BAB III Analisa Masalah
3.1. Analisa SWOT 3.1.1. Strength Kekuatan pada film pendek ini adalah yang membedakannya dengan kampanye biasa. Bila pada kampanye biasa, informan menyampaikan pesan secara langsung, pada film yang saya buat, pesan disampaikan sebagai contoh dan cerminan dari keadaan sebenarnya agar masyarakat maupun pelaku perfilman bisa berkaca darinya. Jadi penonton tidak akan merasa didikte oleh pihak-pihak berwenang, penonton juga tidak akan seolah-olah ditunjuk dan disalahkan dalam berbagai kekurangan selama ini.
Film ini akan disiarkan prime-time jam 7 malam dan akan diulang-ulang setiap harinya selama 1 bulan. Pada minggu pertama akan diputar episode pertama seri film pendek ini dari Senin sampai Minggu, lalu pada minggu berikutnya yang episode ke-dua akan diputar tapi hanya dari Senin sampai Jumat, sementara pada Sabtu dan Minggunya akan memutar ulang episode yang pertama. Setelah itu akan ada pengulangan selama satu bulan juga, sehingga penonton dapat melakukan trackback atas apa yang mereka ikuti (terutama bila mereka ingin lebih memahami alur ceritanya).
Slot yang akan dipakai adalah 5 menit pertama sebelum tayangan berita. Stasiun TV yang akan dipakai untuk menyiarkan film pendek ini adalah semua stasiun TV kecuali TVRI, Global TV, dan Lativi, karena alasan ketidakcocokan tema dan rating.
Keadaan ini akan menjamin target sasaran (anak SMA ke atas) yang sudah berada di rumah pada jam-jam tersebut untuk menontonnya. Apalagi bentuknya yang merupakan film pendek yang sedang diminati oleh banyak kalangan, selain itu durasinya yang pendek akan memikat orang yang paling malas menonton sekalipun. 25
Selain itu, film pendek akan ditayangkan pada permulaan film bioskop. Budaya dan lifestyle masyarakat yang gemar menonton akan membuat film pendek ini tampil saat mereka akan menonton film kesayangan mereka di bioskop.
Film pendek ini akan dibuat sedemikian rupa agar menghibur selain menyampaikan pesan. Sehinggga diharapkan agar film ini menjadi layak dikoleksi dan VCDnya bisa dijual di pasaran bagi yang tertarik untuk mengoleksinya.
Jenis cerita seri yang bersambung dan berhubungan antara satu seri dengan lainnya, akan membuat penonton lebih penasaran sehingga mereka akan terus mengikuti urutan film pendek ini dari awal sampai akhir, dengan setengah sadar bahwa pesan-pesan yang ada di dalamnya akan merasuk ke dalam keadaan di bawah sadar mereka.
3.1.2. Weakness Kelemahan yang paling menonjol dari film pendek ini adalah bahwa pembuat film tidak bisa menyampaikan semua informasi yang ingin disampaikan karena keterbatasan durasi dan hal lain yang sudah disebutkan di bab atau paragraf sebelumnya.
Selain itu, film ini dibuat sedemikian rupa agar menghibur dan eye-catching. Sehingga bagaimanapun juga, istilah “Jeruk kok minum jeruk?”, cukup melekat dalam keseluruhan tema yang diangkat. Film yang dibuat pun pada akhirnya tidak murni film yang bisa ‘dibaca’ dengan gamblang.
Kelemahan lain adalah, bahwa film yang sekalipun ditayangkan pada prime-time, belum tentu ditonton oleh target audience. Kenyataan bahwa sekarang makin sedikit orang yang menonton TV, atau bahkan jarang memiliki TV, membuat rating film pendek ini bisa jatuh. 26
Target audience yang terlalu luas juga merupakan suatu masalah. Jarak umur yang ditargetkan adalah SMA, kuliah, sampai umur maksimal 25 tahun. Jika masa SMA adalah masa kritis berpikir dan umur 25 tahun adalah umur yang benarbenar dewasa, maka target SMA lah yang cukup sulit dijangkau dengan cerita yang berusaha bertema umum. Pengertian dan ketertarikan pada hal-hal yang simbolik belum muncul pada umur ini. Anak SMA adalah masa-masa ‘mereka melihat apa yang mereka ingin lihat’. Jika diberi hal yang baru, mereka cukup lama mencernanya.
3.1.3. Opportunity Kesempatan yang paling bagus adalah karena sekarang ini adalah masa-masa bangkitnya perfilman Indonesia, juga masa-masa maraknya sinetron di TV, maka sebuah counter-attack yang menampilkan dirinya sebagai sebuah film juga akan menarik perhatan massa. Karena itu memang media output film pendek ini adalah media yang saya anggap paling efektif.
Jika suatu perusak bangsa adalah film, maka yang bisa menyembuhkannya juga adalah film. Lain dari yang disebutkan dalam paragraf weakness di atas, masyarakat saat ini sedang gencar-gencarnya mencari film yang berkualitas, baik itu berburu DVD bajakan, atau bahkan mendatangi festival film. Jika film yang dibuat penulis berhasil, maka diharapkan ini akan menjadi titik balik dari arah perfilman Indonesia yang sudah sedemikian melenceng.
Dengan dibuatnya sinetron ‘Jomblo’ kemaren, pemirsa televisi dinilai telah menemukan kesegaran baru dan mendapatkan harapan baru atas tayangan televisi yang lebih baik. Apalagi selama ini tayangan film pendek yang artistik selalu mendapatkan tempat di hati pemirsanya, seperti: film pendek iklan-iklan rokok, film pendek Lebaran, Tahun Baru, atau Hari Kemerdekaan.
Mengacu kepada kesuksesan seri film pendek Lux kemaren, film ini pun diharapkan menuai kesuksesan yang sama. Karena film pendek Lux kemaren 27
adalah yang pertama di Indonesia, sehingga untuk menjadi yang kedua, penonton belom mencapai taraf kejenuhan.
3.1.4. Threat Ancaman yang mungkin didapat berasal dari kaum perfilman itu sendiri yang menyadari dan merasa bahwa karya mereka disindir. Dengan begitu kemungkinan besar tindak lanjut mereka akan melalui media (koran, infotainment, konfrensi pers, dll), melalui tuntutan, atau melabrak balik dengan membuat film lagi. Apalagi mengingat bahwa film yang saya buat akan ditayangkan di stasiun TV, menyindir sinetron-sinetron yang menjadi 80% nafas pertelevisian Indonesia mungkin bukan hal yang pintar. Maka itu saya berusaha sebisa mungkin agar film yang saya buat akan menjadi contoh dan menyadarkan secara tersirat, sehingga orang yang ‘tidak tersadarkan’ tidak akan mengambil pusing dengan konteks yang ada di film ini.
Ancaman lain akan datang dari pesaing yang juga membuat film pendek, tapi tidak memiliki visi yang saya miliki, sehingga penonton akan mencampuradukkannya dan melewati begitu saja pesan yang hanya ada pada film saya. Pesaing itu adalah film-film pendek iklan rokok atau lainnya yang juga menampilkan pesan-pesan yang sangat simbolik atau bahkan berlebihan dan kadang malah tidak masuk akal.
3.2. Tinjauan terhadap permasalahan berdasar Teori, data, dan fakta Mayoritas penonton sinetron di TV adalah wanita. Sementara tema yang diangkat setiap sinetron adalah pasti percintaan. Secara tidak langsung, maka wanita memiliki gambaran tentang hidup dari sinetron. Maka itu perlu ada pukulan langsung kepada jenis manusia yang satu ini. Hampir tidak ada pria yang suka menonton sinetron di televisi. Kecuali pada kasus film ‘Jomblo’ kemaren, penonton pria meningkat karena genre yang diangkat dan tokoh utama pada film ini adalah pria. 28
Beberapa hal-hal melenceng yang ditampilkan di sinetron adalah bahwa para tokoh perempuannya dipakaikan pakaian yang seksi. Hal ini akan mempengaruhi alam bawah sadar penonton wanita bahwa memakai pakaian yang seksi itu biasa. Padahal pakaian seksi dalam sinetron hanyalah untuk menarik perhatian dan sex appeal bagi penonton pria, atau bahkan hanyalah kesenangan pribadi kru-kru yang terlibat dalam pembuatan film.
Gaya hidup yang ditampilkan juga hanya seputar percintaan dan kehidupan hedonis. Sementara kehidupan sebenarnya seperti belajar dan bekerja sangat jarang ditampilkan dalam film. Maka itu film-film idealis seperti DTK (Dunia Tanpa Koma) selalu berusaha menjadikan lapangan kerja sebagai landasan filmnya. Dalam hal ini, DTK bersetting pada dunia jurnalisme. Bagi orang (wanita) yang mudah terpengaruh, mereka akan mengira bahwa kehidupan hanyalah untuk mencari jodoh dan bersenang senang, sehingga mereka akan melalaikan kehidupan nyata mereka dan terus hidup dalam dunia khayal sinetron.
Kehidupan Barat (Amerika dan Amerika Latin) dan Asia (Jepang, Mandarin, Taiwan, Korea) sering diserap mentah-mentah oleh para filmmaker. Apalagi para penulis skenario yang jelas-jelas menjiplak naskah asli film luar tanpa izin. Kehidupan seperti pergi ke diskotek, minum bir dan mabuk-mabukkan, atau bahkan ngobat selalu ditampilkan untuk melebihkan prestise film tersebut. Karena gaya hidup tersebut sudah dianggap sebagai gaya hidup modern.
Yang paling parah adalah, free sex dan kehamilan di luar nikah. Dalam 2 film sinetron andalan RCTI yang memiliki theme song oleh penyanyi yang sama, tokoh utamanya diceritakan hamil di luar nikah. Dan untuk selanjutnya diceritakan bahwa keadaan akan baik-baik saja, apalagi bahwa tokoh utama adalah orang yang menjadi pusat putaran tokoh-tokoh lainnya di film itu. Sehingga masalah apapun yang mereka hadapi dalam film, pada akhirnya akan happy ending.
29
Kasus yang paling nyata adalah para pembantu rumah tangga perempuan yang hamil di luar nikah makin banyak. Sudah menjadi kebiasaan di setiap rumah yang ber-TV bahwa penontonnya adalah para pembantu jika majikan tidak sedang menontonnya.
Jika anda berjalan-jalan ke pusat keramaian seperti mall, maka anda akan menemukan banyak anak-anak yang berpakaian dan berpenampilan seperti di sinetron. Terutama dalam gaya rambut. Ini adalah pemandangan yang biasa di Bandung maupun di Jakarta. Mereka adalah para actor & actress wannabe yang berusaha mewujudkan keinginan mereka dengan berpenampilan seperti idola mereka.
30