BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROE
50
,0174
,3480
,166018
,0794598
DER
50
,1536
2,6783
,631622
,5626124
DPR
50
,0524
11,7188
,908008
1,9746284
EPS
50
11
1641
453,46
479,935
PBV
50
,3713
5,1274
1,783554
1,3250271
Valid N (listwise)
50
Sumber: Data Diolah SPSS 21 Berdasarkan tabel 5.1, variabel return on equity memiliki rata-rata sebesar 0,166. Nilai minimum dari return on equity adalah 0,0174 untuk sampel perusahaan PT Citra Tubindo, Tbk (CTBN) tahun 2014. Nilai maksimum dari return on equity adalah 0,348 untuk sampel perusahaan PT Citra Tubindo, Tbk (CTBN) tahun 2011. Nilai standar deviasi dari return on equity adalah 0,0794. Variabel debt to equity ratio memiliki rata-rata 0,632. Nilai minimum dari debt to equity ratio adalah 0,154 untuk sampel perusahaan PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk (INTP) tahun 2011. Nilai maksimum dari debt to equity ratio adalah 2,678 untuk sampel perusahaan PT Berlina, Tbk (BRNA) tahun 2013. Nilai standar deviasi dari debt to equity ratio adalah 0,563. Variabel divident payout ratio memiliki rata-rata sebesar 0,908. Nilai minimum dari divident payout ratio
61
62
adalah 0,052 untuk sampel perusahaan PT Asahimas Flat Glass, Tbk (AMFG) tahun 2010. Nilai maksimum divident payout ratio adalah 11,719 untuk sampel perusahaan PT Citra Tubindo, Tbk (CTBN) tahun 2014. Nilai standar deviasi dari divident payout ratio sebesar 1,975. Variabel earnings per share memiliki ratarata sebesar 453,46. Nilai minimum dari earnings per share adalah 11 untuk sampel perusahaan PT Trias Sentosa, Tbk (TRST) tahun 2014. Nilai maksimum dari earnings per share adalah 1641 untuk sampel perusahaan PT Lion Metal Works, Tbk (LION) tahun 2012. Nilai standar deviasi dari earnings per share sebesar 479,94. Variabel price to book value memiliki rata-rata sebesar 1,784. Nilai minimum dari price to book value adalah 0,371 untuk sampel perusahaan PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk (INTP) tahun 2014. Nilai maksimum dari price to book value adalah 5,127 untuk sampel perusahaan PT Semen Indonesia, Tbk (SMGR) tahun 2012. Nilai standar deviasi dari price to book value sebesar 1,325. B. Uji Asumsi Klasik Beberapa hal yang mendasari tentang perlunya melakukan uji asumsi klasik atau uji persyaratan regresi linear berganda adalah agar besaran atau koefisien statistik yang diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat dipertanggungjawabkan atau akurat. Pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
63
a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data penelitian pada sebuah model regresi, baik variabel dependen maupun variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini menggunakan nilai Asymp. Sig (2-tailed), menurut Sudarmanto (2005:108), apabila menggunakan ukuran ini maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang kita tetapkan sebelumnya apakah 10%, 5% atau 1%. Kriteria yang digunakan yaitu Ho diterima apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) > dari tingkat alpha yang ditetapkan (5%), karenanya dapat dinyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 5.2 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber: Hasil Diolah dengan SPSS Versi 21
50 .0000000 .94426618 .100 .100 -.094 .709 .697
Dari tabel di atas, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal, karena asymp sig adalah 0,697 lebih besar dari 0.05 (0,697 > 0,05).
64
Gambar 5.1 Uji Normalitas
Sumber: Hasil diolah dengan SPSS 21 Pada gambar 5.1, terlihat bahwa sebaran data berada di sekitar garis diagonal atau tidak terpencar jauh dari garis lurus. Hal ini berarti model regresi ini normal atau mendekati normal sehingga layak dipakai dalam penelitian. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antar variabel bebas (independen) yang satu dengan yang lainnya. Pada penelitian ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF pada model regresi. Menurut Nugroho (2005:58) jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
65
Dalam penelitian ini multikolinearitas dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Std. Error
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics
Model
B
t
Sig. Tolerance
1 (Constant)
.752
.491
1.533 .132
ROE
10.508
2.040
.630 5.152 .000
.754
1.326
DER
.321
.298
.136 1.079 .286
.706
1.416
DPR
.270
.077
.408 3.500 .001
.831
1.203
EPS .001 .000 .289 2.167 .036 Sumber: Hasil Diolah dengan SPSS Versi 21
.634
1.577
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) masing – masing variabel yaitu Return on Equity adalah 1.326, Debt to Equity Ratio adalah 1.416, Dividend Payout Ratio adalah 1.203 dan Earning per Share adalah 1.577, keempatnya lebih kecil dari 10, dan nilai tolerance keempat variabel tidak kurang dari 0.1, sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi persoalan multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang digunakan
VIF
66
adalah dengan Uji runs test. Masalah autokorelasi diuji melalui hasil runs test yang menunjukkan bahwa nilai Asymp.sig.(2-tailed) > 0.05 yang berarti hipotesis nol ditolak, dengan demikian data yang dipergunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi, dalam penelitian ini autokorelasi dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 5.4 Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardize d Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Hasil diolah dengan SPSS 21
-.07945 25 25 50 20 -1.715 .086
Dari tabel di atas didapat nilai asymp.sig.(2-tailed) dari model regresi adalah 0.086, artinya nilai asymp.sig.(2-tailed) lebih besar dari 0.05, karena nilai asymp.sig.(2-tailed) 0.086 > 0.05 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif pada data dalam pengamatan. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi residual absolute sama atau tidak untuk semua pengamatan. Model regresi yang baik adalah model yang dikatakan homoskedastisitas dimana
67
memiliki persamaan varian residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 5.2 Uji Heterokedastisitas
Sumber: Hasil Diolah dengan SPSS Versi 21 Dari gambar scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastistas pada model regresi ini, sehingga model regresi layak dipergunakan.
68
C. Pengujian Hipotesis a. Persamaan Regresi Linier Berganda Tabel 5.5 Persamaan Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Std. Error
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model
B
Beta
t
Sig. Tolerance
VIF
1 (Constant)
.752
.491
1.533 .132
ROE
10.508
2.040
.630 5.152 .000
.754
1.326
DER
.321
.298
.136 1.079 .286
.706
1.416
DPR
.270
.077
.408 3.500 .001
.831
1.203
EPS .001 .000 .289 2.167 .036 Sumber: Hasil Diolah dengan SPSS Versi 21
.634
1.577
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persamaan regresinya yaitu : Y = a + b1 (ROE) + b2 (DER) + b3 (DPR)
+ b4 (EPS) + e
Y = 0.752 + 10.508 (ROE) + 0.321 (DER) + 0.270 (DPR) + 0.001 (EPS) + e Keterangan : Y = nilai perusahaan, a = konstanta, dan e = error Persamaan regresi tersebut di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
Konstanta sebesar 0.752 ; artinya jika Return on Equity (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Dividend Payout Ratio (X3), Earnings per Share (X4) nilainya adalah 0, maka Nilai Perusahaan (Y) nilainya adalah 0.752
Koofisien regresi variabel Return on Equity (X1) sebesar 10.508; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Return on Equity mengalami kenaikan 1 satuan maka Nilai Perusahaan (Y) akan mengalami kenaikan
69
sebesar 10.508 satuan. Koofisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik Return on Equity maka semakin naik Nilai Perusahaan (PBV), begitupun sebaliknya.
Koofisien regresi variabel Debt to Equity Ratio (X2) sebesar 0.321; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan 1 satuan, maka Nilai Perusahaan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.321 satuan. Koofisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik Debt to Equity Ratio maka semakin naik Nilai Perusahaan (PBV), begitupun sebaliknya.
Koofisien regresi variabel Dividend Payout Ratio (X3) sebesar 0.270; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Dividend Payout Ratio mengalami kenaikan 1 satuan, maka Nilai Perusahaan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar
0.270 satuan. Koofisien bernilai positif artinya terjadi
hubungan positif antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik Dividend Payout Ratio maka semakin naik Nilai Perusahaan (PBV), begitupun sebaliknya.
Koofisien regresi variabel Earnings per Share (X4) sebesar 0.001 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Earnings per Share mengalami kenaikan 1 satuan, maka Nilai Perusahaan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.001 satuan. Koofisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik
70
Earnings per Share semakin naik Nilai Perusahaan (PBV), begitupun sebaliknya. b. Uji Koefesien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi terletak pada tabel 5.6 sebagai berikut : .Tabel 5.6 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R
1
.702a
R Square .492
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.447
.9853402
1.193
Sumber: Hasil Diolah dengan SPSS Versi 21 Berdasarkan tabel 5.6 di atas diperoleh angka R sebesar 0.702 terletak diantara interval 0.41 s/d 0.70. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara return on equity, debt to equity ratio, divident payout ratio dan earnings per share dengan nilai perusahaan. Koefisien determinasi (regresi) untuk mengetahui seberapa besar kontribusi X terhadap naik turunnya Y, dari tabel 5.6 Adjusted R Square sebesar 0,447 atau 44,7%, artinya dari nilai perusahaan atau price to book value dapat dijelaskan oleh return on equity, debt to equity ratio, divident payout ratio dan earnings per share dan sisanya 55,3% (100% - 44,7%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini, yaitu rasio-rasio keuangan lainnya dan faktor-faktor selain rasio keuangan.
71
c. Pengujian Secara Parsial (Uji Statistik t) Uji t atau uji parsial dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen (Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Earnings per Share) secara parsial atau sendiri-sendiri dalam menerangkan variabel dependen (Nilai Perusahaan atau PBV). Cara pengambilan keputusan adalah : Jika signifikan penelitian > 0.05 , Ho diterima Jika signifikan penelitian < 0.05 , Ho ditolak Atau dengan cara melihat tabel t : Jika - t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima Jika - t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak Tabel 5.7 Uji t (Uji Parsial) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Std. Error
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics
Model
B
t
Sig. Tolerance
1 (Constant)
.752
.491
1.533 .132
ROE
10.508
2.040
.630 5.152 .000
.754
1.326
DER
.321
.298
.136 1.079 .286
.706
1.416
DPR
.270
.077
.408 3.500 .001
.831
1.203
EPS .001 .000 .289 2.167 .036 Sumber: Hasil Diolah dengan SPSS Versi 21
.634
1.577
Tabel 5.7 di atas adalah tabel yang menerangkan koefisien regresi yang di hasilkan dari perhitungan SPSS, dengan memperhatikan tabel di
VIF
72
atas dapat dijelaskan sebagai berikut Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Earnings per Share. 1. Pengujian Pengaruh Variabel Return on Equity Ho: Return on Equity tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV). H1: Return on Equity berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata thitung (5.152) > ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak atau H1 diterima, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) ada pengaruh yang signifikan antara Return on Equity terhadap Nilai Perusahaan (PBV). 2. Pengujian Pengaruh Variabel Debt to Equity Ratio Ho: Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV). H2: Debt to Equity Ratio
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
(PBV). Hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata thitung (1.079) < ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.286 lebih besar dari 0.05 (0.286 > 0.05) maka Ho diterima atau H2 ditolak, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) tidak ada pengaruh
73
yang signifikan antara Debt to Equity Ratio terhadap Nilai Perusahaan (PBV). 3. Pengujian Pengaruh Variabel Dividend Payout Ratio Ho: Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV) H3: Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata thitung (3.500) > ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.001 lebih kecil dari 0.05 (0.001 < 0.05) maka Ho ditolak atau H3 diterima, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) ada pengaruh yang signifikan antara Dividend Payout Ratio terhadap Nilai Perusahaan (PBV). 4. Pengujian Pengaruh Variabel Earnings per Share Ho: Earnings per Share tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV) H4: Earnings per Share berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata thitung (2.167) > ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.036 lebih kecil dari 0.05 (0.036 < 0.05) maka Ho ditolak atau H4 diterima, sehingga dari hasil tersebut dapat
74
disimpulkan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) ada pengaruh yang signifikan antara Earnings per Share terhadap Nilai Perusahaan (PBV). b. Pengujian Secara Simultan (Uji F) Uji simultan (Uji F) ini dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh pengaruh variabel bebas/independen (Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Earnings per Share) berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara bersama-sama dalam menerangkan variabel terikat/dependen. Hipotesis : Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Earnings per Share secara simultan (bersama-sama) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). HA :Ada pengaruh secara signifikan antara Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Earnings per Share secara simultan (bersama-sama) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Kriteria uji hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : Jika signifikan penelitian < 0.05 maka Ho ditolak dan HA diterima Jika signifikan penelitian > 0.05 maka Ho diterima dan HA ditolak Atau dengan cara melihat F hitung dengan F Tabel: Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan HA diterima Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak
75
Tabel 5.8 Uji F (Uji Simultan) ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
42.339
4
10.585
Residual
43.690
45
.971
F 10.902
Sig. .000a
Total 86.029 49 Sumber: Hasil Diolah dengan SPSS Versi 21 Dari uji ANOVA atau uji F test tersebut, Fhitung sebesar 10.902 sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikansi 5% diperoleh Ftabel sebesar 2.579. Dalam hal ini maka Fhitung (10.902) > Ftabel (2.579) atau selain itu dari tabel ANOVA, dapat dilihat besar probabilitas yaitu 0.000. Karena signifikan penelitian kurang dari 0.05 (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak dan HA diterima, artinya ada pengaruh secara signifikan antara Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Earnings per Share, secara simultan (bersama-sama) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Sehingga dapat dikatakan bahwa antara Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Earnings per Share berpengaruh secara simultan (bersamasama) terhadap Nilai Perusahaan (PBV). D. Pembahasan Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik regresi. Data-data berasal dari 10 perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2014 yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan SPSS 21. Analisis dilakukan dengan meregresi seluruh variabel baik variabel independen maupun variabel
76
dependen. Variabel independen berupa Return on Equity (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Dividend Payout Ratio (X3), Earnings per Share (X4), variabel dependen berupa Nilai Perusahaan atau PBV (Y). Uji regresi dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,
sehingga
dapat
diketahui
faktor-faktor
apa
saja
yang
Berdasarkan hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata
thitung
mempengaruhi Nilai Perusahaan (PBV). Return on Equity (ROE) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV)
(5.152) > ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05 (0.000 < 0.05) maka Ho ditolak atau H1 diterima, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) ada pengaruh yang signifikan antara Return on Equity terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan dari total modal atau ekuitas untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Return on equity (ROE) mengukur persentase laba yang diperoleh atas
total modal atau ekuitas yang dilakukan pemegang
saham, angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan total modal atau ekuitas para pemilik saham. Nilai return on equity (ROE) yang semakin tinggi menunjukkan suatu perusahaan mempunyai laba yang tinggi artinya semakin efisien dalam memanfaatkan total modal atau ekuitas untuk memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan meningkat pula. Jadi
77
semakin tinggi nilai ROE menunjukkan kinerja keuangan perusahaan (nilai perusahaan) semakin baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasehah dan Widyarti (2012), Pakpahan (2010) dan Wardjono (2010) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Perusahaan dengan laba tinggi memberikan sinyal positif bagi investor yang akan berinvestasi, mereka beranggapan bahwa perusahaan yang mampu menghasilkan laba tinggi, maka pengembalian investasinya juga tinggi, hal ini tercermin dari peningkatan nilai PBV perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Herawati (2012) yang menyebutkan adanya pengaruh negatif antara ROE dengan nilai perusahaan. Jika profitabilitas meningkat maka nilai perusahaan justru mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan oleh peningkatan profitabilitas perusahaan akan menjadikan laba perlembar saham perusahaan meningkat, tetapi dengan peningkatan profitabilitas belum tentu harga saham perusahaan itu meningkat sehingga apabila laba perlembar saham meningkat tetapi harga saham tidak meningkat maka itu akan membuat nilai perusahaan menjadi turun. Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Berdasarkan hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata thitung (1.079) < ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.286 lebih besar dari 0.05 (0.286 > 0.05) maka Ho diterima atau H2 ditolak, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
78
secara parsial (sendiri-sendiri) tidak ada pengaruh yang signifikan antara Debt to Equity Ratio terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh modal sendiri yang digunakan sebagai pembayaran hutang. Dengan demikian debt to equity ratio dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tidak tertagihnya suatu hutang. DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan, semakin tinggi beban atau hutang (DER) maka resiko yang ditanggung juga besar. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan (PBV), karena investor tidak begitu khawatir dengan besar dan kecilnya pinjaman suatu perusahaan, selama pinjaman itu memang untuk digunakan kemajuan penjualan dan kemajuan perusahaan, yang akhirnya akan dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan perusahaan dikemudian hari. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,286, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan besar kecilnya hutang yang dimiliki perusahaan tidak terlalu diperhatikan oleh investor, karena investor lebih melihat bagaimana pihak manajemen perusahaan menggunakan dana tersebut dengan efektif dan efisien untuk mencapai nilai tambah bagi perusahaan. Kebijakan hutang adalah relatif ekuivalen yang tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan sehingga bisa berdampak negatif atau positif
79
terhadap suatu perusahaan. Penggunaan hutang akan menguntungkan apabila iklim bisnis baik sehingga manfaat dari penggunaan hutang akan lebih besar dari biaya bunga, namun demikian dalam iklim bisnis yang tidak menentu manfaat dari penggunaan hutang bisa lebih kecil dari biaya yang ditimbulkan. Kebijakan hutang ini juga dapat dipandang positif oleh investor sebagai sebuah sinyal pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang sedang dalam masa pertumbuhan akan membutuhkan pendanaan yang besar sehingga perusahaan memutuskan untuk membentuk hutang baru pada pihak ketiga atau kreditor selama tambahan hasil investasi lebih besar daripada tambahan biaya hutang. Penelitian ini didukung oleh penelitian Artini dan Anik (2011), Savitri, dkk (2012) dan Fenandar dan Raharja (2012) yang menemukan hasil yang sama bahwa DER tidak mempengaruhi nilai perusahaan (PBV). Artinya disini berapapun banyaknya hutang yang digunakan oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata lain, tidak adanya pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Nasehah dan Widyarti (2012) yang menyatakan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), semakin tinggi hutang yang dipakai perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan maka akan menurunkan nilai PBV karena dengan tingkat hutang yang tinggi maka beban yang ditanggung perusahaan juga besar.
80
Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Berdasarkan hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata thitung (3.500) > ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.001 lebih kecil dari 0.05 (0.001 < 0.05) maka Ho ditolak atau H3 diterima, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) ada pengaruh yang signifikan antara Dividend Payout Ratio terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Perusahaan yang berkualitas baik akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Dividen memberikan informasi atau isyarat mengenai
keuntungan
perusahaan
karena
pembayaran
dividen
akan
meningkatkan keyakinan terhadap keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memiliki sasaran rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang stabil selama ini dan perusahaan dapat meningkatkannya, para investor akan percaya bahwa manajemen mengumumkan perubahan positif pada keuntungan yang diharapkan perusahaan. Isyarat yang diberikan kepada investor adalah bahwa manajemen dan dewan direksi sepenuhnya merasa yakin bahwa kondisi keuangan lebih baik daripada yang direfleksikan pada harga saham. Kebijakan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Peningkatan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) ini akan dapat memberikan pengaruh positif pada harga saham yang nantinya juga berpengaruh positif terhadap price to book value.
81
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum dan Rahardjo (2013) yang menunjukkan bahwa DPR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hasil tersebut mendukung teori sinyal yang menyatakan bahwa peningkatan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham akan memberikan sinyal positif mengenai kinerja perusahaan. Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk (2007) yang menyebutkan bahwa DPR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) yang mengindikasikan besarnya DPR tidak mempengaruhi besarnya PBV. Earnings per Share (EPS) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV) Berdasarkan hasil perbandingan antara thitung dan ttabel ternyata
thitung
(2.167) > ttabel (2.014) atau mengunakan probabilitas value juga dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0.036 lebih kecil dari 0.05 (0.036 < 0.05) maka Ho ditolak atau H4 diterima, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara parsial (sendiri-sendiri) ada pengaruh yang signifikan antara Earnings per Share terhadap Nilai Perusahaan (PBV). Earnings per share (EPS) diperoleh dari laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen (laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar). Jika EPS tinggi maka investor akan menilai bahwa emiten memiliki kinerja yang baik. Investor saham mempunyai kepentingan terhadap informasi EPS dalam melakukan penentuan harga saham, mengingat pasar modal di Indonesia semakin menuju ke arah yang efisien sehingga semua informasi yang relevan bisa dipakai
82
sebagai masukan untuk menilai harga saham. Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan EPS yang tinggi berarti akan meningkatkan kepercayaan investor pada kenaikan nilai perusahaan atau akan menaikkan price to book value suatu perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk (2007) yang mengindikasikan bahwa EPS yang naik mencerminkan hasil investasi perlembar saham meningkat yang dampak akhirnya PBV juga meningkat.