BAB V. EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK DAN REMAJA OLEH MUSHOLAMADRASAH MIFTAHUL HUDA (MIFDA)
5.1. Sejarah Pendirian Mushola dan Madrasah Mifda
Mushola dan Madrasah Mifiahul Huda didirikan di tahun 1960 oleh H. Sas di lahan seluas 18 m2 (terlihat pada Gambar 4. di lampiran). Mushola dan Madrasah yang didirikan di tanah wakaf ini, sejak awal pendiriannya sudah berkomitmen menjalankan
program
pengembangan masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan
keagamaan dan pembinaan anak-anak sekitar Mushola melalui pendidikan Madrasah meski baru sebatas kegiatan sholat berjamaah dan belajar Al-Quran. Tahun 1965 Mushola ini direnovasi menjadi 2 lantai dengan konstruksi lantai kayu dan bertahan hingga saat ini. Kepengurusan Mushola yang awalnya dijalankan oleh keluarga H Sas kemudian bertambah dengan bergabungnya 3 orang masyarakat yang ingin bergabung mensejahterakan Mushola, yaitu Bapak Ma, Bapak Sar, dan Bapak Suj. Kegiatan pun kemudian bertambah tidak hanya kegiatan sholat berjamaah dan belajar AI-Quran, tapi juga melaksanakan kegiatan pelaksanaan Qurban dan kegiatan Ramadhan. Pembentukan kepengurusan Mushola dibuat pada tahun 1970 dengan penambahan pada kegiatan madrasah yaitu pengajian rutin Taman Pendidikan AlQuran (TPA). Saat itu jumlah siswa yang ikut serta baru berjumlah 10 orang siswa. Di tahun 1980an, jumlah siswa TPA bertambah menjadi 45 orang siswa dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Di tahun 2003, Mushola dan Madrasah kembali direnovasi serta kepengurusan Madrasah TPA mulai dibuat berpisah dari kepengurusan Mushola. Wacana kepengurusan Madrasah Mifda dimulai sejak adanya keinginan anak pendiri Mushola
Mifda, Ac untuk memiliki program pembinaan anak-anak madrasah secara leblh terarah. Untuk mewujudkan keinginannya, Ac merangkul Tr untuk menjalankan program madrasah sekaligus menjadi kepala sekolah. Seperti dituturkan oleh kepala sekolah Madrasah. Tr: '..Says mulai masukMfda tahtin 2003, itujuga karena diajak Ac. Awalnya kan saya aktifdi Al-Huda, sekitar 1 periode, setelah kegengurusun di AlHuda selesai, pindah ke Mijda. Awal-asval kepengurusan Mfda belum ada program apapun, karena masih penjajakan. Tapi waktu itu langsung didaulat jadi Kepsekpengajar yang akfif sampai sekarang Ibu Sus dan 11n... '
Karena tahun 2003 hingga pertengahan tahun 2004 merupakan masa transisi Madrasah menyiapkan program pengajaran secara lebih terarah, maka secara umuin tidak banyak perubahan yang terjadi dalam program pengajaran untuk tingkat TKSD. Jnmlah siswa Madrasah pada tahun ini ada sekitar 55 orang siswa dengan variasi pembelajaran mulai dari TK, SD, ditambah kelas SMP. Meski demikian, Madrasah Mifda mengalami perubahan terutana pada variasi metode pengajaran bagi SMP dan SMA yang mulai muucul dan aktif di tahun 2004. Peinbagian waktu untuk kegiatan Madrasah adalah hari Senin sampai Jumat untuk kelas TK-SMP, sedangkan kegiatan madrasah untuk SMA difokuskan di malam Ahad. Materi pengajaran madrasah berkembang mengikuti masukan-masukan dari model pengajaran madrasah modem, tapi tetap mengikuti panduan dari materi pengajaran Persatuan Islam (Persis) sebagaimana yang telah dilaksanakan Ac dan keluarganya. Di bulan Oktober tahun 2004, program Madrasah mulai disusun secara sistematis melalui rancangan kegiatan Madrasah yang pelaksanaannya dimulai pada awal Bulan Muharram di tahun masehi 2005. Kepengurusan Madrasah dibenahi dan disusun lebih baik dari sebelumnya (seperti pada Diagram 3. di lampuan). Tidak berbeda jauh dari waktu pembentukan program Madrasah inilah, kelembagaan remaja masjid Mifda ikut terbangun. Diawali dari keinginan remaja SMP dan SMA yang lkut dalam kegiatan Madrasah untuk beraktivitas dan bersosialisasi untuk menjalankan kegiatan sendiri selain dari kegiatan Madrasah yang
mereka ikuti. Perkumpulan remaja masjid Mifda yang pertama diberi nama Remaja Masjid Miftahul Huda (RISAMIA). Pada perjalanannya, RISAMIA kemudian berganti nama
menjadi KARMA di tahun 2007 dan berubah kembali menjadi
KURMA di tahun 2008 ini. Selain mewadahi remaja yang saat itu aktif di Mifda, kelompok ini pada perjalanannya terus aktif karena adanya desakan dari remaja keluaran Madrasah
yang ingin terus berkiprah dan menjaga silaturahmi dengan
Mushola-Madrasah Miftahul Huda setelah keluar dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
5.2. Kegiatan Pembinaan Anak dan Remaja
Sesuai dengan tujuan awal pendiriannya, Madrasah Mifda didirikan sebagai sarana pembinaan pendidikan agama Islam bagi masyarakat di lingkungan Madrasah Mifda. Kegiatan yang telah dijalankan Madrasah Mifda yang eksis hingga saat ini adalah kegiatan Madrasah yang dibagi menjadi 4 kelas, yaitu kelas TK, SD kelas 1-3, SD kelas 4-6, serta SMP. Sedangkan kegiatan SMA meski secara tertulis masih ada, namun tidak demikian dengan kegiatannya. Kegiatan SMA dan sebagian anak SMP lebih terfokus di bawah naungan kelembagaan remaja masjid Mifda dengan program kegiatan yang diprogramkan setiap malam Ahad. Pembinaan dan pengembangan potensi remaja dimulai Madrasah di tahun 2004 meialui kelompok RISAMIA cukup rutin dijalankan. Selain mengikutsertakan
remaja dalam kegiatan rutin Madrasah sebagai pengajar, Madrasah Mifda dan kelompok remaja masjid yang ada terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan Mushola,
seperti
kegiatan keagamaan berupa
ibadah ritual
sholat, juga
mengembangkan potensinya sebagai tempat pelayanan dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat lain, seperti pembinaan mental spiritual berupa pengajian bagi kaum bapak dan kaum ibu, pelayanan zakat infak shodaqoh (ZIS) secara mtin, tabungan infak dan tabungan qurban. Seperti diakui pengurus Madrasah yang diamini oleh pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bandung, kegiatan madrasah bisa berjalan hingga kini karena ada partisipasi para remaja.
Meski tergolong organisasi informal yang tidak besar, Madrasah telah banyak berkiprah dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi anak-anak dan remaja & sekitar Mushola-Madrasah Mtfda. Kegiatan-kegiatan bagi remaja yang penlah dilakukan antara lain: 1. Mengadakan pengajian mtin remaja SMP dan SMA serta pemuda yang
diadakan Madrasah Mifda. Waktu pengajian disesuaikan dengan waktu belajar sekolah formal, siang dan sore hari. 2. Mengadakan acara kumpul bersama remaja dan pemuda sekitar Mushola setiap sabtu sore dengan variasi kegiatan kursus memasak, membuat keterampilau, hingga pemutaran film edukatif. 3. Berperan serta aktif di kegiatan Mushola Mifda seperti kegiatan hari-hari
besar keagamaan Idul Adlia dan Idul Fitri setiap tahunnya dengan alokasi tugas yang bervariasi mulai dari pembagian pamflet sholaf penyelenggaraan Sholat Iedul Fitri dan Iedul Adha bekerja sama dengan Masjid Al-Hikmah dan Masjid Al-Huda, penyebaran brosur qurban, kegiatan inti, bingga pendistribusian daging qwban kepada para jemaah dan kaum duafa. 4. Mengadakan kegiatan tadabur alam dan hati dengan harapan menambah pemahaman akan penciptaan alam dan isinya serta sebagai upaya meningkatkan rasa syukur dan keimanan kepada pencipta. Kegiatan yang dilakukan seperti berkunjung ke panti tuna netra, dan panti sosial lain. Bentuk pembinaan dan pemberdayaan remaja di Mushola dan Madrasah Mifda berupa pembinaan moral dan memberdayakan tenaga para remaja pada kegiatan Mushola dan Madrasah Mifda cukup memberikan hasil pada peningkatan kemampuan remaja. Sebagai bagian dari kegiatan Madrasah, remaja diajak ikut merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan rutin. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya pelnbuatan modul materi pengajaran, berkomunikasi dengan orangtua siswa dalain kegiatan pemberian rapor dan forum komunikasi, merencanakan kegiatan Romadhon dan lomba.
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini terus mendapat pantauan dan arahan dari Kepala Sekolah Madrasah dan pengurus Mushola. Menurut salah seorang pengurus, pembinaan moral yang dilakukan di Mifda menghasilkan remaja-remaja yang lebih bertahan di lingkungan daripada remaja lain. Indikator keberhasilan mendidik remaja yang dirasakan pengurus adalah tidak adanya remaja jebolan Madrasah dan Mushola Mifda yang menganggur, remaja juga terus meluangkan waktu di sela-sela bersekolah bekerja untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Mushola dan Madrasah.
5.3. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial
Perkembangan kegiatan remaja masjid di Madrasah Mifda
sangat
berhubungan erat dengan modal sosial yang berkembang di sekeliling Madrasah dan Mushola Mifda. Kegiatan-kegiatan berjalan seiring dengan kepercayaan (trust) dari masyarakat kepada Mushola dan Madrasah dalam mengelola tabungan qurban, mengelola zakat, infaq, shodaqoh, menyerahkan sebagian tanggung jawab mendidik dan membina anak-anak mereka kepada Madrasah, hingga kepercayaan menerima pengajaran syariah bagi kehidupan beragama masyarakat. Kepercayaan masyarakat kepada Mushola dan Madarasah ini berbuah pada besarnya partisipasi masyarakat pada berbagai kegiatan yang dilakukan Mushola dan Madrasab. Sebagai contoh, jumlah hewan qurban yang dipotong pada hari raya Idul Adha di Mushola ini relatif banyak, bahkan melebihi jurnlah hewan qurban yang dipotong di masjid besar yang ada di lingkungan yang sama. Dalam proses pernotongan dan distribusi pun tidak pemah terjadi komplain dari masyarakat, karena seluruh duafa di lingkungan Mushola terdistribusikan secara adil. Bentuk modal sosial lain yang berkembang adalah adanya pertukaran kebaikan (reciprocity) di antara masyarakat dengan Mushola dan Madrasah Mifda. Contoh Reciprocity terlihat dari program pembagian sembako Bulan Mei 2008 lalu dimana sembako yang diberikan merupakan sumbangan dari donatur yang peduli
terhadap pengemhangan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pembagian semhako dari donatur salah satu anggota Yayasan Istiqomah Bandung tersebut agar lebih bermanfaat bagi masyarakat diintegrasikan dengan kegiatan peningkatan pendidikan masyarakat. Bentuk pendidikan masyarakat yang dilakukan berbeda dengan kegiatan pendidikan masyarakat yang umumnya dilaknkan oleh kelembagaan Madrasah yaitu ceramah dan pengajian. Kegiatan yang dilakukan lebih mengarah pada metode pengajian interaktif yang berupaya melakukan pencerahan pada apa yang sudah diketahui masyarakat pada umumnya. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 250 mmahtangga yang berada di sekitar Mushola Mifda, khususnya jamaah Mushola yang notabene merupakan masyarakat pada level ekonomi bawah. Kegiatan-kegiatan di Mushola dan Madrasah Mifda pada perjalanannya sangat mempengaruhi remaja yang berkumpul di bawah naungannya. Kegiatankegiatan Mifda yang selalu mengikutsertakan remaja KURMA maupun relnaja yang duangkul KURMA di lingkungan sekitar memberi kesempatan para remaja mengasali dan mempraktekan secara langsung kemampuan dan keterampilan yang dimiliki para remaja, seperti kemampuan mengorganisasikan kegiatan agar berjalan lancar. Meski demikian, kegiatan Mushola-Madrasah Wfda membina anak-anak
didik dan masyarakat bukan tanpa kendala. Kendala-kendala tersebut sangat dirasa perlu untuk dibenahi agar mampu memperkuat kelembagaan dan peran Mifda di tengah-tengah masyarakat, serta meningkatkan mutu lulusannya agar mampu herperan optimal saat kembali ke tengah-tengah kehidupannya. Beberapa ha1 yang duasa menjadi kendala pada kegiatan mushola-madrasah ini di antaranya adalah; 1. Kegiatan pendidikan yang telah berjalan selama 7 tahun tidak memiliki landasan hukum sebagai sebuah Madrasah yang terdaftar secara resmi meski keberadaannya diakui Pemerintah, dalam ha1 ini Departemen Agama @epag) Kota Bandung. Dari segi pendanaan, Madrasah ini bergantung kepada donatur baik tetap maupun tidak tetap yang berasal dari orangtua siswa, masyarakat
sekitar, dan Depag Kota Bandung dengan jumlah dana yang masih dirasakan h a n g mencukupi untuk memenuhi kebutuhan Madrasah.
2. Ketiadaan landasan hukum sebagai Madrasah resmi juga membuat lembaga pendidikan yang berada di bawah Mushola Mifda ini tidak memiliki silabus pendidikan dari Depag dan hanya mengandalkan kunkulum sederhana yang dibuat oleh para pengurusnya. Silabus pendidikan yang digunakan di madrasah Miftahul Huda hanyalah
kurkulum sederhana berdasarkan panduan kurikulum Persatuan Islam (Persis) yang memaparkan perihal praktek keagamaan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, Madrasah ini menyusun beberapa program inovatif berdasarkan inisiatif para pengajar, antara lain pengadaan buku-buku suplemen, seperti GIKUHANI (Kegiatan Ku Hari h i ) . Buku ini berisi catatan shalat, tadarus A1 Qur-an, Kemajuan Belajar dan Media Komunikasi antara madrasah dengan orang tua. KUWANIKU (Buku Mewarnai Ku), Buku lainnya yaitu B-PROIL (Buku kumpulan Proyek Ilmiah yaitu sejenis buku praktikum ilmiah), BUPOTAKU @uku Laporan Prestasi Ku) dan program penerbitan selebaran Mifda, sebagai bagian dari program yang dibangun untuk senantiasa mencari, menemukan dan membagi bagi para murid, orang tua murid dan para donatur atau simpatisan yang peduli pada madrasah ini. Pada awal pelaksanaannya program-program pendidikan ini inovatif dijalankan secara rutin. Namun saat ini pelaksanaan program-program tersebut kurang terasa dikarenakan tidak adanya sumber daya yang kontinu menjalankannya. Sulitnya program berjalan juga dikarenakan partisipatif orang tua untuk membuat laporan prestasi anak di rumah yang dirasa sangat kurang. 3. Tingkat kemampuan dan keterampilan para guru yang masih dirasa kurang
bagi pengembangan pendidkan Madrasah Miftahul Huda
Saat ini Madrasah Miftahul Huda memiliki 5 orang guru, yaitu 2 orang guru wanita, dan 3 orang guru laki-laki. Satu orang guru yaitu Ibu Sus adalah pengajar tetap Madrasah Mifda dan memiliki latar belakang pendidikan agama (PGA). Empat orang pengajar lainnya yaitu 1 pengajar perempuan dan 3 orang pengajar laki-laki adalah remaja anggota KURMA yang eksis ikut
serta dalam pengajaran Madrasah. Namun mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus. Sehingga pengajaran dan pengembangan metode pengajaran di Madrasah ini dilakukan berdasarkan insting clan pengalaman mengajar bertahun-tahun. 4. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada masyarakat sekitar Mushola
Miftahul Huda, sebagian besar bekerja sebaga buruh industri-industri garmenltekstil yang banyak tersebar di sekitar Kelurahan Kebon Waru dan berusaha sendiri sebagai pedagang kecil di pasar Cicadas yang letaknya dekat dengan pemukiman masyarakat. Kondisi ini menyebabkan peran serta masyarakat yang diinginkan pengurus terutama sod dana bagi pengembangan putra putri mereka tidak tergarap optimal. Kondisi ini tentunya memprihatinkan, Madrasah terus berjalan dengan langkah yang terseok-seok, bahkan
penghargaan
bagi
para
pengajar
dengan
memperhatikan
kesejahteraannya menjadi ha1 yang sangat berharga.
5. Ketergantungan remaja terhadap peranserta pengurus Madrasah maupun Mushola
dalam
pelaksanaan
kegiatan
menyebabkan
remaja
sulit
mengembangkan ide dan kreatiftasnya sendiri. Ide clan rencana program seringkali muncul dan digerakkan dari pihak Madrasah, barulah remaja berpartisipasi. Kondisi ini menyebabkan saat pengurus dan pengajar Madrasah tidak memiliki waktu penuh dikarenakan kesibukan masing-masing di luar Madrasah, kegiatan remaja berangsur berjalan di tempat (statis). Hal ini juga dianggap sebagai salah satu alasan meugapa kelembagaan remaja masjid Mifda pada akhirnya menjadi vakum pada rentang waktu tahun 20062007.
Permasalahan yang dihadapi Mushola clan Madrasah ini menyebabkan potensi kedua lembaga dalam proses pembinaan dan pemberdayaan remaja terasa belum tergarap secara optimal. Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi Mushola dan Madrasal~kiranya ha1 utarna yang perlu ditingkatkan adalah adanya partisipasi masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah resmi dalam menyediakan dana agar proses belajar-mengajar berjalan secara lebih efektif di bawah bimbingan para pengajar handal yang ada. Selain itu, Departemen Agama Oepag) Kota Bandung juga sangat berperan mengangkat status Madrasah sebagai lembaga resmi. Status ini diperlukan agar Madrasah memiliki kekuatan hukum dan memiliki silabus pendidikan yang terarah serta tersedia dana yang mencukupi yang membantu dalam kelancaran proses belajar-mengajar.