BAB V ANALISA PERILAKU MODEL DASAR
5.1 Analisa Perilaku Model Dasar
Pada bagian ini akan dianalisa perilaku dari variabel-variabel yang menjadi indikator kinerja sistem industri tepung tapioka. Variabel-variabel yang dijadikan indikator kinerja sistem adalah tingkat produksi, jumlah tenaga kerja industri dan jumlah beban pencemar. Simulasi dilakukan untuk jangka waktu 15 tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2015. Selanjutnya model akan digunakan sebagai pembanding dalam penerapan skenario kebijakan untuk meningkatkan kinerja sistem industri tepung tapioka. Adapun hasil simulasi untuk variabel-variabel indikator kinerja sistem yang telah ditentukan adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Produksi
Output hasil simulasi untuk tingkat produksi dapat dilihat pada gambar 5.1. Pada periode 2001- 2006 secara umum produksi dari
industri tepung tapioka
memperlihatkan peningkatan. Namun pada periode 2007 tingkat produksi menurun hingga pertengahan periode 2008. Penurunan produksi terkait dengan penurunan permintaan karena meningkatnya harga produk.
Peningkatan harga
produk disebabkan peningkatan biaya produksi yang dipengaruhi fluktuasi harga ubikayu sebagai bahan baku industri tepung tapioka. Untuk periode pertengahan
2008 hingga 2011,
produksi akan kembali
mengalami peningkatan. Kestabilan harga bahan baku mempengaruhi kestabilan biaya produksi dan berdampak pada kestabilan harga. Pada pertengahan periode 2011 hingga 20015 tingkat produksi mengalami stagnasi. Hal ini dipengaruhi penguatan rupiah terhadap dolar yang cenderung stabil sehingga harga produk impor akan cenderung turun dan mempengaruhi permintaan ke industri tepung tapioka Lampung.
85
Jika dilihat dari output model terlihat bahwa produksi aktual dari industri nilainya cenderung berada di bawah permintaan pasar terhadap industri. Hal ini disebabkan pengaruh dari delay realisasi kapital dan tenaga kerja
yang tidak selalu
maksimum karena kebutuhan akan tenaga kerja terampil tidak selalu langsung bisa disediakan.
-1- Produksi tepung tapioka -2- Permintaan tepung tapioka ke industri Gambar 5.1 Perilaku Tingkat Produksi 2.
Jumlah Tenaga Kerja
Dari output simulasi (Gambar 5.2) terlihat bahwa jumlah tenaga kerja industri terus meningkat untuk periode 2001 sampai periode 2006 akhir. Namun mulai awal periode 2007 hingga akhir periode 2008 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan untuk selanjutnya kembali meningkat dan kemudian cenderung stagnan untuk periode 2011 dan seterusnya. Perubahan jumlah tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh perubahan kapasitas produksi yang membutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasikannya. Perubahan kapasitas produksi dipengaruhi oleh perubahan produksi harapan yang dipengaruhi oleh permintaan ke industri.
86
Dari output model terlihat bahwa total kapabilitas tenaga kerja selalu berada di bawah total tenaga kerja. Hal ini disebabkan adanya proses asimilasi
untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja belum terampil yang lebih rendah dari tenaga kerja terampil.
-1- Total tenaga kerja industri -2- Total kapabilitas tenaga kerja Gambar 5.2 Perilaku Tenaga Kerja 3.
Jumlah Beban Pencemar
Hasil output simulasi untuk perkembangan jumlah beban pencemar dapat dilihat pada Gambar 5.3. Dari output model terlihat bahwa beban pencemar cenderung meningkat untuk periode 2001- 2006, selanjutnya turun sampai periode pertengahan 2008 untuk seterusnya meningkat sampai perode 2011. Pada periode 2012 dan selanjutnya perkembangan beban pencemar cenderung stagnan. Jika diperhatikan dari perkembangan beban pencemar (Gambar 5.3) maka dapat terlihat bahwa pola perilakunya cenderung sama dengan perilaku dari tingkat produksi (Gambar 5.1). Hal ini dikarenakan beban pencemar adalah produk sampingan yang dihasilkan dari proses produksi tepung tapioka.
87
Gambar 5.3 Perilaku Jumlah Beban Pencemar 5.2 Uji CobaPenerapan Skenario pada Model Dasar
Pada bagian ini akan dianalisa perilaku model bila dilakukan penerapan skenario. Skenario yang akan diterapkan pada model adalah pengendalian biaya bahan baku. Skenario pengendalian biaya bahan baku digunakan sebagai dampak dari kebijakan perluasan lahan tanam ubikayu dan peningkatan produktivitas tanaman ubikayu yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Lampung. Dampak dari penerapan
skenario
akan dilihat melalui perubahan perilaku variabel-
variabel yang dijadikan indikator kinerja sistem. Pada skenario pengendalian biaya bahan baku dilakukan dengan menjaga peningkatan harga ubikayu sebesar 7 persen setiap tahun. Skenario diterapkan pada tahun 2009. A.
Tingkat Produksi
Output simulasi untuk indikator tingakt produksi dari model dasar akan dibandingkan
dengan
output
simulasi
setelah
diterapkankan
skenario
pengendalian harga bahan baku. Output simulasi dapat dilihat pada gambar 5.4. Dari gambar 5.4 terlihat bahwa penerapan skenario pengendalian biaya bahan baku dapat memperbaiki perilaku variabel produksi. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah dibidang pertanian ubikayu berdampak positif terhadap pertumbuhan industri tepung tapioka.
88
-1- Model dasar -2- Skenario pengendalian biaya bahan baku Gambar 5.4 Output Simulasi untuk Indikator Produksi B.
Jumlah Tenaga Kerja
Hasil penerapan skenario untuk indikator jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada gambar 5.5.
-1- Model dasar -2- Skenario pengendalian biaya bahan baku
89
Gambar 5.5 Output Simulasi untuk Indikator Tenaga Kerja Pada skenario pengendalian biaya bahan baku akan meningkatkan jumlah tenaga kerja industri.
Penerapan
skenario pengendalian biaya bahan baku akan
membantu industri menjaga kestabilan biaya produksi yang akan mempengaruhi pembentukan harga produk. Harga akan mempengaruhi permintaan yang akan berdampak pada peningkatan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas produksi akan meningkatkan kebutuhan akan tenaga kerja yang berdampak positif pada peningkatan jumlah tenaga kerja industri. C.
Jumlah Beban Pencemar
Hasil penerapan skenario pengendalian biaya bahan baku terhadap variabel beban pencemar dapat dilihat pada gambar 5.6.
-1- Model dasar -2- Skenario pengendalian biaya bahan baku Gambar 5.6 Output Simulasi untuk Indikator Beban Pencemar Pada skenario pengendalian biaya bahan baku akan meningkatkan jumlah beban pencemar yang berarti memberikan dampak negatif terhadap perilaku variabel beban pencemar. Penerapan skenario penurunan biaya bahan baku secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat produksi. Perubahan tingkat produksi akan meningkatkan jumlah beban pencemar yang dihasilkan oleh industri.
90