BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SEPEDA MOTOR DENGAN CARA LELANG ARISAN DI CV. AIDA A. Tinjauan tentang
Ketentuan Jual Beli Sepeda Motor Dengan Cara
Lelang Arisan Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.1 Agama menghendaki agar dalam pelaku jual beli itu senantiasa diperhatikan ketentuan-ketentuan yang bisa menjamin pelaksanaan maksudmaksud mulia yang diinginkan agama.2 Adapun beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam melaksanakan aktivitas jual beli yaitu: 1. Para pihak yang menyelenggarakan akad haruslah berbuat atas kemauan sendiri dengan penuh kerelaan. Ketentuan umum ini berdasarkan firman Allah dalam surat An-Nisa ayat: 29:
327
1
R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradtya Paramita, Jakarta, 1990, hal.
2
Helmi Karim, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 34
56
57
ﺽ ٍ ﻳَﺎﹶﺃﱡﻳﻬَﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳ َﻦ ﺀَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ ﻟﹶﺎ َﺗ ﹾﺄﻛﹸﻠﹸﻮﺍ ﹶﺃ ْﻣﻮَﺍﹶﻟ ﹸﻜ ْﻢ َﺑْﻴَﻨ ﹸﻜ ْﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒَﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ َﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠَﺎ َﺭ ﹰﺓ َﻋ ْﻦ َﺗﺮَﺍ (٢٩ : ِﻣْﻨ ﹸﻜ ْﻢ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling makan harta sesamanya dengan jalan yang batal melainkan dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”. (QS. An-Nisa:29).3 2. Di dalam melaksanakan akad tidak boleh ada unsur penipuan baik yang datang dari pihak penjual ataupun dari pembeli. Kedua pihak yang melaksanakan akad jual belipun dituntut memiliki pengetahuan yang memadai akan obyek yang mereka jadikan sasaran dalam jual beli/tidak mendatangkan perselisihan dikemudian hari. 3. Sesuatu yang diakadkan mestilah sesuatu yang sesuai dengan realita bukan sesuatu yang tidak berwujud. Maka obyeknya dapat diserahterimakan, berikut segala manfaatnya. 4. Manfaat dari sesuatu yang menjadi obyek transaksi jual beli mestilah berupa sesuatu yang berubah, bukan sesuatu yang haram.4 Perkembangan
masyarakat
ini
membawa
tendensi
timbulnya
bermacam-macam perjanjian jenis baru. Ini tidak mengherankan karena manusia itu selalu mencari kepuasan dengan berbagai cara dalam segala sesuatunya, apalagi dalam lapangan perniagaan. Seperti halnya jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan yang dilaksanakan di CV. AIDA bekerjasama dengan Dealer Suzuki dan Dealer
3
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, Jakarta, hal. 69 4 Helmi Karim, Op.Cit.
58 Nusantara mempunyai beberapa ketentuan (perjanjian) serta kewajiban para peserta, diantaranya: 1. Setoran arisan sebesar Rp. 110.000,- per bulan sampai arisan selesai 2. Peserta dapat mengikuti arisan lebih dari satu nama 3. Pembayaran dapat dilakukan di sekretariat AIDA Tailor, Yaik Permai Lt. II Blok VI No. 2 Ps Johar Semarang Telp. (024) 3561850 – 6730939 (jam 08.00 – 16.00) diambil di rumah/kantor peserta arisan dengan tambahan biaya Rp. 2.500,- (dalam kota) Rp. 5.000,- (luar kota) 4. Peserta wajib setor uang arisan paling lambat minggu keempat 5. Setiap anggota arisan berkewajiban membayar setoran sampai 100 kali, kecuali kalau ada sisa lelang sehingga bisa berkurang sebanyak sisa lelang yang ada. 6. Peserta terakhir akan mendapat uang Rp. 11.000.000,- walaupun arisan selesai dalam waktu 70 bulan 7. Peserta yang dalam 2 bulan berturut-turut tidak setor uang arisan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dianggap mengundurkan diri, dan uang yang sudah masuk hangus. 8. Harga kendaraan sama dengan harga dealer, dan ditambah administrasi 5% dari harga tersebut (harga price list) 9. kenaikan harga tidak mempengaruhi besarnya setoran 10. Lelang minimal 10% dari harga sepeda motor pada saat itu (sudah termasuk administrasi 5%, biaya notaris, asuransi kehilangan).
59 11. Lelang menggunakan system lelang tertutup dengan hasil lelang untuk semua peserta. 12. Mengikuti lelang, peserta harus sudah setor uang arisan pada bulan berjalan (sudah lunas). 13. Pemenang lelang yang tidak memenuhi kewajibannya dalam waktu 5 x 24 jam dianggap gugur dan digantikan oleh peserta arisan lain. 14. Jika peserta yang telah mendapatkan kendaraan, tidak setor walau hanya satu bulan (4 kali angsuran) pengurus dibenarkan/diijinkan mengambil barang jaminan tersebut. 15. Perpanjangan STNK oleh panitia sebelum masa arisan selesai dan biaya perpanjangan dari peserta/pemilik. 16. Peserta yang mengundurkan diri sebelum masa arisan selesai, uang yang telah
masuk
dikembalikan
60%
pada
saat
yang
bersangkutan
mengundurkan diri. 17. Jika peserta meninggal dunia sebelum masa arisan selesai, bagi yang mengundurkan diri dikembalikan 75% dari jumlah setiran yang telah dibayarkan. 18. Keterlambatan membayar setoran dikenakan denda Rp 500,- perhari, terhitung tanggal 11 tiap bulannya. 19. Perjanjian dan berita acara serah terima barang dilaksanakan didepan notaris yang ditunjuk. 20. Peserta wajib mematuhi segala aturan yang berlaku 5
5
Dokumen Arisan
60 Pada ketentuan-ketentuan di atas antara pihak kesatu (CV AIDA) dan pihak kedua (para peserta arisan) telah sepakat dan setuju untuk mengadakan perjanjian jual beli kendaraan bermotor, dimana pihak kesatu adalah pihak yang menjual kendaraan bermotor dan pihak kedua adalah pihak yang membeli kendaraan bermotor. Dengan adanya ketentuan-ketentuan di atas yang dibuat atas perjanjian dan kesepakatan bersama, maka mereka sama-sama tertolong artinya dari pihak pengurus dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang mereka buat, juga dari pihak peserta mereka tidak bisa bertindak seenaknya sendiri tetapi mereka masih mempunyai kewajiban dan mengikuti peraturan yang telah mereka buat bersama sampai arisan selesai. Pada ketentuan no. 1,2,3, dimana mereka membuat perjanjian mengenai peserta yang mengikuti arisan, besarnya uang arisan dan tempat arisan atas kesepakatan bersama mereka setuju dan melaksanakannya sesuai ketentuan. Dasar segala akad dalam Islam ialah sempurnanya segala rupa akad ()ﺍﻭﻓﻭﺍ ﺒﺎﻟﻌﻘﻭﺩ, maka wajiblah atas tiap-tiap orang yang menyempurnakan segala akad dan menepati segala janji, sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Seruan ini menetapkan agar tanggung jawab melaksanakan perjanjian. Pelaksanaan perjanjian merupakan perkara yang sangat penting.Memenuhinya berarti melaksanakan sesuatu yang sempurna. Ketentuan no. 4,5, bahwa semua peserta mempunyai kewajiban membayar arisan Rp. 110.000 setiap bulan sampai selesai.
61 Mengenai perjanjian di atas yakni kewajiban membayar setoran arisan itu merupakan angsuran yang wajib dibayarkan setiap bulan. Dibolehkan mengangsur (4x angsuran) sebagian sampai waktu yang telah ditentukan, yang demikian adalah kewajiban yang harus dipenuhi sesuai perjanjian. Sebagaimana diperkenankan orang muslim membeli secara kontan, maka begitu juga diperkenankan menangguhkan pembayaran itu sampai pada batas tertentu, sesuai dengan perjanjian.6 Ketentuan no. 6,8,9 disebutkan bahwa peserta terakhir mendapat uang Rp. 11.000.000 walau arisan selesai dalam waktu 70 bulan dan harga kendaraan sama dengan harga dealer dengan ditambah administrasi 5% dari harga tersebut. Ketentuan ini dilaksanakan oleh kedua belah pihak, sudah barang tentu karena ia tidak mau dirugikan. Hal ini sesuai dengan pasal 1460 kitab UndangUndang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut: jika kendaraan yang dijual itu berupa satu barang yang sudah ditentukan, maka orang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan dan si penjual berhak menuntut harganya.7 Ketentuan no. 10 disebutkan lelang minimal 10% dari harga sepeda motor pada saat itu. Ditentukannya lelang minimal, disini bukan berarti mereka membeli kendaran dengan harga lebih dan pengurus (penjual) akan mendapatkan keuntungan, akan tetapi harga tersebut sudah sesuai dengan harga kendaraan 6
Yusuf Qardawy, al-Halal wa al-Haram fi al- Islam, Terj. Mu’ammal Hamidy “Halal dan Haram dalam Islam”, Bina Ilmu, Jakarta, 1980, hlm. 371 7 R. Subekti, op-cit, hlm.328.
62 beserta membayar biaya-biaya lain. Adapun mereka lelang lebih dari 10% itu karena mereka ingin cepat mendapatkan sepeda motor dan saldonyapun milik semua peserta. Hal ini termasuk jual beli yang tidak mengandung tipuan. Karena semua peserta sudah mengetahuinya dan dijelaskan secara jujur oleh pengurus (penjual). Ketentuan no. 11, lelang menggunakan sistem lelang tertutup dengan hasil lelang untuk semua peserta. Dengan menggunakan sistem lelang tertutup maka akan menghindari perselisihan dan kecurangan yang mengakibatkan kerugian salah satu pihak. Karena apabila ada salah satu pihak yang dirugikan maka jual beli disini adalah jual beli yang terlarang. Karena tujuan jual beli adalah saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Ketentuan no. 12,18, pada ketentuan ini berkaitan dengan setoran uang arisan dan pembayaran denda yang harus dibayar
dari keterlambatan,
dimaksudkan untuk kepastian perjanjian itu sendiri. Untuk denda yang harus dibayar dari keterlambatan, Abu Haris mensinyalir suatu pendapat dari Imam Ahmad tentang seorang laki-laki yang menyewakan hewan kendaraan selama 10 hari dengan harga 10 dirham, maka jika penggunaan kendaraan itu lebih lama dari 10 hari, maka setiap hari membayar sewa 1 dirham, maka yang demikian itu boleh.8 Ketentuan no. 7,13,14, dalam ketentuan ini, dimana dia tidak bisa membayar angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati, baik 8
Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, Dār al-Kutb al-Ilmiyyah, juz VI, Beirut, Libanon, hal. 85
63 karena jatuh pailit ataupun karena dinyatakan tidak berhak lagi mengurus dan menguasai hartanya sehingga pihak pengurus diperkenankan/diizinkan mengambil barang jaminan. Dan kalau memang ketentuan dalam perjanjian mengharuskan kendaraan ditarik.barang jaminan itu diambil, boleh saja berdasarkan hadits:
ﻋﻦ ﺍﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﲕ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﰱ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻌﺪﻡ ﺍﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﻋﻨﺪﻩ 9 (ﺍﳌﺘﺎﻉ ﻭﱂ ﻳﻔﺮﻗﻪ ﺍﻧﻪ ﻟﺼﺎﺣﺒﻪ ﺍﻟﺬﻯ ﺑﺎﻋﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Rasulullah saw bersabda tentang orang yang tidak mampu membayar yaitu apabila barang itu masih berada ditangan pembelinya, maka bolehlah diambil lagi oleh penjual”. (HR. Muslim). Ketentuan no. 15 bahwa sebagai kelengkapan jalan pihak kedua hanya diberi STNK dan setelah arisan selesai atau bagi peserta yang sudah melunasi setoran maka pihak pengurus akan segera menyerahkan BPKB kendaraan bermotor berikut surat-surat lain. Surat-surat tersebut di atas adalah merupakan suatu kelengkapan atas kendaraan yang merupakan kelengkapan jalan, tanpa surat tersebut perjanjian jual beli kurang bermanfaat, sedangkan salah satu syarat jual beli adalah barangnya
harus
manfaat,
termasuk
disini
kelengkapan
yang
melingkupinya/menyertainya. Ketentuan no. 16,17, mengenai peserta yang mengundurkan diri sebelum masa arisan selesai maka dari pihak pengurus mengambil langkah sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian, yakni uang yang telah masuk
9
Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz III, Dār. Al-Kutb al-Alamiyah, Beirut, Libanon, hal. 1193-1194
64 dikembalikan 60% pada saat yang bersangkutan mengundurkan diri dan jika peserta
meninggal
dunia
sebelum
masa
arisan
selesai
bagi
yang
mengundurkan diri dikembalikan 75% dari jumlah yang telah dibayarkan. Karena tujuan dari segala perjanjian adalah untuk dipenuhi oleh orang yang berjanji. Faktor waktu adalah penting dalam hal perjanjian, terutama dalam lapangan perniagaan dan mereka harus menerima segala akibat yang terjadi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian hal ini sesuai dengan hadits:
ﻋﻦ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺩﺍﻭﺩ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﳌﺴﻠﻤﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻭﻃﻬﻢ 10 ()ﺭﻭﺍﻩ ﺩﺍﻭﺩ Artinya: “Dari Sulaiman bin Daud, Rasulullah bersabda: segala orang Islam berada di atas syarat-syarat yang mereka buat”. (HR. Abi Daud). Ketentuan no.19, setiap pihak yang membuat perjanjian pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut dinyatakan secara tegas dalam perjanjian yang dibuat itu. Dalam jual beli tujuan pihak yang menjual mengikatkan diri kepada pihak pembeli ialah untuk menyerahkan benda, sehingga penguasaan benda secara nyata ada pada pihak penjual. Islam melarang perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang tidak berada dalam penguasaan penjual, sebab bisa jadi barang tersebut sudah rusak atau tidak dapat diserahterimakan sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan. No.20 arisan sudah di undi beberapa kali dan mereka dapat mematuhi segala aturan yang berlaku.
10
Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sajistamy al-Azadi, Sunan Abi Daud, Juz III, Dār al-Fikr, , Beirut, hal. 169
65 Dalam hal ini berarti mereka bertanggung jawab atas perjanjian yang mereka buat. Pelakasanan perjanjian merupakan perkara yang sangat penting memenuhinya berarti melaksanakan sesuatu yang sempurna. Jika kita perhatikan beberapa ketentuan jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan di atas dari awal perjanjian tidak ada masalah karena tidak menyimpang dari aturan-aturan hukum Islam dalam bidang mu’amalat dan mereka telah mengadakan perjanjian atas kesepakatan bersama. Disebutkan dalam hadits: 11
( ﺍﳕﺎ ﺍﻟﺒﻴﻊ ﻋﻦ ﺗﺮﺍﺽ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli itu sah dengan saling merelakan”. (Riwayat Ibnu Hibban ) Sedangkan kata ( )ﻋﻥ ﺘﺭﺍﺽsebagaimana yang dikembalikan oleh Mustafa al-Maraghi yakni saling adanya dari kedua belah pihak penjual dan pembeli. Dalam hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah:
ﺍﻟﺮﺿﻰ ﺑﺎﻟﺸﺊ ﺭﺿﻰ ﲟﺎ ﻳﺘﻮﻟﺪ ﻣﻨﻪ Artinya: “Rela dengan sesuatu adalah rela dengan akibat yang terjadi daripadanya”.12 Jadi bila seseorang telah rela akan sesuatu atau menerima terhadap sesuatu atau mengizinkan terhadap sesuatu maka segala akibat atau rentetan persoalan yang terjadi dari apa yang diterimanya itu. Harus diterima dengan 11
al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibnu Yazīd al-Gazwiny, Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār al-Fikr, t.th. hal. 737 12 Mukhlis Usman, Kaidah-kaidah Istimbath Hukum Islam (kaidah-kaidah ushuliyyah dan fiqhiyyah), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.159
66 kata lain, kerelaannya itu berarti menerima segala resiko yang akan terjadi dari yang telah diterima itu. Dasar segala akad dalam Islam ialah sempurnakanlah segala rupa akad ( )ﺍﻭﻓﻭﺍ ﺒﺎﻟﻌﻘﻭﺩmaka akad dan menepati segala janji, sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Dalam qaidah fiqhiyyah ditegaskan:
ﺍﻻﺻﻞ ﰱﺍﻟﻌﻘﺪ ﺭﺿﻰ ﺍﳌﺘﻌﺎﻗﺪﻳﻦ ﻭﻧﺘﻴﺠﺘﻪ ﻣﺎ ﺍﻟﺘﺰﻣﺎﻩ ﺑﺎﻟﺘﻌﺎﻗﺪ Artinya: “Hukum pokok pada akad adalah kerelaan kedua belah pihak yang mengadakan akad hasilnya apa yang saling diiltizamkan (dipenuhi sesuai ketentuan) oleh perakadan (perjanjian)”.13 Dari redaksi ini menunjukkan bahwa suatu akad haruslah benar-benar didasarkan atas kehendak yang bebas (tanpa ada paksaan) yang timbul dari masing-masing pihak yang mengadakan akad. Oleh karena itu, mana kala terjadi suatu akad, dimana salah satu pihak tidak menginginkan/tidak menghendaki artinya dalam keadaan terpaksa, maka akad itu tidak sah/batal. Dengan demikian secara umum ketentuan-ketentuan yang ada dalam jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan apabila dikaitkan dengan aturan-aturan yang ada dalam hukum Islam sudah memenuhi syarat dan atas dasar saling rela sehingga menurut penulis ketentuan-ketentuan tersebut diperbolehkan karena sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
13
Ibid., hal. 44
67 B. Tinjauan terhadap Praktek Jual Beli Sepeda Motor dengan Cara Lelang Arisan Syarat jual beli adalah segala sesuatu yang harus ada untuk mewujudkan bukum jual beli sedangkan yang ada dalam jual beli adanya shighat akad dari kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli, adanya aqid orang yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli dan adanya ma’qud ‘alaih atau barang yang menjadi obyek jual beli. Pembahasan mengenai sighat akad dari kedua belah pihak baik penjual ataupun pembali telah diuraikan pada bab sebelumnya. Sedangkan mengenai adanya aqid atau orang yang melakukan akad yaitu penjual dan pembeli pada penjualan sepeda motor system lelang secara umum tidak ada masalah, karena antara penjual dan pembeli tetap ada. Maka pembahasan mengenai syarat jual beli disini akan difokuskan pada barang menjadi obyek jual beli. Untuk menjadikan sahnya jual beli telah lazim harus ada barang yang menjadi obyek jual beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual beli, sedangkan mengenai benda yang dijadikan obyek jual beli ini menurut pendapat ulama harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Bersih barangnya, 2. Dapat dimanfaatkan, 3. Milik orang yang melakukan akad, 4. Mampu menyerahkan, 5. Mengetahui, dan
68 6. Barang yang diakadkan ada ditangan.14 Bersih barangnya dalam kaitannya dengan jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan ini adalah tiada masalah, karena barang yang diperjualbelikan adalah sepeda motor, sehingga tidak tergolong benda-benda najis atau benda-benda yang diharamkan seperti khamer, arak atau yang lainnya. Dengan demikian dari segi dan syarat terhadap barang yang dijualbelikan itu harus bersih adalah tiada masalah. Sedangkan
kaitannya
dengan
syarat
terhadap
barang
yang
dijualbelikan adalah harus dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini sudah jelas bahwa sepeda motor adalah barang yang dapat dimanfaatkan karena sepeda motor bagi sebagian orang sudah merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi, baik itu menyangkut manfaat perorangan maupun manfaat obyektif. Sedangkan mengenai syarat bahwa barang yang dijadikan obyek jual beli adalah milik orang yang melakukan akad. Hal ini tiada masalah, karena barang yang diperjualbelikan milik Dealer Suzuki dan Dealer Nusantara yang bekerjasama dengan CV. AIDA. Dengan demikian mengenai pemilikan tiada masalah. Hak terhadap sesuatu itu menunjukkan kepada pemilikan. Adapun kaitannya dengan syarat mampu menyerahkan, maksudnya keadaan barang haruslah dapat diserahterimakan. Maka tidak sah jual beli terhadap barang yang tidak dapat diserahterimakan, akan tetapi wujud
14
Khairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Sinar Grafika, 1994, hlm. 37
69 penyerahannya di kemudian hari, maka dalam hal ini dapat menyalahi dari persyaratan terakhir, yaitu barang yang diakadkan harus ada di tangan.15 Seperti jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan yang terjadi di pasar Johar ini ada sedikit permasalahan yaitu saat sudah terjadi kesepakatan harga tetapi sepeda motor belum bisa diserahterimakan karena masih berada di dealer dan sepeda motor dapat diambil dikemudian hari. Hal ini dikarenakan cara pengambilan sepeda motor memerlukan waktu dan juga harus mempersiapkan surat-surat BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor). Walaupun penyerahannya tidak secara langsung pada saat akad itu terjadi tetapi sifat-sifatnya telah ditunjukkan dan ditentukan baik ukuran, jenis atau ciri-ciri yang lain. Dan jual beli tersebut diperbolehkan dalam Islam yang disebut dengan akad salam. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy-Syaukani:
16
ﺑﻴﻊ ﻣﻮﺻﻮﻑ ﰱﺍﻟﺬﻣﺔ ﻭﻳﺰﻳﺪ ﰱ ﺍﳊﺪ ﻳﺒﺪﻝ ﻳﻌﻄﻰ ﻋﺎﺟﻼ
Artinya: “Jual beli yang ditangguhkan dengan berdasarkan sifat-sifat, ditambah batas waktu penyerahan dengan pembayaran seketika (kontan)”. Hal tersebut juga pernah terjadi pada zaman Rasulullah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
15
Ibid., hal. 40 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad al-Syaukani, Nail Al-Authar, juz III, Dār. Al-kitab al-Araby, Beirut, Libanon, t.th. hlm. 226 16
70
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﻗﺪﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺍﳌﺪﻳﻨﺔ ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﻳﺴﻠﻔﻮﻥ ﰱ ﺍﻟﺘﻤﺮ ﺍﻟﻌﺎﻡ ﻭﺍﻟﻌﺎﻣﲔ ﻓﻘﺎﻝ ﻣﻦ ﺳﻠﻒ ﰱ ﲤﺮ ﻓﻠﻴﺴﻠﻒ ﰱ ﻛﻴﻞ ﻣﻌﻠﻮﻡ ﻭﻭﺯﻥ ﻣﻌﻠﻮﻡ 17 ()ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a berkata: suatu ketika Rasulullah saw. Datang ke Madinah pada saat penduduk sedang melakukan akad salam buah kurma selama satu tahun dan dua tahun. Kemudian Rasulullah saw. Bersabda: barang siapa melakukannya dengan menggunakan takaran dan timbangan yang diketahui”. (HR. Bukhari). Bentuk jual beli yang mendasarkan pada jual belinya dengan cara menyebutkan sifat-sifat obyek perikatan kepada pembeli dibolehkan. Maka kebolehannya tersebut didasarkan pada hak untuk melihat obyek perikatan yang dimaksud terlebih dahulu bagi calon pembeli sebelum berlangsungnya transaksi. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan unsur gharar yang mungkin terjadi dalam jual beli yang hanya didasarkan pada penyebutan sifat-sifat obyek perikatan lebih jauh lagi untuk mengantisipasi dan mengeliminir unsurunsur gharar yang masih mungkin terjadi. Maka disyaratkan tidak berubahnya materi obyek perikatan yang dimaksud setelah adanya ru’yah baik secara kualitas maupun kwantitas. Pada jual beli dengan cara penawaran beratas-atasan seperti yang terjadi dalam lelang yaitu menambah harga adalah tiada dilarang sebagaimana jual beli muzayadah.18 Dijelaskan dalam satu keterangan:
17
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari fi Syarhi al-Bukhari, juz IV, Dār al-Fikr, Beirut, t.th. hlm. 428 18 Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 86
71
ﻋﻦ ﺍﻧﺲ ﺭﺽ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﺑﺎﻉ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺣﻠﺴﺎ ﻭﻗﺪﺣﺎ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﺧﺪ ﻬﺗﻤﺎ ﺑﺪﺭﻫﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ:ﻳﺸﺘﺮﻯ ﻫﺬﺍ ﺍﳊﻠﺲ ﻭﺍﻟﻘﺪﺡ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻠﻰ ﺩﺭﻫﻢ؟ ﻓﺎﻋﻄﺎﻩ ﺭﺟﻞ ﺩﺭﳘﲔ ﻓﺒﺎﻋﻬﻤﺎ ﻣﻨﻪ )ﺭﻭﺍﻩ 19 (ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ Artinya: “Dr. Anas r.a. ia berkata: Rasulullah saw. Menjual pelana dan sebuah mangkok air, dengan berkata: siapa yang mau membeli pelana dan mangkok ini? Seorang laki-laki menyahut: aku bersedia membelinya seharga satu dirham, lalu Nabi berkata lagi, siapa yang berani menambah? Maka diberi dua dirham oleh seorang laki-laki kepada Beliau, lalu dijuallah kedua benda itu kepada laki-laki tadi”. (HR. Tirmidzi). Ibnu Abd al-Bar berkata: “Ulama sepakat bahwa tidak haram menjual barang kepada yang membelinya dengan harga yang lebih mahal.20 Maka dapatlah disebutkan disini bahwa proses tawar menawar pada lelang tersebut dianggap boleh dan sah. Kecuali apabila antara penjual dan pembeli setelah kesepakatan harga jual dan sudah senang saling menjual dan membeli tapi akad belum sempurna selesai lalu pihak ketiga melakukan penawaran yang lebih tinggi, inilah yang dilarang oleh Rasulullah. Dalam sistem dagang seperti lelang arisan sepeda motor ini, tidak terdapat unsur gharar karena barang yang diperjualbelikan dan harganya sudah jelas sehingga tidak timbul adanya unsur spekulasi yang dapat merugikan salah satu pihak yang pada ujungnya dalam jual beli tersebut tiada didasari saling rela. Sedangkan yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah apabila 19
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan at-Tirmidzi, Juz III, Dār.al-Fikr, t.th.
hlm.345
20
hlm.23
Al-San’any, Subul al-Salam, juz III, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang,
72 terdapat ketidakjelasan pada kadar benda yang ditransaksikan, baik itu barang yang dijual maupun harganya. Sehingga jual beli tersebut dapat dikategorikan sebagai jual beli yang mengandung unsur gharar. Bahwa gharar dan segala unsurnya sebagaimana dipahami dalam fiqh Islam adalah dilarang atas dasar suatu riwayat hadist :
ﻋﻦ اﺑﻰ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻧﻬﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻋﻦ ﺑﻴﻊ اﻟﺤﺼﺎﻩ وﻋﻦ ﺑﻴﻊ اﻟﻐﺮر 21
()رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ
Artinya :Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah telah melarang jual beli hasah dan jual beli gharar. (HR.Muslim) Jual beli sepeda motor di CV.AIDA ini menggunakan sistem lelangnya tertutup dikarenakan untuk menghindari kecurangan, perselisihan dan sebagainya. Sepanjang penulis amati tiada masalah karena praktek disini tidak memunculkan suatu kondisi persaingan yang dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Jika dilihat dari sisi pelelangan, mereka harus menambah uang lelang dengan batas minimal 10 % dari harga kendaraan. Akan tetapi dalam prakteknya sebagian dari mereka menambah kekurangan tersebut lebih dari 10 % , misalnya lelang sampai Rp.8.000.000,Kalaupun mereka lelang sampai Rp.8.000.000, itu karena keinginan mereka sendiri, mereka ingin cepat mendapatkan sepeda motor sedangkan dari panitia hanya memberikan batas minimal 10 % untuk kekurangan harga sepeda motor. Dan apabila terjadi kemungkinan dari semua peserta melelang
21
Imam Muslim,op-cit.,hlm. 659
73 hanya sampai batas minimum, itupun tidak akan merugikan peserta kalau peserta harus mengangsur sampai 100 bulan. Berarti angsuran setiap bulan Rp. 110.000 x Rp.100.000 = Rp.11.000.000. Jadi mereka tetap setor uang Rp. 11.000.000 dan kekurangan harga sepeda motor tersebut dari uang hasil lelang tersebut.Oleh karena itu, di antara kedua belah pihak tidak ada yang saling dirugikan. Dan apabila terjadi lelang lebih dari 10 % maka saldonya diakumulasikan untuk bulan berikutnya (2 kali undi) sehingga mereka tidak membayar angsuran sampai 100 kali. justru ini yang menguntungkan peserta karena walaupun uang lelang lebih dari 10 % tapi mereka tidak mengangsur sampai 100 kali (100 bulan ). Apabila dilihat dari sisi barang dan harga kendaraan, karena arisan ini berlangsung sampai bertahun-tahun, maka bisa saja terjadi fluktuasi harga baik harga kendaraan itu naik, turun ataupun kendaraan tersebut sudah tidak di produksi lagi. Jika terjadi hal semacam ini, misalnya harga kendaraan naik maka hal ini tidak akan mempengaruhi angsuran peserta setiap bulannya yaitu mereka tetap mengangsur Rp. 110.000/bulan dan kekurangannya itu tetap ditambah sendiri dengan cara lelang yaitu batas minimal lelang10 % dari harga kendaraan hanya untuk menambah angsuran untuk memperoleh harga 1 kendaraan. Adapun apabila terjadi harga kendaraan itu turun atau kendaraan sudah tidak diproduksi lagi, misalnya Suzuki maka dari pihak pengurus mencari alternatif yaitu mencari jenis kendaraan lain sesuai keinginan peserta dengan harga sebanding dengan harga Suzuki tersebut . sehingga dari peserta
74 membayar angsuran setiap bulannya tetap dan mereka tidak dirugikan dengan turunnya harga kendaraan. Jadi barang yang diperjual belikan ataupun harga kendaraan disini tetap dan sudah jelas, tidak mengandung unsur ketidakjelasan, spekulasi, keraguan dan sejenisnya yang dari unsur-unsur tersebut mengakibatkan adanya ketidakrelaan dalam jual beli tersebut. Akan tetapi semua peserta arisan sudah mengetahuinya karena sudah dijelaskan secara transparan oleh pengurus jaga diantara keduanya tiada masalah (aling rela). Seperti dalam surat an-Nisa, ayat : 29 :
ﺽ ٍ ﻳَﺎﹶﺃﱡﻳﻬَﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳ َﻦ ﺀَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ ﻟﹶﺎ َﺗ ﹾﺄﻛﹸﻠﹸﻮﺍ ﹶﺃ ْﻣﻮَﺍﹶﻟ ﹸﻜ ْﻢ َﺑْﻴَﻨ ﹸﻜ ْﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒَﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ َﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠَﺎ َﺭ ﹰﺓ َﻋ ْﻦ َﺗﺮَﺍ (٢٩ : ِﻣْﻨ ﹸﻜ ْﻢ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”(QS. Al-Baqarah : 29 )22 Yang diharapkan dalam Islam antara lain menyediakan secara jujur, terpercaya dan tidak mempermainkan harga dengan menambah harganya agar pembelinya membelinya dengan harga lebih.Dengan tanpa mengeksploitir fungsinya ini untuk kepentingan sepihak dan merugikan pihak yang lain tetapi sebaliknya apabila untuk memperlancar dan mempermudah proses transaksi keberadaannya tidak menjadi masalah. Adapun mengenai penentuan harga dapat disebutkan suatu riwayat hadits:
22
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 69
75
ﻏﻼﺍﻟﺴﻌﺮ ﰱ ﺍﳌﺪﻳﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ:ﻭ ﻋﻦ ﺍﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻳﺎﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﻏﻼ ﺍﻟﺴﻌﺮ ﻓﺴﻌﺮ ﻟﻨﺎ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ:ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻥ ﺍﷲ ﻫﻮ ﺍﳌﻌﺴﺮ ﺍﻟﻘﺎﺑﺾ ﺍﻟﺒﺎﺳﻂ ﺍﻟﺮﺍﺯﻕ ﻭﺍﱏ ﻻﺭﺟﻮﺍﺍﻥ:ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻘﻲ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﻭﻟﻴﺲ ﺍﺣﺪ ﻣﻨﻜﻢ ﻳﻄﻠﱭ ﲟﻈﻠﻤﺔ ﰱ ﺩﻡ ﻭﻻ ﻣﺎﻝ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﳋﻤﺴﺔ ﺍﻻ 23 (ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﳊﺎﻛﻢ Artinya: “Anas bin Malik RA. Bercerita, bahwa pada masa Rasulullah saw. Masih hidup terjadi kenaikan harga, sehingga orang banyak berkata kepada rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah! Harga barang-barang telah naik, karena itu terpaksa harga penjualan kami naikkan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang menetapkannya harga ialah Allah, yang menahan dan melepaskan rezeki. Oleh sebab itu saya mengharapkan agar saya menemui Allah swt. Dalam keadaan tidak seorangpun dari saudara-saudaranya yang minta tolong kepadaku, karena nyawa dan hartanya teraniaya”. Jadi jika kenaikan harga disebabkan kenyataan dan bukan karena dimainkan spekulator, maka tentu tidak terlarang, agar pedagang tidak bangkrut dan tentulah mereka dapat meneruskan pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian praktek jual beli sepeda motor yang ada di pasar Johar syah, karena sudah memenuhi asas ‘an tarodin ()ﻋﻦ ﺗﺮاض. Hal ini dapat di dibuktikan setelah penulis wawancara kepada beberapa peserta arisan mengenai motivasi mereka mengikuti arisan ternyata antara kedua belah pihak terutama pihak pembeli tidak ada yang merasa dipaksakan (rela). Adapun faktor yang mendorong mereka mengikuti arisan adalah: a). Motivasi keuntungan
23
Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram, hlm. 165
76
Adapun keuntungan yang mereka peroleh adalah mereka bisa mendapatkan kendaran dengan mudah tapi angsuran lebih ringan jika dibandingkan dealer.
Memberikan kebebasan kepada mereka apabila ternyata di tengahtengah arisan mereka mengundurkan diri.
Semua surat-surat BPKB dan biaya lain ditanggung pengurus dan peserta tinggal menerima bersih.
b). Karena hajat Seperti yang telah penulis sebutkan dimuka, sepeda motor merupakan kebutuhan masyarakat. Hampir sebagian masyarakat sudah mempunyai sepeda motor selain untuk memudahkan transportasi mereka atau mungkin sebagai sumber mata pencaharian. c) Mereka menganggap menabung atau mendisiplinkan diri untuk menabung. d) Praktis atau mudah dan ada badan hukumnya sehingga mereka merasa terlindungi dan aman. Prinisp utama dalam mu’amalah adalah saling rela atau suka sama suka antara kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli. Hal ini telah ditegaskan dalam firman Allah surat An-Nisa ayat: 29:
ﺽ ٍ ﻳَﺎﹶﺃﱡﻳﻬَﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳ َﻦ ﺀَﺍ َﻣﻨُﻮﺍ ﻟﹶﺎ َﺗ ﹾﺄﻛﹸﻠﹸﻮﺍ ﹶﺃ ْﻣ َﻮﺍﹶﻟ ﹸﻜ ْﻢ َﺑْﻴَﻨ ﹸﻜ ْﻢ ﺑِﺎﹾﻟﺒَﺎ ِﻃ ِﻞ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﺃ ﹾﻥ َﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﺗﺠَﺎ َﺭ ﹰﺓ َﻋ ْﻦ َﺗﺮَﺍ (٢٩ : ِﻣْﻨ ﹸﻜ ْﻢ )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”(QS. Al-Baqarah : 29 )24 24
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 69
77 Dan Nabi SAW bersabda:
ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ: ﲰﻌﺖ ﺍﺑﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﳋﺪﺭﻯ ﻳﻘﻮﻝ:ﻋﻦ ﺩﺍﻭﺩﺑﻦ ﺻﺎﱀ ﺍﳌﺪﱏ ﻋﻦ ﺍﺑﻴﻪ ﻗﺎﻝ 25 ( ﺍﳕﺎ ﺍﻟﺒﻴﻊ ﻋﻦ ﺗﺮﺍﺽ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ: ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ Artinya: “Dari Daud bin Shaleh Madani, dari ayahnya berkata saya telah mendengar dari Abu Said Khudri, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jual beli terjadi dengan kerelaan”. (HR. Ibnu Majah). Di samping itu dalam mu’amalah yang juga dipentingkan adalah untuk kemaslahatan umat, hal ini selaras dengan kaidah kaidah fiqh yang berbunyi: 26
ﺍﳊﻜﻢ ﻳﺘﺒﻊ ﺍﳌﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﺮﺍﺟﺤﻪ
Artinya: “Hukum mengikuti kemaslahatan yang lebih kuat”. Dari kaidah fiqh di atas menjelaskan, bahwa yang dikehendaki oleh hukum Islam adalah untuk kemaslahatan manusia baik individu maupun kelompok dalam kemasyarakatan, yang dikehendaki oleh Islam di sini adalah kemaslahatan ini juga meliputi kemaslahatan jasmani dan rohani, yang pada akhirnya adalah menuju kemaslahatan di dunia dan akhirat kelak. Sebagaimana yang terkandung dalam kitab-kitab ushl fiqh, bahwa pembentukan hukum itu tidak dimaksudkan kecuali merealisir kemaslahatan umat manusia, artinya mendatangkan keuntungan bagi mereka dan menolak madlarat serta menghilangkan kesusahan atau kesulitan dari padanya. Maslahat
25
Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazīd al-Qazwiny, Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār. Al-Fikr, Beirut, t.th., hlm. 737 26 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm. 79
78 menjadi baru menurut keadaan umat manusia dan berkembang menurut perkembangan lingkungan.27 Demikian juga halnya jual beli dengan cara lelang arisan yang terjadi di pasar Johar tersebut merupakan hal baru dalam jual beli pada masa sekarang ini, yang mana penulis telah mengadakan penelitian secara langsung kepada para pihak yang bersangkutan mengenai praktek maupun prosesnya (pada bab III), ternyata tidak menyimpang dari ketentuan hukum Islam sehingga nampak kemaslahatannya, yaitu:
Saling memudahkan antara kedua belah pihak sehingga tercermin unsur tolong-menolong.
Tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat.
Kedua belah pihak saling menguntungkan Akan tetapi selain banyak keuntungan yang kita peroleh, setiap pekerjaan
pasti mempunyai sisi negatif. Dalam arisan inipun mempunyai kekurangankekurangan di antaranya : 1. Ada beberapa peserta yang terlambat membayar setoran arisan 2. Kurangnya partisipasi peserta dalam pelelangan sepeda motor 3. Target arisan adalah mendapatkan sepeda motor, akan tetapi peserta yang mendapatkan arisan terakhir kalau tidak ada yang lelang maka tidak bisa mendapatkan sepeda motor.
27
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang, 1994, hlm. 116
79 4. peserta yang ingin mendapatkan arisan harus menyediakan uang terlebih dahulu, maka orang yang tidak punya uang, tidak bisa menjadi penarik (pemenang). Mungkin itu beberapa kekurangan menurut penulis dalam jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan yang ada di pasar johar. Dengan demikian, secara umum tentang syarat-syarat jual beli apabila dikaitkan dengan jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan, maka jual beli arisan itu sudah memenuhi syarat-syarat umum jual beli, sehingga menurut hemat penulis, bahwa jual beli sepeda motor dengan cara lelang arisan syah dalam pandangan Islam.
80 DAFTAR PUSTAKA Lubis, Surahwadi K,Hukum Ekonomi Islam, Edisi I, cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, t.th. Rambi, Samsir, Surat menyurat dan Komunikasi, Edisi I al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ‘Ala Mazahib al-Arba’ah, juz III, Al-Maktabah at-tijariyah al-Kubra, cet. VI, Mesir, t.th. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976 Kartono, Kartini,Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, bandung, 1990 Azwar, Syaifuddin,Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999 Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo setiady,Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara, Jakarta, 2000 Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metodologi Penelitian Survey, Pusat Penelitian dan Study Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1981 al-Marbawy Idris Muhammad, Kamus Idris al-Marbawy, al-Hidayah, Surabaya, t.th. Taqiyuddin Imam, Kifayah al-Akhyar, juz I, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang t.th Ma’luf Louis, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-A’lam, Dar al-Masyriq, Beirut, t.th. as-San’any al-Kahlany bin Ismail Muhammad, Subul as-Salam, juz III, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang, t.th. al-Assal Muhammad Ahmad dan al-Karim Ahmad Fathi : Al-Nizam al-Iqtishad fi al-Islam, Maktabah wa Matba’ah Bakker Anton dan Zubair Charris Achmad : Metodologi Pendekatan Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990 Sabiq Al-Sayyid : Fiqh al-Sunnah, jilid III, Dar al-Fikr, Beirut, 1983 al-Anshari Zakaria Yahya Abi Syaih : Fath al-Wahhab, juz I, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang. T.th. Subekti R, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradtya Paramita, Jakarta, 1990 Karim Helmi, Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penterjemah/Penafsir AlQur’an, Jakarta Qardawy Yusuf, Al-Halal wa al-Haram fi al- Islam, Dār al-Ma’rfah, 1983 Abdul Muhammad Kadir, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992
Qudamah bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Abdullah
81 : Al-MughniDār al-Kutb al-Ilmiyyah, juz W, Beirut, Libanon Imam Muslim : Shahih Muslim, Juz III, Dār. Al-Kutb al-Alamiyah, Beirut, Libanon Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sajistamy al-Azadi : Sunan Abi Daud, Dār al-Fikr, Juz III, Beirut Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibnu Yazīd al-Gazwiny : Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār al-Fikr, t.th Asymuni A. Rahman : Qaidah-qidah Fiqh, Bulan Bintang, Jakarta, 1976 Ahmad M. Syaifuddin: Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1992, hal. 231 Khairuman Pasaribu : Hukum Perjanjian dalam Islam, Sinar Grafika, 1994 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad al-Syaukani : Nail Al-Authar, juz V, Dār. Al-Hadits, Kairo, t.th. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani : Fath al-Bari fi Syarhi al-Bukhari, juz IV, Dār al-Ma’arif, Beirut, t.th. Hendi Suhendi: Fiqh Mu’amalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah : Sunan at-Tirmidzi, Juz III, Dār.al-Fikr, t.th. Al-San’any : Subul al-Salam, juz III, Maktabah wa Matba’ah, Toha Putera, Semarang Ibnu Hajar al-Asqalany : Bulughul Maram, Maktabah Al-Alawiyah, t.th. Al-Hafidl Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazīd al-Qazwiny : Sunan Ibnu Majah, juz II, Dār. Al-Fikr, Beirut, t.th Fathurrahman Djamil : Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997 Abdul Wahab Khalaf : Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama, Semarang, 1994 Sulaiman Rasyid : Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1994 Ahmad Warson Munawar : Kamus Al-Munawir, Unit Pengembangan Pengadaan Buku Ilmiah Keagamaan P.P. Al-Munawir, Yogyakarta, 1984 Hasbi Ash-Shiddieqy : Pengantar Fiqh Mu’amalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1980 Wahbah Az-Zuhaily : Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuhu, juz IV, Dar al Fikr, Beirut, Mesir, t.th. Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti : Al-Jamius-Shaghir, juz II, al-ma’arif, Bandung, t.th. Hasbi Ash-Shiddieqy : Filsafat Hukum Islam, Bulan Bintang, Bandung, 1975
82
83
b). Motivasi keuntungan
Adapun keuntungan yang mereka peroleh adalah mereka bisa mendapatkan kendaran dengan mudah tapi angsuran lebih ringan jika dibandingkan dealer.
Memberikan kebebasan kepada mereka apabila ternyata di tengahtengah arisan mereka mengundurkan diri.
Semua surat-surat BPKB dan biaya lain ditanggung pengurus dan peserta tinggal menerima bersih.
84 c). Karena hajat Seperti yang telah penulis sebutkan dimuka, sepeda motor merupakan kebutuhan masyarakat. Hampir sebagian masyarakat sudah mempunyai sepeda motor selain untuk memudahkan transportasi mereka atau mungkin sebagai sumber mata pencaharian. d). Mereka menganggap menabung atau mendisiplinkan diri untuk menabung. e). Praktis atau mudah dan ada badan hukumnya sehingga mereka merasa terlindungi dan aman.