BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan
memaksimalkan
laba
per
saham.
Data
akuntansi
sangat
mempengaruhi harga saham dan untuk memahami bagaimana kinerja perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan sangat diperlukan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi investor laporan keuangan berguna untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman dan bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. Cara untuk menilai kinerja dalam mengelola perusahaan adalah menganalisis laporan keuangan yang disajikan dengan penekanan pada empat faktor utama yaitu likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan aktivitas. Hasil analisis yang dilakukan dengan faktor-faktor di atas hanya merupakan salah satu alat dalan pengembalian keputusan untuk menilai kinerja suatu perusahaan, tetapi bisa juga dipertimbangkan mengenai pertumbuhan perusahaan.
43
Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan penting bagi perusahaan. Metode yang digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah analisis horizontal (dinamis) dengan menggunakan teknik analisis rasio yang teknis analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu, atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Adapun analisis yang dilakukan untuk mengetahui kinerja PT. TIFICO Tbk adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Aktivitas 4. Rasio Profitabilitas
4.2
Perhitungan Tingkat Likuiditas PT. TIFICO Tbk Rasio likuiditas adalah merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhui kewajiban jangka pendek berupa hutang-hutang jangka pendek (short time debt). Analisisi likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhui seluruh kewajiban lancarnya. Baik yang menyangkut kemampuan pemenuhan kebutuhan dalam siklus operasi normal
44
perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya kepada pihak lain pada saat tanggal jatuh tempo. Suatu perusahaan yang mampu membayar hutang-hutangnya akan percuma jika perusahaan tersebut tidak mempunyai persediaan barang daganganatau tidak dapat membayar gaji para pegawai dan sebagainya yang berhubungan dengan kelancaran operasi perusahaan. Dengan demikian,
selain
menjaga
likuiditas,
badan
usaha
juga
harus
memperhatikan likuiditas perusahaannya karena kelancaran operasi perusahaan artinya untuk keberhasilan dan kesinambungan hidup perusahaan. Pengukuran tingkat likuiditas PT. TIFICO, Tbk peneliti menggunakan beberapa rasio antara lain sebagai berikit : a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar merupakan salah satu rasio financial yang sering digunakan. Rumus Current Ratio = aktiva lancar / hutang lancar Untuk melihat nilai Rasio Lancar PT. TIFICO, Tbk tiap tahun dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1
45
Perhitungan Current Ratio PT.TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Total Aktifa Lancar Total Kewajiban Lancar Dalam Rupiah Penuh 2007 1.119.968.416.840 2.334.371.465.720 2008 940.507.143.100 2.554.413.201.500 2009 754.132.972.950 1.779.950.809.350 2010 8.764.225 10.840.406 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
Current Ratio X 0.47 0.36 0.42 0.80
Rasio lancar PT. TIFICO Tbk pada tahun 2007 adalah 0.47 X, artinya setiap tahun Rp 1,- hutang jangka pendek perusahaan dijamin oleh Rp 0.47 aktiva lancar. Tahun 2008 mengalami penurunan menjadi Rp 0.36,- karna adanya penurunan jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu menjadi sebesar Rp 940.507.143.100,- yang diakibatkan oleh menurunnya piutang usaha, persediaan dan biaya dibayar dimuka. Tahun 2009 ada kenaikan Rasio Lancar menjadi Rp 0.42,- artinya setiap tahun Rp 1,- hutang jangka pendek dijamin oleh Rp 0.42 aktiva lancar. Tahun 2010 ada kenaikan yaitu menjadi sebesar Rp 0.80,-. Peningkatan nilai Rasio Lancar setiap tahun tersebut karena adanya peningkatan jumlah aktiva lancar. 46
Makin tinggi Rasio Lancar makin baik bagi perusahaan. Jika dilihat dari tabel 4.1 Rasio Lancar PT. TIFICO, Tbk mengalami penurunan yang drastis di tahun 2008, hal ini dapat dikatakan tidak bagus bagi perusahaan,
walaupun
pada
tahun
berikutnya
perusahaan
dapat
meningkatkan nilai Rasio Lancar. b. Rasio Lambat Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangaka pendek dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan surat berharga yang dapat segera dicairkan. Rasio ini merupakan perbandingan antara aktiva yang berupa uang kas dan efek dengan hutang lancar. Apabila Rasio Lambat mengalami kenaikan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tingkat rasio yang baik. Rasio Lambat dapat dihitung dengan rumus yaitu : Rumus Cash Ratio = kas + efek / hutang lancar Untuk melihat nilai Rasio Lambat PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.2 Perhitungan Cash Ratio PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Kas + Efek Total Kewajiban Lancar Dalam Rupiah Penuh 18.234.457.360 2007 2.334.371.465.720 93.401.544.100 2008 2.554.413.201.500 49.000.319.550 2009 1.779.950.809.350 643.936 2010 10.840.406 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
Cash Ratio X 0,01 0,04 0,03 0,06
47
Rasio Lambat yang dihasilkan pada tahun 2007 adalah setiap Rp 1,- hutang dijamin dengan Rp 0.01 kas dan efek yang dijamin perusahaan. Rasio Lambat mengalami peningkatan ditahun 2008 yaitu setiap Rp 1,hutang dijamin Rp 0.04 kas dan efek, karena pada tahun tersebut ada peningkatan jumlah kas dibandingkan tahun 2007 menjadi sebesar Rp 93.401.544.100,-. Namun ditahun 2009 Rasio Lambat kembali mengalami penurunan yaitu setiap Rp 1,- hutang dijamin dengan Rp 0.03 yang disebabkan jumlah kas yang menurun jadi Rp 49.000.319.550,-. Rasio Lambat mengalami peningkatan ditahun 2010yaitu setiap Rp 1,- hutang dijamin Rp 0.06 kas dan efek, karena pada tahun tersebut ada peningkatan jumlah kas dibandingkan tahun 2009 menjadi sebesar Rp 643.936,-. c. Rasio Cepat Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban janga pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Semakin meningkat nilai Rasio Cepat semakin baik untuk perusahaan. 48
Rumus Quick Ratio = aktifa lancer – persediaan / hutang lancar Untuk melihat nilai Rasio Cepat PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.3 Perhitungan Quick Ratio PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun
Aktiva Lancar - Persediaan
Total Kewajiban Lancar
Dalam Rupiah Penuh 2007 838.018.429.920 2.334.371.465.720 2008 712.977.120.500 2.554.413.201.500 2009 523.229.792.400 1.779.950.809.350 2010 4.612.326 10.840.406 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
Quick Ratio X 0,36 0,28 0,29 0,43
Dari tabel 4.3 dapat dilihat Rasio Cepat ditahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007, hal ini disebabkan oleh meningkatnya total kewajiban lancar. Di tahun 2008 total kewajiban lancar meningkat menjadi sebesar Rp 2.554.413.201.500,-
49
karena adanya peningkatan jumlah hutang usaha dan tahun 2009 total kewajibaan lancar meningkat lagi menjadi sebesar Rp 1.779.950.809.350,karena adanya peningkatan jumlah hutang usaha, biaya yang masih harus dibayar dan hutang pajak. Mulai tahun 2010 Rasio Cepat mengalami peningkatan, walaupun total kewajiban lancar meningkat namun juga diimbangi dengan meningkatnya jumlah aktiva lancar diluar persediaan. Tahun 2007 menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- hutang lancar dapat dijamin oleh Rp 0.36,- aktiva lancar diluar persediaan. Begitu juga pada tahun 2008, setiap Rp 1,- hutang lancar dapat dijamin Rp 0.28 aktiva lancar diluar persediaan. Dan pada tahun 2009 setiap Rp 1,- hutang lancar dapat dijamin Rp 0.29,- aktiva lancar diluar persediaan. Pada tahun 2010 Rasio Cepat mengalami peningkatan yaitu setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin Rp 0.43,- aktiva lancar diluar persediaan.
4.3
Perhitungan Tingkat Profitabilitas PT. TIFICO Tbk Rasio ini disebut juga sebagai rasio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan dalam suatu periode tertentu. Profitabilatas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Adapun parameter untuk mengukur profitabilitas dalam menggambarkan kinerja keuangan adalah sebagai berikut :
50
a. Gross Profit Margin (GPM) Gross
Profit
Margin
yaitu
mengukur
penjualan
untuk
menghasilkan laba kotor setelah dikurangi Harga Pokok Penjualan. Rasio ini digunakan untuk mencari laba bruto per rupiah (Rp) penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah laba kotor yang diperoleh, artinya semakin baik bagi perusahaan. Rumus Gross Profit Margin = laba kotor / penjualan neto x 100% Untuk melihat Gross Profit Margin PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.4 Perhitungan Gross Profit Margin PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Laba Kotor Penjualan Dalam Rupiah Penuh 2007 18.506.402.320 2.866.664.272.640 2008 137.717.935.700 3.279.759.260.500 2009 880.843.950 2.326.968.066.150 2010 1.765.980 32.862.491 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
GPM % 0,65 4,20 0,04 5,37
51
Gross Profit Margin yang dimiliki perusahaan pada tahun 2007 sebesar 0,65% dari penjualan yang dilakukan, dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 4,20%. Ini dikarenakan terjadinya peningkatan penjualan pada tahun 2008 dibandingkan pada tahun 2007. Penurunan GPM terjadi pada tahun 2009 yaitu menjadi sebar 0,04%, dikarenakan pada tahun tersebut terjadi peningkatan beban pokok penjualan yang cukup tinggi sehingga terjadi pengurangan terbsar bagi laba kotor. Kemudian GPM meningkat kembali pada tahun 2010 yaitu sebesar 5,37%. Ini menggambarkan bahwa perusahaan pada tahun 2010 memperoleh laba kotor yang meningkat. Jadi setiap Rp 1,00 akan menghasilkan laba kotor sebanyak Rp 0,006 ditahun 2007, ditahun 2008 setiap Rp 1,00 akan menghasilkan laba kotor sebanyak Rp 0,042 . dan ditahun 2009 setiap Rp 1,00 akan menghasilkan laba kotor sebanyak Rp 0,0004, ditahun 2010 setiap Rp 1,00 akan menghasilakan laba kotor sebanyak Rp 0,053. b. Operating Profit Margin (OPM) Rasio ini untuk mengukur laba sebelum bunga dan pajak per rupiah penjualan. Semakin tinggi nilai Operating Profit Margin maka semakin baik . Rumus Opertating Profit Margin = laba sebelum pajak / penjualan neto x 100% Untuk melihat Operating Profit Margin PT. TIFICO, Tbk
52
Tabel 4.5 Perhitingan Operating Profit Margin PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun EBIT Penjualan Dalam Rupiah Penuh 2007 316.586.443.600 2.866.664.272.640 2008 661.059.581.200 3.279.759.260.500 2009 209.916.516.600 2.326.968.066.150 2010 1.206.063 32.862.491 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
OPM % 11,04 20,16 9,02 3,67
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 terjadi penurunan OPM jika dibandingkan dengan tahun 2008 dari sebesar 11,04% manjadi 20,16%. Kemudian pada tahun 2009 dan 2010 nilai OPM mengalami penurunan sebesar 9,02% dan 3,67%. Hal ini dinilai sangat tidak baik bagi perusahaan karena rasio ini memiliki penilaian semakin rendah nilainya maka semakin buruk. c. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin yaitu mengukur laba bersih setelah pajak dengan penjualan (Net Income After Tax). Untuk melihat keberhasilan perusahaan dalam industrinya. Net Profit Margin merupakan yang baik (walaupun tiap
53
industri mempunyai ukuran yang berbeda). Semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah laba yang diperoleh dan semakin baik bagi perusahaan. Untuk melihat keberhasilan perusahaan dalam industrinya, NPM merupakan ukuran yang baik. Rumus Net Profit Margin = laba setelah pajak / penjualan neto x 100% Untuk melihat Net Profit Margin PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.6 Perhitungan Net Profit Margin PT. TIFICO tbk Periode 2007-2010 Tahun Laba Bersih Penjualan Dalam Rupiah Penuh 2007 300.735.659.980 2.866.664.272.640 2008 629.761.844.400 3.279.759.260.500 2009 163.107.529.200 2.326.968.066.150 2010 1.189.776 32.862.491 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
NPM % 10,49 19,20 7,01 3,62
54
Pada tabel 4.6 dapat diketahui pada tahun 2007 mengalami penurunan NPM dibandingkan pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009 dan 2010 NPM mengalami penurunan kembali. Net Profit Margin yang dimiliki PT. TIFICO, Tbk. Pada tahun 2007 sebesar 10,49% dari penjualan yang dilakukan, pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 19,20%. Kemudian NPM perusahaan mengalami penurunan menjadi 7,01% ditahun 2009 dan 3,62% ditahun 2010, yang artinya masing-masing turun hingga 12,19% ditahun 2009 dan 3,39% ditahun 2010. Penurunan ini dikarenakan biaya-biaya pada tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan. Sehingga secara otomatis akan mengurangkan pendapatan laba bersih perusahaan. Ini berarti bahwa perusahaan belum dapat menghasilkan laba denggan baik. d. Return On Assets (ROA) Digunakan untuk mengukur kemampuan dari keseluruhan investasi dalam aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Rumus Return On Assets =laba bersih / jumlah aktiva x 100% Untuk melihat Return On Assets PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.7 Perhitungan Return On Assets PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Laba Bersih Total Aktiva Dalam Rupiah Penuh 2007 300.735.659.980 2.497.211.051.580 2008 629.761.844.400 2.171.029.528.900 2009 163.107.529.200 1.754.905.379.850 2010 1.189.776 21.835.316 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
ROA % 12,04 29,01 9,29 5,45
55
Pada tabel 4.7 diketahui bahwa ROA PT. TIFICO, Tbk selalu ber fluktuasi setiap tahunnya. ROA tahun 2007 diketahui sebesar 12,04%. Tahun 2008 mengalami kenaikan ROA jika dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar 29,01%. Hal ini terjadi karena perentase kenaikan total aktiva. Namun ditahun 2009, ROA mengalami penurunan 19,72% menjadi sebesar 9,29% dan menurun lagi 3,84% ditahun 2010 menjadi sebesar 5,45%. Jadi setiap Rp 1,00 aktiva mampu menghasilkan Rp 0,12 laba bersih pada tahun 2007, Rp 0,29 untuk tahun 2008, Rp 0,09 untuk tahun 2009, Rp 0,05 untuk tahun 2010.
e. Return On Equity (ROE) Return On Equity yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menciptakan laba. Rasio ROE juga digunakan untuk mengetahui tentang tingkat pengembalian investasi para pemegang saham dari besarnya pendapatan 56
yang dihasilkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat rasio perusahaan maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan dalam mengelola ekuitas untuk menghasilkan keuntungan. Rumus Return On Equity = laba bersih setelah pajak / jumlah modal sendiri x 100% Untuk melihat Return On Equity PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.8 Perhitungan Return On Equity PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Laba Bersih Total Ekuitas Dalam Rupiah Penuh 2007 300.735.659.980 11.274.291.000.000 2008 629.761.844.400 19.118.055.000.000 2009 163.107.529.200 28.005.547.500.000 2010 1.189.776 530.538.404 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
ROE % 2,67 3,29 0,58 0,22
Pada tabel 4.8 dapat dilihat ROE PT. TIFICO, Tbk. Pada tahun 2007 ROE sebesar 2,67%, ini berarti setiap Rp 1,- dari modal menghasilkan pendapatan atau laba bersih Rp 0,026 yang tersedia. Pada
57
tahun 2008 tingkat persentase ROE meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 3,29%. Ekuiitas perusahaan bertambah sebesar Rp 7.843.764.000.000,-. Pertambahan juga dialami oleh laba bersih yang naik sebesar Rp 329.026.184.420,- sehingga setiap Rp 1,- ekuitas menghasilkan laba atau pendapatan bersih sebesar Rp 0,032 yang tersedia untuk para pemegang saham. Pada tahun 2009 menurun lagi menjadi sebesar 0,58 dan sebesar 0,22 pada tahun 2010, artinya setiap Rp 1,- ekuitas menghasilkan Rp 0,005 ditahun 2009 dan Rp 0,002 ditahun 2010.
4.4
Perhitungan Rasio Solvabilitas PT. TIFICO Tbk Merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka panjang. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Semakin baik tingkat solvabilitasnya maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan pihak-pihak lain yang diberikan kepada perusahaan tersebut. Indikator dari penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah semakin kecil rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan semakin meningkat. a. Rasio Hutang Terhadap modal Sendiri (Debt to Equity Ratio) Rasio ini mengetahui komposisi modal perusahaan dengan membagi total hutang dengan modal sendiri, rasio ini menunjukkan 58
kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya. Rasio ini dapat memberi gambaran mengenai struktur modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak terbayarkan suatu hutang. Semakin rendah rasio ini semakin baik dan juga menunjukkan bahwa menjalankan kegiatan usahanya perusahaan tidak mengandalkan dari hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Rumus Debt to Equity Ratio = total kewajiban / modal sendiri x 100%
Untuk melihat Debt to Equity Ratio PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.9 Perhitungan Debt to Equity Ratio PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Total Kewajiban Total Ekuitas Dalam Rupiah Penuh 2007 2.756.442.087.560 11.274.291.000.000 2008 2.775.029.997.200 19.118.055.000.000 2009 1.912.464.691.200 28.005.547.500.000 2010 11.505.963 530.538.404 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
DER % 24,45 14,52 6,83 2,17
59
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa DER PT. TIFICO, Tbk mengalami penurunan ditahun 2008 sampai 2010. Penurunan DER yang cukup besar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 14,52% dimana pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 DER perusahaan berada pada tingkat DER yang paling tinggi yaitu sebesar 24,45%, artinya bahwa pada tahun 2007 kreditor menyediakan Rp 0,244 untuk setiap Rp 1,- yang disediakan pemegang saham dan tahun 2008 kreditor menyediakan Rp 0,14 untuk setiap Rp 1,- yang disediakan pemegang saham. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan jumlah kewajiban dan meningkatnya jumlah ekuitas peusahaan. Penurunan jumlahkewajiban dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar Rp 18.587.909.640,- yang dipengaruhi oleh pinjaman jangka pendek yang bernilai nol. Biaya yang masih harus dibayar, kewajiban jangka panjang yang bernilai nol dan kewajiban lainnya. Tahun 2009 DER kembali menurun menjadi sebesar 6,83% artinya kreditor menyediakan Rp 0,06 untuk setiap Rp 1,- yang disediakan pemegang saham. Dan pada tahun 2010 DER kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 2,17%, artinya kreditor menyediakan Rp 0,02 untuk setiap Rp 1,- yang disediakan pemegang saham. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa DER PT. TIFICO, Tbk tidak cukup baik karena terlalu banyak mengalami penurunan. b. Rasio Huutang Terhadap Aktiva (Debt Ratio) Merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini merupakan bagian
60
dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang, atau bagian aktiva yang didanai dengan menggunakan hutang. Rasio ini dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rumus Debt Ratio = total kewajiban / total aktifa x 100% Untuk melihat Debt Ratio PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.10 Perhitungan Debt Ratio PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Total Kewajiban Total Aktiva Dalam Rupiah Penuh 2007 2.756.442.087.560 2.497.211.051.580 2008 2.775.029.997.200 2.171.029.528.900 2009 1.912.464.691.200 1.754.905.379.850 2010 11.505.963 21.835.316 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
Debt Ratio % 110,38 127,82 108,98 52,69
Pada tahun 2008 perusahaan berhasil menekan Debt Ratio sebesar 17,44% menjadi 127,82% dibandingkan rasio tahun 2007 yang sebesar 110,38%. Penurunan jumlah kewajiban yang bersumber dari pinjaman 61
jangka pendek yang bernilai nol, penurunan biaya yang masih harus dibayar, kewajiban jangka panjang yang bernilai nol dan kewajiban lainnya dialami pada tahun ini dibandingkan tahun 2007. Kemudian ditahun 2009 Debt Ratio menurun lagi sebesar 18,84% menjadi 108,98%. Bagi PT. TIFICO, Tbk Debt Ratio tahun 2007 sebesar 110,38% dana perusahaan dibiayai oleh hutang. Begitu pula dengan tahun 2008 meningkat menjadi 127,82% hal ini disebabkan adanya kenaikan total hutang. Dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 108,98%, begitu juga pada tahun 2010 sebesar 52,69%, berarti ada sebesar 108,98% dan 52,69% dana perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio hutang, berarti semakin buruk bagi perusahaan atau semakin berisiko bagi perusahaan (kemungkinan tidak dapat membayar hutang juga makin besar). Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa Debt Ratio PT. TIFICO, Tbk tiap tahun mengalami penurunan, rasio hutang yang menurun baik untuk perusahaan.
4.5
Perhitungan Rasio Aktivitas PT. TIFICO Tbk Adalah rasio yang mengukur beberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Dan pengendalian tentang pentingnya aktiva lancar dan modal kerja bagi setiap perusahaan tidak hanya dalam kaitannya dengan aspek eifiensi. Dengan kata lain
62
analisis aktivitas untuk menilai efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover Ratio) Total Assets Turnover Ratio atau Rasio Perputaran Total Aktiva adalah rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva, disebut juga rasio pemanfaatan total aktiva. Semakin tinggi tingkat perputaran aktiva maka semakin lebih baik. Hal ini berarti dana yang ditanam dalam aktiva usaha telah sangat berhasil meningkatkan penjualan. Rumus Total Assets Turn Over Ratio = penjualan neto / jumlah aktifa x 1 kali Untuk melihat Total Assets Turnover Ratio PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.11 Perhitungan Total Assets Turnover PT.TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Penjualan Total Aktifa Dalam Rupiah Penuh 2007 2.866.664.272.640 2.497.211.051.580 2008 3.279.759.260.500 2.171.029.528.900 2009 2.326.968.066.150 1.754.905.379.850 2010 32.862.491 21.835.316 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
TATO X 1,15 1,51 1,33 1,51
63
Pada tabel 4.11 dapat dilihat TATO PT. TIFICO, Tbk dari tahun ke tahun selalu berfluktuasi. TATO pada tahun 2007 sebesar 1,15 kali. Pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 1,51 kali dan pada tahun 2010 1,51 kali, hal ini disebabkan adanya peningkatan total penjualan ditahun tersebut. Pada tahun 2009 TATO mengalami penurunan menjadi sebesar 1,33 kali. Penjualan ditahun 2009 mengalami peniingkatan sebesar Rp 91.389.974.000,- dan diikuti pula oleh aktiva perusahaan sebesar Rp 3.373.157.950,-. Demikian juga pada tahun 2010 penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp 3.326.056.125.689,- yang diikuti kenaikan aktiva sebesar Rp 230.899.028.651,-. Hasil dari rasio diatas diartikan, perputaran dana yang tertanam dalam total aktiva rata-rata hanya dapat berputar 1,15 kali ditahun 2007, 1,51 ditahun 2008 dan tahun 2010, 1,33 kali ditahun 2009 yang mengindikasikan bahwa setiap Rp 1,- investasi di aktiva mampu menghasilkan penjualan bersih sebesar Rp1,15,- ditahun 2007, Rp1,51,ditahun 2008 dan 2010, dan untuk tahun 2009 sebesar Rp 1,33,-. Semakin tinggi TATO maka semakin baik. Pada tabel diatas kita lihat bahwa pada tahun 2008 dan 2010, perusahaan memiliki tingkat perputaran aktiva yang paling tinggi, maka pada tahun tersebut terjadi tingkat perputaran aktiva yang maksimal.
64
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan atau harga pokok dengan persediaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur perjalanan persediaan sampai kembali menjadi uang kas. Indikator penilaian dari rasio perputaran persediaan ini adalah semakin tinggi tingkat rasio maka semakin baik kinerja keuangan yang dihasilkan, karena persediaan yang tersedia tidak tersimpan lama digudang. Rumus Inventory Turn Over, ITO = HPP / persediaan x 1 kali Untuk melihat Inventory Turnover PT. TIFICO, Tbk Tabel 4.12 Perhitungan Inventory Turnover PT. TIFICO Tbk Periode 2007-2010 Tahun Harga Pokok Penjualan Persediaan Dalam Rupiah Penuh 2007 2.848.157.870.320 281.949.986.920 2008 3.417.477.196.200 227.530.022.600 2009 3.326.087.222.200 230.903.180.550 2010 31.096.511 4.151.899 Sumber : Laporan Keuangan PT. TIFICO Tbk dan diolah
ITO X 10,10 15,02 14,40 7,49
Pada tabel 4.12 dapat dilihat kondisi PT. TIFICO, Tbk pada tahun 2007 sebesar 10,10 kali, kemudian ditahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 65
sebesar 15,02 kali. Kemudian ditahun 2009 mengalami penurunan sebesar 14,40 kali, dan ditahun 2010 mengalami penurunan juga sebesar 7,49kali . penurunan tersebut dikarenakan penggunaan modal kerja dalam persediaan kurang efektif, hasil ini menunjukkan semakin sedikitnya perputaran yang terjadi maka kemungkinan kerugian pada perusahaan. Dengan demikian rasio ini menunjukkan bahwa dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar selama tahun 2007 sebanyak 10,10 kali, 15,02 kalli ditahun 2008, untuk tahun 2009 sebanyak 14,40 kali, dan pada tahun 2010 perputaran sebanyak 7,49 kali.
4.6
Rangkuman Analisis PT. TIFICO Tbk Perhitungan Analisis rasio PT. TIFICO, Tbk secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut :
66
Tabel 4.13 RANGKUMAN RASIO KEUANGAN PT. TIFICO Tbk Periode Tahun 2007-2010 Rasio Perusahaan No Jenis Rasio 2007 2008 2009 1 Likuiditas Current Ratio 0.47 0.36 0.42 Cash Ratio 0.01 0.04 0.03 Quick Ratio 0.36 0.28 0.29 2 Profitabilitas GPM % 0.65 4.20 0.04 OPM % 11.04 20.16 9.02 NPM % 10.49 19.20 7.01 ROA % 12.04 29.01 9.29 ROE % 2.67 3.29 0.58 3 Solvabilitas DER % 24.45 14.52 6.83 Debt Ratio % 110.38 127.82 108.98 4 Aktivitas TATO 1.15 1.51 1.33 ITO 10.10 15.02 14.40 Sumber : Data telah diolah
2010 0.80 0.06 0.43 5.37 3.67 3.62 5.45 0.22 2.17 52.69 1.51 7.49
67