BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan suatu kota dapat terefleksikan dengan mudah pada ruang publik kotanya. Jalan adalah salah satu ruang publik kota yang sudah semestinya ada sebagai elemen utama access sebuah kota. Tanpa adanya Jalan tentunya sulit sekali untuk mencapai sebuah tujuan pada sebuah kota. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi ruang jalan yang ada merupakan ruang publik yang mengekspresikan masyarakat kota itu sendiri. Dengan begitu ruang jalan yang menjadi eksternal performance sebuah kota akan selalu terus mengalami perkembangan sejalan dengan aktifitas kota. Sehingga pada kondisi tertentu, sebuah ruang jalan tidak lagi dapat dibiarkan tumbuh begitu saja, tapi perlu adanya sebuah perencanaan dan perancangan demi terciptanya kualitas kota yang lebih baik di masa yang akan datang. Perkembangan fisik ruang jalan yang tidak teratur akan menghasilkan suasana ketidakteraturan pada pola ruang yang terbentuk di dalam ruang jalan dan berdampak buruk terhadap kualitas termal ruang jalan, sehingga akan mengganggu aktivitas masyarakat yang berlangsung didalam ruang jalan. Kualitas termal ruang jalan dipengaruhi oleh iklim makro kawasan dimana ruang jalan itu berada.
Gambar V.1. Konsep dasar elemen pembentuk fisik Enclosure (Sumber: Mc. Cluskey,1978)
62
Elemen yang mendukung perkembangan fisik sebuah ruang jalan menurut Mc. Cluskey (1978), antara lain lantai jalan (street floor), dinding jalan (street wall), atap jalan (street roof). Layaknya ruang di dalam rumah, elemen-elemen pembentuk fisik ruang jalan atau biasa disebut “enclosure” hanya dibedakan oleh skala ukuran saja. Ketiga elemen tersebut yang membentuk pola ruang ruang jalan Seturan dan mempengaruhi kualitas termal. 5.1. Elemen Fisik “Street Floor” Koridor Seturan Lantai merupakan bidang horizontal yang membentuk sebuah ruang, hal itu bila dilihat di sebuah ruang interior, namun di ruang luar lantai dari sebuah “Street Space” adalah jalan. Semua jenis ruang fisik yang berada diantara dua bangunan di dalam sebuah kota (Krier, 1979;20).
Gambar V.2. Potongan Setback Bangunan tiap Zona pada Penggal Jalan Raya Seturan
63
Bidang alas atau lantai yang sangat berpengaruh terhadap fungsi ruang, dan menjadi pendukung aktivitas pemakaian ruang luar. Bidang alas dapat diciptakan dari elemen-elemen lunak, alami, dan elemen keras. Setback Bangunan adalah salah satu pembentuk bidang alas (Street Floor) pada kawasan.
Gambar V.3. Setback Bangunan Penggal Jalan Raya Seturan
Kerapatan massa bangunan mempengaruhi setback pada koridor jalan Seturan yang cenderung segaris dan teratur, terutama pada sisi timur. dominasi retail yang tersebar pada kawasan ini sangat berpengaruh terhadap pola kesegarisan yang tercipta. pada sisi barat kesegarisan setback cenderung kurang teratur terlihat pada analisis zona C. Zona C terdiri dari massa bangunan yang terbentuk karena fungsi bangunan pendidikan (STIE YKPN) pada sisi timur, sedangkan sisi barat merupakan fungsi komersil, sehingga sangat terlihat timpang dan kurang teratur jika dilihat dari
64
keserasian pola massa bangunan yang terbentuk. Setback sempit H:V < 3:1 (H=horizontal,V=vertikal). Setback yang terbentuk pada kawasan penelitian cenderung sempit, sehingga dominasi bangunan pada Jalan Seturan berarti menempel pada jalan utama. Dalam upaya mencapai kenyamanan termal kawasan, faktor iklim sangat berperan penting. Dampak paling signifikan akan berpengaruh pada material penutup permukaan Street Floor , setiap material akan berdampak bagi terbentuknya kenyamanan termal pada kawasan. Material penutup permukaan yang ditemukan antara lain lapisan tanah , lapisan paving, lapisan semen dan lapisan aspal.
Gambar V.4. Jenis Material Pentutup Permuakaan Kawasan Penggal Jalan Raya Seturan
Seperti yang telah diutarakan diatas, material penutup permukaan sebagai komponen pembentuk street floor pada kawasan, merupakan bagian yang paling banyak terekspos oleh radiasi sinar matahari. Setiap material penutup permukaan memiliki nilai konduktivitas panas yang berbeda-beda, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi termal dikawasan. Nilai konduktivitas tanah 0.04 W/mdegC;nilai konduktivitas aspal 0.576 W/mdegC; semen 0.9 W/mdegC; paving 1.44 W/mdegC, melihat dari nilai konduktivitasnya maka kawasan dengan penutup paving menjadi kawasan yang patut dihindari pada siang hari.
65
Gambar V.5. Material Penutup Permukaan Penggal Jalan Raya Seturan
Dari analisis yang dilakukan sangat tampak bahwa material penutup permukaan yang mendominasi kawasan Jalan Raya Seturan adalah paving block. Hal ini tentunya membawa dampak negative bagi suasana kawasan, baik dari segi kualitas peresapan air oleh tanah juga kualitas termal yang terbentuk akan mengakibatkan suhu tinggi dan kurang nyaman. Hampir ratarata 40 % area kawasan di tutup oleh material paving block.
Dengan
peningkatan angka pertumbuhan penduduk seturan, kebutuhan akan pengembangan area terbuka yang instan maka paving block menjadi pilihan terlaris dalam mengemas area terbuka yang ada disekitar bangunan, akan tetapi memiliki dampak lingkungan yang kurang baik terutama bagi kondisi termal dalam kawasan. Jalur pedestrian merupakan daerah yang menarik untuk kegiatan sosial, perkembangan jiwa dan spiritual, misalnya untuk bernostalgia, pertemuan mendadak, berekreasi, bertegur sapa dan sebagainya. Jadi jalur
66
pedestrian adalah tempat atau jalur khusus bagi orang berjalan kaki. Jalur pedestrian pada saat sekarang dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk. Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki dengan lancar dan aman. Persyaratan ini perlu dipertimbangkan di dalam perancangan jalur pedestrian. Fungsi jalur pedestrian yang sesuai dengan kondisi kawasan Jalan Raya Seturan adalah jalur pedetrian dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat
bagi
pengguna
jalan
yang
mayoritas
adalah
mahasiswa,
menguntungkan sebagai sarana promosi.
Gambar V.6. Pedestrian di Kawasan Penggal Jalan Raya Seturan
Kawasan Jalan Raya Seturan yang didominasi oleh fungsi komersial berpotensi untuk mengundang aktor atau pelaku kegiatan di pedestrian seperti pedagang kaki lima ataupun penyalahgunaan pedestrian untuk sarana parkir. Saat ini pedestrian yang ada pada kawasan Jalan Raya Seturan cenderung tidak berkelanjutan, hal ini membuat para pejalan kaki cenderung
67
berjalan pada bibir jalan raya. Hal ini cukup memprihatinkan, melihat pada analisis diatas 71.6 % memiliki potensi untuk dijadikan pedestrian yang sehat dan dapat menunjang kualitas kenyamanan fisik dan termal bagi pengguna pedestrian, akan tetapi belum dimanfaatkan. 5.2. Elemen Fisik “Street Wall” Koridor Seturan Dinding jalan atau biasa disebut dengan istilah “Street Wall” merupakan elemen utama yang dapat membentuk “bingkai kerja” dari sebuah ruang. Penggunaan material, kerapatan massa serta pemilihan warna dalam desain bangunan sebagai dinding “enclosure” sangat mempengaruhi kualitas termal yang terbentuk di koridor Jalan Seturan. Hal tersebut yang digunakan oleh peneliti sebagai variable dalam penelitian terkait upaya dalam meningkatkan kualitas termal pada koridor Jalan Raya Seturan.
Gambar V.7. Fungsi Bangunan Penggal Jalan Raya Seturan
Saat membicarakan Kerapatan massa bangunan tentunya tidak terlepas dari fungsi setiap massa bangunan yang membentuk kawasan sehingga menentukan seperti apa kerapatan bangunan ataupun setback yang terbentuk pada kawasan. Fungsi bangunan pada kawasan dapat membentuk pola ruang
68
sebuah kawasan, hal ini karena fungsi bangunan akan menentukan aktivitas yang mempengaruhi elemen fisik yang membentuk sebuah kawasan.
Gambar V.8. Presentase Fungsi Bangunan Penggal Jalan Raya Seturan
Massa bangunan pada penggal Jalan raya seturan dari Zona Penelitian A sampai D didominasi oleh fungsi komersial, lalu jika melihat pada hasil analisis fungsi selanjutnya merupakan fasilitas hunian dan sisanya fasilitas pendidikan serta fasilitas perkantoran. Berdasar pada hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas komersial menjadi generator utama pada koridor Jalan Seturan, dan kegiatan yang banyak berlangsung pada koridor ini merupakan kegiatan transaksi komersial.
69
Pada pembagian Zona penelitian nilai presentase fungsi komersial lebih dari 50% setiap zonanya, hal ini semakin memperkuat koridor Jalan Seturan layak mendapat predikat sebagai koridor komersial, fungsi komersial yang banyak berkembang pada koridor seturan ini adalah jenis retail atau ruko dua lantai . Aktivitas Komersial kawasan Jalan Raya Seturan menyebabkan massa bangunan dikawasan menjadi sangat rapat, demi mendapatkan efisiensi pemanfaatan space untuk keuntungan komersial.
Gambar V.9. Kerapatan Bangunan Penggal Jalan Raya Seturan
Kerapatan massa bangunan pada Koridor Jalan Raya seturan cenderung sangat rapat pada sisi barat dari koridor, sedangkan pada sisi sebelah timur cenderung kurang rapat. Hal ini sangat terlihat jelas pada hasil analisis fungsi bangunan, sisi barat cenderung rapat karena dominasi fungsi bangunan komersial sepanjang koridor jalan sedangkan sisi sebelah timur juga didominasi oleh fasilitas komersial tapi masih terdapat fasilitas pendidikan(STIE YKPN) yang cukup mengambil andil besar yang 70
mempengaruhi kerapatan massa bangunan sisi timur koridor jalan Seturan. Keberadaan Fungsi pendidikan ini sedikit banyak memberikan ruang terbuka hijau bagi koridor jalan Seturan, sehingga masih terdapat pusat penghasil udara bersih pada kawasan. Kerapatan bangunan pada kawasan menjadi salah satu faktor penting dalam
membentuk
kondisi
termal
sebuah
koridor,
karena
akan
mempengaruhi aliran udara. Aliran udara pada kawasan menjadi seperti lorong, sehingga aliran angin yang terbentuk hanya akan berhembus dari utara ke selatan, dan melewati sela antar bangunan dari sebelah barat dan timur koridor jalan.
Gambar V.10. Ketinggian Bangunan Penggal Jalan Raya Seturan
Ketinggian bangunan pada kawasan menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk kondisi termal sebuah koridor, karena akan mempengaruhi aliran udara. Kondisi bangunan pada Jalan Raya Seturan 43.5 % merupakan bangunan 2 lantai, yang lantai dasarnya dimanfaatkan
71
untuk fungsi komersial. Sedangkan 43.4 % bangunan di Jalan Raya Seturan merupakan bangunan 1 lantai dengan pola pemanfaatan ruang yang sama, yaitu bagian dekat dengan jalan dimanfaatkan sebagai fungsi komersial dan area belakang merupakan area hunian. 5.3. Elemen Fisik “Street Roof” Koridor Seturan Dalam pengertian sebuah rumah roof diartikan pada sebuah bidang horizontal yang membentuk suatu ruang dengan maksud menaungi ruang tersebut. Oleh sebab itu dalam ruang luar maka roof untuk sebuah jalan dapat diartikan sebuah elemen yang menjadi atap di suatu “street space”..
Gambar V.11. Kondisi Eksisting Street Roof Jalan Raya Seturan
Elemen-elemen ruang luar yang dapat menjadi “atap” tersebut diantaranya; langit, kanopi, vegetasi, dan beberapa street furniture yang didesain memiliki kanopi. Kualitas termal kawasan sangat dipengaruhi oleh elemen fisik pembentuk atap jalan “street roof” pada kawasan, hal ini karena elemen ini dapat memberikan efek teduhan pada bidang dibawah “street
72
roof”. Elemen “street roof” paling berpengaruh terhadap kenyamanan termal kawasan Jalan Raya Seturan adalah vegetasi. Vegetasi yang dapat digolongkan sebagai “street roof” adalah kelompok pohon-pohonan, pohon adalah semua tumbuhan berbatang pokok tunggal berkayu keras (peraturan menteri PU no 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan). Pohon sebagai “street roof” memiliki fungsi sebagai peneduh, layaknya atap pada kawasan, selain itu pohon juga memiliki fungsi lain antara lain; Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (segar, sejuk); Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati). Untuk jalur hijau jalan, ruang yang disediakan untuk penempatan pohon antara 20 % - 30% dari ruang milik jalan (peraturan menteri PU no 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan). Jika melihat pada hasil analisis pada zona penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terlihat sangat jelas bahwa kawasan jalan Seturan sangat jauh dari standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk penyediaan lahan tanam bagi pohon peneduh. Persentase paling mendekati adalah pada Zona C sebelah timur 31%, yaitu area STIE YKPN. Eksistensi peneduh pada area ini memiliki jarak tanam yang konsisten dan berdampak sangat baik bagi kawasan sebagai Ruang Terbuka Hijau yang mendukung suplay oksigen dan menjaga iklim mikro kawasan pada area Zona C.
73
Gambar V.12. Vegetasi Jalan Raya Seturan
Keberadaan vegetasi peneduh sangat kurang pada zona penlitian sepanjang jalan dari Zona A hingga Zona D yang didominasi oleh fasilitas komersial. Padahal kehadiran vegetasi peneduh bisa sangat membantu dalam menjaga kenyamanan kawasan, baik dalam menjaga kenyamanan secara termal ataupun mendukung visual beauty dalam kawasan. Vegetasi yang ditemukan pada zona penelitian sangat acak, tidak terlihat memiliki perencanaan yang baik. Vegetasi didominasi pohon dengan tajuk bulat, bukan merupakan vegetasi yang difungsikan sebagai peneduh.
74
5.4. Kondisi Termal setiap Zona Penelitian koridor Seturan 5.4.1.
Kondisi Termal Zona A
Hasil yang didapat dari analasis perhitungan kondisi termal zona A yang meliputi pengukuran temperatur, kelembapan serta kecepatan angin pada zona ini. Pengukuran kondisi termal direkam setiap 10 menit. Hal ini memudahkan untuk melihat laju perubahan yang terjadi selama pengukuran yang dibagi dalam dalam 3 waktu pengukuran, antara lain : Pagi (08.0010.00 WIB) ; Siang (11.00-13.00 WIB) dan Sore (14.00-16.00 WIB). Pada pagi hari perubahan suhu dan kelembaban terjadi seiring dengan pergerakan matahari yang semakin meninggi. Temperatur pada awal pengukuran merupakan suhu terendah yaitu 25.0°C, dengan kelembaban udara tertinggi 61.0% pada pukul 08.00 WIB. Sedangkan untuk pengukuran di Zona A pada pagi hari mencatat suhu tertinggi 34.3°C pada pukul 09.10 WIB, serta kelembaban terendah 43.2 % yang terjadi pada pukul 09.10 WIB dan 09.30 WIB.
Gambar V.13. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona A pagi hari (08.00-10.00 WIB)
Kondisi kenyamanan pada kawasan penelitian karena temperatur dan kelembaban akan lebih mudah dipahami jika melihat pada olahan simulasi yang ada, jika melihat pada simulasi temperatur dan kelembaban Zona A
75
terlihat bahwa kondisi kawasan sepanjang Jalan Seturan menjadi sangat tidak nyaman saat suhu udara mulai meningkat pada pukul 08.30 WIB dan menjadi semakin panas hingga mencapai titik terpanas pada pagi hari pada pukul 09.30 WIB. Jika melihat kawasan di luar Jalan Raya Seturan secara makro kondisi temperatur kawasan paling tinggi menurut simulasi sebenarnya pada pukul 08.30 WIB dan berangsur-angsur menurun.
Gambar V.14. Simulasi Kualitas Temperatur Zona A pada pagi hari
Laju perubahannya cukup stabil dan tidak cenderung terus naik, Pengukuran pada siang hari sempat mengalami penurunan temperatur udara yang cukup drastis diakibatkan oleh kondisi matahari yang tertutup awan saat pengukuran dilakukan. Temperatur udara siang hari suhu cenderung naik dari awal pengukuran pukul 11.00 WIB hingga 11.40 WIB, lalu stabil hingga turun lagi setelah pukul 12.50 WIB. Temperatur rata-rata Zona A bisa mencapai 32.3° C, temperatur tertinggi terekam pada pukul 12.00 dan 12.30 WIB yaitu 35.0°C. Kelembaban pada siang cukup rendah pada rata-rata 40% hingga 46% , hal ini akan membuat pengguna jalan akan mudah berkeringat. Kelembaban terendah 40% pada pukul 11.50 dan 12.00 WIB.
76
Gambar V.15. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona A Siang hari (11.00-13.00WIB)
Pada siang hari kawasan Zona A sangat tidak nyaman bagi para pengunjung untuk berjalan disepanjang kawasan ini. Kondisi kawasan menjadi tidak nyaman karena temperatur udara cukup tinggi.
Gambar V.16. Simulasi Kualitas Temperatur Zona A pada Siang hari
77
Temperatur udara pada sore hari mengalami penurunan, pada pukul 14.30 WIB temperatur berada pada 32,5°C dimana terus mengalami penurunan hingga 27,1°C pada akhir waktu pengukuran, tetapi terkadang temperatur udara pada sore hari juga dapat mengalami kenaikan seperti pada pukul 15.40 WIB temperatur udara mencapai 31,0°C. Kelembaban udara tertinggi pada akhir pengukuran 57,5% pukul 16.00WIB.
Gambar V.17. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona A Sore hari (14.00-16.00 WIB)
Temperatur udara pada sore hari sangat nyaman bagi para pengunjung melakukan aktvitas outdoor, akan tetapi aktivitas ini akan sangat mendukung jika dilakukan setelah pukul 14.30 WIB, dikarenakan suhu pada pukul 14.00 masih cukup tinggi dan mengalami peningkatan terus hinggap pukul 14.40 WIB.
78
Gambar V.18. Simulasi Kualitas Temperatur Zona A pada Sore hari
Kecepatan angin pada zona A berubah-ubah setiap detiknya, sehingga pengukuran dilakukan dengan mengambil rata-rata kecepatan angin setiap 10 menit. Pada pagi hari kecepatan angin bisa mencapai 1.49 m/s pada pukul 08.00 WIB. Pada siang hari kecepatan angin tertinggi 1.65 m/s tercatat pada pukul 11.00 WIB. Pada sore hari kecepatan angin tertinggi 1.3 m/s pada pukul 14.40 WIB.
Gambar V.19. Grafik Kecepatan Angin Zona A
79
Kerapatan bangunan di penggal ini turut mempengaruhi pergerakan angin pada ruang koridor. Kecepatan angin disepanjang koridor Zona A mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak stabil dikarenakan masih adanya lahan kosong yang maaih dapat mensuplai angin dalam koridor. 5.4.2.
Analisis Kondisi Termal Zona B
Zona B merupakan penggal jalan dengan dominasi bangunan 2 lantai yang memiliki setback bangunan cukup. Hasil pengukuran didapatkan dengan metode pengukuran yang sama dengan Zona A. Pengukuran kondisi termal Zona B pada pagi hari , pada awal pengukuran suhu terendah kawasan yaitu 27.3°C, dengan kelembaban udara tertinggi 58.5% pada pukul 08.00 WIB. Sedangkan untuk pengukuran di Zona B pada pagi hari mencatat suhu tertinggi 35.5°C pada pukul 10.00 WIB, diikuti kelembaban terendah 42.7 % pada pengukuran dipagi hari.
Gambar V.20. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona B pagi hari (08.00-10.00 WIB)
Kondisi kenyamanan termal Kawasan Jalan Raya Seturan Zona B akan terlihat jelas jika melihat pada simulasi yang diberikan oleh peneliti. Pada simulasi grafik yang ada sangat jelas bahwa pada awal pengukuran tampak kondisi kawasan yang masih tersisa bekas-bekas serapan panas hari sebelumnya.
80
Gambar V.21. Simulasi Kualitas Temperatur Zona B pada pagi hari
Laju perubahannya cukup stabil dan tidak cenderung terus naik, Pengukuran pada siang hari sempat mengalami penurunan temperatur udara yang cukup drastis diakibatkan oleh kondisi matahari yang tertutup awan saat pengukuran dilakukan.
Gambar V.22. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona B Siang hari (11.00-13.00WIB)
81
Berbeda dengan kondisi pada pagi hari, seperti yang tampak pada grafik di atas menunjukan bahwa kondisi di siang hari menjadi sangat jauh dari ambang atas kenyamanan termal untuk aktivitas manusia, dimana temperatur mencapai 35,1°C pada pukul 11.10 WIB, pada pukul 12.20 WIB meningkat menjadi 35,5°C. Sedangkan kondisi kelembaban tidak jauh berbeda dengan temperatur yang berada jauh dari nyaman, dimana pada pukul 11.00 kelembabannya 47.9% mengalami penurunan hingga mencapai 40.5% pada pukul 12.10. Pada interval waktu ini, matahari berada pada puncak penyinarannya sehingga sangat mempengaruhi temperatur dan kelembaban.
Gambar V.23. Simulasi Kualitas Temperatur Zona B pada Siang hari
Temperatur udara pada sore hari mengalami penurunan, pada pukul pukul 15.20 WIB. Begitu juga dengan kelembaban yang terus meningkat dari 41.5% pada pukul 14.40 menjadi 58.5% pada 16.00. Penurunan ini disebabkan oleh intensitas penyinaran matahari yang menurun menjelang malam hari. Walaupun mengalami penurunan namun kondisi ini masih jauh dari batas nyamam termal bagi manusia, dimana batas nyaman manusia berada pada kisaran 20,5 °C – 27,1 °C (SNI-T-14-1993-03).
82
Gambar V.24. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona B Sore hari (14.00-16.00 WIB)
Temperatur udara pada sore hari sangat nyaman bagi para pengunjung melakukan aktvitas outdoor, akan tetapi aktivitas ini akan sangat mendukung jika dilakukan setelah pukul 14.30 WIB, dikarenakan suhu pada pukul 14.00 masih cukup tinggi dan mengalami peningkatan terus hinggap pukul 14.40 WIB.
Gambar V.25. Simulasi Kualitas Temperatur Zona B pada Sore hari
83
Pergerakan udara pada ruang koridor juga dipengaruhi oleh orientasi koridor yang memotong gerak angin dan konfigurasi massanya yang rapat dan tinggi dimana tidak adanya inlet – inlet yang cukup untuk dilewatinya. Ketinggian bangunan dan minimnya inlet (ruang antar bangunan) akan memaksa gerak angin untuk dan melewati bangunan dengan ketinggian yang didominasi oleh bangunan 2 lantai.
Gambar V.26. Grafik Kecepatan Angin Zona B
Kecepatan angin menjadi terasa bagi pengguna jalan adalah pada sore hari, kecepatan angin rata-rata 0.89 m/s, hal ini akan cukup mendukung dalam proses pemindahan panas pada kawasan. 5.4.3.
Kondisi Termal Zona C Zona C terdiri dari massa bangunan yang terbentuk karena fungsi
bangunan pendidikan (STIE YKPN) pada sisi timur, sedangkan sisi barat merupakan fungsi komersil, sehingga sangat terlihat timpang dan kurang teratur jika dilihat dari keserasian pola massa bangunan yang terbentuk. Setback sempit H:V < 3:1 (H=horizontal,V=vertikal). Kondisi fisik pada Zona C yang tidak seimbang antara barat dan timur sangat berpengaruh terhadap kondisi termal yang terbentuk. Hasil pengukuran suhu pada pagi hari suhu terendah pada pukul 08.00 WIB dengan suhu 28 °C, dengan 84
kelembaban 62.8%. Kelembaban cukup tinggi karena cukup banyaknya vegetasi peneduh yang membentuk pelingkup sehingga terbentuk kondisi kawasan dengan tingkat kelembaban yang tinggi. Suhu pada Zona C berangsur naik hingga mencapai titik tertinggi pada suhu 34.5 °C pada pengukuran di pagi hari.
Gambar V.27. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona C pagi hari (08.00-10.00 WIB)
Pada simulasi kondisi termal yang dilakukan oleh peneliti untuk pengukuran pagi hari, sangat jelas terlihat bahwa bagian barat dan timur Zona C memiliki kondisi termal yang sangat tidak berimbang. Bagian Timur terlihat lebih memiliki kondisi termal yang mendekati angka nyaman, dibandingkan dengan bagian barat dari Zona C. Hal ini terkait dengan kondisi fisik bagian timur dari Zona C yang didominasi oleh vegetasivegetasi peneduh. Laju perubahan kondisi termal Zona C pada bagian sebelah timur tampak cukup stabil dan tidak cenderung terus naik, hal ini dikarenakan vegetasi-vegetasi peneduh yang mengurangi paparan sinar matahari langsung mengenai permukaan penutup kawasan Jalan Raya Seturan Zona C.
85
Gambar V.28. Simulasi Kualitas Temperatur Zona C pada pagi hari
Seperti pada Zona yang lain, pada siang hari suhu kawasan penelitian Zona C cenderung naik, akan tetapi kenaikan yang terjadi pada Zona C cenderung stabil. Titik tertinggi pada pukul 12.00 WIB, pada angka 35 °C. Setelah melalui pukul 12.00 WIB suhu cenderung terus turun dan sempat mencapai titik tertinggi lagi pada pukul 12.30 WIB.
Gambar V.29. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona C Siang hari (11.00-13.00WIB)
86
Pada siang hari kawasan Zona C, memiliki perubahan kondisi termal yang tidak cukup signifikan atau cenderung stabil. Hal ini dapat dilihat pada simulasi yang ada. Perubahan kondisi termal tampak sangat jarang terlihat dalam intensitas waktu simulasi perhitungan kondisi termal Zona C. Pada sisi sebelah timur suhu terlihat lebih rendah dari pada sisi barat kawasan.
Gambar V.30. Simulasi Kualitas Temperatur Zona C pada Siang hari
Grafik di bawah ini (gambar V.13) menunjukan bahwa laju perubahan temperatur dan kelembaban udara tidak setinggi penggal sebelumnya. Perubahan suhu yang terjadi pada Zona C di sore hari sangat stabil.
Kondisi termal yang terukur memiliki bentuk grafik yang sama
dengan grafik pengukuran pada Zona-zona sebelumnya, akan tetapi derajat kenaikan dan penurunan yang terjadi pada Zona C tidak terlalu signifikan, penurunan suhu tidak melebihi 3 °C dalam setiap 10 menit pengukuran. Titik suhu tertinggi pada pengukuran sore hari pada angka 34.2 °C pada pukul 14.50 WIB. Sedangkan suhu cenderung terus turun setelah pukul 15.30 WIB, dari angka 31.2 °C terus turun hingga mencapai suhu 28.5 °C dengan kelembaban udara 60 %.
87
Gambar V.31. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona C Sore hari (14.00-16.00 WIB)
Perubahan temperatur udara pada Zona C yang tidak terlalu signifikan akan sangat mendukung untuk terciptanya aktivitas publik pada sore hari. Kawasan dengan vegetasi peneduh yang cukup merata dengan suhu yang perubahannya sangat merata.
Gambar V.32. Simulasi Kualitas Temperatur Zona C pada Sore hari
88
Pergerakan angin di penggal ini lebih tinggi dibandingkan dengan penggal sebelumnya. Jika pada penggal sebelumnya kecepatan angin tertinggi 0.89
m/s pada sore hari, maka pada penggal ini seperti yang
terlihat pada grafik di atas kecepatan angin mencapai 1.12 m/s. Pada siang hari kecepatan angin rata – rata 0.93 m/s, kondisi ini mempengaruhi temperatur dan kelembaban udara seperti yang telah dibahas.
Gambar V.33. Grafik Kecepatan Angin Zona C
Pergerakan angin yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi fisik Zona C yang masih terdapat ruang-ruang terbuka, pada bagian timur Zona C. Menurut Lippsmeir (1997:38) gerakan angin 0.25 – 1.0 m/s merupakan gerakan angin yang nyaman dan dapat dirasakan oleh pengguna jalan. 5.4.4.
Kondisi Termal Zona D
Zona D merupakan zona yang sedang sangat berkembang pada kawasan Jalan Raya Seturan, banyak bangunan baru dan bangunan berlantai banyak mulai dikembangkan pada Zona D. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran kondisi termal Zona D. Melihat pada grafik pengukuran suhu dan kelembaban pada pagi hari
tampak
89
perubahan kelembaban turun terus seiring matahari semakin meninggi. Kelembaban udara tertinggi pada awal pengukuran mencapai 61.5% pada pukul 08.00 WIB, akan tetapi titik suhu terendah tercatat pada pukul 08.40 WIB pada anka 28.6 °C . Pada pengukuran kondisi termal pagi hari di Zona D titik suhu tertinggi pada suhu 34.5 °C pada pukul 09.20 WIB, dengan kelembaban terendah mencapai 44.5% pada pukul 10.00 WIB.
Gambar V.34. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona D pagi hari (08.00-10.00 WIB)
Grafik pengukuran di atas menunjukan bahwa perubahan yang pada yang terjadi pada ruang koridor ini sama dengan penggal – penggal sebelumnya. Perubahan temperatur udara berbanding terbalik dengan kelembaban udara, yaitu saat temperatur udara meningkat, kelembaban udara mengalami penurunan. Pada simulasi kondisi termal Zona D menunjukan bahwa tatanan ruang ruang yang ada mempengaruhi kondisi temperatur dan kelembaban di kawasan Jalan Raya Seturan. Hal ini terlihat pada konfigurasi bangunan di sisi Selatan yang tidak rapat dimana kondisi tersebut menjadi jalur – jalur angin menuju ruang koridor sehingga mempengaruhi kondisi temperatur dan kelembaban. Temperatur dan kelembaban pada daerah di antara bangunan lebih baik dibandingkan dengan yang terhalangi oleh bangunan. Temperatur udara yang berada di tengah massa bangunan yang memanjang mengikuti
90
koridor lebih panas dibandingkan dengan temperatur udara pada daerah antara dua bangunan, kondisi yang sama juga terjadi pada kelembaban udara. Pada kondisi ini pergerakan udara memiliki pengaruh besar terhadap perbedaan tersebut.
Gambar V.35. Simulasi Kualitas Temperatur Zona D pada pagi hari
Pada penggal ini terdapat beberapa inlet (ruang antar bangunan) yang berfungsi sebagai lubang angin yang mengarah ke koridor. Inlet – inlet ini berupa jalan – jalan dan area lorong yang berada di antara dua bangunan, seperti yang tampak pada gambar di atas. Keberadan inlet – inlet ini sangat berpengaruh terhadap pergerakan udara di ruang koridor, hal ini terbentuk karena beberapa bangunan banguan yang dikembangkan memiliki jarak yang cukup lebar dengan dengan bangunan tetangganya. Pengukuran suhu pada siang hari dimulai pukul 11.00 WIB dengan suhu yang cukup tinggi mencapai angka 32.6 °C, lalu setelah itu mengalami penurunan hingga pukul 11.20 WIB dan beranjak mengalami kenaikan suhu. Suhu tertinggi yang dicapai pada pukul 12.30 WIB dengan angka 35.5 °C. Sedangkan nilai kelembaban terendah tercatat pada pukul 12.20 WIB dengan nilai 38.0 %.
91
Gambar V.36. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona D Siang hari (11.00-13.00WIB)
Pada siang hari kawasan Zona D memiliki titik pencapaian suhu tertinggi di angka 35.5 °C sama seperti pada Zona B. Padahal jika dilihat dari kondisi fisik pembentuk kawasannya, Zona D seharusnya memiliki angka yang lebih rendah dari Zona B.
Gambar V.37. Simulasi Kualitas Temperatur Zona D pada Siang hari
Sama dengan penggal sebelumnya pengukuran pada Zona D dimulai pukul 14.00 WIB dengan titik suhu tertinggi pada pukul 15.00 WIB 92
mencapai angka 34.5 °C. Sedangkan pergerakan perubahan suhu tidak sestabil perubahan suhu pada Zona sebelumnya.
Gambar V.38. Grafik Temperatur dan Kelembaban Udara Zona D Sore hari (14.00-16.00 WIB)
Nilai fluktuatif suhu sore hari
sangat signifikan, tetapi tidak
berdampak banyak terhadap perubahan nilai kelembaban yang cenderung naik dan mencapai titik tertingginya pada 59 % pada pukul 16.00 WIB.
Gambar V.39. Simulasi Kualitas Temperatur Zona D pada Sore hari
93
Konfigurasi
bangunan
yang
renggang
turut
mempengaruhi
pergerakan udara menuju koridor. Konfigurasi bangunan pada sisi selatan cenderung tidak rapat sehingga memudahkan angin bergerak menjangkau ruang koridor dimana angin bergerak dari arah selatan .
Banyaknya
bangunan berlantai banyak juga mempengaruhi pergerakan angin, sehingga kecepatan udara pada Zona D cenderung stabil dan berada diatas titik 1.0 m/s, atau kecepatan angin sudah termasuk kedalam kondisi tidak nyaman.
Gambar V.40. Grafik Kecepatan Angin Zona D
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan tatanan ruang seperti ini suhu di ruang koridor akan dengan mudah terbawa oleh angin yang bergerak. Di sisi lain, angin yang bergerak juga berpeluang membawa panas dari daerah -daerah yang dilewati. Pada pengukuran kecepatan angin tertinggi pada 1.17 m/s pada siang hari akan tetapi kecepatan udara diatas 1.0 m/s di pagi dan sore hari.
94
5.5. 5.5.1.
Kualitas Termal dan Karakteristik "Enclosure" Jalan Raya Seturan Seturan Kualitas Termal “Enclosure” Jalan Raya Seturan Seturan
6 95
5.5.2.
Karakter “Enclosure” Jalan Raya Seturan Seturan
7 96
8 97
9 98
10 99
5.6. 5.6.1.
Simulasi Optimasi Kenyamanan Termal Jalan Raya Seturan Simulasi Optimasi Alternatif 01 Alternatif 01 dalam melakukan simulasi adalah dengan mengubah
elemen Street Floor pada kawasan Jalan Raya Seturan. Elemen Street Floor sebagi salah satu elemen pembentuk enclosure kawasan Jalan Raya Seturan menjadi salah satu elemen fisik yang masih sangat mungkin dioptimalisasi pada penelitian ini, karena masih merupakan elemen fisik kawasan dengan variabel bebas yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
Gambar V.41. Elemen Street Floor Jalan Raya Seturan yang dapat dirubah
Pada Alternatif 01 simulasi hal yang dilakukan
adalah dengan
melakukan simulasi menghubungkan area pedestrian antara Zona A sampai zona B . Lalu setelah melakukan optimalisasi pedestrian sepanjang Jalan Raya Seturan, karena 40 % area kawasan penelitian di tutup oleh material
100
paving block hal berikutnya adalah mengurangi penggunaan paving block yang memiliki nilai konduktivitas tinggi dengan grassblock, material penutup tanah yang sangat ramah lingkungan karena kuat dan tidak menutup pori-pori tanah sehingga saat hujan pun air akan bisa masuk ke dalam tanah dan pada saat cuaca cukup panas elemen rumput akan mengurangi efek panas dari permukaan tanah yang dilapisi.
Gambar V.42. Optimalisasi elemen Street Floor Jalan Raya Seturan
Optimalisasi elemen “Street Floor” dengan meneruskan pedestrian sepanjang Jalan Raya Seturan dan mengubah lapisan penutup permukaan dengan greenblock
akan mendukung aktivitas pejalan kaki disepanjang
Jalan Raya Seturan.
101
Tabel V.6. Penurunan Suhu Kawasan dengan Simulasi Alternatif 01
Optimalisasi elemen “Street Floor” dengan meneruskan pedestrian sepanjang Jalan Raya Seturan dan mengubah lapisan penutup permukaan dengan greenblock
melalui simulasi Envimet 3.1, dapat menunjukkan
bahwa penurunan suhu kawasan yang dapat dicapai 0.66 °C.
102
5.6.2.
Simulasi Optimasi Alternatif 02 Setelah mensimulasi model – model dengan mengoptimaliasi elemen
street floor-nya, hal berikutnya yang dilakukan peneliti pada kawasan adalah dengan mengubah elemen street wall pada kawasan. Penghimbauan dalam membatasi jumlah lantai yang dibangun pada kawasan Jalan Raya seturan akan membantu suhu udara menjadi lebih cepat turun. Menurut Urban Design Compedium 01 rasio perbandingan antara dimensi horisontal dan vertikal jalan minimum 2:3 (H:V). Dengan perbandingan rasio yang tepat maka saat temperature “enclosure” meningkat akan lebih cepat menurun, karena suhu panas mudah terbawa aliran udara melewati massa bangunan yang lebih rendah.
Gambar V.43. Ilustrasi Rasio Optimum Street Wall Jalan Raya Seturan
Pembatasan tinggi massa bangunan yang sesuai dengan lebar elemen horizontal 11 meter adalah 2 lantai atau sekitar 8 meter. Selain itu pembatasan tinggi massa bangunan setinggi 2 lantai untuk memperkecil jarak sempadan bangunan (1/2 x tinggi bangunan) dari badan jalan, sehingga akan mendukung aktivitas komersial yang berlangsung pada kawasan.
103
Tabel V.7. Penurunan Suhu Kawasan dengan Simulasi Alternatif 02
Optimalisasi elemen “Street Wall” dengan melakukan pembatasan ketinggian bangunan maksimal 2 lantai pada Jalan Raya Seturan dapat menurunkan suhu kawasan hingga 0.75 °C, selain itu juga memiliki pengaruh positif penurunan suhu terhadap kondisi termal disekitar “enclosure” Jalan Raya Seturan.
104
5.6.3.
Simulasi Optimasi Alternatif 03 Alternatif 03 simulasi adalah dengan mengubah-ubah elemen street
roof pada kawasan Jalan Raya Seturan. Elemen yang diubah adalah vegetasi pada kawasan yang berperan sebagai pembentuk elemen street roof pada kawasan. Vegetasi yang digolongkan sebagai elemen pembentuk street roof adalah pohon yang memiliki fungsi sebagai peneduh, layaknya atap pada kawasan. Untuk jalur hijau jalan, ruang yang disediakan untuk penempatan pohon antara 20 % - 30% dari ruang milik jalan (peraturan menteri PU no 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
Dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan), hal ini belum ditemukan pada kawasan Jalan Raya Seturan. Kawasan Jalan Raya Seturan memiliki vegetasi peneduh yang masih amat jarang. Pada Alternatif 03 simulasi akan dipusatkan pada penambahan vegetasi peneduh sesuai dengan kondisi ideal seharusnya dalam membentuk kenyamanan termal sebuah kawasan.
Gambar V.44. Optimalisasi elemen Street Roof Jalan Raya Seturan
105
Keberadaan vegetasi peneduh sangat kurang pada zona penlitian sepanjang jalan dari Zona A hingga Zona D yang didominasi oleh fasilitas komersial. Dengan memaksimalkan penataan vegetasi peneduh sepanjang Jalan Raya Seturan akan dapat membantu dalam menjaga kenyamanan kawasan, dengan penurunan suhu kawasan hingga 1.22 °C. Tabel V.8. Penurunan Suhu Kawasan dengan Simulasi Alternatif 03
106
5.6.4.
Simulasi Optimasi Alternatif 04 Simulasi yang dilakukan pada Alternatif 04 adalah memanipulasi
elemen street floor, street wall dan street roof sebagai pembentuk enclosure kawasan Jalan Raya Seturan.
Gambar V.45. Kombinasi Optimalisasi elemen pembentuk “enclosure” Jalan Raya Seturan
107
Tabel V.9. Penurunan Suhu Kawasan dengan Simulasi Alternatif 04
Dengan kombinasi dari penataan menggabungkan optimalisasi kondisi street floor, street wall dan street roof sebagai pembentuk enclosure kawasan Jalan Raya Seturan, dapat menurunkan suhu kawasan hingga 1.5 °C.
108
Kondisi Optimum "Enclosure” Jalan Raya Seturan
96 109
5.7.
Simulasi Kondisi Optimum Kenyamanan Termal Zona Untuk memperjelas simulasi kondisi optimum “Enclosure” ruang Jalan Raya
Seturan maka pada penelitian ini akan dipilih satu zona pada Jalan Raya Seturan yang memiliki kondisi kenyamanan termal paling buruk. Dari 4 zona makan Zona B merupakan zona dengan kondisi kenyamanan termal yang di pilih sebagai zona untuk mensimulasikan kondisi optimum “enclosure” yang sesusai dengan kenyamanan termal bagi pejalan kaki.
Gambar V.46. Zona dengan Suhu Area Tertinggi
Treatment yang digunakan akan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan yaitu dengan mengoptimalkan kualitas elemen pembentuk “enclosure” ruang Jalan Raya Seturan yaitu street floor, street wall dan street roof. Dengan harapan akan mendapatkan penataan “enclosure” ruang jalan yang nantinya dapat diterapkan pada zona lain dari Jalan Raya Seturan atau kawasan lain yang memiliki permasalahan yang sama dengan ruang Jalan Raya Seturan.
110
Gambar V.47. Optimalisasi elemen Street Floor Zona B
Optimalisasi elemen “Street Floor” dengan meneruskan pedestrian sepanjang Jalan Raya Seturan dan mengubah lapisan penutup permukaan dengan grassblock akan mendukung aktivitas pejalan kaki disepanjang Jalan Raya Seturan. Optimalisasi elemen “Street Floor” dengan meneruskan pedestrian sepanjang Jalan Raya Seturan dan mengubah lapisan penutup permukaan dengan greenblock melalui simulasi Envimet 3.1, dapat menunjukkan bahwa penurunan suhu kawasan yang dapat dicapai 0.66 °C. Setelah mensimulasi model – model dengan mengoptimaliasi elemen street floor-nya, hal berikutnya yang dilakukan peneliti pada kawasan adalah dengan menggabungkan optimalisasi elemen
street floor dan street wall
pada kawasan.
Optimalisai elemen street wall dengan penghimbauan dalam membatasi jumlah lantai yang dibangun pada kawasan Jalan Raya seturan akan membantu suhu udara menjadi lebih cepat turun, dikombinasi dengan optimaliasasi elemen street floornya, yaitu dengan penggunaan material grassblock dalam menutup permukaan lantai pedestrian di kawasan.
111
Gambar V.48. Kombinasi Optimalisasi elemen Street Floor dan Wall Zona B
Pengoptimalan dengan mengkombinasikan elemen street floor dan street wall¸ dapat mendukung kawasan untuk menurunkan suhu kawasan sebesar 0.94 °C. Hal ini akan mendukung aktivitas pengguna jalan terutama pejalan kaki dan mendukung kegiatan komersial pada Jalan Raya Seturan, karena tersedianya area parkir yang diselimuti oleh grassblock. Penggunaan grassblock juga mendukung Jalan Raya Seturan saat musim hujan maka air hujan tidak akan menggenang sepanjang jalan, tetapi dapat masuk langsung kedalam tanah, karena pori-pori tanah tidak tertutup. Hal berikutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan optimalisasi elemen street roof pada kawasan. Elemen street roof yang dioptimalkan adalah vegetasi peneduh di sepanjang jalan pada Jalan Raya Seturan, adapun vegetasi yang dipilih harus memiliki kriteria sesuai dengan peraturan RTH Jalur Pejalan Kaki ( Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008). Kriteria untuk jalur hijau jalan adalah sebagai berikut:
112
1.
Aspek silvikultur: a.
berasal dari biji terseleksi sehat dan bebas penyakit;
b.
memiliki pertumbuhan sempurna baik batang maupun akar;
c.
perbandingan bagian pucuk dan akar seimbang;
d.
batang tegak dan keras pada bagian pangkal;
e.
tajuk simetris dan padat;
f.
sistim perakaran padat. Tabel V.11. Jenis Vegetasi Peneduh Ruang Jalan (Sumber : Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008)
2.
Sifat biologi: a.
tumbuh baik pada tanah padat
b.
sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan
c.
fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lambat pada fase dewasa; ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia; batang dan sistem percabangan kuat; batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir
d.
perawakan dan bentuk tajuk cukup indah; tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap
113
e.
ukuran dan bentuk tajuk seimbang dengan tinggi pohon; daun sebaiknya berukuran sempit (nanofill); tidak menggugurkan daun; daun tidak mudah rontok karena terpaan angin kencang
f.
saat berbunga/berbuah tidak mengotori jalan; buah berukuran kecil dan tidak bisa dimakan oleh manusia secara langsung
g.
sebaiknya tidak berduri atau beracun;
h.
mudah sembuh bila mengalami luka akibat benturan dan akibat lain; tahan terhadap hama penyakit; tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri; mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;sedapat mungkin mempunyai nilai ekonomi; berumur panjang.
Dari kriteria dan jenis vegetasi peneduh yang dimuat dalam RTH Jalur Pejalan Kaki ( Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008), dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu;
Gambar V.49. Optimalisasi elemen Street Roof Zona B
114
Dari ketiga kategori yang telah disimulasikan dalam Envimet V.3.1, kategori 01 yaitu pohon kecil dengan tajuk lebar, jarak tanam 12 m dan berbunga, merupakan vegetasi peneduh yang paling sesuai digunakan pada “enclosure” Jalan Raya Seturan. Vegetasi yang sesuai adalah jenis pohon kupu-kupu atau Bauhinia purpurea . Dengan mengoptimalkan elemen street roof pada kawasan, dapat mendapatkan penurunan suhu hingga 1.22 °C. Hal berikut yang dilakukan peneliti adalah dengan mengkombinasikan elemen street floor dan street roof pada kawasan, dengan kombinasi optimalisasi kedua elemen ini penurunan suhu yang dapat dicapai oleh Zona B mencapai 1.31 °C.
Gambar V.50. Kombinasi Optimalisasi elemen Street Floor dan Roof Zona B
Setelah melakukan simulasi dengan kombinasi elemen street floor dan street roof yang dioptimalkan. Peneliti melakukan simulasi pengoptimalan elemen street wall yang digabungkan dengan elemen street roof. Dengan pembatasan tinggi bangunan maksimal 2 lantai dan penataan vegetasi peneduh yang sesuai diharapkan penurunan suhu yang didapatkan akan signifikan, akan tetapi penurunan suhu yang didapatkan 115
dengan simulasi yang mengkombinasikan kedua elemen ini hanya dapat menurunkan suhu di kawasan 1.23 °C saja, lebih rendah 0.08 °C dari kombinasi elemen street floor dan street roof.
Gambar V.51. Kombinasi Optimalisasi elemen Street Wall dan Roof Zona B
Hal terakhir yang dilakukan oleh Peneliti adalah dengan melakukan kombinasi optimalisasi
semua
elemen
pembentuk
“enclosure”
Zona
B,
yaitu
dengan
mengoptimalkan elemen penutup permukaan lantai pedestrian sepanjang Jalan Raya Seturan yang telah dihubungkan, lalu menghimbau untuk tinggi maksimal 2 lantai dan melakukan optimalisasi penataan vegetasi peneduh dengan menggunakan criteria kategori 01 sebagai vegetasi peneduh sepanjang Jalan Raya Seturan. Kondisi optimum “enclosure” Zona B yang melibatkan semua elemen pembentuknya dapat menurunkan suhu kawasan hinggal 1.59 °C. Dengan mengoptimalkan semua elemen akan membentuk satu kualitas termal yang akan mendukun semua kegiatan yang berlangsung sepanjang “enclosure” Zona B. Simulasi ini merupakan simulasi dengan angka penurunan suhu paling tinggi dari pada simulasi116
simulasi yang hanya mengoptimalkan 2 elemen pembentuk “enclosure” Zona B.
Gambar V.52. Kombinasi Optimalisasi elemen Street Floor , Wall dan Roof Zona B 117
5.8.
Temuan-temuan
Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan sebelumnya (Bab V, halaman 62 – 117) terdapat beberapa temuan baik yang didapat di lapangan maupun dengan simulasi, yaitu: 1.
Material penutup permukaan pada elemen “Street Floor” sangat berpengaruh terhadap kondisi termal kawasan yang terbentuk. Material penutup permukaan dengan nilai konduktivitas tinggi akan menaikkan suhu kawasan.
Gambar V.53. Perbandingan Lapisan Permukaan Zona A dan C
2.
“Street Wall” bangunan dengan setback lebar memungkin angin untuk bergerak turun melewati koridor sehingga suhu termal kawasan menjadi lebih rendah dari pada Zona dengan Street wall yang rapat dan setback yang sempit, seperti pada perbandingan suhu rata-rata Zona B dan Zona C.
Gambar V.54. Perbandingan Suhu Rata-rata Kawasan Zona B dan C 118
3.
Banyaknya jumlah“Street Roof”
pada kawasan tidak membuat kawasan
tersebut menjadi lebih rendah suhu nya dari kawasan lain yang memiliki jumlah vegetasi peneduh lebih sedikit.
Gambar V.55. Perbandingan Vegetasi Peneduh Kawasan Zona A dan C
4.
Kawasan dengan bangunan-bangunan pencakar langit dan kawasan dengan kerapatan bangunan lebar menyebabkan kecepatan angin pada kawasan tinggi.
Gambar V.56. Perbandingan Kecepatan Udara pada Zona A,B,C dan D
119