19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Pengelolaan Obyek Wisata di Taman Nasional Gunung Ciremai Wilayah SPTN I Kuningan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan taman nasional
dengan gunung tertinggi di Jawa Barat. TNGC juga memiliki obyek-obyek wisata alam yang berpotensi untuk dilakukan pengembangan pariwisatanya. Namun lokasi obyek wisata tersebut sebagian besar berada di luar hamparan kawasan TNGC khususnya yang termasuk pada wilayah SPTN I Kuningan seperti yang terlihat pada Gambar 4. Keberadaan obyek wisata tersebut memberikan ketertarikan pada pemerintah daerah dan swasta untuk ikut serta dalam pengelolaan obyek wisata di TNGC yang berada di luar hamparan kawasan. Pemerintah Kabupaten Kuningan melakukan nota kesepahaman dengan pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) dalam pengelolaan obyek wisata yang berada di wilayah administrasinya. Tujuan dari kesepahaman tersebut untuk mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
untuk
kesejahteraan
masyarakat
dengan
memperhatikan
keseimbangan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Sebagai tindak lanjut dari kesepahaman tersebut maka dilakukan perjanjian kerjasama antara pemerintah Kabupaten Kuningan yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) dengan BTNGC mengenai pengelolaan obyek dan daya tarik wisata di kawasan TNGC Kabupaten
Kuningan
dalam
surat
perjanjian
kerjasama
Nomor
PKS
02/BTNGC/2009 dan Nomor 556/49/Disparbud/2009. Pada Bab III Obyek dan ruang Lingkup, Pasal 3 menyatakan bahwa obyek wisata yang berada di Kawasan TNGC Kabupaten Kuningan yaitu diantaranya Telagaremis, Paniis, Bumi Perkemahan Cibeureum, Bumi Perkemahan Cibunar, Bumi Perkemahan Balongdalem, Lembah Cilengkrang dan Bumi Perkemahan Palutungan akan dikelola oleh pemerintah daerah melalui Disparbud.
20
SPTN II Majalengka
SPTN I Kuningan
Gambar 1 Peta Lokasi ODTWA di Kawasan TNGC.
21
Tujuan dan sasaran dalam surat perjanjian pengelolaan obyek wisata di kawasan TNGC Kabupaten Kuningan tersebut diantaranya dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata di TNGC harus menjamin keseimbangan ekologis, ekonomi, sosial budaya, serta kelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistem di kawasan TNGC. Oleh karena itu, pihak pengelola harus menempatkan masyarakat sekitar lokasi obyek wisata sebagai bagian dari pengelolaan dan pemanfaatan obyek wisata. Namun peranan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan wisata mempunyai peran yang berbeda pada setiap lokasi obyek wisata sesuai dengan kebijakan pengelola obyek wisata. Hal ini dikarenakan pengelolaan beberapa obyek yang termasuk dalam surat perjanjian tersebut tidak sepenuhnya dilakukan oleh Disparbud, tetapi beberapa obyek wisata yang dikelola oleh swasta dan masyarakat sekitar sebagai bentuk kerjasama dengan BTNGC sebagai pemilik kawasan seperti yang tersaji dalam Tabel 5. Tabel 5 Pengelola obyek wisata alam di TNGC Wilayah SPTN I Kuningan No 1
Obyek wisata Talagaremis
2
Paniis
3
Buper Cibeureum
4
Buper Cibunar
5
Buper Balongdalem
4
Lembah Cilengkrang
7
Buper Palutungan
Lokasi obyek wisata Desa Kaduela Kecamatan Pasawahan Desa Paniis dan Desa Singkup Kecamatan Pasawahan Desa Cibeureum Kecamatan Cilimus Desa Linggajati Kecamatan Cilimus Desa Babakanmulya Kecamatan Jalaksana Desa Pajambon Kecamatan Jalaksana Desa Cisantana Kec. Cigugur
Pihak pengelola Disparbud Disparbud Pemerintah desa melalui Karang Taruna Pemerintah desa melalui Pos Pendakian G. Ciremai Pemerintah desa melalui Kompepar Kompepar CV. Wisata Putri Mustika
Surat perjanjian pengelolaan tersebut dapat ditinjau ulang setelah 5 tahun berjalan dan masa berlaku surat perjanjian tersebut selama 20 tahun. Balai TNGC sebagai pemilik kawasan mendapatkan persentasi pembagian hasil yang sama dari setiap lokasi wisata yaitu Rp 1.500/lembar tiket yang terjual. Nilai tersebut sebagai PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang disetorkan pada kas negara melalui TNGC. Pemerintah daerah mendapatkan pembagian hasil dari penjualan tiket dengan persentasi yang berbeda dari lokasi wisata yang tidak dikelola oleh Disparbud. Namun pemerintah daerah harus ikut serta dalam
22
pengembangan wisata salah satu caranya yaitu perbaikan jalan menuju lokasi wisata untuk mempermudah aksesibilitas pengunjung.
1. Telagaremis Disparbud mengelola aktif obyek wisata ini secara resmi pada bulan Januari 2010. Petugas lapang dari Disparbud di obyek wisata ini berjumlah 2 orang yang biasanya berjaga di loket karcis. Pihak pengelola dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh Kompepar Desa Kaduela yang terdiri dari beberapa kelompok mitra usaha (KMU). Kompepar ini sudah ikut serta mengelola Telagaremis sejak masih oleh perhutani dulu. Kegiatan rutin anggota Kompepar antara lain yaitu membantu penjualan tiket, petugas kebersihan dan menjaga keamanan atau patroli di sekitar lokasi obyek terutama bila ada perkemahan. Harga tiket masuk obyek wisata alam ini sebesar Rp 6.500/lembar. Pengunjung yang membawa anak-anak petugas memberikan kebijakan yaitu satu tiket untuk dua orang anak-anak. Pembagian hasil dari tiket tersebut setelah dipotong PNBP Rp 1.500/lembar yang diserahkan kepada TNGC yaitu 5% untuk pemda Cirebon dan selebihnya oleh Disparbud. Biaya parkir kendaraan Rp 1.000 untuk kendaraan roda dua, Rp 2.500 untuk kendaraan roda empat dan Rp 6.500 untuk kendaraan roda enam dibayar bersama dengan tiket masuk. Beberapa KMU yang masih aktif sampai saat ini diantaranya KMU MCK yaitu pengunjung yang menggunakan kamar mandi membayar jasa Rp 1.000/satu kali masuk pada petugas yang menjaga kebersihan MCK, KMU permainan air yaitu jasa penyewaan bebek dan perahu. Selain itu, terdapat juga KMU parkir yaitu petugas yang telah menjaga dan mengatur kendaraan bermotor selama pengunjung berwisata dengan memberikan uang jasa pada petugas tersebut diluar karcis parkir. Besarnya pembagian hasil setiap KMU berbeda contohnya untuk KMU permainan anak 75% pemilik permainan air, 20% Disparbud dan 5% untuk kompepar. Sedangkan untuk KMU lainnya masih belum ada pembagian hasil dengan pihak pengelola secara pasti.
23
2. Paniis Pengelolaan obyek wisata Paniis ini dilakukan oleh Disparbud. Petugas lapangan berjumlah 3 orang, dalam pelaksanaan pengelolaan petugas dibantu oleh beberapa masyarakat yang ikut serta dalam pengelolaan obyek wisata sejak perhutani dahulu. Pintu masuk menuju obyek wisata alam ini terdapat dua yaitu dari Buper Singkup dan dari Paniis. Bumi perkemahan termasuk dalam wilayah adminstrasi Desa Singkup yang saat ini sudah dikontrakkan pada salah satu masyarakat yang ingin mengelola oleh pihak desa, namun perjanjian tersebut pada dasarnya tidak berlaku. Hal ini dikarenakan status lahan merupakan milik TNGC dan pengelolaan wisatanya dilakukan oleh Disparbud. Namun berdasarkan kebijakan dari pihak pengelola maka orang tersebut diberi kepercayaan untuk ikut mengelola obyek wisata sebagai petugas penjaga tiket di pintu masuk Buper, sedangkan petugas tiket di pintu masuk Paniis dari Disparbud yang bertugas sebagai koordinator. Harga tiket masuk sebesar Rp 3.500/lembar seperti terlihat pada Gambar 1 yaitu contoh tiket masuk dan parkir yang dikeluarkan oleh Disparbud. Petugas tiket biasanya tidak menetapkan tiket masuk untuk 1 orang anak-anak yang dibawa oleh orang tuanya. Anak-anak yang datang bersama orang tua lebih dari 1 membayar tiket 1 untuk 2 orang anak.
Hal ini berbeda dengan pengunjung
rombongan anak-anak dari sekolah yang tetap membayar tiket secara penuh, namun petugas biasanya memberikan potongan harga pada rombongan besar.
Gambar 2 Tiket masuk Cipaniis. Harga tiket untuk kegiatan berkemah sama dengan tiket masuk obyek tidak dikenakan biaya tambahan. Biaya penerangan pengunjung bisa membicarakan langsung dengan penduduk yang menyediakan penyewaan listrik biasanya dikenakan biaya sebesar Rp 25.000/lampu/malam selama kegiatan berlangsung. Pengunjung yang akan menggunakan Buper harus melapor kepada pengelola
24
minimal 2 hari sebelum kegiatan berlangsung. Pengelola tidak menyediakan peralatan berkemah, sehingga pengunjung yang datang harus menyiapkan sendiri peralatannya. Pembagian hasil dari tiket masuk Cipaniis yaitu PNBP Rp 1.500/lembar diserahkan melalui BTNGC dan sisanya diserahkan ke Disparbud. Besarnya tiket parkir yaitu Rp 1.000 untuk kendaraan roda dua. Petugas yang berjaga untuk mengatur parkir berasal dari masyarakat sekitar, mereka bekerja sebagai petugas parkir sejak masih dikelola oleh perhutani. Namun saat ini mereka hanya mendapatkan penghasilan dari jasa penitipan helm atau barang pengunjung.
3. Buper Cibeureum Pengelolaan Buper Cibeureum ini dilakukan oleh pemerintah Desa Cibeureum melalui kelompok pemuda Karang Taruna. Saat ini buper tersebut masih belum dikelola secara optimal, hal ini terlihat tidak adanya petugas yang berjaga dan penarikan tiket bagi pengunjung yang datang. Penarikan tiket hanya dilakukan pada pengunjung yang melakukan kegiatan berkemah dengan sistem paket berdasarkan peraturan pemerintah desa yaitu: a. Pengunjung lebih dari 100 orang biaya yang dikenakan yaitu Rp 200.000 ditambah biaya kegiatan sebesar Rp 20.000 untuk 1 hari 1 malam. b. Pengunjung kurang dari 100 orang biaya yang dikenakan yaitu Rp 4.000 per orang selama kegiatan berlangsung. Harga paket tersebut belum termasuk sarana prasarana seperti lampu dan kamar mandi. Kamar mandi yang digunakan peserta camping yaitu kamar mandi milik perseorangan yang sengaja dibangun sebagai sebagai kamar mandi umum dengan harga yang telah ditentukan. Sedangkan untuk biaya penerangan dikenakan Rp 25.000 per malam. Pembagian hasil dari harga tiket Rp 4.000/lembar yaitu Rp 1.500/lembar untuk PNBP disetorkan melalui Balai TNGC, pemerintah desa 50% dan karang taruna 50% dari Rp 2.500/lembar yang telah dipotong biaya operasional selama kegiatan berlangsung. Hal tersebut dikarenakan Buper Cibeureum merupakan salah satu aset pendapatan desa.
25
4. Buper Cibunar Berdasarkan Peraturan Desa Linggajati Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Nomor 08 tahun 2009 tentang Bumi Perkemahan dan Pendakian Gunung Ciremai, Pengelolaan Buper Cibunar dilakukan oleh pemerintah desa melalui organisasi PPGC (Pos Pendakian Gunung Ciremai). Status PPGC merupakan salah satu mitra Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Linggajati yang bertugas sebagai pelaksana lapangan dalam pengelolaan Buper Cibunar dan pendakian Gunung Ciremai jalur Linggajati. Pembentukan PPGC dilakukan oleh pemerintah desa dengan susunan anggota berasal dari karang taruna dan masyarakat Desa Linggajati. Pembagian hasil dari pengelolaan obyek wisata alam tersebut ditentukan oleh pemerintah desa dengan memperhatikan pembangunan dan pendapatan asli desa. Nilai tiket Buper Cibunar dibedakan menjadi dua yaitu tiket untuk hiking dan tiket untuk berkemah dapat dilihat pada Gambar 2. Besarnya pembagian hasil berbeda untuk setiap kegiatan yaitu: a. Harga tiket untuk kegiatan berkemah Rp 5.000/lembar. Pembagian hasil per lembar tiket yang terjual terdiri dari Rp 1.700 untuk PPGC, Rp 700 biaya operasional, Rp 1.200 untuk pendapatan desa, Rp 700 untuk pemilik lahan dan Rp 700 untuk blok. b. Harga tiket untuk hiking Rp 2.000/lembar, hasil dari penjualannya 100% diserahkan untuk PPGC. c. Kendaraan yang masuk dikenakan biaya sebesar Rp 1.000/kendaraan, hasil tersebut diserahkan 100% untuk pendapatan desa. Nilai tersebut di luar jasa penitipan kendaraan.
Gambar 3 Tiket di Buper Cibunar berdasarkan peraturan Desa Linggajati.
26
Selain sebagai petugas pelaksana pengelolaan Buper Cibunar PPGC juga ikut dalam pengelolaan pendakian Gunung Ciremai jalur Linggajati. Tiket untuk pendakian berasal dari TNGC dengan harga Rp 6.500/lembar (Gambar 3). Pembagian hasil tersebut terdiri dari PNBP Rp 1.500/lembar, dana konservasi 5%, desa 15%, PPGC 49%, Pemuda 7%, PHBM 4%, Asuransi 5%, dan Disparbud 10%.
Gambar 4 Tiket pendakian Gunung Ciremai. 5. Buper Balongdalem Masyarakat yang berperan dalam pengelolaan Buper Balongdalem ini yaitu anggota Kompepar Desa Babakanmulya. Pengunjung yang melakukan kegiatan di Buper ini biasanya datang menemui ketua kompepar dan mengurus perizinan pengunaan lahan Buper. Pengunjung yang berkemah di lokasi ini cukup membayar Rp 3.000/orang selama kegiatan berlangsung. Pihak pengelola dalam hal ini yaitu kompepar akan mengurus perizinan ke desa dan pihak keamanan yang terkait perihal kegiatan tersebut. Pengunjung dapat melakukan negosiasi pada pihak pengelola mengenai fasilitas yang dibutuhkan selama kegiatan berlangsung. Pengunjung dapat meminjam peralatan berkemah seperti tenda yang dengan harga sewa Rp 25.000/tenda dengan kapasitas 10 orang. Penyewaan listrik Rp 50.000/hari, harga tersebut langsung dibicarakan antara pengunjung dengan masyarakat yang menyewakannya. Selain itu juga pengunjung yang berkemah dapat melarang atau mengizinkan masyarakat untuk berjualan di Buper selama kegiatan mereka berlangsung dan meminta petugas untuk menjaga keamanan kendaraan bermotor selama mereka melakukan kegiatan, jika pengunjung membutuhkan penjagaan.
27
6. Lembah Cilengkrang Pengelola obyek wisata alam ini dilakukan oleh KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Pariwisata) Lembah Cilengkrang yang anggotanya terdiri dari masyarakat PHBM Desa Pajambon. Pengelolaan oleh masyarakat ini merupakan salah satu bentuk kemitraan TNGC dalam mewujudkan pengelolaan kawasan secara lestari dan efektif dengan melibatkan masyarakat sekitar. Nilai harga tiket masuk obyek wisata ini mengalami kenaikan beberapa kali karena adanya perubahan status kawasan. Tahun 2002-2005 tiket masuk berasal dari Perum Perhutani KPH Kuningan dengan tiket Rp 2.000/lembar. Tahun 2006 tiket masuk berasal dari BKSDA Jawa Barat II dengan harga tiket Rp 3.500/lembar, hal ini dikarenakan ada kewajiban pembayaran PNBP sebesar Rp 1.000/lembar. Tahun 2007 tiket masuk berasal dari TNGC dengan harga yang sama dan kewajiban penyetoran PNBP yang sama. Mulai tahun 2008 sampai sekarang harga tiket meningkat menjadi Rp 4.000/lembar dikarenakan peningkatan tarif PNBP menjadi Rp 1.500/lembar. Pembagian hasil dilakukan kepada beberapa pihak yang terkait yaitu untuk PNBP dan dana konservasi disetorkan ke Balai TNGC, Pemerintah desa disetorkan melalui bendahara desa, dan Forum PHBM desa yang digunakan untuk operasional kegiatan PHBM Desa Pajambon. Sebelum pembagian hasil kepada anggota sebesar 20 orang, bagi hasil tersebut disisihkan terlebih dahulu sebesar 10% untuk biaya operasional kegiatan di Lembah Cilengkrang, 5% untuk ATK Kompepar dan 5% untuk dana taktis (dana pertemuan, tranportasi menghadiri undangan di luar desa, dll). Anggota Kompepar memiliki pekerjaan lain di luar kegiatan wisata di Lembah Cilengkrang, hal ini bisa dilakukan karena adanya pengaturan waktu bertugas.
7. Buper Palutungan Pengelolaan Buper Palutungan dilakukan oleh pihak swasta yaitu CV Mustika Putri. Pemilik CV ini seorang pengusaha daerah yang masih berasal dari Desa Cisantana tempat dimana lokasi wisata berada. Pengelolaan obyek wisata ini sudah berlangsung sebelum menjadi taman nasional dengan luas wilayah 15 ha,
28
namun lokasi efektif yang kini telah dikelola hanya 9,5 ha. Adanya perubahan status kawasan menjadi taman nasional mewajibkan pihak pengelola untuk mempunyai izin pengusahaan pariwisata alam di taman nasional. Namun sampai saat ini pihak pengelola belum mempunyai izin tersebut, walaupun pihak CV sudah mengajukan izin tersebut ke Dirjen PHKA. Pungutan hasil dari obyek wisata Buper Palutungan dari harga tiket sebesar Rp 7.000 dilakukan pembagian hasil yaitu Rp 1.500 untuk PNBP yang diserahkan melalui pihak TNGC, Rp 1.000 disisihkan sebagai dana konservasi. Walaupun obyek wisata ini dikelola oleh pihak swasta yaitu CV, pemerintah daerah dalam hal ini juga mendapatkan pembagian sebesar 35% dari harga tiket yang sudah dipotong oleh PNBP dan dana konservasi. Pihak pengelola yang bekerjasama dengan TNGC dan pemerintah desa, mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam pengelolaan Buper Palutungan yaitu dengan cara melibatkan KTK (Kelompok Tani Konservasi) sebagai petugas parkir dengan imbalan jasa dari pengelolaan parkir tersebut. Sedangkan kelompok PKK desa menyediakan pemesanan makanan pada pengunjung yang melakukan kegiatan berkemah dalam jumlah besar seperti acara organisasi atau sekolah.
5.2
Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Taman Nasional Gunung Ciremai Wilayah SPTN I Kuningan Lokasi obyek daya tarik wisata alam yang ada di wilayah SPTN I Kuningan
sebagian besar terletak di luar hamparan kawasan. Setiap lokasi obyek wisata memiliki daya tarik yang berbeda berupa sumberdaya alam seperti air terjun, sumber air panas, tumbuhan, satwa, pemandangan alam hutan pinus dan pegunungan, serta kebudayaan masyarakat sekitar. Beragamannya daya tarik wisata tersebut memberikan pilihan pada pengunjung yang ingin berwisata ke TNGC wilayah SPTN I Kuningan untuk berwisata sesuai dengan tujuannya. 5.2.1 Telagaremis Telagaremis terletak di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan. Lokasi obyek wisata ini berada di perbatasan tiga kabupaten yaitu Kuningan, Majalengka dan Cirebon. Luas obyek wisata Telagaremis sekitar ± 68,81 ha. Nilai daya tarik yang
29
dimiliki oleh kawasan wisata ini berupa danau alami, pemandangan alam seperti tegakan pohon pinus dan 9 sumber mata air yang tersebar di sekitar lokasi obyek wisata. Selain itu, udara sekitar obyek wisata ini terasa sejuk dan bersih seperti udara di daerah pegunungan. Telagaremis berasal dari sebuah nama kerang kecil (disebut remis) yang hidup di sekitar telaga, kerang ini dipercaya masyarakat dapat mengobati penyakit. Sejarah asal usul Telagaremis yaitu dari legenda peperangan antara Pangeran Salingsingan dengan Pangeran Purbaya yang terjadi selama berabadabad. Kedua pangeran tersebut masih kakak beradik yang terpisah jauh selama mereka pergi mencari ilmu. Kepergian kedua bersaudara ini berdasarkan titah sang ayah yaitu orang yang berhak menduduki tahta setelah beliau pergi adalah orang yang paling sakti. Pada suatu hari mereka bertemu kembali dan beradu kesaktian. Saat peperangan terjadi Pangeran Salingsingan hampir kalah oleh Pangeran Purbaya, namun kekalahan itu justru dijadikan taktik peperangan oleh Pangeran Salingsingan yaitu Pangeran Salingsingan lari bersembunyi di rungkun oyong (rimbunan tanaman oyong) yang terdapat kidang (hewan sejenis kijang). Saat Pangeran Salingsingan yang dikejar oleh Pangeran Purbaya tersebut lari ke rungkun oyong, kidang tersebut keluar dari rungkun karena kaget. Purbaya melihat kidang keluar dan beranggapan bahwa kidang tersebut merupakan jelmaan dari Pangeran Salingsingan. Purbaya pun pergi mengejar kidang tersebut ke mana pun kidang itu lari, semakin lama dia mengejar dan semakin masuk ke dalam hutan kidang tersebut semakin banyak terlihat. Pada akhirnya Purbaya merasa kelelahan dan dia merasa kehausan setelah berlari mengejar kidang. Purbaya pun pergi mencari sumber air minum dan dia menemukan sumber air yang menyerupai air mancur. Namun saat Purbaya datang air tersebut malah menghilang. Purbaya pun marah dan mencaci air tersebut, hingga air pun mengizinkan Purbaya minum dengan syarat dia harus mengambil air dengan menggunakan gayung atau tangan seperti layaknya orang berwudhu. Air itu pun keluar kembali dan Purbaya minum sepuasnya, setelah selesai Purbaya pamit pergi pada air untuk mencari kembali kidang yang dianggap jelmaan dari Salingsingan. Air yang diminum Purbaya ternyata merupakan jelmaan dari Salingsingan, sehingga Salingsingan pun berada di dalam perut
30
Purbaya. Salingsingan menyerang Purbaya dari dalam perutnya dengan melukai bagian hati Purbaya hingga dia menyerah. Saat menyerah itulah Salingsingan membuat suatu kesepakatan dengan Purbaya bahwa dia akan berubah jadi air dan Purbaya akan diubahnya jadi kura-kura bernama “si Mendung” yang akan selalu hidup di bawah air. Cerita ini pun memberikan kepercayaan pada sebagian masyarakat bahwa air yang ada di sumber air keramat akan mendatangkan berkah jadi barang siapa pun perawan atau janda yang sulit mendapatkan jodoh, mandikanlah dia dengan air keramat pasti cepat mendapatkan jodoh. Selain itu orang yang ingin bekerja atau mempunyai keinginan lain sering datang untuk dimandikan oleh kuncen. Sumber air yang biasa dipakai untuk memandikan disebut Sumur Jalatunda dan telaga yang sering dipakai mandi Telaga Nilem. Selain mempunyai cerita mitos Telagaremis juga memiliki keunikan dan keindahan sumberdaya alam yang berpotensi untuk dijadikan daya tarik wisata diantaranya yaitu: a) Telagaremis (Situ Ayu Salintang) Telaga ini merupakan telaga unggulan obyek wisata Telagaremis. Luas telaga ini paling besar diantara telaga yang lainnya, dengan kedalaman mencapai ± 15 meter, bagian dasar telaga banyak terdapat ganggang. Sumber air telaga ini berasal dari 7 mata air yang berada di sekitar pohon beringin pinggir telaga. Air dari telaga ini dipergunakan oleh PT Indosemen di Kabupaten Cirebon. Kegiatan yang berpotensi dilakukan antara lain wisata perahu dan sepeda air. Selain itu juga dapat dilakukan kegiatan wisata memancing yang kini sudah banyak dilakukan oleh warga Desa Kaduela dan sekitarnya. Flora yang terdapat di sekitar Telagaremis antara lain Pinus (Pinus merkusii), beringin (Ficus benjamina), ketapang (Terminalia katapa) dan mangga (Mangifera sp).
31
Gambar 5 Telagaremis. Keberadaan telaga ini erat kaitannya dengan makam Buyut Ayu Salintang yang makamnya terdapat di pinggir telaga ini, namun sampai saat ini masih belum ada orang yang berani menceritakan keterkaitan makam Buyut Ayu Salintang dengan keberadaan Telagaremis ini. Sebagian masyarakat ada yang menyatakan bahwa Telagaremis dan Situ Ayu Salintang berbeda dipisahkan oleh makam Buyut, namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut dan beranggapan Situ Ayu Salintang merupakan nama lain dari Telagaremis. Hal ini dikarenakan lokasi kedua telaga ini yang terlihat menyatu hanya saja tersekat pada salah satu sisinya oleh makam keramat Buyut Ayu Salintang dan mushola serta panggung hiburan seperti yang terlihat pada Gambar 6.
(a) (b) Gambar 6 (a) Jembatan penyekat Telagaremis dan Situ Ayu Salintang, (b) Situ Ayu Salintang.
32
b) Telaga Deleg Telaga Deleg merupakan salah satu telaga yang tadah hujan karena air di telaga ini penuh saat musim hujan. Air di telaga ini berwarna kecoklatan seperti yang terlihat pada Gambar 7. Pada telaga ini terdapat ikan yang sengaja dipelihara oleh masyarakat sekitar diantaranya ikan nilem, ikan mas, lele dan ikan nila. Sedangkan saat musim kemarau telaga ini kering dan lahannya digunakan oleh warga sebagai kebun biasanya ditanami umbi-umbian seperti singkong. Selain itu pada lokasi telaga ini juga terdapat sebuah petak sawah yang dikelola oleh kuncen Telagaremis. Tanaman yang terdapat di sekitar telaga yaitu kapuk randu (Ceiba petandra), kenanga, mangga (Mangifera sp.) dan beberapa tanaman palawija.
Gambar 7 Telaga Deleg. Pada lokasi Telaga Deleg ini terdapat lahan terbuka yang terdapat banyak bebatuan besar, biasanya warga sekitar menggunakan lahan ini untuk menjemur padi pada musim panen dan sebagian pengunjung biasanya menggunakan lahan ini untuk berkemah. Udara di sekitar camping ground ini cukup panas dan rawan terjadi kebakaran karena banyaknya semak belukar yang mengering pada saat musim kemarau. c) Telaga Salam Telaga ini berada di sebelah kiri bawah camping ground telaga Deleg, air telaga ini bening dan sedikit tertutup oleh serasah dari pohon sekitarnya seperti yang tersaji pada Gambar 8. Terdapat beberapa macam burung di sekitar telaga seperti cinenen pisang (Orthotomus sutorius), cabe jawa dan jenis burung semak.
33
Tanaman yang terdapat di sekitar telaga diantaranya nangka (Artocarpus heterophyllus), kapuk randu (Ceiba petandra), beringin (Ficus benjamina), sukun (Artocarpus communis), akasia (Acacia mangium) dan pisang.
Gambar 8 Telaga Salam.
d) Telaga Buruy I Telaga ini tertutup oleh semak dan tumbuhan air seperti yang terlihat pada Gambar 9, sehingga pengunjung tidak bisa melihat telaga dari jarak dekat. Udara sekitar telaga terasa panas, pada musim kemarau sering terjadi kebakaran karena semak yang mengelilingi telaga dan air telaga mengering. Jalan setapak menuju telaga ini sudah tidak terlihat, tertutup oleh tumbuhan bawah dan semak yang agak tinggi. Jarang masyarakat yang datang ke lokasi telaga ini. Tanaman yang ada di sekitar telaga berupa pisang, sengon (Paraserianthes falcataria) dan beberapa jenis semak belukar.
Gambar 9 Telaga Buruy I.
34
e) Nyi Eloh Air telaga ini berwarna bening (Gambar 10) dan mengalir setiap musim di sepanjang tahun. Letak sumber air ini di pinggir jalan dalam kawasan wisata sebelum Telaga Deleg. Biasanya pengunjung yang berkemah di camping ground Telaga Deleg menggunakan air Nyi Eloh ini untuk keperluan selama kegiatan, terdapat MCK yang sudah tidak terawat dan dapat digunakan sebagai tempat ganti pakaian. Tanaman yang terdapat di sekitar sumber air diantaranya kenanga, tanaman pisang, singkong, paku-pakuan dan semak belukar. Air yang berasal dari telaga ini digunakan oleh perusahaan lokal air minum isi ulang.
Gambar 10 Nyi Eloh.
f) Telaga Leutik dan Telaga Buruy II Telaga Leutik dan Telaga Buruy II terdapat di sebelah selatan Telagaremis. Ada beberapa jalan tanah setapak dan berbatu yang menuju kedua lokasi telaga ini, namun sebagian jalan sudah tertutup semak dikarenakan jarang dilalui orang. Masyarakat sekitar sering memancing di telaga ini, karena suasananya sunyi dan udaranya yang sejuk. Ikan yang terdapat di kedua telaga ini cukup beragam diantaranya ikan nila dan lele. Kedua telaga ini airnya surut pada musim kemarau, tepian telaga tidak terlihat karena tertutup oleh semak dan beberapa tumbuhan air seperti eceng gondok (Gambar 11).
35
(a) (b) Gambar 11 (a) Talaga Leutik dan (b) Telaga Buruy II.
g) Sumur Jalatunda Sumur Jalatunda ini merupakan sumber mata air keramat (Gambar 12) yang biasa dipakai memandikan pengunjung oleh Kuncen. Biasanya pengunjung datang pada hari-hari tertentu seperti malam jum’at kliwon. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari luar daerah seperti Cirebon dan Indramayu. Pengunjung yang datang memiliki tujuan khusus di luar kegiatan berwisata, kepercayaan mereka terhadap mitos yang berkembang masih cukup tinggi. Beberapa orang datang dengan tujuan ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik seperti mendapatkan pekerjaan atau jodoh. Akan tetapi tidak banyak pengunjung yang mengetahui keberadaan dan mitos Sumur Jalatunda ini. Lokasi Sumur Jalatunda terletak sebelum Telaga Leat.
Gambar 12 Sumur Jalatunda.
36
h) Telaga Leat dan Telaga Nilem Letak kedua telaga ini sangat berdekatan, memiliki air yang jernih sehingga tanaman yang berada di bawah telaga dapat terlihat seperti yang terlihat pada Gambar 13. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di kedua telaga ini antara lain memancing dan berenang. Namun pengunjung lebih senang berenang di telaga Nilem karena airnya lebih jernih dan dalam serta lebih luas. Pada sepanjang jalan menuju kedua lokasi telaga ini terdapat batu-batuan besar yang menjulang tinggi. Jalan menuju lokasi kedua telaga ini berbatu, bisa dilalui oleh kendaraan bermotor.
(a) Gambar 13 (a) Telaga Leat.
(b) (b) Telaga Nilem.
i) Batu Tumpeng Batu Tumpeng merupakan deretan sebuah batu yang diangggap keramat bagi orang-orang tertentu, bahkan terdapat mitos bahwa batu ini kadang – kadang tidak dapat didokumentasikan atau tidak terlihat di foto. Pada lokasi batu ini berdasarkan informasi beberapa penduduk mempunyai nilai sejarah dan biasanya ada yang menjadikan sebagai tempat pemujaan. Bentuk Batu Tumpeng ini menyerupai tumpeng yang disusun berlapis seperti yang terlihat pada Gambar 14. Selain Batu Tumpeng tersebut juga terdapat beberapa batu besar yang tersusun. Batu Tumpeng ini berada di sebelah kiri atas Telaga Deleg, akses jalan setapak menuju lokasi tidak dapat terlihat jelas karena sudah tertutup semak belukar dan
37
jarang dilalui oleh manusia. Beberapa tanaman yang banyak ditemukan yaitu sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan melinjo (Gnetum gnemon).
Gambar 14 Batu Tumpeng.
j)
Camping ground Pinus Camping ground selain di Telaga Deleg juga terdapat di sebelah utara
Telagaremis (Situ Ayu Salintang) yang tersebar menghadap pemandangan Telagaremis, berupa area yang terbuka di bawah tegakan pinus seperti yang disajikan pada Gambar 15. Beberapa tempat yang biasa digunakan untuk mendirikan tenda ditumbuhi oleh tumbuhan bawah dan semak yang akan dibersihkan oleh pihak pengelola apabila sudah ada pengunjung yang siap untuk berkemah.
Gambar 15 Camping ground Telagaremis.
38
5.2.2 Paniis Obyek wisata ini berupa bumi perkemahan singkup dan aliran air sungai yang jernih langsung dari sumber mata air. Luas obyek wisata alam Paniis sekitar ± 35,32 Ha. Pada obyek wisata ini terdapat dua tiket masuk yaitu di Buper dan jalan menuju sungai. Daya tarik wisata ini berupa aliran sungai dengan kondisi air yang jernih dan bersih (Gambar 16). Masyarakat sekitar sering menggunakan air sungai ini untuk mandi dan mencuci. Bahkan sumber air ini digunakan oleh PDAM untuk pasokan air minum ke wilayah Kabupaten Cirebon, aliran air ini juga dipergunakan warga Paniis untuk saluran irigasi areal pertanian. Aliran sungai Cipaniis tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang. Sebagian masyarakat dan pengunjung memiliki kepercayaan bahwa air dari sungai ini membawa berkah, sehingga banyak yang mencuci peralatan masak sebelum acara hajatan (pernikahan atau acara syukuran khitanan), baju atau karpet (tempat usaha) dan lain-lain agar apa yang mereka inginkan mendapatkan berkah. Selain itu ada juga orang yang beranggapan bahwa aliran air sungai Paniis ini mempunya khasiat awet muda, apabila mereka sering mandi di aliran sungai ini maka kulit mereka akan terasa kencang.
Gambar 16 Sungai Cipaniis. Pada lokasi obyek wisata alam Paniis ini terdapat pula camping ground yang berada di bawah tegakan Pinus seperti yang tersaji pada Gambar 17. Secara administratif camping ground tersebut berada di Desa Singkup, namun status lahan masih milik TNGC dan termasuk dalam satu hamparan obyek wisata Paniis yang kini dikelola oleh Disparbud oleh karena itu area perkemahan ini lebih dikenal dengan Buper Singkup. Pengunjung yang mengunakan lokasi camping
39
ground ini biasanya adalah rombongan sekolah atau organisasi. Lokasi perkemahan ini berada di pinggir jalan utama, berdekatan dengan permukiman warga dan peserta dapat mengunakan aliran air Cipaniis untuk kebutuhan selama kegiatan berlangsung.
Gambar 17 Camping ground Singkup. Jenis tumbuhan yang ada di lokasi obyek wisata ini yaitu kersen (Muntingia calabura), karet (Hevea brasiliensis), angsana (Pterocarpus indicus), kopi (Coffea sp), melinjo (Gnetum gnemon), sonokeling (Dalbergia latifolia), durian (Durio zibethinus), beringin (Ficus benjamina) dan pinus (Pinus merkusii). Sedangkan jenis satwa yang ada yaitu cabai jawa (Dicaeum trochileum) dan pijantung kecil (Arachnothera longirostra).
5.2.3 Buper Cibeureum Luas Buper Cibeureum sekitar ± 11,36 Ha. Area yang digunakan berada di samping kantor Seksi I Taman Nasional Gunung Ciremai. Keunikan Buper Cibeureum terletak pada satwa jenis monyet ekor panjang (Gambar 18) yang banyak berkeliaran di sekitar buper dan tidak takut pada aktivitas manusia. Monyet tersebut sering turun ke tanah dan mengambil makanan pengunjung bahkan beberapa monyet sering datang mengunjungi rumah warga untuk meminta makanan berupa buah atau umbi-umbian.
40
Gambar 18 Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Pada lokasi Buper Cibeureum ini terdapat sumber mata air yang cukup besar. Namun masyarakat, pengelola dan pemerintah desa melarang peserta kemah atau pengunjung lainnya turun melihat sumber air dari dekat. Hal ini dikarenakan sumber air tersebut digunakan untuk keperluan masyarakat seperti air minum dan keperluan sehari-hari lainnya. Selain takut tercemari oleh aktivitas pengunjung, masyarakat juga percaya akan beberapa mitos yang berkembang. Mitos yang berkembang tersebut yaitu adanya penjagaan oleh monyet ekor panjang yang memiliki kebiasaan dan dipercaya oleh warga sekitar bahwa setiap malam jumat kliwon semua monyet akan berkumpul dan mandi satu persatu di sumber mata air tersebut. Masyarakat juga percaya akan keberadaan ular sanca dengan ukuran besar yang sering terlihat menyebrang jalan menjelang malam tanpa mereka tahu ujung kepala dan ekor berada dimana. Adanya kepercayaan ini menyebabkan masyarakat tidak berani memberikan izin pada pengunjung untuk mempergunakan sumber air tersebut. Selain itu, masyarakat masih memegang kepercayaan bahwa apapun yang berada di “leuweung jero” (sebutan masyarakat pada kawasan hutan Cibeureum) tidak boleh dipergunakan selain air karena akan mendapatkan kesialan seumur hidup.
41
(a)
(b)
Gambar 19 (a) Lapangan Bola Buper Cibeureum, dan (b) Camping ground. Camping ground pada buper ini berada di bawah pohon pinus sebelah atas dan bawah lapangan bola, sedangkan lapangan bola biasanya dipakai oleh peserta kemah untuk upacara, api unggun dan kegiatan lainnya. Jenis flora dan fauna yang dapat ditemui dilokasi Buper Cibeureum ini antara lain pinus (Pinus merkusii), kopi (Coffea sp), beringin (Ficus benjamina), salam (Eugenia polyantha), pulus, ambit (Elaeocarpus grandiflora) dan huni. Sedangkan jenis fauna yang bisa ditemukan diantaranya yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis), cinenen pisang (Orthotomus sutorius) dan cekakak sungai (Todirhamphus chloris).
5.2.4 Buper Cibunar Lokasi Buper Cibunar merupakan pos I pendakian Gunung Ciremai jalur Linggarjati yang berada di Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus. Luas buper ini sekitar ± 7,352 Ha. Sepanjang perjalanan menuju buper pengunjung dapat melihat pemandangan area persawahan dan perkebunan warga, diantaranya kebun cengkih dan nilam yang daunnya dipergunakan warga sebagai bahan minyak wangi serta perkebunan beberapa jenis umbi dan sayur seperti yang terlihat pada Gambar 20.
42
(a)
(b)
Gambar 20 (a) pesawahan dan (b) perkebunan warga menuju Buper. Keunikan Buper Cibunar ini yaitu pemandangan alam pengunungan. Topografi dan lokasi buper yang berada di jalur pendakian menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin berkemah di Buper ini, terutama untuk kegiatan pelantikan ekstrakurikuler sekolah, atau kegiatan pecinta alam lainnya. Pengunjung yang banyak berkemah di Buper ini biasanya para pendaki yang beristirahat setelah pendakian atau persiapan untuk pendakian, lokasi Buper berada di bawah tegakan pohon pinus seperti pada Gambar 21.
Gambar 21 Camping ground Cibunar. Flora yang banyak ditemukan pada buper ini antara lain pinus (Pinus merkusii),
kayu
afrika
(Maesopsis
eminii),
suren,
mahoni
(Swietenia
macrophylla), kaliandra (Calliandra haematocepala) dan beberapa tanaman agroforestry seperti alpukat (Persea americana), lada dan durian (Durio
43
zibethinus). Pada lokasi buper juga ditemukan tanaman nilam. Sedangkan fauna yang dapat ditemui antara lain kutilang (Pycnonotus aurigaster), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), walik dan beberapa jenis burung semak.
5.2.5 Buper Balongdalam Bumi perkemahan Balongdalam merupakan salah satu obyek wisata TNGC seluas ± 5,216 Ha. Menurut cerita masyarakat Balongdalem ini merupakan tanah milik masyarakat yang memiliki dua orang anak yaitu Buyut Bayu dan Buyut Bangun. Kedua bersaudara kakak beradik ini berdebat dan bersengketa dalam memperebutkan hak kepemilikan tanah tersebut. Cerita perseteruan itu sampai terdengar oleh Sultan Matang Haji di Cirebon. Beliau melihat perseteruan tersebut dan mengambil keputusan bahwa tanah komplek Balong Dalem dan pengairannya dikuasai oleh negara dan pengelolaannya diwakilkan pada Sultan Matang Haji. Kemudian beliau memerintahkan untuk menanam pohon Raksamala yang mengandung arti raksa yaitu ngaraksa dan mala yaitu mamala, sehingga pohon Raksamala tersebut mengandung arti menjaga dari adanya mamala. Pada lokasi wisata Balongdalem ini terdapat tempat keramat yaitu makan Pansarcan Buyut Bayu dan Buyut Goong (Gambar 22) yang sampai saat ini masih banyak orang berziarah dengan tujuan tertentu. Peziarah datang pada hari-hari tertentu seperti malam jum’at kliwon, peziarah yang datang biasanya berasal dari daerah luar Kuningan seperti Cirebon dan Indramayu.
(a)
(b)
Gambar 22 (a) Makam Pansarcan Buyut Bayu dan (b) Makam Buyut Goong.
44
Salah satu upacara adat yang khusus dilakukan di obyek wisata Balongdalem yaitu kawin cai. Upacara adat ini dilakukan untuk mengingatkan masyarakat agar menjaga sumber mata air yang ada di desa mereka. Upacara adat ini biasanya dilakukan pada bulan Oktober setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini dilangsungkan di depan sumber mata air Titrayatra yaitu sebuah area terbuka yang disebut dengan “Karang Mangu” (Gambar 23). Air dalam upacara kawin cai berasal dari sumber air Tirtayatra yang berada di obyek wisata Balongdalem Desa Babakanmulya dengan air dari tujuh sumur di kawasan obyek wisata Cibulan Desa Maniskidul yaitu sumur Kejayaan, Keselamatan, Kemudahan, Kemulyan, Cirencana, Cisadane dan Pengabulan.
(a)
(b)
Gambar 23 (a) Karang mangu dan (b) Sumber air Titrayatra. Prosesi upacara adat ini dimulai dengan tarian dan arak-arakan menuju sumber mata air, kemudian dilanjutkan dengan menanam pohon dan menebarkan benih ikan di sekitar mata air. Adapun ritual yang unik dan khas yaitu menyatukan air yang berasal dari mata air Balongdalem dengan air dari Cibulan. Setelah air dari kedua sumber tersebut disatukan ke dalam kendi, air tersebut sebagian dimasukan ke dalam Balongdalem sebagai pertanda agar masyarakat di daerah tersebut tidak mengalami kekurangan air Selain itu terdapat “Taman Makam Pahlawan Samudera” (Angkatan Laut RI) terdiri dari 20 makam yang gugur dalam beberapa pertempuran geriliya melawan Belanda yang disajikan pada Gambar 24. Setiap peringatan hari pahlawan atau hari kemerdekaan 17 Agustus selalu diadakan upacara peringatan di lokasi ini, bahkan pada malam hari sebelum peringatan hari pahlawan sering
45
diadakan doa dan dzikir bersama yang dilakukan oleh masyarkat dan keluarga yang berziarah.
Gambar 24 Makam Pahlawan Samudra. Selain situs budaya dan sejarah daya tarik obyek wisata ini juga terdapat camping ground yang berada di bawah rimbunan pohon Ki Hujan, serta kolam dengan kedalaman hingga 3 meter (Gambar 25). Area camping ini letaknya berdekatan dengan permukiman penduduk, dan pada kolam yang biasa dipakai berenang dan memancing terdapat ikan nila dan ada beberapa ikan dewa. Tumbuhan yang dapat ditemui yaitu rasamala (Altingia exelsa), pulus, pinus (Pinus merkusii) dan bunga pagoda (Clerodendron paniculatum). Sedangkan satwa yang sering ditemukan diantaranya elang hitam (Ictinaetus malayensis), burung kacamata (Zosterops sp), dan kutilang (Pycnonotus aurigaster).
(b) (a) Gambar 25 (a) Kolam air Balongdalem dan (b) Camping ground.
46
5.2.6 Lembah Cilengkrang Obyek wisata ini terletak di Desa Pajambon Kecamatan Keramatmulya. Lembah Cilengkrang merupakan salah satu obyek wisata alam seluas ± 30 Ha yang memiliki keunikan berupa pemandangan lembah, curug, sebaran sumber air panas, kebun koleksi dan camping ground. Selain pada lokasi ini juga merupakan salah satu spot untuk pengamatan elang jawa yang kini mulai langka. Beberapa atraksi wisata alam yang terdapat di Lembah Cilengkrang yaitu: 1. Kopi Gede Pada tempat ini pengunjung dapat melihat indahnya pemandangan alam pengunungan, melihat pemandangan kota Cirebon dan Kuningan. Selain itu, pada pagi hari di tempat ini juga sering muncul pelangi. Ketenangan dan kesejukan udara serta keindahan pemandangan alamnya (Gambar 26) membuat pengunjung lebih merasa nyaman untuk mencari ketenangan dari kesibukan dan rutinitas sehari-hari.
Gambar 26 Pemandangan kopi gede. 2. Kebun Koleksi Jenis tanaman yang terdapat di kebun koleksi Lembah Cilengkrang cukup beragam diantaranya ki jamuju, nangsi (Villebrunia rubescens), walen (Ficus ribes), hamberang (Ficus toxicaria), mara (Macaranga tanarius), benda, mareme, kijeruk, kimuncang, kondang (Ficus variegata), ki asem, huru, beunying (Ficus fistulosa), peutag (Eugenia clavymyrtus), rerek (Sapindus rarak), gintung, pasang dan solatri. Jumlah setiap jenis berbeda dan berada di lokasi hak garap anggota kompepar. Selain itu, terdapat pula tanaman hias dan
47
tanaman obat di sekitar kebun koleksi. Jenis tanaman tersebut diantaranya kemuning, bunga pancawarna, kaca piring dan hanjuang (Cordyline fructicosa). Contoh tanaman yang terdapat di kebun koleksi Lembah Cilengkrang seperti pada Gambar 27.
(a)
(b)
Gambar 27 Jenis tanaman di kebun koleksi (a) Kemuning dan (b) Ambit. 3. Camping ground Area perkemahan di Lembah Cilengkrang terdapat di dua lokasi yaitu di bawah tegakan pinus samping warung dan area terbuka dekat MCK yang terletak setelah area perkemahan pertama. Pengunjung biasanya lebih menyukai area perkemahan yang kedua, karena pada lokasi ini lebih dekat dengan aliran sungai, mushola dan MCK. Suasana lembah dan pemandangan alam di tempat ini pun lebih terlihat jelas, selain itu area perkemahan kedua lebih luas dan dapat menampung lebih banyak pengunjung yang berkemah. Pada sore hari area perkemahan ini biasanya berkabut dan udaranya cukup dingin. Apabila beruntung pengunjung juga bisa menemui berberapa jenis burung dan satwa liar lainnya seperti musang. Lokasi area perkemahan kedua yang banyak diminati oleh pengunjung disajikan pada Gambar 28.
48
Gambar 28 Camping ground Lembah Cilengkrang. 4. Hambulu Merupakan suatu tempat di sebelah bawah area buper yang kedua terdapat mushola yang letaknya berada tepat di pinggir aliran sungai yang jernih (Gambar 29). Suasana di lokasi ini menunjukan kesejukan, ketenangan, keindahan alam dan suara aliran sungai yang jernih. Pengujung biasanya banyak yang beristirahat di pinggiran sungai, duduk di bebatuan dengan merendamkan kaki.
Gambar 29 Mushola pinggir sungai di hambulu 5. Curug Atraksi yang menjadi unggulan di lembah Cilengkrang antara lain yaitu adanya dua buah curug yaitu Curug Sabuk dan Curug Sawer. Kedua curug ini letaknya berjauhan, Curug Sawer berada di ujung perjalanan wisata dengan ketinggian ± 50 meter (Gambar 30b). Aliran Curug Sawer ini lebih kecil daripada
49
Curug Sabuk, karena adanya pemanfaatan sumber air di daerah hulu. Pada sekitar Curug Sawer juga terdapat tebing yang berlumut dan tetesan air di sekitar curug, selain itu sekitar Curug Sawer pengunjung juga bisa menemukan Lutung (Trachypithecus auratus) yang biasanya sedang mencari makan. Sedangkan lokasi Curug Sabuk berada dekat pemandian air panas dengan aliran air yang lebih besar dari Curug Sawer, namun ketinggiannya hanya sekitar ± 30 meter (Gambar 30a). Aliran curug ini agak tertutup oleh bebatuan besar, sehingga pengunjung yang ingin melihat dari dekat dan bermain air di curug harus melewati bebatuan tersebut. Adanya bebatuan tersebut juga membuat aliran air yaang berasal dari curug terbagi-bagi dalam beberapa aliran kecil.
` (a) (b) Gambar 30 (a) Curug Sabuk dan (b) Curug Sawer. 6. Sumber air panas Sumber air panas yang terdapat di Lembah Cilengkrang tersebar dalam beberapa titik. Saat ini sumber air panas yang sudah dipergunakan yaitu di sekitar Curug Sabuk sebanyak 5 titik. Air panas tersebut ditampung dan dialirkan ke bak pemandian yang kemudian dicampur dari aliran air Curug Sabuk dengan menggunakan batang bambu seperti yang terlihat pada Gambar 31. Sumber air panas yang berada di dekat Curug Sabuk suhunya antara 39-550C bahkan menurut pihak pengelola suhu tertinggi bisa mencapai 800C.
50
Gambar 31 Sumber air panas. Pada lokasi wisata ini sudah dilakukan inventarisasi sumberdaya alam seperti inventarisasi tumbuhan dan satwaliar yang ada. Pengunjung dapat menggunakan jasa petugas sebagai pemandu untuk kegiatan wisata minat khusus seperti pengenalan jenis tumbuhan dan satwaliar. Flora dan fauna yang dapat ditemui di sepanjang perjalanan di obyek wisata alam Lembah Cilengkrang ini cukup banyak dan beragam. Flora yang banyak ditemui antara lain pinus (Pinus merkusii), asam kranji (Dialium indum), mindi, reureuk (Sapindus rarak), mareme, bunga bangkai dan beberapa tanaman agroforestri seperti alpukat, kopi, durian (Durio zibetinus), lada (Piper sp) dan vanili. Sedangkan fauna yang dapat ditemui antara lain lutung (Trachypithecus auratus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), musang, dan beberapa jenis burung lainnya seperti cinenen pisang (Orthotomus sutorius) dan ciung mungkal jawa (Cochoa azurea). Contoh satwa dan tumbuhan yang dapat ditemukan di lokasi wisata Lembah Cilengkrang seperti yang terlihat pada Gambar 32.
51
(a)
(b)
Gambar 32 (a) Lutung (Trachypithecus auratus), dan (b) Bunga bangkai.
5.2.7 Buper Palutungan Berdasarkan wilayah administrasi Buper Palutungan termasuk ke dalam Desa Cisantana Kecamatan Cigugur. Luas obyek wisata ini ± 9 Ha. Buper Palutungan berada di atas ketinggian 1100 mdpl, sehingga udara sejuk dan nyaman. Setiap pagi hari dan sore hari pada daerah ini akan muncul kabut yang membuat udara pegunungan cukup dingin. Salah satu keunikan tempat wisata Buper Palutungan ini yaitu terdapat Curug Ciputri dengan ketinggian sekitar ± 7 meter yang bersumber dari mata air Cibunian dari dalam kawasan TNGC.
Gambar 33 Curug Ciputri.
52
Asal mula nama Curug Ciputri merupakan sebutan untuk tempat pemandian putri belanda yang cantik seperti putri, sehingga disebutlah dengan Curug Ciputri. Air yang mengalir jernih dan dingin, banyak pengunjung yang datang ingin merasakan dinginnya air Curug Ciputri ini dengan berenang atau hanya bermain air di bawah dan sepanjang aliran curug.
Gambar 34 Aliran curug Ciputri. Buper Palutungan terbagi dalam tiga wilayah zona camping ground yaitu camp 1 atau camp utama berupa lapangan yang disediakan khusus untuk berkemah, camp 2 berada di dekat lokasi outbound di bawah hamparan hutan tanaman pinus dan camp 3 yaitu berada di depan warung yang memiliki topografi cukup datar. Pengunjung yang ingin berkemah biasanya di tempatkan pada camp utama, sedangkan camp 2 dan 3 digunakan pada waktu-waktu tertentu apabila peserta camp melimpah (lokasi camp cadangan). Penempatan camping ground ini bertujuan untuk melindungi anakan pohon dalam rangka penghijaunan kawasan TNGC di lokasi wisata.
Gambar 35 Zona camping ground Palutungan.
53
Flora dan fauna adalah burung kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), gagak, kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan cinenen pisang (Orthotomus sutorius). Sedangkan untuk jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di area Buper Palutungan diantaranya pinus (Pinus merkusii), jabon, mahoni (Swietenia macrophylla), manglid, rotan, matoa (Pometia pinnata), tepus, kaliandra (Calliandra haematocepala), ki hujan, gintung, kuray (Trema orientale), pucuk merah (Syzygium oleina) dan krey payung (Fellicium decipiens). Selain itu, terdapat perkebunan sayur masyarakat sekitar di dekat bumi perkemahan yang terdiri dari beberapa macam sayuran seperti wortel dan daun bawang. Sebagian besar perkebunan tersebut berada di tanah milik TNGC yang menjadi area garapan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
5.3
Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di TNGC Wilayah SPTN I Kuningan Kriteria penilaian obyek daya tarik wisata dilakukan dengan menggunakan
ADO-ODTWA Dirjen PHKA Tahun 2003 yaitu sebuah instrumen untuk menetapkan prioritas pengembangan suatu obyek wisata alam. Kriteria yang dinilai yaitu daya tarik, aksesibilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata. 5.3.1 Kriteria penilaian A. Daya Tarik Penilaian kriteria daya tarik terdiri dari 6 unsur penilaian yaitu keunikan sumberdaya alam, banyaknya sumberdaya alam yang menonjol, kegiatan wisata alam yang dapat dan berpotensi untuk dilakukan, kebersihan lokasi, keamanan terhadap kawasan, serta kenyamanan. Setiap unsur penilaian mempunyai nilai yang berbeda sesuai dengan banyaknya sub unsur penilaian yang terdapat pada lokasi wisata tersebut. Bobot penilaian kriteria daya tarik yaitu enam. Hal ini dikarenakan daya tarik obyek wisata merupakan alasan utama seseorang datang berkunjung. Berdasarkan hasil penilaian dari ketujuh lokasi obyek wisata berada pada kisaran nilai 690-900 ini menunjukan bahwa ketujuh lokasi obyek wisata memiliki potensi daya tarik yang berbeda. Nilai tertinggi penilaian daya tarik yaitu Lembah Cilengkrang dengan nilai 900, nilai tersebut menunjukan obyek
54
wisata ini memiliki keunggulan unsur penilaian yang lebih banyak daripada lokasi wisata yang lainnya seperti yang disajikan pada Tabel 6. Salah satu contoh unsur penilaian keunikan sumberdaya alam yang tertinggi nilai 20 menunjukan bahwa pada lokasi wisata ini terdapat 3 sub unsur penilaian yaitu air terjun (Curug Sabuk dan Sawer), fauna (Elang jawa) dan sumber air panas (Lampiran 6). Tabel 6 Hasil penilaian ODTW di TNGC wilayah SPTN I Kuningan No. 1. 2.
Unsur penilaian Keunikan sumberdaya alam Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol 3. Kegiatan wisata alam yang dapat dan berpotensi dilakukan 4. Kebersihan lokasi 5. Keamanan terhadap kawasan 6. Kenyamanan Nilai (jumlah x bobot (6)) Keterangan : 1 Telagaremis 2 Paniis 3 Buper Cibeureum
1 15
2 15
3 15
4 15
5 15
6 20
7 15
15
15
15
10
10
20
15
25
20
20
20
25
25
25
25 25 25 780
25 25 25 750
25 30 20 750
25 25 25 720
25 20 20 690
25 30 30 900
25 20 25 750
4 Buper Cibunar 5 Buper Balongdalem 6 Lembah Cilengkrang
7 Buper Palutungan
B. Aksesibilitas Kemudahan aksesibilitas suatu obyek wisata dapat terlihat dari kondisi jalan, jarak dan waktu tempuh, serta adanya fasilitas transportasi menuju lokasi tersebut. Penilaian kriteria aksesibilitas digunakan tiga unsur penilaian yaitu kondisi jalan, waktu dan jarak tempuh dari pusat kota. Bobot penilaian kriteria ini yaitu lima, hal ini dikarenakan kemudahan aksesibilitas merupakan salah satu faktor pendorong pengunjung untuk berwisata pada suatu lokasi obyek wisata. Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 7 kriteria aksesibilitas obyek wisata alam memiliki nilai 375-425 dalam klasifikasi penilaian selang tersebut berada pada kategori baik yaitu aksesibilitas menuju lokasi sudah dalam kategori mudah. Nilai tertinggi penilaian yaitu 425 pada Buper Palutungan dan Buper Balongdalem, ini menunjukan bahwa kemudahan aksesibilitas menuju lokasi ini paling tinggi daripada obyek wisata lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh jarak tempuh yang dekat dengan pusat kota dan kemudahan menuju lokasi obyek wisata letaknya dekat dengan jalan utama kabupaten. Namun pada umumnya kondisi jalan menuju obyek wisata masih membutuhkan penataan dan perbaikan khususnya sampai menuju gerbang lokasi obyek, serta penambahan sarana
55
transportasi umum untuk mempermudah pengunjung yang menggunakan sarana transportasi umum, sebagian besar lokasi obyek wisata hanya dapat ditempuh dengan transportasi umum berupa ojek. Tabel 7 Hasil penilaian kriteria aksesibilitas menuju obyek wisata di TNGC wilayah SPTN I Kuningan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1.
Obyek wisata alam Telagaremis Paniis Buper Cibeureum Buper Cibunar Buper Balongdalem Lembah Cilengkrang Buper Palutungan
Kondisi jalan 30 30 30 30 30 30 30
Unsur penilaian Waktu tempuh Jarak tempuh dari pusat kota dari pusat kota 30 15 30 15 30 15 30 20 30 25 25 20 30 25
Nilai (jumlah x bobot (5)) 375 375 375 400 400 375 425
Telagaremis Akses menuju lokasi ini memiliki kondisi jalan yang sudah diaspal hingga pintu gerbang loket karcis mempermudah pengunjung yang membawa kendaraan pribadi untuk datang berwisata. Akan tetapi bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum harus sedikit bersabar karena tidak ada sarana transportasi umum langsung menuju lokasi wisata, pengunjung dapat menggunakan jasa angkutan melalui Kecamatan Mandirancan Kuningan kemudian menggunakan jasa ojek. Waktu tempuh dari pusat kota Kabupaten Kuningan menggunakan kendaraan umum 1-2 jam perjalanan dengan jarak tempuh ± 37 km.
2.
Paniis Lokasi wisata ini berada di pinggir jalan utama yang menghubungkan desadesa di Kecamatan Pasawahan. Kondisi jalan sudah beraspal, namun tidak banyak kendaraan umum yang lewat. Untuk mencapai lokasi ini dapat di tempuh dari jalan utama Kabupaten Kuningan melalui Kecamatan Mandirancan menggunakan angkutan umum kemudian melanjutkan dengan jasa ojek. Jarak dari pusat kota Kuningan ± 30 km dengan waktu tempuh ± 1 jam. Selain itu dapat pula diakses dari Telagaremis menggunakan jasa ojek melalui jalan desa jarang dilalui oleh mobil karena berbatu dan sempit melewati hutan.
56
3.
Buper Cibeureum Obyek wisata ini berada di sebelah kantor Seksi I TNGC wilayah Kuningan atau berjarak ± 500 meter dari balai Desa Cibeureum atau ± 20 km dari pusat kota Kabupaten Kuningan, dengan waktu tempuh ± 1-2 jam. Kondisi jalan menuju lokasi obyek wisata ini sudah beraspal dengan lebar jalan lebih dari 5 meter dan letak buper berada di samping jalan raya. Sarana transportasi menuju lokasi wisata berupa angkutan kota menuju Desa Cibeureum dari Terminal Cilimus Kabupaten Kuningan, tetapi angkutan ini jumlahnya masih terbatas dan hanya beroperasi sampai siang hari atau sampai waktu pulang sekolah. Selain itu, obyek wisata ini dapat juga diakses menggunakan angkutan kota yang melalui obyek wisata Linggarjati sekitar ± 3 km dari lokasi Buper Cibeureum sampai Desa Linggajati kemudian dilanjutkan dengan jasa ojek.
4.
Buper Cibunar Lokasi buper ini berada ± 1 km dari obyek wisata sejarah Gedung Perundingan Linggarjati. Pengunjung yang membawa kendaraan bermotor hanya bisa sampai loket karcis yang berjarak ± 500 meter dari Buper, hal ini dikarenakan kondisi jalan yang berbatu dan menanjak. Sarana transportasi menuju obyek wisata ini dapat menggunakan kendaraan angkutan kota dari jalan utama Kabupaten Kuningan sampai gedung perundingan sekitar ± 700 meter dari loket karcis Buper kemudian pengunjung bisa menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan baik sudah beraspal dengan lebar jalan 5 meter.
5.
Buper Balongdalem Akses menuju lokasi ini mudah dijangkau karena jaraknya hanya 1 km dari jalan raya utama Kabupaten Kuningan dengan di tempuh sekitar ± 10 menit menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan sudah beraspal dengan lebar jalan 5 meter. Terdapat kendaraan umum yang melalui obyek wisata, namun hanya waktu-waktu tertentu. Pengunjung yang menggunakan kendaraan umum jika berjumlah banyak maka biasanya supir kendaraan umum tersebut mengantarkan sampai tujuan.
57
6.
Lembah Cilengkrang Lokasi wisata ini dapat diakses mengunakan kendaraan bermotor karena kondisi jalan yang baik dan beraspal. Jarak tempuh dari pusat kota Kuningan sekitar ±14 km dengan waktu tempuh ± 1 jam ke sebelah utara Kuningan sampai Desa Pajambon. Pengunjung hanya dapat menggunakan kendaraan sampai tempat parkir yang berada ± 2 km dari loket, kemudian menempuh jalan berbatu dan menanjak selama ± 1 jam perjalanan. Fasilitas transportasi umum yang dapat digunakan yaitu ojek dari jalan utama Kuningan sekitar ± 5,6 km menuju Desa Pajambon. Namun penelitian berlangsung pihak pemerintah sedang melakukan pembangunan jalan beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat sampai gerbang situs Situs Arya Kemuning. Berdasarkan rencana pembangunan yang sedang berlangsung, tempat parkir kendaraan menuju lokasi obyek wisata Lembah Cilengkrang akan dibangun di tanah desa sebelum gerbang Situs Arya Kemuning sehingga pengunjung hanya perlu menelusuri jalan setapak.
7.
Buper Palutungan Pengunjung dapat menggunakan kendaraan bermotor menuju lokasi obyek wisata ini, jalan menuju lokasi sudah beraspal. Jarak tempuh dari kota Kab. Kuningan sekitar ± 10 km dengan waktu tempuh ± 45 menit. Buper Palutungan berada di kaki Gunung Ciremai, sehingga jalan menuju lokasi cukup menanjak. Pengujung dapat menggunakan kendaraan umum sampai Desa Cisantana kemudian melajutkan perjalanan menuju dusun Palutungan menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan di dalam kawasan obyek wisata pada umumnya belum tertata
rapi. Kondisi jalannya cukup beragam mulai dari beraspal yang sudah rusak karena bekas jalan angkut perhutani, berbatu dan jalan tanah setapak. Penataan dan perbaikan jalan di dalam kawasan obyek wisata masih perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pada pengunjung dengan memperhatikan kesan alami dan status kawasan yaitu taman nasional. Fasilitas
transportasi
umum
menuju
lokasi
obyek
wisata
masih
membutuhkan peningkatan jumlah dan penambahan trayek, hal ini menyebabkan pada beberapa lokasi obyek wisata tidak ada angkutan umum menuju lokasi.
58
Hampir semua obyek wisata dapat ditempuh dengan menggunakan jasa ojek, kalupun ada jumlah dan waktu opersionalnya pun masih terbatas. Sehingga pengunjung yang menggunakan sarana angkutan umum akan sedikit kesulitan. C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar memberikan pengaruh pada keberadaan dan pengembangan obyek wisata. Pengaruh tersebut berupa interaksi antara masyarakat dengan kegiatan wisata yang dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi obyek wisata maupun masyarakat. Penilaian kriteria kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar dalam pengembangan obyek wisata diberikan bobot nilai lima. Besarnya bobot tersebut karena masyarakat sekitar merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan dan keberadaan obyek wisata, masyarakat dapat mempengaruhi persepsi pengunjung terhadap obyek. Selain itu, kenyaman pengunjung juga dipengaruhi oleh sikap masyarakat sekitar dengan keramahan perilaku maupun tutur kata mereka. Unsur penilaian yang digunakan dalam kriteria ini yaitu tingkat pengangguran, mata pencaharian penduduk, tingkat pendidikan dan tanggapan secara umum mengenai pengembangan obyek wisata alam yang ada di daerah mereka. Perbedaan unsur penilaian tersebut memberikan intensitas interaksi yang berbeda pada setiap obyek wisata yang ada, sehingga besarnya nilai yang diberikan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakatnya. Misalnya tingginya tingkat penganguran masyarakat menyebabkan semakin besarnya interaksi antara mereka dengan obyek wisata maupun pengunjung yang datang. Besarnya tingkat pengangguran dinilai memberikan dampak baik bagi rencana pengembangan obyek wisata, karena akan semakin banyak tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengelolaan obyek wisata, semakin besar pula dukungan terhadap pengembangan kegiatan wisata di daerah mereka. Nilai tertinggi yang diberikan 25 pada masyarakat yang 10-15% usia produktifnya pengangguran, data tersebut diperoleh dari data sekunder. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat juga ikut mempengaruhi pemahaman dan perilaku mereka terhadap pengunjung dan arah pengembangan obyek wisata alam, besarnya nilai yang diberikan 30, karena tingkat pendidikan masyarakat sekitar obyek wisata
59
mayoritas lulusan SLTA. Mata pencaharian masyarakat sekitar yaitu petani (20) dan buruh tani (15). Berdasarkan hasil penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi wisata seperti pada Tabel 8 nilai total penilaian berada pada kisaran nilai 400-500. Nilai tersebut pada Tabel 4 klasifikasi penilaian termasuk pada kategori buruk (300-400) yaitu Buper Cibeureum, berdasarkan hasil wawancara masyarakat pada lokasi wisata ini masih kurang peduli akan keberadaan obyek wisata Buper karena dirasakan keberadaannya kurang memberikan keuntungan. Lima lokasi wisata lainnya yaitu Telagaremis, Paniis, Buper Cibunar, Buper Balongdalam dan Buper Palutungan termasuk pada kategori sedang (401-500), keterlibatan masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata di sekitar mereka dirasakan memberi keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung dan mereka dapat pula ikut serta membantu dalam pengelolaan obyek wisata tersebut. Berbeda dengan lokasi wisata Lembah Cilengkrang yang memiliki nilai tertinggi yaitu 525 sehingga termasuk kategori baik (501-600). Hal ini dikarenakan pada lokasi wisata Lembah Cilengkrang masyarakat yang termasuk kompepar Pajambon aktif mengelola obyek wisata. Sedangkan masyarakat Cibeureum belum terfokus dalam pengelolaan buper yang ada dikarenakan kurangnya aktivitas wisata di lokasi ini. Tabel 8 Hasil penilaian kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata alam di TNGC wilayah SPTN I Kuningan No. 1. 2. 3. 4.
Unsur penilaian Tingkat pengangguran Mata pencaharian penduduk Tingkat pendidikan Tanggapan masyarakat terhadap obyek wisata Nilai (jumlah x bobot (5)) Keterangan : 1 Telagaremis 4 2 Paniis 5 3 Buper Cibeureum 6
1 25 20 30
2 25 15 30
3 15 20 30
4 25 15 30
5 20 20 30
6 25 20 30
7 30 20 30
25
20
15
20
15
30
20
500
450
400
450
425
525
500
Buper Cibunar Buper Balongdalem Lembah Cilengkrang
7 Buper Palutungan
Tanggapan masyarakat mengenai keberadaan obyek wisata alam di sekitar mereka dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada besarnya dampak yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata di daerah mereka. Pertama yaitu kelompok masyarakat yang tidak ikut terlibat dalam kegiatan wisata, mereka tidak mempermasalahkan ada atau tidaknya pengembangan obyek wisata lebih
60
lanjut. Hal ini dikarenakan mereka tidak merasakan manfaat ataupun kerugian dari adanya kegiatan wisata tersebut. Kelompok masyarakat kedua yaitu masyarakat yang tidak merasa dirugikan dengan adanya kegiatan wisata di obyek wisata alam sekitar mereka. Alasan mereka antara lain banyaknya perilaku pengunjung yang memberikan dampak negatif pada penduduk sekitar seperti adanya pergaulan bebas, perkelahian dan mengkonsumsi minuman keras, serta sampah dari kegiatan wisata. Adanya perilaku pengunjung yang seperti itu membuat jelek nama baik daerah mereka. Selain itu, terdapat pula masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan wisata yang merasa dirugikan dengan bentuk pengelolaan saat ini. Kerugian tersebut diakibatkan kurangnya pemasukan bagi mereka yang dahulunya dapat disebut sebagai pengelola obyek wisata secara tidak resmi. Ketiga adalah kelompok masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan obyek wisata, mereka merasakan manfaat dalam bentuk peningkatan perekonomian dengan terbukanya lapangan pekerjaan, seperti pedagang (menyediakan kebutuhan makanan dan minuman), penyedia jasa transportasi (menyediakan angkutan umum, dan ojek), penyedia jasa penginapan, dan pelayan (pegawai di tempat wisata seperti parkir, kebersihan dan kompepar). Selain itu adanya kegiatan wisata alam membuat daerah mereka lebih terkenal, ramai dan dapat mengenal orang dari daerah luar. Sehingga masyarakat yang mempunyai keterampilan khusus seperti makanan khas daerah dan membuat kerajinan tangan dari bambu atau dari kayu seperti pada Gambar 36 dapat menjualnya ke pengunjung. Manfaat lain yang dirasakan oleh masyarakat sekitar yaitu adanya perbaikan jalan dan penambahan fasilitas transportasi karena banyaknya pengunjung yang datang juga secara tidak langsung memberikan manfaat bagi mereka. Pada beberapa lokasi obyek wisata pengunjung dapat menggunakan jasa penduduk sekitar sebagai pemandu wisata yang bayarannya disesuikan dengan kesepakatan antara pengunjung dan pemandu, tetapi bentuk kerjasama seperti ini sangat jarang terjadi.
60
61
Gambar 36 Hasil kerajinan tangan masyarakat. Kebudayaan masyarakat sekitar obyek wisata juga dapat menjadi salah satu obyek daya tarik wisata yang menarik untuk diikuti. Kebudayaan pada setiap lokasi obyek wisata mempunyai keunikan tersendiri, namun kebudayaan tersebut belum menjadi bagian dari sebuah atraksi wisata di obyek wisata tersebut. Kebudayan yang ada diantaranya upacara adat, musik tradisional dan tari-tarian. Saat ini kebudayaan tersebut sudah mengalami penurunan tergeserkan oleh kebudayaan asing. Beberapa jenis kebudayaan tersebut diantaranya babarit, sedekah sabumi, sagolongan hiji dan kawin cai. Upacara adat seperti sedekah bumi biasanya dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang mereka peroleh dari hasil bumi (panen), waktu pelaksanaan sedekah bumi tidak pasti karena upacara ini bentuknya hanya sukarela masyarakat saja. 5.3.2 Rekapitulasi Penilaian Penilaian obyek dan daya tarik wisata dilakukan untuk menentukan potensi obyek wisata alam yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata di TNGC wilayah SPTN I Kuningan. Hasil rekapitulasi penilaian tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun program pengembangan wisata alam yang ada. Berdasarkan hasil dari rekapitulasi penilaian obyek wisata alam pada Tabel 9 mempunyai rentang nilai antara 1515-1800. Nilai tersebut dalam Tabel 4 klasifikasi penilaian termasuk pada kategori sedang (1184-1657) yaitu Telagaremis, Paniis, Buper Cibeureum, Buper Cibunar dan Buper Balongdalam. Obyek wisata tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan, namun bukan prioritas utama pengembangan suatu daerah operasi obyek daya tarik wisata pada 7 lokasi wisata di SPTN I Kuningan. Sedangkan obyek wisata yang termasuk
61
62
kategori baik (1658-2130) yaitu Lembah Cilengkrang dan Buper Palutungan yaitu obyek wisata yang mempunyai potensi untuk dilakukan pengembangan wisata alam yang lebih lanjut dan merupakan prioritas utama dalam pengembangan daerah operasi obyek daya tarik wisata. Tabel 9
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Hasil rekapitulasi penilaian obyek dan daya tarik wisata di TNGC wilayah SPTN I Kuningan
Obyek wisata alam Telagaremis Paniis Buper Cibeureum Buper Cibunar Buper Balongdalem Lembah Cilengkrang Buper Palutungan
Daya tarik 780 750 750 720 690 900 750
Kriteria penilaian Kondisi sosial, Aksesibilitas ekonomi masyarakat 375 500 375 450 375 400 400 450 400 425 375 525 425 500
Nilai total 1655 1575 1525 1570 1515 1800 1675
Obyek wisata Lembah Cilengkrang pada penilaian kriteria daya tarik mendapatkan nilai terbesar, obyek wisata ini mempunyai beberapa keunikan dan sumberdaya alam yang dapat menjadi daya tarik pengunjung untuk berwisata diantaranya dua buah curug (Sabuk dan Sawer), sumber air panas, koleksi tumbuhan dan pemandangan alam lembah pegunungan. Nilai terbesar juga diperoleh dari kriteria sosial ekonomi masyarakat, hal ini karena masyarakat sekitar lokasi wisata berperan aktif dalam pengelolaan obyek wisata Lembah Cilengkrang. Namun jika dilihat dari aksesibilitas obyek wisata ini justru mempunyai nilai yang cukup rendah dibadingkan yang lain. Oleh karena itu pengembangan obyek wisata alam ini hendaknya lebih memperhitungkan kemudahan akses yang ditempuh oleh pengunjung. Jauhnya jarak yang ditempuh dengan kondisi jalan berbatu dan menanjak menjadi pertimbangan untuk datang berkunjung terutama pengunjung usia anak-anak dan orang tua. Beberapa sampel pengunjung usia remaja dan dewasa dari Lembah Cilengkrang juga mengeluhkan kondisi jalan menuju obyek wisata ini, bahkan ada beberapa dari pengunjung yang datang berombongan memilih untuk menunggu rombongan di warung dekat perkebunan jambu biji milik warga yang berdekatan dengan tempat parkir sambil menikmati segarnya buah jambu biji merah khas Pajambon. Perbaikan jalan yang diinginkan pengunjung berdasarkan hasil wawancara yaitu dari lokasi parkir sampai loket obyek wisata, sedangkan jalan setapak tanah cukup diperbaiki
62
63
dengan penambahan bebatuan agar tidak licin saat hujan. Hal ini sesuai dengan rencana pengelola (Kompepar) yang berencana memperbaiki akses jalan setapak di dalam lokasi dengan bebatuan dengan tujuan kenyamanan pengunjung dan mempertahankan kesan alami. Berdasarkan Tabel 9 setiap lokasi obyek wisata memiliki kelebihan dari masing-masing kriteria. Telagaremis memiliki keunggulan pada nilai daya tarik (780). Buper Cibunar dan Balongdalam keunggulan obyek wisata ini pada aksesibilitas yang tinggi (400), letaknya yang dekat dengan akses jalan utama menuju kota Kabupaten Kuningan. Oleh karena itu, setiap rencana pengembangan obyek wisata yang ada di TNGC wilayah SPTN I Kuningan mempunyai fokus pengembangan yang berbeda pada setiap lokasi wisata.
5.4
Sarana dan Prasarana Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di lokasi obyek wisata dapat
memberikan kenyamanan pada pengunjung dalam kegiatan wisata. Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia masih membutuhkan penataan serta peningkatan kualitas dan kuantitasnya seperti yang tersaji pada gambar 37. Beberapa sarana dan prasarana yang sudah tersedia di lokasi wisata yaitu mushola, MCK, shelter, tempat sampah, tempat parkir dan warung. Secara umum sarana dan prasarana yang diharapkan tersedia oleh pengunjung berdasarkan kuisioner di sekitar lokasi obyek wisata antara lain pusat informasi, papan interpretasi, penginapan, toko cinderamata, tempat makan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana.
(a)
(b)
63
64
(c) (d) Gambar 37 (a) mushola di Buper Palutungan, (b) tempat ganti pakaian di Lembah Cilengkrang, (c) MCK di Buper Cibunar dan (d) MCK sementara di Buper Balongdalam. Namun pada lokasi wisata Lembah Cilengkrang sudah terdapat beberapa papan interpretasi berupa pengenal jenis tumbuhan. Penginapan bagi pengunjung yang ada di Buper Palutungan biasanya menggunakan warung-warung setempat. Sedangkan untuk kios cinderamata hanya ada di lokasi wisata Telagaremis berupa kerajinan tangan papan nama dari kayu dan Buper Cibunar berupa kerajianan tangan berupa ukiran dari bambu, stiker TNGC dan baju berlogo TNGC. Pembangunan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata ini selain untuk penataan lokasi juga bertujuan untuk pengelolaan pengunjung diantaranya: 1. Pembatasan penggunaan lokasi wisata, bertujuan untuk membatasi dampak negatif dari aktivitas pegunjung terhadap kawasan (misalnya blok rawan kebakaran, blok habitat jenis satwa atau tumbuhan tertentu), pemusatan penggunaan
area
perkemahan
dan
pembatasan
terhadap
perilaku
pengunjung yang menyimpang, sehingga perlu adanya pembatasan area gerak pengujung untuk menjaga image lokasi wisata selain dengan adanya pengawasan dan patroli dari petugas. 2. Penyebaran
pengunjung,
bertujuan
untuk
menghindari
pemusatan
pengujung pada satu obyek misalnya pada lokasi wisata Telagaremis pengunjung paling banyak berada di sekitar Telagaremis dan tidak menyebar ke lokasi wisata telaga lainnya. 3. Pendidikan lingkungan hidup, bertujuan memberikan pemahaman mengenai pengetahuan alam melalui papan interpretasi
64
65
5.5 Pengunjung 5.5.1
Karakteristik Pengunjung Pengunjung merupakan konsumen dari kegiatan pariwisata alam. Oleh
karena itu, karakteristik pengunjung perlu diketahui untuk menentukan arah pengembangan suatu obyek wisata baik bentuk dan jenis kegiatannya, agar sesuai dengan karakter pengunjung. Data karaktetistik pengunjung disajikan pada Tabel 10 yang terdiri dari jumlah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, tingkat pendapatan dan asal pengunjung. Tabel 10 Karakteristik pengunjung obyek wisata di TNGC wilayah SPTN I Kuningan Jumlah (orang) No.
1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2.
Komposisi pengunjung Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Struktur umur Anak-anak (<12 tahun) Remaja (13-21 tahun) Dewasa (22-40 tahun) Tua (>41 tahun) Tingkat pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan tinggi Pekerjaaan Pelajar/mahasiswa Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Pengusaha Lainnya Tingkat pendapatan < 700.000 700.000 – 1.400.000 1.400.000 – 2.100.000 >2.100.000 Asal pengunjung Kuningan Luar daerah
1
2
3
4
5
6
7
Total persentase (%)
26 12
20 8
2 1
15 8
7 6
26 14
20 20
62,70 37,30
6 15 15 4
3 11 11 3
1 2 -
11 10 2
12 1
1 21 16 2
3 25 8 4
7,03 51,89 33,51 7,57
5 5 19 9
1 5 10 12
3 -
5 18
2 10 1
1 1 21 17
2 2 9 14
4,86 11,89 44,32 38,92
18 5 11 2 2
15 6 6 1
2 1
14 2 7 -
12 1 -
25 5 6 1 3
29 3 6 2
61,08 12,97 19,46 1,62 4,86
21 1 11 5
13 9 3 3
2 1 -
12 2 4 5
9 3 1
29 2 8 1
30 3 5 2
62,70 11,35 16,76 9,19
4 34
10 18
3
7 16
13 -
19 21
18 22
38,38 61,62
Berdasarkan data hasil kuesioner tersebut (Tabel 10) dapat terlihat bahwa pengunjung yang datang berwisata ke obyek wisata di TNGC wilayah SPTN I Kuningan cukup beragam. Sebagian besar pengunjung 62,7% laki-laki, kelas umur terbanyak yang berwisata adalah remaja 51,9% dan dewasa 33,5%. Tingkat pendapatan pengunjung 62,7% kurang dari Rp. 700.000 hal ini dikarenakan
65
66
sebagian pengunjung memiliki jenis pekerjaan 61,1% masih pelajar/mahasiswa dengan tingkat pendidikan tertinggi 44,3% SLTA dan 38,9% perguruan tinggi. Pengunjung obyek wisata di TNGC masih merupakan pengunjung lokal yang datang dari daerah Kuningan sendiri yaitu 38,38% serta dari luar daerah 61,6% yang didominasi oleh pengujung asal Cirebon, Majalengka, dan Indramayu. Namun ada juga yang berasal dari Bandung, Jakarta, Sumedang dan daerah Jawa Tengah. 5.5.2 Tujuan dan Aktivitas Pengunjung Berdasarkan hasil kuisioner, pengunjung yang datang ke obyek wisata TNGC wilayah SPTN I Kuningan umumnya datang bersama rombongan (68,11%), keluarga (9,19%), pasangan (21,08%) dan datang sendiri (1,62%). Pengunjung yang datang hampir 59,46% menggunakan kendaraan pribadi berupa motor baik yang berpasangan maupun rombongan. Sedangkan pengunjung yang menggunakan kendaraan sewaan 19,46% dan umum 21,08% merupakan pengunjung yang rombongan sekolah, organisasi atau perkumpulan biasa. Tujuan pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata di TNGC sebagian besar 62,16% memiliki ketertarikan terhadap suasana pemandangan alam yang masih alami dengan udara khas pegunungan yang sejuk. Setiap lokasi wisata alam dianggap mempunyai keindahan alam yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan lokasi wisata lainnya. Pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata alam di TNGC selain untuk menikmati pemandangan alam, mereka juga sering menggunakan lokasi wisata sebagai daerah tujuan study tour 27,57%. Obyek wisata yang paling banyak digunakan untuk study tour adalah obyek wisata bumi perkemahan. Bahkan terdapat sekolah tertentu yang menjadi pengunjung tetap setiap tahun pada lokasi wisata tertentu untuk kegiatan berkemah atau pelantikan ekstrakurikulernya. Aktivitas yang disukai oleh pengunjung yang datang bersama keluarga antara lain bermain air dan makan-makan di sekitar obyek wisata. Selain itu juga, aktivitas pengunjung yang banyak disukai yaitu fotografi (7,57%) pengunjung dapat mendokumentasikan keindahan alam khas pegunungan Ciremai. Namun sebagian besar pengunjung datang untuk menikmati pemandangan alam (81,08%) biasanya aktivitas ini banyak dilakukan oleh pengunjung yang berusia remaja dan 66
67
dewasa. Aktivitas tersebut antara lain jalan-jalan berkeliling obyek wisata dan duduk-duduk santai memandangi suasana alam. Bahkan pada beberapa obyek wisata seperti Telagaremis, Paniis, Lembah Cilengkrang dan Buper Palutungan terdapat pengunjung yang datang untuk melihat tumbuhan (5,95%) dan mengamati satwa di Lembah Cilengkrang dan Telagaremis (1,08%). Sumber informasi mengenai keberadaan obyek wisata alam di TNGC khususnya wilayah SPTN I Kuningan diperoleh pengunjung dari teman atau keluarga (95,14%), radio (2,16%) dan 1,62% dari majalah, serta televisi dan leaflet (0,54%). Promosi wisata yang telah dilakukan oleh Disparbud dan pihak taman nasional antara lain mengunakan fasilitas radio daerah, leaflet, buku informasi wisata, pembuatan website informasi obyek wisata daerah dan ikutserta dalam kegiatan pameran kepariwisataan daerah. 5.5.3
Penilaian terhadap Obyek Wisata Berdasarkan hasil kuisioner penilaian pengunjung cukup beragam terhadap
obyek wisata, lingkungannya, pelayanan, dan fasilitas yang ada.
Panorama
keindahan alam 81,08% dinilai baik, namun dalam pengelolaan flora dan fauna 46,49% menilai cukup. Hal ini dikarenakan pengunjung belum bisa menikmati keragaman flora dan fauna yang ada di obyek wisata alam tersebut, pengunjung masih melihat adanya kerusakan pada beberapa jenis pohon seperti luka bekas koakan atau pengambilan getah pinus dan pengumpulan atau pematahan ranting pohon untuk kayu bakar. Selain itu, adanya anakan pohon yang mati tidak terawat dan rusak terinjak pengunjung, namun mereka beranggapan itu adalah kelalaian dari pihak pengelola yang tidak memasang papan peringatan. Pengunjung menilai kurang (78,38%) adanya atraksi budaya dan seni. Hal ini membuat pengunjung yang suka akan hiburan kesenian merasa jenuh, berbeda dengan pengunjung yang mencari ketenangan 16,76% menilai cukup dan 4,86% baik. Namun hal tersebut bukanlah masalah besar bagi pengunjung yang pergi berwisata untuk menghindari kebisingan dan kejenuhan aktivitas sehari-hari. Selain itu, pengunjung yang datang ke lokasi obyek wisata tidak banyak menemukan souvenir atau cideramata yang khas, pengunjung dari luar daerah Kuningan biasanya membeli makanan khas Kuningan seperti Jeniper (jeruk nipis peres), tape ketan, dan opak bakar yang diperoleh dari warung pusat oleh-oleh 67
68
Kuningan yang berada jauh dari lokasi obyek wisata yaitu sepanjang jalan utama Kota Kuningan. Pelayanan dan lingkungan obyek wisata secara umum sudah dapat dinilai baik berdasarkan hasil kuisioner pengunjung seperti keramahtamahan pengelola (48,65%),
masyarakat
(61,08%),
keamanan
(32,97%)
dan
kenyamanan
pengunjung selama berwisata (43,24%). Selain itu, kebersihan lingkungan sekitar obyek (48,11%) menilai cukup dan 34,59% kurang, hal ini dikarenakan pengunjung melihat masih adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi obyek wisata. Pada obyek wisata tertentu seperti Telagaremis pengunjung sangat menyayangkan tidak kurangnya pembersihan telaga dari sampah dedaunan yang menutupi permukaan air telaga karena dapat mengurangi keindahannya. Selain itu, masih terdapat perilaku pengunjung yang suka meninggalkan tulisan-tulisan di warung, batu, pohon bahkan musola sebagai tanda kedatangan mereka hampir di semua lokasi obyek wisata. 5.5.4
Harapan pengunjung Pada umumnya pengunjung yang datang 95,14% mempunyai keinginan
untuk berkunjung kembali. Hal ini disebabkan keindahan alam yang dimiliki oleh obyek wisata yang ada, namun belum adanya fasilitas yang dibutuhkan sebagai sarana dan prasarana dalam kegiatan wisata yang dilakukan. Kalaupun ada pengunjung masih banyak yang menginginkan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari fasilitas yang ada. Beberapa fasilitas yang diharapakan oleh pengunjung yaitu peningkatan dan perbaikan infrastuktur seperti pembangunan mushola, tempat sampah, air bersih, toilet dan lain-lain. Peningkatan fasilitas transportasi juga masih perlu dilakukan karena pengunjung yang menggunakan kendaraan umum masih kesulitan mencapai lokasi obyek wisata. Selain itu, peningkatan pelayanan terhadap pengunjung terutama mereka yang melakukan kegiatan wisata lebih dari satu hari seperti keamanan, penyediaan fasilitas penginapan (biasanya di warung yang ada di lokasi obyek wisata), penyewaan sarana penerangan/listrik dan pelayanan informasi mengenai obyek wisata.
68
69
5.6
Pengembangan Pariwisata Alam di TNGC Wilayah SPTN I Kuningan Pengembangan pariwisata alam yang ada di TNGC terutama wilayah SPTN
I Kuningan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk pengembangan diantaranya peningkatan kerjasama pengembangan pariwisata alam, pengembangan produk pariwisata alam dan pengembangan sarana prasarana penunjang kegiatan pariwisata alam. Kerjasama pengembangan pariwisata alam yang saat ini sudah dilakukan antara BTNGC, masyarakat, investor dan pemerintah daerah perlu adanya
peningkatan
kerjasama
seperti
peningkatan
bentuk
kerjasama.
Pengembangan produk pariwisata alam disesuaikan dengan potensi obyek dan daya tarik lokasi wisata yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam berbeda pada setiap lokasinya. Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
wisata
alam
dalam
perencanaan
pembangunannya
perlu
mempertimbangkan status kawasan yaitu kawasan pelestarian alam sebagai taman nasional, sehingga rencana pengembangan sarana dan prasarana tersebut harus disesuaikan dengan rencana pengelolaan kawasan. Lokasi obyek wisata yang berada dekat batas kawasan taman nasional dengan sebagian besar permukiman masyarakat sekitar, serta obyek wisata tersebut memiliki potensi obyek daya tarik wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dan kondisi aksesibilitas baik, maka dalam pembagian sistem zonasi TNGC obyek wisata tersebut berada dalam zona pemanfaatan. Obyek wisata yang termasuk pada zona pemanfaatan dapat membangun fasilitas penunjang kegiatan wisata dan wisata yang dapat dilakukan tidak terbatas. Rekomendasi pengembangan pariwisata alam yang ada di TNGC wilayah SPTN I Kuningan dilakukan pada masing-masing lokasi wisata sesuai dengan potensi obyek dan daya tarik wisata, keinginan pengunjung, rencana pengelolaan (Disparbud, swasta dan masyarakat) dan pihak TNGC sebagai pihak yang berwenang berkaitan dengan status kawasan yang merupakan salah satu kawasan konservasi merupakan tujuan akhir dari penelitian ini yaitu adanya rencana pengembangan seperti yang tersaji pada Tabel 11.
69
Tabel 11 Rekomendasi pengembangan obyek wisata alam di TNGC wilayah SPTN I Kuningan No
Lokasi obyek
1
Telagaremis
Potensi daya tarik - Pemandangan alam - Sembilan telaga (Telagaremis (Situ Ayu Salintang), Deleg, Salam, Nyi Eloh, Buruy I, Leutik, Leat, Nilem, Buruy II ) - Sumur Jalatunda - Batu Tumpeng - Bumi perkemahan
Usulan pengunjung - Peningkatan sarana dan prasarana yang ada - Adanya outbound, shelter, dan saran trasportasi umum - Adanya atraksi wisata hiburan kesenian - Peningkatan kebersihan obyek terutama danau - Adanya cinderamata yang khas
Rencana pengelola - Menciptakan produk cinderamata yang memiliki
Rekomendasi pengembangan - Pengembangan produk wisata - Pembuatan
cinderamata
khas
spesifikasi objek wisata Talaga
Telagaremis (seperti papan nama dari
Remis
kayu)
- Pembuatan dan pengembangan sarana objek wisata - Menjalin kemitraan dengan pihak swasta dalam peningkatan prasarana wisata - Pembuatan kolam pemandian alam di Telaga Nilem dan saran
- Penyediaan
sarana
wisata
tirta,
akomodasi dan wisata petualangan (sesuai dengan PP 36 tahun 2010) - Pengelolaan
pengunjung
(sesuai
Pedoman pengembangan pariwisata alam di kawasan hutan tahun 2003) - Meningkatkan hubungan kerjasama
permainan anak 2
Paniis
- Aliran sungai Paniis - Bumi perkemahan
- Adanya outbound, shelter
- Menambah dan menggali
- Pengembangan produk wisata
dan ruang ganti pakaian
potensi atraksi yang dapat
- Adanya penataan warung
menjadi daya tarik obyek
petualangan (sesuai PP 36 tahun
- Penambahan atraksi wisata
wisata, dapat berupa atraksi
2010)
budaya maupun seni - Pembuatan dan peningkatan
- Penyediaan
sarana
wisata
- Meningkatkan hubungan kerjasama - Pengelolaan pengunjung
kualitas sarana dan prasarana pada obyek wisata
70
70
Tabel 11 (Lanjutan) No 3
Lokasi obyek
Potensi daya tarik
Buper
- Monyet ekor panjang
Cibeureum
Usulan pengunjung
Rencana pengelola
- Pembangunan sarana dan
- Penataan lokasi wisata dan
- Bumi perkemahan
prasarana (toilet, tempat
pembangunan sarana dan
- Kerajianan (pembuatan
parkir, musola)
prasarana
makanan dan anyaman
- Pembuatan tempat santai
bambu)
- Peningkatan atraksi wisata - Pengelolaan pengunjung (penarikan tiket)
Rekomendasi pengembangan - Inventarisasi populasi monyet - Penyediaan
sarana
wisata
petualangan (sesuai PP 36 tahun 2010) - Pengembangan produk wisata - Pengelolaan pengunjung (sesuai Pedoman
pengembangan
pariwisata alam di kawasan hutan tahun 2003) - Meningkatkan
hubungan
kerjasama 4
Buper Cibunar
- Bumi perkemahan - Pos pendakian 1 jalur Linggarjati menuju puncak Gunung Ciremai - Pemandangan alam perkebunan dan persawahan
- Penataan warung dan area berkemah - Peningkatan kebersihan lingkungan obyek wisata - Peningkatan sarana dan prasarana - Perbaikan jalan menuju obyek
- Penggalian potensi obyek wisata - Pembuatan dan peningkatan sarana dan prasarana - Perbaikan jalan menuju lokasi dari loket karcis - Pembuatan kolam renang dari sumber air Cibunian
- Pengembangan produk wisata - Penataan lokasi wisata - Penyediaan sarana wisata alam yaitu wisata akomodasi dan sarana wisata petualangan (sesuai PP 36 tahun 2010) - Meningkatkan
hubungan
kerjasama
- Pembuatan outbound
71
71
Tabel 11 (Lanjutan) No 5
Lokasi obyek
Potensi daya tarik
Usulan pengunjung
Buper
- Upacara adat Kawin Cai
- Pengembangan atraksi wisata
Balongdalem
- Situs sejarah makam
sejarah dan budaya
Pahlawan Samudra,
- Adanya sarana dan prasarana
makam Mbah Buyut
- Penambahan sarana outbound
Bayu dan Buyut goong
Rencana pengelola - Penataan lokasi obyek wisata - Pengelolaan pengujung (penarikan tiket) - Pembangunan sarana dan prasarana
- Balong (Kolam)
Rekomendasi pengembangan - Pengembangan wisata budaya dan sejarah - Penyediaan sarana wisata tirta dan wista petualangan (sesuai PP 36 tahun 2010) - Pengelolaan pengunjung - Meningkatkan
hubungan
kerjasama 6
Lembah
- Pemandangan alam
- Perbaikan jalan
Cilengkrang
- Kebun koleksi
- Pembuatan tempat parkir
- Pembuatan kolam pemandian air panas alami dengan
- Pengembangan produk wisata - Penyediaan sarana wisata tirta dan
- Air terjun
yang lebih dekat dengan
memisahkan antara anak-anak,
wisata petualangan (sesuai dengan
- Sumber air panas
obyek
dewasa wanita dan laki-laki
PP 36 tahun 2010)
- Bumi perkemahan - Fauna (elang jawa)
- Peningkatan sarana dan
- Peningkatan kemampuan
- Wisata minat khusus pengenalan
prasarana (tempat makan,
anggota kompepar dalam
jenis
musola, toilet, dan tempat
memandu wisata
(Spizaetus bartelsi)
ganti) - Pembesaran kolam
- Penataan dan peningkatan kualitas saran dan prasarana
pohon
- Meningkatkan
dan
elang
jawa
hubungan
kerjasama
pemandian - Adanya outbound
72
72
Tabel 11 (Lanjutan) No 7
Lokasi obyek
Potensi daya tarik
Buper
- Air terjun
Palutungan
- Bumi perkemahan
Usulan pengunjung - Peningkatan sarana dan prasarana - Penambahan sarana
Rencana pengelola - Penataan obyek wisata
- Pengembangan produk wisata
- Perbaikan dan pembangunan
- Penyediaan sarana akomodasi dan
sarana dan prasarana yang ada
outbound, shelter dan tempat
- Penambahan saran outbound
makan
- Perbaikan jalan menuju lokasi
- Perbaikan jalan menuju curug
Rekomendasi pengembangan
wisata petualangan (sesuai dengan PP 36 tahun 2010) - Penataan lokasi - Pengembangan
produk
wisata
pendukung - Meningkatkan
hubungan
kerjasama
73
73
74
Berdasarkan Tabel 11 pengembangan obyek wisata alam yang ada di TNGC wilayah SPTN I Kuningan, salah satu rekomendasi pengembangannya yaitu peningkatan kerjasama pengelolaan yang sudah ada pada beberapa obyek wisata antara BTNGC dengan pihak pengelola. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan diantaranya pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu PP No 36 Tahun 2010 mengenai perngusahaan pariwisata alam pada bagian ketiga yaitu usaha penyediaan sarana wisata alam atau kerjasama dalam pengelolaan dengan menjadikan masyarakat sekitar kawasan sebagai bagian dari pengelola seperti karyawan. Pihak BTNGC bertindak untuk mengingatkan dan mengontrol program pengembangannya yang tidak sesuai dengan aturan dan dapat merubah atau mengurangi nilai pelestarian alam kawasan. Salah satu contoh yang dapat mengurangi pelestarian alam antara lain rencana penanaman jenis-jenis tanaman dari luar daerah atau kawasan (eksotik) oleh pihak pengelola dengan tujuan keindahan dan koleksi. Oleh karena itu, pihak BTNGC harus memberikan teguran keras pada investor yang melanggar aturan pengembangan kawasan wisata di TNGC. Pembangunan dan penataan sarana prasarana yang perlu dikembangkan pada setiap lokasi berbeda sesuai dengan daya tarik dan keinginan pengunjung serta rencana pengelola seperti pada Tabel 12. Selain pengembangan sarana dan prasarana tersebut dapat pula dilakukan pengembangan sarana dan prasarana seperti : a. Penyediaan sarana wisata petualangan: pemandu dari masyarakat sekitar yang sudah diberikan pelatihan terlebih dahulu. b. Akomodasi: akomodasi yang dapat dilakukan di lokasi wisata TNGC antara lain dengan memperbaiki bumi perkemahan dengan tujuan pemusatan pengunjung yang ingin berkemah atau dengan pembangunan wisma wisata alam di sekitar lokasi. Saat ini pada beberapa lokasi seperti Buper Palutungan pengunjung yang ingin menginap dapat bermalam di warung pedagang sekitar buper tanpa ada tarif khusus.
75
Tabel 12 Pengembangan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata No. 1.
Lokasi obyek Telagaremis
Bentuk pengembangan obyek a) Penataan lokasi perkemahan b) Penambahan lokasi tempat sampah sekitar telaga c) Penataan jalan setapak menuju sembilan telaga d) Pembuatan papan petunjuk arah dan papan interpretasi e) Pembangunan shelter dan toilet di sekitar telaga Nilem dan area perkemahan, serta pembuatan tempat duduk santai dan shelter di sekitar 9 telaga terutama Telagaremis
2.
Paniis
a) Penambahan lokasi tempat sampah b) Penataan lokasi warung dan tempat parkir c) Penataan lokasi tempat santai di sekitar obyek wisata
3.
Bumi Perkemahan
a) Penataan lokasi parkir
Cibeureum
b) Pembangunan tempat penarikan tiket masuk dan tempat duduk santai melihat monyet
4.
Bumi Perkemahan
a) Penataan lokasi perkemahan
Cibunar
b) Perbaikan sarana toilet dan penambahan tempat sampah c) Pembuatan papan interpetasi d) Penataan tempat duduk santai sekitar buper untuk melihat pemandangan alam pegunungan terutama
5.
Bumi Perkemahan
a) Penambahan tempat sampah
Balongdalam
b) Pembangunan lokasi tiket, toliet dan musola c) Penataan jalan setapak tracking yang biasa dipergunakan d) Pembangunan tempat penarikan loket karcis
6.
Lembah
a) Penataan lokasi pemandian air panas
Cilengkrang
b) Penambahan tempat pembuangan sampah c) Penambahan papan interpretasi, khususnya pengenalan jenis pohon yang ada di sepanjang jalur d) Pembuatan shelter, tempat ganti dan toilet disekitar pemandian air panas e) Penataan lokasi parkir
7.
Bumi perkemahan
a) Pembuatan tempat duduk santai sekitar pinggir curug
Palutungan
b) Pembuatan papan interpretasi, khususnya jenis tanaman yang ada disekitar bumi perkemahan c) Perbaikan sarana mushola, toilet, shelter dan tempat duduk sekitar bumi perkemahan d) Perbaikan jalan setapak menuju curug
76
Selain pengembangan sarana dan prasarana rekomendasi pengembangan yang dapat dilakukan pada lokasi wisata alam di TNGC yaitu pengembangan produk. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan produk yaitu bentuk produk, promosi, pelayanan dan sasaran produk. Hal ini dikarenakan produk wisata bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan pengunjung untuk membeli produk yang ditawarkan. Produk wisata yang dapat ditawarkan di lokasi wisata alam TNGC disesuaikan dengan sasaran antara lain yaitu: a. Produk wisata pendidikan Sasaran produk ini adalah semua pengunjung dari berbagai kelas umur, wisata ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada pengunjung yang mempunyai minat tertentu mengenai pengetahuan alam. Pelaksanaan pengembangan produk wisata pendidikan membutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memahami kondisi sekitar obyek wisata dalam pemahaman materi pada pengunjung. b. Pengembangan paket wisata alam Sasaran produk ini disesuaikan dengan jenis kegiatan dan karakteristik pengunjung sebagai konsumen utama dan mempertimbangkan variasi atraksi obyek wisata. Pengembangan paket wisata harus memperhitungkan waktu, jumalah peserta dan lokasi wisata yang dikunjungi. c. Pengembangan wisata budaya Sasaran produk ini hanya pada pengunjung tertentu yang mempunyai ketertarikan terhadap kebudayaan masyarakat sekitar lokasi. Namun produk wisata budaya ini hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu. Salah satu contoh produk wisata budaya di TNGC adalah “Kawin Cai” yang diadakan 1 tahun sekali. Untuk mencapai sasaran produk wisata yang ditawarkan perlu adanya promosi dengan tujuan memperkenalkan potensi obyek wisata kepada pengunjung dan investor. Beberapa bentuk promosi yang dapat dilakukan melaui radio, pembuatan buku informasi obyek wisata, leaflet dan pemberian informasi pada pengunjung dengan pelayanan yang baik.
77
Adapun jenis kegiatan yang berpotensi dilakukan sesuai dengan rekomendasi pengembangan secara rinci pada masing-masing lokasi obyek wisata adalah: 1.
Telagaremis Potensi daya tarik wisata lokasi ini adalah keindahan panorama alam dan
telaga yang tersebar di sekitar lokasi wisata Telagaremis. Adanya 9 telaga tersebut masih belum banyak diketahui oleh pengunjung dan karakteristik pengunjung yang datang paling banyak usia remaja dan dewasa, maka jenis kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan antara lain yaitu : a. Wisata pendidikan Bentuk kegiatan wisata ini lebih difokuskan untuk menambah pengetahuan mengenai lingkungan dalam pelaksanaannya. Jenis kegiatan tersebut antara lain berkemah dengan mengenalkan kehidupan alam seperti mengenal jenis pohon dan burung. Selain itu, pengenalan sampah untuk mengingatkan mengenai keberadaan sampah disekitar lingkungan mereka. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kesadaran pada pengunjung untuk ikut serta aktif menjaga lingkungan sekitarnya. b. Wisata air Kegiatan wisata ini menggunakan air sebagai obyek utamanya, hal ini dikarenakan Telagaremis potensi unggulannya terdapat pada sumberdaya alam berupa air. Jenis kegiatan yang dapat dikembangkan antara lain : -
Berenang di Telaga Nilem dan Leat, kondisi air yang jernih dan luas serta tidak terlalu dalam seperti Telagaremis.
-
Memancing di salah satu telaga yaitu Telaga Leutik dan Buruy II karena suasananya yang cukup sunyi dan banyak terdapat ikan seperti lele dan nila.
-
Bermain
sepeda
air
yang
kini
sudah
berjalan
di
Telagaremis.
Pengembangannya dapat dilakukan dengan memvariasikan bentuk sepeda atau menambah perahu kayu yang kecil untuk pasangan dengan cara mendayung mengelilingi Telagaremis. c. Wisata religius Adanya kepercayaan terhadap cerita mitos yang ada di Telagaremis dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung yang memiliki ketertarikan pada hal mistis seperti bermalam di sekitar makam Ayu Salintang dan mandi di Sumur Jalatunda
78
dengan bantuan kuncen. Kegatan wisata yang dapat dilakukan melihat ritual yang dilakukan masyarakat yang memiliki kepercayaan mistis pada malam tertentu seperti malam jum’at kliwon dan malam 1 Syuro. d. Wisata petualangan Bentuk kegiatan wisata ini sasaran utamanya adalah pengunjung usia remaja dan dewasa yang datang berombongan atau berpasangan untuk menyalurkan jiwa petualangannya dengan bentuk wisata alam menjelajah hutan berkeliling menelusuri 9 telaga dengan jalur seperti terlihat pada Gambar 38. Sedangkan untuk usia anak-anak dapat dilakukan dengan penjelajahan sekitar Telagaremis dan hutan pinus dekat telaga. Kegiatan ini dilakukan dengan mengenalkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang ditemukan pada sepanjang jalur, memberitahukan siklus air yang ditekankan pada upaya pelestarian alam terutama fungsi hutan dengan kaitannya sebagai sumber air bersih atau hidrologi.
Gambar 38 Peta lokasi 9 telaga di obyek wisata Telagaremis.
79
79
80
2.
Paniis Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata Paniis antara lain : - Berkemah: Peserta kegiatan rutin perkemahan ini dapat dijadikan salah
satu konsumen tetap dalam setiap tahunnya. Kegiatan berkemah ini dapat dibuat menjadi satu paket berkemah dengan penambahan kegitan outbound dari pihak pengelola obyek wisata dan kegiatan pengenalan lingkungan hidup seperti mengenal tumbuhan kopi, pinus dan karet serta cara pemanfaatan hasil hutan non kayunya. - Wisata pendidikan : Wisata ini dapat dilakukan pada anak sekolah dengan bekerjasama dengan PDAM untuk melihat proses pengambilan air sebagai air minum untuk daerah Cirebon. Misalnya pengenalan proses, alat dan cara kerjanya. Selain itu juga dapat dilakukan penelusuran hutan pinus sekitar aliran sungai Paniis untuk pengenalan jenis pohon karet dan kopi serta cara pemanfaatannya seperti pengambilan getah karet dan pemanenan kopi.
3.
Buper Cibeureum Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Buper Cibeureum selain berkemah
antara lain adalah penelusuran hutan “Leuweung jero” untuk pengenalan jenis tumbuhan dan melihat perilaku monyet ekor panjang yang banyak mendatangi pengunjung yang membawa makanan di sekitar buper dan lapangan bola. Selain itu, Desa Cibeureum dikenal dengan makanan khas seperti kripik singkong, rengginang dan kopi asli Cibeureum. Pembuatan kopi ini bisa menjadi salah satu jenis kegiatan wisata lanjutan dari obyek wisata Paniis yang telah mengenal pohon dan cara pemanenan buah kopi, kemudian di desa ini pengunjung dapat melihat proses pembuatan kopi mulai dari menjemur sampai dikemas. Pengunjung yang datang berkemah di lokasi Buper Cibeureum juga dapat ikut serta dalam belajar kerajianan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar yaitu pembuatan boboko dari bambu tali.
81
4.
Buper Cibunar Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain adalah wisata
petualangan karena pengunjung yang paling banyak datang adalah remaja dan dewasa. Bentuk wisata petualangannya dapat berupa jelajah hutan sekitar Cibunar dengan pengenalan jenis tumbuhan dan satwa. Pengunjung yang masih sekolah dapat belajar berkebun mulai dari menanam, memelihara dan memanen hasilnya di area perkebunan warga sebelum buper seperti kebun nilam, cengkih, sayuran dan umbi. Untuk nilam dan cengkih pengelola bisa bekerjasama dengan pihak pemilik pabrik untuk melihat proses pembuatan minyaknya. Selain itu, adanya aktivitas masyarakat yang menggunakan tanah untuk pembuatan batu bata sebagai bahan bangunan dan kerajianan ukiran bambu juga bisa menjadi salah satu atraksi wisata yang ditawarkan sebagai bentuk wisata pendidikan.
5.
Buper Balongdalem Jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata ini selain
berkemah antara lain: a. Wisata Ziarah Kegiatan wisata ini dilakukan pada hari-hari tertentu seperti malam tanggal 1 suro dan malam jumat kliwon, pada malam tersebut pengunjung yang berasal dari sekitar daerah Cirebon dan Indramayu datang berkunjung ke makam Buyut Bayu dan makam Buyut Goong untuk melakukan ziarah dengan pengajian dan bahkan ada yang melakukan ritual khusus. Kegiatan wisata ziarah ini juga dapat dilakukan di makam pahlawan dengan acara tabur bunga dan pengajian bersama pada malam sebelum peringatan hari-hari besar nasional seperti hari kemerdekaan dan hari peringatan pahlawan. b. Wisata Budaya dan Sejarah Kegiatan wisata ini sangat berpotensi dilakukan karena lokasi wisata Balongdalem ini memiliki situs sejarah berupa makam pahlawan samudra angkatan laut dan masih ada upacara adat Kawin Cai yangg dilaksanakan setiap 1 tahun sekali. Kegiatan wisata ini dapat menjadi suatu bentuk pendidikan bagi anak-anak sekolah untuk mengenal dan mempelajari kesenian daerah, serta
82
mengenang jasa pahlawan yang telah gugur di medan perang untuk melindungi bangsa Indonesia. c. Wisata Air Kegiatan wisata ini memanfaatkan kolam air untuk berenang karena air yang jernih atau dapat dikembangkan sebagai wisata air dengan menggunakan perahu kecil buat anak-anak.
6.
Lembah Cilengkrang Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata ini dengan melihat
potensi daya tarik wisata yang cukup beragam mulai keindahan alam, keragaman flora dan faunanya, serta sumber air seperti dua buah curug dan sumber air panas antara lain: a. Wisata Air Kegiatan wisata air ini antara lain berendam air panas di alam terbuka dekat aliran sungai dari curug. Bermain air di bawah aliran curug air sabuk dan sawer serta berenang di bendungan aliran air sungai. Kegiatan wisata air ini merupakan salah satu kegiatan unggulan obyek wisata Lembah Cilengkrang karena setelah menempuh perjalanan jauh menanjak dan menelusuri jalan setapak pengunjung akan merasa puas dengan merendam kaki atau berendam di air hangat kemudian merasakan kesegaran air terjun dan aliran air sungainya., b. Wisata Agro Kegiatan wisata ini dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Pengunjung yang turun dari lembah Cilengkrang setelah menikmati keindahan alam dan beraktivitas wisata, kemudian dibawa menuju perkebunan jambu biji merah dan peternakan sapi milik warga sekitar untuk belajar memelihara dan memetik buah jambu sebagai oleh-oleh, serta belajar memerah air susu sapi. c. Wisata Pendidikan Kegiatan wisata pendidikan bisa dilakukan dengan cara pengenalan jenis tumbuhan di kebun koleksi dan sepanjang perjalanan menunju curug sawer. Selain itu dapat pula dilakukan pengenalan jenis satwaliar khas yaitu lutung (Trachypithecus auratus) dan elang jawa (Spizaetus bartelsi) karena lembah
83
Cilengkrang merupakan salah satu tempat di TNGC sebagai tempat bersarangnya burung yang terancam punah ini lokasi sarang dapat terlihat pada Gambar 39. Selain itu jenis kegiatan wisata pendidikan lainnya adalah kegiatan berkemah yang disi oleh kegiatan pengamatan satwa pada malam seperti musang dan beberapa jenis amfibi sekitar pinggir sungai atau pengenalan jenis tumbuhan yang ada di kebun koleksi dan sepanjang jalur. d. Wisata Petualangan Penelusuran jelajah hutan Lembah Cilengkrang yaitu sepanjang perjalanan melihat keindahan panorama alam kopi gede, pengenalan jenis tumbuhan dan satwa di sepanjang perjalanan. Serta penelusuran titik sumber air panas yang tersebar. Perjalanan dimulai dari tempat parkir melewati perkebunan warga yang menanam beberapa jenis rimpang sebagai bahan jamu sebelum gerbang masuk dan berakhir di Curug Sawer pada ujung perjalanan.
Gambar 39 Peta jalur intepretasi Lembah Cilengkrang.
84 84
85
7.
Buper Palutungan Jenis kegiatan yang bisa dilakukan di lokasi wisata ini antara lain :
a. Wisata Pendidikan Pengenalan jenis tumbuhan, belajar menyediakan pembibitan mulai dari penyemaian dan belajar menanam di area yang terbuka sebelah atas buper bekas penebangan dan kebakaran. Pengujung yang mengikuti kegiatan ini diberikan pemahamaan mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan bahayanya jika hutan terbakar dan lahannya terbuka seperti bahaya longsor. Pengelola juga bisa bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk diadakan kegiatan wisata agro yaitu belajar menanam, memelihara dan memanen sayuran yang ada di sekitar buper milik masyarakat sekitar dan belajar memerah susu sapi di peternakan sekitar buper.