BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan merupakan Unit Pelaksana Teknis yang didirikan dibawah proyek ATA - 297 (Agriculture Technical Assistance - 297) diatas tanah seluas 5.5 Ha pada tahun 1985 yang merupakan proyek kerjasama teknis antara Pemerintah
Indonesia
melalui
Direktorat
Jenderal
Peternakan,
Departemen Pertanian dengan Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Pada bulan Juni 1998, oleh Komite Akreditasi Nasional - Badan Standardisasi Nasional, BPMSOH terakreditasi sebagai laboratorium penguji di tingkat nasional, kemudian pada bulan Agustus 2002, pada sidang tahunan ke X ASEAN Sectoral of Working Groups on Livestock (ASWGL) di Malaysia, ditetapkan bahwa BBPMSOH merupakan laboratorium penguji vaksin hewan yang terakreditasi di tingkat ASEAN, dan disahkan kembali oleh Special Senior Officials Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (SOM-AMAF) ke-28 tahun 2007 di Singapura. Tahun 2010, BBPMSOH sudah mengajukan re-akreditasi yang ketiga dan pada tanggal 6 – 7 Mei 2010 saat pertemuan ASWGL di Lao PDR. Menindaklanjuti hal tersebut, maka pada tanggal 22-25 September 2010, tim Asesor ASEAN telah melakukan re-asesmen lapangan di BBPMSOH. Setelah melalui proses tindakan perbaikan dan verifikasi hasil tindakan perbaikan temuan asesmen, maka pada sidang SOM AMAF ke-33 yang dilaksanakan pada tanggal 3-4 Oktober 2011 di Jakarta, BBPMSOH telah dinyatakan lulus dalam re-akreditasi tingkat ASEAN. Pengakuan ini membuktikan bahwa BBPMSOH telah memenuhi semua standar yang tertuang dalam Manual of ASEAN Accreditation Criteria for Animal Vaccine Testing Laboratories. Sertifikat tersebut
1
telah diterima pada tanggal 21 Desember 2011 dengan ruang lingkup pengujian : 1. Vaksin Newcastle Disease Aktif 2. Vaksin Newcastle Disease Inaktif 3. Vaksin Marek’s Disease Aktif 4. Vaksin Infectious Laryngotracheitis Aktif 5. Vaksin Infectious Bronchitis Aktif 6. Vaksin Infectious Bronchitis Inaktif 7. Vaksin Egg Drop Syndrome ’76 Inaktif 8. Vaksin Infectious Coryza Inaktif 9. Vaksin Fowl Cholera Inaktif Sejak BBPMSOH ditetapkan sebagai laboratorium yang terakreditasi baik tingkat Nasional maupun ASEAN, menunjukkan bahwa kredibilitas BBPMSOH sebagai Laboratorium penguji mutu dan sertifikasi obat hewan baik Nasional maupun ASEAN telah diakui dan teruji sekaligus merupakan tantangan bagi BBPMSOH untuk dapat menguji mutu obat hewan yang beredar di Regional ASEAN. Sesuai dengan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang merupakan payung hukum bidang peternakan dan kesehatan hewan termasuk
didalammya
berdasarkan
Surat
mengatur
mengenai
Keputusan
Menteri
obat
hewan.
Pertanian
Dan
Nomor
628/Kpts/OT.140/12/2003, bahwa Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diberi tugas untuk melaksanakan pelayanan pengujian mutu, sertifikasi, pengkajian dan pemantauan obat hewan di seluruh wilayah Indonesia. Sesuai dengan TAP MPR No. XI/1998 dan Undang - Undang No. 28 Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi 2
Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan Negara serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Instansi Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah seperti dituangkan dalam Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara
No.589/1999
Keputusan
Kepala
dan
LAN
telah
disempurnakan
No.239/2003,
dan
melalui
Peraturan
Surat Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Strategis yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA). BBPMSOH merupakan salah satu aset Nasional dan sebagai Laboratorium Acuan dalam hal “pengujian mutu dan sertifikasi obat hewan” yang berperan dalam hal “terjaminnya mutu obat hewan” yang beredar di masyarakat serta memberikan pelayanan terhadap industri obat hewan melalui pengawasan peredaran obat hewan dengan cara pengkajian dan pemantauan terhadap obat hewan yang beredar di depo
obat
hewan
dan
/
atau
peternak.
Sehingga
program
pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan dapat terlaksana dengan baik. Untuk
lebih
meningkatkan
pelaksanaan
pemerintahan
yang
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, dan untuk lebih memantapkan pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja BBPMSOH sebagai wujud dari pertanggungjawaban dalam mencapai misi serta tujuan pemerintah serta dalam rangka perwujudan Good Governance perlu dibuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
3
B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2012 tentang Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lingkup Kementerian Pertanian; 4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 6. Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
Nomor
110/Kpts/OT.210/2/1993 tentang Pengujian Residu Obat Hewan dan Cemaran Mikroba; 7. Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
Nomor
466/Kpts/TN.260/5/1999 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik; 8. Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
Nomor
455/Kpts/TN.260/9/2000 tentang Perubahan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 695/Kpts/TN.260/8/1996 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran dan Pengujian Mutu Obat Hewan; 9. Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
Nomor
628/KPTS/OT.140/12/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan.
4
C. Gambaran Umum BBPMSOH 1. Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 628/Kpts/OT.140/12/2003,
Struktur
Organisasi
BBPMSOH
dipimpin oleh seorang Kepala Balai Besar dan dibantu oleh : 1. Bagian Umum a. Sub Bagian Program dan Keuangan Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, anggaran, kerjasama, evaluasi dan laporan kegiatan
pengujian
pemantauan
obat
mutu, hewan,
sertifikasi, serta
pengkajian
pelaksanaan
dan
urusan
keuangan. b. Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian dan ketatausahaan. c. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan Mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan. 2. Bidang Pelayanan Pengujian a. Seksi Sampel Mempunyai tugas melakukan penerimaan, pengumpulan, klasifikasi, dan seleksi sampel obat hewan, serta pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu dan pengkajian obat hewan. b. Seksi Hewan Percobaan dan Limbah Mempunyai
tugas
melakukan
pengelolaan
hewan
percobaan dan pengelolaan limbah pengujian mutu obat hewan.
5
3. Bidang Sertifikasi dan Pengamanan Hasil Uji a. Seksi Sertifikasi Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan sertifikasi obat hewan, pemantauan obat hewan yang beredar dan penyebarluasan informasi hasil pengujian mutu obat hewan. b. Seksi Pengamanan Hasil Uji Mempunyai tugas melakukan pengamanan hasil pengujian mutu obat hewan dan penyiapan bahan pengembangan pelaksanaan sistem mutu laboratorium penguji. 4. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional Medik dan Paramedik Veteriner Mempunyai
tugas
melaksanakan
kegiatan
fungsional
pelaksanaan pengujian mutu, pengkajian, dan pemantauan obat hewan, dan kegiatan fungsional lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tugas, Pokok dan Fungsi Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
628/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003 tentang kedudukan, tugas dan fungsi BBPMSOH adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang berada dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. BBPMSOH mempunyai tugas pokok melaksanakan pengujian mutu, sertifikasi, pengkajian dan pemantauan obat hewan. Dalam
melaksanakan
tugas
tersebut
BBPMSOH
menyelenggarakan fungsi : a. pelaksanaan pengujian mutu obat hewan; b. pelaksanaan sertifikasi obat hewan; c. pelaksanaan pengkajian obat hewan;
6
d. pelaksanaan pemantauan obat hewan; e. pelaksanaan pengembangan tehnik dan metoda pengujian mutu obat hewan; f. pelaksanaan pembuatan dan penyusunan formulasi pakan hewan percobaan; g. pengelolaan hewan percobaan; h. pengelolaan limbah pengujian mutu obat hewan; i. pengamanan hasil pengujian mutu obat hewan; j. pemberian pelayanan tehnik kegiatan pengujian mutu dan pengkajian obat hewan; k. pengelolaan tata usaha dan rumah tangga BBPMSOH. Struktur Organisasi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan dapat dilihat pada Bagan di bawah ini.
7
BAB lI PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Dalam menyelenggarakan tugas pokok dan fungsinya, BBPMSOH dipengaruhi oleh lingkungan strategis unit kerja, dimana dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, pengaruh internal dan eksternal unit kerja saling terkait erat. Untuk itu, perlu dilaksanakan analisis lingkungan strategis pada unit kerja. Penyusunan perencanaan strategis BBPMSOH dikembangkan berdasarkan pendekatan-pendekatan baru yang lebih aspiratif dan partisipasi yang diarahkan pada pencapaian ”good governance” secara substansial yang berujung pada akuntabilitas kinerja pemerintah. 1. Visi Mengacu pada Visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yaitu mewujudkan peternakan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mewujudkan penyediaan dan keamanan pangan hewani serta meningkatkan kesejahteraan peternak. Maka Visi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan adalah sebagai berikut: “Terjaminnya mutu obat hewan yang beredar di Indonesia untuk
mendukung pembangunan peternakan yang tangguh
melalui pelayanan prima.” 2. Misi Untuk mewujudkan Visi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan tersebut ditetapkan Misi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan sebagai berikut : a. Meningkatkan pelaksanaan pengujian mutu obat hewan; b. Meningkatkan pelaksanaan sertifikasi obat hewan;
8
c. Mendorong pelaksanaan pengkajian obat hewan; d. Meningkatkan pelaksanaan pemantauan obat hewan yang beredar; e. Mendorong pelaksanaan pengembangan teknik dan metoda pengujian mutu obat hewan; f. Meningkatkan kualitas pakan hewan percobaan; g. Penyusunan formulasi pakan hewan percobaan; h. Mendukung tersedianya pakan hewan percobaan yang cukup; i.
Meningkatkan pengelolaan dan tersedianya hewan percobaan yang cukup dan memenuhi syarat;
j.
Mendukung
terciptanya
lingkungan
yang
kondusif
bagi
kesehatan manusia dan kesehatan lingkungan; k. Meningkatkan keamanan dan kerahasiaan hasil uji; l.
Tercipta dan terlaksananya sistem mutu;
m. Peningkatan penyediaan sarana pelayanan teknik kegiatan pengujian dan pengkajian; n. Peningkatan ketatausahaan dan rumah tangga Balai Besar. Dari sekian banyak Misi yang tersebut diatas, dipilih 5 Misi sebagai prioritas utama yaitu : 1. Meningkatkan pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi obat hewan; 2. Mendorong pelaksanaan pengkajian obat hewan; 3. Meningkatkan pelaksanaan pemantauan obat hewan yang beredar; 4. Mendorong pelaksanaan pengembangan teknik dan metoda pengujian; 5. Meningkatkan pelaksanan sistem mutu serta pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu obat hewan.
9
3. Tujuan BBPMSOH bertujuan untuk meningkatkan mutu obat hewan yang beredar di Indonesia dengan cara : a. Meningkatkan kegiatan pengujian mutu obat hewan. b. Meningkatkan kegiatan pemantauan obat hewan. c. Melaksanakan kegiatan pengkajian obat hewan. d. Mengembangkan teknik dan metoda pengujian. e. Meningkatkan sarana dan prasarana pengujian. f. Meningkatkan Kualitas SDM. 4. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kinerja BBPMSOH adalah : a. Tersedianya SDM yang kompeten. b. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. c. Terlaksananya hubungan kerjasama yang baik dengan instansi terkait. d. Terlaksananya pelayanan pengujian yang prima, cepat, tepat waktu dan non diskriminasi. e. Terlaksananya penggunaan metoda pengujian baku dan sistem mutu ISO/SNI 17025 2008. f. Terlaksananya pengujian mutu obat hewan untuk semua jenis permintaan. g. Tersedianya ketetapan dan peraturan pengujian mutu obat hewan yang jelas, tegas, koordinatif dan komunikatif. h. Meningkatnya kesadaran pengusaha obat hewan tentang pentingnya pengujian mutu obat hewan. i. Terlaksananya penegakan hukum. j. Meningkatnya kinerja SDM. k. Terlaksananya prosedur pelayanan pengujian mutu obat hewan yang jelas dan pasti.
10
5. Kebijakan Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran BBPMSOH, untuk arah kebijakan yang diambil adalah berpedoman pada Kebijakan Pemerintah Pusat yaitu : a. Meningkatkan
kualitas
kebijakan
pembinaan
SDM
dan
pelayanan pengujian. b. Meningkatkan kualitas kebijakan mutu kegiatan pengujian di segala bidang. c. Meningkatkan kualitas kebijakan pelayanan melalui penerapan peraturan obat hewan. d. Meningkatkan kualitas kebijakan prosedur pelayanan pengujian mutu obat hewan. e. Melakukan evaluasi mutu kegiatan pengujian dan kelayakan sarana dan prasarananya.
6. Program a. Penambahan dan peningkatan disiplin dan kualitas SDM melalui pelatihan dan pendidikan. b. Peningkatan
sarana
dan
prasarana,
penambahan
dan
regenerasi alat yang rusak/tua secara bertahap. c. Peningkatan hubungan kerjasama yang baik dengan instansi terkait. d. Peningkatan kapasitas kualitas uji obat hewan. e. Peningkatan pengembangan metoda uji kearah yang lebih baik dan mudah dilaksanakan. f. Peningkatan kapasitas penerapan peraturan obat hewan. g. Peningkatan pembinaan teknis pengujian kepada perusahaan obat hewan. h. Penambahan ruang uji dan kandang hewan percobaan BSL-3 serta penyediaan sarana penunjang untuk operasionalnya. i.
Pemeliharaan
dan
perawatan
sarana
dan
prasarana
laboratorium/ kantor serta pengelolaan limbah.
11
j.
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas informasi dan referensi/ perpustakaan yang berbasis teknologi informatika.
k. Peningkatan ketersediaan bahan-bahan pengujian, bahanbahan
standar,
bahan
penunjang
termasuk
untuk
operasionalisasi BSL-3. l.
Sosialisasi kegiatan pengujian, pengkajian dan pemantauan melalui pembuatan Booklet, Leaflet dan Bulletin.
m. Akreditasi tingkat ASEAN dan ISO/SNI 17025 2008.
B. Rencana Kinerja Tahunan Pemerintah melalui Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor 59/Kpts/P0610/05/2007 tanggal 9 Mei 2007, telah menetapkan 12 penyakit hewan menular yang mendapat prioritas pengendalian dan
atau
Brucellosis,
pemberantasannya, Anthrax,
yaitu
Salmonellosis,
Rabies, Newcastle
Avian
Influenza,
Disease
(ND),
Jembrana, Bovine Viral Diarhae (BVD), Septicaemia Epizootica (SE), Hog Cholera, Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) dan Gumboro. Untuk mencegah penyakit tersebut perlu dilakukan vaksinasi menggunakan vaksin/obat hewan berkualitas yang telah diuji mutunya di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan. Selain itu, vaksin/obat hewan yang beredar di Indonesia harus dilaksanakan pengujian mutu dan dilakukan pengkajian dan pemantauan obat hewan yang beredar untuk menjamin mutu obat hewan tersebut. Dalam BBPMSOH
rangka dalam
melaksanakan melaksanakan
tugas pengujian
pokok mutu,
dan
fungsi
sertifikasi,
pengkajian dan pemantauan obat hewan sesuai dengan Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014, maka dibuat penjabaran dari Renstra tersebut setiap tahunnya dalam bentuk Rencana Kinerja Tahunan.
12
BBPMSOH membuat Rencana Kinerja Tahunan dengan 4 (empat) sasaran strategis yang akan dilaksanakan pada tahun 2012, yaitu: 1. Peningkatan pelaksanaan pelayanan pengujian mutu obat hewan. Indikator kinerja dari kegiatan tersebut yaitu jumlah sampel pengujian obat hewan dalam rangka sertifikasi sebanyak 480 sampel dan sampel kiriman daerah sebanyak 155 sampel. Rincian sampel pengujian obat hewan dalam rangka sertifikasi sebagai berikut : a. Sampel vaksin virus sebanyak 75 sampel b. Sampel vaksin bakteri sebanyak 25 sampel c. Sampel obat umum/antibiotik sebanyak 380 sampel 2. Peningkatan pelaksanaan pelayanan pengkajian obat hewan. Indikator kinerja dari kegiatan tersebut yaitu jumlah sampel yang diambil dalam rangka kegiatan pengkajian obat hewan yaitu: a. Pengkajian
Bakteriologi
(vaksin
Septicaemia
Epizootica)
sebanyak 365 sampel dengan rincian sebagai berikut: 1. Vaksin Brucella sebanyak 5 sampel. 2. Serum darah sapi sebanyak 360 sampel. b. Pengkajian Virologi (vaksin Rabies) sebanyak 462 sampel dengan rincian sebagai berikut: 1. Serum darah Anjing sebanyak 462 sampel. c. Pengkajian Antibiotik Ampiciline sebanyak 120 sampel. 3. Peningkatan pelaksanaan pelayanan pemantauan obat hewan. Indikator kinerja dari kegiatan tersebut yaitu jumlah sampel yang diambil dalam rangka kegiatan pemantauan obat hewan yaitu vaksin rabies sebanyak 32 sampel.
13
4. Peningkatan
penguatan
kelembagaan
dan
sistem
mutu
laboratorium. Indikator kinerja dari kegiatan tersebut yaitu : a. BBPMSOH menjadi laboratorium terakreditasi tingkat Nasional dengan
mendapat
1
(satu)
sertifikat
akreditasi
ISO
17025:2008 dari Komite Akreditasi Nasional Badan Standard Nasional (KAN-BSN). b. Terlaksananya kegiatan Uji Profisiensi dan Uji Banding sebanyak 12 Uji, dalam rangka pelaksanaan sistem mutu Akreditasi ASEAN dan Akreditasi KAN. c. Terlaksananya peningkatan Kompetensi SDM sebanyak 10 % dari jumlah seluruh pegawai BBPMSOH. Formulir Rencana Kinerja Tahunan BBPMSOH Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan Formulir Penetapan Kinerja Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 2. Sasaran strategis yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 tersebut merupakan dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pengguna jasa obat hewan, sehingga masyarakat memperoleh obat hewan yang terjamin kualitasnya.
14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012, BBPMSOH mempunyai 4 (empat) sasaran strategis yang akan dilaksanakan pada tahun
2012,
pencapaian
sasaran
strategis
tersebut
dapat
diinformasikan sebagai berikut: 1. Peningkatan pelaksanaan pelayanan pengujian mutu obat hewan. Pelaksanaan kegiatan pengujian mutu dan sertifikasi obat hewan ini terdiri dari : a. Pengujian mutu obat hewan dalam rangka pendaftaran obat baru dan pendaftaran ulang. Sampel tersebut dibawa oleh perusahaan yang bersangkutan langsung ke BBPMSOH disertai dokumen-dokumen
obat
hewan
tersebut
untuk
diuji.
Pelaksanaan kegiatan pengujian mutu ini merupakan proses untuk mendapatkan nomor pendaftaran (registrasi) obat hewan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin mutu/kualitas obat hewan yang akan/telah beredar di wilayah Republik Indonesia. Dan melindungi
peternak
sebagai
pengguna/konsumen
dari
perusahaan obat hewan, agar tercapai target produksi yang diinginkan melalui penggunaan/pengobatan yang baik dan mempunyai nomor registrasi (legal). b. Pengujian mutu obat hewan dalam rangka pengujian sewaktuwaktu. Pelaksanaan pengujian obat hewan sewaktu-waktu dilakukan dengan cara mengambil sampel obat hewan langsung (on the spot) ke perusahaan produsen/importir obat hewan (ke gudang obat hewan) oleh petugas pengambil sampel, kemudian dilakukan
pengujian
obat
tersebut
di
BBPMSOH
untuk
mengetahui apakah memenuhi persyaratan minimal pengujian mutu. 15
Dasar hukum yang mendasari pelaksanaan kegiatan ini adalah Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 695/Kpts/TN.260/8/96 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pengujian Mutu Obat Hewan, Bab.III, Bagian kedua, Pasal 22 sampai dengan 25 mengenai pengujian sewaktu-waktu yang dilaksanakan dalam rangka menjamin mutu obat hewan yang telah memperoleh nomor pendaftaran. Sampel obat hewan yang diambil adalah sampel yang sudah mempunyai nomor registrasi, atau berdasarkan data sampel yang masuk 3 tahun terakhir. c. Pengujian mutu obat hewan yang diperoleh dari kiriman daerah dinas Provinsi/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui mutu/kualitas obat hewan yang beredar
di
wilayahnya
masing-masing
dalam
rangka
pengawasan obat hewan oleh dinas provinsi/kabupaten/kota. Pelaksanaan pengujian mutu obat hewan kiriman daerah dilaksanakan bila ada kiriman sampel obat hewan dari dinas peternakan provinsi/kabupaten/kota di seluruh Indonesia untuk mengetahui apakah memenuhi persyaratan mutu obat hewan atau tidak. Realisasi pencapaian kegiatan pelaksanaan pengujian mutu obat hewan pada tahun 2012 yaitu untuk jumlah sampel pengujian obat hewan dalam rangka sertifikasi dari target sebanyak 480 sampel dapat terrealisasi sebanyak 760 sampel (158%). Rincian sampel pengujian obat hewan dalam rangka sertifikasi sebagai berikut : a. Sampel vaksin virus dari target sebanyak 75 sampel terealisasi sebanyak 105 sampel. b. Sampel vaksin bakteri dari target sebanyak 25 sampel terealisasi sebanyak 42 sampel. c. Sampel obat umum/antibiotik dari target sebanyak 380 sampel terealisasi sebanyak 613 sampel.
16
Sedangkan sampel kiriman daerah dari target sebanyak 155 sampel dapat terrealisasi sebanyak 197 sampel (127%). Berdasarkan
realisasi
pelaksanaan
kegiatan
tersebut
yang
melebihi 100%, maka sasaran strategis peningkatan pelaksanaan pelayanan pengujian mutu obat hewan berhasil tercapai. 2. Peningkatan pelaksanaan pengkajian obat hewan. Kegiatan
pengkajian
obat
hewan
dilaksanakan
dengan
pengambilan sampel di lapangan dan selanjutnya dilakukan pengujian di BBPMSOH. Pada tahun 2012 pengkajian obat hewan dilaksanakan oleh masing-masing unit uji yaitu pengkajian vaksin Rabies, pengkajian vaksin Septicaemia Epizootica (SE) dan serta pengkajian obat antibiotik Ampiciline. Realisasi kegiatan pengkajian obat hewan yaitu: a. Pengkajian Bakteriologi dari target sebanyak 365 sampel terrealisasi sebanyak 330 sampel (90,4%) dengan rincian sebagai berikut: 1. Vaksin SE dari target sebanyak 5 sampel terrealisasi sebanyak 5 sampel (100%). 2. Serum darah sapi dari target sebanyak 360 sampel terealisasi 325 sampel (90,3%). b. Pengkajian
Virologi
dari
target
sebanyak
462
sampel
terealisasi sebanyak 497 sampel (107,5%) dengan rincian sebagai berikut: 1. Serum darah anjing dari target sebanyak 462 sampel terealisasi 497 sampel (107,5%). c. Pengkajian Antibiotik dari Ampiciline target sebanyak 120 sampel terealisasi 121 sampel (%). Berdasarkan realisasi pelaksanaan kegiatan pengkajian tersebut yang
mencapai
lebih
dari
100%,
maka
sasaran
strategis
peningkatan pelaksanaan pelayanan pengkajian obat hewan masih berhasil tercapai.
17
3. Peningkatan pelaksanaan pemantauan obat hewan. Kegiatan pemantauan obat hewan bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana terjadinya penurunan mutu vaksin dan antibiotik dari produsen/importir sampai dengan di pengecer/Depo dan pengguna/ peternaknya. Pelaksanaan kegiatan pemantauan vaksin dan antibiotik di lapangan ini dimaksudkan untuk: 1) Melindungi konsumen dari pemakaian vaksin dan antibiotik yang tidak bermutu. 2) Mempertahankan mutu vaksin dan antibiotik di lapangan. 3) Mengetahui faktor penurunan mutu vaksin, yang disebabkan oleh
faktor
eksternal
seperti
penyimpanan
(di
pabrik
importir/pengecer), tranportasi (di Produsen/ lmportir/ distributorpengecer/Depo-pengguna/peternak/ dokter hewan praktek) dan aplikasinya. Realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut yaitu jumlah sampel yang diambil dalam rangka kegiatan pemantauan obat hewan yaitu vaksin rabies dari target sebanyak 32 sampel terealisasi sebanyak 32 sampel (100%). Berdasarkan lerlaksana
realisasi 100%,
pelaksanaan
maka
kegiatan
sasaran
tersebut
strategis
yang
peningkatan
pelaksanaan pemantauan obat hewan berhasil tercapai. 4. Peningkatan
penguatan
kelembagaan
dan
sistem
mutu
laboratorium. a. Pelaksanaan penguatan kelembagaan dan sistem mutu laboratorium pada tahun 2012 lebih menitikberatkan pada pelaksanaan akreditasi KAN. Pada bulan Juni 1998, BPMSOH mendapatkan sertifikat akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional
–
Badan
Standardisasi
Nasional.
Mengingat
pentingnya akreditasi di tingkat Nasional dan sebagai pelaksanaan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 Peternakan
18
dan Kesehatan Hewan, maka pada 06 Oktober 2010 BBPMSOH mengajukan akreditasi awal ke BSN-KAN. Sepanjang tahun 2011 proses yang dilalui adalah audit kelayakan, audit kecukupan dan Audit / Asesmen lapangan awal yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 serta tindakan perbaikan. Pada awal tahun 2012 BBPMSOH masih dalam proses tindakan perbaikan, dimana dilakukan lagi peningkatan atas beberapa tindakan perbaikan yang belum memenuhi syarat pada saat pertama kali diajukan ke asesor kepala. BBPMSOH mendapatkan akreditasi oleh KAN sesuai dengan keputusan Rapat Council KAN pada tanggal 25 April 2012 dengan nomor akreditasi LP-589-IDN yang berlaku hingga 26 April 2016. Realisasi pelaksanaan sasaran strategis kegiatan penguatan kelembagaan dan sistem mutu laboratorium tersebut yaitu BBPMSOH menjadi laboratorium terakreditasi tingkat Nasional dengan mendapat 1 (satu) sertifikat akreditasi KAN berhasil tercapai (100%). b. Untuk menjamin hasil pengujian yang dikeluarkan adalah valid, maka BBPMSOH wajib melaksanakan kegiatan Jaminan Mutu sebagaimana yang tertuang dalam Sistem mutu ISO 17025:2005 klausul 5.9. Jaminan mutu hasil pengujian ada 2 (dua) macam yaitu jaminan mutu numerical dan jaminan mutu non numerical. Jaminan mutu numerical meliputi pelaksanan jaminan mutu internal (IQC), uji banding dan uji profisiensi. Sedangkan jaminan mutu non numerical meliputi audit internal, kalibrasi alat, pemeriksaan antara, dan asesmen oleh badan eksternal. Jaminan mutu non numerical telah dilaksanakan misalnya asesmen oleh auditor ASEAN, asesmen oleh asesor KAN, kalibrasi alat, audit internal tahunan serta pemeriksaan antara standar yang telah dilakukan secara rutin oleh penguji. Dalam
19
melaksanakan jaminan mutu hasil numerical tiap unit uji juga telah melaksanakan Jaminan Mutu Internal (IQC) misalnya dengan menggunakan kontrol ataupun menguji arsip sampel. Selain itu dalam upaya mempertahankan akreditasi dan melaksanakan
jaminan
mutu,
BBPMSOH
mengikuti uji
profisiensi yang diselenggarakan oleh GD Deventer-Belanda dan Komite Akreditasi Nasional serta melaksanakan uji banding. BBPMSOH mengikuti uji profisiensi yang diselenggarakan oleh GD Deventer Belanda, yaitu : 1. Uji deteksi antibodi AI pada serum 2. Uji deteksi antibodi Salmonella serum 3. Uji deteksi antibodi IBV (Infectious Bronchitis Virus) pada serum 4. Uji deteksi antibodi Mycoplasma gallisepticum (Mg) dan Mycoplasma synoviae (Ms), pada serum 5. Uji deteksi antibodi RT-CHTRTv Turkey Rhinotracheitis Avian Pneumovirus (APV) pada serum. Sebagai lembaga yang telah terakreditasi, BBPMSOH juga mengikuti uji profisiensi yang diselenggarakan oleh KAN. Adapun uji profisiensi yang diikuti adalah : 1. Uji deteksi antibodi ND pada serum ayam 2. Uji deteksi antibodi AI pada serum ayam 3. Uji brucella pada serum sapi. Selain uji profisiensi, BBPMSOH juga melaksanakan uji banding secara aktif. Uji banding dilaksakana bersama dengan produsen obat hewan yang telah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) dan UPT lain seperti BBV Maros, BBV Wates dan BBV Denpasar. Adapun uji banding yang dilaksanakan: 1. Uji banding titer antibodi AI 2. Uji banding potensi oksitetrasiklin
20
3. Uji banding potensi tylosin 4. Uji banding sterilitas antibiotik injeksi 5. Uji banding sterilitas obat umum injeksi Realisasi pelaksanaan sasaran strategis kegiatan penguatan kelembagaan dan sistem mutu laboratorium tersebut yaitu terlaksananya uji profisiensi dan uji banding sebanyak 13 uji dari target 12 uji berhasil tercapai (108%). c. Peningkatan Kompetensi SDM BBPMSOH dilaksanakan melalui kegiatan Pelatihan, Workshop, seminar, pertemuan teknis yang diselenggarakan baik oleh BBPMSOH maupun instansi
luar
BBPMSOH.
Pelatihan
Pengenalan
dan
Dokumentasi ISO 9001:2008 serta Audit Internal diikuti oleh 30 orang, pelaksanaan pelatihan hewan percobaan, pelatihan K3 masing-masing sebanyak 30 peserta. Dengan demikian, dari target peningkatan kompetensi SDM sebanyak 10 % dari jumlah seluruh pegawai BBPMSOH dapat tercapai. Berdasarkan capaian realisasi dari masing-masing sasaran strategis dapat dikemukakan bahwa dari 4 (empat) sasaran strategis kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2012, dapat tercapai targetnya. Formulir Pengukuran Kinerja BBPMSOH Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 3.
B. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja Berdasarkan hasil pengukuran kinerja BBPMSOH tahun 2012, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja dari masing-masing sasaran kinerja dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Peningkatan pelaksanaan pelayanan pengujian mutu obat hewan. Realisasi pencapaian kegiatan pelaksanaan pengujian mutu obat hewan pada tahun 2012 yaitu untuk jumlah sampel pengujian obat hewan dalam rangka sertifikasi dari target sebanyak 480 sampel dapat terrealisasi sebanyak 760 sampel (158%). Sedangkan
21
sampel kiriman daerah dari target sebanyak 155 sampel dapat terrealisasi sebanyak 197 sampel (127%). Dengan demikian, pada kegiatan ini, target total sebanyak 635 sampel diperoleh realisasi sebanyak 957 sampel (144%). Jika dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahun 2011 yaitu dari total target sebanyak 625 sampel diperoleh realisasi sebanyak 718 sampel (114,88%), maka pada tahun 2012 terjadi kenaikan dalam pencapaian kinerja sebesar 29,12%. Rekapitulasi penerimaan sampel obat hewan untuk pengujian mutu dan sertifikasi obat hewan Tahun 2012 dan tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut yang melebihi 100%, maka sasaran strategis peningkatan pelaksanaan pelayanan pengujian mutu obat hewan berhasil tercapai. Faktor-faktor penyebab keberhasilan pencapaian sasaran strategis diantaranya karena: a. Masa berlakunya nomor registrasi obat hewan mengalami perubahan dari 5 tahun menjadi 10 tahun sejak tahun 2000 sehingga jumlah sampel yang akan diregistrasi ulang akan terjadi peningkatan pada TA 2011 dan tahun-tahun berikutnya. b. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan obat hewan yang bermutu membuat para produsen/importir obat hewan melakukan pengujian mutu obat hewan ke BBPMSOH. c. Meningkatnya perkembangan industri obat hewan baik sebagai produsen atau importir yang membuat/memasukkan obat hewan baru, sehingga setiap obat hewan baru yang akan diedarkan harus mendapat sertifikasi mutu di BBPMSOH. d. Meningkatnya kesadaran pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk melakukan pengawasan peredaran obat hewan di daerahnya masing-masing dengan mengirimkan sampel obat
22
hewan yang beredar di daerahnya masing-masing untuk dilakukan pengujian mutu obat hewan di BBPMSOH. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pencapaian sasaran strategis pengujian mutu obat hewan di tahun mendatang adalah: a. Mengoptimalkan
koordinasi
yang
lebih
efektif
dan
mensosialisasikan program dan kegiatan BBPMSOH kepada masyarakat pengguna jasa (produsen/importir obat hewan), Asosiasi Obat Hewan Indonesia, Instansi pemerintah Pusat dan Daerah untuk mencapai target yang ditetapkan. b. Mengoptimalkan fasilitas sarana dan prasarana laboratorium dan kandang uji hewan percobaan dalam melaksanakan pengujian mutu obat hewan sehingga pengujian dapat selesai tepat waktu. Hal ini dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pengguna jasa. c. Memperbaiki sarana peralatan laboratorium yang rusak atau melakukan penggantian peralatan yang rusak dengan peralatan yang baru agar proses pengujian mutu obat hewan dapat berjalan dangan baik dan lancar serta selesai tepat waktu. d. Menambah fasilitas laboratorium BSL-3 untuk pengujian produk biologik yang bersifat zoonosis. e. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia secara teknis dan administrasi dalam hal pengujian mutu obat hewan. 2. Peningkatan pelaksanaan pengkajian obat hewan. Berdasarkan realisasi pelaksanaan kegiatan pengkajian obat hewan tahun 2012 dengan total target sebanyak 947 sampel dan total realisasi sebanyak 948 sampel (%) mencapai lebih dari 100%, maka sasaran strategis peningkatan pelaksanaan pelayanan pengkajian obat hewan berhasil tercapai. Jika dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahun 2011 yaitu dari total target sebanyak 1451 sampel dan total realisasi sebanyak
23
1431 sampel (98,62%) belum mencapai 100%, maka pada tahun 2012 terjadi peningkatan pencapaian kinerja, namun dari jumlah sampel yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah sampel yang diperoleh pada tahun 2011. Hal ini karena pada tahun 2012, pengkajian virologi dilakukan dengan mengambil sampel serum darah anjing yang mempunyai tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan dengan mengambil serum darah ayam (pengkajian vaksin IB pada ayam tahun 2011). Rekapitulasi jumlah sampel pengkajian obat hewan tahun 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Lampiran 5. Faktor-faktor yang menjadi penyebab berhasilnya pencapaian sasaran strategis tersebut adalah: a. Koordinasi dengan dinas provinsi dan kabupaten terkait yang intensif untuk kelancaran proses pengambilan sampel di lapangan. b. Pengaturan
jadwal
yang
disesuaikan
antara
kondisi
pengambilan sampel di lapangan dengan jadwal pengujian di BBPMSOH sehingga dapat selesai tepat waktu. c. Untuk sampel pengkajian vaksin SE yang tidak mencapai target, pada saat pengambilan sampel di lapangan, sapi yang menjadi target pengambilan sampel serum darah, sudah tidak ada dilokasi. Hal ini karena pemiliknya sudah menjual sapinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian, jumlah sampel pengkajian secara keseluruhan dapat terrealisasi sesuai jumlah target yang ditetapkan. Langkah-langkah antisipatif yang perlu dilakukan untuk pencapaian sasaran strategis pengkajian obat hewan di tahun mendatang adalah: a. Mengoptimalkan
koordinasi
yang
lebih
efektif
dan
mensosialisasikan program dan kegiatan BBPMSOH kepada masyarakat pengguna jasa (produsen/importir obat hewan), 24
Asosiasi Obat Hewan Indonesia, Instansi pemerintah pusat dan daerah untuk mencapai target yang ditetapkan. b. Merencanakan kegiatan secara tepat dan matang serta berkoordinasi secara optimal dengan instansi terkait untuk proses pengambilan sampel pengkajian, agar sampel dapat diperoleh sesuai target yang ditetapkan. 3. Peningkatan pelaksanaan pelayanan pemantauan obat hewan. Realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut yaitu jumlah sampel yang diambil dalam rangka kegiatan pemantauan obat hewan yaitu vaksin rabies dari target sebanyak 32 sampel terealisasi sebanyak 32 sampel (100%). Jika dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahun 2011 yaitu dari total target sebanyak 27 sampel diperoleh realisasi sebanyak 32 sampel (118,5%), maka pada tahun 2012 juga dapat mencapai target kinerja lebih dari 100%. Rekapitulasi jumlah sampel pemantauan obat hewan tahun 2012 dan 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut yang melebihi 100%, maka sasaran strategis peningkatan pelaksanaan pelayanan pemantauan obat hewan berhasil tercapai. Faktor-faktor penyebab keberhasilan pencapaian sasaran strategis tersebut diantaranya karena adanya beberapa daerah yang sedang terjadi wabah rabies seperti di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Dalam hal ini pemerintah baik pusat maupun daerah menyalurkan vaksin rabies untuk penanggulangan wabah tersebut sehingga banyak vaksin rabies yang beredar di wilayah tersebut. Dengan demikian, adanya dukungan fasilitasi vaksin dan petugas di daerah yang kooperatif, mampu memberikan kemudahan dalam proses pengambilan sampel vaksin rabies di lapangan.
25
4. Peningkatan
penguatan
kelembagaan
dan
sistem
mutu
laboratorium. Realisasi pelaksanaan sasaran strategis kegiatan penguatan kelembagaan
dan
sistem
mutu
laboratorium
tersebut
yaitu
BBPMSOH menjadi laboratorium terakreditasi tingkat Nasional dengan mendapat 1 (satu) sertifikat akreditasi KAN berhasil tercapai (100%). Terlaksananya Uji Profisiensi dan Uji Banding dalam rangka pelaksanaan sistem mutu sebanyak 13 Uji berhasil tercapai (100%).
Dan
pelaksanaan
peningkatan
kompetensi
sumberdaya manusia BBPMSOH labih dari 10% berhasil tercapai. Selain itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat, Tahun 2012 BBPMSOH telah berhasil memperoleh Sertifikat ISO 9001:2008. Pada tahun 2011, kegiatan penguatan kelembagaan dan sistem mutu laboratorium, BBPMSOH menjadi laboratorium terakreditasi tingkat ASEAN dengan mendapat 1 (satu) sertifikat akreditasi ASEAN berhasil tercapai (100%). Salinan Sertifikat Akreditasi ASEAN, KAN, serta ISO 9001:2008 dapat dilihat pada Lampiran 7. Faktor-faktor penyebab keberhasilan pencapaian sasaran strategis pada tahun 2012 diantaranya karena adanya motivasi yang tinggi dari pimpinan dan staf BBPMSOH untuk mendapatkan akreditasi tingkat Nasional dari KAN-BSN dengan melaksanakan tindakantindakan perbaikan dari semua temuan assesor KAN. Akreditasi tingkat Nasional juga untuk melengkapi keberhasilan BBPMSOH terakreditasi tingkat ASEAN dan menjadi focal point (acuan) tingkat ASEAN dalam pengujian mutu obat hewan.
26
BAB IV PENUTUP 1. Pada tahun 2012 melaksanakan sasaran strategis sesuai rencana kinerja tahunan dan rencana strategis BBPMSOH yaitu sasaran strategis (1) Peningkatan pelaksanaan pelayanan pengujian mutu obat hewan; (2) Peningkatan pelaksanaan pelayanan pengkajian obat hewan; (3) Peningkatan pelaksanaan pelayanan pemantauan obat hewan; dan (4) Peningkatan penguatan kelembagaan dan sistem mutu laboratorium. 2. Berdasarkan Realisasi dari seluruh pelaksanaan sasaran strategis, BBPMSOH telah menunjukkan keberhasilan dalam pencapaian kinerja. Hal ini dapat dilihat dari target dengan rincian (1) pencapaian kegiatan pelaksanaan pengujian mutu obat hewan dari target total sebanyak 635 sampel diperoleh realisasi sebanyak 957 sampel (150%); (2) kegiatan pengkajian obat hewan dengan total target sebanyak 947 sampel diperoleh total realisasi sebanyak 948 sampel (100,1%); (3) kegiatan pemantauan obat hewan yaitu vaksin rabies dari target sebanyak 32 sampel terealisasi sebanyak 32 sampel (100%); (4) kegiatan penguatan kelembagaan dan sistem mutu laboratorium tersebut yaitu BBPMSOH mendapat 1 (satu) sertifikat akreditasi KAN (100%), Terlaksananya Uji Profisiensi dan Uji Banding sebanyak 13 uji dan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia BBPMSOH lebih dari 10%. 3. Keberhasilan capaian kinerja tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti meningkatnya kesadaran pengguna jasa untuk mendaftarkan produknya baik untuk obat hewan baru atau untuk daftar ulang, adanya peningkatan untuk kesadaran dari pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan obat hewan yang beredar di wilayahnya dengan melakukan pengujian obat hewan di BBPMSOH. 4. Sasaran kinerja pelaksanaan pengkajian obat hewan dapat tercapai, namun ada kendala teknis seperti sampel serum sapi yang sudah di vaksin di lapangan tidak tersedia karena sudah dijual oleh pemiliknya.
27
5. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pencapaian sasaran strategis adalah: a. Mengoptimalkan
koordinasi
yang
lebih
efektif
dan
mensosialisasikan program dan kegiatan BBPMSOH kepada masyarakat pengguna jasa (produsen/importir obat hewan), Asosiasi Obat Hewan Indonesia, Instansi pemerintah pusat dan daerah untuk pencapaian target yang ditetapkan. b. Mengoptimalkan fasilitas sarana dan prasarana laboratorium dan kandang uji hewan percobaan dalam melaksanakan kegiatan pengujian mutu, pengkajian dan pemantauan obat hewan sehingga pengujian dapat selesai tepat waktu. Hal ini dalam rangka
memberikan
pelayanan
prima
kepada
masyarakat
pengguna jasa. c. Memperbaiki sarana peralatan laboratorium yang rusak atau melakukan penggantian peralatan yang rusak dengan peralatan yang baru agar proses pelaksanaan pengujian mutu, pengkajian dan pemantauan obat hewan dapat berjalan dangan baik dan lancar serta selesai tepat waktu. d. Menambah fasilitas laboratorium BSL-3 untuk pengujian produk biologik yang bersifat zoonosis. e. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia secara teknis dan administrasi dalam hal pengujian mutu obat hewan.
Bogor,
Januari 2013
Kepala Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan
Drh. Enuh Rahardjo Djusa, Ph.D NIP. 19590513 198603 1 013
28