Bab Tiga Analisa Masalah
32
BAB III. Analisa Masalah.
BAB III. Analisa Masalah 3.1 Analisis SWOT Analisa permasalahan kampanye sosial Penyadaran majikan akan perilaku menyimpang terhadap PRT, dapat digunakan dengan metode analisa SWOT, analisa ini menunjukan faktor pendukung dan penghambat (strength, weakness), peluang dan ancaman (opportunity, threat). Strength Kekerasan tidak sesuai dengan Norma kesusilaan, kesopanan. Kekerasan bertentangan dengan agama (manapun). Tindakan kekerasan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Hak asasi manusia yang dilindungi oleh pemerintah. Segala bentuk kekerasan merupakan tindakan yang menyalahi hukum. Weakness Pembantu yang masih takut untuk melaporkan kekerasan si majikan terhadap aparat Belum adanya undang – undang yang mengatur tentang PRT Nilai –nilai sosial dan Agama yang kurang melekat pada majikan Pembantu merasa telah dibeli oleh majikan Opportunity Pemerintah sedang merancang perundangan tentang PRT Munculnya gerakan dan lembaga – lembaga yang mengatasi masalah kekerasan PRT Usaha sosialisasi dari berbagai pihak tentang hak asasi manusia (PRT) Threat -
Majikan makin keras terhadap pembantu
Majikan yang makin tertutup dan Pembantu belum meiliki hak-hak yang pasti baik itu upah, jam kerja , dan kewajibannya sebagai pembantu.
Dari analisis SWOT bisa kita lihat bahwa poin-poin yang terdapat pada analisisnya bahwa permasalahan ini dapat ditanggulangi apabila, faktor pendukung dan peluang dapat kita manfaatkan dengan baik, juga kita dapat menggunakan dari kelemahan, ancaman terhadap kampaye untuk membandingkan dan mencari celah atau strategi dalam menyelesaikan permasalahan ini.
33
Strategi Strength-Weakness Strategi yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan, menutupi kelemahan dengan memanfaatkan kekuatan yang ada, juga didukung oleh beberapa poin dari peluang hingga pemecahan masalah dan penanggulangan masalah dapat kita perkecil. Pada poin strength poin kekerasan itu melanggar hukum dan HAM, dikemukakan itu menjadi pertimbangan penting untuk digabungkan dengan weakness yaitu pembantu telah dibeli majikan, dimana poin ini majikan dapat semena- mena terhadap pembantu. Saya memposisikan bahwa majikan disini tidak bisa semena-mena terhadap PRT, karena PRT memiliki derajat yang sama di mata Tuhan, dan memiliki hak yang sama sebagai warga negara. Sehingga hasil yang didapat yaitu kekerasan bukan jalan satu-satunya penyelesaian masalah dan pembantu bukan sebagai objek pelampiasan emosi. Disini majikan dituntut untuk merubah perilaku dengan pengendalian emosi, ego dan kebutuhan yang seharusnya bisa dilakukan sendiri. Dengan demikian itu dapat membantu pekerjaan pembantu. Dari gabungan antara strength - weakness dan simpulan kasar didapat “What to say” nya yaitu “Cuci Perilaku, Bantu Pembantu”.
3.2 Tinjauan permasalahan 3.2.1 Analisis Pendekatan Menurut Nedra Kline Weinreich, Pemasaran Sosial muncul di tahun 1970, oleh Philip Kotler dan Gerald Zaltman. Seperti Pemasaran Komersil, Pemasaran Sosial juga memiliki 4 P : Product, Price, Place, Promotion. Namun juga memiliki 4 P tambahan, yaitu : Publics, Partnership, Policy, Purse Strings. Dengan
meminjam
unsur-unsur
bauran
pemasaran
ini
diharapkan
dapat
memanfaatkan semua celah yang ada untuk memaksimalkan dampak yang terjadi setelah dilaksanakannya kampanye stop kekerasan terhadap PRT. Pemanfaatan bauran pemasaran ini bertujuan untuk mencapai target audience dari segala sisi, baik produk dan harga yang reasonable, maupun segi promosi dengan pemanfaatan media yang tepat guna. Product
: Penyadaran akan perilaku penyimpangan berupa kekerasan terhadap
34
PRT Price
: Sadar bahwa kekerasan merupakan penyimpangan dan pelanggaran
Place
: Di tempat kerja, di perjalanan, di rumah, dan waktu luang.
Promotion Advertising Kampanye through the line dengan media-media seperti televisi, radio, cetak, dan media luar rumah. Public Relation : artikel, atau sponsor rubrik. Personal Sale : talkshow Sales Promo : Merchandise Publics
: KOMNASHAM dan Masyarakat
Partnership : KOMNASHAM Policy
: Perlindungan HAM
Purse strings : Talkshow dengan pakar HAM sekaligus sosialisasi kampanye dengan menghadirkan target dan objek (Majikan dan PRT). 3.2.2 Strategi Komunikasi Dapat kita lihat dari analisis diatas bahwa permasalahan utama dari kondisi target sasaran yaitu insight yang terdapat di majikan yang mendorong ke arah perilaku penyimpangan, dalam hal ini pembantu sebagai objek menerima semua tindakan kekerasan oleh majikan karena insight target (feodal, emosional, berperilaku buruk) mendorong si majikan untuk mengancam bahkan melakukan kekerasan. . Dari ”what to say”, ”cuci perilaku, bantu pembantu” Pesan dari “What to say “ ini menunjukan bahwa majikan dituntut untuk sadar akan perilakunya yang buruk dan sifat ego akan kebutuhan yang tinggi juga sifat feodal yang dimilikinya hingga akhirnya secara bertahap perilaku tersebut akan berubah menjadi baik atau wajar, dengan kewajaran maka itulah yang membantu pembantu dalam mengerjakan segala sesuatunya dengan baik tanpa didasari dengan paksaan atau ancaman dari majikan. Pesan yang disampaikan lebih ke arah penyadaran dan kepedulian majikan terhadap pembantu dengan pembawaan langsung dan hiperbola. Pengambilan sudut pandang dari si pembantu yang menjadi objek utama kekerasan dalam PRT. Kampanye ini dibuat bukan untuk menggurui atau mendikte target atau pihak lain, sehingga target lebih sadar dan peduli akan PRT.
35
Komunikasi kampanye ini haruslah memiliki kepribadian yang sesuai, dimana cenderung memberikan ketakutan pada majikan. Dalam artian, kampanye ini sengaja menekankan pada sisi fisik pembantu yang mengalami kekerasan dengan pendekatan yang satire. 3.2.3 Tahapan Kampanye Cognitive Stage (Conditioning) – A (Attention to the Problem) Pada tahap ini ,yaitu tahap dimana permasalahan dimunculkan dengan “what to say” “cuci perilaku, bantu pembantu” , diharapkan pada tahap ini target audience sadar dan tahu bahwa kekerasan terhadap pembantu (PRT) itu ada dan perlu diperhatikan. Affective Stage (Informing) – I – D (Interest & Desire to do the information) Tahapan ini berisikan tentang permasalahan yang lebih tajam atau dalam langkah selanjutnya yaitu informasi pesan, atau isi pesan yang akan disampaikan dari permasalahan ini. Diharapkan pada akhir tahap ini target paham bahwa kekerasan adalah hasil dari perilaku yang menyimpang Behavioral Stage (Reminding) – A (Make Action) Pada tahap ini kelompok sasaran akan diingatkan untuk STOP Kekerasan terhadap PRT. Target diharapkan sudah mampu merubah sedikit demi sedikit atau bahkan total ke perilaku yang sesuai dengan norma, nilai, dan menjunjung tinggi hukum dan HAM.
36