Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN TRANSPORTASI Aulia Mandasari
[email protected] Sugiyono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of financial ratio to the stock price at transportation companies either partially or simultaneously during 2008-2012 periods. The inferential statistics analysis method is used as analysis method in this research. Inferential analysis includes regression analysis, determination coefficient, and hypothesis test. Based on the result of hypothesis test it has been found that financial ratio has significant influence to the stock price whereas liquidity ratio that is measured by using Quick Ratio has significant influence to the stock price. The leverage ratio that is measured by using Debt to Equity Ratio has insignificant influence to the stock price and Profitability Ratio that is measured by using Return on Assets has significant influence to the stock price. Moreover, the result that has been obtained by using R square is 39.8% and the remaining 60.2% is influenced by other factors. Keywords:
Financial Ratio, Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Stock Price
INTISARI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan transportasi baik secara simultan maupun parsial selama periode 20082012. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis statistik inferensial. Analisis inferensial meliputi analisis regresi, koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Rasio leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham dan rasio profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selain itu berdasarkan R square diperoleh hasil 39,8% dan sisanya 60,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata kunci : Rasio Keuangan, Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Harga saham.
PENDAHULUAN Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, seorang manajer keuangan memegang tanggung jawab yang besar dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan bersama yaitu dengan memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin tinggi pula kemakmuran para pemiliknya. Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, biasanya digunakan analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio yang terbagi menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, dan rasio penilaian. Dengan mengetahui analisis rasio-rasio dan pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan, dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan kebutuhan dana harus dilakukan sehingga tujuan dari perusahaan dalam memberikan kemakmurah kepada para pemegang saham dapat tercapai melalui peningkatan harga saham. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah rasio keuangan yang diukur dengan Quick Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets secara bersama-sama (simultan) dapat mempengaruhi harga saham pada
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
2 perusahaan-perusahaan sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 ?. (2) Apakah rasio keuangan yang diukur dengan Quick Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets secara parsial dapat mempengaruhi harga saham pada perusahaan-perusahaan sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 ?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang telah diidentifikasi diatas, yaitu: (1) Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang diukur dengan Quick Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets secara bersama-sama (simultan) terhadap harga saham perusahaan-perusahaan sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia periode 20082012. (2) Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang diukur dengan Quick Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets secara parsial terhadap harga saham perusahaan-perusahaan sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Laporan keuangan ( biasanya dalam bentuk neraca dan laporan laba-rugi ) berisi informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan manajemen dimasa yang akan datang. Laporan keuangan merupakan dokumen yang memberikan informasi kepada para pemegang saham dan disusun menurut aturan-aturan tertentu dari Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia (Weston dan Copeland, 1994: 17). Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi aliran kas potensial bagi mereka dalam hal jumlah, waktu, dan ketidakpastian (Belkoui, 2001: 125). Pihakpihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan terdiri dari (Kasmir, 2009:18): (a) Pemilik atau pemegang saham, pemilik adalah pihak yang memiliki usaha. Hal ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya. Pemilik atau pemegang saham berkepentingan untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan, untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode serta menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan. (b) Manajemen, bagi pihak manajemen, laporan keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja dalam suatu periode tertentu. Nilai penting laporan keuangan bagi manajemen adalah alat untuk menilai dan mengevaluasi kinerja dalam pencapaian target dan tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu periode serta untuk melihat kemampuan manajemen mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan. (c) Kreditor, kreditor adalah pihak penyandang dana bagi perusahaan, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Bagi perusahaan yang telah mendapat pinjaman, laporan keuangan dapat menyajikan informasi tentang penggunaan dana yang diberikan serta kondisi keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan. Bagi perusahaan calon debitur, laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diberikan. (d) Pemerintah, arti penting laporan keuangan bagi pihak pemerintah adalah untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya dan untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara termasuk jumlah pajak yang harus dibayar kepada Negara. (e) Investor, investor adalah pihak yang akan menanamkan dana di suatu perusahaan. Dengan laporan keuangan, investor dapat melihat prospek atau keuntungan yang akan diperoleh (deviden) serta perkembangan nilai saham ke depan. Dengan begitu, investor dapat mengambil keputusan untuk membeli saham atau tidak. Laporan keuangan menurut IAI (2007:07) terdiri dari: (a) Neraca, neraca atau disebut juga posisi keuangan menggambarkan posisi keuangan (harta, utang, dan modal) perusahaan dalam suatu tanggal tertentu. (b) Laporan laba-rugi, Laporan laba-rugi melaporkan seluruh hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil dan laba (rugi) perusahaan selama periode tertentu. (c) Laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini akan dibuat apabila terjadi perubahan modal. (d) Laporan arus kas, laporan arus kas melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
3 oleh perusahaan melalui tiga tipe aktivitas yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. (e) Catatan atas laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila terdapat laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Analisis Keuangan Analisis keuangan mencakup analisis rasio keuangan, analisis kekuatan dan kelemahan financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen di masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis keuangan, dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki, oleh seorang Business Enterprises. Rasio dapat memberikan indikasi apakah perusahaan masih memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban financialnya, besarnya piutang yang rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran bagi pemegang saham dapat tercapai. Rasio dapat memberikan indikasi apakah perusahaan masih memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban financialnya, besarnya piutang yang rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran bagi pemegang saham dapat tercapai. Rasio Keuangan Menurut Harahap (2006:297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Menurut Brigham dan Houston (2007:94), rasio keuangan dirancang untuk membantu dalam mengevaluasi suatu laporan keuangan. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah indeks yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan antara dua angka dalam pos-pos laporan keuangan dengan membandingkan angka-angka tersebut dalam satu periode untuk membantu mengevaluasi suatu laporan keuangan. Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, 2. Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, 3. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dan 4. Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan beberapa jenis rasio keuangan tersebut, penelitian ini menggunakan 3 jenis rasio keuangan yaitu: 1. Rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio, 2. Rasio Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio dan 3. Rasio Profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets. Jenis – Jenis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri sebagai berikut: (1) Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jenis-jenis dari rasio likuiditas adalah sebagai berikut: (a) Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. (b) Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. (c) Cash Ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. (d) Rasio Perputaran Kas merupakan rasio yang mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. (e) Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. (2) Rasio
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
4 Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain : (a) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. (b) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. (c) Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. (d) Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. (e) Fixed Charged Coverage merupakan rasio yang dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). (3) Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenisnya antara lain: (a) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini akan berputar dalam suatu periode. (b) Perpuataran Persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam suatu periode. (c) Perputaran modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. (d) Fixed Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva. (4) Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain: (a) Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. (b) Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. (c) Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. (d) Laba Per Lembar Saham Biasa merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Saham Salah satu surat berharga yang diperdagangkan didalam pasar pasar adalah saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Dengan demikian apabila seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Jenis – Jenis Saham Saham merupakan salah satu bentuk instrumen investasi yang paling banyak diminati oleh para investor. Bagi perusahaan yang telah go public perusahaan tersebut dapat menjual sahamnya kepada masyarakat luas dan masyarakat juga dapat memilih beberapa jenis saham untuk berinvestasi, menurut Ahmad (2004:74) yaitu: (1) Menurut cara pengalihan terdiri dari: (a) Saham atas unjuk (bearer stock). Di atas sertifikat saham ini tidak ditulis nama pemiliknya sehingga kepemilikan atas unjuk ini dapat dengan mudah dialihkan atau dipindahkan kepada orang lain karena sifatnya yang mirip uang. (b) Saham atas nama (registered stock). Di atas sertifikat ditulis nama pemiliknya. Cara pengalihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan dokumen pengalihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika sertifikat ini hilang, pemilik dapat meminta penggantian karena namanya sudah ada di dalam buku perusahaan. (2) Menurut hak tagihan (klaim) terdiri dari: (a) Saham biasa (commond stock). Surat berharga yang paling banyak dan luas perdagangannya. Pemegang surat berharga ini mempunyai hak surat dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Saham biasa menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas keuangan perusahaan setelah dilikuidasi dibandingkan dengan saham preferen. (b) Saham preferen (prefered stock). Di dalam prakteknya, terdapat beberapa jenis saham preferen yaitu: (i) Cumulative prefered stock. Pemilik saham jenis ini memberikan hak kepada
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
5 pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Dalam arti bahwa jika dalam tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini dipertimbangkian pada tahun-tahun berikutnya. Pembayaran dividen kepada pemegang saham preferen selalu didahulukan dari pemegang saham biasa. (ii) Non cumulative prefered stock. Pemilik saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu presentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila pada suatu tahun tertentu dividen yang dibayarkan daripada jumlah yang ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini tidak dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya. (iii) Participating prefered stock. Pemilik saham jenis ini selain memperoleh dividen ekstra, setelah dividen dibayarkan penuh kepada seluruh pemegang saham preferen, mereka juga memperoleh dividen ekstra bersama-sama dengan pemegang saham biasa. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Nilai pasar saham dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat tergantung kondisi pasar, persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang menerpa pasar modal. Disamping itu harga saham pada dasarnya sangat terkait dengan kesehatan keuangan perusahaan. Ketika penghasilan perusahaan naik, keyakinan investor juga akan tinggi, maka harga saham pun biasanya naik. Jika perusahaan mengalami kerugian atau tidak mencapai target yang diharapkan, harga saham biasanya jatuh. Menurut Brigham dan Houston (2007:24), bahwa harga saham perusahaan tergantung pada faktor-faktor berikut ini: 1. Proyeksi laba per saham, 2. Waktu diperolehnya laba, 3. Tingkat resiko dari proyeksi laba, 4. Proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas (DER), 5. Kebijakan pembagian dividen (DPR). Kemudian menurut Damoddaran (2002:23) bahwa: “stock price determined demand or trade between buyers and sellers. And price established flow demand.”Artinya bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan atau perdagangan harian antara penjual dan pembeli. Arus permintaan ditentukan oleh harga, jika permintaan lebih besar dari penawaran, harga akan naik tetapi jika penawaran lebih besar dari permintaan maka harga akan turun. Disamping itu ditentukan juga oleh kondisi perusahaan yang bersangkutan artinya makin baik kinerja perusahaan, makin tinggi laba, makin besar keuntungan yang dinikmati pemegang saham dan makin besar pula kemungkinan harga saham naik. Selain kinerja perusahaan, prospek dan perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan makro ekonomi juga mempengaruhi harga suatu saham. Nilai Saham Saham adalah surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang go public. Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan tersebut akan dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula. Pemberian dividen yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Menurut Arifin (2004:45), nilai dari suatu saham terbagi atas: 1. Nilai intrinsik, yaitu harga yang diharapkan dari saham pada setiap akhir tahun pertama dari saham hari ini sebagaimana dilihat oleh investor tertentu pada waktu melakukan analisis, 2. Nilai par (par value), digunakan untuk menunjukkan nilai nominal, yakni nilai akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang saham, 3. Nilai buku (book value), menunjukkan besarnya penyertaan pemegang saham (stockholders’s equity) di perusahaan. nilai buku per lembar saham diperoleh dengan membagi nilai buku ekuitas dengan jumlah lembar saham yang ada, 4. Nilai pasar (market value), yaitu harga pasar yang berlaku dari suatu emisi saham, dan merupakan petunjuk dari bagaimana para pelaku pasar secara keseluruhan mengukur nilai dari saham itu.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
6 Hasil Penelitian Terdahulu Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Natarsyah (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor fundamental yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok Industri dan Barang Konsumsi yang telah go public adalah ROA, DER, dan Nilai Buku. Pengaruh Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Return On Assets Terhadap Harga Saham Nirawati (2003) menyatakan bahwa secara simultan Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Return On Assets berpengaruh nyata terhadap harga saham. Secara parsial variabel DER dan CR berpengaruh nyata terhadap harga saham. Sedangkan variabel EPS dan ROA tidak mempunyai pengaruh secara nyata terhadap harga saham. Hipotesis 1. Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Assets secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan-perusahaan sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Assets secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan-perusahaan sektor transportasi di Bursa Efek Indonesia. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong dalam sektor transportasi yang berjumlah 26 perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Teknik pengampilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2013:122), biasanya data yang digunakan kurang dari 30. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun, (2) Perusahaan-perusahaan yang laporan keuangannya telah di audit oleh auditor independen. Berdasarkan kriteria tersebut penulis mengambil 6 sampel perusahaan transportasi untuk diuji pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Varabel Independen a. Quick Ratio Quick Ratio, adalah rasio yang menggambarkan tentang tingkat likuiditas perusahaan yang dihitung melalui current assets dikurangi persediaan (inventory) dan dibagi dengan current liabilities, rumusnya adalah: 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑥 100% 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
b.
Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total ekuitas pemegang saham yang dimiliki perusahaan, rumusnya adalah: 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑥 100% 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
7 c.
Return On Assets Return On Assets adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Weston dan Copeland, 1994:63). Rumusnya adalah: 𝑅𝑂𝐴 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 𝑥 100% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Variabel Dependen Variabel dependen pada penelitian ini yaitu harga saham pada saat penutupan (closing price) perusahaan-perusahaan sektor transportasi. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Teknik Analisis Data Pengolahan data dilakukan melalui analisis statistik untuk mengukur pengaruh Rasio Likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio, Rasio Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio, dan Rasio Probabilitas yang diukur dengan Return On Assets terhadap variabel dependen yaitu harga saham yang diukur dengan closing price. Uji Asumsi Klasik Sebelum melanjutkan pada analisis regresi, penulis melakukan uji asumsi klasik dimana menurut Nurdiansyah (2014), Uji asumsi klasik adalah pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda. Pengujian ini bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Adapun beberapa uji asumsi klasik yang akan dilakukan yaitu: (a) Uji Normalitas, uji normalitas data dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi data, dimana data yang normal atau terdistribusi secara normal akan memusatkan pada nilai rata-rata dan median. (b) Multikolinearitas diartikan sebagai kondisi dimana variabel-variabel independen tidak benar-benar independen satu sama lain tetapi memiliki nilai-nilai yang ditetapkan secara bersama-sama, (c) Autokorelasi diartikan sebagai kondisi dimana nilai residu tidak independen satu sama lain dan tidak terdistribusi secara random dalam suatu deret waktu disebut sebagai kondisi autokorelasi, (d) Heterokedastisitas adalah suatu keadaan bahwa varian dari suatu residual pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya heterokedestisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Analisis Regresi Berganda Menurut Riduwan (2006:145) regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik atau turunnya) variabel terikat, bila dua atau lebih variabel bebas sebagai prediktor dimanipulasi ( dinaikan atau diturunkan) nilainya. Jadi analisis berganda dilakukan bila jumlah variabel bebasnya dua atau lebih. Adapun persamaan untuk model populasi sebagai berikut: 𝐻𝑆𝑡𝑟 = 𝑎 + 𝛽1 𝑄𝑅𝑡𝑟 + 𝛽2 𝐷𝐸𝑅𝑡𝑟 + 𝛽3 𝑅𝑂𝐴𝑡𝑟 + 𝜀 Dimana: a = Konstanta HStr = Harga saham QRtr = Quick (acid test) ratio
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
8 DERtr = Debt to equity ratio ROAtr = Return on assets 𝛽1 − 𝛽3 = Koefisien regresi dari masing - masing variabel independen dimana masing-masing mempunyai interpretasi sebagai rata-rata perubahan yang diharapkan dalam respon Y (negatif/positif) per unit perubahan dalam masing-masing variabel X disebut dengan slope. ε = Error term
Langkah-Langkah Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Menentukan Tingkat Signifikan signifikan sebesar 5% (ɑ = 0,05%) dengan derajat kebebasan df1 = k – 1 dan df2 = n – k. Dimana n = jumlah sampel dan k = jumlah variabel. Dengan ketentuan Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima sedangkan jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak. (b) Uji Signifikansi dengan uji F, uji F ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Uji t, uji t ini digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen terhadap variabel dependen secara parsial. (c) Pengambilan Keputusan yaitu H0 diterima jika nilai hitung statistik uji Fhitung < Ftabel. H0 ditolak jika nilai hitung statistik uji Fhitung > Ftabel, atau dengan menggunakan software SPSS 20.0 yaitu: H0 ditolak jika probabilitas < 0,05 dan H0 diterima jika probabilitas > 0,05. Dan untuk uji t diambil keputusan sebagai berikut: H0 diterima jika nilai thitung berada didaerah penolakan H0, dimana -ttabel < thitung < ttabel. H0 ditolak jika thitung berada didaerah penolakan H0, dimana t hitung > ttabel dan –thitung > -ttabel, atau dengan menggunakan software SPSS 20.0 yaitu: H0 ditolak jika probabilitas < 0,05. H0 diterima jika probabilitas > 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Rasio Likuiditas yang di ukur dengan Quick Ratio pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Transportasi yang Telah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
No. 1 2 3 4 5 6
Tabel 1 Data Quick Ratio Perusahaan – Perusahaan Transportasi Periode 2008 – 2012 Quick Ratio Nama Perusahaan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Mitra International 0,585 0,185 0,149 2,406 1,176 Resources PT. Zebra Nusantara 0,247 0,238 0,214 0,215 0,236 PT. Samudera Indonesia 1,506 1,172 1,144 1,027 0,991 PT. Rig Tenders Indonesia 1,36 1,079 1,192 2,425 1,782 PT. Steady Safe 0,058 0,042 0,044 0,053 0,019 PT. Indonesia Air Transport 0,264 0,347 0,387 0,703 0,628 4,02 3,063 3,13 6,829 4,832 Total 0,058 0,042 0,044 0,053 0,019 Min 1,506 1,172 1,192 2,425 1,782 Max Rata-Rata 0,67 0,511 0,522 1,138 0,805
Total
RataRata
4,501
0,9
1,15 5,84 7,838 0,216 2,329
0,23 1,168 1,568 0,043 0,466
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 1 diatas maka dapat terlihat bahwa rasio likuiditas yang diukur dengan Quick Ratio pada setiap perusahaan selalu berfluktuatif, dimana rasio likuiditas yang tertinggi di tahun 2008-2009 dihasilkan oleh PT. Samudera Indonesia Tbk, sedangkan rasio likuiditas tertinggi di tahun 2010-2012 dihasilkan oleh PT. Rig Tenders Indonesia Tbk. Hal tersebut membuktikan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
9 bahwa kinerja perusahaan tersebut yang diukur dari rasio likuiditas selama periode 2008-2012 adalah lebih baik dari perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas terendah tahun 2008-2012 adalah PT. Steady Safe Tbk. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa kinerja perusahaan tersebut yang diukur dengan rasio likuiditas adalah yang paling rendah jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Kondisi Rasio Leverage yang di ukur dengan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Transportasi yang Telah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
No. 1 2 3 4 5 6
Tabel 2 Data Debt to Equity Ratio Perusahaan – Perusahaan Transportasi Periode 2008 - 2012 Debt to Equity Ratio Nama Perusahaan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Mitra International Resources 10,58 -6,204 -3,082 -0,38 0,322 Tbk. PT. Zebra Nusantara Tbk. 0,698 0,881 1,221 2,061 3,803 PT. Samudera Indonesia Tbk. 1,465 1,951 1,312 1,46 1,478 PT. Rig Tenders Tbk. 0,673 0,548 0,346 0,159 0,403 PT. Steady Safe Tbk. -3,7 -2,583 -2,243 -1,78 -1,495 PT. Indonesia Air Transport Tbk. Total Min Max Rata-Rata
2,185 11,91 -3,7 10,58 1,984
2,014 -3,393 -6,204 2,014 -0,566
2,279 -0,167 -3,082 2,279 -0,028
1,898 3,418 -1,78 2,061 0,57
3,204 7,715 -1,495 3,803 1,286
Total
RataRata
1,24
0,248
8,664 7,666 2,129 -11,80
1,733 1,533 0,426 -2,36
11,58
2,316
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat diketahui bahwa rasio leverage yang diukur dengan debt to equity ratio pada setiap perusahaan selalu berfluktuatif, dimana ratio leverage tertinggi pada tahun 2008 adalah PT. Mitra International Resources Tbk, kemudian di tahun 2009-2010 ratio tertingginya dihasilkan oleh PT. Indonesia Air Transport Tbk, dan dari tahun 2011-2012 ratio tertinggi dihasilkan oleh PT. Zebra Nusantara Tbk. Hal tersebut membuktikan bahwa selama tahun 2008-2012 perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan hutang yang lebih besar daripada modal sendiri jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki rasio leverage terendah pada tahun 2008 adalah PT. Steady Safe Tbk, kemudian dari tahun 2009-2010 adalah PT. Mitra International Resources Tbk dan pada tahun 2011-2012 rasio leverage terendah kembali dhasilkan oleh PT. Steady Safe Tbk. Berdasarkan data yang dikumpulkan, hal tersebut belum bisa membuktikan bahwa nilai DER yang rendah disebabkan karena penggunaan hutang yang kecil, melainkan karena jumlah modal sendiri dari perusahaan yang bernilai negatif sedangkan hutangnya besar sehingga menyebabkan nilai dari DER rendah.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
10 Kondisi Rasio Profitabilitas yang di ukur dengan Return On Assets Ratio pada PerusahaanPerusahaan Sektor Transportasi yang Telah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2
Tabel 3 Data Return On Assets Ratio Perusahaan – Perusahaan Transportasi Periode 2008 - 2012 Return On Assets Nama Perusahaan Tahun Total 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Mitra International Resources -0,037 -0,305 0,267 9,556 0,025 9,506 Tbk. PT. Zebra Nusantara Tbk. -0,092 -0,109 -0,152 -0,165 -0,185 -0,703
-0,141
3
PT. Samudera Indonesia Tbk.
0,029
-0,003
0,012
0,023
0,013
0,074
0,015
4 5 6
PT. Rig Tenders Tbk. PT. Steady Safe Tbk. PT. Indonesia Air Transport Tbk.
0,02 0,068 -0,099 -0,111 -0,099 0,068 -0,019
0,036 -0,209 -0,062 -0,652 -0,305 0,036 -0,109
0,002 0,038 -0,067 0,1 -0,152 0,267 0,017
-0,004 -0,139 -0,056 9,215 -0,165 9,556 1,536
0,036 -0,152 -0,045 -0,308 -0,185 0,036 -0,051
0,09 -0,394 -0,329
0,018 -0,079 -0,066
No. 1
Total Min Max Rata-Rata
RataRata 1,901
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 3 diatas maka dapat diketahui bahwa rasio profitabilitas tertinggi tahun 2008 dihasilkan oleh PT. Steady Safe Tbk, sedangkan untuk tahun 2009 dihasilkan oleh PT. Rig Tenders Indonesia Tbk. Tahun 2010 rasio profitabilitas tertinggi kembali diraih oleh PT. Steady Safe Tbk, tahun 2011 dihasilkan oleh PT. Mitra International Resources Tbk dan tahun 2012 rasio profitabilitas tertinggi kembali diraih oleh PT. Rig Tenders Indonesia Tbk. Hal tersebut membuktikan bahwa kinerja perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba dari penggunaan aktivanya adalah lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Rasio profitabilitas terendah tahun 2008 dihasilkan oleh PT. Indonesia Air Transport Tbk, sedangkan dari tahun 2009-2010 rasio profitabilitas terendah dihasilkan oleh PT. Mitra International Resources Tbk dan dari tahun 2011-2012 rasio profitabilitas terendah dihasilkan oleh PT. Zebra Nusantara Tbk. Hal tersebut membuktikan bahwa kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dari penggunaan aktivanya adalah lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaanperusahaan lainnya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
11 Kondisi dan Perkembangan Harga Saham pada Perusahaan-Perusahaan Transportasi yang Telah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
No. 1 2 3 4 5 6
Tabel 4 Data Harga Saham pada Perusahaan-Perusahaan Transportasi Periode 2008-2012 Harga Saham Nama Perusahaan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Mitra International Resources 570 350 265 160 123 Tbk. PT. Zebra Nusantara Tbk. 50 50 50 50 115 PT. Samudera Indonesia Tbk. 2750 3800 4125 3700 4025 PT. Rig Tenders Tbk. 430 710 730 495 455 PT. Steady Safe Tbk. 103 115 115 87 85 PT. Indonesia Air Transport Tbk. 50 50 50 50 195 3953 5075 5335 4542 4998 Total 50 50 50 50 85 Min 2750 3800 4125 3700 4025 Max 658,833 845,833 889,167 757 833 Rata-Rata
Total
RataRata
1468
293,6
315 18400 2820 505 395
63 3680 564 101 79
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat terlihat bahwa perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi selama periode 2008-2012 adalah PT Samudera Indonesia Tbk, ini membuktikan bahwa saham perusahaan tersebut lebih diminati oleh para investor jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Sedangkan harga saham terendah selama periode 2008-2011 adalah dari PT. Zebra Nusantara Tbk dan PT. Indonesia Air Transport Tbk. Kemudian pada tahun 2012 harga saham terendah dihasilkan oleh PT. Steady Safe Tbk, ini membuktikan bahwa saham perusahaan-perusahaan tersebut kurang diminati oleh para investor, sehingga harga saham lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Gambar 1 Kurva Normal Probability Plot
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
12 Uji normalitas data dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi data, dimana data yang normal atau terdistribusi secara normal akan memusatkan pada nilai rata-rata dan median. Berdasarkan kurva normal probability plot diatas menunjukkan bahwa data penelitian yang digunakan berdistribusi normal, hal tersebut dapat terlihat dari titik-titik pada gambar kurva normal probability plot yang menyebar mendekati serta mengikuti arah garis diagonal, menunjukkan bahwa analisis regresi layak untuk digunakan dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinieritas
Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) -8,896 12,238 QR 31,692 8,304 DER 7,732 5,620 ROA 11,284 5,489 a. Dependent Variable: HS
Tabel 5 Uji Multikolinieritas Standardized t Sig. Correlations Coefficients Beta Zero- Partial Part order -,727 ,474 ,685 3,816 ,001 ,504 ,599 ,581 ,245 1,376 ,181 -,076 ,261 ,209 ,318 2,056 ,050 ,226 ,374 ,313
Collinearity Statistics Tolerance VIF
,719 ,733 ,970
1,391 1,365 1,031
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Cara pendeteksiannya adalah dengan melihat tolerance value dari variance inflation factor (VIF). Bila nilai tolerance value < 0,1 atau nilai VIF > 10, maka terjadi multikolinieritas. Dari hasil perhitungan tabel 5 diatas, diketahui jumlah nilai tolerance value > 0,1 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas di antara variabel – variabel independen. c. Uji Autokorelasi Tabel 6 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,631a ,398 ,329 1,557,587 a. Predictors: (Constant), QR, ROA, DER
Change Statistics R F Square Change Change
df1
df2
Sig. F Change
,398
3
26
,004
5,733
DurbinWatson
2,627
b. Dependent Variable: HS
Uji ini digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh dari variabel-variabel dalam modelnya melalui selang waktu. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (DW). Dari tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa nilai DW = 2,627. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi karena DW > dU, yaitu 2,627 > 1,6498.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
13 d. Uji Heterokedastisitas
Gambar 2 Kurva Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homokedastisitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa titik-titik pada gambar mengalami penyebaran dan tidak menyempit, artinya adalah data tidak mengalami masalah heterokedastisitas sehingga data berdistribusi normal. Analisis Regresi Berganda Perhitungan statistik untuk memperoleh persamaan regresi berganda antara variabel rasio keuangan yang diukur oleh Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Assets dengan harga saham dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7 Analisis Regresi Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
-,727
,474
B
Std. Error
Beta
(Constant)
-8,896
12,238
QRtr
31,692
8,304
,685
3,816
,001
DERtr
7,732
5,620
,245
1,376
,181
ROAtr 11,284 a. Dependent Variable: HStr
5,489
,318
2,056
,048
1
Berdasarkan tabel 7 tersebut maka menimbulkan persamaan antara rasio keuangan terhadap harga saham, persamaan tersebut adalah sebagai berikut: HStr = -8,896 + 31,692 QRtr + 7,732 DERtr + 11,284 ROAtr Dari hasil persamaan tersebut masing-masing variabel dapat diinterpretasikan hubungannya dengan harga saham sebagai berikut: Rasio likuiditas yang diukur dengan QR memiliki nilai koefisiensi sebesar 31,692. Hal tersebut berarti apabila nilai variabel independen lainnya tetap dan QR mengalami kenaikan 1%, maka harga saham akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 31,692.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
14 Rasio leverage yang diukur dengan DER memiliki nilai koefisiensi sebesar 7,732. Artinya apabila nilai variabel independen lainnya tetap dan DER mengalami kenaikan 1%, maka harga saham akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 7,732. Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA memiliki nilai koefisiensi sebesar 11,284. Hal tersebut mengandung arti apabila nilai variabel independen lainnya tetap dan ROA mengalami kenaikan 1%, maka harga saham akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 11,284. 1.
Pengujian Hipotesis Secara Simultan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Quick Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets Ratio terhadap harga saham pada perusahaanperusahaan transportasi secara simultan menggunakan uji F pada tingkat signifikansi α = 0,05.
Model
Sum of Squares
Tabel 8 Uji F ANOVAa df
1
Regression 4,172,865 3 Residual 6,307,804 26 Total 10,480,668 29 a. Dependent Variable: HStr b. Predictors: (Constant), ROAtr, DERtr, QRtr
Mean Square
F
Sig.
1,390,955 242,608
5,733
,004b
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel 8 nilai F sebesar 5,733 berarti H0 ditolak, dengan tingkat signifikan sebesar 0,004 di bawah level of significant 0,05 yang artinya bahwa Quick Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets secara simultan mempengaruhi harga saham perusahaan-perusahaan sektor transportasi. Nilai R square berdasarkan pada tabel 6 adalah sebesar 0,398. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya kontribusi antara Quick Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets terhadap harga saham adalah sebesar 39,8%, sedangkan 60,2% dipengaruhi oleh faktor lain. 2.
Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh QR, DER dan ROA terhadap harga saham perusahaan-perusahaan transportasi secara parsial pada tingkat signifikansi α = 0,05. Tabel 9 Uji t Variabel
thitung
Signifikansi
Keterangan
QR
3,816
0,001
Signifikan
DER
1,376
0,181
Tidak Signifikan
ROA
2,056
0,048
Signifikan
Dependent Variable: Harga Saham
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan analisis uji t diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Quick Ratio perusahaan secara parsial diperoleh nilai t sebesar 3,816 berarti H0 ditolak, dengan tingkat signifikan 0,001 dibawah level of significant 0,05 yang artinya bahwa Quick Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Quick Ratio menyangkut kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek. Hutang jangka pendek ternyata memberikan keuntungan pada perusahaan. Hal ini yang menyebabkan adanya pengaruh signifikan antara Quick Ratio terhadap harga saham perusahaan-perusahaan sektor transportasi,
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
15 (2) Debt to Equity Ratio perusahaan secara parsial diperoleh nilai t sebesar 1,376 berarti H 0 diterima, dengan tingkat signifikan 0,181 diatas level of significant 0,05 yang artinya bahwa Debt to Equity Ratio secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Besarnya kepemilikan hutang yang tidak dimanfaatkan dengan baik menyebabkan penurunan laba pada perusahaan sehingga minat investor terhadap perusahaan tersebut menurun dan menyebabkan harga saham juga mengalami perubahan. Hal ini disebabkaan oleh jumlah laba yang dihasilkan dari hutang tersebut lebih kecil dibandingkan dengan biaya bunga dan cicilan hutang. Ketidak jelasan manfaat hutang inilah yang menyebabkan tidak signifikan antara Debt to Equity Ratio terhadap harga saham perusahaan-perusahaan sektor transportasi, (3) Return On Assets perusahaan secara parsial diperoleh nilai t sebesar 2,056 berarti H0 ditolak, dengan tingkat signifikan 0,048 dibawah level of significant 0,05 yang artinya bahwa Return On Assets secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Return On Assets Ratio menyangkut masalah besarnya keuntungan perusahaan yang didapat dari hasil pengoperasian aktiva perusahaan setiap periode. Laba yang diperoleh dari aktivitas perusahaan memberikan pengaruh terhadap perubahan harga saham. Hal ini yang menyebabkan adanya pengaruh signifikan antara Return On Assets Ratio terhadap harga saham perusahaan-perusahaan sektor transportasi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) penelitian secara simultan dari Quick ratio, Debt To Equity Ratio dan Return On Assets terhadap harga saham pada perusahaan – perusahaan transportasi ternyata diperoleh hasil bahwa H0 ditolak, dan dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Quick ratio, Debt To Equity Ratio dan Return On Assets memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan - perusahaan transportasi dengan nilai signifikansi 0,004 < α = 0,05. (2) Penelitian terhadap pengaruh parsial dari variabel independe terhadap variabel dependen memberikan hasil sebagai berikut: (a) Hasil penelitian terhadap rasio likuiditas yang diukur melalui Quick Ratio (QR) terhadap harga saham diperoleh hasil H0 ditolak, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari rasio likuiditas terhadap harga saham perusahaan. (b) Hasil penelitian terhadap rasio leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham diperoleh hasil H0 diterima, dimana artinya adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara rasio leverage terhadap harga saham perusahaan. (c) Hasil penelitian terhadap rasio profitabilitas yang dikur dengan Return On Assets (ROA) terhadap harga saham diperoleh hasil H0 ditolak, artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas terhadap harga saham perusahaan. Saran Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan untuk para pihak yang berkepentingan, yaitu: (1) Pihak Perusahaan, setelah mengamati dan meneliti hasil dari penelitian, penulis melihat ada beberapa hal yang dapat dijadikan masukan, yaitu: (a) Hendaknya pihak perusahaan menjaga agar nilai Quick Ratio perusahaan yang menjadi indikator dalam rasio likuiditas berada dalam nilai yang tidak terlalu tinggi. Karena nilai yang terlalu tinggi memberikan gambaran bahwa banyaknya kelebihan uang tunai (idle money) yang cukup besar di dalam perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berinvestasi dengan resiko yang rendah sehingga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. (b) Perusahaan sebaiknya membatasi penggunaan jumlah hutang yang besar, hal tersebut dikarenakan semakin besarnya penggunaan hutang maka semakin besar pula resiko dari perusahaan tersebut dan dalam penggunaan hutang juga harus disesuaikan dengan keadaan keuangan perusahaan agar tidak menimbulkan kerugian, hal tersebut akan lebih baik apabila perusahaan melakukan investasi dengan cara penambahan pada aktiva tetap yang dapat mendorong produktivitas perusahaan sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan, atau dengan melakukan restrukturisasi terhadap hutang sehingga resiko perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 10 (2014)
16 menjadi lebih rendah. (c) Perusahaan hendaknya terus meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, baik dalam peningkatan penjualan atau penggunaan aktiva perusahaan secara optimal. (2) Peneliti Selanjutnya, bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti lebih dalam mengenai permasalahan ini, penulis menyarankan beberapa saran sebagai berikut: (a) Periode penelitian hendaknya bisa lebih lama, misalkan 10 tahun. Hal tersebut dikarenakan penulis hanya melakukan penelitian selama 5 tahun, dimana semakin lama periode penelitian yang digunakan maka hasil yang didapatkan lebih maksimal. (b) Tema judul dapat lebih dikembangkan lagi, serta dalam penggunaan variabel independennya dapat ditambahkan lagi, sehingga tidak hanya tiga variabel seperti yang diteliti oleh penulis, karena masih banyak variabel terkait yang memiliki pengaruh terhadap harga saham dari suatu perusahaan sehingga hasil yang didapat pun akan lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, K. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arifin, A. 2004. Membaca Saham. Andi Offsel. Yogyakarta. Belkoui. 2001. Teori Akuntansi. Terjemahan oleh Budhi Pujiharto dari Accounting Theory. Brigham, E. F. dan J. F. Houston. 2007. Essentials of Financial Management. Thomson South Western. Damoddaran, A. 2002. Investment Valuation 2nd Edition. John Willey. Harahap, S. S. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2007. Standar Akuntansi Keuangan per September 2007. Salemba Empat. Jakarta. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta. Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham ( Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go Public di Pasar Modal Indonesia ). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Volume 15/3. Nirawati, L. 2003. Pengaruh Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Return On Assets Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmu Ekonomi. Vol 3. Nurdiansyah, D. 2014. STATSDATA: Uji Asumsi Klasik Regresi Linier. www.statsdata.my.id. Diakses tanggal 10 Juli 2014. Riduwan. 2006. Metode dan Tehnik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung. Weston, J. F. dan T. E. Copeland. 1994. Manajemen Keuangan. Jakarta.