BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Strategi Perusahaan Analisis strategi merupakan titik awal yang penting untuk penilaian bisnis dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis strategi memungkinkan peneliti untuk menyelidiki keadaan ekonomi suatu perusahaan pada tingkat kualitatif. Analisis strategi menyangkut analisis industry dari perusahaan Gajah Tunggal dan strateginya untuk menciptakan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. Analisis strategi yang digunakan penulis untuk penilaian bisnis dibatasi dengan menggunakan analisis SWOT dan analisis persaingan industri ( analisis pesaing Porter). IV.1.1 Analisis SWOT Analisis SWOT dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai situasi strategi perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan melihat pengaruh sisi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan, serta pengaruh eksternal yang berupa peluang dan ancaman. Kesesuaian antara pengaruh internal dan eksternal akan memaksimalkan kekutan dan peluang dan mengurangi kelemahan dan ancaman. Dari hasil analisis SWOT pada perusahaan Gajah Tunggal Tbk akan memberikan gambaran efektif dan efisiensi strategi perusahaan PT Gajah Tunggal dari faktor internal dan eksternal. Faktor Internal Kekuatan Perusahaan :
70
1. Merupakan pemimpin pasar pada produk ban sepeda motor saat ini. Hal ini dibuktikan dengan mendapatkan empat penghargaan dalam empat tahun berturut – turut. ( Top of market Share ) 2. Mempunyai divisi atau anak perusahaan yang mendukung untuk memproduksi ban yang berguna untuk mengurangi biaya produksi perusahaan. 3. Memiliki produk – produk yang unik dan berbeda dari pesaingnya yaitu Champiro ECO ( Ban ramah lingkungan ), ban salju ( musim dingin ) dan ban drifting multi warna 4. Memiliki sumber daya manusia professional, terpercaya, kompeten dan tekun yang sebagian besar karyawannya telah bergabung dengan perusahaan sejak lama sebagai kunci bagi perusahaan mencapai visinya. 5. Berkomitmen untuk program tanggung jawab social perusahaan ( CSR ) dengan program mengembangkan empat pilar (kesehatan, pendidikan, pengembangan masyarakat dan lingkungan ) yang telah menerima berbagai penghargaan untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat. 6. Mendapatkan banyak penghargaan dari Museum Rekor Indonesia dan penghargaan merek asli dari Indonesia yang diakui oleh dunia. 7. Memiliki perputaran barang atau inventory yang cukup cepat. 8. Memiliki rasio likuiditas yang cukup baik dibandingkan dengan pesaingnya. Kelemahan Perusahaan : 1. Sewaktu – waktu dapat mengalami kerugian karena hutang dalam denominasi US Dollar Amerika. ( bergantung pada apresiasi nilai Rupiah )
71
2. Harga bahan baku ( karet alam ) yang cenderung meningkat menjadi suatu beban perusahaan. 3. Skor Altman yang berada pada gray area menunjukkan potensi perusahaan untuk dapat mengalami masalah kebangkrutan dapat terjadi dan dapat terlepas dari masalah kebangkrutan. 4. Perputaran piutang yang menurun dan semakin lambat untuk di konversi menjadi kas 5. Struktur permodalan Perusahaan yang kurang sehat. Faktor Eksternal Peluang Perusahaan : 1. Perusahaan merupakan perusahaan yang sudah dikenal di Indonesia dan di luar Indonesia sejak lama. 2. Akses situs internet www.gt-tires.com untuk memudahkan akses informasi dan publikasi perusahaan untuk para pemegang saham dan masyarakat umum yang ingin berinvestasi. 3. Acara – acara rutin yang sering diselenggarakan oleh PT Gajah Tunggal Tbk berupa acara – acara otomotif yang ikut serta mendukung didalam sektor penjualan perusahaan dan brand awareness. 4. Meningkatnya penjualan kendaraan bermotor tahun demi tahun
yang
mempengaruhi kegiatan produksi Perusahaan dan pasar OE ( Original Equipment ). Hambatan : 72
1. Persaingan bisnis di industry yang sejenis dengan perusahaan lain cukup ketat 2. Meningkatnya harga bahan baku karet alam yang memberatkan perusahaan dalam kegiatan produksinya. 3. Kurs mata uang rupiah terhadap dolar yang tidak menentu. 4. Produk pesaing yang memiliki harga bersaing 5. Ban motor yang diimpor secara illegal merupakan ancaman bagi perusahaan karena harga ban import illegal tersebut lebih murah. 6. Konsumen yang lebih memilih produk ban import ( dari Jepang, Amerika dan Eropa ) dari pada memakai produk dalam negeri sendiri. IV.1.2 Analisis Persaingan Industri Pada analisis persaingan industri, penulis menggunakan metode dengan menggunakan analisis persaingan porter. Analisis Porter menunjukkan keadaan persaingan dalam industry yang bergantung pada lima kekuatan persaingan pokok. Yaitu, Persaingan industry, Masuknya pesaing baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar pembeli. ¾ Persaingan Industri PT Gajah Tunggal Tbk merupakan perusahaan dalam negeri yang begerak dalam industry karet, lebih spesifiknya ialah dalam memproduksi ban untuk kendaraan roda dua, roda empat maupun truk dan bus. Perusahaan sendiri mempunyai perusahaan pesaing yang bergerak di industri yang sejenis untuk memproduksi ban kendaraan yang digunakan oleh masyarakat umum. Berikut ini ialah
73
beberapa perusahaan pesaing yang mempunyai segmen produk yang sejenis dengan PT Gajah Tunggal : •
PT Goodyear Indonesia Tbk
•
PT Multisrada Arah Sarana Tbk
•
PT Bridgestone Indonesia
Perusahaan diatas tersebut mempunyai produk bersaing yang dimiliki oleh PT Gajah Tunggal Tbk khususnya produk ban yang dipakai oleh masyarakat umum ( mobil dan motor pribadi ). Contoh produk yang bersaing dalam persaingan perusahaan ini seperti pada PT Gajah Tunggal mempunyai produk unggulan untuk kendaraan roda empat yaitu GT Radial Champiro HPY dan Champiro HPX dalam berbagai ukuran yang digunakan masyarakat umum. Pada PT Multistrada Arah Sarana produk yang fokus dipasarkan ialah Achilles ATR Sport dan Achilles Platinum, PT Goodyear Indonesia mempunyai produk unggulan yaitu ban Goodyear Duraplus dan Goodyear NCT 5 untuk kendaran penumpang . Sedangkan untuk PT Bridgestone Indonesia mempunyai produk Bridgestone Potenza dan Turanza yang merupakan produk yang mempunyai harga yang tertinggi dibandingkan dengan produk – produk dari ketiga perusahaan tersebut. Produk dari ketiga perusahaan yang disebut diatas tersebut mempunyai segmen pasar yang sama yaitu masyarakat umum pengguna mobil pribadi. Untuk ban kendaraan beroda dua, PT Multistrada Arah Sarana Tbk mempunyai produk ban motornya yaitu Corsa yang terdiri dari beberapa varian dan ukuran. Sedangkan untuk PT Gajah Tunggal Tbk mempunyai produk IRC
74
yang terdiri dari beberapa macam produk ban sepeda motor yang termasuk pemimpin pasar dalam produk sepeda motor pada masa sekarang ini. ¾ Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru Kemungkinan hadirnya para kompetitor baru dalam pasar yang berkembang pesat seperti Indonesia bukanlah hal yang mengejutkan bagi perusahaan Gajah Tunggal Tbk. Perusahaan Gajah Tunggal sudah berkompetisi dan bersaing selama lebih dari dua puluh tahun di pasar Indonesia maupun di luar Indonesia. PT Gajah Tunggal Tbk terus menghadapi persaingan dengan pesaing lama dan baru dengan cara focus untuk berinovasi dan memproduksi produk berkualitas untuk meningkatkan brand equity merek GT Radial, sebagai merek global Indonesia yang terbesar sampai saat ini. Untuk tiga tahun terakhir ini pesaing baru yang dihadapi perusahaan bukanlah perusahaan baru yang muncul, melainkan produk – produk baru yang bermunculan dengan harga yang lebih bersaing dengan produk PT Gajah Tunggal khususnya GT – radial. Seperti pada PT Multistrada arah sarana Tbk yang mengeluarkan ban radial dengan merek Achilles atr sport untuk masyarakat umum dengan harga yang bersaing dikelasnya. Begitu pula Bridgestone yang mengeluarkan produk Potenza GIII dengan teknologi kecepatan tinggi . Pada PT Goodyear Indonesia meluncurkan produk ban terbarunya yaitu Assurance Fuel Max . Seperti Produk Gajah Tunggal yang bernama Champiro ECO, ban dari produk goodyear ini diklaim ramah lingkungan dan hemat dalam pemakaian bahan bakar. Namun dengan munculnya produk – produk baru yang telah dikeluarkan oleh pesaing perusahaan, tidak terlalu berpengaruh besar terhadap kegiatan penjualan yang 75
dijalankan oleh PT Gajah Tunggal Tbk. Hal ini dibuktikan perusahaan dengan meningkatnya penjualan setiap tahunnya . Pada tahun 2008 penjualan mengalami peningkatan pada penjualan sebesar 20%. Dan pada tahun 2010 penjualan meningkat sebesar 24.16% dari 7,936,432 menjadi 9,853,904. PT Gajah Tunggal Tbk juga berinovasi untuk memproduksi produk –produk yang berbeda dengan lainnya. Seperti tiga produk yang diakui Museum Rekor Indonesia sebagai ban pertama yang ada di Indonesia. Penghargaan tersebut ialah Ban ramah lingkungan pertama yang diproduksi oleh Indonesia ( Champiro ECO ), Ban dengan bubuhan salju yang pertama di Indonesia dan Ban asap dengan multi warna yang pertama dibuat di Indonesia. Begitu pula dengan produk ban sepeda motor yang diberi penghargaan Top Brand pada tahun 2007, 2008 , 2009 dan 2010. Penghargaan ini mengakui posisi merek yang unggul yang dimiliki ban sepeda motor di pasar Indonesia. ¾ Produk Pengganti Produk pengganti merupakan produk –produk yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industry. Pada persaingan industri karet khususnya ban, ancaman produk pengganti cukup kuat pada bisnis ini. Karena setiap perusahaan
dan Perusahaan pesaing masing – masing mengeluarkan
produk yang sejenis dan hampir sama fungsinya bagi para konsumen. Produsen ban yang bersaing pun berusaha untuk mereduksi biaya produksinya agar harga yang ditawarkan kepada konsumen dapat mengalami penurunan dan bersaing dengan produsen ban lain. Namun dalam kasus ini konsumen ( pemakai ban ) cenderung setia untuk menggunakan produk ban yang sudah dipakai sebelumnya dibandingkan untuk mengganti produk yang biasa sudah dipakai. 76
¾ Kekuatan Tawar Menawar Pemasok PT Gajah Tunggal memiliki keunggulan dalam hal produksi karena mempunyai kedekatan dalam bahan baku yang dibutuhkan dalam memproduksi ban. Bahan baku yang digunakan ialah karet alam, karet sintetis, kainban, karbonhitam dan kawat baja. Untuk kain ban dan karet sintetis diproduksi oleh Perusahaan sendiri untuk memastikan ketersediaan dan memperkuat pengendalian biaya. Pada tahun 2010 sebesar 61% produksi dari karet sintetis dan 56% produksi kain ban adalah untuk penggunaan internal perusahaan. Sisanya dijual kepada pihak ketiga. Selain itu Perusahaan juga berupaya untuk mempertahankan keseimbangan antara pengaturan pasokan bahan baku jangka panjang seperti karet alam dan bahan kimia lainnya. ¾ Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Untuk pasar domestik
kekuatan pembeli ada pada pesar OEM ( Original
Equipment Manufacturer ) dimana produksi kendaraan bermotor berpengaruh terhadap pembelian ban sebagai bahan baku produksi kendaraan bermotor. Selain itu
PT Gajah Tunggal Tbk juga memberikan dukungan teknis dan
pemasaran bagi para distributor dan perluasan keberadaan Perusahaan secara langsung hadir melalui konsep ritel, yaitu Tire Zone , yang akan memperkuat citra merek GT Radial. Perusahaan berfokus pada saluran distribusi milik Perusahaan sendiri. Konsep Tire Zone menggambarkan salah satu inovasi yang mencerminkan tekad Perusahaan untuk mengambil porsi yang lebih besar dari pasar retail Indonesia. Tire Zone merupakan sebuah gerai ritel dengan beragam merek yang didirikan melalui kerjasama dengan Michellin, menawarkan berbagai merek seperti GT Radial dan Michellin secara bersamaan menyediakan 77
layanan yang terkait dengan ban guna memenuhi kebutuhan ban konsumen. Pendirian konsep toko ritel tire zone bersama – sama dengan Michellin memungkinkan perusahaan untuk mendistribusikan ban radial Perusahaan ke pasar ritel yang lebih luas dan memberi kemudahan kepada pembeli. Pada tahun 2007 ini, Perusahaan juga mulai mendistribusikan ban radial dan ban sepeda motor Perusahaan didalam negeri melalui Carrefour, peritel besar di Indonesia. Dengan menambah jumlah outlet ritel masyarakat dapat lebih mudah untuk membeli ban – ban produksi Perusahaan. Sedangkan untuk kegiatan eksport, Perusahaan mempunyai kontrak kerjasama untuk mengesport hasil produksinya kepada Michellin salah satu produsen ban yang sudah besar untuk memproduksi ban yang dieksport ke Michellin. PT Gajah Tunggal Tbk juga memproduksi ban salju untuk musim dingin kepada Nokian tyres dan ban drifting multiwarna yang ditujukan kepada pasar di Negara – Negara Eropa. Untuk kekuatan tawar menawar pembeli pada kegiatan eksport pada saat ini lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tawar menawar pembeli di pasar Domestik. Pada lima kekuatan pokok persaingan industry yang ada di atas, resiko terbesar yang dapat dihadapi Perusahaan Gajah Tunggal Tbk ialah ancaman dari produk pengganti. Pada hal ini perusahaan – perusahaan pesaing yang bergerak pada industri yang sama dengan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk memproduksi barangnya seefisien dan seefektif mungkin untuk menghasilkan harga yang bersaing pada Industri ini. Perusahaan harus tetap berinovasi dalam memproduksi dan mengembangkan produk – produknya agar dapat bersaing dengan perusahaan pesaingnya karena produk yang 78
dihasilkan dalam industri karet atau ban kendaraan bermotor ini mempunyai fungsi yang sama namun mempunyai kualitas dan harga yang berbeda – beda pula. IV.1.3 Implementasi Strategi Perusahaan Perusahaan menjalankan dan mengembangkan strategi yang dijalankan untuk mengoptimalkan kekuatan dan peluang perusahaan dan menghadapi kelemahan dan ancaman perusahaan. Berikut perkembangan strategi yang dijalankan perusahaan Gajah Tunggal Tbk dalam menjalankan bisnisnya : Strategi Penetrasi dan Pengembangan Pasar Pada strategi penetrasi pasar, untuk menghadapi persaingan dari produk – produk pesaingnya, perusahaan melakukan pemasaran dengan mengadakan berbagai macam acara untuk mempromosikan produknya agar lebih dikenal dengan masyarakat atau konsumen. . Disamping dengan menggunakan media iklan konvensional, seperti papan iklan, surat kabar, radio dan televisi, PT Gajah Tunggal Tbk aktif menjadi mengorganisir beberapa acara otomotif di Indonsia. Acara tersebut ialah •
Berkendara aman dengan menggunakan GT Radial. Pada acara ini, perwakilan dari Perusahaan memberikan pemeriksaan ban secara gratis dan konsultasi mengenai ban – ban yang digunakan oleh konsumen serta mendengarkan saran – saran dari konsumen mengenai ban dari GT Radial.
•
Pada
ban
sepeda
motor,
Perusahaan
mempromosikan
ban
dengan
mempromosikan cara berkendara yang aman pada siswa – siswi SMA dengan nama program IRC Goes to School untuk mendorong siswa menunjukkan
79
tanggung jawab dalam berkendara dan meningkatkan kesadaran terhadap produk IRC. •
Selain itu PT Gajah Tunggal Tbk juga aktif mengorganisir aktivitas – aktivitas balap motor dan mobil dari tahun ke tahun. Acara ini meliputi kejuaraan GT Radial Car Championship, GT Radial Jakdrift, BMW Touring Championship, Mercedes Benz Touring Championship dan Motorprix. Pada acara itu semua peserta harus menggunakan ban bermerek yang di produksi Gajah Tunggal yaitu GT Radial. Promosi dengan program seperti ini dilakukan agar memberikan kesadaran yang
kuat terhadap suatu merek terutama GT Radial sebagai ban mobil dan IRC sebagai ban Motor untuk mendorong pada sektor Penjualan. Selanjutnya untuk pengembangan pasar , Perusahaan memastikan distribusi produknya dengan mengadakan hubungan jangka panjang dengan distributor. Disamping itu perusahaan memiliki saluran distribusi milik Perusahaan sendiri. Yaitu TireZone. Pendirian TireZone dilakukan melalui kerja sama dengan Michellin. Pendirian ini memungkinkan Perusahaan untuk mendistribusikan ban radial Perusahaan ke pasar ritel lebih luas. Perusahaan juga mendistribusikan produknya melalui Carrefour dan ACE hardware. Strategi Pengembangan Produk PT Gajah Tunggal Tbk terus berinovasi untuk mengembangkan produk yang sudah diproduksinya agar dapat terus bersaing di masa penuh persaingan ini. Produk pertama yang dikembangkan dari PT Gajah Tunggal Tbk dari ban radialnya ialah 80
CHAMPIRO ECO. Champiro Eco ialah ban ramah lingkungan yang di produksi oleh PT Gajah Tunggal Tbk yang diklaim dapat mengurangi penggunaan bahan bakar karena proses produksinya sangat ramah lingkungan. Produk kedua yang dikembangkan ialah ban salju ( ban musim dingin). Ban salju ini diproduksi bukan untuk pasar Indonesia, melainkan untuk di ekspor diluar Indonesia khusunya Negara – Negara Eropa. Selanjutnya PT Gajah Tunggal mengembangkan produk bannya untuk kendaraan Off Road yaitu GT Radial Savero Komodo. Produk terakhir yang dikembangkan oleh PT Gajah Tunggal ialah Ban Multiwarna yang diproduksi untuk olah raga drifting. Ban Multiwarna ialah ban yang dapat mengeluarkan asap yang dihasilkan saat ban dipakai memutar. Asap tersebut akan memunculkan beberapa warna. Strategi Pengembangan Industri Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi dan menjamin kelancaran pasokan bahan baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang dilakukan dengan cara mengakuisisi asset – asset yang memproduksi bahan baku utama yang dibutuhkan Perusahaan dalam proses produksinya. Pada tahun 1991, Perusahaan mengakuisisi GT Petrochem Industries, perusahaan yang memproduksi kain ban dan benang nilon yang medukung supply bahan baku dan membantu mengurangi biaya dalam kegiatan produksi Perusahaan Gajah Tunggal . Selain akuisisi, kerjasama strategis juga dilakukan perusahaan. Ditunjukkan dengan melakukan kerjasama dengan Michellin untuk meproduksi ban dan dieksport hasil produksinya dengan rencana lima juta ban pertahun hingga sekarang. Kerjasama juga dilakukan dengan Nokian tyres, sebuah perusahaan manufaktur ban terkemuka di Finlandia untuk memproduksi beberapa jenis ban mobil penumpang, termasuk ban untuk musin dingin. Strategi pengembangan 81
industry juga dilakukan perusahaan dengan melaksanakan ekspansi. Ekspansi dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas terpasang baik ban radial dan ban motor. Dengan program ekspansi tersebut, kapasitas produksi ban radial akan naik menjadi 45.000 ban perhari, sebagian untuk memenuhi rencana kenaikan perjanjian dari Michellin. Kapasitas ban sepeda motor akan meningkat menjadi 105.000 ban per hari untuk mengakomodasi pertumbuhan yang signifikan dari pasar ban sepeda motor Indonesia. Perluasan yang telah direncanakan untuk kapasitas produksi ban radial dan ban sepeda motor Perusahaan telah didanai sepenuhnya dari penerbitan hutang obligasi. IV.1.4 Matriks SWOT Matriks SWOT dapat membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi yaitu SO ( Kekuatan – Peluang ), WO ( Kelemahan – Peluang ), ST ( Kekuatan – Ancaman ) dan WT ( Kelemahan – Ancaman ). ¾ Kekuatan dan Peluang Perusahaan dapat menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dengan strategi : 1) Mengembangkan kegiatan eksport perusahaan untuk produk ban motor ( IRC ) yang merupakan pemimpin pasar di Indonesia. 2) Mengadakan dan menambahkan acara – acara rutin sebagai promosi dari produk – produk PT Gajah Tunggal Tbk sebagai jalur komunikasi antara perusahaan dan konsumen.
82
3) Menjalin kerjasama dengan produsen kendaraan bermotor di Indonesia seiring bertumbuhnya industri otomotif di Indonesia dengan menawarkan harga yang bersaing dengan perusahaan lainyya. ¾ Kelemahan dan Peluang Perusahaan dapat menanggulangi kelemahan dengan menggunakan peluang. 1) Mengurangi dan mengontrol hutang perusahaan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan yang dapat dilihat oleh pengguna situs internet perusahaan. 2) Memberikan diskon bagi pembelian secara tunai pada pasar domestik yang sedang meningkat untuk mengatasi perputaran piutang yang melemah. ¾ Kekuatan dan Hambatan Perusahaan dapat menggunakan kekuatan untuk menanggulangi hambatan dengan strategi : 1) Mengadakan program – program intensif penjualan seperti pemasaran untuk memberikan kesadaran akan merek GT Radial dan IRC secara efektif dan efisien. 2) Mengontrol biaya produksi perusahaan agar dapat memberikan harga yang bersahabat pada konsumen. 3) Tetap berinovasi dalam menghasilkan produk – produk unggulan untuk dapat bersaing dengan industry sejenis. ¾ Kelemahan dan Hambatan Perusahaan sebaiknya memperkecil kelemahan dan menghindari hambatan. 1) Mengontrol biaya – biaya dalam produksi dan operasional perusahaan agar dapat memaksimalkan profit atau laba perusahaan. 83
2) Mengontrol harga produksi penjualan untuk memberikan harga bersaing kepada perusahaan lain. 3) Memberikan kesadaran kepada target pasar untuk memakai produk dari dalam negeri dengan mengadakan promosi produk dari PT Gajah Tunggal Tbk. IV.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan salah satu tahap lanjutan dari penilaian bisnis dengan menggunakan laporan keuangan yang dilakukan oleh penulis untuk dapat menilai dan mengetahui kinerja perusahaan. Laporan Keuangan yang akan di analisis oleh penulis meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi periode 2008, 2009 dan 2010 dengan menggunakan metode analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio laporan keuangan. IV.2.1 Analisis Horizontal dan Analisis Vertikal IV.2.1.1 Analisis Horizontal Analisis horizontal dilakukan penulis dengan cara membandingkan akun – akun yang berada pada laporan keuangan pada periode tersebut dengan periode – periode sebelumnya. Dengan mengadakan perbandingan ini akan dapat diketahui perkembangan dari suatu perusahaan. Analisis horizontal pada PT Gajah Tunggal Tbk dapat dilihat pada tabel analisis horizontal pada lampiran halaman L1. Hasil analisis horizontal pada laporan Laba Rugi PT Gajah Tunggal Tbk ialah sebagai berikut :
84
•
Penjualan Untuk penjualan perusahaan sedikit sekali mengalami penurunan di tahun 2009. Penurunan penjualan hanya sebesar 0.34%. Namun penurunan penjualan ini diimbangi dengan penurunan beban pokok penjualan pada tahun tersebut. Pada tahun 2010, perusahaan mengalami peningkatan dalam penjualan bersih. Peningkatan tersebut sampai pada angka 24.16% dari 7,936,432 menjadi 9,853,904. Hal ini dikarenakan pasar domestik mengalami pertumbuhan yang kuat dan pasar ekspor kembali normal kembali. Peningkatan pada penjualan ini menunjukkan kinerja perusahaan dalam menjual hasil produksinya semakin membaik.
•
Beban Pokok Penjualan Beban pokok perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009. Penurunan beban pokok penjualan sebesar 10.45 %. Hal ini disebabkan karena turunnya harga bahan baku untuk kegiatan produksi pada tahun 2009. Namun pada tahun 2010 beban pokok penjualan kembali mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan harga bahan baku yang digunakan untuk memproduksi ban, khususnya karet alam.
•
Laba Kotor Berdasarkan analisis horizontal PT Gajah Tunggal Tbk pada akun laba kotor, perusahaan mengalami peningkatan laba kotor pada setiap tahunnya. Peningkatan yang dialami pada tahun 2009 melebihi 50% yaitu 60.48%. Peningkatan dengan jumlah yang cukup tinggi ini dipengaruhi oleh penurunan beban pokok penjualan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 perusahaan juga 85
mengalami peningkatan pada laba kotor sebesar 6.43 % walaupun mengalami peningkatan pada beban pokok penjualan ditahun tersebut. Hal ini dapat terjadi karena diimbangi dengan meningkatnya penjualan pada perusahaan di tahun 2010. •
Beban Usaha Beban usaha PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2009 meningkat sebesar 22.19%. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya beban penjualan dalam akun beban usaha yaitu mencapai 53% yang isinya berupa biaya pengangkutan, iklan serta promosi. Alasan utama meningkatnya beban penjualan ini karena melakukan program intensif penjualan yang diperlukan untuk mendukung penjualan karena melemahnya permintaan. Akan tetapi pada tahun 2010 perusahaan berhasil menurunkan beban usaha mereka sebesar 3.74% melalui pengurangan beban penjualannya dengan mengurangi beberapa program insentif penjualan yang dilakukan selama tahun 2010.
•
Laba Usaha Laba Usaha pada perusahaan Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan hampir 100% pada tahun 2009 yaitu sebesar 97% dari 581,353 menjadi 1,144,990. Peningkatan pada laba usaha ini dipengaruhi juga oleh peningkatan pada laba kotor yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan beban usaha perusahaan. Pada tahun 2010 perusahaan kembali mengalami peningkatan pada laba usaha sebesar 12.44%. Peningkatan ini disebabkan oleh penurunan beban usaha khususnya pada beban penjualan pada tahun 2010.
86
•
Beban lain – lain Pada tahun 2008, perusahaan memiliki beban lain – lain sebesar 1,355,552. Hal ini membuat perusahaan mengalami kerugian karena dipengaruhi oleh kerugian kurs mata uang asing pada tahun 2008. Namun pada tahun 2009, beban lain – lain berkurang dan berubah menjadi penghasilan lain – lain dengan mendapatkan penghasilan sebesar 128,623. Berbeda pada tahun sebelumnya, pada tahun ini perusahaan mendapatkan keuntungan dari kurs mata uang asing. Hal ini berpengaruh terhadap Laba bersih perusahaan dimana perusahaan mendapatkan laba pada tahun tersebut.
•
Pada tahun 2008 PT Gajah Tunggal Tbk mengalami kerugian sebesar 624,788. Hal ini diakibatkkan karena kerugian kurs yang timbul yang dibebankan dalam laporan laba rugi pada masa krisis ekonomi global pada tahun 2008. Laba bersih pada tahun 2009 meningkat secara signifikan sebesar 244% dari kerugian sebesar 624,788 menjadi laba sebesar 905,330 . Tidak seperti pada tahun 2008, pada tahun 2009 perusahaan mengalami keuntungan dari kurs mata uang asing dimana pada tahun ini nilai Rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika semakin menguat. Hal ini menjadi salah satu faktor perusahaan mengalami peningkatan laba bersih dengan persentasi yang tinggi karena hutang perusahaan adalah dalam mata uang Dollar AS. Pada tahun 2010 perusahaan mengalami sedikit penurunan pada laba bersih sebesar 8.25% yang diakibatkan karena menurunnya keuntungan dari selisih kurs mata uang asing perusahaan. Hasil analisis horizontal pada laporan neraca pada PT Gajah Tunggal Tbk pada
tahun 2008-2010 mengalami peningkatan total asset pada setiap tahunnya. Pada tahun 87
2009 mengalami peningkatan sebesar 1.88%, sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 16.83% . Pada asset lancar, perusahaan juga mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2009 aset lancar perusahaan meningkat 10.41% .Dan pada tahun 2010, aktiva lancar perusahaan meningkat sebesar 33%. Berikut rincian dari akun aset lancar : •
Kas dan setara kas mengalami peningkatan dengan nilai yang tinggi pada tahun 2009. Yaitu sebesar 380.75% atau sebesar 645,838. Hal ini terjadi karena Perusahaan berhasil menyelesaikan penawaran penukaran obligasi yang beredar. Begitu juga pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 6.21%. Manajemen menjaga modal kerja Perusahaan untuk memastikan tidak terjadi kekurangan kas.
•
Pada akun piutang , PT Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 9.15%, Pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan pada akun piutang dengan nilai yang tinggi yaitu 112.01% dari 730,582 menjadi 1,549,461. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan penjualan pada perusahaan di tahun 2010.
•
Persediaan perusahaan mengalami penurunan sebesar 38.39% pada tahun 2009 karena harga bahan baku mengalami penurunan dan perusahaan mengelola secara ketat tingkat persediaan pada tahun ini. Namun pada tahun 2010 persediaan pada perusahaan meningkat sebesar 26.34%. Peningkatan persediaan ini merupakan peningkatan persediaan perusahaan secara efisien, karena peningkatan persediaan ini diiringi dengan peningkatan penjualan pada tahun 2010. 88
•
Pajak dibayar dimuka pada perusahaan mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2009, perusahaan mengalami penurunan sebesar 24.15% dari tahun 2008. Dan pada tahun 2010 perusahaan mengalami penurunan sebesar 69.90%. Berdasarkan analisis secara horizontal , berbeda dengan aktiva lancar, aktiva
tidak lancar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009. Penurunan aktiva tidak lancar sebesar 2.73% pada tahun 2009. Namun pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan aktiva tidak lancar kembali sebesar 6.92% yang dikarenakan adanya peningkatan pada aktiva tetap perusahaan pada tahun tersebut. •
Aktiva tidak lancar pada tahun 2009 stabil dibandingkan dengan aktiva tidak lancar pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan PT Gajah Tunggal Tbk memutuskan untuk menunda ekspansi pada tahun 2009 . Aktiva tetap perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 aktiva tetap perusahaan menunjukkan peningkatan sebesar 12.93% peningkatan ini menggambarkan upaya
–
upaya
pengembangan
yang
dilakukan
perusahaan
dalam
mengimplementasikan program ekspansi perusahaan setelah penundaan dalam penambahan belanja modal ditahun tersebut. Pada kewajiban dapat dilihat terjadi penurunan total kewajiban pada tahun 2009 sebesar 10%. Akan tetapi kewajiban perusahaan kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar 10%. Pada kewajiban lancar perusahaan mengalami peningkatan cukup signifikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 40%. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan 89
pada hutang usaha dan jaminan kepada dealer. Berikut rincian dari analisis horizontal untung kewajiban lancar •
Hutang Usaha Berdasarkan analisis yang dijalankan secara horizontal, hutang usaha perusahaan menurun pada tahun 2009 sebesar 43.94%. hal ini dipengaruhi karena harga bahan baku yang turun dan kebutuhan modal kerja berkurang . Akan tetapi hutang usaha perusahaan meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 48.04% yaitu dari 717,543 menjadi 1,062,268. Hal ini disebabkan karena hutang usaha pada pihak ke tiga meningkat menjadi 917 milyar seiring meningkatnya penjualan bersamaan dengan harga bahan baku untuk ban.
•
Beban yang masih harus dibayar Beban – beban ini terdiri dari Bunga, Gas, Listrik, air dan telepon, royalty, biaya ekspor, Jasa professional, Gaji dan tunjangan,dan lain-lain. Beban yang masih harus dibayar perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar 58.73%. Sedangkan untuk tahun 2010 beban yang masih harus dibayar perusahaan mengalami peningkatan sebesar 60.3%. Pada kewajiban tidak lancar, perusahaan mengalami penurunan pada setiap
tahunnya. Pada tahun 2009 kewajiban tidak lancar turun menjadi 10.31%, sedangkan untuk tahun 2010 kewajiban tidak lancar perusahaan turun juga sebesar 2.12%. berikut rincian dari akun –akun kewajiban tidak lancar: •
Hutang obligasi perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 11.72%. Hal ini dipengaruhi juga oleh apresiasi nilai Rupiah terhadap hutang
90
obligasi Perusahaan dalam mata uang Dollar AS. Begitu pula pada tahun 2010 hutang obligasi perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 4.15%. Penurunan hutang obligasi atau jangka panjang merupakan penurunan yang baik karena membantu perusahaan untuk mampu melunasi hutang jangka panjangnya sedikit demi sedikit. Dari analisis horizontal yang dilakukan dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ekuitas pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 61.91%. hal ini terjadi karena peningkatan pada saldo laba yang tidak ditentukan penggunannya dan pembukuan laba bersih yang secara signifikan memperbaiki rasio hutang terhadap ekuitas. Seperti pada tahun 2009, Ekuitas pada tahun 2010 mengalami peningkatan juga sebesar 32 %. Hal ini juga diperngaruhi peningkatan pada saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sebesar 86.59%. Sedangkan untuk tambahan modal disetor tidak berubah besarnya pada tahun 2008, 2009 dan 2010 yaitu sebesar 51,500. IV.2.1.2 Analisis Vertikal Analisis vertikal dapat digunakan dengan membandingkan masing – masing pos pada laporan periode berjalan dengan jumlah total pada laporan yang sama. Dengan membandingkan pos tersebut dapat diketahui hubungan yang ada dalam laporan keuangan tersebut. Analisis vertikal pada PT Gajah Tunggal Tbk dapat dilihat pada tabel Analisis Vertikal pada lampiran halaman L5. Hasil analisis vertikal pada laporan Neraca PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah sebagai berikut: 91
•
Aset lancar Aset lancar pada tahun 2008 ialah sebesar 35.08% dari total aset. Pada tahun 2009 persentase aset lancar terhadap total aset mengalami peningkatan menjadi 38.02%. Pada tahun 2010, persentase aset lancar terhadap total aktiva meningkat menjadi 43.28%. Kenaikan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada akun – akun yang ada di dalam laporan neraca. Peningkatan yang signifikan ialah kas dan setara kas pada tahun 2009. Kas dan setara kas perusahaan meningkat persentasenya menjadi 9.19% dari 1.95% atas total assetnya pada tahun 2009.
•
Aset tidak lancar Berbeda dengan aset lancar yang mengalami peningkatan persentase setiap tahun terhadap total asetnya, aset tidak lancar perusahaan mengalami penurunan persentase setiap tahunnya. Pada tahun 2008 persentasi aset tidak lancar terhadap total asset memiliki persentas sebesar 64.92%. Pada tahun 2009 persentase aset tidak lancar terhadap total aset menurun menjadi 61.98%. Begitu pula juga pada tahun 2010 dimana persentase asset tidak lancar terhadap total aset menurun menjadi 56.72%. Hal ini dipengaruhi juga oleh akun – akun yang mengalami penurunan persentase terhadap total aset pada setiap tahunnya. Seperti pada akun asset tetap. Menurut analisis vertikal yang telah dilakukan asset tetap perusahaan mengalami penurunan persestase pada tahun 2009 dan 2010 terhadap total assetnya. Pada tahun 2008 persentase asset tetap terhadap total asetnya sebesar 41.53%. Pada tahun 2009 persentase aset tetap terhadap total asetnya menjadi 40.66%. Pada tahun 2010 persentase aset tetap terhadap total asetnya menurun lagi menjadi 39.30%.
92
•
Pada analisis vertikal yang dijalankan dapat dilihat persentase kewajiban lancar terhadap total kewajiban dan ekuitas mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 20.48%. hal ini dipengaruhi karena berkurangnya hutang usaha perusahaan pada tahun 2009. Persentase hutang usaha pada tahun 2009 ialah 8.08% terhadap total kewajiban dan ekuitas. Sedangkan pada tahun 2008 persentase hutang usaha sebesar 14.69% terhadap total kewajiban dan ekuitas. Pada tahun 2010 persentase hutang lancar terhadap total kewajiban dan ekuitas kembali meningkat. Persentase hutang lancar pada tahun 2010 sebesar 25.58% terhadap total kewajiban dan ekuitas. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya hutang usaha yang kembali meningkat dan jaminan penyalur.
•
Pada kewajiban tidak lancar dapat dilihat terdapat penurunan persentase atas total kewajiban dan ekuitas di setiap tahunnya. Besarnya persentase tersebut pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 56.16%, 49.44% dan 41.42% atas total kewajiban dan ekuitas. Hal ini terjadi karena berkurangnya hutang obligasi yang disebabkan karena apresiasi rupiah terhadap hutang obligasi dalam denominasi dollar Amerika Serikat milik perusahaan.
•
Pada analisis vertikal yang dilakukan dapat dilihat persentase ekuitas terhadap total kewajiban dan ekuitas meningkat pada setiap tahunnya. Persentasi Ekuitas pada tahun 2008,2009 dan 2010 sebesar 18.93%, 30.08% dan 34% atas jumlah kewajiban dan ekuitas. Walaupun mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, namun dari analisis ini terlihat bahwa komposisi ekuitas perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan komposisi kewajiban perusahaan. Hal ini dapat
93
memberikan dampak negatif kepada perusahaan karena posisi perusahaan belum termasuk dalam posisi yang aman. Hasil analisis vertikal pada Laporan Laba Rugi PT Gajah Tunggal Tbk ialah sebagai berikut : •
Pada laba kotor , peningkatan persentase laba kotor terhadap penjualan meningkat secara signifikan pada tahun 2009 dari 14.25% di tahun 2008 menjadi 22.95%. Hal ini terjadi karena berkurangnya beban pokok penjualan yang disebabkan berkurangnya harga bahan baku untuk produksi perusahaan. Namun pada tahun 2010, Persentase laba kotor terhadap penjualan kembali turun pada angka 19.67%.
•
Beban Usaha Berdasarkan analisis vertikal dari tahun 2008, 2009 dan 2010, persentase beban usaha terhadap total penjualan meningkat pada tahun 2009 dan turun secara signifikan pada tahun 2010. Pada tahun 2009 persentase nya sebesar 8.53% hal ini diakibatkan karena meningkatnya beban usaha tepatnya
pada beban
penjualan. Yaitu dari 308,409 menjadi 472,738. Namun pada tahun 2010 persentase beban usaha terhadap penjualan kembali menurun menjadi 6.61%. Penurunan ini diakibatkan karena perusahaan mereduksi beban penjualan yang meningkat pada tahun 2009. •
Laba Usaha Persentase Laba usaha terhadap penjualan mengalami peningkatan pada tahun 2009 dari 7.30% menjadi 14.43 %. Hal ini dipengaruhi juga karena ada peningkatan pada laba kotor pada tahun 2009. Namun persentasi laba usaha 94
terhadap penjualan mengalami penurunan pada tahun 2010, seperti penurunan persentasi laba kotor terhadap penjualan pada tahun 2010. •
Laba Bersih Pada analisis vertikal perusahaan tahun 2008, 2009 dan 2010, dapat dilihat persentase laba bersih terhadap penjualan mengalami peningkatan drastis pada tahun 2009. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami kerugian yang diakibatkan kerugian kurs mata uang asing, persentasi pendapatan bersih mendapatkan hasil minus atau rugi yaitu sebesar -7.85% dari hasil penjualan. Pada tahun 2009 persentasi laba bersih terhadap penjualan meningkat drastis menjadi 11.41%. Hal ini juga dipengaruhi karena perusahaan dapat mereduksi beban pokok penjualan dan beban lain – lain serta mendapatkan laba dari kurs mata uang asing karena menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Aollar AS. Pada tahun 2010 pendapatan bersihnya dibandingkan dengan penjualan kembali mengalami penurunan menjadi 8.43%.
IV.2.2 Analisis Rasio Laporan Keuangan Analisis Rasio merupakan salah satu cara untuk menilai suatu kinerja perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis rasio merupakan gabungan dari unsur – unsur yang ada di neraca dan laporan laba rugi yang digunakan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Untuk menilai kinerja laporan keuangan melalui rasio laporan keuangan digunakan rasio pembanding dari perusahaan pembanding untuk menentukan apakah perusahaan yang dinilai mempunyai rasio yang baik atau tidak.
95
Penulis menggunakan dua perusahaan pembanding untuk memperbandingkan rasio dari PT Gajah Tunggal Tbk. Perusahaan yang digunakan oleh penulis ialah PT Goodyear Indonesia Tbk dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk . Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak di industri yang sama serta mempunyai segmen pasar yang sejenis. IV.2.2.1 Analisis Rasio Likuiditas Berikut perhitungan rasio likuiditas dari perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2008 – 2010. Tabel IV.1 Perhitungan Rasio Likuiditas Keterangan
2010
2009
2008
Rasio lancar
4,489,184 2,549,406
= 1.76 X
3,375,286 1,817,666
= 1.86 X
3,057,108 2,170,859
=1.41 X
Rasio Cepat
4,489,184 - 1,089,211 2,549,406
= 1.33 X
3,375,286 - 862,152 1,817,666
= 1.38 X
3,057,108 - 1,399,407 2,170,859
= 0.76 X
•
Rasio Lancar Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan perusahaan untuk mengetahui
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan tersebut. Rasio lancar pada PT Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan menurun pada tahun 2010. Rasio lancar pada tahun 2008 adalah sebesar 1.41 kali, yang dapat diartikan bahwa aset lancar ada 1.41 kali dari hutang lancar atau pada tahun 2008 aset menutup kewajiban 1.41 kali. Pada tahun 2009 rasio ini mengalami 96
peningkatan menjadi 1.86 kali. Peningkatan pada rasio ini diakibatkan karena terjadi penurunan dari kewajiban lancar pada tahun 2009. Pada kewajiban lancar, perusahaan dapat mengurangi hutang usaha perusahaan karena harga bahan baku yang turun sehingga kebutuhan modal kerja berkurang. Akan tetapi terjadi penurunan rasio pada tahun 2010 menjadi 1.76 kali dikarenakan peningkatan kewajiban lancar yang lebih tinggi dibandingkan aktiva lancar pada tahun ini. Pada tahun 2010
hutang usaha
perusahaan kembali meningkat dikarenakan hutang kepada pihak ketiga seiring meningkatnya kembali harga bahan baku untuk produksi. Tabel IV.2 Rasio Lancar Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010 2009 2008 1.76 X 1.86 X 1.41 X
PT Goodyear Indonesia Tbk 2010 2009 2008 0.86 X 0.77 X 1.11 X
PT Multistrada Arah Sarana Tbk 2010 2009 2008 0.67 X 0.86 X 0.89 X
Jika dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya yaitu PT Goodyear Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009 dan peningkatan pada tahun 2010 dalam kinerja rasio lancarnya. Besar rasio dari dari tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 1.11 kali, 0.77 kali dan 0.86 kali. Berbeda dengan PT Multistrada arah sarana Tbk yang mengalami penurunan rasio disetiap tahunnya. Besar Rasio yang dimiliki oleh PT Multistrada arah sarana Tbk pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.89 kali, 0.86 kali dan 0.67 kali. Dari perbandingan rasio yang tertera diatas dapat dilihat bahwa perusahaan Gajah Tunggal memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dari pada PT Goodyear Indonesia Tbk dan PT Multistrada arah sarana Tbk. •
Rasio Cepat
97
Pada rasio cepat, Rasio ini memiliki ukuran test solvensi yang lebih kuat dari pada rasio lancar, karena rasio ini menghilangkan persediaan dari pembilang. Pada perusahaan PT Gajah Tunggal, Rasio mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2008 dan 2009 dari 0.76 kali menjadi 1.38 kali. Seperti pada rasio lancar, salah satu faktor meningkatnya rasio ini ialah menurunnya kewajiban lancar pada tahun 2009 tepatnya pada hutang usaha perusahaan dan pengurangan persediaan pada tahun 2009. Dengan meningkatnya rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin meningkat. Namun pada tahun 2010, rasio mengalami sedikit penurunan menjadi 1.33 kali dimana pada tahun ini kewajiban lancar meningkat karena hutang usaha kembali meningkat dan penambahan persediaan perusahaan sebesar 26% ( analisa horizontal ) . Tabel IV.3 Rasio Cepat Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
1.33X
1.38 X
0.76 X
0.51 X
0.42 X
0.74 X
0.27 X
0.35 X
0.38 X
Jika dibandingkan dengan perusahaan PT Goodyear Indonesia Tbk ,sebagai perusahaan pembanding, perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2009 dan sedikit peningkatan ditahun 2010 pada rasio cepat ini. Rasio perusahaan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.74 kali, 0.42 kali dan 0.51 kali. Berbeda dengan perusahaan PT Multistrada arah sarana Tbk yang mengalami sedikit penurunan pada setiap tahunnya. Yaitu, 0.38 kali, 0.35 kali dan 0.27 kali. Hal ini menunjukkan bahwa rasio cepat pada PT Gajah Tunggal Tbk lebih baik dari perusahaan pembandingnya yaitu PT Goodyear
98
Indonesia dan PT Multistrada arah sarana Tbk karena PT Gajah Tunggal memiliki tingkat rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan pembandingnya. IV.2.2.2 Analisis Rasio Aktivitas Tabel IV.4 Perhitungan Rasio Aktivitas Keterangan
2010
2009
2008
Rata-Rata Bagi Tagihan
1,297,944 x 360 9,853,904
= 47 hari
644,650 x 360 7,936,432
= 29 hari
541,560 x 360 7,963,473
= 24 hari
Perputaran Piutang
9,853,904
= 7.59 X
7,936,432
= 12.31 X
7,963,473
= 14.70 X
1,297,944
644,650
541,560
Perputaran Barang
7,915,174 1,089,211
= 7.26 X
6,114,847 862,152
= 7.09 X
6,828,388 1,399,407
= 4.87 X
Perputaran Aktiva Tetap
9,853,904 4,075,764
= 2.42 X
7,936,432 3,609,236
= 2.20 X
7,963,473 3,618,630
= 2.20 X
Perputaran Total Aktiva
9,853,904 10,371,567
= 0.95 X
7,936,432 8,877,146
= 0.89 X
7,963,473 8,713,559
= 0.91 X
•
Rata – Rata Bagi Tagihan Rasio ini digunakan untuk menghitung jumlah hari rata – rata yang diperlukan
perusahaan untuk mengubah piutang menjadi kas. Pada table yang ada diatas dapat dilihat bahwa PT Gajah Tunggal mengalami peningkatan pada rasio rata – rata bagi tagihan. Besarnya rasio pada tahun 2008 ialah 24 hari. Ini menjelaskan bahwa PT Gajah Tunggal Tbk menagih piutang secara rata – rata selama 24 hari. Pada tahun 2009 dan 2010 besarnya rasio ini adalah 29 hari dan 47 hari. Peningkatan rasio ini diakibatkan karena peningkatan piutang usaha perusahaan lebih besar dari peningkatan penjualan pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 penjualan tidak mengalami perubahan signifikan sedangkan piutang usaha meningkat sebesar
99
19%. Begitu juga pula dengan tahun 2010 dimana penjualan perusahaan meningkat sebesar 24% namun peningkatan piutang usaha meningkat lebih tinggi sebesar 101 %. Peningkatan pada rasio rata- rata bagi tagihan ini bukanlah hal yang positif karena waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengkonversi piutang menjadi kas menjadi semakin lama. Tabel IV.5 Rasio Rata – Rata Bagi Tagihan Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
47 hari
29 hari
24 hari
32 hari
30 hari
28 hari
19 hari
25 hari
26 hari
Sama dengan perusahaan Gajah Tunggal, pada perusahaan Goodyear Indonesia sebagai perusahaan pembanding juga mengalami peningkatan pada rasio ini ditahun 2009 dan 2010. Rasionya dari tahun 2008 sampai 2010 yaitu 28 hari, 30 hari , dan 32 hari. Sedangkan untuk perusahaan Multistrada arah sarana mengalami penurunan rasio dari tahun 2008 sampai 2010. Yaitu sebesar 26 hari, 25 hari, dan 19 hari. Dari data-data didapat dapat dilihat bahwa PT Multistrada arah sarana Tbk memiliki rata-rata bagi tagihan yang lebih baik dibandingkan dengan PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear Indonesia Tbk. Hal ini dapat dilihat bahwa PT Multistrada arah sarana Tbk memiliki angka rasio yang lebih kecil yang menunjukkan piutang perusahaan lebih cepat untuk dirubah menjadi kas. •
Perputaran Piutang Rasio perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali dana atau piutang tersebut
dapat ditagih dalam waktu satu tahun. Pada tahun 2008 rasio perputaran piutang pada 100
PT Gajah Tunggal Tbk ialah 14 kali. Hal ini medeskripsikan bahwa dalam satu tahun piutang dapat ditagih perusahaan sebanyak 14 kali. Pada tahun 2009 dan 2010 rasio semakin menurun menjadi 12 kali dan 8 kali. Terlihat dari penurunan rasio ini bahwa penagihan piutang perusahaan semakin menurun pada tahun 2009 dan 2010. Penurunan piutang ini disebabkan karena peningkatan pada piutang usaha lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penjualan pada perusahaan. Pada tahun 2010 piutang usaha perusahaan meningat hingga 101% sedangkan penjualan perusahaan meningkat hanya 24%. Hal ini kurang baik untuk perusahaan dimana dengan penurunan perputaran piutang ini diikuti dengan peningkatan rata – rata bagi tagihan yang berarti semakin lama dan semakin sulit perusahaan untuk menagih piutangnya. Tabel IV.6 Rasio Perputaran Piutang Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
7.59 X
12.3 X
14.7 X
11.3X
11.9 X
12.9 X
18.8 X
14.1 X
13.6 X
Pada PT Goodyear Indonesia Tbk mengalami penurunan pada rasio perputaran piutang tahun 2009 dan 2010. Rasio perputaran piutang PT Goodyear Indonesia dari tahun 2008 sampai 2010 yaitu 13kali, 12 kali dan 11 kali. Sedangkan pada PT Multistrada Arah Sarana Tbk mengalami peningkatan rasio perputaran piutang dari tahun 2008 hingga tahun 2010 yaitu sebesar 13 kali, 14 kali dan 19 kali. Seperti dengan hal rasio rata – rata bagi tagihan, PT Multistrada arah sarana Tbk mempunyai rasio perputaran piutang lebih baik dari PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear Indonesia Tbk. Perputaran piutang perusahaan PT Mulitstrada arah sarana Tbk memiliki angka yang lebih baik dari pada kedua perusahaan tersebut. 101
•
Perputaran Persediaan Rasio perputaran persediaan pada PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2008 ialah
sebesar 4,87 kali. Hal ini menjelaskan bahwa persediaan barang dagangan perusahaan yang berputar ( diganti atau terjual ) dalam satu tahun ialah sebanyak 4,87 kali. Pada tahun 2009 rasio perusahaan meningkat menjadi 7.09 kali.Hal ini disebabkan karena berkurangnya persediaan pada tahun ini dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 38% . Penurunan ini lebih besar dari penurunan beban pokok penjualan pada tahun yang sama. Pada tahun 2010 rasio perusahaan meningkat kembali menjadi 7.26 kali. Peningkatan pada rasio perputaran barang ini menunjukkan bahwa barang persediaan yang ada diperusahaan semakin cepat berputar dan bergerak yang dapat mengurangi biaya penyimpanan dan barang yang menumpuk pada perusahaan. Tabel IV.7 Rasio Perputaran Persediaan Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
7.27 X
7.09 X
4.88 X
7.37 X
6.10 X
7.62 X
3.99 X
3.05 X
2.93 X
Pada Perusahaan Goodyear Indonesia , sebagai perusahaan pembanding, mengalami penurunan pada tahun 2009 dari 7.62 kali menjadi 6.1 kali. Namun pada tahun 2010 terjadi peningkatan pada rasio ini. Yaitu dari 6.1 kali menjadi 7.37 kali. Sedangkan untuk PT Multistrada arah sarana Tbk mengalami peningkatan kembali pada tahun 2008 , 2009 dan 2010 sebesar 2.93 kali, 3.05 kali dan 3.99 kali. Dari hasil rasio yang didapat, dapat dilihat bahwa rasio PT Gajah Tunggal Tbk masih lebih baik
102
dibandingkan dengan PT Multistrada Arah Sarana Tbk namun masih lebih rendah dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia. •
Perputaran aktiva tetap Perputaran aktiva tetap merupakan rasio untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Dengan meningkatnya rasio ini maka semakin kecil investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan dan akan semakin menguntungkan untuk perusahaan. Perputaran aktiva tetap pada PT Gajah Tunggal Tbk di tahun 2008 dan 2009 ialah sebesar 2.20 kali. Yang artinya pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan stabil dalam mengelola aktiva tetapnya. Pada tahun 2009 aktiva tetap tidak mengalami perubahan yang signifikan dipengaruhi Perusahaan menunda program rencana ekspansinya pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 perputaran aktiva tetap meningkat menjadi 2.42 kali. Hal ini menggambarkan perusahaan semakin efektif dalam mengelola aktiva tetapnya dan kebutuhan untuk melakukan investasi pada aktiva tetap semakin berkurang. Tabel IV.8 Rasio Perputaran Aktiva Tetap Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2.42 X
2.20 X
2.20 X
2.97 X
1.86 X
2.27 X
0.94 X
1.00 X
0.82 X
Rasio perputaran aktiva tetap pada PT Goodyear Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009 dari 2.27 kali menjadi 1.86 kali dan mengalami peningkatan 103
pada tahun 2010 yaitu dari 1.86 kali menjadi 2.97 kali. Sedangkan untuk PT Multistrada arah sarana Tbk mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu dari angka 0.82 kali menjadi 1 kali. Dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010 menjadi 0.94 kali. Jika dilihat dari rasionya, rasio perusahaan PT Goodyear Indonesia lebih baik dari PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Multistrada arah sarana Tbk karena PT Goodyear Indonesia Tbk memiliki rasio yang lebih stabil dan lebih besar serta lebih efektif menggunakan aktiva tetapnya dibandingkan dengan kedua perusahaan pembandingnya. •
Perputaran Total Aktiva Rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap Rupiah aktiva. PT Gajah Tunggal Tbk mengalami sedikit penurunan dari tahun 2008 menuju tahun 2009 dari 0.91 kali menjadi 0.89 kali. Hal ini diakibatkan karena pada tahun 2009, penjualan perusahaan mengalami sedikit penurunan sedangkan total aktiva perusahaan meningkat sebesar
1.8% karena
peningkatan kas dan setara kas pada tahun tersebut. Pada tahun 2010 PT Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan pada rasio perputaran total aktiva menjadi 0.95 kali dimana pada tahun 2010 perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang lebih besar dari peningkatan total aktivanya. Dengan meningkatnya rasio ini mendeskripsikan bahwa manajemen semakin efektif untuk menghasilkan penjualan dari investasi dalam aktiva. Tabel IV.9 Rasio Perputaran Total Aktiva Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
0.95 X
0.89 X
0.91 X
1.51 X
1.15 X
1.22 X
0.66 X
0.67 X
0.56 X
104
Pada perusahaan Goodyear Indonesia, rasio perputaran total aktiva sedikit menurun pada tahun 2009 dari 1.22 kali menjadi 1.15 kali. Namun pada tahun 2010 rasio ini meningkat cukup signifikan yaitu dari 1.09 kali menjadi 1.51 kali. Sedangkan untuk perusahaan PT Multistrada arah sarana Tbk mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2009 yaitu dari 0.56 kali menjadi 0.67 kali dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010 menjadi 0.66 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan Goodyear Indonesia lebih efektif dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Terlihat dari tingginya angka rasio PT Goodyear Indonesia dibandingkan dengan perusahaan Gajah Tunggal Tbk dan Multistrada Arah Sarana Tbk. IV.2.2.3 Analisis Rasio Solvabilitas Tabel IV.10 Perhitungan Rasio Solvabilitas
Keterangan
2010
2009
2008
Ratio Hutang Atas Harta
6,844,970 10,371,567
= 0.66 X
6,206,486 8,877,146
= 0.70 X
7,064,134 8,713,559
= 0.81 X
Ratio Hutang Atas Ekuitas
6,844,970 3,526,597
= 1.94 X
6,206,486 2,670,660
= 2.32 X
7,064,134 1,649,425
= 4.28 X
Ratio Laba Terhadap Beban Bunga
1,287,427 366,552
= 3.51 X
1,144,990 420,280
= 2.72 X
581,353 462,994
= 1.26 X
•
Rasio Hutang Atas Harta Rasio hutang atas harta merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
105
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Pada Tahun 2008 rasio hutang atas harta pada PT Gajah Tunggal Tbk ialah sebesar 0.81 kali, hal ini menjelaskan bahwa aktiva perusahaan dibiayai sebesar 0.81 kali atau sebesar 81 % dengan hutang. Rasio Hutang atas harta pada PT Gajah Tunggal Tbk mengalami penurunan pada tahun 2009 . Hal ini disebabkan karena kewajiban lancar dan tidak lancar pada tahun 2009 berkurang dari tahun sebelumnya. Pada kewajiban lancar, perusahaan mengurangi hutang usahanya karena modal kerja yang dibutuhkan lebih sedikit seiring turunnya harga bahan baku. Pada tahun 2010 rasio kembali turun menjadi 0.66 kali. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan asset perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pada kewajibannya. Peningkatan asset pada tahun 2010 juga dipengaruhi oleh peningkatan asset tetap perusahaan setelah menjalankan program ekspansi yang sempat tertunda pada tahun sebelumnya. Dengan penurunan rasio ini menunjukkan hal yang positif karena tingkat resiko perusahaan semakin mengecil dari tahun demi tahun. Tabel IV.11 Rasio Hutang atas Harta Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
0.66 X
0.70 X
0.81 X
0.64 X
0.63 X
0.71 X
0.46 X
0.42 X
0.46 X
PT Goodyear Indonesia Tbk sebagai perusahaan pembanding juga mengalami penurunan pada rasio ini pada tahun 2009 yaitu dari 0.71 kali menjadi 0.63 kali. Pada tahun 2010 rasio ini hutang atas harta tidak mengalami perubahan yang signifikan yaitu 0.64 kali. Sedangkan pada perusahaan Multistrada Arah Sarana mengalami penurunan pada tahun 2009 dari 0.46 kali menjadi 0.42 kali, namun mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010 yang kembali menjadi 0.46 kali. Walaupun mengalami 106
peningkatan pada tahun 2010, namun ratio hutang atas harta PT Multistrada Arah Sarana Tbk lebih baik dari pada PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear Indonesia Tbk dikarenakan PT Multisrada Arah Sarana memiliki angka rasio hutang atas aktiva yang lebih kecil dibandingkan dengan dua perusahaan tersebut. Dari rasio ini dapat di artikan bahwa struktur modal dari perusahaan Multisrada Arah Sarana lebih baik dari kedua perusahaan tersebut. •
Rasio Hutang atas Ekuitas Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap Rupiah modal sendiri yang
digunakan untuk jaminan utang. Rasio hutang atas ekuitas pada PT Gajah Tunggal ditahun 2008 ialah sebesar 4.28 kali. Ini menunjukkan bahwa 428 % dari modal sendiri dijadikan jaminan atas hutang. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa struktur modal perusahaan tidak sehat dan perusahaan akan dapat menanggung resiko yang cukup besar. Akan tetapi Rasio hutang atas ekuitas ini membaik pada tahun 2009 menjadi 2.32 kali . Hal ini dipengaruhi total kewajiban yang berkurang pada tahun 2009. Hutang usaha dan hutang obligasi berkurang pada tahun 2009. Pada tahun 2010 rasio ini kembali berkurang menjadi 1.94 kali. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan ekuitas yang lebih besar dari peningkatan kewajiban pada tahun 2010. Ekuitas perusahaan mengalami peningkatan dari laba yang belum direalisasi dari pemilikan efek. Tabel IV.12 Rasio Hutang atas Ekuitas Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
1.94 X
2.32 X
4.28 X
1.76 X
1.71 X
2.4 X
0.87 X
0.74 X
0.85 X
107
Jika dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia, struktur modal perusahaan Goodyear ini lebih baik dibandingkan dengan perusahaan Gajah Tunggal. Hal ini dapat dilihat dengan rasio yang dimiliki PT Goodyear Indonesia yaitu 2.4 kali pada tahun 2008, 1.7 kali pada tahun 2009 dan 1.76 kali pada tahun 2010. Sedangkan PT Multistrada arah sarana mempunyai rasio yang lebih baik dibandingkan dengan dua perusahaan tersebut. Karena PT Multistrada Arah Sarana mempunyai rasio hutang atas ekuitas lebih kecil dibandingkan dengan kedua perusahaan tersebut. Yaitu, 0.85 kali pada tahun 2008, 0.74 kali pada tahun 2009 dan 0.87 pada tahun 2010. •
Rasio Laba terhadap Beban Bunga Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau hutang bunga dengan menggunanakan laba operasi. Pada PT Gajah Tunggal Tbk, perusahaan mengalami peningkatan rasio pada tahun 2009 dari 1.26 kali menjadi 2.72 kali. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya laba usaha pada tahun 2009 secara signifikan karena berkurangnya beban pokok penjualan. Pada tahun 2010 rasio ini mengalami peningkatan kembali menjadi 3.51 kali. Hal ini dipengaruhi meningkatnya laba usaha karena beban usaha dibidang penjualan perusahaan dan beban bunga perusahaan berkurang. Dengan meningkatnya rasio laba terhadap beban bunga ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memperbaiki kemampuan pembayaran bunga dari laba operasi dan memiliki keuntungan agar para kreditor mau memberikan pinjaman kembali kepada perusahaan karena rasio yang terus meningkat dan tinggi.
108
Tabel IV.13 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
3.51 X
2.72 X
1.26 X
7.72 X
8.08 X
8.75 X
7.67 X
4.05 X
3.74 X
Jika dibandingkan dengan perusahaan Goodyear Indonesia, Perusahaan Goodyear mempunyai rasio lebih tinggi yang artinya rasio perusahaan Goodyear Indonesia lebih baik dibandingkan dengan PT Gajah Tunggal Tbk walaupun PT Goodyear Indonesia Tbk mengalami penurunan rasio pada tahun 2009 dan 2010 dari 8.75 pada tahun 2008, menjadi 8.08 kali dan menjadi 7.72 kali pada tahun 2010. Sedangkan untuk perusahaan PT Multistrada arah sarana Tbk mengalami peningkatan rasio laba terhadap beban bunga dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Yaitu, 3.74 kali, 4.05 kali dan 7.67 kali. Namun rasio ini masih lebih rendah dari rasio yang dimiliki oleh Goodyear Indonesia. Dapat disimpulkan dari rasio yang ada diatas bahwa PT Goodyear Indonesia merupakan perusahaan yang paling baik dalam kemungkinan pembayaran bunga dari laba operasinya.
109
IV.2.2.4 Analisis Rasio Profitabilitas Tabel IV.14 Perhitungan Rasio Profitabilitas Keterangan
2010
2009
2008
Rasio Marjin Laba Kotor
1,938,730 9,853,904
= 19.67%
1,821,585 7,936,432
= 22.95%
1,135,085 7,963,473
= 14.25%
Rasio Marjin Laba Bersih
830,624 9,853,904
= 8.43%
905,330 7,936,432
= 11.41%
(624,788) 7,963,473
= -7.85%
Rasio Marjin Laba Usaha
1,287,427 9,853,904
= 13.07%
1,144,990 7,936,432
= 14.43%
581,353 7,963,473
= 7.30%
ROA
830,624 10,371,567
= 8.01%
905,330 8,877,146
= 10.20%
(624,788) 8,713,559
= -7.17%
ROE
830,624 3,526,597
= 23.55%
905,330 2,670,660
= 33.90%
(624,788) 1,649,425
= -37.88%
•
Marjin Laba Kotor Marjin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan , dengan
cara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dan mengukur kemampuan perusahaan mengotrol biaya persediaan atau produksi. Marjin laba kotor pada PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2008 sebesar 14.25 %. Ini menunjukkan bahwa setiap penjualan Rp 1,- akan diperoleh laba kotor sebesar Rp 0.14. PT Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan rasio yang cukup signifikan pada tahun 2009
yaitu
menjadi 22.95%. Peningkatan rasio ini dipengaruhi oleh peningkatan laba kotor karena berkurangnya beban pokok penjualan khususnya penurunan bahan baku pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik dalam hal mengontrol biaya persediaan . Namun perusahaan mengalami sedikit penurunan rasio ini pada tahun 2010 menjadi 19.67 % yang disebabkan juga karena kembali meningkatnya harga bahan baku ( karet alam) pada tahun 2010. 110
Tabel IV.15 Rasio Marjin Laba Kotor Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010
2009
2008
19.67%
22.95%
14.25%
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
9.94%
14.90%
7.60%
21.71%
21.91%
21.80%
Perusahaan Goodyear Indonesia sebagai perusahaan pembanding mengalami peningkatan secara signifikan pada tahun 2009 dari 7.6% menjadi 14.9 %. Pada tahun 2010. Perusahaan pembanding ini mengalami penurunan rasio pada rasio marjin laba kotor. Yaitu dari 14.90% menjadi 9.94%. Untuk PT Multistrada Arah Sarana Tbk mempunyai rasio yang tergolong stabil di tahun 2008, 2009 dan 2010. Yaitu 21.81 %. 21.91% dan 21.70%. Diantara tiga perusahaan ini, PT Multistrada arah sarana Tbk mempunyai rasio marjin laba kotor yang lebih baik dilihat dari angka rasionya. Ini menunjukkan bahwa PT Multistrada arah sarana Tbk berproduksi lebih efisien dibandingkan dengan kedua perusahaan tersebut. •
Marjin Laba Bersih Rasio marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio pada tahun 2008 bernilai minus karena perusahaan mengalami kerugian pada tahun tersebut yang disebabkan selisih kurs mata uang asing. Pada tahun 2009 rasio meningkat secara signifikan menjadi 11.41 % yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- penjualan menghasilkan Rp0.11,- sebagai laba bersih. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan laba bersih cukup tinggi yang disebabkan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan penurunan harga bahan baku pada tahun tersebut. Pada tahun
111
2010 perusahaan mengalami penurunan rasio ini menjadi 8.43%. Penurunan ini karena berkurangnya laba bersih perusahaan yang disebabkan oleh meningkatnya beban lain – lain perusahaan termasuk selisih kurs mata uang asing. Tabel IV.16 Rasio Marjin Laba Bersih Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010
2009
2008
8.43%
11.41%
-7.85%
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
3.84%
9.37%
0.07%
8.77%
10.34%
0.22%
Seperti perusahaan Gajah Tunggal, rasio marjin laba bersih pada perusahaan Goodyear Indonesia meningkat cukup drastis pada tahun 2009. Dan kembali merosot pada tahun 2010. Rasio marjin laba bersih PT Goodyear Indonesia tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.07%, 9.37% dan 3.84%. Sedangkan untuk perusahaan Multistrada arah sarana Tbk mengalami peningkatan secara signifikan dan turun pada tahun 2010. Rasio marjin laba bersih pada PT Multistrada arah sarana ialah 0.22%, 10.34% dan 8.77%. Dari hasil rasio marjin laba bersih diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio marjin laba bersih dan kinerja perusahaan PT Multistrada Arah Sarana Tbk lebih baik dibandingkan dengan PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Goodyear Indonesia. •
Marjin Laba Operasi Rasio marjin operasi merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi
usaha termasuk memasukkan beban usaha dengan membandingkan antara laba usaha dibandingkan dengan penjualan bersih perusahaan. Besarnya rasio marjin operasi perusahaan pada tahun 2008 sampai dengan 2010 ialah 7.30 %, 14.43% dan 13.07%. Walaupun beban usaha meningkat pada tahun 2009, peningkatan rasio marjin laba 112
operasi pada tahun 2009 dipengaruhi karena peningkatan pada laba usaha perusahaan yang diiringi peningkatan laba kotor perusahaan disebabkan karena berkurangnya harga bahan baku dalam kegiatan produksi pada tahun ini. Hal ini menunjukkan perusahaan masih dapat mengontrol pertambahan beban usaha pada penjualan tahun 2009. Namun pada tahun 2010 rasio marjin laba operasi mengalami penurunan kembali karena peningkatan penjualan perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada laba usaha perusahaan pada tahun tersebut. Tabel IV.17 Rasio Marjin Laba Operasi Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
13.07%
14.43%
7.30 %
5.02 %
9.91 %
3.49 %
12.80%
13.65 %
13.23 %
Pada Perusahaan PT Goodyear Indonesia Tbk sebagai perusahaan pembanding, Perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan penurunan pada tahun 2010. Besarnya rasio pada tahun 2008 – 2010 ialah 3.49%, 9.91 % dan 5.02%. Sedangkan untuk Perusahaan Multistrada Arah Sarana Tbk rasio perusahaan tergolong stabil pada tahun 2008 dan 2009 dan mengalami penurunan pada tahun 2010. Dari rasio – rasio yang terdapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa PT Gajah Tunggal Tbk memiliki rasio marjin laba operasi lebih baik dibandingkan kedua perusahaan pembanding tersebut. •
Rasio Pengembalian atas Aktiva Rasio ini memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan
pengembalian kepada kedua penanam modal yaitu pemegang saham dan kreditor. 113
Seperti rasio Marjin laba bersih, Perusahaan Gajah Tunggal Tbk mengalami peningkatan dengan signifikan pada tahun 2009. Yaitu dari -7.17% menjadi 10.20% karena peningkatan laba bersih yang disebabkan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS. Namun pada tahun 2010 perusahaan Gajah Tunggal Tbk mengalami penurunan kembali rasio pengembalian atas asset menjadi 8.01 %. Hal ini terjadi karena ada sedikit penurunan laba bersih karena meningkatnya beban lain – lain sedangkan total asset perusahaan meningkat 16% pada tahun tersebut. Tabel IV.18 Rasio ROA Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010
2009
2008
8.01%
10.20%
-7.17%
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
5.81%
10.74%
0.08%
5.80%
6.89%
0.13%
Jika dibandingkan dengan perusahaan Goodyear Indonesia Tbk, Perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan penurunan kembali pada tahun 2010. Rasio pengembalin terhadap asset perusahaan Goodyear Indonesia pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.08%,10.74% dan 5.81%. Pada perusahaan Multistrada Arah Sarana Tbk Perusahaan mengalami kenaikan rasio pada tahun 2009 dan menurun pada tahun 2010. Yaitu 0.13%, 6.89% dan 5.80%. Dari rasio yang tertera diatas dapat dilihat bahwa Rasio pengembalian atas total aktiva PT Gajah Tunggal Tbk lebih baik dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia Tbk dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa PT Gajah Tunggal Tbk dapat mengelola asset perusahaan lebih efisien dibandingkan dengan kedua perusahaan tersebut. •
Rasio Pengembalian atas Ekuitas
114
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, menilai tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri .Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya. Seperti Rasio pengembalian atas asset, PT Gajah Tunggal Tbk mempunyai rasio yang buruk di tahun 2008. Namun di tahun 2009 rasio tersebut meningkat secara signifikan yaitu dari -37.88% menjadi 33.90%. Ini menunjukkan posisi modal dari perusahaan semakin menguat. Seperti rasio profitabilitas lainnya, hal ini disebabkan karena laba perusahaan Gajah Tunggal Tbk yang meningkat drastis dibandingkan peningkatan ekuitas pada tahun 2009. Meningkatnya rasio ini dapat berdampak positif dengan munculnya calon – calon investor yang ingin berinvestasi di perusahaan ini. Tabel IV.19 Rasio ROE Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010
2009
2008
23.55%
33.90%
-37.8%
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
16.04%
29.15%
0.27%
10.81%
11.98%
0.23%
PT Goodyear Indonesia Tbk sebagai perusahaan pembanding mengalami peningkatan pada tahun 2009 dari 0.27% menjadi 29.15% dan penurunan rasio pada tahun 2010 dari 29.15% menjadi 16.04%. Sedangkan untuk perusahaan PT Multistrada Arah Sarana Tbk mengalami peningkatan rasio pada tahun 2009 dan penurunan pada tahun 2010. Yaitu 0.23%, 11.98% dan 10.81%. Namun angka rasio yang didapat dari PT Gajah Tunggal Tbk tetap lebih besar dari PT Multistrada Arah Sarana Tbk dan PT Goodyear Indonesia Tbk. Yang berarti bahwa rasio PT Gajah Tunggal Tbk lebih baik
115
dibandingkan dengan dua perusahaan pembandingnya dan menguntungkan perusahaan karena akan semakin banyak investor untuk menjalankan kegiatan investasinya pada perusahaan Gajah Tunggal Tbk. IV.2.2.5 Analisis Leverage Tabel IV.20 Perhitungan Rasio Leverage
Keterangan
2010
2009
2008
Price Earning Ratio
2,300 238
= 9.66 X
425 260
= 1.63 X
200 -179
= -1.12 X
Dividend Payout Ratio
15 238
= 6.30 %
0 260
=0%
4.97 -179
= - 2.78%
Price to Book Value Ratio
2,300 1,012
= 2.27 X
425 767
= 0.55 X
200 473
= 0.42 X
•
Harga saham per lembar Penulis mendapatkan harga perlembar saham perusahaan Gajah Tunggal Tbk
pada tahun 2008 – 2010 melalui http:/www.finance.yahoo.com. Harga saham perlembar perusahaan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah Rp 200, Rp 425, Rp 2300 •
Pendapatan dan Dividen Per Lembar Saham Sebelum menganilisis rasio leverage Perusahaan, Peneliti menentukan
Pendapatan dan Dividen per lembar saham untuk mempermudah peneliti dalam melakukan perhitungan rasio leverage. Pada pendapatan per lembar saham Perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan melalui laporan laba rugi Perusahaan. Pendapatan per lembar saham menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham. Pendapatan per 116
lembar Perusahaan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah -179, 260, 238. Peningkatan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa keuntungan yang diterima oleh pemegang saham semakin besar karena adanya peningkatan laba pada perusahaan. Begitu pula penurunan pendapatan per lembar saham pada tahun 2010 yang disebabkan karena penurunan laba bersih pada tahun 2010. Begitu pula dengan dividen per lembar saham dimana para pemegang saham dan investor memperhatikan nilai dividen per lembar saham yang dibagikan kepada oleh Perusahaan kepada pemegang sahamnya. Nilai ini didapat dari dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. Besarnya dividen per lembar saham yang dibagikan kepada perusahaan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 4.97 , 0, dan 15. Pada tahun 2009 perusahaan tidak membagikan dividen karena Perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2008 untuk menyisihkan jumlah tertentu setelah disetujui oleh para pemegang sahamnya pada Rapat Umum Pemegang Saham dari laba bersihnya sebagai cadangan. Pada tahun 2010 perusahaan sudah mulai membagikan kembali dividen kepada pemegang sahamnya karena kondisi keuangan yang mulai membaik. •
Price Earning Ratio Berdasarkan perhitungan nilai price earning ratio pada PT Gajah Tunggal Tbk
rasio mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu dari -1.12 kali menjadi 1.63 kali. Hal ini terjadi karena ada peningkatan harga saham pada tahun ini dari 200 menjadi 425 . Pada tahun 2010 Perusahaan kembali mengalami peningkatan pada tahun karena ada peningkatan harga saham kembali dan juga karena berkurangnya saldo laba bersih pada
117
tahun berjalan yang diikuti oleh berkurangnya
earning per share. Dengan
meningkatnya Price Earning Ratio menunjukkan perusahaan mempunyai prospek yang baik dan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi dengan melihat harga pasar saham relative terhadap pendapatannya ( earning ). Tabel IV.21 Rasio PER Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010
2009
9.66 X
1.63 X
2008 -1.12 X
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
7.68 X
3.05 X
252 X
11.46 X
7. 17 X
280 X
Jika dibandingkan dengan rasio pembandingnya, PT Goodyear Indonesia masih memiliki rasio lebih rendah jika dibandingkan dengan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2010. Namun PT Multistrada Arah Sarana Tbk memiliki rasio tertinggi jika dibandingkan dengan kedua perusahaan pada tahun 2010. Hal ini menunjukka bahwa PT Multistrada Arah Sarana Tbk mempunyai prospek terbaik pada perusahaan mengenai harga saham terhadap pendapatan ( earning ) nya. •
Dividend Payout Ratio Berdasarkan perhitungan nilai dividend payout ratio pada PT Gajah Tunggal Tbk
mengalami nilai yang minus pada tahun 2008 dikarenakan perusahaan mencatat rugi bersih sebesar Rp 625 miyar karena krisis ekonomi global yang berdampak juga pada Perusahaan. Hal ini juga menyebabkan dividen tidak dibagikan pada tahun 2009 untuk menyisihkan jumlah tertentu setelah disetujui oleh para pemegang sahamnya pada Rapat Umum Pemegang Saham dari laba bersihnya sebagai cadangan.. Pada tahun 2010 perusahaan sudah memulai pembagian dividen dengan peningkatan yang cukup tinggi 118
yang terjadi karena penurunan pada laba bersih yang diiringi dengan berkurangnya earning per share. Tabel IV.22 Rasio DPR Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010 6.30%
2009 0%
PT Goodyear Indonesia Tbk
2008 -2.78%
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
13.31%
2.03%
444%
3.47%
0%
200%
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembandingnya PT Goodyear Indonesia mempunyai rasio yang lebih besar pada tahun 2010 yaitu 13.31 %. Sedangkan pada PT Multistrada Arah Sarana Tbk mempunyai rasio yang lebih rendah dari kedua perusahaan tersebut pada tahun 2010. Jika dilihat dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio yang didapatkan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2010 sudah baik jika dibandingkan dengan perusahaan pembandingnya. Namun PT Multistrada Arah Sarana Tbk mempunyai rasio yang lebih rendah yang artinya mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari PT Gajah Tunggal Tbk. •
Price to Book Value Ratio Pada price to book value ratio Perusahaan mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya. Besarnya rasio pda tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.42 kali, 0.55 kali dan 2.27 kali. Peningkatan pada rasio ini disebabkan karena harga per lembar saham yang meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan harga bukunya. Peningkatan ini merupakan hal yang baik karena menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan cukup potensial.
119
Tabel IV.23 Rasio PBV Perusahaan Pembanding PT GT Radial Tbk 2010
2009
2008
2.27 X
0.55 X
0.42 X
PT Goodyear Indonesia Tbk
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
1.23 X
0.89 X
0.69 X
1.24 X
0.86 X
0. 67 X
Pada PT Goodyear Indonesia sebagai perusahaan pembanding mengalami peingkatan rasio pada setiap tahunnya. Besarnya rasio pada tahun 2008, 2009 dan 2010 ialah 0.69, 0.89 dan 1.23 kali. Begitu pula dengan PT Multistrada Arah Sarana Tbk yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Besarnya rasio pada tahun 2008, 2009 dan 2010 pada PT Multistrada Arah Sarana Tbk ialah 0.67, 0.86 dan 1.24 kali. Dari rasio – rasio yang ada pada tabel diatas dapat dilihat perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk mempunyai rasio price to book value terbaik dibandingkan dengan kedua perusahaan pembandingnya. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya rasio yang dimiliki oleh PT Gajah Tunggal Tbk. IV.3 Analisis Prospektif Laporan Keuangan Analisis prospektif merupakan suatu penilaian bisnis dengan menggunakan laporan keuangan yang dilakukan untuk dapat meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa mendatang. Pada penelitian ini penulis menganalisis analisis proyektif hanya sampai dengan lima tahun ke depan yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Analisis prospektif dilakukan pada laporan neraca dan laporan laba rugi. Karena keterbatasan yang dihadapi oleh penulis, analisis ini dilakukan dengan melihat faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan akun – akun dan tren rata – rata pertumbuhan atau penurunan akun – akun yang ada di laporan
120
keuangan dimana rata – rata pertumbuhan atau persentase tersebut digunakan penulis untuk melihat atau meramalkan besarnya nominal suatu akun dari pertumbuhan rata – rata akun tersebut. Analisis proyektif perusahaan ini dapat dilihat pada halaman lampiran yang ada di halaman L 10. Pada analisis proyektif laporan laba rugi, dapat dilihat pada akun penjualan yang memiliki rata – rata pertumbuhan sebesar 14.47% yang didapat dari pertumbuhan penjualan tiga tahun terakhir. Dapat diprediksikan bahwa penjualan pada PT Gajah Tunggal Tbk akan terus meningkat setiap tahunnya sampai tahun 2015. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya industry di bidang otomotif yang mempengaruhi banyaknya permintaan pada produksi ban di Indonesia. Pada data Gaikindo ( Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia ) didapatkan penurunan penjualan pada tahun 2009 sebesar 30 %, Namun meningkat kembali pada tahun 2010 sebesar 46.1 %. Gaikoindo juga memprediksikan pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor akan terus meningkat pada tahun kedepanya. Pada tahun 2015 diprediksikan bahwa penjualan pada PT Gajah Tunggal Tbk dapat mencapai angka 19,367,196. Peningkatan penjualan ini juga diiringi dengan peningkatan pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya penjualan dan beban pokok penjualan diprediksi akan meningkat setiap tahunnya karena harga karet alam yang terus melonjak. Namun peningkatan ini diimbangi dengan peningkatan penjualan yang sedikit lebih besar sehingga dapat diprediksikan laba kotor Perusahaan juga akan terus meningkat di tiap tahunnya. Pada beban usaha diperkirakan akan terjadi peningkatan pada setiap tahunnya terutama pada bidang penjualan karena naiknya harga bahan baku akan mengakibatkan permintaan menurun sehingga diperlukan biaya program insentif untuk penjualan. 121
Untuk Laba bersih perusahaan , diprediksi dapat mengalami penaikan laba secara berkala dan juga mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan beban lain – lain perusahaan dipengaruhi kekuatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada selisih kurs mata uang asing. Sehingga Perusahaan dapat mengalami profit karena hal ini bahkan kerugian yang sangat besar. Pada lima tahun mendatang dapat diprediksikan, dengan kondisi nilai tukar rupiah seperti dua tahun terakhir, peningkatan beban lain – lain terburuk mencapai 60 % dari rata – rata tahun sebelumnya, sehingga dapat dilihat Perusahaan diprediksi akan mengalami peningkatan keuntungan sampai tahun 2013 yaitu sebesar 1,250,093 dan penurunan keuntungan pada tahun 2014 dan tahun 2015 menjadi 962,439. Pada asset lancar diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata 11.47 % dari rata – rata pertumbuhan tahun – tahun sebelumnya. Komponen aktiva lancar pada Perusahaan berupa kas dan setara kas yang akan diperkirakan meningkat 6% sampai dengan lima tahun kedepan setelah kas dan setara kas Perusahaan mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2009 setelah menyelesaikan penawaran penukaran obligasi yang beredar, Piutang yang diprediksi juga mengalami peningkatan sampai lima tahun terakhir yang dipengaruhi meningkatnya penjualan pada Perusahaan pada lima tahun ke depan, dan persediaan yang diprediksi akan meningkat sebesar 12.47 % pada lima tahun ke depan yang diiringi peningkatan harga bahan baku untuk produksi. Pada aktiva tidak lancar, akan diperkirakan meningkat seperti tahun - tahun sebelumnya karena peningkatan pada aktiva tetap seiring dengan program ekspansi pada Perusahaan yang terus berjalan.
122
Pada kewajiban, diperkirakan akan mengalami peningkatan lima tahun kedepan baik kewajiban lancar maupun kewajiban tidak lancar. Pada kewajiban lancar , hutang diperkirakan akan tetap meningkat disebabkan peningkatan penjualan bersamaan dengan harga bahan baku produksi. Sedangkan untuk kewajiban jangka panjang diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan peningkatan hutang obligasi yang disebabkan nilai kurs mata uang asing ( Dollar AS ) yang dapat meningkat. Dari proyeksi neraca pada asset dan kewajiban dapat dihasilkan modal Perusahaan dari pengurangan asset dan kewajiban. Pada perhitungan proyeksi tersebut didapatkan modal perusahaan pada tahun 2015 ialah 5,684,430. Proyeksi total kewajiban Perusahaan pada tahun 2015 ialah 9,394,254. Hal ini menunjukkan struktur permodalan perusahaan pada tahun 2015 masih kurang baik. Dapat diliat pada rasio hutang terhadap ekuitas (net debt to equity ratio ) ialah 1.60. Namun hasil rasio ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan besarnya rasio pada tahun 2010 yaitu 1.94. IV.4 Analisis Kebangkrutan Perusahaan Analisis kebangkrutan dilakukan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan suatu perusahaan. Pada analisis kebangkrutan ini, penulis menggunakan analisis diskriminan dari
Altman untuk mengetahui tingkat kebangkrutan pada PT Gajah Tunggal Tbk
dengan menggunakan persamaan : Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) + 3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1,0 (X5) Dimana : •
X1 = Working Capital / Total Asset
123
•
X2 = Retained Earnings/ Total Asset
•
X3 = Earnings Before Interest and Taxes / Total Asset
•
X4 = Market Value of Equity / Total Liabilities
•
X5 = Sales/ Total Asset Penilaian atau pengungkapan dari perhitungan analisis kebangkrutan dengan
menggunakan metode Altman ialah sebagai berikut : a. Z < 1,81
= Kemungkinan untuk perusahaan besar bangkrut
b. 1,81 < Z <2,99
= Kemungkinan untuk perusahaan meragukan (dapat
bangkrut atau tidak), diperlukan investigasi untuk memecahkan masalah ini c. Z>2,99
= Kemungkinan untuk perusahaan besar bangkrut kecil.
Rincian perhitungan analisis kebangkrutan perusahaan PT Gajah Tunggal dengan menggunakan metode Altman didapat sebagai berikut : Tahun 2008 : x1
( 3,057,108 - 2,170,859) 8,713,559
x2
( 12,033 ) 8,713,559
= 0.00138
x3
-311,205 8,713,559
= - 0.035715
x4
1,637,392 7.064,134
= 0.2318
x5
7,963,473 8,713,559
= 0.914
= 0.10
124
Penghitungan : 1.2 ( 0.1017 ) + 1.4 (0.0014) + 3,3 ( -0.0357) + 0,6 ( 0.2318 ) + 1 ( 0.9139 ) Hasil = 1.059 Tahun 2009 : x1
( 3,375,286 – 1,817,666 ) 8,877,146
x2
( 30,000 + 887,363 ) 8,877,146
= 0.103
x3
1,693,893 8,877,146
= 0.1908
x4
1,753,297 6,206,486
= 0.2825
x5
7,936,432 8,877,146
= 0.89403
= 0.18
Penghitungan : 1.2 ( 0.18 ) + 1.4 (0.103) + 3,3 ( 0.1908) + 0,6 ( 0.2825 ) + 1 ( 0.89403 ) Hasil : 2.048 Tahun 2010 : x1 ( 4,489,184 – 2,549,406 ) 10,371,567
= 0.19
x2
1,695,715 10,371,567
= 0.1634
x3
1,486,992 10,371,567
= 0.143372
125
x4
1,830,882 6,844,970
= 0.2675
x5
9,853,904 10,371,567
= 0.950088
Penghitungan : 1.2 ( 0.19 ) + 1.4 (0.1634) + 3,3 ( 0.143372) + 0,6 ( 0.2675 ) + 1 ( 0.950088 ) Hasil : 2.037 Pada tahun 2008, PT Gajah Tunggal Tbk mendapatkan hasil skor Altman sebesar 1.08. Hasil ini menggambarkan bahwa Perusahaan pada tahun 2008 memiliki potensi untuk mengalami masalah kebangkrutan pada Perusahaan Gajah Tunggal Tbk. Namun hasil analisis Z score mengalami peningkatan sedikit demi sedikit pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009, nilai Z score perusahaan meningkat diangka 2.048 Peningkatan nilai ini diikuti dengan meningkatnya kinerja perusahaan yang semakin membaik. Seperti pada peningkatan aktiva lancar ( kas dan setara kas), penurunan hutang lancar ( hutang usaha ), dan peningkatan laba yang sangat drastis. Pada tahun 2009 level kebangkrutan perusahaan berada pada gray area yaitu posisi perusahan berada pada potensi dapat mengalami masalah kebangkrutan namun juga dapat terlepas dari masalah kebangkrutan. Diperlukan antisipasi oleh pihak manajemen perusahaan agar perusahaan dapat keluar dari masalah kebangkrutan. Pada tahun 2010, nilai Z score perusahaan mengalami penurunan sedikit menjadi 2.037. Pada tahun 2010 ini level kebangkrutan perusahaan tetap berada pada gray area .Penurunan hasil Z skor yang dialami perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2010 disebabkan karena adanya 126
peningkatan pada kewajiban lancar yaitu pada hutang usaha seiring dengan peningkatan harga bahan baku yang juga meningkat sehingga meningkatkan jumlah total kewajiban pada tahun tersebut. Analisis kebangkrutan pada Perusahaan merupakan analisis yang diperhatikan oleh investor dan kreditor untuk bahan pertimbangan mereka dalam kegiatan investasinya sehingga hasil ini mempengaruhi keinginan mereka untuk melanjutkan kegiatan mereka atau tidak. Tabel IV.24 Skor Altman Perusahaan Pembanding PT Gajah Tunggal Tbk
PT Goodyear Indonesia
PTMultistrada Arah Sarana Tbk
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2010
2009
2008
2.04
2.05
1.05
2.17
2.05
1.69
1.52
1.79
1.31
Dari analisis kebangkrutan perusahaan yang tertera di Tabel IV.24 , PT Gajah Tunggal Tbk mendapatkan skor yang lebih rendah jika dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Skor yang didapatkan PT Gajah Tunggal Tbk masih lebih rendah jika dibandingkan dengan PT Goodyear Indonesia Tbk yang mendapatkan skor lebih tinggi pada tahun 2010 . Namun PT Gajah Tunggal Tbk masih memiliki skor lebih baik jika dibandingkan dengan PT Multistrada Arah Sarana Tbk dimana skor yang didapatkan oleh PT Gajah Tunggal Tbk masih lebih tinggi dan lebih baik dari tahun 2008 sampai 2010. Skor ini dapat dilihat pada tabel IV.24 diatas. Dari analisis kebangkrutan Perusahaan pembanding dapat dilihat bahwa perusahaan yang memiliki skor Altman lebih baik ialah Perusahaan PT Goodyear Indonesia yang memiliki skor Altman tertinggi dan mengalami pertumbuhan skor disetiap tahunnya, diikuti Perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk. 127
Penulis juga memberikan analisis kebangkrutan pada Perusahaan Gajah Tunggal Tbk untuk lima tahun ke depan yang berasal dari analisis prospektif yang sudah dilakukan sebelumnya. Hasil dari analisis kebangkrutan pada PT Gajah Tunggal Tbk dan Perusahaan pesaing untuk lima tahun ke depan ialah sebagai berikut. Tabel IV.25 Analisis kebangkrutan lima tahun ke depan PT Gajah Tunggal Tbk 2011
2012
2013
2014
2015
2.01
2.09
2.16
2.20
2.20
PT Goodyear Indonesia Tbk 2011
2012
2013
2014
2015
2.36
2.56
2.79
3.02
3.28
PT Multistrada Arah Sarana Tbk 2011
2012
2013
2014
2015
1.55
1.58
1.62
1.66
1.72
Pada analisis kebangkrutan Perusahaan Gajah Tunggal Tbk dapat diprediksikan akan mengalami peningkatan skor setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh prediksi peningkatan pada penjualan, ekuitas dan laba pada Perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel IV.25 diatas. Namun terlihat dari skor yang didapatkan pada Perusahaan Gajah Tunggal Tbk masih berada dalam gray area
yang menunukkan bahwa
Perusahaan berpotensi dalam mengalami masalah kebangkrutan atau Perusahaan dapat terlepas dari masalah kebangkrutan. Pada PT Goodyear Indonesia Tbk juga diprediksikan akan memiliki skor yang lebih baik dari tahun ke tahun. Bahkan untuk PT Goodyear Indonesia dapat dilihat pada tahun 2014 dan 2015 skor menempuh angka 3 yang menunjukkan bahwa potensi Perusahaan untuk mengalami kebangkrutan sangat 128
kecil atau sukar untuk terjadi. Sedangkan untuk Perusahaan Multistrada Arah Sarana Tbk juga diprediksikan mengalami peningkatan pada skor ini, namun peningkatan tersebut tidak sampai menempuh skor 1.8. Yang menunjukkan bahwa kemungkinan Perusahaan PT Multistrada Arah Sarana Tbk untuk mengalami kebangkrutan masih cukup tinggi dan harus diberikan investigasi tim manajemen lebih lanjut. Dari tabel diatas dapat pula memberikan gambaran bahwa diantara tiga perusahaan ini yang mempunyai ancaman paling besar untuk masalah kebangkrutan ialah PT Multistrada Arah Sarana Tbk. Sedangkan untuk Perusahaan yang memiliki skor paling baik diprediksikan akan tetap pada Perusahaan Goodyear Indonesia dan diikuti oleh Perusahaan Gajah Tunggal Tbk.
129