BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Bentuk Fisik Sekam Padi dan Arang Aktif Hasil karakterisasi sekam padi arang aktif secara fisika ditunjukkan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sekam padi (Gambar 6A) sebelum diaktivasi dan arang aktif (Gambar 6B) setelah diaktivasi. Proses aktivasi pada sekam padi dilakukan secara fisika dengan proses pembakaran dengan cara difurnace pada suhu 400 oC selama 4 jam (Gambar 6B). Pemanasan dengan suhu tinggi berfungsi untuk memutuskan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2 pada proses ini terjadi penambahan warna yang semula kuning menjadi hitam. Hasil ini sama dengan yang dilaporkan oleh Della et al. (2002). Pada penelitian ini tidak melakukan karakterisasi lebih lanjut karena cara kerja dan produk arang aktif dari sekam padi yang dihasilkan sama seperti yang dilakukan oleh Satriyani (2013).
(A)
(B)
Gambar 6. (A) Bentuk fisik dari sekam padi (B) dan arang aktif sekam padi
25
26
5.2 Hasil Uji SEM Arang Aktif dari Sekam Padi Pengujian SEM di lakukan di LPPT UGM hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4. Proses pembakaran sekam padi pada temperatur 400 oC selama 120 menit karbon sekam padi bertambah melalui reaksi pemutusan rantai karbon pada permukaan karbon sekam sehingga pori-pori semakin terbuka. Prubahan sekam padi setelah diaktivasi mengunakan SEM pada pembesaran 500x, 1000x, 1500x dan 2000x dapat di lihat pada gambar 4. (A )
(B )
(C )
(D )
Gambar 7. SEM hasil analisis arang aktif dari sekam padi: (A) pembesaran x500 (B) pembesaran x1000 (C) pembesaran x1500 (D) pembesaran x2000
27
Terlihat pada Gambar 7 dapat diamati perbedaan permukaan karbon sekam padi setelah dilakukan pembesaran dari 500x pada Gambar (A) 1000x pada Gambar (B) 1500x pada Gambar (C) dan 2000x pada Gambar (D) terlihat kejelasan pori-pori pada setiap pembesaran hasil uji SEM. 5.3 Pengaruh Waktu pengadukan Terhadap Penurunan Limbah Metilen Biru Pada penelitian ini telah dilakukan pengolahan limbah metilen biru dengan variasi waktu magnetic stirrer antara 30, 60 dan 90 menit dengan menggunakan 3g arang aktif sekam padi (Gambar 3b) dari sekam padi yang dicampurkan dengan limbah metilen biru sebanyak 100 mL. Hal ini dilakukan untuk mengetahui waktu optimum untuk mengolah limbah metilen biru dengan arang aktif dari sekam padi. Hasil pengolahan limbah metilen biru dengan arang aktif sekam padi dengan variasi waktu pengadukan ditunjukkan pada Gambar 6.
.. Gambar 8. Perbedaan warna hasil perlakuan limbah metilen biru dengan variasi waktu pengadukan (Sempel) sebelum pengolahan (15) pengadukan selama 15 menit (30) 30 menit dan (60) 60 menit
28
Gambar 9.
Spektra UV-Vis hasil analisis variasi waktu sebelum pengolahan (a) sebelum pengolahan (b) pengadukan selama 15 menit (c) 30 menit dan (d) 60 menit
Pada gambar 9 hasil adsorpsi metilen biru diuji mengunakan spektrofotometer Uv-Vis dengan variasi waktu 15, 30 dan 60 menit menujukan bahwa (a) itu setandar metilen biru yang digunakan 20 ppm pada ketinggian adsorpsi 3.122 kemudian setelah mengunakan arang aktif sekam padi 3 gram kemudian diaduk mengunakan magnetik stirer dengan variasi waktu 15 menit ditujukan pada panjang glombang (b) menjadi adsorpsi 0.220 kemudian variasi 30 menit ditujukan pada panjang glombang (c) menjadi adsorpsi 0.062 dan uji variasi waktu 60 menit dengan panjang glombang ditujukan pada gambar (d) menjadi adsorpsi 0.015.
29
Pada Gambar 9 dapat dilihat hasil penurunan limbah metilen biru sebelum dan sesudah di proses pengolahan. Gambar 9 ditunjukkan bahwa semakin lama waktu pengadukan semakin rendah kadar limbah metilen biru. 5.4 Pengaruh Berat Arang Aktif dari Sekam Padai Terhadap Penurunan Limbah Metilen biru Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan limbah metilen biru dengan variasi berat arang aktif dari sekam padi (Gambar 3b) antara 5 gram dan 7 gram yang dicampurkan dengan air limbah metilen biru sebanyak 100 mL dan diaduk mengunakan magnetic stirrer.
Variasi berat arang
aktif dari sekam padi
dilakukan untuk mengetahui berat maksimum arang aktif yang diperlukan untuk mengolah limbah metilen biru. Hasil pengolahan limbah metlen biru dengan menggunakan variasi arang aktif dari sekam padi ditujukan pada Gambar 8.
Gambar10.
Perbedaan warna hasil perlakuan limbah metilen biru dengan variasi berat arang aktif dari sekam padi (20ppm) sebelum pengolahan (3g) 3 gram (5g) 5 gram dan (7g) 7 gram berat arang aktif dari sekam padi
30
Gambar11.
Spektra UV-Vis hasil analisis penurunan variasi berat arang aktif sekampadi sebelum pengolahan (b) 3 gram (c) 5 gram (d) 7 gram berat arang aktif dari sekam padi
Pada gambar 11 hasil uji adsorpsi metilen biru dengan mengunakan sprktrofotometer Uv-Vis dengan variasi berat arang aktif sekam padi dengan berat 3 gram, 5 gram dan 7 gram. Pada panjang glombang (a) menujukan bahwa setandar metilen biru 20 ppm dengan ketigian adsorpsi 3.122 kemudian stelah dilakukan pengadukan mengunakan magnetic stirrer dengan variasi 3 gram arang aktif sekam padi didapat panjang glomang (b) adsorpsi menjadi turun 0.151 kemudian variasi 5 gram arang aktif didapat panjang globang (c) adsorpsi menjadi 0.065 selanjutnya 7 gram arang aktif dengan panjang glombang (d) adsorpsi menjadi 0.015. Pada Gambar 11 ditunjukkan bahwa semakin banyak arang aktif yang di gunakan dalam proses pengolahan limbah metilen biru maka semakin turun kadar metilen biru.