BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan penting bagi perusahaan. Metode yang digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah analisis horizontal (dinamis) dengan menggunakan teknik analisis rasio yaitu teknis analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu, atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Adapun analisis yang dilakukan untuk mengetahui kinerja PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Aktivitas 4. Rasio Profitabilitas
4.1 Kinerja PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 4.1.1 Rasio Likuiditas Rasio-rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio likuiditas yang digunakan menurut Umar (2003:89 ) adalah sebagai berikut: 60
61
a. Current Ratio Current Assets =
X 100% Current Liabilities
Current Ratio digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Tabel 4.1 Current Ratio PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam Jutaan Rupiah) Tahun
Current Asset
2006 2007 2008
1,258,972 1,570,099 2,695,442
Current Liabilities 598,292 908,598 2,112,965
% 210.43 172.80 127.57
Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa current ratio tertinggi adalah pada tahun 2006. Tabel diatas
menunjukkan
bahwa nilai aktiva lancar yang dimiliki perusahaan pada tahun 2006, 2007, dan 2008 selalu menurun walaupun masih dapat menjamin kewajiban lancar yang harus dibayarkannya.
62
b. Quick Ratio Cash + Short term investment + receivable =
X 100% Current Liabilities
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Pada Quick Ratio tidak diperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang lebih sulit untuk segera dicairkan dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya, salah satunya disebabkan karena sering terjadi fluktuasi harga. Tabel 4.2 Quick Ratio PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 2007 2008
Liquid Current Asset 1,200,894 1,502,670 2,549,861
Current Liabilities 598,292 908,598 2,112,965
% 200.72 165.38 120.68
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rasio tertinggi adalah pada tahun 2006. Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa aktiva lancar yang paling likuid masih dapat menutupi hutang lancarnya karena berada diatas 100%.
63
4.1.2
Rasio Solvabilitas Rasio
ini
menggambarkan
hubungan
antara
utang
perusahaan terhadap modal maupun assets, atau dengan kata lain kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utangutangnya, baik utang jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio Solvabilitas yang digunakan menurut Umar (2003:89) adalah : a. Debt to Total Assets Ratio Total Debt =
X 100% Total Assets
Rasio ini memperlihatkan jumlah antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasinya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. Tabel 4.3 Debt to Total Assets Ratio PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 2007 2008
Total Debt 2,432,118 3,417,818 5,656,420
Total Assets 3,702,989 4,930,022 7,294,276
% 65.68 69.33 77.55
64
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rasio tertinggi adalah pada tahun 2008, karena meningkatnya jumlah kewajiban perusahaan.
b. Debt to Equity Ratio Total Debt =
X 100% Total Equity
Rasio ini menggambarkan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal
sendiri
perusahaan
tersebut
untuk
memenuhi seluruh kewajibannya. Tabel 4.4 Debt to Equity Ratio PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 2007 2008
Total Debt 2,432,118 3,417,818 5,656,420
Total Equity 1,260,843 1,495,856 1,607,668
% 192.90 228.49 351.84
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rasio tertinggi adalah pada tahun 2008, karena semakin tingginya kewajiban perusahaan. Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa modal pemilik tidak dapat menutupi kewajibanya.
65
4.1.3
Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan, penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio-rasio aktivitas yang digunakan menurut Munawir(2004:75) adalah : a.
Total Asset Turn Over Penjualan Netto = Jumlah Aktiva Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Tabel 4.5 Total Asset Turn Over PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun
Penjualan Netto 1,354,568 1,617,533 2,570,052
2006 2007 2008
b.
Jumlah Aktiva 3,702,989 4,929,338 7,294,276
Receivable Turn Over Penjualan Kredit Bersih = Piutang Rata-rata
% 36,58 32,81 35,23
66
Rasio ini menunjukkan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan. Dapat juga menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Tabel 4.6 Receivable Turn Over PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 2007 2008
4.1.4
Penjualan Kredit Bersih 409,288 544,658 843,315
Piutang Rata-rata 721,535 806,372 1,598,953
% 56,72 67,54 52,74
Rasio Profitabilitas Rasio ini menggambarkan tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan menurut Umar (2003:89) adalah : a. Gross Profit Margin Gross Profit =
X 100% Revenue Service
Rasio
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau
67
biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atau rasio ini, kita dapat melakukan pengendalian terhadap pengeluaran biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Tabel 4.7 Gross Profit Margin PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun
Gross Profit
2006 2007 2008
409,288 544,658 843,315
Revenue Service 1,354,568 1,617,553 2,570,052
% 30.22 33.67 32.81
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rasio tertinggi adalah pada tahun 2007 karena meningkatnya laba kotor dan penjualan yang dihasilkan perusahaan. b. Operating Profit Margin Operating Profit =
X 100% Revenue Service
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan pada kegiatan utama perusahaan. Tabel 4.8 Operating Profit Margin PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah)
68
Tahun
Operating Profit 314,365 428,544 695,461
2006 2007 2008
Revenue Service 1,354,568 1,617,553 2,570,052
% 23.21 26.49 27,06
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa rasio tertinggi adalah pada tahun 2008 karena nilai laba operasi yang paling tinggi disertai meningkatnya nilai penjualan perusahaan. c. Net Profit Margin Net Income =
X 100% Revenue Service
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjulan tertentu. Tabel 4.9 Net Profit Margin PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 2007 2008
Net Income Sales 193,950 1,354,568 223,264 1,617,553 9,916 2,570,052
% 14.32 13.80 0,39
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari tahun 2006 ke 2008 menalami penurunan yang sangat drastis.
69
d. Return On Asset Net Income =
X 100% Total Assets
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva perusahaan diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Tabel 4.10 Return On Asset PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 2007 2008
Net Income 193,950 223,264 9,916
Total Assets 3,702,988 4,930,022 7,294,276
% 5,24 4,53 0,14
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan belum maksimal. Rasio yang kecil menggambarkan bahwa perputaran aktiva lambat dalam meraih laba. e. Return On Investment
EBIT =
X 100% Total Asset
70
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin besar semakin bagus. Tabel 4.11 Return On Investment PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 2007 2008
EBIT 314,365 428,544 695,461
Total Asset 3,702,988 4,930,022 7,294,276
% 8,49 8,69 9,53
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan belum maksimal. Rasio yang kecil menggambarkan bahwa perputaran aktiva lambat dalam meraih laba.
4.2
Pembahasan Hasil pembahasan yang akan penulis uraikan adalah menilai kinerja perusahaan pada kelompok jasa pelayaran berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.
71
Tabel 4.12 Rasio Keuangan PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Analisis Kinerja Keuangan Analisis Likuiditas : 1. Current Ratio ( % ) 2. Quick Ratio ( % )
2006
2007
2008
210,43 200,72
172,80 165,38
127,57 120,68
Analisis Solvabilitas : 1. Debt to Total Assets Ratio ( % ) 2. Debt to Equity Ratio ( % )
65,68 192,90
69,33 228,49
77,55 351,84
1. Total Asset Turn Over (%)
36,58
32,81
35,23
2. Receivable Turn Over (%)
56,72
67,54
52,74
Analisis Profitabilitas : 1. Gross Profit Margin ( % ) 2. Operating Profit Margin ( % ) 3. Net Profit Margin ( % ) 4. Return On Asset (%) 5. Return On Investment ( % )
30,22 23,21 14,32 5,24 8,49
33,67 26,49 13,80 4,53 8,69
32,81 27,06 0,39 0,14 9,53
Analisis Aktivitas
1). Rasio Likuiditas a. Current Ratio (Rasio Lancar) Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Current ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek. Rasio ini dapat dipenuhi jika hasil perbandingan diatas 1 atau 100% dan tidak dapat dipenuhi jika perbandingan kurang dari 1 atau 100%. Secara umum aktiva lancar
72
harus dua kali lebih besar atau 200% dari kewajiban lancar, namun tidak adil untuk menetapkan standard tersebut untuk suatu jenis industri yang khusus. Rasio lancar tidak diperlukan dengan jumlah yang besar. Sebagai contoh jika rasio lancarnya 10 kali atau 1000% hal ini bisa jadi suatu sinyal atau peringatan bahaya karena menunjukkan perusahaan mempunyai sejumlah besar aktiva lancar yang tidak perlu disimpan pada masa kini namun jumlah tersebut dapat diinvestasikan ke masa depan. Perusahaan pemilik current ratio periode 2006 sebesar 210,43%, periode 2007 sebesar 172,80%, dan periode 2008 sebesar 127,57%. Rasio aktiva lancar dengan hutang lancar pada tahun 2008 turun dari 172,80 % menjadi 127,57% berasal dari naiknya hutang jangka pendek perusahaan. Dengan demikian telah terjadi penurunan setiap tahunnya tetapi masih baik. b. Quick Ratio Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Pada periode 2006 Quick Ratio sebesar 200,72%, periode 2007 sebesar 165,38%, dan periode 2008 sebesar 120,68%, dengan demikian telah terjadi penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 quick rasio mengalami penurunan dari 165, 38% menjadi 120,68% yang disebabkan oleh kenaikan kewajiban lancar yang berasal dari munculnya hutang bank jangka pendek yang cukup besar. Secara umum rasio perusahaan masih baik.
73
2). Rasio Solvabilitas a. Debt to Total Assets Ratio Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Pada periode 2006 rasio sebesar 65,68%, periode 2007 sebesar 69,33% dan periode 2008 sebesar 77,55 %, dengan demikian telah terjadi kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan proporsi hutang dengan aktiva dari 69,33% menjadi 77,55% karena junlah hutang meningkat yang berasal dari hutang obligasi dan hutang bank jangka pendek. Semakin tinggi rasio ini maka resiko keuangan bagi kreditur dan pemegang saham pun cenderung tinggi. b. Debt to Total Equity Ratio Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Pada periode 2006 rasio sebesar 192,90%, periode 2007 sebesar 228,49% dan periode 2008 sebesar 351,84%, dengan demikian telah terjadi kenaikan kewajiban setiap tahunnya. Semakin besar rasio berarti semakin buruk karena kemampuan pemilik modal untuk membayar kewajibannya lemah.
74
3. Rasio Aktivitas a. Total Asset Turn Over Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Total Asset Turn Over pada periode 2006 ke 2007 mengalami sedikit penurunan, sedangkan tahun 2008 kembali mengalami kenaikan. Yang artinya aktiva perusahaan mampu menghasilkan pendapatan yang terus meningkat dan bertambah produktif pendapatan yang diterima dari asset perusahaan. Pada tahun 2006 sebesar satu rupiah (Rp. 1,-) dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 0,37. Tahun 2007 dengan aktiva satu rupiah (Rp. 1,-) dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 0,33. Tahun 2008 dengan aktiva sebesar satu rupiah (Rp. 1,-) dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 0,35). b. Receivable Turn Over Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Receivable Turn Over (RTO) pada periode 2006 diperoleh 0,57 artinya perusahaan berhasil menagih piutang sebesar 0,57 kali. Untuk tahun 2007 diperoleh sebesar 0,68 artinya perusahaan berhasil menagih piutang sebesar 0,68 kali. Sedangkan ditahun 2008 diperoleh 0,53 yang artinya perusahaan berhasil menagih piutang sebesar 0,53 kali.
75
Dari hasil perhitungan ketiga tahun tersebut bahwa RTO mengalami naik turun yang berarti angka ini menunjukkan perusahaan masih baik. Semakin tinggi rasio ini semakin cepat perusahaan mengkonversi piutangnya menjadi kas.
4. Rasio Profitabilitas a. Gross Profit Margin Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap dan operasi lainnya maka semakin tinggi rasio ini semakin baik. Rasio margin laba kotor akhir periode 2006 sebesar 30,22%, pada akhir periode 2007 sebesar 33,67%, sedangkan pada akhir periode 2008 menjadi 32,81. Artinya perusahaan mengalami kenaikan kemampuannya memperoleh laba kotor sebesar 33,1% dari Rp 409,3 miliar pada tahun 2006 dan Rp 544,7 miliar pada tahun 2007. Sedangkan pada tahun 2007 ke 2008 itu mengalami kenaikan laba kotor sebesar 54,83% dari Rp. 544,7 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp. 843,3 miliar pada tahun 2008. b. Operating Profit Margin Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa :
76
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang baik karena berarti setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya tinggi dan tersedia untuk laba besar. Perusahaan memiliki rasio operating yang baik pada akhir periode 2006 sebesar 23,21%, untuk akhir periode 2007 sebesar 26,49%, sedangkan pada akhir periode 2008 sebesar 27,06%. c. Net Profit Margin Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Pada periode 2006 margin laba bersih sebesar 14,32%, sedangkan periode 2007 sedikit penurunan menjadi 13,80%. Tetapi dalam hal ini laba bersih perusahaan tetap meningkat sebesar 15,1% yaitu pada tahun 2006 sebesar Rp 194 miliar dan 2007 sebasar Rp 223.3 miliar yang disertai dengan bertambahnya aktiva dalam hal jumlah kapal. Sedangkan pada tahun 2008 Net Profit Margin perusahaan mengalami penurunan yang sangat signifikan dimana tahun 2007 margin laba bersih sebesar 13,80% menjadi 0,34% di tahun 2008. Ini terjadi karena penurunan Net Profit perusahaan yang disebabkan oleh rugi atas instrumen derivatif.
77
d. Return On Asset Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Pada periode 2006 return on asset sebesar 5,24%, sedangkan pada periode 2007 mengalami sedikit penurunan menjadi 4,53%. Sedangkan pada tahun 2008 return on asset kembali mengalami penurunan yang sangat signifikan menjadi 0,14%. Penurunan return on asset tahun 2008 terjadi karena turunnya laba bersih perusahaan yang cukup besar sedangkan total aktiva naik cukup besar. e. Return On Investment Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa : Pada periode 2006 tingkat pengembalian investasi tinggi yaitu sebesar 8,49%, pada periode 2007 sebesar 8,69%, sedangkan pada tahun 2008 mengalami sedikit kenaikan yaitu sebesar 9,53%. Walupun dari tahun ke tahun mengalami kenaikan tetapi hal ini masih menunjukkan kecilnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan
dengan
keseluruhan
dana
yang
ditanamkan dalam investasi atau aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan.