67
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Potensi Ekowisata Potensi ekowisata di kecamatan Paloh merupakan produk wisata unggulan yang dapat dikembangkan sesuai dengan pola pemanfaatan lahan yang sejalan dengan konsep ekowisata yaitu sesuai kaidah pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kecamatan Paloh. Secara umum kondisi wilayah pesisir kecamatan Paloh cukup mendukung untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Hampir di sepanjang pantai kawasan pesisir kecamatan Paloh merupakan tipe pantai yang landai dan berpasir putih, dari yang berbutir halus sampai agak kasar dengan pecahan-pecahan batu karang. Kondisi ini menurut Bakosurtanal (1996) dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata pesisir. Vegetasi cemara laut dan mangrove merupakan vegetasi dominan yang terdapat di kawasan ini, selain itu sebagian pantainya juga merupakan tempat berbagai spesies penyu bertelur secara alami. Terdapat juga kawasan akuatik dengan struktur karang laut yang sangat luas sehingga cukup nyaman untuk melakukan aktivitas wisata air seperti menyelam (diving) dan snorkeling. Selain itu didapati
juga daerah pantai yang berpontensi menjadi
tempat memancing (fishing) yang penuh dengan karang dengan bermacam ragam jenis ikan. Ekosistem yang terdapat di lokasi penelitian adalah tipikal wilayah pesisir yang merupakan wilayah unik karena ditemukan berbagai ekosistem mulai dari daerah pasang surut, estuari, hutan mangrove, terumbu karang, gelombang pasang, pulau penghalang, dan pantai berbatu.
5.1.1. Potensi Objek dan Daya Tarik Ekowisata Objek dan daya tarik ekowisata yang terdapat di pesisir kecamatan Paloh meliputi Pantai Tanah Hitam, Pantai Selimpai, Pantai Tanjung Kemuning, Pantai Sungai Belacan, Pantai Tanjung Bendera, Pantai Bayuan, Pantai Camar Bulan, Pantai Mauludin, dan Pantai Tanjung Datok. Untuk lebih jelasnya, potensi masing-masing objek dan daya tarik wisata tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
68
a.
Pantai Tanjung Datok Pantai Tanjung Datok merupakan sebuah objek wisata pantai yang
berbentuk tanjung yang dipenuhi bebatuan yang bervariasi dengan hamparan pasir putih dan merupakan kawasan yang menjadi pembatas garis pantai antara kecamatan Paloh (Indonesia) dan Telok Melano (distrik Sematan, Malaysia). Objek wisata Pantai Tanjung Datok terletak di dusun Mauludin desa Tamajuk, lebih kurang 97 km jauhnya dari ibukota kabupaten Sambas yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua. Panorama alam yang terdapat pada kawasan ini menggambaran keindahan dan keunikan yang mempesona. Kawasan ini juga sering dikunjungi oleh para pemancing ikan yang berasal dari luar kecamatan Paloh terutama pada saat musim ikan. Keberadaan hamparan pasir putih yang berpadu dengan struktur bebatuan berbagai ukuran yang terbentang luas di sini menggambaran begitu besarnya potensi yang dimiliki objek wisata ini. Keistimewaan lain dari objek wisata ini adalah adanya gua alam yang menjadi habitat burung walet sehingga banyak masyarakat lokal di kawasan ini yang melakukan kegiatan pengambilan sarang burung yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi ini. Pada kawasan perairan objek wisata ini terdapat tutupan terumbu karang yang sangat luas. Terumbu karang yang terdapat pada kawasan ini membentang sampai dengan kawasan perairan objek wisata Pantai Tanjung Kemuning. Keberadaan terumbu karang, beragam jenis ikan, dan kondisi air laut yang jernih menjadikan objek wisata ini terlihat sangat menarik dan sangat cocok untuk dijadikan objek wisata bahari. Gambaran mengenai objek wisata Pantai Tanjung Datok disajikan dalam Tabel 16.
69
Tabel 16. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanjung Datok No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan aksesibilitas
10 11 12 13
Fasilitas Pendukung Ketersediaan Air Bersih Dukungan masyarakat Pengelola
Desa Temajuk 2.0716729N 109.6406364E 50.000 97 Pantai 515 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang masih asli Tanjung sekaligus pantai yang tersusun oleh hamparan pasir dan bebatuan serta menjadi satu-satunya kawasan pesisir perbatasan Kalimantan Barat dengan negara Malaysia Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi Belum tersedia Tersedia (bersumber dari gunung Pangi) Sangat mendukung Bapak Arsyad (Atong) dan masyarakat lokal
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
b. Pantai Mauludin Pantai Mauludin merupakan sebuah objek wisata yang berbentuk pantai yang tersusun oleh struktur pasir putih dan bebatuan. Objek wisata ini mempunyai berbagai keunikan, yang diantaranya terdapat bentukan batu yang tidak lazim seperti batu pipih, batu bedinding (menyerupai dinding), dan batu bejulang (bertingkat-tingkat). Menurut kepercayaan masyarakat setempat masing-masing batu ini mempunyai cerita mistik sehingga keberadaannya terjaga dengan baik oleh masyarakat. Sesuai namanya objek wisata Pantai Mauludin terletak di dusun Mauludin desa Tamajuk dan berbatasan langsung dengan objek wisata Pantai Tanjung Datok yang berjarak lebih kurang 95 km jauhnya dari ibukota kabupaten Sambas dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua. Objek wisata Pantai Mauludin mempunyai daya tarik keindahan alam yang sangat menarik sehingga tidak heran jika objek wisata ini menjadi salah satu tujuan wisata terkenal di kabupaten Sambas. Keberadaan hamparan pasir putih
70
yang terbentang lebih dari 3 km jauhnya menggambaran begitu besarnya potensi yang dimiliki objek wisata ini, belum lagi ditambah dengan alam bawah lautnya yang kaya akan karang laut yang menjadi berbagai habitat ikan sehingga sangat cocok untuk dijadikan salah satu kawasan untuk kegiatan wisata bahari. Hamparan pasir putih ini juga menjadi habitat berbagai spesies terutama vegetasi cemara. Ditambah lagi dengan deburan ombak lautnya yang besar dan airnya yang relatif jernih menjadikan objek wisata ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata unggulan di kabupaten Sambas.
Tabel 17. Gambaran Objek Wisata Pantai Mauludin No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
Desa Temajuk 1.9987629N 109.6406364E 250.000 95 Pantai 3.550 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relatif masih asli Deburan ombak dan pantainya yang tersusun oleh pasir putih dan menjadi kawasan yang cocok untuk wisata bahari
9
Transportasi dan Aksesibilitas
10 11 12 13
Fasilitas Pendukung Ketersediaan Air Bersih Dukungan Masyarakat Pengelola
Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi Masih sangat terbatas Tersedia (bersumber dari gunung Pangi) Sangat mendukung Bapak Arsyad (Atong) dan masyarakat lokal
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
c. Pantai Camar Bulan Pantai Camar Bulan adalah salah satu objek wisata yang terletak di desa Temajuk. Terletak lebih kurang 83 km dari jantung ibu kota kabupaten Sambas. Pantainya yang berpasir putih dengan gelombang pantai yang lambat dan di sekitar pantainya banyak terdapat pohon cemara menjadikan objek wisata ini terlihat sangat eksotik.
71
Objek wisata ini mempunyai sejarah tersendiri. Kawasan Camar Bulan merupakan salah satu kawasan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Kawasan ini dianggap kawasan yang paling rawan dicaplok Malaysia. Menurut sejarah, kawasan ini merupakan tempat berlabuhnya armada kapal perang Indonesia pada saat perang mempertahankan kawasan perbatasan melawan tentara Malaysia. Kawasan ini juga dijadikan sebagai markas TNI dalam konfrontasi dengan Malaysia serta PGRS tahun 1965 sampai 1967. Untuk saat ini, warga di kawasan ini masih disibukkan dengan aktivitas harian seperti menangkap ikan dan mencari ubur-ubur di laut. Sementara untuk pengelolaan kawasan wisata masih ditangguhkan. Masyarakat sangat berharap agar permasalahan tapal batas ini segera diselesaikan oleh pemerintah. Ini demi menyelamatkan Camar Bulan dari ancaman pencaplokan Malaysia. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat, mereka sangat berharap agar objek wisata ini sesegera mungkin untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah
melalui
dinas
Pariwisata
(Disporabudpar).
Untuk
menunjang
perkembangannya, berbagai aktivitas dan fasilitas wisata hendaknya dapat dikembangkan di kawasan objek wisata ini. Selain untuk pemberdayaan sumber daya wisata yang dimiliki, hal ini juga dilakukan guna
antisipasi terhadap
permasalahan yang menyangkut bahaya yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gambaran mengenai objek wisata Pantai Camar Bulan disajikan dalam Tabel 18.
72
Tabel 18. Gambaran Objek Wisata Pantai Camar Bulan No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan Aksesibilitas
Desa Temajuk 1.9877832N 109.5712852E 150.000 93 Pantai 1.510 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relatif masih asli Kawasan bersejarah dan terdapat hutan pantai Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi Belum tersedia Tersedia (agak jauh dari lokasi) Sangat mendukung Masyarakat lokal
10 Fasilitas Pendukung 11 Ketersediaan Air Bersih 12 Dukungan Masyarakat 13 Pengelola Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
d. Pantai Bayuan Pantai Bayuan merupakan salah satu objek wisata pantai laut yang terletak di kecamatan Paloh yang mempunyai panorama alam yang cukup indah yang terdapat di dusun Camar Bulan desa Temajuk. Sama dengan umumnya kawasan pantai Paloh lainnya, kawasan ini juga menjadi habitat penyu untuk bertelur secara alami. Objek wisata pantai ini memiliki panjang pantai sekitar 2 km. Struktur pantai kawasan wisata ini tersusun oleh struktur pasir putih berbatu dengan susunan vegetasi yang didominasi oleh vegetasi cemara laut. Untuk menuju objek wisata ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor yang ditempuh selama sekitar dua setengah jam dari kota Sambas. Objek wisata Pantai Bayuan adalah kawasan yang masih bernuansa alam terbuka sehingga sangat cocok bagi pengunjung yang ingin menjauhkan diri dari aktivitas perkotaan. Tiupan angin dan deburan ombak di kawasan ini sangat nyaman untuk dinikmati. Pada saat air laut surut maka akan terbentang hamparan pasir dan batu karang yang mencapai 50 – 100 m lebarnya dari bibir pantai. Sebagian dari kawasan ini merupakan padang lamun yang menjadi habitat
73
berbagai jenis ikan. Pada musim tertentu kawasan ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk menangkap udang lobster mengingat kawasan ini adalah salah satu kawasan yang menjadi habitat udang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi tersebut.
Tabel 19. Gambaran Objek Wisata Pantai Bayuan No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan Aksesibilitas
Desa Temajuk 1.9865823N 109.514122E 200.000 88 Pantai 2.150 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relative masih asli Sebagai habitat penyu dan mempunyai hamparan pantai berpasir dan berbatu Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi Belum tersedia Tersedia (agak jauh dari lokasi) Sangat mendukung Masyarakat lokal
10 Fasilitas Pendukung 11 Ketersediaan Air Bersih 12 Dukungan Masyarakat 13 Pengelola Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
e. Pantai Tanjung Bendera Pantai Tanjung Bendera adalah salah satu objek wisata yang berbentuk tanjung sekaligus pantai yang mempunyai kekhasan tersendiri di kecamatan Paloh. Pantai yang panjangnya sekitar 3,5 km ini terlihat begitu menarik. Keberadaan air pantainya begitu bersih, sehingga sangat cocok untuk melakukan aktivitas wisata seperti berenang, menyelam, dan sekedar berjemur untuk menikmati alam pemandangan yang ada di sekitar objek wisata ini.
Untuk
mencapai objek wisata ini, dapat ditempuh dengan sepeda motor yang ditempuh selama sekitar dua jam lebih dari kota Sambas. Selain mempunyai pemandangan alam yang indah dan menarik, kawasan objek wisata ini juga dijadikan masyarakat setempat sebagai tempat perburuan
74
telur penyu, dimana setiap malamnya terdapat sekitar 3 – 6 ekor penyu naik ke pantai yang sebagian di antaranya bertelur.
Tabel 20. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanjung Bendera No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan Aksesibilitas
Desa Temajuk 1.9774897N 109.4636536E 350.000 82 Pantai 3.500 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relatif masih asli Sebagai habitat penyu alami dan tanjung yang tersusun oleh pasir dan bebatuan Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi Belum tersedia Tersedia (dekat dengan lokasi) Sangat mendukung Masyarakat lokal
10 Fasilitas Pendukung 11 Ketersediaan Air Bersih 12 Dukungan Masyarakat 13 Pengelola Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
f. Pantai Sungai Belacan Pantai Sungai Belacan merupakan objek wisata pantai yang berpadu dengan sempadan sungai (sungai Belacan) yang terletak di dusun Cermai desa Sebubus. Panjang garis pantai objek wisata ini sekitar 1,2 km dengan susunan vegetasi hutan pantai. Objek wisata di pantai ini mempunyai pemandangan indah dan menarik.
Untuk mencapainya, dapat ditempuh dengan sepeda motor yang
ditempuh selama sekitar dua jam dari kota Sambas. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata ini biasanya memanfaatkan kawasan ini sebagai kawasan memancing baik di laut maupun di sungai Belacan. Selain indah, kawasan ini memang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Pada saat malam hari kawasan ini juga menjadi salah satu tempat bertelurnya penyu secara alami sehingga masyarakat lokal menjadikan tempat ini sebagai tempat perburuan telur penyu.
75
Tabel 21. Gambaran Objek Pantai Sungai Belacan No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan Aksesibilitas
Desa Sebubus 1.9534712N 109.4367027E 120.000 75 Pantai 1.200 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relatif masih asli Sebagai kawasan pertemuan laut dan sungai Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi Belum tersedia Tersedia (dekat dengan lokasi) Sangat mendukung Masyarakat lokal
10 Fasilitas Pendukung 11 Ketersediaan Air Bersih 12 Dukungan Masyarakat 13 Pengelola Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
g. Pantai Tanjung Kemuning Pantai Tanjung Kemuning adalah salah satu objek wisata pantai laut yang terletak di kecamatan Paloh yang sempadan pantainya berhadapan langsung dengan Laut Natuna. Banyak pemandangan indah dan menarik di tempat ini yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan khususnya pada hari-hari libur. Pantai yang panjangnya mencapai lebih dari 6 km ini terlihat begitu alami, air pantainya begitu bersih begitu juga dengan hutan pantainya yang relatif masih terjaga, sehingga sangat cocok untuk melakukan aktivitas wisata alam seperti berkemah dan menikmati pemandangan alam yang ada di sekitar objek wisata ini. Pada saat air surut, kawasan objek wisata ini mempunyai keunikan tersendiri karena hamparan pantai pasir putihnya dapat mencapai ratusan meter lebarnya dari muka air laut. Untuk mencapai objek wisata ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor yang ditempuh selama sekitar dua jam dari kota Sambas. Selain mempunyai pemandangan alam yang indah dan menarik, kawasan objek wisata ini juga dijadikan masyarakat setempat dan organisasi perlindungan
76
satwa (WWF) sebagai tempat penangkaran penyu,
dimana setiap malamnya
terdapat sekitar 8 – 15 ekor penyu naik ke pantai yang sebagian di antaranya bertelur. Oleh sebab itu, kawasan ini menjadi tujuan para wisatawan yang secara khusus untuk melakukan pengamatan satwa penyu.
Tabel 22. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanjung Kemuning No.
Aspek
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan Aksesibilitas
10 11 12 13
Fasilitas Pendukung Ketersediaan Air Bersih Dukungan Masyarakat Pengelola
Keterangan Desa Sebubus 1.9430059N 109.340744E 623.000 70 Pantai 6.230 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relatif masih asli Sebagai habitat penyu dan mempunyai panjang garis pantai yang jauh Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah berpasir ke lokasi Kurang mendukung Tersedia (agak jauh dari lokasi) Sangat mendukung WWF Kecamatan Paloh dan masyarakat lokal
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
h. Pantai Selimpai Pantai Selimpai sering juga disebut masyarakat di kecamatan Paloh sebagai Tanjung Selimpai karena keberadaannya yang terletak di tanjung sekaligus muara sungai Merbau. Pantai Selimpai merupakan salah satu objek wisata pantai yang cukup dikenal di kabupaten Sambas yang terletak di dusun Jeruju desa Sebubus. Lokasinya kurang lebih 7 km dari ibukota kecamatan dan merupakan pantai yang indah dan menarik dengan ciri khas keberadaan pasir putih yang terhampar mengeliling pantai ini. Objek wisata ini menjadi tempat pavorit bagi wisatawan lokal terutama pada hari-hari libur nasional seperti perayaan Islam (Idul Fitri dan Idul Adha). Pantai Selimpai tersusun oleh hamparan pasir putih dengan susunan vegetasi cemara laut yang tumbuh secara dominan. Sempadan pantainya merupakan tempat bertelurnya penyu. Daya tarik Pantai Selimpai yang sangat
77
menonjol bila di bandingkan dengan objek wisata lainnya terletak pada susunan vegetasinya dan pantai pasir putihnya. Hampir keseluruhan kawasan pulau ini ditumbuhi oleh hutan cemara yang membuat pantai ini menjadi khas dan berbeda dengan pantai-pantai lain yang ada di Kalimantan Barat. Selain itu, penutup tanah (ground cover) di hutan cemara ini adalah rumput hijau yang hampir merata sehingga sangat cocok untuk lokasi piknik atau area perkemahan
(camping
ground). Pada bagian pantai yang berpasir putih, topografinya sangat landai dan tampak sangat bersih. Pantai yang merupakan tempat habitat bagi penyu-penyu laut yang bertelur ini terdapat pusat penangkaran dan pembudidayaan
penyu,
karena banyaknya penyu yang datang atau naik ke pantai ini untuk bertelur. Dahulunya, pada setiap bulan Mei, di daerah objek wisata ini diselenggarakan pesta perang telur penyu oleh penduduk setempat dinamakan “Parrang Panyok”. Ini merupakan tradisi masyarakat Melayu pesisir kecamatan Paloh. Pesta ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan menolak bala. Namun, seiring waktu tradisi ini mulai ditinggalkan dengan alasan penyelamatan satwa penyu tersebut. Sisi selatan pantai Selimpai hingga ke bagian barat berbatasan dengan laut Natuna, sedangkan di sisi utaranya membentang ke timur dikepung oleh sungai Merbau. Oleh sebab itu setiap pengunjung yang berada di sini akan menjumpai aneka pemandangan seperti hutan cemara, pantai, laut, dan sungai. Selain alami, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pantai Selimpai adalah menjadi tempat persinggahan penyu. Setelah bertamasya keliling dari pulau ke pulau, benua ke benua, dalam setahun sekurangnya lima kali satwa langka dilindungi ini singgah ke Pantai Selimpai ini untuk bertelur. Berdasarkan catatan Satgas Pantai Selimpai dari kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Paloh, ada empat jenis penyu yang singgah ke pantai ini. Diantaranya adalah penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang. Sedangkan penyu belimbing hanya sesekali singgah. Saat ini di dunia terdapat tujuh jenis penyu, enam diantaranya ada di Indonesaia. Yaitu; penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), penyu belimbing (Dermocelys coriaceae), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta carretta), dan penyu pipih (Natator
78
depresus). Untuk penyu dari jenis Lepidochelys kempi hidup di laut atlantik, khususnya pantai Amerika dan Meksiko. Diantara jenis penyu yang singgah ke Pantai Selimpai tersebut penyu sisik adalah yang paling banyak telurnya. Setiap kali naik ke pantai, telur yang dikeluarkan yaitu sebanyak 75-125 butir. Sedangkan yang lainnya hanya kisaran puluhan butir. Bahkan yang sedikit telurnya adalah penyu hijau, maksimal hanya berjumlah sembilan dengan bentuk telur yang relatif lebih besar dari telur jenis penyu lainnya. Hewan yang masuk dalam kategori satwa langka ini, naik ke pantai untuk bertelur pada malam hari. Karenanya jika pengunjung tidak bermalam di kawasan wisata Selimpai, maka dapat dipastikan tidak dapat bertemu dengan satwa penyu di kawasan objek wisata ini. Untuk lebih jelasnya, gambaran objek wisata Pantai Selimpai dapat dilihat pada Tabel 23 di bawah ini.
Tabel 23. Gambaran Umum Objek Wisata Pantai Selimpai No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan Aksesibilitas
Desa Sebubus 1.8076377N 109.3224662E 815.000 65 Pantai 8.150 Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relatif masih asli Sebagai habitat penyu dan sebagai habitat vegetasi cemara yang dominan Jalan aspal sampai di Dusun Setinggak kemudian menggunakan kapal motor ke Pantai Selimpai Cukup tersedia Belum tersedia Sangat mendukung BKSDA, WWF, dan Koperasi
10 Fasilitas Pendukung 11 Ketersediaan Air Bersih 12 Dukungan Masyarakat 13 Pengelola Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
i. Pantai Tanah Hitam Pantai Tanah Hitam merupakan salah satu objek wisata di kecamatan Paloh yang terdekat dengan ibu kota kabupaten Sambas. Keberadaan objek wisata ini berjarak sekitar 45 km dari kota Sambas. Pada hari-hari libur, objek wisata ini
79
sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah untuk menikmati daya tarik panorama alamnya. Objek wisata Pantai Tanah Hitam terbentang hampir sepanjang kawasan pantai di wilayah desa Tanah Hitam. Tingginya jumlah pengunjung di kawasan ini setiap tahunnya didukung oleh kemudahan aksessibilitas menuju objek wisata ini, selain itu masyarakat di wilayah ini secara rutin menggelar acara hiburan rakyat terutama pada hari-hari perayaan seperti tahun baru, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Objek wisata Pantai Tanah Hitam memiliki panorama alam yang menarik, kawasan objek wisata ini juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan melayu yang cukup unik yaitu atraksi wisata budaya antar ajong. Antar ajong merupakan upacara ritual adat untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat setempat mempercayai, aktivitas tersebut dapat membuat tanaman padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat sekampung. Karena mengacu pada waktu tanam, maka waktu pelaksanaan antar ajong biasanya setiap pertenggahan tahun, sekitar bulan Juni atau Juli. Upacara adat budaya antar ajong dipimpin oleh tokoh adat setempat.
Tabel 24. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanah Hitam No.
Aspek
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Letak Titik Koordinat Luas (m2) Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) Jenis Wisata Panjang Pantai (m) Estetika dan Keaslian
8
Atraksi dan Keunikan
9
Transportasi dan Aksesibilitas
Desa Tanah Hitam 1.6341664N 109.2248726E 380.000 45 Pantai 3.800 Keindahan alam teresteria yang relatif telah berubah Sebagai pusat kegiatan budaya di kecamatan Paloh Jalan aspal dengan kondisi baik sampai dengan lokasi bisa menggunakan kendaraan roda dua dan empat Cukup tersedia (Rumah makan, WC) Tersedia (bersumber dari PDAM) Sangat mendukung Masyarakat
10 Fasilitas Pendukung 11 Ketersediaan Air Bersih 12 Dukungan Masyarakat 13 Pengelola Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)
80
5.1.2. Potensi Wilayah Wisatawan saat ini sangat peka terhadap permasalahan lingkungan. Menyesuaikan
dengan
kondisi
positif
ini,
konsep-konsep
pariwisata
dikembangkan sehingga timbul inovasi-inovasi baru dalam kepariwisataan termasuk salah satunya adalah konsep ekowisata. Ekowisata merupakan konsep pariwisata berkelanjutan, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder dengan berpedoman pada tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan
yang
dapat
melestarikan
lingkungan
dan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dari segi tata letak, kecamatan Paloh merupakan satu-satunya wilayah kecamatan di Kalimantan Barat yang wilayah daratan dan perairannya berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Kampung Telok Melano adalah kampung di wilayah Malaysia bagian Timur yang terhubung secara langsung dengan kecamatan Paloh, tepatnya dengan desa Temajuk. Wilayah kecamatan Paloh berupa dataran pantai / berpasir dan aluvial sungai yang kesemua desanya berbatasan langsung dengan laut (Natuna), dengan kelerengan lahan umumnya 0 8% (datar-berombak). Susunan vegetasi hutan cemara dan hutan mangrove mempunyai daya tarik wisata tersendiri bagi kawasan di wilayah ini. Selain untuk daya tarik wisata, keberadaan hutan cemara dan hutan mangrove berguna juga untuk daerah resapan air, pencegah abrasi dan bencana alam seperti erosi dan banjir serta mengakibatkan hilangnya pusat sirkulasi dan pembentukan gas karbon dioksida (CO 2 ) dan oksigen (O 2 ) yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya (Subadra, 2007). Dilihat dari tata guna lahan kawasan pantai, sebagian besar merupakan lahan alami yang belum diganggu oleh aktivitas manusia. Umumnya kawasan ini tersusun oleh hamparan pasir, bebatuan, hutan cemara dan hutan pantai (campuran). Hal ini mengindikasikan bahwa begitu besarnya potensi yang dimiliki kecamatan Paloh untuk dikembangkannya sektor ekowisata. Sedangkan dari segi kualitas lingkungan menunjukkan potensi yang cukup besar terutama
81
jika dilihat dari kondisi perairan yang memperlihatkan sebagian besar airnya yang jernih dan keberadaan terumbu karang yang relatif masih terjaga. Untuk fasilitas pendukung, saat ini di lokasi penelitian masih sangat terbatas. Belum ada satupun penginapan yang berskala besar (hotel), alternatif penginapan adalah di rumah-rumah penduduk (homestay) yang dibeberapa lokasi wisata sengaja diperuntukkan untuk para wisatawan atas rekomendasi dan binaan dinas Pariwisata kabupaten Sambas. Pada umumnya penginapan berupa homestay relatif masih sederhana, yaitu berdinding kayu atau bambu, kamar mandi diluar dan tanpa AC. Namun demikian ada sebagian kecil lainnya yang cukup berkualitas dan dilengkapi TV. Sedangkan di kecamatan terdekat (Tangaran dan Teluk Keramat) fasilitas ini sudah cukup memadai. Fasilitas rumah makan di kawasan wisata kecamatan Paloh dipandang kurang dari segi kuantitas maupun kualitasnya (baik dari segi pilihan jenis makanannya, kebersihan makanan maupun kerapihan tempatnya). Dalam pengadaan bahan makanan masih dihadapi banyak kendala, misalnya jarangnya rumah makan sea food
walaupun di lokasi tersebut merupakan tempat
pendaratan nelayan yang besar dan jarangnya bahan sayuran yang harus didatangkan dari ibu kota Sambas. Begitu juga halnya dengan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti pusat informasi wisata, galeri souvenir, tempat parkir, papan interpretasi, rest room dan toilet di kawasan ini masih sangat terbatas bahkan sebagian besar masih tidak tersedia. Dilihat dari ketersediaan prasarana dan sarana transportasi pedesaan, sebagian besar desa di kecamatan Paloh telah mempunyai jalan yang dapat dilalui dengan kendaraan roda empat. Jalan di wilayah ini umumnya beraspal dan dalam kondisi cukup baik. Satu-satunya desa yang belum mempunyai jalan aspal adalah desa Temajuk, desa yang jaraknya kurang lebih 38 km dari pusat kecamatan Paloh ini masih sulit untuk diakses. Untuk mencapai wilayah tersebut sementara ini hanya bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dengan melewati bibir pantai sepanjang 28 km dalam kondisi air laut surut.
82
Transportasi Darat Berdasarkan fungsi jalan, secara umum sistem jaringan jalan regional utama di wilayah kabupaten Sambas terdiri dari jalan kolektor primer, lokal primer, dan lingkungan primer. Menurut PP No. 34/2006 tentang Jalan, fungsi dari ketiga jenis jalan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara PKN (pusat kegiatan nasional) dengan PKL (pusat kegiatan lokal), antar-PKW (pusat kegiatan wilayah), dan antara PKW dengan PKL. 2. Jalan lokal primer adalah antar-PKL, antara PKN dengan pusat kegiatan lingkungan (PKLing), dan antara PKW dengan pusat kegiatan lingkungan (PKLing), antara PKL dengan pusat kegiatan lingkungan (PKLing), atau antar-PKLing. 3. Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan pedesaan. Berdasarkan statusnya, sistem jaringan jalan di kecamatan Paloh sendiri terdiri dari jalan nasional dan jalan kabupaten. Menurut RPJP kabupaten Sambas 2005-2025, bahwa jalan nasional yang ada di wilayah kabupaten Sambas merupakan jalan strategis nasional yaitu jalan yang melayani kepentingan nasional dan internasional atas dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antar negara, melayani aset penting negara serta dalam rangka pertahanan dan keamanan. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, jalan nasional yang direncanakan di wilayah kabupaten Sambas sepanjang sekitar 343,5 km dengan ruas jalan menuju dan termasuk dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sp. Temajuk – Camar Bulan – Sungai Tengah – Sp. Gunung Kukud –Sp. Sungai Bening – Batang Air – Sp. Tanjung (54,5 km; jalan paralel) 2. Sp. Kembayat – Dungun Cundong (11 km; jalan kolektor primer strategis nasional)
83
3. Dungun Cundong–Merbau (40 km; jalan lokal primer strategis nasional) 4. Ceremai – Sp. Temajuk – Batas Telok Melano (46 km; jalan lokal primer strategis nasional). Sementara khusus untuk jalan yang ada di kecamatan Paloh mempunyai total panjang ± 116 km dengan kondisi permukaan jalan sebagai berikut: Jalan tanah 81,5 km, terdiri dari : Jalan dusun Cermai (desa Sebubus)- desa Temajuk 39 km Jalan di desa Temajuk 12,5 km Jalan di kecamatan Paloh lainnya (6 desa) 30 km Jalan aspal dan jalan lingkungan 34,5 km, terdiri dari :
Jalan di desa Temajuk 4,5 Km (jalan lingkungan)
Jalan di kecamatan Paloh lainnya (6 desa) 30 km (jalan aspal dan jalan lingkungan).
Sistem Jaringan Lainnya Sistem jaringan lainnya yang dimaksudkan di sini meliputi sistem jaringan listrik, drainase regional, air bersih, dan telepon. Untuk sistem jaringan listrik (PLN) saat ini telah mengaliri tujuh dari delapan desa yang ada di kecamatan Paloh. Satu-satunya desa yang belum teraliri jaringan listrik adalah desa Temajuk. Masyarakat di desa Temajuk saat ini umumnya menggunakan genset sebagai alat untuk tenaga listrik. Begitu juga halnya dengan prasarana air bersih PDAM, desa Temajuk merupakan satu-satunya desa yang belum dialiri oleh jaringan distribusi air bersih. Masyarakat di desa ini umumnya menggunakan sumber air gunung Pangi sebagai sumber air bersih (selain air hujan). Sama halnya dengan sistem jaringan pelayanan telepon, sarana telepon seluler dapat berfungsi dengan baik di seluruh desa di kecamatan Paloh kecuali desa Temajuk.
Kawasan Hutan Mangrove Kawasan hutan lindung bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (Mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan kawasan pantai dan lautan. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau
84
dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut, disamping sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya di belakangnya. Kawasan pantai berhutan bakau yang ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah kawasan dengan lebar minimal 300 meter. Ketentuan ini berlaku pada kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan konservasi dan wisata alam. Keberadaan hutan ini dapat dijumpai hampir di sepanjang bantaran sungai Paloh dan Merbau serta sungai-sungai kecil yang ada di kecamatan Paloh. Dalam kegiatan ekowisata diupayakan untuk mempertahankan keaslian komponen biologi dan fisik dalam ekosistem mangrove yang menjadi daya tarik utama kegiatan ekowisata pada ekosistem mangrove. Selain itu kegiatan ekowisata ini sekaligus memberikan informasi lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mencintai alam. Selain itu kawasan mangrove yang tumbuh dengan baik dapat menjadi tempat penelitian, kunjungan siswa sekolah, dan kegiatan ilmiah lainnya. Kawasan ini akan merupakan literatur alam yang bisa langsung dilihat (Direktorat Bina Pesisir, 2007). Beberapa jenis pohon mangrove yang dapat dijumpai di wilayah pesisir kecamatan Paloh adalah bakau (Rhizopora spp), api-api (Avicennia spp), pedada (Sonneratia spp), nyirih (Xylocarpus spp), tengar (Ceriops spp), dan buta-buta (Exoecaria spp). Ekosisitem mangrove yang terjaga dengan baik mempunyai potensi ekowisata yang dapat dikembangkan. Kegiatan ekowisata secara langsung memiliki manfaat peletarian alam dan lingkungannya sekaligus meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. Manfaat ini akan tercapai manakala direncanakan dengan baik dan sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Hal ini tercapai mengingat pada kegiatan ekowisata terdapat upaya mempertahankan keaslian komponen biologi dan fisik dalam ekosistem mangrove yang menjadi daya tarik utama kegiatan ekowisata pada ekosistem mangrove (Direktorat Bina Pesisir, 2007).
85
Kawasan Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Yang termasuk kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian (di luar kawasan pantai berhutan bakau) yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai; minimal 100 m ke arah darat dihitung dari titik pasang tertinggi. Di kecamatan Paloh, kawasan sempadan pantai ini memanjang pada kawasan pinggir pantai yang terbentang sepanjang garis batas administrasi darat kecamatan Paloh dengan kecamatan Tangaran dan Negeri Sarawak (Malaysia Timur). Panjang garis pantai di kecamatan Paloh mencapai 63,25 km ( 31 % dari keseluruhan panjang garis pantai di kabupaten Sambas).
Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi sungai dari kegiatan anusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik sungai serta mengamankan aliran sungai. Untuk sungai yang mengalir di luar daerah pemukiman, sempadan sungai ditetapkan 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri sungai kecil. Sedangkan untuk sungai yang mengalir di daerah permukiman, sempadan sungai ditetapkan 15 meter di kanan kiri sungai besar dan 10 meter di kanan kiri sungai kecil. Berdasarkan kriteria penetapan sungai besar pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, yang dikategorikan sebagai Sungai Besar adalah sungai yang luas wilayah pengalirannya sekitar 500 km² atau lebih sehingga sungai Paloh termasuk dalam kategori tersebut.
86
Wilayah pesisir dan laut memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan, salah satunya menjadikan objek wisata bahari. Berbagai jenis organisme yang ada di daerah itu dapat menjadi nilai jual seperti terumbu karang, hutan bakau, padang lamun serta panorama keindahan pantai. Dengan pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir kita mendapat konstribusi yang positif yaitu menjadikan wilayah pesisir dan laut sebagai kawasan wisata bahari. Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial. Daerah dapat dikatakan berhasil menjadi tempat wisata bahari apabila memenuhi berbagai komponen terkait dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya. Belakangan ini setiap daerah berusaha untuk memanfaatkan wilayah pesisir menjadi tempat atau objek wisata bahari karena sebagai daya tarik untuk wisatawan datang ke daerah tersebut sehingga menambah pemasukan bagi pemerintah daerah, namun dalam pengembangannya dibutuhkan strategi yang terencana dan sistematis sehingga wilayah pesisir yang dijadikan wisata bahari bermanfaat juga bagi masyarakat di daerah tersebut. Selain strategi dalam pembangunan wilayah pesisir diperlukan juga keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal sehingga masyarakat merasa terlibat dan bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dan ekosistem yang ada hal ini pun sebenarnya menguntungkan bagi kehidupan ekonomi mereka dengan sistem pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan memiliki arti penting baik bagi pengunjung, masyarakat maupun kelestarian lingkungan. Secara harfiah, pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang maupun yang akan datang dengan pengelolaan yang tepat tanpa membahayakan sistem alam yang mendukung semua aspek kehidupan. Pembangunan wilayah pesisir harus berbasis kemasyarakatan dengan tujuan membantu kesejahteraan masyarakat pesisir.
87
5.1.3. Potensi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan sektor pariwisata. Sektor pariwisata meliputi beberapa bidang usaha seperti hotel, restauran, biro perjalanan wisata, dan pelayanan-pelayanan dalam wisata. Pariwisata merupakan sektor yang melibatkan sektor-sektor lain dan kesemua sektor itu berhubungan dengan peran serta masyarakat. Salah
satu
perubahan
penting
yang
akan
sangat
mempengaruhi
perkembangan sektor pariwisata adalah otonomi daerah. Otonomi daerah mengandung makna beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan
dari pusat ke daerah. Perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan ini memerlukan reorientasi/perubahan peran dan fungsi pemerintah seperti yang dijelaskan dalam UU tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab secara lebih penuh terhadap kebijakan-kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, khususnya yang menyangkut pembangunan sarana dan prasarana, investasi (dan akses terhadap sumber dana), kebijakan lingkungan, pengembangan sumber daya manusia. Kecamatan Paloh merupakan salah satu bagian dari kabupaten Sambas yang memiliki potensi daerah yaitu posisi yang sangat strategis berada di daerah perbatasan dengan negara Malaysia. Potensi lain adalah sumber daya yang dimiliki. Dengan diberikannya otonomi luas kepada daerah kapubaten/kota, sesuai prinsip penyelenggaraan Otonomi daerah yang digariskan dalam UU No. 32 Tahun 2004, maka Pemda kabupaten Sambas harus lebih mampu mencermati dan mengidentifikasi, menggali dan mengembangkan potensi yang belum seluruhnya tergali secara optimal di wilayah kecamatan Paloh. Untuk mengembangkan kegiatan pariwisata di kecamatan Paloh haruslah mempertimbangkan hal-hal seperti promosi wisata, penataan infrastruktur, penyelenggaraan lomba (event) baik regional maupun internasional, serta penataan dan pengembangan kawasan khusus seperti penataan objek wisata yang ada di desa Temajuk, Sebubus, dan pengembangan kebudayaan Melayu di Tanah Hitam.
88
Masyarakat pesisir kecamatan paloh sebagian besarnya masyarakat yang beretnis melayu. Umumnya masyarakat di sini merupakan masyarakat yang ramah, sopan, santun terhadap tamu yang datang. Keberadaan tamu / pengunjung telah dianggap sebagai penghormatan tersendiri bagi masyarakat. Selain itu, keberagaman budaya yang dimiliki masyarakat tentunya menjadi pertimbangan tersendiri dalam usaha pengembangan kepariwisataan di wilayah ini.
5.2. Analisis Kawasan Ekowisata 5.2.1. Analisis Objek/Atraksi Ekowisata Kecamatan Paloh memiliki sepuluh (10) titik wisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi objek dan atraksi ekowisata pesisir. Penilaian kesesuaian objek dan atraksi wisata dilakukan untuk mengetahui sejauh mana potensi pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh. Secara umum, hasil dari analisis kelayakan objek dan atraksi ekowisata di kecamatan Paloh menunjukkan bahwa objek dan atraksi ekowisata tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan, bahwa kecamatan Paloh secara aktual memiliki 6 (60 %) objek dan atraksi ekowisata dengan kategori cukup potensial (S2) dan 4 (40 %) objek dan atraksi ekowisata dengan kategori kurang potensial (S3). Penilaian kelayakan objek dan atraksi wisata di kecamatan Paloh disajikan dalam Tabel 25, sedangkan peta sebaran objek/atraksi ekowisata di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Kecamatan Paloh merupakan wilayah pesisir yang sangat luas, sehingga objek dan atraksi wisata di kecamatan Paloh dapat mewakili berbagai karakteristik berdasarkan lingkungan (akuatik dan teresterial), ketinggian (pantai hingga gunung), dan sumber daya (alam dan budaya). Pantai di kecamatan Paloh juga memiliki beragam karakteristik yang alami, yaitu pantai berpasir (pasir putih, pasir hitam, pasir coklat), pantai berbatu, tebing pantai, teluk dan tanjung. Demikian pula halnya dengan perairan laut kecamatan Paloh yang memiliki beragam jenis ikan karang dan terumbu karang jenis hard coral dan soft coral.
89
Berdasarkan ketersediaan objek/atraksi ekowisata, lokasi penelitian terdapat dua (2) zona yaitu klasifikasi zona cukup atraktif (S2) dan zona kurang atraktif (S3). Zona objek/atraksi cukup atraktif berada di zona II, III dan IV yang meliputi desa Sebubus (sebagian) dan Temajuk. Sedangkan zona objek/atraksi kurang atraktif berada di zona I yang meliputi desa Kalimantan, Matang Danau, Tanah Hitam, Mentibar, Malek, Nibung, dan Sebubus (sebagian).
Tabel 25. Penilaian Kelayakan Objek dan Atraksi Ekowisata di Kecamatan Paloh
Dukungan masyarakat
Skor
Kategori
32
185
S2
9
9
24
16
32
140
S2
32
24
8
10
32
157
S2
25
17
16
10
32
158
S2
24
24
8
22
8
32
126
S3
24
19
8
24
8
32
123
S3
8
24
24
8
16
8
32
120
S3
8
24
21
8
16
8
32
117
S3
Pantai Mauludin
8
26
27
16
32
8
32
149
S2
Pantai Tanjung Datok
8
32
32
10
32
8
32
154
S2
Pantai Tanah Hitam
32
16
2
Hutan Mangrove
32
18
3
Pantai Selimpai
24
27
4
24
24
5
Pantai Tanjung Kemuning Pantai Sungai Belacan
8
6
Pantai Tanjung Bendera
8
7
Pantai Bayuan
8
Pantai Camar Bulan
9 10
Objek/Atraksi Wisata
25
Sumber : Hasil Analisis Data (2011) Keterangan : Nilai penjumlahan skoring tiap kepala desa (n = 8) S1= Sangat Potensial (nilai 193 – 256) S2 = Cukup Potensial (nilai 129 – 192) S3 = Kurang Potensial (nilai 65 – 128) N = Tidak Potensial (nilai ≤ 64)
Transportasi dan aksesibilitas
Ketersediaan air bersih
32
1
No.
Atraksi dan keunikan
24
Estetika dan keaslian
24
Letak dari jalan utama
Fasilitas pendukung
Parameter
90
PETA 1 2 4
5
3
6
Sebaran Objek dan Atraksi Ekowisata di Kecamatan Paloh Cukup Potensial Kurang Potensial
7
Keterangan : 1. Pantai Tanjung Datok 2. Pantai Mauludin 3. Pantai Camar Bulan 4. Pantai Bayuan 5. Pantai Tj. Bendera 6. Pantai Sungai Belacan 7. Pantai Tj. Kemuning 8. Pantai Selimpai 9. Hutan Mangrove 10. Pantai Tanah Hitam
8
9
10
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 4. Peta Sebaran Objek dan Atraksi Ekowisata di Lokasi Kawasan ekowisata potensial di kecamatan Paloh didominasi oleh objek dan atraksi wisata yang berada di wilayah desa yang sarana dan prasarana transportasinya sudah cukup baik.
Sedangkan kawasan ekowisata kurang
potensial didominasi oleh objek dan atraksi wisata alam akuatik dan teresterial yang kondisi prasarana jalannya kurang baik. Namun, jika dilihat dari segi estetika, keaslian, atraksi dan keunikan objek dan atraksi yang ada di kawasan ini sangatlah potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Secara keseluruhan, kawasan kecamatan Paloh didominasi oleh objek dan atraksi wisata alam dan kurang pada objek dan atraksi wisata budaya.
5.2.2. Kesesuaian Kawasan Ekowisata Penilaian kesesuaian kawasan ekowisata di kecamatan Paloh baik teresterial maupun akuatik menggunakan data primer dan sekunder sebagai atribut pada peta-peta tematik berdasarkan parameter kesesuaian kawasan ekowisata untuk setiap kategori sesuai dengan standar Bakosurtanal (1996). Berdasarkan hasil analisis kesesuaian kawasan wisata, maka dihasilkan tiga (3) kelas kesesuaian untuk wisata pantai dan tiga (3) kelas untuk wisata bahari.
91
Beberapa faktor pembatas
utama yang terdapat pada zona kawasan
ekowisata di lokasi penelitian adalah kecepatan arus dan kecerahan perairan untuk wisata pantai zona I dan II. Sedangkan untuk wisata bahari tutupan karang dan kecerahan perairan menjadi faktor pembatas utama terutama pada zona wisata bahari I. Beberapa kendala ini umumnya dapat dikurangi dengan memasukkan beberapa penerapan teknologi. Kecepatan arus yang tinggi misalnya dapat dikurangi dengan memasang pemecah gelombang di dekat pantai. Pada topografi laut yang curam dapat dilakukan pemasangan batas (bouy) untuk aktivitas wisata. Perairan yang cerah dengan terumbu karang yang bagus dapat dikembangkan untuk aktivitas menyelam (diving). Lebar pantai menentukan jumlah wisatawan yang dapat ditampung. Dengan demikian, aktivitas wisata dapat tetap dilakukan namun dengan jumlah fasilitas dan jumlah wisatawan yang dibatasi. Dari hasil analisis kesesuaian diperoleh hasil bahwa untuk kategori wisata pantai di lokasi penelitian memiliki tiga kelas kesesuaian yaitu kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai bersyarat (S3), sedangkan untuk kategori wisata bahari terdapat tiga kelas yang berbeda yaitu kelas cukup sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N). Sebaran masing-masing kelas kesesuaian kawasan wisata pantai dan bahari di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
Wisata Pantai Wisata pantai merupakan aktivitas wisata yang dilaksanakan pada daerah pesisir dengan kegiatan wisata berupa olah raga, pengamatan satwa, berkemah, memotret, berjemur, melihat pemandangan alam, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga kelas kesesuaian untuk wisata pantai di lokasi penelitian yaitu kelas sangat sesuai (S1) seluas 158,3 hektar, cukup sesuai (S2) seluas 297, 3 hektar dan sesuai bersyarat (S3) seluas
177,2 hektar.
Hasil penilaian
kesesuaian untuk wisata pantai dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan peta kesesuaian wisata pantai di kecamatan Paloh dapat dilihat pada Gambar 5.
92
Gambar 5. Peta Kesesuaian Wisata Pantai di Kecamatan Paloh
Wisata Bahari Wisata bahari adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape), antara lain, memancing (fishing), bersampan yang meliputi mendayung (boating) dan berlayar (sailing), menyelam yang meliputi diving dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air tawar (wave surfing) dan selancar angin (wind surfing), serta berpadu dengan parasit (parasailing) (Sunarto, 1998). Sifat oseanografi dari setiap perairan dan bagian perairan itu berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun, umumnya perairan di Nusantara termasuklah juga perairan di wilayah kecamatan Paloh dipengaruhi oleh faktor monsoon dan samudera-samudera di sekitarnya. Bagi perairan pedalaman yang dibatasi oleh pulau-pulau, terutama di perairan pantainya, pengaruh daratan, topografi dasar laut dan garis pantai serta iklim setempat sangat menonjol (Birowo, 1980). Birowo menyebutkan daratan dan proses yang terjadi di daratan seperti aliran sungai besar dengan zat-zat atau partikel yang dibawanya ke laut akan mempengaruhi salinitas, turbiditas (kekeruhan), kesuburan, dan kecerahan air
93
pantai. Iklim setempat seperti curah hujan akan mempengaruhi salinitas dan angin yang kencang akan menyebabkan berkembangnya arus dan gelombang laut. Secara umum, pembahasan tentang sejumlah sifat oseanografi yang terkait secara langsung dengan wisata bahari di lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kecerahan Perairan (m) Salah satu indikator kualitas perairan ditinjau dari aspek lingkungan yang berkaitan dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya adalah kecerahan perairan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerahan air laut di pesisir kecamatan Paloh pada umumnya adalah partikel lumpur yang dibawa oleh aliran sungai. Nilai kecerahan air memberikan petunjuk tentang daya tembus cahaya ke dalam air laut atau berkaitan dengan intensitas cahaya di dalam laut. Intensitas cahaya di laut ditentukan selain oleh kondisi cahaya di atas permukaan laut juga oleh penyerapan dan pembauran di dalam laut. Faktor utama yang mempengaruhi pembauran cahaya di laut adalah adanya mineral seperti tanah liat, lumpur maupun yang berbentuk senyawa organik seperti plankton dan detritus (Birowo, 1980). Kondisi air yang keruh diakibatkan oleh pembauran material mineral dan organik yang intensif. Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan di lokasi penelitian menunjukkan nilai kecerahan dipengaruhi oleh kandungan lumpur, kandungan plankton, dan zat-zat terlarut lainnya. Untuk kawasan pantai dimana terdapat banyak muara sungai besar, pengaruh lumpur dapat dengan jelas terlihat seperti yang terjadi di zona I dan II. Diperoleh hasil bahwa pada zona I dan II tingkat kecerahan air laut dimana sinar matahari hanya mampu menembus lapisan perairan sampai kedalaman 2 – 6 m pada jarak rata-rata 50 meter dari garis pantai, sedangkan untuk zona III dan IV kecerahan air mencapai 6 - 7 m pada jarak 50 m dari garis pantai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi perairan pesisir kecamatan Paloh pada zona III dan IV masih relatif baik dan cukup mendukung untuk dikembangkannya sektor ekowisata khususnya wisata bahari.
94
Kecerahan yang rendah terukur pada perairan objek wisata yang ada di zona I dan II. Kecerahan yang rendah ini diakibatkan oleh partikel lumpur yang terbawa oleh arus surut sungai-sungai besar seperti sungai Paloh dan Merbau. Berbeda dengan perairan yang terdapat pada zona I dan II, kedalaman cahaya matahari yang terdapat di zona III dan IV dapat menembus perairan bahkan bisa mencapai dasar. Hal ini dikarenakan pada pinggiran pantai di zona III dan IV didominasi oleh pasir putih dan bebatuan, hal ini ditambah lagi dengan aktivitas masyarakat dan kepadatan penduduk yang masih rendah di kawasan ini. 2. Kecepatan Arus (m/det) Arus yang terjadi di suatu perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain musim angin, topografi perairan, morfologi pantai, dan kedalaman perairan (Pickard, 1986 dalam Susana et al. 2004). Kecepatan dan arah arus dari suatu badan air untuk mengeleminasi dan mengangkut bahan pencemar serta perkiraan pergerakan bahan pencemar mencapai lokasi tertentu. Selain itu, arus pantai dapat juga terjadi karena gelombang yang datang menuju pantai, hal ini mempengaruhi proses sedimentasi pantai. Pola arus pantai ini ditentukan oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang cukup besar maka akan terbentuk arus menyusur pantai yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, bahwa arus permukaan dekat pantai bergerak dari timur laut mulai dari desa Kalimantan sampai dengan Barat Daya menuju desa Temajuk dengan kecepatan rata-rata 0,098 m/det. Kecepatan arus paling lemah terdapat di zona IV yaitu 0,085 – 0,098 m/det, sedangkan arus tercepat terdapat pada zona I dengan kecepatan 0,105 – 0,110 m/det. 3. Kedalaman Dasar Perairan (m) Kedalaman dasar perairan di lokasi penelitian didapat dari peta Lingkungan Laut Indonesia dari Bakosurtanal (edisi 1992). Dengan batas 250 meter ke arah laut, berdasarkan peta Lingkungan Laut Nasional (wilayah pesisir kecamatan Paloh), maka kedalaman dasar laut wilayah pesisir kecamatan Paloh rata-rata berkisar antara 0 – 50 meter, pada kedalaman 10
95
meter dicapai pada jarak 50 – 100 meter, kedalaman 25 meter dicapai pada jarak 100 – 150 meter dari garis pantai ke arah laut dan kedalaman 25 -75 meter pada jarak 150 – 250 meter dari garis pantai. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian kawasan ekowisata bahari di kecamatan Paloh, diperoleh 3 kelas kesesuaian dengan kategori sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N). Hasil penilaian kesesuaian untuk wisata bahari dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan peta kesesuaian wisata bahari dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Peta Kesesuaian Wisata Bahari di Kecamatan Paloh
5.2.3. Daya Dukung Kawasan Ekowisata Daya dukung (daya tampung) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan
kawasan
secara
fisik
untuk
menerima
sejumlah
wisatawan/ekowisatawan dengan intensitas maksimum terhadap sumber daya alam yang berlangsung secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan. Pembatasan jumlah wisatawan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya dampak negatif terhadap sumber daya alam dan lingkungan karena kegiatan wisata yang
96
dilakukan di kecamatan Paloh nantinya. Oleh sebab itu, pengembangan kawasan ekowisata di kawasan ini haruslah memperhatikan daya dukung/tampung wisatawan. Adapun faktor yang digunakan dalam menentukan daya dukung wisatawan pada penelitian ini adalah panjang pantai pasir untuk wisata pantai dan luasan areal terumbu karang untuk wisata bahari.
a. Daya Tampung Wisatawan Berdasarkan Tingkat Kenyamanan Daya tampung wisatawan untuk wisata pantai dan bahari di lokasi penelitian dihitung berdasarkan zona dan kawasan objek wisata yang ada dengan kategori yang digunakan meliputi kategori standar, nyaman, dan mewah. Untuk lebih jelasnya mengenai daya tampung wisata pantai dan bahari di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 26 dan 27.
Tabel 26. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Pantai Berdasarkan Tingkat Kenyamanan No.
Zona/ Kawasan Objek Wisata
Luas Pantai (ha)
Panjang Pantai (m)
Daya Tampung Wisatawan (orang/hari)
I 1
Zona I Pantai Tanah Hitam
177,20 38,00
17.720 3.800
Standar 1.181 253
II 1 2
Zona II Pantai Selimpai Pantai Tanjung Kemuning
158,30 81,50 62,30
15.830 8.150 6.230
1.055 543 415
792 408 312
528 272 208
III 1 2 3
Zona III Pantai Sungai Belacan Pantai Tanjung Bendera Pantai Bayuan
154,80 12,00 35,00 21,50
15.480 1.200 3.500 2.150
1.032 80 233 143
774 60 175 108
516 40 117 72
IV 1 2 3
Zona IV Pantai Camar Bulan Pantai Mauludin Pantai Tanjung Datok
142,20 15,10 35,50 5,15
14.220 1.510 3.550 515
948 100 237 33
711 75 178 25
474 50 118 17
632,50 306,05
63.250 30.605
4.217 2.037
3.163 1.531
2.108 1.021
Total (Zona) Total (Kawasan Objek Wisata)
Sumber : Hasil Analisis Data (2011)
Nyaman 886 190
Mewah 591 127
97
Tabel 27. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Bahari Berdasarkan Tingkat Kenyamanan No.
Zona/ Kawasan Objek Wisata
Luas Terumbu Karang (m2)
Daya Tampung Wisatawan (orang/hari) Standar
Nyaman
Mewah
-
-
-
-
2.653,31 326,41 545,12
177 22 36
133 16 27
88 11 18
14.576,14 576,23 2.765,45 1.376,43
972 38 184 92
729 28 138 69
486 19 92 46
Pantai Camar Bulan Pantai Mauludin Pantai Tanjung Datok
15.775,65 1. 657,13 3.310,53 356,24
1.052 111 221 28
789 83 166 18
526 55 110 12
Total (Zona) Total (Kawasan Objek Wisata)
33.005,10 10.913,54
2.200 728
1.650 546
1.100 364
I
Zona I
1
Pantai Tanah Hitam
II
Zona II
1 2
Pantai Selimpai Pantai Tanjung Kemuning
III 1 2 3
Zona III
IV 1 2 3
Zona IV
Pantai Sungai Belacan Pantai Tanjung Bendera Pantai Bayuan
Sumber : Hasil Analisis Data (2011)
Berdasarkan Tabel 26 dan 27 di atas, dapat diketahui bahwa daya tampung wisatawan untuk wisata pantai dan wisata bahari menurut standar WTO ditentukan berdasarkan kelas standar, nyaman dan mewah. Dengan demikian, operator ekowisata di kawasan ekowisata kecamatan Paloh dapat memilih standar daya tampung wisatawan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Jumlah daya tampung pada masing-masing kawasan wisata tersebut merupakan kapasitas per hari, sehingga bila operator ekowisata dalam sehari akan menerapkan beberapa kali kunjungan maka harus membaginya kembali sesuai dengan jumlah kunjungan dalam sehari. Kawasan ekowisata membutuhkan ketenangan dan kenyamanan bagi wisatawan yang datang ke tempat tersebut. Selain itu kebutuhan setiap wisatawan akan ruang juga sangat bervariasi dan relatif, tergantung pada latar belakang budaya dan kemampuan ekonomi wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis daya tampung kawasan ekowisata sangatlah mutlak untuk dilakukan dalam perencanaan kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh.
98
b. Daya Tampung Wisatawan Berdasarkan Waktu Kunjungan (1). Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Pantai
Tabel 28. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Pantai Berdasarkan Waktu Kunjungan No.
Zona/ Kawasan Objek Wisata
Luas (ha)
Panjang Pantai (m)
Daya Tampung Wisatawan (org/kunjungan) (org/hari)
Pantai Tanah Hitam
177,20 38,00
17.720 3.800
177 38
1.062 228
II 1 2
Zona II Pantai Selimpai Pantai Kemuning
158,30 81,50 62,30
15.830 8.150 6.230
158 82 62
984 492 378
III 1 2
154,80 12,00 35,00
15.480 1.200 3.500
155 12 35
930 72 210
3
Zona III Pantai Sungai Belacan Pantai Tanjung Bendera Pantai Bayuan
21,50
2.150
20
120
IV 1 2 3
Zona IV Pantai Camar Bulan Pantai Mauludin Pantai Tanjung Datok
142,20 15,10 35,50 5,15
14.220 1.510 3.550 515
142 15 36 5
852 90 216 30
632,50 306,05
63.250 30.605
633
3.798 1.770
I 1
Zona I
Total (Zona) Total (Kawasan Objek Wisata)
305
Sumber : Hasil Analisis Data (2011)
Tabel 28 di atas memperlihatkan bahwa daya tampung wisatawan untuk wisata pantai secara total 633 orang per kunjungan dan 3.798 orang per hari dalam keseluruhan zona serta 305 orang per kunjungan atau 1.770 orang per hari untuk keseluruhan kawasan objek wisata. Proporsi daya tampung terbanyak terdapat di kawasan objek wisata Pantai Selimpai yang mencapai jumlah 492 orang per hari. Sedangkan daya tampung wisatawan terendah berada di kawasan objek wisata Pantai Tanjung Datok yaitu berjumlah 30 orang per hari.
99
(2). Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Bahari Tutupan terumbu karang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata bahari. Luasan tutupan terumbu karang yang dihitung adalah area terumbu karang yang berada dalam kondisi cukup baik yang dianalisis dari peta citra landsat-UTM 2006 kecamatan Paloh dan peta Barimetri Hidro Oseanografi. Atas pertimbangan bahwa diving dan snorkeling merupakan aktivitas wisata pengamatan ekosistem bawah laut maka aktivitas wisata ini hanya dilakukan pada perairan yang mempunyai ekosistem terumbu karang. Kebutuhan area untuk aktivitas diving adalah 200 m2 per orang dan untuk snorkeling adalah 50 m2 luasan terumbu karang per orang. Daya tampung wisatawan untuk wisata bahari berdasarkan waktu kunjungan di kecamatan Paloh tertera pada Tabel 29.
Tabel 29. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Bahari Berdasarkan Waktu Kunjungan Daya Tampung Wisatawan No.
Zona/ Kawasan Objek Wisata
Total/hari
-
-
2.653,31 326,41 545,12
13 2 7
78 12 42
53 7 11
318 42 66
Zona III Pantai Sungai Belacan Pantai Tanjung Bendera Pantai Bayuan
14.576,14 576,23
73 9
438 54
292 12
1.752 72
2.765,45
14
84
55
930
1.376,43
7
42
28
168
Zona IV Pantai Camar Bulan Pantai Mauludin Pantai Tanjung Datok
15.775,65 1. 657,13
79 8
474 48
316 33
1.896 198
3.310,53 356,24
17 2
102 12
66 7
396 42
33.005,10 10.913,54
165 55
990 330
660 218
3.961 1.308
Zona II Pantai Selimpai Pantai Kemuning
III 1
2 3
Snorkeling
-
II 1 2
IV 1
Total/hari
-
Zona I Pantai Tanah Hitam
3
Diving
-
I 1
2
Luas Terumbu Karang (m2)
Total (Zona) Total (Kawasan Wisata)
Objek
Sumber : Hasil Analisis Data (2011)
100
Dari Tabel 29 di atas dapat diketahui bahwa daya tampung wisatawan untuk wisata bahari di kawasan objek wisata memiliki jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan daya tampung untuk wisata pantai. Hal ini disebabkan oleh faktor pembatas area pemanfaatan kegiatan wisata bahari di lokasi penelitian yang lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan wisata pantai.
5.2.4. Pemetaan Partisipatif Partisipasi masyarakat desa dalam usaha pengembangan ekowisata di suatu wilayah adalah keterlibatan dari masyarakat desa baik secara emosional, mental maupun fisik dalam proses pengembangan pariwisata yang mendorong mereka menyumbangkan kemampuan sekaligus merasa ikut bertanggung jawab atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan menjadi keinginan bersama yakni meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata dikuatirkan hanya dapat menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Penempatan masyarakat sebagai subjek dalam pengelolaan pariwisata mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi kegiatan pariwisata. Terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan perencanaan kawasan ekowisata berbasis masyarakat. Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat lokal dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan perencanaan ekowisata. Masyarakat lokallah yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapi serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Bahkan pula mereka akan mempunyai pengetahuan lokal untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat haruslah dilibatkan dalam setiap kegiatan ekowisata, hal itu dilakukan untuk menjadikan sektor ekowisata berkembang sesuai harapan bersama yaitu melakukan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan
101
masyarakat. Metode pemetaan partisipatif dalam penelitian ini merupakan salah satu
model pemberdayaan
masyarakat
secara spasial.
Dengan
metode
pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat dapat mewujudkan pengembangan ekowisata di lokasi penelitian. Dengan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam memetakan kawasan ekowisata maka akan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan sektor ini. Metode pemetaan partisipatif yang dilakukan memberikan gambaran bahwa masyarakat di lokasi penelitian mempunyai harapan yang sama terhadap usaha pengembangan kawasan ekowisata. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok pemetaan partisipatif melakukan interpretasi peta yang di dalamnya memuat objek/atraksi
ekowisata,
aktivitas,
fasilitas,
dan
jalur
sirkulasi
yang
menghubungkan antar desa dan objek/atraksi wisata. Aktivitas wisata di lokasi penelitian diarahkan pada aktivitas yang bersifat mengajak pengunjung terlibat langsung dalam berbagai atraksi wisata agar memperoleh pengalaman baru yang menyenangkan sehingga pengunjung memiliki keinginan untuk menjaga kelestarian lingkungan di kecamatan Paloh. Aktivitas wisata pesisir sangat dipengaruhi oleh ruang wisata serta objek dan atraksi wisata yang ada di dalamnya. Aktivitas kehidupan masyarakat ialah aktivitas yang terkait keseharian dan budaya masyarakat. Aktivitas masyarakat dipengaruhi oleh mata pencaharian dan budaya masyarakat. Aktivitas terkait perlindungan sumber daya alam dan lingkungan mengarah pada pencegahan bahaya dan pelestarian kawasan pesisir agar berkelanjutan. Fasilitas yang direncanakan untuk dikembangkan di lokasi penelitian berdasarkan pada peluang aktivitas wisata dengan memanfaatkan gaya arsitektur lokal. Fasilitas wisata pesisir yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung dan masyarakat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan nyaman, namun aktivitas keseharian masyarakat juga dapat tetap berjalan dengan baik. Secara umum hasil pemetaan partisipatif yang dilakukan masyarakat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
102
Gambar 7. Peta Hasil Pemetaan Partisipatif
Berdasarkan gambaran pemetaan partisipatif di atas, sesuai dengan pembagian zona ekowisata pesisir kecamatan Paloh yang telah dilakukan, maka dapat digambarkan bahwa pada zona I merupakan zona yang terfokus pada peruntukan pelayanan pengunjung dimana pada zona ini menyediakan fasilitas penunjang wisata seperti pusat informasi wisata, hotel/penginapan, rumah makan/restoran, pusat cenderamata, dan dermaga. Zona I ini merupakan kawasan pemukiman yang cukup padat penduduk dengan pola pemukiman yang berorientasi pada jalan utama. Kawasan ini juga dijadikan sebagai pusat kawasan wisata budaya, sehingga dapat dikembangkan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tanpa mempengaruhi kelangsungan ekosistem kecamatan Paloh secara menyeluruh. Berbeda dengan zona I, zona II dan III merupakan kawasan yang tidak padat penduduk dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh hutan pantai. Zona II merupakan kawasan wisata konservasi hutan mangrove dan habitat penyu sehingga masyarakat berharap agar aktivitas wisata pada kawasan ini mengedepankan keberlanjutan lingkungan. Sedangkan zona III diperuntukkan
103
sebagai kawasan ekowisata yang bersifat intensif. Berbagai aktivitas
yang
direkomendasikan kelompok pemetaan partisipatif pada kawasan ini diantaranya memancing, berenang, pengamatan alam, dan berkemah. Jalur sirkulasi ekowisata diplot oleh kelompok berada pada tepian pantai, hal ini untuk mempermudah aksessibilitas menuju objek wisata sekitar. Untuk zona IV yang berada wilayah desa Temajuk merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan yang juga bersifat intensif, akitivitas wisata disini meliputi bersampan dan berenang dengan didukung oleh fasilitas homestay dan menara pandang.
5.3. Keterlibatan Masyarakat dan Stakeholder Lain dalam Ekowisata Berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, secara umum dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi para pihak (masyarakat, Pemda, LSM, dan dunia usaha) dalam pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh masih dirasakan rendah. Namun dari hasil wawancara dan pengamatan lapangan yang telah dilakukan, para pihak yang terlibat mempunyai komitmen dalam usaha pengembangan ekowisata di wilayah ini. Hasil identifikasi peran serta berbagai stakeholder dalam pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh dapat dideskripsikan sebagai berikut.
5.3.1. Masyarakat Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam kegiatan pariwisata karena mereka merupakan subjek utama yang mengendalikan keberadaan dan kemanfaatan sumber daya wisata yang ada di suatu kawasan wisata. Ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan masyarakat di lokasi penelitian saat ini, diantaranya kegiatan memandu wisatawan, penyewaan homestay, penari budaya melayu, usaha rumah makan, jasa ojek dan penyeberangan motor air. Namun, kegiatankegiatan ini sepenuhnya masih belum dikelola dengan baik. Diharapkan peran serta masyarakat ini akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya ekowisata di wilayah ini. Kegiatan lain yang berpotensi untuk dilakukan oleh masyarakat diantaranya adalah kegiatan seperti jasa foto dan video, jasa kesehatan, jasa keamanan laut, kerajinan dan cinderamata, penyewaan peralatan
104
atau perlengkapan kegiatan wisata, pengelolaan usaha penginapan, dan lain sebagainya. Pengembangan suatu objek wisata memerlukan dukungan dari masyarakat. Adanya peran serta masyarakat sangat membantu pengelolaan pariwisata. Masyarakat diharapkan dapat memelihara, merawat serta memberikan keterangan kepada wisatawan mengenai objek wisata, sehingga wisatawan lebih mengenal kondisi objek wisata yang ada. Peran serta masyarakat di kecamatan Paloh dalam mengembangkan sektor kepariwisataan mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena tanpa adanya peran serta dan dukungan dari masyarakat pengembangan kepariwisataan tidak mungkin akan berhasil dengan baik. Peran serta masyarakat tersebut dapat ditumbuhkan melalui usaha dengan memberikan penerangan dan penyuluhanpenyuluhan
tentang
arti
penting
kepariwisataan
serta
bagaimana
pengembangannya yang dilakukan melalui dialog yang bersifat terbuka, terarah, terpadu dan bertanggung jawab. Bentuk peran serta masyarakat dalam usaha pengembangkan sektor ekowisata di kecamatan Paloh dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Jasa pemandu wisata Masyarakat setempat dapat menjadi pemandu kegiatan ekowisata di kawasan ekowisata kecamatan Paloh, mengingat masyarakat lokal mengerti betul seluk beluk lingkungan dan budaya setempat. Namun diperlukan ketrampilan khusus untuk menjadi pemandu wisata yang berkualitas, karena hal ini sangat penting bagi ekowisata. Selain dibutuhkan ketrampilan dalam bahasa, juga diperlukan ketrampilan interpretasi tentang lingkungan, alam, sejarah budaya dan prinsip-prinsip etnik, serta adanya pelayanan dan komunikasi. Pada produk ekowisata, tingkat kepentingan secara keseluruhan yang terutama adalah kealamian, kemudian pemandu wisata, selanjutnya diikuti oleh aktivitas wisata termasuk semua paket ekowisata, area yang dilindungi, program-program pendidikan, pengalaman budaya dan komunikasi sesuai bahasa wisatawan yang dipandu.
105
b.
Pengelolaan Usaha Penginapan Dengan berkembangnya kegiatan pariwisata di kecamatan Paloh, maka masyarakat berpeluang dalam usaha penyediakan penginapan terutama berupa homestay bagi para wisatawan. Dimana para wisatawan dapat tinggal atau hanya berkunjung ke tempat tersebut. Tentunya hal ini menguntungkan bagi masyarakat untuk menambah pendapatan ekonomi keluarga.
c. Pengelolaan Rumah Makan Restoran dan rumah makan belum banyak tersedia di setiap kawasan objek wisata di kecamatan Paloh. Dengan adanya restoran dan rumah makan, wisatawan dapat mencicipi masakan yang tersedia. Selain dapat meningkatkan pendapatan secara tidak langsung usaha ini juga dapat mempromosikan masakan khas masyarakat lokal. d. Jasa Transportasi Peluang jasa transportasi bagi masyarakat setempat misalnya adalah sebagai jasa penyeberangan untuk menyeberang ke kawasan objek wisata Pantai Selimpai atau menikmati pemandangan di perairan Pantai Mauludin dan Tanjung Datok dengan menggunakan perahu dayung atau perahu motor kecil. Untuk jasa transportasi di darat, peluang yang dapat dilakukan masyarakat setempat adalah sebagai tenaga ojek. Dengan adanya ojek tersebut, akan dapat mengantar wisatawan ke lokasi-lokasi yang tidak dapat dijangkau oleh kendaraan umum. e. Jasa Penyewaan Peralatan atau Perlengkapan Kegiatan Wisata Kegiatan wisata andalan berupa wisata pantai dan wisata bahari di kawasan ini dapat membuka kesempatan pada masyarakat setempat untuk menyewakan peralatan seperti sampan, scuba dive, snorkel, alat pancing, pelampung renang, tikar untuk duduk - duduk di pantai atau tenda untuk berkemah. f. Cinderamata Cinderamata merupakan daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Cinderamata yang dijual di suatu objek wisata dapat berupa kalung, gelang dan kerajinan tangan lainnya. Dengan membeli cinderamata merupakan kenangan tersendiri bagi wisatawan saat kembali ke tempat asalnya.
106
g. Kelompok Seni Budaya Tradisional Setiap daerah memiliki kesenian daerah masing-masing. Di kecamatan Paloh terdapat seni tari khas Paloh yang terdapat di desa Sebubus dan Tanah Hitam. Sedangkan budaya yang sangat terkenal di kecamatan Paloh adalah budaya antar ajong yang diadakan di Pantai Tanah Hitam. Kekayaan kesenian kecamatan Paloh perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat terutama generasi muda. Karena apabila tidak diperhatikan maka kesenian tersebut akan pudar. Oleh sebab itu, kesenian tradisional yang ada harus dilestarikan dengan cara memainkannya dalam beberapa acara kesenian.
5.3.2. Pemerintah Daerah Pemerintah daerah setempat, Bappeda dan Dinas Pariwisata kabupaten Sambas merupakan stakeholder kunci yang memiliki kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan ekowisata di wilayah kecamatan Paloh. Sedangkan Dinas Pariwisata Propinsi dan instansi pemerintah lainnya serta LSM dan dunia usaha merupakan stakeholder sekunder, karena tidak memiliki kepentingan secara langsung namun memiliki kepedulian terhadap kegiatan ekowisata di kawasan ini. Sedangkan DPRD selaku legislatif diharapkan dapat membuat regulasi bagi pengembangan kawasan wisata di kecamatan Paloh yang melibatkan partisipasi masyarakat setempat. DPRD mempunyai tugas untuk menyusun regulasi tentang pengelolaan dan pengembangan pariwisata yang melibatkan inisiatif, kreatifitas dan partisipasi masyarakat lokal. Kebijakan legislatif ini diperlukan sebagai landasan yuridis bagi partisipasi masyarakat dalam dunia pariwisata. Dengan demikian, diharapkan pengelola pariwisata yang masih menggunakan manajemen tradisional akan lebih terbuka, aspiratif, dan sinergis dengan masyarakat setempat. Implementasi kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan Pemerintah Daerah melalui Bappeda dan Dinas Pariwisata (Disporabudpar) secara tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi politik, pertahanan dan keamanan di daerah. Menyadari hal tersebut tentunya pemerintah daerah bersama-sama komponen masyarakat berupaya menanamkan pemahaman bahwa situasi aman dan damai dapat
107
mengantarkan pariwisata ke arah posisi yang sebenarnya sebagai jasa pelayanan wisata yang ramah. Peranan Dinas Pariwisata sangat diperlukan dalam upaya pengembangan objek wisata di kecamatan Paloh. Hal ini sesuai dengan fungsi Dinas Pariwisata antara lain: a.
Pelaksanaan kewenangan di bidang pariwisata, seni dan budaya
b.
Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan di bidang pariwisata, seni dan budaya
c.
Pelaksanaan kebijakan operasional, pemberian bimbingan dan pembinaan
d.
Pemberian perijinan di bidang pariwisata, seni dan budaya
e.
Pengelolaan
administrasi
umum
meliputi
ketatausahaan,
keuangan,
kepegawaian, peralatan dan kelengkapan Dinas f.
Penyelenggaraan dan pengawasan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan dalam bidang pariwisata. Pengembangan suatu objek wisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata
dimaksudkan agar wisatawan merasa nyaman dalam kegiatan wisata. Kegiatan pengembangan objek wisata hendaknya dapat menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan wisatawan. Karena pengembangan objek wisata berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan kepada wisatawan. Pemerintah berupaya untuk dapat meningkatkan pengembangan dari waktu ke waktu. Salah satu bentuk dari peranan pemerintah yaitu dengan pembinaan sumber daya manusia pariwisata agar sesuai dengan sistem pelayanan yang baik. Selain pengembangan suatu objek wisata, diperlukan pula peningkatan kualitas objek wisata seperti tingkat kebersihan yang selalu dijaga dan tingkat keamanan bagi para wisatawan. Sehingga apabila hal tersebut dilakukan maka terpenuhinya pelayanan yang memuaskan bagi wisatawan. Pengembangan objek wisata di kecamatan Paloh belum dapat berjalan secara optimal. Artinya dalam perkembangannya masih mengalami kendala yang disebabkan oleh minimnya anggaran dana dalam menyediakan sarana maupun prasarana penunjang wisata. Selain itu, masih banyak objek wisata yang potensial untuk dikembangkan tetapi sampai saat ini belum terkelola dengan baik. Misalnya Pantai Selimpai, Pantai Tanjung Kemuning, Pantai Mauludin, dan Pantai Tanjung
108
Datok yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena selain mempunyai keindahan alam juga mempunyai atraksi wisata yang menarik. Padahal apabila objek wisata tersebut dikelola secara optimal, maka dapat menambah pemasukan PAD dari sektor pariwisata di kabupaten Sambas. Untuk lebih memantapkan kualitas-kualitas produk pariwisata kecamatan Paloh menjadi lebih sempurna, berikut ini ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh Pemerintah kabupaten Sambas: •
Memberikan jaminan kepastian atas apa yang diharapkan akan diperoleh wisatawan di tempat tujuan mereka baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Artinya disini, menyangkut juga kualitas pelayanan umum (public services); keamanan umum dalam perjalanan maupun pribadi; stabilitas ekonomi antara lain menyangkut harga, nilai tukar mata uang; stabilitas politik; sikap dan perlakuan masyarakat (ramah-tamah); kondisi lingkungan yang indah, tertib, bersih, dan tidak sarat polusi; suasana yang nyaman dan sebagainya. Kesemuanya sesuai dengan informasi awal yang diperoleh sebelum wisatawan meninggalkan tempat asalnya.
•
Kecepatan
pelayanan
diperlukan
sehubungan
dengan
kecenderungan
meningkatnya arus wisatawan, sehingga tidak terjadi ekses-ekses negatif di kemudian hari. Seperti kongesti di pusat-pusat kegiatan antara lain pasar dan pelabuhan, hotel, objek wisata, dan sebagainya. Dalam banyak kasus, pengembangan sektor pariwisata misalnya: pengembangan kawasan wisata dapat memarjinalkan penduduk lokal, merusak kebudayaan lokal dan menimbulkan kerusakan lingkungan. Hal inilah yang harus diantisipasi oleh seluruh stakeholder di kabupaten Sambas.
5.3.3. Lembaga Swadaya Masyarakat Pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh bukan hanya tugas dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, tapi itu memerlukan peran serta aktif dari seluruh pihak yang terkait termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penulis berharap agar pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata (Disporabudpar) kabupaten Sambas dan LSM dapat senantiasa bekerjasama dengan baik dalam
109
membuat kebijakan dan menyusun program serta menjalankan kewajiban sesuai peranannya masing-masing. Adalah sangat bijak seandainya Pemerintah dan LSM kecamatan Paloh dapat senantiasa mendukung pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh. Sebagai organisasi yang mewadahi berbagai kelompok pelaku ekowisata di bawahnya, LSM diproyeksikan untuk menjadi penyelenggara ekowisata yang berbasis masyarakat (community- Based Ecotourism) yang mampu mengakomodir kebutuhan dan kepentingan anggotanya yang nota bene adalah warga masyarakat yang
tinggal di
sekitar
kawasan ekowisata kecamatan Paloh.
Walau
bagaimanapun LSM layak dipertahankan keberadaannya karena LSM adalah manifestasi dari peran serta masyarakat sekitar dalam upaya pelestarian kawasan ekowisata kecamatan Paloh melalui kegiatan ekowisata yang ramah lingkungan, bertanggung jawab dan berkesinambungan. Di antara LSM tersebut di atas, berdasarkan pengamatan penulis bahwa WWF kecamatan Palohlah yang mungkin paling banyak berkiprah dalam pembinaan masyarakat di bidang konservasi dan ekowisata khususnya terhadap kelompok-kelompok masyarakat di sekitar kawasan pantai seperti desa Tanah Hitam, Sebubus, dan Temajuk. WWF kecamatan Paloh pulalah yang diharapkan dapat memfasilitasi pembentukan kelompok masyarakat pelaku usaha wisata di kecamatan Paloh yaitu kelompok pemandu wisata, kelompok pecinta satwa penyu, kelompok pemilik homestay, dan lain sebagainya.
5.3.4. Dunia Usaha Peran serta swasta sangat penting dalam mengelola kawasan wisata. Hal ini dimaksudkan bahwa untuk pembenahan kawasan wisata dibutuhkan bantuan dari investor. Swasta berperan dalam pengelolaan objek-objek wisata melalui dana sponsor. Dana sponsor digunakan bagi pengembangan objek wisata di suatu daerah. Sebagai penunjang untuk menarik investor tentunya Pemerintah harus mempermudah prosedur yang harus dipenuhi pengusaha. Selama ini banyak pihak swasta yang enggan untuk mengelola suatu objek wisata karena adanya sarana yang kurang memadai. Namun dengan terbatasnya dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah, maka upaya yang dilakukan adalah
110
dengan membuka peluang kepada pihak swasta agar menanamkan modalnya pada sektor kepariwisataan di kabupaten Sambas khusunya kecamatan Paloh. Berdasarkan hasil wawancara langsung dan pengamatan lapangan bahwa peran serta swasta dalam pengembangan kepariwisataan di kecamatan Paloh masih perlu ditingkatkan, baik peranannya dalam pengelolaan objek wisata maupun dalam penyediaan fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan yang lebih memadai. Selain itu perlu juga ditingkatkan kualitas pelayanan seperti usaha penginapan atau hotel, rumah makan, fasilitas olahraga, sarana ketangkasan, fasilitas hiburan dan pengelolaan objek serta daya tarik wisata lainnya. Adanya peran swasta diharapkan mampu memberdayakan objek wisata secara lebih baik. Peluang ini dirasakan sangat bagus sekali untuk dimanfaatkan keberadaannya karena mampu menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Dengan pengelolaan yang baik harapan tersebut dapat dicapai terutama perbaikan fasilitas. Oleh sebab itu, Dinas Pariwisata diharapkan melakukan upaya peningkatan peran serta swasta dalam pengembangan kepariwisataan yaitu dalam bentuk kemitraan dengan memberikan kemudahan dalam hal perizinan,
penyediaan
tempat serta lokasi usaha dan sebagainya kepada para investor yang berminat untuk menanamkan modalnya di bidang penyediaan fasilitas sarana maupun prasarana. Pihak
swasta saat
ini cenderung
masih
bersikap
dingin
dalam
menginvestasikan modalnya di kecamatan Paloh. Hal ini dikarenakan investasi dalam sektor pariwisata dianggap terlalu besar resikonya apabila dilihat dengan kondisi pariwisata yang kurang mendukung. Di samping itu juga dapat disebabkan oleh arus lalu lintas wisatawan hanya pada waktu-waktu tertentu. Apabila kita hanya mengharapkan pihak swasta, maka tidak mungkin sektor pariwisata dapat berkembang dengan pesat. Oleh sebab itu, bantuan pemerintah juga diharapkan antara lain pinjaman modal dan subsidi serta fasilitas-fasilitas lainnya yang memungkinkan sektor tersebut tumbuh dan berkembang. Sebaiknya pemerintah dan swasta mengadakan kerjasama dalam menentukan arah pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh.
111
Selain itu, ketentuan dan peraturan yang berlaku saat ini menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan ekowisata di kecamatan Paloh. Salah satu diantaranya adalah prosedur untuk memperoleh Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) khususnya bagi investor menengah ke bawah dan perorangan masih dirasakan sangat panjang dan berbelit-belit. Guna mendukung pengembangan potensi sebagai kawasan ekowisata di kecamatan Paloh, maka perlu ditunjang oleh suatu unit pusat informasi seperti yang
telah direncanakan
masyarakat
dalam
peta pemetaan partisipatif
sebelumnya. Di pusat informasi tersebut dapat disediakan aneka poster, leaflet atau brosur yang berkaitan dengan objek-objek wisata di kawasan pesisir kecamatan Paloh, serta yang berkaitan dengan upaya pemanfaatan dan upaya konservasi wilayah tersebut. Pusat informasi ini dapat dijadikan pula sebagai tourist information center yang menyediakan layanan informasi yang berkaitan dengan kegiatan wisata, baik akomodasi maupun lokasi-lokasi yang sesuai dengan potensi wisata yang dimilikinya. Unit pusat informasi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pusat pertemuan stakeholder pengelola wisata, baik yang berada di wilayah kecamatan Paloh maupun pihak-pihak lain yang memiliki komitmen dalam pengembangan ekowisata di wilayah tersebut, baik dari kalangan swasta, pemerintah maupun masyarakat.
5.4. Konsep Pengembangan Ekowisata Wilayah perbatasan kecamatan Paloh tergolong daerah tertinggal dengan sumber daya manusia yang kapasitas dan kualitasnya relatif rendah sebagai dampak dari terbatasnya infrastruktur sosial dan komunikasi. Selain kurangnya pelibatan masyarakat, keterbatasan infrastruktur sosial dan komunikasi ini juga yang mengakibatkan belum berkembangnya sektor ekowisata di wilayah ini. Padahal jika dilihat dari potensi alam teresterial dan akuatik yang dimiliki, wilayah ini sangatlah berpotensi untuk lebih maju dan berkembang. Konsep perencanaan pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh adalah ekowisata pesisir berbasis masyarakat dimana pengembangan wisata didasarkan pada potensi lingkungan dan masyarakat untuk melindungi sumber daya alam dan kualitas lingkungan serta dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat lokal.
112
Konsep yang dikembangkan tersebut mengacu pada hasil analisis terhadap objek dan atraksi wisata, potensi kepariwisataan pesisir, kesesuaian dan daya dukung kawasan serta akseptibilitas dan pemberdayaan masyarakat di kecamatan Paloh.
5.4.1. Arahan Pengembangan Pengembangan ekowisata pesisir berbasis masyarakat
ditentukan oleh
kualitas lingkungan pesisir, daya tarik wisata yang dimiliki, dan peran serta masyarakat yang dapat tetap terjaga dan dikembangkan hingga masa yang akan datang, sehingga mampu memenuhi kebutuhan wisatawan dan dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat. Penerapan konsep pengembangan ekowisata pesisir berbasis masyarakat
didukung juga oleh perencanaan dan pengembangan
aktivitas, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata yang relevan dengan kebutuhan masa kini dan akan datang. Konsep
pengembangan
ekowisata
pesisir
berbasis
masyarakat
mengedepankan perlindungan terhadap lingkungan yang menjadi wadah wisata untuk generasi mendatang dengan meminimalisasi dampak wisata bagi lingkungan pesisir dan pengelolaan kawasan pesisir sebagai satu kesatuan yang utuh (darat dan laut) sehingga dapat terus mewadahi aktivitas wisata di dalamnya. Konsep ini harus juga didukung dengan pengelolaan lingkungan pesisir secara terpadu dan peningkatan kesadaran kepada masyarakat lokal dan wisatawan akan nilai penting lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia. Konsep pengembangan aktivitas, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata didasari oleh keterhubungan ketiganya dalam pengembangan kawasan ekowisata sehingga ketiganya dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh. Penggalian potensi wisata yang dimiliki untuk dapat terus menampilkan objek dan atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan sangatlah perlu untuk dilakukan sehingga perencanaan dan pengembangan aktivitas, fasilitas, dan jalur sirkulasi wisata dapat memenuhi kebutuhan wisatawan. Konsep ini diterapkan melalui pengkajian potensi sumber daya yang dimiliki untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata pesisir yang akan selalu memberi daya tarik bagi wisatawan. Perwujudan konsep pengembangan dan keberlanjutan wisata bagi lingkungan pesisir dan aktivitas wisata yaitu melalui perencanaan jalur dan media interpretasi wisata
113
pesisir dengan menampilkan sumber daya pesisir yang dimiliki sebagai satu kesatuan yang utuh. Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh diharapkan bukan hanya menjual destinasi tetapi juga menjual filosofi, dengan ini ekowisata di kecamatan paloh tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam usaha pengembangan kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh, diantaranya : •
Pariwisata melibatkan multisektor (perhubungan, akomodasi, objek wisata, travel agent, dan sebagainya) yang pengembangannya tidak hanya tergantung pada pemerintah daerah.
•
Mengembangkan sektor ekowisata dengan mempertimbangkan kepekaan lingkungan dan budaya serta tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan untuk memperoleh keuntungan semata.
•
Pembangunan ekowisata yang inklusif yang menyertakan potensi masyarakat lokal. Pelaksanaan otonomi daerah saat ini tampaknya masih tidak berjalan sesuai
dengan apa yang direncanakan. Sejumlah kendala banyak dihadapi oleh daerah, kendala yang sudah pasti adalah keterbatasan sumber dana atau pendapatan asli daerah (PAD). Di antara sejumlah sumber pendapatan asli daerah, sektor pariwisata harusnya dapat berperan besar. Pemanfaatkan potensi ekowisata khususnya kawasan wisata pesisir, penggalangan kegiatan terpadu sektor pariwisata akan memberikan manfaat besar dalam kerangka pengembangan otonomi daerah. Pemerintah kabupaten Sambas juga perlu melakukan pembaharuan produk wisata yang ditawarkan, mengingat produk wisata yang ada saat ini tengah mengalami penurunan kualitas. Misalnya, dengan memberikan nilai plus kepada
114
objek-objek dan atraksi wisata yang ditampilkan, sehingga para wisatawan baik domestik maupun mancanegara mendapatkan produk wisata baru yang lebih unik dan menarik, kendati objek dan atraksi wisata yang ditawarkan adalah produk lama. Hal penting yang perlu dibenahi dalam mendukung promosi pariwisata di kabupaten Sambas khususnya kecamatan Paloh ke wisatawan adalah masalah keamanan dan kenyamanan yang belum sepenuhnya dapat diwujudkan sehingga membuat enggan wisatawan
untuk datang dan berkunjung ke wilayah ini.
Konsistensi dalam menjaga keamanan dan kenyamanan merupakan prasyarat mutlak untuk mendorong kegiatan promosi pariwisata di kecamatan Paloh. Promosi disertai informasi aktual dan akurat mengenai situasi dan kondisi kepariwisataan di kecamatan Paloh secara kontinu akan membantu industri pariwisata di wilayah ini akan tetap eksis dan mampu bersaing dengan pariwisata di wilayah lainnya.
5.4.2. Pengembangan Ekowisata Pantai dan Bahari Konsep pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh mempunyai potensi sebagai daerah tujuan wisata pesisir terbesar di Kalimantan Barat. Untuk lebih mengembangkan kegiatan ekowisata pantai dan bahari seperti pengamatan satwa, berkemah, bersampan, berenang, diving, snorkeling, fishing, dan sebagainya, diperlukan perencanaan kawasan yang sejalan dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan dan masyarakat setempat. Untuk menunjang rencana tersebut (bersamaan dengan telah diberlakukannya otonomi daerah), Pemda dapat membuat aturan bersama tentang event development serta menyiapkan kawasan ekowisata pesisir berbasis masyarakat di kecamatan Paloh. Sebenarnya kecamatan Paloh memiliki banyak tujuan wisata yang memiliki potensi besar, tetapi permasalahannya adalah kurangnya peran serta berbagai stakeholder dalam pengembangannya serta keterbatasan infrastruktur penunjang wisata. Misalnya, objek wisata pantai Selimpai di desa Sebubus. Di kawasan wisata tersebut terdapat panorama alam yang menampilkan keindahan yang bernuansa eksotik. Objek wisata tersebut sangat menarik, suasana yang dihadirkan oleh objek wisata itu sangat alami, hanya saja fasilitas penunjang wisata disini sangatlah terbatas. Tempat
istirahat hanya berupa gazebo dan tenda-tenda
115
sederhana serta tidak terdapat jaringan listrik dan telepon. Pada hari-hari biasa, pengunjung yang ingin berwisata ke objek wisata ini harus terlebih dahulu memesan kapal penyeberangan (kapal klotok) sebagai sarana transportasi menuju lokasi mengingat keterbatasan armada kapal yang beroperasi. Contoh lain dari sebuah kawasan berskala desa yang sangat indah yang memiliki banyak objek wisata menarik (Pantai Tanjung Datok, Pantai Mauludin, Pantai Camar Bulan, Pantai Bayuan, dan Pantai Tanjung Bendera) adalah desa Temajuk. Desa ini ditempati oleh 1.472 jiwa dengan mata pencaharian utamanya saat ini adalah tani dan nelayan sehingga desa ini sangat cocok untuk dijadikan desa wisata. Pola pemukiman di desa ini adalah terpusat, dimana penduduk hidup berkumpul dan hanya menghuni sebagian dari wilayah desa tersebut, sedangkan bagian lainnya merupakan lahan kosong termasuk objek wisata alami yang belum dikelola. Secara umum, objek dan daya tarik wisata yang ada di kecamatan Paloh merupakan aktivitas yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke wilayah ini. Adanya objek wisata di kecamatan Paloh memiliki pembeda khas dengan objek wisata di daerah lainnya. Objek-objek tersebut memiliki keunikan dan karakteristik serta atraksi wisata yang menarik. Keunikan yang ada dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata. Sehingga diperlukan adanya pengelolaan pada objek dan daya tarik wisata di wilayah ini. Pengelolaan objek wisata diharapkan mampu mendorong peluang-peluang usaha baru bagi masyarakat di sekitarnya. Hal ini dimungkinkan apabila objekobjek tersebut dikembangkan di kawasan potensial, di luar dari wilayah yang sudah berkembang saat ini. Sebagai contoh, pengembangan objek wisata Pantai Bayuan, Tanjung Bendera, Bayuan, Mauludin, dan Pantai Tanjung Datok yang dapat dijadikan wisata bahari. Pengelolaan objek dan daya tarik wisata yang ada harus dapat dikelola dengan baik. Dalam kegiatan ekowisata, daya tarik wisata harus dikoordinasikan dalam suatu penyajian atraksi yang harmonis, didukung dengan latar belakang panorama keindahan alam yang ada. Sebab pengelolaan objek ini berhubungan erat dengan atraksi suatu kawasan tujuan wisata. Penyediaan ruang yang berkenaan dengan fasilitas, aktivitas, dan jalur sirkulasi di kawasan ekowisata
116
sangatlah penting, dengan penataan ruang yang memadai serta aksesibilitas menuju kawasan ekowisata yang menunjang, maka akan lebih menarik minat wisatawan. Konsep ruang pada dasarnya diarahkan untuk menjaga dan mengatur ruang sesuai dengan pemanfaatannya. Ruang-ruang kawasan ekowisata di kecamatan Paloh disusun berdasarkan potensi ekowisata dan pola penggunaan lahan yang ada. Ruang yang dikembangkan di lokasi penelitian terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang utama ekowisata, ruang pendukung ekowisata serta ruang penyangga. Ruang Utama Ekowisata, merupakan ruang tempat berlangsungnya aktivitas ekowisata secara intensif. Ruang ini adalah ruang yang memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumber daya alam berupa objek dan atraksi ekowisata bagi wisatawan untuk turut serta dalam melakukan aktivitas ekowisata. Ruang Pendukung Ekowisata, merupakan ruang yang berfungsi memberikan pelayanan kepada wisatawan atas kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan terhadap aktivitas ekowisata, serta mendukung konsep ekowisata yang diharapkan. Ruang pendukung ini terdiri dari ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang transisi, dan ruang masyarakat. a. Ruang Penerimaan Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai wisatawan ketika memasuki kawasan ekowisata. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus bagi kawasan ekowisata serta memberikan fungsi informasi bagi wisatawan sehingga dapat menarik minat wisatawan. b. Ruang Pelayanan Merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan bagi wisatawan berupa fasilitas umum ataupun jasa. Ruang ini terdapat memusat pada suatu lokasi yang dapat dengan mudah dicapai oleh wisatawan sebelum memasuki ruang utama ekowisata serta pada titik-titik tertentu dalam kawasan ekowisata. c. Ruang Transisi Merupakan ruang persiapan di dalam kawasan menuju ruang utama ekowisata, serta sebagai penunjang aktivitas ekowisata pasif yang direncanakan di dalam kawasan ekowisata.
117
d. Ruang Masyarakat Merupakan ruang kehidupan masyarakat yang terdapat di dalam kawasan ekowisata, sehingga dalam perencanaanya tidak mengabaikan ruang ini sebagai bagian dari total perencanaan. Pola kehidupan masyarakat menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek ekowisata. Ruang Penyangga, sebagai ruang yang berfungsi untuk menyangga (ruang konservasi)
kawasan
ekowisata
terhadap
aktivitas
wisata
serta
untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan fungsi kawasan sesungguhnya. Di dalam ruang ini tetap dikembangkan aktivitas wisata namun bersifat terbatas (non-intensif). Sedangkan konsep sirkulasi ekowisata di kecamatan Paloh diarahkan pada orientasi ketersediaan objek dan atraksi wisata serta fasilitas yang ada dalam satu kesatuan yang utuh. Jalur sirkulasi yang direncanakan diharapkan dapat mengarahkan dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Selain itu jalur sirkulasi juga diharapkan dapat memberikan pengalaman dan gambaran ekowisata termasuk di dalamnya pengetahuan terhadap kehidupan masyarakat lokal. Perencanaan jalur sirkulasi ini diduga akan memberikan peluang yang tinggi dalam melihat banyak atraksi dan informasi serta memberikan peluang yang tinggi untuk meningkatkan waktu dan pengeluaran yang merupakan dua hal utama dalam merencanakan suatu jalur wisata (Gunn, 1994). Berdasarkan pertimbangan kepentingan masyarakat dan pelestarian lingkungan, maka pengembangan kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh tetap mempertimbangkan faktor daya dukung kawasan, oleh sebab itu kawasan ini
perlu dipilah-pilah dalam zona-zona yang berfungsi untuk menyalurkan
keinginan masyarakat dengan masih memperhatikan aspek kesesuaian dan daya dukung kawasan.
Arah pengembangan zona ekowisata di kecamatan Paloh
terbagi dalam empat zona pengembangan, yang dapat dideskripsikan sebagai berikut: Zona I Kawasan ini merupakan kawasan perkampungan yang cukup padat penduduk, tujuh dari delapan desa yang ada di kecamatan Paloh berada di kawasan ini sehingga aktivitas masyarakat disini cukup kompleks. Oleh sebab itu
118
zona ini diarahkan untuk mendukung kegiatan ekowisata di kecamatan Paloh. sehingga akan dikembangkan banyak fasilitas penunjang wisata di sini. Di antara fasilitas yang akan dikembangkan adalah pusat informasi wisata, rumah makan/restoran, penginapan/hotel, dermaga, motor air wisata, papan interpretasi wisata, dan pusat cenderamata. Selain itu kawasan ini juga difokuskan sebagai kawasan wisata budaya karena memang kawasan ini telah menjadi pusat pertunjukan budaya masyarakat Melayu pesisir di kecamatan Paloh, potensi ini dapat dikembangkan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tanpa mempengaruhi kelangsungan ekosistem di kecamatan Paloh secara menyeluruh. Kawasan ini juga dapat berfungsi sebagai alternatif lain dari kegiatan wisata di kecamatan Paloh terutama yang berkenaan dengan aktivitas harian masyarakat.
Zona II Kawasan ini tersusun oleh hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu yang relatif masih belum terganggu oleh aktivitas manusia sehingga kawasan ini dijadikan sebagai kawasan ekowisata yang memiliki klasifikasi jenis aktivitas dan fasilitas yang terbatas (semi intensif) dan merupakan lokasi wisata konservasi dan edukasi sekaligus sebagai zona penyangga bagi kawasan ekowisata di kecamatan Paloh. Dasar pertimbangan penentuan lokasi ini sebagai lokasi wisata konservasi adalah: 1. Kawasan hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu merupakan kawasan konservasi yang perlu dijaga kelestarian dan kelanggengan ekosistemnya. 2. Kondisi kawasan hutan sudah sangat memperihatinkan akibat dari kebakaran hutan, perburuan binatang, penebangan liar, dan perambahan hutan. 3. Penggunaan lahan yang dominan disini adalah hutan pantai yang relatif belum terganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat memperlihatkan proses pembelajaran pada sebagian wisatawan atas kerusakan dan kelanggengan suatu ekosistem. 4. Kawasan hutan mangrove dapat dijadikan model wisata edukatif bagi wisatawan dan masyarakat setempat akan arti penting pelestarian hutan
119
mangrove, sedangkan kawasan objek wisata Pantai Selimpai dan Pantai Tanjung Kemuning dapat dimanfaatkan secara semi intensif dengan penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem yang ada. Sehubungan dengan itu,
zona II ini ditujukan untuk wisatawan dalam
jumlah terbatas misalnya untuk wisatawan pemerhati lingkungan yang sekedar menikmati pemandangan dan keindahan alam kawasan hutan mangrove dan cemara laut serta pengamatan satwa penyu atau melakukan aktivitas wisata yang tidak merusak alam seperti berkemah, memancing, dan berfoto. Dengan pentingnya peranan zona ini, maka diharapkan agar meminimalkan faktor-faktor yang menggangu kelestarian alam seperti adanya pencemaran dan perusakan lingkungan yang semuanya dapat menggangu ekosistem hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu.
Zona III Kawasan ini merupakan kawasan tanpa penghuni yang terdapat di desa Sebubus dan Temajuk dengan penggunaan lahan dominan hutan sekunder. Kawasan ekowisata ini memiliki tiga objek wisata yaitu Pantai Sungai Belacan, Pantai Bayuan, dan Pantai Tanjung Bendera. Kawasan ini dijadikan sebagai ruang utama kegiatan ekowisata yang menonjolkan aspek sumber daya alam pesisir di kecamatan Paloh dan bersifat intensif, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa: 1. Apabila penjagaan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kerusakan lingkungan dapat dieliminir maka kondisi kawasan pantai secara keselurhan dapat menampung jumlah wisatawan dalam skala cukup besar tidak mempengaruhi kondisi ekosistem secara langsung. 2. Pemanfaatan kawasan wisata pantai dapat diintensifkan dengan penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem di kecamatan Paloh secara keseluruhan. Dengan konsep ekowisata pesisir berbasis masyarakat, pengembangan daerah ekowisata intensif dapat diarahkan dengan perencanaan aktivitas dan fasilitas
wisata
yang
dapat
memenuhi
kebutuhan
wisatawan
dengan
120
memanfaatkan ruang
yang
lebih ramah lingkungan. Dengan demikian
pengembangan kawasan ekowisata intensif dapat sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sini meliputi aktivitas snorkeling, diving, berenang, memancing, mengamati satwa/ekosistem, dan menikmati keindahan alam. Sedangkan fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini berupa rumah makan, rest room dan toilet, papan interpretasi wisata, dan pemandu wisata.
Zona IV Kawasan ini berada di desa Temajuk yang memiliki kawasan pantai terbuka yang cukup luas dan sebagian wilayahnya menjadi perkampungan masyarakat nelayan desa Temajuk sehingga sebagian zona ini diarahkan untuk kawasan desa wisata, terdapat objek wisata Pantai Camar Bulan, Pantai Mauludin, dan Pantai Tanjung Datok di zona ini. Sama halnya seperti zona III, bahwa kawasan ini juga dijadikan sebagai ruang utama dengan mengedepankan aspek sumber daya alam dan budaya. Zona IV ini merupakan kawasan ekowisata yang berklasifikasi intensif, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa: 1. Aktivitas wisata yang mengarah pada kerusakan lingkungan dapat diantisipasi dengan peningkatan peran serta masyarakat lokal. 2. Pemanfaatan kawasan wisata pantai dan bahari dapat diintensifkan dengan penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem di kecamatan Paloh secara keseluruhan. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan disini meliputi aktivitas photo hunting, diving, snorkeling, berenang, berperahu, memancing, mempelajari ekosistem, menikmati keindahan alam melalui menara pandang, dan menyaksikan kehidupan sosial budaya masyarakat lokal. Sedangkan fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini berupa dek lokasi photo hunting, menara pandang, rumah makan, rest room dan toilet, homestay, papan interpretasi wisata, dermaga, motor air wisata, dan pemandu wisata.
121
Agar kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh dapat berfungsi dengan baik, maka perkembangan kegiatan ekowisata haruslah diiringi dengan penataan lanskap kawasan ekowisata yang baik pula. Berdasarkan hasil analisis data yang didukung oleh hasil pemetaan partisipatif yang dilakukan masyarakat maka disusunlah peta pembagian ruang kawasan ekowisata yang kemudian dikembangkan dalam rencana pengembangan kawasan ekowisata pesisir berbasis masyarakat di kecamatan Paloh seperti yang terlihat pada Gambar 8 dan 9.
64
Gambar 8. Pembagian Rua ng Ekowisata Pesisir Kecamatan Paloh
65
Gambar 9. Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir Kecamatan Paloh