0,920(a) 0,000(b)
Tbc
0,797(a) 0,000(b)
0,801(a) 0,000(b)
0,704(a) 0,000(b)
Dbc
0,836(a) 0,000(b)
0,855(a) 0,000(b)
0,774(a) 0,000(b)
0,529(a) 0,000(b)
Ttot
0,848(a) 0,000(b)
0,866(a) 0,000(b)
0,780(a) 0,000(b)
0,841(a) 0,000(b)
0,811(a) 0,000(b)
0,445(a) 0,471(a) (b) 0,000 0,000(b) (a) Ket: Nilai Korelasi Pearson (b) Nilai-p
0,450(a) 0,000(b)
0,150(a) 0,115(b)
0,749(a) 0,000(b)
Tjuk
Tjuk
(a)
0,661(a) 0,000(b) 0,661(a) 0,000(b)
Berdasarkan matrik korelasi, semua dimensi memiliki nilai korelasi positif sempurna, terlihat dari semua nilai r yang memiliki nilai positif pada setiap
dimensi dan tidak ada korelasi dimensi yang memiliki nilai negatif. Hal ini memberikan pengertian bahwa setiap peningkatan nilai salah satu dimensi akan diikuti dengan peningkatan dimensi pohon lainnya. Hampir semua dimensi memiliki hubungan yang sangat nyata antar dimensi yang satu dengan dimensi yang lainnya, terlihat oleh nilai-p yang secara keseluruhan bernilai 0,000. Dimensi yang tidak berkolerasi nyata adalah tinggi tajuk dengan tinggi bebas cabang (p=0,115) melebihi nilai korelasi tidak nyata (nilai-p ≥ 0,05). Nilai diameter setinggi dada memiliki korelasi yang paling tinggi dengan dimensi diameter pangkal sebesar 0,990 dengan nilai-p 0,000, nilai tersebut menggambarkan hubungan korelasi yang sangat erat antara kedua dimensi. Keereatan hubungan antara diameter setinggi dada dengan dimensi pohon lainnya berdasarkan tingginya nilai korelasi secara berurutan yaitu korelasi dengan diameter pangkal (0,990), diameter tajuk (0,920), tinggi total (0,866), diameter bebas cabang (0,855) dan tinggi bebas cabang (0,801), sedangkan dengan tinggi tajuk memiliki hubungan korelasi yang rendah dengan nilai r 0,471. Hubungan keeratan dimensi tinggi tajuk memiliki nilai koefisien korelasi terendah dibanding dengan hubungan hubungan keeratan yang lain. Nilai r secara berurutan yaitu 0,749 dengan diameter bebas cabang, 0,661 dengan tinggi total, 0,471 dengan diameter setinggi dada, 0,450 dengan diameter tajuk, dan 0,445 dengan diameter pangkal. Hubungan dimensi tinggi tajuk dengan tinggi bebas cabang memiliki hubungan tidak nyata, nilai-p=0,115 melebihi nilai-p ≥ 0,05. Hal ini berarti tinggi tajuk tidak memiliki hubungan linear dengan tinggi bebas cabang. Secara umum, berdasarkan matrik korelasi tersebut dimensi yang paling banyak berkorelasi dengan dimensi lain, yaitu: diameter detinggi dada, diameter pangkal dan tinggi total.
5.4. Persamaan Regresi Antar Dimensi Persamaan regresi disusun untuk mengetahui sejauh mana dimensi pohon yang dijadikan variabel bebas dapat menjelaskan dimensi pohon lain yang dijadikan variabel tak bebasnya, dengan batasan variabel bebas merupakan
variabel yang lebih mudah dan lazim digunakan pada pengukuran di lapangan dibandingkan variabel tak bebasnya. Persamaan regresi dengan menggunakan peubah bebas berupa diameter pangkal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Persamaan regresi untuk hubungan diameter pangkal dengan dimensi pohon pinus lainnya No
Persamaan
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
1
Dbh = 0,022 + 0,921 D pangkal
98,0
98,0
0,000
2
D tajuk = 1,22 + 0,233 D pangkal
83,2
83,1
0,000
3
Tbc = 6,45 + 0,224 D pangkal
63,5
63,2
0,000
4
Dbc = 5,53 + 0,364 D pangkal
68,5
68,3
0,000
5
Ttot = 13,8 + 0,312 D pangkal
71,1
70,8
0,000
6
Ttajuk = 7,40 + 0,0879 D pangkal
18,7
18,0
0,000
Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa model yang terbaik dapat dijelaskan oleh diameter pangkal adalah model pertama. Pada model pertama mempunyai nilai koefisien determinasi terkoreksi (R-sq(adj)) yang lebih besar jika dibandingkan dengan model lainnya sebesar 98,0%. Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi sebesar 98,0% yang berarti sebesar 98,0% keragaman dari diameter setinggi dada dapat dijelaskan oleh model regresi sederhana atau dapat dikatakan bahwa keragaman diameter pangkal dapat menjelaskan 98,0% keragaman diameter setinggi dada, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel atau faktor lainnya. Model persamaan yang telah dipilih dengan menggunakan peubah respon diameter setinggi dada dapat menunjukan bahwa setiap perubahan satu satuan diameter pangkal akan diikuti peningkatan perubahan diameter setinggi dada sebesar 0,921 satuan. Berdasarkan nilai-p yang diperoleh dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa besarnya nilai-p sebesar 0,000. Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat nyata 0,01, sehingga dapat diartikan bahwa model yang dibuat memiliki ketepatan yang tinggi serta mampu menujukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, diameter pangkal berpengaruh sangat nyata dalam pendugaan
besarnya nilai diameter setinggi dada, tinggi tajuk, tinggi bebas cabang, diameter tajuk, diameter bebas cabang dan tinggi total pada persamaan yang telah diuji. Berdasarkan Tabel 5, nilai-nilai dimensi lain dapat dicari apabila nilai dari diameter pangkal diketahui. Jika diamsusikan nilai Dp = 20, maka nilai Dbh = 18,4, Djuk = 5,88, Tbc = 10,93, Dbc = 12,81, Ttot = 20,04 dan Tjuk = 9,16. Nilai rata-rata koefisien determinasi (R-sq) sebesar 67,17 %. Persamaan regresi yang menyajikan pendugaan dimensi pinus dengan peubah diameter setinggi dada dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6
Persamaan regresi untuk hubungan diameter setinggi dada dengan dimensi pohon pinus lainnya
No
Persamaan
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
1
D pangkal = 0,852 + 1,06 Dbh
98,0
98,0
0,000
2
D tajuk = 1,23 + 0,253 Dbh
84,7
84,6
0,000
3
Tbc = 6,49 + 0,243 Dbh
64,2
63,9
0,000
4
Dbc = 5,28 + 0,401 Dbh
72,1
71,8
0,000
5
Ttot = 13,7 + 0,343 Dbh
74,3
74,1
0,000
6
Ttajuk = 7,19 + 0,101 Dbh
21,2
20,6
0,000
Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa model yang terbaik dapat dijelaskan oleh diameter setinggi dada adalah model pertama. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi sebesar 98,0%, artinya sebesar 98,0% keragaman diameter pangkal dapat dijelaskan oleh model regresi sederhana atau dapat dikatakan bahwa keragaman diameter setinggi dada dapat menjelaskan 98,0% keragaman diameter pangkal, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel atau faktor lainnya. Model persamaan yang telah dipilih dengan peubah respon diameter pangkal menunjukan bahwa setiap perubahan satu satuan diameter setinggi dada akan diikuti dengan perubahan diameter pangkal sebesar 1,06 satuan. Berdasarkan nilai-p yang diperoleh dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa besarnya nilai-p adalah 0,000. Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat nyata 0,01 sehingga dapat diartikan bahwa model yang dibuat memiliki ketepatan yang tinggi serta mampu menunjukan bahwa pada tingkat
kepercayaan 99%, diameter setinggi dada berpengaruh sangat nyata dalam pendugaan besarnya nilai diameter pangkal, diameter tajuk, tinggi bebas cabang, diameter bebas cabang, tinggi total dan tinggi tajuk pada persamaan yang telah diuji. Berdasarkan Tabel 6, nilai-nilai dimensi lain dapat dicari apabila nilai Dbh diketahui. Jika diamsusikan Dbh = 20, maka nilai Dp = 22,1, Djuk = 6,29, Tbc = 11,35, Dbc = 13,3, Ttot = 20,6 dan Tjuk = 9,21. Nilai rata-rata koefisien determinasi (R-sq) sebesar 69,08 %. Persamaan regresi yang menyajikan pendugaan dimensi pinus dengan peubah peramal diameter tajuk dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Persamaan regresi untuk hubungan antara diameter tajuk dengan dimensi pohon pinus lainnya No
Persamaan
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
1
D pangkal = 2,96 + 3,57 D tajuk
83,2
83,1
0,000
2
Dbh = 2,03 + 3,35 D tajuk
84,7
84,6
0,000
3
Tbc = 7,40 + 0,776 D tajuk
49,5
49,1
0,000
4
Dbc = 6,45 + 1,31 D tajuk
58,2
57,9
0,000
5
Ttot = 14,7 + 1,12 D tajuk
59,6
59,3
0,000
6
Ttajuk = 7,32 + 0,344 D tajuk
18,7
18,0
0,000
Keragaman nilai diameter tajuk dapat menjelaskan keragaman diameter setinggi dada lebih besar dibandingkan dengan dimensi pohon lainnya. Pada persamaan kedua besarnya keragaman diameter tajuk mampu menjelaskan keragaman diameter setinggi dada sebesar 84,7% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Setiap penambahan satu satuan diameter tajuk meningkatkan diameter setinggi dada sebesar 3,35 satuan. Secara keseluruhan dari model persamaan regresi pada Tabel 7 telah mewakili data yang ada. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai-p pada model yang tidak melebihi taraf nyata 0,01 maupun taraf tidak nyata 0,05. Nilai-p tersebut menunjukan pada tingkat kepercayaan 99%, keragamam diameter tajuk mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap keragaman diameter pangkal,
diameter setinggi dada, tinggi bebas cabang, diameter bebas cabang, tinggi total dan tinggi tajuk pada masing-masing persamaan yang diuji. Berdasarkan Tabel 7, nilai-nilai dimensi lain juga dapat dicari apabila nilai D tajuk diketahui. Jika diasumsikan nilai D juk = 20, maka nilai Dp = 74,4, Dbh = 69,03, Tbc = 22,92, Dbc = 32,65, Ttot = 37,1 dan Tjuk = 14,2 dengan nilai rata-rata koefisien determinasi (R-sq) sebesar 58,98 %. Persamaan regresi dengan peubah peramal tinggi bebas cabang dapt dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Persamaan regresi untuk hubungan tinggi bebas cabang dengan dimensi pohon pinus lainnya No
Persamaan
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
1
D pangkal = - 2,33 + 2,83 Tbc
63,5
63,2
0,000
2
Dbh = - 2,79 + 2,65 Tbc
64,2
63,9
0,000
3
D tajuk = 1,02 + 0,638 Tbc
49,5
49,1
0,000
4
Dbc = 8,09 + 0,819 Tbc
27,6
27,0
0,000
5
Ttot = 9,54 + 1,10 Tbc
70,5
70,2
0,000
6
Ttajuk = 9,54 + 0,104 Tbc
2,1
1,3
0,115
Dimensi tinggi bebas cabang memiliki pengaruh sangat nyata terhadap dimensi diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter tajuk, diameter bebas cabang dan tinggi total. Hal ini ditunjukan dari besarnya nilai-p yang lebih kecil dari taraf nyata 0,01. Sedangkan terhadap tinggi tajuk, tinggi bebas cabang tidak memiliki pengaruh yang nyata dengan nilai-p sebesar 0,115. Tinggi bebas cabang hanya mampu menerangkan keragaman jumlah tinggi total sebesar 70,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Untuk setiap peningkatan satu satuan tinggi bebas cabang akan meningkatkan tinggi total sebesar 1,10 satuan. Berdasarkan Tabel 8, nilai-nilai dimensi lainnya juga dapat dicari apabila nilai Tbc diketahui. Jika diasumsikan nilai Tbc = 20 maka nilai Dp = 54,27, Dbh = 50,21, Djuk = 13,78, Dbc = 24,47, Ttot = 31,54 dan Tjuk = 11,62 dengan nilai rata-rata koefisien determinasinya (R-sq) sebesar 46,23 %. Nilai rata-rata ini lebih
kecil dibanding dengan nilai koefisien determinasi pada Djuk, Dbh dan Dp, maka untuk penerapan dilapangan persamaan regresi tinggi bebas cabang ini tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Persamaan regresi yang menyajikan pendugaan dimensi pinus dengan peubah peramal diameter bebas cabang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Persamaan regresi hubungan diameter bebas cabang dengan dimensi pohon pinus lainnya No
Persamaan
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
1
D pangkal = 3,28 + 1,89 Dbc
68,5
68,3
0,000
2
Dbh = 1,71 + 1,80 Dbc
72,1
71,8
0,000
3
D tajuk = 1,88 + 0,444 Dbc
58,2
57,9
0,000
4
Tbc = 9,03 + 0,337 Dbc
27,6
27,0
0,000
5
Ttot (m) = 12,9 + 0,683 Dbc
65,6
65,3
0,000
6
Ttajuk = 3,83 + 0,346 Dbc
56,0
55,6
0,000
Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa model yang terbaik dapat dijelaskan oleh diameter bebas cabang adalah model kedua. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi sebesar 72,1% berarti keragaman diameter bebas cabang dapat menjelaskan 72,1% keragaman diameter setinggi dada, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel atau faktor lainnya. Untuk setiap peningkatan satu satuan diameter bebas cabang akan meningkatkan diameter setinggi dada sebesar 1,80 satuan. Dimensi diameter bebas cabang memiliki pengaruh sangat nyata terhadap dimensi diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter tajuk, tinggi bebas cabang, tinggi total dan tinggi tajuk. Hal ini ditunjukan dari besarnya nilai-p yang lebih kecil dari taraf nyata 0,01 Berdasarkan Tabel 9, nilai-nilai dimensi lain dapat dicari apabila nilai Dbc diketahui. Jika diasumsikan nilai Dbc = 20 maka nilai Dp = 41,08, Dbh = 37,71, Djuk = 10,76, Tbc = 15,77, Ttot = 26,56 dan Tjuk = 10,75 dengan nilai rata-rata koefisien determinasi sebesar 58,0 %. Nilai koefisien determinasi rata-rata ini juga lebih kecil dibandingkan dengan koefisien determinasi rata-rata pada persamaan regresi hubungan Dp, regresi hubungan Dbh dan regresi hubungan D tajuk. Untuk
penerapan dilapangan, persamaan regresi dengan peubah peramal diameter bebas cabang ini juga tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan sama dengan persamaan regresi dengan peubah peramal tinggi bebas cabang. Persamaan regresi yang menyajikan pendugaan dimensi pinus dengan peubah peramal tinggi total dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Persamaan regresi hubungan tinggi total dengan dimensi pohon No
Persamaan
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
1
D pangkal = - 18,9 + 2,28 Ttot
71,1
70,8
0,000
2
Dbh = - 19,3 + 2,16 Ttot
74,3
74,1
0,000
3
D tajuk = - 3,24 + 0,532 Ttot
59,6
59,3
0,000
4
Tbc = - 1,30 + 0,638 Ttot
70,5
70,2
0,000
5
Dbc = - 4,98 + 0,960 Ttot
65,6
65,3
0,000
6
Ttajuk = 1,30 + 0,362 Ttot
43,4
42,9
0,000
Tabel 10 menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi paling besar terdapat pada persamaan kedua, sebesar 74,3%. Hal ini berarti sebesar 74,3% keragaman dari diameter setinggi dada dapat dijelaskan oleh keragaman tinggi total, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini. Keragaman dari tinggi total mampu menjelaskan secara memuaskan dari diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter tajuk, tinggi bebas cabang, diameter bebas cabang dan tinggi tajuk. Nilai-p kurang dari tingkat sangat nyata 0,01 sehingga memberikan pengertian bahwa tidak ada parameter model yang menunjukan bahwa model regresi linier yang dibuat sudah mewakili data yang ada. Berdasarkan Tabel 10, nilai-nilai dimensi lainnya juga dapat dicari apabila nilai dari Ttot diketahui. Jika diasumsikan nilai Ttot = 20, maka Dp = 26,7, Dbh = 23,9, Djuk = 7,4, Tbc = 11,46, Dbc = 14,22 dan Tjuk = 8,54 dengan nilai rata-rata koefisien determinasi sebesar 64,08 %. Persamaan regresi yang menyajikan pendugaan dimensi pinus dengan peubah peramal tinggi tajuk dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Persamaan regresi hubungan antara tinggi tajuk dengan dimensi pohon lainnya No
Persamaan
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
1
D pangkal = 19,7 + 2,13 Ttajuk
18,7
18,0
0,000
2
Dbh = 16,5 + 2,11 Ttajuk
21,2
20,6
0,000
3
D tajuk = 5,28 + 0,543 Ttajuk
18,7
18,0
0,000
4
Tbc = 14,0 + 0,200 Ttajuk
2,1
1,3
0,115
5
Dbc = 3,23 + 1,62 Ttajuk
56,0
55,6
0,000
6
Ttot = 14,0 + 1,20 Ttajuk
43,4
42,9
0,000
Dimensi tinggi tajuk memiliki pengaruh sangat nyata terhadap dimensi diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter tajuk, diameter bebas cabang dan tinggi total. Hal ini ditunjukan dari besarnya nilai-p yang lebih kecil dari nilai nyata 0,01. Sedangkan dengan dimensi tinggi bebas cabang tidak memiliki pengaruh yang nyata ditunjukan dengan nilai-p sebesar 0,115. Dimensi tinggi tajuk hanya mampu menerangkan keragaman jumlah diameter bebas cabang sebesar 56,0% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Untuk setiap peningkatan satu satuan tinggi tajuk akan mampu menambah diameter bebas cabang sebesar 1,62 satuan. Berdasarkan Tabel 11, nilai-nilai dimensi lain juga dapat dicari apabila nilai T tajuk diketahui. Jika diasumsikan nilai Tjuk = 20, maka Dp = 62,3, Dbh = 58,7, Djuk = 16,14, Tbc = 18,0, Dbc = 35,63 dan Ttot = 38,0 dengan nilai ratarata koefisien determinasi sebesar 26,68 %. Nilai koefisien determinasi rata-rata ini jauh lebih kecil dibanding koefisien determinasi rata-rata lainnya. Untuk penerapan dilapangan persamaan ini tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Berdasarkan persamaan-persamaan regresi di atas, persamaan regresi dengan peubah peramal Dbc dapat diterapkan dilapangan, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi rata-rata yang didapat yaitu sebesar 69,08 %. Nilai ini adalah nilai tertinggi jika dibanding dengan persamaan regresi dengan peubah peramal Dp = 67,17 %, peubah peramal Djuk = 58,98 %, peubah peramal Tbc = 46,23 %, peubah peramal Dbc = 58,0 % dan persamaan dengan peubah peramal Ttot = 64,08 %.
5.5. Angka Bentuk Batang Rata-Rata Angka bentuk batang pinus diperoleh dari rata-rata rasio volume aktual dengan volume silinder pohon. Besaran nilai angka bentuk pohon pinus yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Angka bentuk absolut sebesar 0,444 2. Angka bentuk setinggi dada sebesar 0,531 Tabel 12 Deskripsi statistik angka bentuk pohon pinus Angka bentuk Absolut Setinggi dada
N 120 120
Maksimal 0,716 0,960
Minimal 0,280 0,372
Rata-rata 0,444 0,531
Angka bentuk merupakan suatu nilai hasil perbandingan antara volume pohon dengan volume silinder yang besarnya kurang dari satu (Husch 1963). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai angka bentuk yang ada pada Tabel 12 yang menunjukkan nilai angka bentuk absolut dan nilai angka bentuk setinggi dadanya kurang dari satu. 5.6. Kusen Bentuk Batang Rata-Rata Kusen bentuk batang merupakan nilai perbandingan antara diameter pada ketinggian tertentu dengan diameter setinggi dada. Nilai kusen bentuk yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kusen bentuk normal sebesar 0,636 2. Kusen bentuk absolut sebesar 0,670
Tabel 13 Deskripsi statistik kusen bentuk pohon pinus Kusen bentuk N Maksimal Minimal Rata-rata Normal 120 0,803 0,485 0,636 Absolut 120 0,848 0,513 0,670 Hal ini sesuai dengan pernyataan Husch et al. (2003) bahwa kusen bentuk merupakan suatu nilai hasil perbandingan anara diameter ketinggian tertentu dengan diameter setinggi dada yang besar yang kurang dari satu. Nilai kusen bentuk dapat digunakan untuk mengetahui faktor keruncingan pohon pinus pada ketinggian.
5.7 Penyusunan Persamaan Taper Pada penelitian ini ada enam persamaan taper yang dianalisis, dengan menggunakan data diameter relatif sebagai variabel tak bebas dan tinggi relatif sebagai variabel bebas.
Tabel 14 Persamaan Taper No
Persamaan
1
d/D = 1,14 - 0,938 h/H
2 3 4 5 6
d/D = 1,38 - 2,26 h/H + 1,67 (h/H)
2 2
d/D = 0,084 + 9,44 h/H - 31,1 (h/H) + 28,8 (h/H)
3
2
(d/D) = 1,19 - 1,46 h/H 2
(d/D) = 1,58 - 3,64 h/H + 2,74 (h/H) 2
2 2
(d/D) = - 0,284 + 13,2 h/H - 44,4 (h/H) + 41,5 (h/H)
3
R-sq (%)
R-sq(adj) (%)
Nilai-p
62,5
62,1
0,000
64,2
63,6
0,000
72,4
71,7
0,000
66,9
66,6
0,000
68,9
68,4
0,000
76,4
75,8
0,000
Ketelitian atau keberartian dari persamaan yang dihasilkan ditentukan dari besarnya nilai koefisien determinasi (R-sq), koefisien determinasi terkoreksi (Rsq(adj)) dan nilai-p. Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh di atas maka keenam persamaan tersebut cukup teliti unutk digunakan sebagai persamaan taper P. merkusii. Berdasarkan tabel analisis regresi persamaan taper di atas dapat ditentukan persamaan taper terbaik adalah persamaan keenam (d/D)2 = - 0,284 + 13,2 h/H 44,4 (h/H)2 + 41,5 (h/H)3. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik, dimana persamaan keenam memiliki nilai koefisien determinasi (R-sq) dan koefisien determinasi terkoreksi (R-sq(adj)) lebih besar jika dibandingkan dengan persamaan lainnya. Nilai koefisien determinasi ini dapat menggambarkan tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya. Persamaan keenam tersebut memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 76,4% dan unutk nilai koefisien determinasi terkoreksi sebesar 75,8%. Nilai koefisien determinasi ini menunjukan bahwa peubah tak bebas persamaan tersebut dapat dijelaskan sebesar 76,4% oleh peubah bebasnya sedangkan sisanya dijelaskan oleh peubah yang lain. Persamaan ini memiliki nilai koefisien yang cukup tinggi dimana semakin besar nilai koefisien determinasi maka semakin baik persamaan tersebut dalam menerangkan keragaman datanya.
Berdasarkan nilai-p yang diperoleh dapat dilihat bahwa semua persamaan taper yang ada dapat diandalkan karena nilai-p untuk setiap persamaannya kurang dari 5%. Artinya berdasarkan data yang ada sedikitnya terdapat satu nilai koefisien regresi yang tidak bernilai nol (0).
5.8 Rekapitulasi Hasil-Hasil Penelitian Karakteristik Biometrik Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa setiap jenis pohon memiliki karakteristik biometrik yang berbeda. Baroroh (2006) menyatakan bahwa angka bentuk setinggi dada pohon Shorea leprosula yaitu 0.77 dan persamaan taper yang didapat (d/D)2 = 1,06 – 0,436 h/H – 0,726 (h/H)2 + 0,627 (h/H)3, sementara Wijaksana (2008) menyatakan angka bentuk setinggi dada pohon mahoni 0,76 dengan persamaan taper d/D = 0,980 - 0,794 h/H + 0,364 (h/H)2. Novendra (2008) menghitung nilai angka bentuk berdasarkan nilai Tbc pohonnya dan didapat nilai angka bentuk setinggi dadanya 0,759 dengan persamaan taper d/D = 1,02 - 0,192 h/H - 2,22 (h/H)2 + 1,99 (h/H)3. Sementara dalam penelitian Utami (2011) dihitung nilai angka bentuk berdasarkan tinggi pohon di ketinggian pada diameter 10 cm dan tinggi bebas cabang pohon. Nilai masing-masing angka bentuk setinggi dada yaitu 0,465 dan 0,665, sementara nilai angka bentuk absolutnya 0,360 dan 0,514 dengan persamaan taper yang didapat adalah d/D = 0,818 + 0,481 h/H – 1,92 (h/H)2
Tabel 15 Rekapitulasi hasil-hasil penelitian karakteristik biometrik Swietenia
Tectona grandis
Shorea leprosulaa)
macrophylla
Dp maks.
126,10
68,00
102,87
107,7
Dbh maks.
125,50
64,00
84,08
89,2
Tbc maks.
20,80
17,50
20,50
27,3
Tt maks.
39,00
30,00
31,50
45,8
Angka bentuk setinggi dada
0,77
0,76
0,759
Angka bentuk absolut
0,71
Karakteristik
Persamaan taper
King.b)
L.f.c)
Agathisd)
0,465* 0,665** 0,360* 2
(d/D) = 1,06 – 0,436 h/H – 0,726 (h/H)2 + 0,627 (h/H)3
0,60 d/D = 0,980 0,794 h/H + 0,364 (h/H)2
0,497 d/D = 1,02 0,192 h/H - 2,22 (h/H)2 + 1,99 (h/H)3
0,514** d/D = 0,818 + 0,481 h/H – 1,92 (h/H)2
Keterangan : a) Shorea leprosula di Haurbentes Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (Baroroh 2006) b) Swietenia macrophylla King. di KPH Tasikmalaya (Wijaksana 2008) c) Tectona grandis L.f. Studi Kasus di Bagian Hutan Bancar KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II, Jawa Timur (Novendra 2008) d) Agathis loranthifolia R.A. Salisbury di Hutan Pendidikan Gunung Walat (Utami 2011) * Angka bentuk pada ketinggian di diameter 10 cm ** Angka bentuk di Tbc