BAB IV PEMBAHASAN
IV.1. Analisis Strategi Bisnis IV.1.1. Analisis SWOT Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PT. Kalbe Farma, Tbk dan faktor-faktor eksternal yang melihat adanya peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh PT. Kalbe Farma, Tbk dalam menghadapi persaingan bisnis dengan para kompetitor dalam industri farmasi di Indonesia. Selanjutnya, kita dapat merumuskan strategi-strategi yang tepat dengan menggunakan diagram SWOT. Hasil dari analisis diagram SWOT akan menggambarkan dan memperlihatkan strategi-strategi yang tepat bagi PT. Kalbe Farma, Tbk dalam mengatasi dan mengelola kelemahan serta ancaman yang datang dari pihak eksternal perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengambil keuntungan.
Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Faktor internal perusahaan yang terdiri atas: A. Kekuatan (Strengths) •
Kalbe merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara dan terakbar di kawasan ASEAN sejak tahun 2006 dengan 76
dominasi pangsa pasar obat sebesar 14% di Indonesia (sumber: IMS Health 2010); •
Kalbe telah memiliki brand yang kuat dan diakui untuk industri farmasi di Indonesia;
•
Kalbe telah mengimplementasikan ISO 14001:2004 yang merupakan standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan pada hampir semua fasilitas produksi;
•
Kalbe telah memperoleh standar sertifikasi internasional Good Distribution Practice (GDP) atau Cara Distribusi Obat yang Baik, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), dan Occupational Health & Safety Advisor Service (OHSAS) atau Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk bagian logistik dengan diterimanya OHSAS 18001:2007 dan ISO 9001;
•
Memiliki kinerja keuangan yang cukup bagus, dimana terjadi peningkatan yang cukup pesat dari tahun 2008-2010 terutama dari segi penjualan dan laba bersih. Pada tahun 2009, jumlah penjualan Kalbe meningkat sebesar 15,36% hingga menjadi sebesar Rp 9087,3 Milyar dan laba bersihnya juga meningkat sebesar 31,43% hingga menjadi sebesar Rp 929,00 Milyar bila dibandingkan dengan tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah penjualan Kalbe meningkat sebesar 12,54% hingga menjadi sebesar Rp 10,23 Triliun dan laba bersihnya juga mengalami peningkatan sebesar 38,46%
77
hingga menjadi sebesar Rp 1,29 triliun bila dibandingkan dengan tahun 2009; •
Memiliki SDM yang terdiri dari individu-individu yang memiliki semangat entrepreneur dan berdedikasi tinggi terhadap Perseroan, serta memiliki dorongan untuk selalu berkreasi dan menciptakan inovasi-inovasi dalam proses produksi dengan mengacu kepada nilainilai perusahaan yaitu: ”Panca Sradha Kalbe” dan strategi “Productivity-Innovation-Cash Flow” untuk menciptakan value added bagi Perseroan;
•
Memiliki tim pengelola manajemen resiko yang membuat daftar Risk Profile dan Risk Register yang menjadi dasar program-program antisipatif untuk mengurangi resiko dan mengendalikan dampak negatif bagi perusahaan;
•
Adanya pengelolaan rantai pasokan (Supply Chain Management) secara terintegrasi dan end-to-end;
•
Strategi pemasaran Kalbe yang berfokus langsung kepada konsumen (direct to customer) dengan membentuk Kalbe Ethical Customer Care yang bertujuan untuk membangun komunitas peduli kesehatan, menyelenggarakan program edukasi kesehatan, menangani keluhan pasien dan keluarganya yang terkait dengan produk dan layanan dari divisi obat resep Kalbe, dan menjalin hubungan dengan instansi terkait untuk meningkatkan kepedulian masyarakat di bidang kesehatan; 78
•
Untuk divisi nutrisi, Kalbe membentuk layanan Cat Centre yang secara aktif melayani pertanyaan konsumen seputar produk, kegiatan promosi, dan konsultasi dengan ahli nutrisi. Selain itu, Kalbe juga memanfaatkan layanan pesan singkat melalui telepon seluler untuk memberikan informasi dan tips kesehatan bagi konsumen, dan menawarkan jasa pengantaran produk (Nutrition Home Delivery) untuk meningkatkan pelayanan bagi pelanggan, yang membuat Kalbe memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan para kompetitornya;
•
Kalbe juga telah menerapkan pelayanan holistik kepada konsumen yang meliputi: penyediaan produk obat, diagnostik, produk nutrisi hingga suplemen untuk meningkatkan kualitas kesehatan, dan pemberian konseling untuk para pasien;
•
Sejak 1 Oktober 2011, Kalbe mulai mengembangkan penjualan obat online yang memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin membeli obat tanpa perlu keluar rumah;
•
Menggunakan teknologi yang mutakhir dalam proses produksi;
•
Perseroan telah melaksanakan tata kelola perusahaan sesuai dengan kaidah GCG (Good Corporate Governance) untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik;
•
Kalbe
banyak
melakukan
kegiatan
CSR
(Corporate
Social
Responsibility) seperti: penyaluran bantuan bagi warga yang terkena bencana, memberikan pelatihan gratis bagi para perawat dan pegawai 79
rumah sakit, serta penyelamatan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat
melalui
pemberian
pelatihan
keterampilan
dalam
memanfaatkan limbah menjadi barang bernilai jual; •
Kalbe aktif dalam kegiatan riset dan pengembangan produk obat secara mandiri,
yang terbukti dengan dikomersialisasikannya
TheraCim di Indonesia, Filipina, Kamboja, Jepang, Korea, dan beberapa negara Eropa lainnya, serta dilakukannya riset atas sel punca dan kanker yang dilakukan melalui Innogene Kalbiotech Pte, Ltd dan SCI; •
Kalbe terus mengembangkan portfolio bisnisnya dalam rangka menciptakan layanan kesehatan terpadu dan menyeluruh dengan mengandalkan kekuatan dari merk-merk dagang yang sudah ada, yang memantapkan posisinya sebagai perusahaan produk kesehatan kelas dunia.
B. Kelemahan (Weakness) •
Banyaknya jumlah karyawan dan biaya pelatihan yang harus dikeluarkan oleh Kalbe, yang berdampak pada banyaknya beban usaha yang harus diakui;
•
Terdapat kecenderungan bahwa karyawan Kalbe adalah mereka yang memiliki jenjang pendidikan SMA bila dibandingkan dengan S1;
80
Tabel IV.1. Tingkat Pendidikan Karyawan Kalbe Periode 20082010 SMA
S1
2008
43,4%
31%
2009
44%
31%
2010
39%
36%
Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
•
Dalam divisi produk kesehatan, total penjualan Kalbe mengalami penurunan sebesar 1,5% yang disebabkan karena tingkat penjualan minuman energi yang belum stabil pada tahun 2010 akibat terjadinya pergeseran permintaan pasar dari minuman energi ke minuman isotonik;
•
Meningkatnya beban usaha yang disebabkan oleh adanya peningkatan pada biaya penjualan yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran dari produk-produk baru Kalbe pada tahun 2010;
•
Adanya penurunan arus kas dari aktivitas operasi yang disebabkan oleh kenaikan pembayaran untuk pemasok, karyawan, dan beban operasional perusahaan pada tahun 2010;
•
Hampir seluruh atau sekitar 80% bahan baku Kalbe diimpor dari luar negeri.
2. Faktor eksternal perusahaan yang terdiri atas: C. Peluang (Opportunities)
81
•
Meningkatnya jumlah pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, yang akan berdampak pada semakin meningkatnya tingkat kebutuhan atau konsumsi obat per kapita;
•
Kalbe banyak melakukan perjanjian kerja sama dengan perusahaanperusahaan dari negara lain seperti: Filipina, Perancis, Vietnam, dan negara lainnya dalam rangka memperluas jaringan distribusi produk;
•
Diberlakukannya implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh pemerintah menurut UU no 40 tahun 2004 yang akan diterapkan pada tahun 2014, yang membuat produk obat generik Kalbe akan semakin tinggi penjualannya;
•
Kalbe telah mendirikan Kalbe International Pte, Ltd yang berpusat di Singapura pada tahun 2007 yang berperan sebagai perusahaan pemasaran yang menangani seluruh transaksi perdagangan/ekspor bisnis Kalbe dengan fokus utama pada negara tujuan daripada jenis produk dan menempatkan tim yang kompeten di tiap negara;
•
Kalbe berencana untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan farmasi baik dari dalam maupun luar negeri sebagai langkah ekspansi bisnisnya ke mancanegara.
D. Ancaman (Threats) •
Persaingan bisnis yang ketat dalam industri farmasi dan juga ditandai dengan banyaknya obat-obatan luar seperti: obat herbal dan ramuan China yang masuk ke Indonesia; 82
•
Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
•
Kenaikan harga bahan pangan yang berpotensi dalam meningkatkan inflasi, yang secara langsung dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk perusahaan;
•
Adanya peraturan perundangan pemerintah yang menetapkan tambahan biaya distribusi sebesar 5%-20% terhadap obat generik pada perusahaan farmasi tergantung dari area penjualannya;
•
Maraknya perdagangan obat palsu di Indonesia yang mengakibatkan harga obat sulit dikontrol.
IV.1.2. Diagram SWOT Setelah menentukan faktor-faktor internal dan eksternal di atas, maka kita dapat merumuskan strategi-strategi yang tepat dengan menggunakan diagram SWOT dengan tujuan agar PT. Kalbe Farma, Tbk dapat menciptakan keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan bisnis.
83
OPPORTUNITIES
STRENGTHS
WEAKNESS
-Tingkat konsumsi obat per kapita di Indonesia masih rendah yaitu: sebesar 2,5% bila dibandingkan dengan Filipina (3,2%), Malaysia (4,2%), dan Vietnam (6%). Namun seiring dengan meningkatnya jumlah pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang akan berdampak pada meningkatnya tingkat kebutuhan/konsumsi obat per kapita, maka Kalbe diharapkan untuk dapat menciptakan produk-produk obat baru yang lebih inovatif, yang disesuaikan dengan kebutuhan/konsumsi masyarakat saat ini dengan harga yang relatif terjangkau untuk menciptakan layanan kesehatan secara menyeluruh, serta menambah pendapatan bagi Kalbe.
-Melakukan outsourching terhadap tenaga kerja yang kurang diperlukan dalam perusahaan untuk menciptakan efisiensi.
-Mempertahankan jaringan distribusi produk Kalbe yang telah dilakukan di banyak kantor cabang pada 10 negara seperti: Singapura, Filipina, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Srilanka, Nigeria, Afrika Selatan, dan India. Selain itu, Kalbe juga dapat menciptakan produk-produk dengan varian yang sedikit berbeda, yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masyarakat pada negara-negara yang berbeda dengan tetap mengacu pada konsep produk aslinya untuk mempertahankan sumber pendapatan dari divisi Kalbe. -Memproduksi lebih banyak lagi obat generik seiring dengan akan dikeluarkannya implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh pemerintah. Hal ini terlihat dari usaha Kalbe yang telah membuka pabrik baru obat generik di Cikarang yang berfungsi untuk memproduksi obat-obat tablet generik dalam
-Mengingat bahwa hampir 40% dari karyawan Kalbe berasal dari mereka yang memiliki jenjang pendidikan SMA bila dibandingkan dengan S1, maka perusahaan hendaknya memberikan pelatihan atau training yang memadai untuk mencapai kinerja yang maksimal dan agar kegiatan produksi berjalan dengan efektif, yang nantinya dapat memberikan keuntungan bagi Kalbe. -Mengurangi beban operasional perusahaan dan biaya pemasaran/iklan yang berlebihan, mengingat bahwa Kalbe telah memiliki brand yang kuat di Indonesia. Iklan memang perlu dilakukan terutama untuk peluncuran produk baru perusahaan, namun jangan terlalu berlebihan. -Memilih pemasok yang sesuai dan menguntungkan bagi perusahaan, dimana pemasok harus dapat memberikan pasokan bahan baku dengan kualitas yang tinggi dan harga yang relatif, serta menjalin hubungan baik dengan pemasok perusahaan agar terjalin kerja sama yang menguntungkan di antara kedua belah pihak. -Melakukan pembaharuan dengan minuman energi bubuk yang disesuaikan dengan permintaan pasar, dimana saat ini permintaan pasar lebih mengacu kepada minuman isotonik. Hal ini terlihat dari usaha Kalbe yang telah menciptakan berbagai varian/rasa yang berbeda dari
84
volume besar agar kegiatan produksi menjadi lebih optimal.
produk minuman isotoniknya yaitu: Fatigon Hydro.
-Memanfaatkan jaringan Kalbe International Pte, Ltd untuk memperluas pemasaran dan pangsa pasar ekspor Kalbe, yang akan berpengaruh pada jumlah pendapatan dan laba yang dihasilkan. -Kalbe juga dapat membuka klinik kesehatan terpadu dan apotek bagi warga yang kurang mampu untuk menunjang kesehatan mereka dan meningkatkan volume penjualan obat generik, yang dapat memberikan value added bagi customer dan perusahaan. -Dari kegiatan riset dan pengembangan yang ada, diharapkan agar Kalbe dapat menciptakan produk obat baru yang disesuaikan dengan trentren masalah kesehatan serius yang saat ini sedang dialami oleh masyarakat seperti: HIV Aids, dan lain sebagainya. Seperti yang telah dilakukan oleh Kalbe pada tahun 2008 dan 2009, dimana mereka telah mengembangkan produk obat terapi kanker dan tumor. -Kalbe diharapkan untuk terus melakukan kerja sama di bidang riset dan pengembangan dengan perusahaan-perusahaan farmasi kelas dunia untuk membantu mengatasi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. -Memperluas dan membuka cabang pabrik Kalbe di luar negeri untuk memperluas pangsa pasar dan jaringan distribusi seperti: negara Amerika, dll untuk memperoleh keuntungan yang lebih optimal lagi. THREATS
-Menciptakan produk-produk baru yang lebih unik dan inovatif daripada produk
-Melakukan efisiensi pada biaya operasional, biaya pemasaran, biaya pemasok, dan lain-lain
85
kompetitor, sehingga produk Kalbe tetap laku di pasaran. Contohnya: membuat produk Kalbe dengan menggunakan bahan-bahan herbal yang saat ini lagi trend di kalangan masyarakat dengan berbagai inovasi dan varian yang berbeda dari produk-produk berbahan herbal yang sebelumnya pernah diproduksi oleh Kalbe seperti: Bintangin, Remufit, JossFit, dan Mensana.
untuk menghindari tingginya harga jual produk perusahaan yang akan berdampak pada tidak lakunya produk di pasaran. Hal ini dikarenakan kompetitor dapat saja memberikan harga produk yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan harga dari produk Kalbe. Oleh karena itu, efisiensi sangat penting dalam mendukung kegiatan usaha Kalbe.
-Membangun pabrik di daerah yang memiliki tingkat penjualan obat generik paling banyak, yang nantinya diharapkan dapat meringankan biaya distribusi sehingga harga obat generik yang dijual tidak terlalu mahal. -Membuat kode khusus terhadap produk-produk keluaran Kalbe untuk menghindari obat palsu yang mengatasnamakan PT. Kalbe Farma, Tbk. -Dalam produksi diharapkan lebih banyak untuk memanfaatkan bahan baku yang berasal dari dalam negeri/mengurangi penggunaan bahan baku impor untuk menghindari kerugian dari pembelian bahan baku impor dengan harga yang tinggi.
IV.1.3. Analisis Porter Analisis Porter dilakukan untuk melihat 5 faktor/kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, dengan tujuan agar perusahaan dapat menciptakan berbagai strategi bisnis agar tidak kalah saing dengan para kompetitor yang bergerak dalam industri yang sama.
86
5 faktor/kekuatan yang menentukan intensitas persaingan untuk PT. Kalbe Farma, Tbk yaitu: 1. Persaingan antar perusahaan yang ada dalam industri Dengan berkembangnya bisnis dan teknologi di era globalisasi ini, maka tingkat persaingan yang ada pun semakin tinggi, dimana masing-masing perusahaan saling berlomba untuk memberikan sesuatu yang baru, unik, dan menarik di mata konsumen untuk memenangkan persaingan, begitu juga untuk industri farmasi. Setiap perusahaan farmasi terus berusaha untuk melakukan inovasi pada produk mereka yang disesuaikan juga dengan trentren masalah kesehatan yang dihadapi saat ini. Beberapa perusahaan farmasi yang bersaing dengan PT. Kalbe Farma, Tbk yaitu: PT. Kimia Farma, Tbk, PT. Merck, Tbk, PT. Indofarma, Tbk, PT. Tempo Scan Pacific, Tbk, PT. Darya Varia, Tbk, PT. Pyridam Farma, Tbk, dan PT. Schering Plough Indonesia, Tbk yang memiliki tinjauan usaha yang hampir sama dengan Kalbe, yang dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan penjualan (sales growth) yang tidak berbeda jauh selama 5 tahun terakhir.
Tabel IV.2. Sales Growth of Pharmacy Companies Listed at BEI
Sales Growth
Kalbe
Kimia
Merck
Indofarma
Tempo Scan Pacific
Darya Varia
Pyridam Farma
Schering Plough
11,74%
9,72%
13,50%
8,91%
15,50%
11,45%
28,86%
14,42%
Sumber: Reuters
87
Dapat juga dilihat dari salah satu produk suplemen/multivitamin dari beberapa perusahaan farmasi yang ada, dimana masing-masing perusahaan memiliki produk suplemen/multivitamin yang memiliki fungsi yang hampir sama yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.3. Produk Multivitamin dari 5 Perusahaan Farmasi di BEI Jenis
Kalbe Farma
Kimia Farma
Suplemen Multivitamin
Cerebrofit, Cerebrofort, Fatigon, Sakatonik, dan XonCe.
Calcium Lactate, Vitamin A, B1 dan Complex, Vitamin C.
Darya Varia
Tempo Scan Pacific
Indofarma
Natur-E, Enervon C, dan Vicee.
Zevit C, Herbaviton, dan Hemaviton Stamina Plus.
Bio Vision suplemen untuk kesehatan mata.
Masing-masing perusahaan farmasi berusaha untuk melakukan inovasi dan meluncurkan produk-produk baru sesuai dengan tren masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat saat ini. Contohnya: Kalbe memiliki produk TheraCim sebagai obat kanker yang diperoleh melalui hasil riset dan pengembangan. Sedangkan, Kimia Farma di tahun 2010 juga berencana untuk meluncurkan obat kanker baru. Shering Plough Indonesia juga memiliki berbagai produk obat kanker seperti: Intron dan Temodal, serta Merck dengan produk unggulannya yaitu: Erbitux.
88
Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa tingkat persaingan antar perusahaan dalam industri farmasi cukup tinggi. Oleh karena itu, Kalbe diharapkan agar dapat menciptakan berbagai inovasi dan varian yang berbeda pada produknya agar tidak kalah saing dengan para kompetitor.
2. Ancaman masuknya pemain baru Ketika syarat bagi suatu perusahaan untuk memulai usaha di bidang farmasi terlalu mudah untuk dipenuhi, maka persaingan bisnis dalam industri farmasi akan semakin ketat dengan banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang mulai memasuki industri farmasi. Memang tidak mudah untuk membentuk sebuah perusahaan baru khususnya yang bergerak dalam bidang farmasi, karena perusahaan farmasi adalah perusahaan yang berproduksi untuk menyediakan berbagai produk farmasi dan layanan kesehatan terhadap masyarakat. Menurut Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi bagi setiap manusia, yang mana dalam perolehannya membutuhkan banyak sumber daya seperti: dana, tenaga dokter, apoteker, sediaan farmasi dan kesehatan, teknologi dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta penjelasan seputar farmasi lainnya. Selain itu, dengan diperketatnya syarat pendirian industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/PER/XII/2010, maka potensi masuknya pemain baru dalam industri farmasi adalah kecil.
89
Perusahaan baru yang ingin berkompetisi dalam industri farmasi harus telah memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI.
3. Ancaman adanya produk substitusi Dapat atau tidak produk Kalbe digantikan oleh produk substitusi dari perusahaan kompetitor tergantung pada 3 hal yaitu: kualitas, harga produk, dan loyalitas konsumen. Dari sisi minuman energi terlihat bahwa minuman energi Extra Joss yang diproduksi oleh Kalbe dapat dikatakan kurang memiliki pangsa pasar yang baik di tahun 2010, karena permintaan pasar cenderung mengarah pada minuman isotonik seperti: Pocari Sweat dan Mizone. Ini membuktikan bahwa jika Kalbe tidak dapat menyesuaikan produknya dengan tren yang ada, maka produk Kalbe dapat dengan mudah digantikan oleh produk substitusi dari perusahaan kompetitor. Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengatasi keluhan penyakit ringan dapat dengan mudah digantikan oleh produk substitusi dari perusahaan kompetitor seperti: Promag keluaran Kalbe dapat diganti dengan Mylanta keluaran Bayer (dalam kategori obat maag), Mixagrip/Procold keluaran Kalbe dapat diganti dengan Sanaflu keluaran Kimia Farma (dalam kategori obat flu), dan jenis obat ringan lainnya. Hal ini tergantung dari loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan.
90
Dengan ditemukannya obat-obat herbal yang dapat digunakan untuk mengobati
penyakit
kanker
akan
berdampak
pada
dapat
digantikannya obat kanker yang diproduksi oleh Kalbe, karena harga obat herbal yang jauh lebih murah. Melihat dari kondisi yang ada, dapat dikatakan bahwa ancaman Kalbe terhadap adanya produk substitusi adalah cukup tinggi.
4. Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar (bargaining power) pembeli Kedudukan PT. Kalbe Farma, Tbk sebagai perusahaan yang bergerak di industri farmasi yang berbeda dengan industri lainnya seperti industri makanan dan minuman, dan lain-lain membuat daya tawar pembeli terhadap produk perusahaan kecil. Hal ini karena umumnya pembeli yang telah merasa nyaman dan cocok terhadap produk Kalbe, khususnya produk obat-obatan cenderung sulit untuk berpindah ke produk lain mengingat bahwa produk Kalbe telah memenuhi standar dan mutu yang telah diakui, kecuali untuk jenis obat resep yang diberikan oleh dokter kepada pasiennya. Hal ini juga terlihat dari market capitalization dari perusahaan-perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.
91
Tabel IV.4. Market Capitalization of Pharmacy Companies Listed at BEI (Mil Rp)
Market Capitalization
Kalbe
Kimia
Merck
Indofarma
Tempo Scan Pacific
Darya Varia
Pyridam Farma
Schering Plough
36.053.848
2.943.620
3.315.200
635.349,81
11.925.000
1.400.000
100.595
151.200
Sumber: Reuters
Di samping itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia di dalam surat Keputusan No 092 tahun 2012 telah menetapkan standar harga untuk obat eceran dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan harga obat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Dengan adanya keputusan ini, maka potensi adanya tawar menawar pembeli adalah kecil, karena harga obat yang dijual adalah harga standar dari pemerintah.
5. Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar (bargaining power) pemasok Sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara, PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap pemasok perusahaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Pemasok dituntut untuk memberikan kualitas, kuantitas, dan harga dari bahan baku yang telah dipesan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati di antara kedua belah pihak. Selain itu, harga bahan baku
92
farmasi yang berasal dari luar negeri sangat berfluktuatif tergantung dari kurs uang yang digunakan oleh Kalbe saat melakukan transaksi. Salah satu divisi distribusi terbesar Kalbe yang menyalurkan produkproduk Kalbe pada hampir 1 juta outlet di Indonesia adalah PT. Enseval Megatrading, Tbk dan PT. Tri Sapta Jaya yang masih merupakan anak perusahaan Kalbe, sehingga daya tawar Kalbe terhadap divisi ini adalah rendah.
Berikut adalah ringkasan dari analisis Porter pada PT. Kalbe Farma, Tbk untuk melihat intensitas persaingan yang ada dalam industri farmasi.
Tabel IV.5. Tingkat Kekuatan Persaingan untuk Industri Farmasi Kekuatan
Tingkat Kekuatan Low
Medium
Persaingan antar perusahaan yang ada dalam industri Ancaman masuknya pemain baru
Ancaman adanya produk substitusi Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok
High
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat/kekuatan persaingan dalam industri farmasi cukup tinggi, sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai dasar atau pedoman bagi PT. Kalbe Farma, Tbk untuk menerapkan strategi-strategi bisnis yang kompetitif dari para kompetitor.
93
IV.1.4. Analisis PESTLE Analisis ini dilakukan oleh para analis untuk mengamati faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan industri farmasi secara keseluruhan seperti: faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan.
1. Politik Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum, maka UMR untuk provinsi DKI Jakarta dari tahun 2008-2010: UMR per 1 Januari 2008 adalah Rp 972.604,00, UMR per 1 Januari 2009 adalah Rp 1.069.865,00, dan UMR per 1 Januari 2010 adalah Rp 1.118.009,00. Dengan adanya kebijakan UMR ini, maka akan melindungi hak pekerja khususnya bagi pekerja Kalbe yang bertujuan agar mereka tidak menerima upah di bawah upah minimal dan dapat meningkatkan kesejahteraan, yang berpengaruh pada tingkat produktivitas yang akan dihasilkan bagi perusahaan di masa depan. Berdasarkan PMK No. 238/2008, perseroan terbuka dalam negeri di Indonesia dapat memperoleh penurunan tarif pajak sebesar 5% lebih rendah dari tarif tertinggi Pajak Penghasilan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yang berdampak pada semakin meningkatnya jumlah laba bersih Kalbe akibat dari penurunan tarif pajak yang diperoleh. 94
Adanya
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.HK.03.01/Menkes/146/1/2010 yang menetapkan harga obat generik untuk 453 jenis obat generik dan mengijinkan perusahaan farmasi dan pedagang untuk menambahkan biaya distribusi sebesar 5%-20% tergantung dari area penjualannya. Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/068/1/2010 yang mewajibkan penggunaan obat generik pada fasilitas kesehatan milik pemerintah yang akan berdampak pada semakin meningkatnya tingkat kebutuhan/konsumsi atas obat generik. Menanggapi hal ini, Kalbe telah mengantisipasinya, dimana sejak tahun 2010 Kalbe telah mendirikan pabrik obat baru di Cikarang yang berfungsi untuk memproduksi obat-obat tablet generik dalam volume besar agar kegiatan produksi menjadi lebih optimal. Hingga akhir tahun 2010 tercatat bahwa Kalbe telah memproduksi sebanyak 249 jenis produk generik bermerck, dan 41 jenis produk obat generik biasa.
2. Ekonomi Sebagai perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara, Kalbe memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar USD 3,6 Milyar pada tahun 2010. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian di tahun 2010 bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, membuat PT. Kalbe Farma, Tbk juga diuntungkan dalam hal ini. Tingkat 95
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 yang tumbuh sebesar 1,8% hingga menjadi sebesar 6,3% bila dibandingkan dengan tahun 2009, turut berperan dalam meningkatkan volume penjualan Kalbe yang hampir mencapai Rp 10,2 Triliun di tahun 2010. Selain itu, industri farmasi juga diuntungkan oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang stabil dan cenderung menguat, sehingga membuat harga bahan baku obat menjadi lebih stabil dan berpengaruh pada meningkatnya marjin laba kotor Kalbe.
3. Sosial Sejak tahun 2006, Kalbe membentuk sebuah wadah yang bernama Kalbe Berbagi yang berfokus pada 3 kegiatan yaitu: -
Akademi Kalbe Berbagi yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan dengan menyelenggarakan “Ristek Kalbe Science Award” atau RKSA pada tahun 2010, dengan tujuan untuk memberikan penghargaan kepada para peneliti muda dan peneliti terbaik, serta hasil penelitian yang terkait dalam bidang Life Science dan teknologi untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
-
Klinik Kalbe Berbagi yang digunakan untuk menyalurkan bantuan posko kesehatan dan penyediaan obat-obatan untuk pengobatan gratis kepada masyarakat yang kurang mampu termasuk jasa konsultasi kesehatan, pemeriksaan dokter, pembagian paket
96
sembako, dan pemberian bantuan kepada korban bencana alam untuk membantu meringankan beban mereka. -
Sarana Kalbe Berbagi yang disalurkan dalam bentuk penyediaan fasilitas kesehatan yang layak oleh Kalbe untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang sehat. Selain itu, Kalbe juga membangun sarana sanitasi atau tempat penampungan air ke masing-masing rumah penduduk sebagai salah satu bentuk kepedulian Kalbe terhadap masyarakat sekitar.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan ini, maka dapat menciptakan value added tersendiri bagi Kalbe.
4. Teknologi Sejak tahun 2006, Kalbe telah mendirikan pusat riset atas sel punca dan kanker dengan nama Stem Cell dan Cancer Institute (SCI) dan Innogene Kalbiotech Pte. Ltd yang berada di Singapura yang telah diakui secara nasional maupun internasional. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, Kalbe banyak melakukan kegiatan riset dan pengembangan baru pada produknya untuk memberikan value added bagi para konsumen. Pada tahun 2008, total biaya riset dan pengembangan Kalbe adalah sebesar Rp 54.273.018.638 atau sekitar 0,7% dari penjualan bersih, dan pada tahun 2009 total biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 78.760.865.163 atau sekitar 0,9%. Sedangkan 97
tahun 2010 jumlah biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 94.926.170.307 atau sekitar 1% dari penjualan bersih. Hal ini terlihat bahwa dari tahun 2008-2010, total biaya riset dan pengembangan Kalbe terus meningkat dengan harapan agar visi dan misi PT. Kalbe Farma, Tbk dalam meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik lagi terwujud dengan adanya produkproduk baru dari kegiatan riset dan pengembangan yang telah dilakukan, yang disesuaikan dengan tren masalah kesehatan saat ini. Untuk meningkatkan value added bagi para konsumen, Kalbe mengembangkan
tekonologi
penghantar obat
(Drug
Delivery
System/DDS) dan teknologi nanopartikel, serta teknologi dalam pembuatan obat agar pengobatan menjadi lebih efektif. Kalbe mengembangkan teknologi Near Infared dan Zero Emission yang mensubsitusi solar dengan gas sebagai bahan bakar boiler, dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas analisa dan mengurangi penggunaan pelarut organik hingga 90%.
5. Hukum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/PER/XII/2010, setiap industri farmasi harus memiliki izin usaha dari menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat/bahan obat, serta wajib untuk memiliki izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sebelum produk dijual 98
di pasaran untuk menjamin bahwa produk tersebut telah layak untuk dikonsumsi. Setiap tahun Kalbe melakukan evaluasi sistem kompensasi yang terdiri dari gaji, tunjangan, dan komponen lainnya kepada karyawan, dewan komisaris, dan direksi untuk menjamin kesejahteraan karyawan, yang akan berpengaruh juga pada tingkat produktivitas yang akan dihasilkan bagi perusahaan.
6. Lingkungan Kalbe telah mengimplementasikan ISO 14001:24 sebagai bentuk kepedulian Kalbe terhadap lingkungan dalam menjalankan usahanya. Pendirian Kalbe Green Data Center, dimana sejak tahun 2008 Kalbe telah bekerja sama dengan IBM untuk mendirikan pusat data yang ramah
energi
(Green
Data
Center)
yang
berdampak
pada
berkurangnya konsumsi listrik Data Center Kalbe sebanyak 20% dan jumlah beban operasional perusahaan. Pencegahan pencemaran lingkungan terhadap air, udara, limbah bahan berbahaya dan beracun dengan membuat program 3R (Reduce, Reuse, Recycle), program Teknologi Near Infared dan Zero Emission yang telah mendapatkan izin dan dipantau oleh kementerian lingkungan hidup.
99
IV.1.5. Shareholder Analysis Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana adalah dengan melakukan Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO). PT. Kalbe Farma, Tbk melakukan IPO pertama kali pada tanggal 30 Juli tahun 1991 dengan harga awal Rp 7.800,00 dan jumlah saham yang beredar adalah sebanyak 20.000.000 lembar saham.
1. Dari data laporan tahunan 2010, dapat dilihat bahwa jumlah saham Kalbe yang beredar adalah sebanyak 10.156.014.422 lembar saham dengan komposisi kepemilikan yang terdiri atas pemodal asing dan pemodal nasional sebagai berikut:
Tabel IV.6. Kepemilikan Pemodal Asing dan Pemodal Nasional Pada PT. Kalbe Farma, Tbk Periode 2008-2010 2008
2009
2010
Pemodal Asing
33%
33%
37%
Pemodal Nasional
67%
67%
63%
Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase kepemilikan pemodal nasional pada PT. Kalbe Farma, Tbk pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 4% yang diimbangi dengan naiknya kepemilikan pada pemodal asing. Dengan adanya peningkatan kepemilikan saham dari pemodal asing ini dapat memperkuat struktur permodalan industri farmasi di Indonesia, karena besarnya 100
dana yang dikeluarkan oleh pemodal asing dalam berinvestasi, yang tentunya disesuaikan pula dengan nilai kurs mata uang mereka. Apalagi dalam proses produksi, perusahaan farmasi membutuhkan biaya yang banyak terutama untuk biaya modal pabrik dan penelitian. Di sisi lain, dengan banyaknya pemodal asing yang berinvestasi di Indonesia juga dapat berdampak negatif terutama bila kondisi perekonomian di negara mereka mengalami krisis finansial yang berkepanjangan, sehingga Indonesia bisa terkena dampaknya. Oleh karena itu, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan maka pemerintah perlu untuk membatasi besarnya persentase kepemilikan/investasi asing di Indonesia.
2. Dari total kepemilikan pemodal nasional sebesar 63% pada tahun 2010 (tabel IV.7), dapat dilihat bahwa Perseroan Terbatas termasuk dalam pemegang saham pengendali Kalbe yang memiliki saham perusahaan sebesar 57,11%, sedangkan pemegang saham minoritas Kalbe adalah dewan komisaris, direksi, dan karyawan yang hanya memiliki saham perusahaan sebesar 1,47%. Selebihnya sisa saham PT. Kalbe Farma, Tbk sebesar 4,42% dimiliki oleh
koperasi,
yayasan, dana pensiun, asuransi, bank, lembaga keuangan, dan reksa dana. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya agency issues terkait dengan return dan tingkat resiko yang diharapkan antara pihak manajemen dan pemegang saham pengendali lainnya.
101
Tabel IV.7. Komposisi Kepemilikan Saham Kalbe (Per 31 Desember 2010) Status Pemilik Pemodal Nasional Perorangan * Koperasi Yayasan Dana Pensiun Asuransi Bank Perseroan Terbatas ** Lembaga Keuangan Reksa Dana Total Pemodal Nasional Pemodal Asing Perorangan Badan Usaha Asing Total Pemodal Asing Total Pemodal Nasional dan Asing * termasuk Dewan Komisaris, Direksi, dan karyawan
Tahun 2010 (%) 1,4665 0,0324 0,0133 2,0186 0,4635 0,0058 57,1099 0,8066 0,6643 62,5808 0,0405 37,3787 37,4192 100,0000
** termasuk pemegang saham pengendali Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
Tabel IV.8. Pemegang Saham Kalbe ** (Per 31 Desember 2010) Status Pemilik PT. Gira Sole Prima PT. Santa Seha Sanadi PT. Lucasta Murni Cemerlang PT. Diptanala Bahana PT. Ladang Ira Panen PT. Bina Arta Charisma Publik Trasury Stock Total Sumber: Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma, Tbk
Tahun 2010 (%) 10,17 9,62 9,47 9,49 9,22 8,67 43,36 100
3. Jika dilihat dari tabel IV.9., Return on Equity dan Dividen per Share Kalbe mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang dapat menimbulkan kegiuran bagi para pemegang saham/investor untuk berinvestasi pada PT. Kalbe Farma, 102
Tbk. Semakin besar jumlah ROE dan dividen yang didapat oleh para pemegang saham/investor, maka akan membuat mereka semakin tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan dengan tingkat resiko yang semakin besar pula. Namun bila dibandingkan dengan perusahaan kompetitor, terlihat bahwa jumlah Dividen per Share Kalbe ≤ , meskipun jumlah tingkat pengembalian ekuitasnya lebih besar. Hal ini dapat disebabkan karena Kalbe menyisihkan sebagian besar dana dari jumlah laba bersihnya ke dalam akun laba ditahan yang dapat digunakan untuk perputaran usaha perusahaan di masa depan.
Tabel IV.9. ROE dan Dividen PT. Kalbe Farma, Tbk dan Perusahaan Kompetitor Periode 2008-2010 Kalbe Farma ROE
DPS
2008 2009 2010 2008 2009 2010
20,17% 23,42% 26,57% 10,00 12,50 25,00
Tempo Scan Pacific 14,74% 15,50% 19,50% 60,00 40,07 65,00
Kimia Farma
Darya Varia
Indofarma
5,97% 6,43% 13,15% 3,21 2,49 -
14,60% 13,60% 18,55% 45,00 45,00 45,00
1,71% 0,71% 4,11% -
IV.1.6. Mendelow Matrix Analysis Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepentingan
dan
kekuatan
yang
dimiliki
oleh
stakeholders
dalam
proses/pengembangan produk perusahaan. Kalbe memiliki konsumen, pemasok lokal dan luar negeri, SDM/tenaga kerja, dan penyalur/distributor produk perusahaan seperti: PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk dan PT. Tri Sapta Jaya 103
sebagai key player stakeholders. Peran konsumen, pemasok, pekerja, dan penyalur distribusi ini sangat penting bagi Kalbe dalam mendukung proses produksi dan pendistribusian produk untuk menunjang kelancaran usaha/bisnis Kalbe dalam bidang farmasi. Sedangkan untuk kategori keep satisfied stakeholders adalah termasuk pemerintah yang memiliki wewenang penuh untuk membuat dan merevisi aturan-aturan baru
bagi perusahaan,
khususnya yang berkaitan dengan industri farmasi seperti: menteri kesehatan, BPOM, dan menteri keuangan. Penduduk lokal, kelompok lingkungan, dan media masa/cetak termasuk dalam kategori keep informed stakeholders, karena media masa/cetak memiliki kewajiban untuk memberikan informasiinformasi baru dan penting yang berhubungan dengan perusahaan, termasuk informasi mengenai produk-produk baru perusahaan kepada masyarakat/publik, yang akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap image perusahaan. Pemegang saham minoritas perusahaan dan para analis yang ingin melakukan penilaian bisnis terhadap PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk dalam kategori minimal effort stakeholders.
IV.1.7. Critical Success Factor (CSF) Analysis Analisis CSF ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung kesuksesan bisnis dari salah satu perusahaan farmasi terbesar 104
di Asia Tenggara yaitu: PT. Kalbe Farma, Tbk dan hal-hal lain yang perlu ditingkatkan lagi oleh Kalbe yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatkan sinergi/kinerja bisnis di masa depan. Faktor-faktor pendukung kesuksesan Kalbe tersebut adalah: Kalbe memiliki visi dan misi untuk menjadikannya sebagai perusahaan produk kesehatan Indonesia yang didukung oleh inovasi, merk yang kuat, dan manajemen yang prima dalam rangka meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Hal ini diimplementasikan ke dalam bentuk strategi-strategi bisnis seperti: strategi Productivity-Innovation-Cash Flows (PIC), Conim (Continious Improvement), 5R, dan Lean Manufacturing, yang didukung juga oleh SDM yang memiliki semangat entrepreneur dan dorongan untuk selalu berkreasi dan menciptakan inovasi-inovasi dalam proses produksi dengan mengacu kepada nilai-nilai perusahaan. Kalbe banyak melakukan akuisisi pada berbagai jenis perusahaan besar farmasi Indonesia seperti: Bintang Toedjoe, Saka Farma, Sanghiang Perkasa, Kalbe Morinaga, Innogene Kalbiotech, dan Kaego Igar Jaya, yang semakin memantapkan posisi Kalbe di industri farmasi di Indonesia. Kalbe aktif dalam berbagai kegiatan riset dan pengembangan yang dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan mitra-mitra lokal dan internasional untuk jangka menengah/panjang yang dilakukan oleh Innogene Kalbiotech Pte, Ltd yang berpusat di Singapura dan Stem Cell and Cancer Institute (SCI) yang telah mendapatkan pengakuan secara 105
nasional dan internasional untuk menciptakan produk-produk kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kalbe memiliki jaringan distribusi yang luas yang dijalankan oleh PT. Enseval Megatrading, Tbk dan PT. Tri Sapta Jaya dalam menyalurkan produk-produk perusahaan, baik produk prinsipal maupun produk nonafiliasi terkemuka ke lebih dari 1.000.000 outlet di seluruh Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar di tahun 2010 yaitu: sebesar 35,7% dari penjualan bersih.
Hal-hal lain yang perlu ditingkatkan lagi oleh Kalbe adalah: Lebih inovatif lagi/menciptakan varian yang berbeda pada produk perusahaan agar tidak kalah saing dengan para kompetitor, yang mana dapat kita lihat bahwa pada tahun 2010, total penjualan dari divisi kesehatan Kalbe mengalami penurunan yang disebabkan karena tingkat penjualan minuman energi yang belum stabil akibat terjadinya pergeseran permintaan pasar dari minuman energi ke minuman isotonik. Mengingat bahwa Kalbe bergerak dalam bidang farmasi, maka Kalbe juga dituntut agar aktif dalam kegiatan riset dan pengembangan untuk menciptakan produk-produk farmasi baru yang disesuaikan juga dengan tren masalah kesehatan yang dihadapi saat ini, dengan kualitas yang bagus dan harga yang terjangkau. Mempertahankan strategi pemasaran Kalbe dengan jaringan distribusinya yang luas. 106
IV.1.8. Good Corporate Governance (GCG) Analysis Penerapan GCG sangat penting dalam pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan, dan efisien yang dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu dengan diterapkannya GCG, maka dapat meningkatkan daya saing perusahaan terhadap para kompetitor dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan, PT. Kalbe Farma, Tbk mengacu pada 5 prinsip dasar GCG yaitu: 1. Transparansi Kalbe telah menyediakan informasi dan membangun komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan secara akurat, tepat waktu, jelas, dan konsisten. Hal ini terlihat dari informasi-informasi penting yang dilampirkan oleh Kalbe dalam laporan tahunan (Annual Report) seperti: -
Program-program GCG yang telah dilakukan oleh Kalbe pada periode berjalan seperti: merevitalisasi nilai dasar Perseroan dengan memperkenalkan Panca Sradha Kalbe kepada seluruh karyawan, melaksanakan evaluasi terhadap komite-komite yang berada di bawah dewan komisaris, melakukan penilaian dan evaluasi atas pelaksanaan GCG di seluruh grup Kalbe, dan melakukan penyesuaian atas kebijakan-kebijakan yang terkait dengan implementasi tata kelola perusahaan yang baik.
-
Pelaksanaan RUPS yang diadakan pada tanggal 27 mei 2010 lalu di
Gedung
Bintang
Toedjoe,
Pulomas,
Jakarta,
dan 107
mengumumkan berbagai keputusan penting dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). -
Kalbe juga memberitahukan tentang proses litigasi yang dihadapi oleh perusahaan dan peristiwa setelah tanggal neraca (Event After Reporting Period).
2. Akuntabilitas Masing-masing pihak yang terlibat dalam grup Kalbe dituntut untuk bekerja dan bertindak sesuai dengan hak, kewajiban, dan wewenang yang telah ditetapkan oleh perusahaan agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan efektif. Hal ini terlihat dari adanya pembagian tugas dari pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan seperti: dewan komisaris, direksi, komite audit dan anggotanya, komite GCG, audit internal dan eksternal, manajemen resiko, dan sekretaris perusahaan.
3. Tanggung jawab -
Dalam menjalankan usaha, PT. Kalbe Farma, Tbk diwajibkan untuk mematuhi Prosedur Operasional Standar dan aturan perusahaan, serta ketentuan perundangan yang berlaku sehingga tercipta usaha yang berkesinambungan.
-
Kalbe telah menjalankan usahanya dalam memproduksi obatobatan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku, yang terbukti dengan diterimanya sertifikasi-sertifikasi internasional 108
yaitu: ISO 9001, CPOB, GDP, OHSAS, ISO 14001:2004, ISO 18001:2007. Dengan adanya sertifikasi internasional ini, maka akan membuat perusahaan semakin dipercaya oleh masyarakat. -
Terlihat dari berbagai kegiatan CSR yang telah dilakukan oleh Kalbe terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan seperti: menyalurkan bantuan posko kesehatan dan penyediaan obatobatan untuk pengobatan gratis kepada masyarakat yang kurang mampu, pendirian Kalbe Green Data Center, dan lain-lain.
-
Kalbe juga telah menerbitkan laporan tahunan (Annual Report) setiap tahun. Bahkan di tahun 2009, Kalbe memperoleh penghargaan peringkat kedua Annual Report untuk kategori Perusahaan Swasta Terbuka Non-Keuangan dari Bapepam-LK, BEI, BI, Ditjen Pajak, BUMN, IAI, dan KNKG.
4. Independensi Kalbe telah menjalankan usaha secara independen, dimana laporan keuangan yang telah diterbitkan oleh perusahaan kepada publik telah diaudit oleh seorang akuntan publik, dan komite audit yang ditunjuk pun telah memenuhi kriteria independensi, keahlian, dan integritas yang berdasarkan pada Peraturan Bapepam No.IX.1.5 dan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-29/PM/2004.
109
5. Kewajaran dan kesetaraan Sebagai perusahaan terbuka, Kalbe membagikan dividen perusahaan setiap tahun dari keuntungan yang didapat pada tahun fiskal setelah dikurangi dengan kewajiban alokasi dana cadangan sesuai dengan peraturan yang berlaku, rencana Perseroan, dan kondisi keuangan Perseroan dengan prinsip kewajaran dan keadilan kepada para pemangku kepentingan.
IV.2. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan oleh para analis/pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan dari tahun ke tahun, yang dapat dijadikan sebagai acuan/pedoman bagi investor, kreditor, dan pengguna lainnya untuk mengambil keputusan bisnis. Analisis laporan keuangan yang dilakukan terhadap PT. Kalbe Farma, Tbk adalah analisis horizontal dan vertikal, analisis rasio, analisis industri, analisis akuntansi, dan analisis prediksi kebangkrutan/Z-score. Adapun data-data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan analisis ini adalah data-data yang terdapat pada laporan neraca (Statement of Financial Statement), laporan laba rugi (Statement of Comprehensif Income), laporan arus kas (Statement of Cash Flow) dan catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement). Penulis juga membatasi ruang lingkup/scope dan menggunakan beberapa asumsi dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma, Tbk:
110
1. Penulis melakukan analisis terhadap laporan keuangan pada PT. Kalbe Farma, Tbk hanya pada periode 2008-2010. 2. Penulis juga melakukan perhitungan untuk rasio rata-rata kompetitor dari 4 perusahaan farmasi lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki jumlah asset dan revenue yang setara dengan Kalbe untuk melihat kinerja Kalbe bila dibandingkan dengan kompetitor. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3 sebelumnya, perusahaan kompetitor Kalbe adalah PT. Tempo Scan Pacific, Tbk, PT. Kimia Farma, Tbk, PT. Darya Varia, Tbk, dan PT. Indofarma, Tbk. 3. Market Price PT. Kalbe Farma, Tbk dan perusahaan kompetitor diperoleh dari website http://finance.yahoo.com. 4. Dividend per Share PT. Kalbe Farma, Tbk dan perusahaan kompetitor dapat diperoleh dengan 3 cara yaitu: website http://finance.yahoo.com dan http://ebursa.com , laporan tahunan (Annual Report) perusahaan. 5. Dalam melakukan perhitungan, 1 tahun = 365 hari. 6. Piutang lain-lain dalam neraca tidak dimasukkan dalam perhitungan perputaran piutang usaha, karena dianggap tidak berhubungan dengan operasi perusahaan. 7. Tarif pajak perusahaan dihitung berdasarkan angka akuntansi yang tertera di laporan keuangan dengan rumus:
Tax Rate =
111
IV.2.1. Analisis Horizontal
2007
2008
NERACA Kas dan setara kas
100%
118,40%
Investasi jangka pendek Piutang usaha Persediaan bersih Total aset tidak tetap Total aset tetap Total aset Hutang usaha Total kewajiban jangka pendek Total kewajiban jangka panjang Total kewajiban Ekuitas
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
LABA RUGI Penjualan bersih Beban pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba usaha Laba bersih
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kalbe 2009
2010
Keterangan
139,98%
170,37%
Increase
70,95% 107,57% 112,55% 110,85% 111,43% 111,01% 93,08% 165,69% 29,63% 121,21% 106,95%
35,60% 138,45% 109,41% 125,05% 129,19% 126,16% 146,67% 208,60% 32,02% 150,87% 127,27%
3,02% 145,21% 108,67% 133,97% 144,77% 136,87% 148,72% 151,93% 31,07% 112,41% 158,67%
Decrease Increase Fluktuatif Increase Increase Increase Fluktuatif Fluktuatif Fluktuatif Fluktuatif Increase
112,45% 117,97% 107,10% 109,85% 101,18% 100,16%
129,73% 132,49% 127,04% 121,62% 138,65% 131,64%
145,99% 146,54% 145,47% 139,35% 158,58% 182,28%
Increase Increase Increase Increase Increase Increase
Berikut ini adalah penjelasan dari analisis horizontal yang dilakukan terhadap PT. Kalbe Farma, Tbk: I.
Laporan Neraca Dari tahun 2007-2010, dapat dilihat bahwa total aset Kalbe mengalami peningkatan sebesar 36,87% yang disebabkan karena adanya peningkatan dan penurunan yang terjadi pada jumlah akun atas aset tidak tetap dan tetap perusahaan. Pada aset tidak tetap, terjadi peningkatan pada: 1. Akun kas dan setara kas sebesar 70,37% dari tahun 2007-2010 yang berasal dari: 112
- Penerimaan atas penjualan Kalbe kepada pelanggan yang meningkat tiap tahun; - Meningkatnya jumlah akun hutang bank pada tahun 2009 yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu: dari sebesar Rp 292 Milyar hingga menjadi sebesar Rp 2,4 Triliun; - Adanya penjualan dari investasi jangka panjang Kalbe sebesar Rp 115 Milyar pada tahun 2010. 2. Jumlah persediaan Kalbe yang meningkat sebesar 12,55% pada tahun 2008, yang disebabkan karena naiknya harga bahan baku dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD. 3. Meningkatnya jumlah piutang usaha sebesar 145,21% dari tahun 2007-2010 yang diberikan oleh Kalbe kepada pelanggan, seiring dengan bertambahnya jumlah penjualan Kalbe, dan adanya peningkatan pada jumlah aset tidak tetap lainnya. 4. Selain itu, juga terjadi penurunan pada akun investasi jangka pendek Kalbe sebesar 96,98% yang disebabkan karena kerugian atas penurunan nilai pasar dari investasi jangka pendek pada tahun 2007-2010.
Pada aset tetap, terjadi peningkatan pada: 1. Jumlah akun aset tetap perusahaan seperti: bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan kesehatan, jumlah transportasi, dan aset tetap lainnya, yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.
113
2. Aset tidak berwujud Kalbe berupa goodwill yang mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 yaitu: sebesar 217,16% yang disebabkan dari selisih lebih biaya perolehan saham di atas nilai buku aset bersih EPMT (PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk) sehubungan dengan akuisisi terhadap 25,45% pemilikan saham EPMT yang dilakukan oleh perusahaan selama bulan Juli-Agustus 2009.
Total kewajiban Kalbe mengalami peningkatan sebesar 12,41% dari tahun 2007-2010, namun berada dalam kondisi yang fluktuatif dimana: 1. Pada tahun 2007-2009 terjadi peningkatan yang sangat drastis pada jumlah kewajiban jangka pendek Kalbe atas meningkatnya jumlah akun pinjaman jangka pendek perusahaan sebesar 233,71% pada tahun 2008 dan sebesar 132,46% pada tahun 2009. Tahun 2010, Kalbe telah melunasi pinjaman jangka pendeknya sehingga terjadi penurunan kewajiban di tahun tersebut sebesar 92,48% yang menyebabkan berkurangnya total kewajiban jangka pendek Kalbe. 2. Hutang pajak dan hutang usaha Kalbe juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2007-2009, dan hutang sewa guna usaha jangka panjang Kalbe yang meningkat sebesar 113,07% pada tahun 2009. Sebenarnya total kewajiban Kalbe dapat mengalami peningkatan lebih dari 12,41%, namun karena Kalbe pada tahun 2010 terus untuk melunasi kewajiban sewa guna usaha/pembiayaan jangka pendek dan adanya penurunan dari penerimaan hutang bank di tahun 2010, serta penurunan pada hutang sewa guna 114
usaha jangka panjang Kalbe sebesar 28,75% yang menyebabkan total kewajiban Kalbe juga mengalami penurunan, sehingga hanya terjadi peningkatan sebesar 12,41% pada total kewajibannya. Total ekuitas Kalbe mengalami peningkatan sebesar 58,67% karena meningkatnya saldo laba terutama sejalan dengan pencapaian laba bersih Kalbe di tahun tersebut.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki kinerja yang baik dari tahun ke tahun. Meskipun total kewajiban Kalbe meningkat, tetapi hal ini dapat diimbangi dengan kenaikan yang lebih besar dari total asetnya yang berarti bahwa perusahaan efektif dalam menggunakan dana yang berasal dari hutang untuk membiayai aset perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan yang bertujuan untuk memperoleh laba. Dengan naiknya jumlah laba perusahaan, maka total ekuitas pun akan meningkat.
II.
Laporan Laba Rugi Hingga tahun 2010, Kalbe mencatat penjualan bersih sebesar Rp 10,2 Triliun yang mengalami peningkatan sebesar 46% dari tahun 2007, dimana 96% dari total penjualan Kalbe diperoleh dari pasar dalam negeri dan 4% berasal dari penjualan ekspor. Dari total penjualan Kalbe, divisi distribusi dan kemasan memberikan kontribusi paling besar yaitu: sebesar 35,7% dari penjualan bersih, diikuti pula oleh divisi obat resep sebesar 25,2%, divisi nutrisi sebesar 22,4%, serta divisi produk dan kesehatan sebesar 16,6%. Dengan adanya peningkatan 115
yang terjadi pada jumlah penjualan bersih Kalbe yang disertai dengan naiknya beban pokok penjualan Kalbe sebesar 46,5% akibat kenaikan harga bahan baku di tahun 2008, namun laba usaha Kalbe tetap naik secara signifikan yaitu: sebesar 58,58% yang disebabkan karena diimbangi dengan efisiensi dari beban usahanya. Dalam hal ini, Kalbe efisien dalam memanfaatkan beban usahanya.
IV.2.2. Analisis Vertikal
NERACA Kas dan setara kas Persediaan bersih Piutang usaha bersih Total aset tidak tetap Total aset tetap Total kewajiban jangka pendek Total kewajiban jangka panjang Hak minoritas anak perusahaan Total kewajiban Ekuitas LABA RUGI Penjualan bersih Beban pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba usaha Laba bersih
2007
2008
Kalbe 2009
2010
21,73% 27,77% 16,92% 73,18% 26,82% 14,69%
23,17% 28,16% 16,40% 73,07% 26,93% 21,92%
24,11% 24,09% 18,57% 72,53% 27,47% 24,28%
27,04% 22,05% 17,96% 71,63% 28,37% 16,30%
Increase Fluktuatif Fluktuatif Decrease Increase Fluktuatif
7,13%
1,90%
1,81%
1,62%
Decrease
12,26%
12,66%
7,41%
5,66%
Fluktuatif
21,82% 65,92%
23,83% 63,51%
26,09% 66,49%
17,92% 76,41%
Fluktuatif Fluktuatif
100,00% 49,30% 50,70% 34,58% 16,12% 10,07%
100,00% 51,71% 48,29% 33,78% 14,51% 8,97%
100,00% 50,35% 49,65% 32,42% 17,23% 10,22%
100,00% 49,48% 50,52% 33,01% 17,51% 12,58%
Fluktuatif Fluktuatif Fluktuatif Fluktuatif Fluktuatif
Keterangan
Berikut ini adalah penjelasan dari analisis vertikal yang dilakukan terhadap PT. Kalbe Farma, Tbk:
116
I. Laporan Neraca Untuk akun neraca, yang paling tinggi mengalami kenaikan dari tahun ke tahun adalah akun kas dan setara kas. Akun kas dan setara kas Kalbe terus mengalami kenaikan yaitu: dari sebesar 21,73% dari total aset yang ada pada tahun 2007 hingga menjadi sebesar 27,04% dari total aset yang ada pada tahun 2010. Namun, kenaikan dari akun kas dan setara kas ini tidak diikuti dengan kenaikan pada total aset tidak tetap perusahaan, dimana total aset tidak tetap Kalbe mengalami penurunan dari total aset yang ada yaitu: dari 73,18% dari total aset yang ada pada tahun 2007 hingga menjadi sebesar 71,63% dari total aset yang ada pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena jumlah piutang usaha dan persediaan Kalbe yang bersifat fluktuatif, dimana Kalbe berusaha untuk meminimalkan persediaan agar kegiatan produksi lebih efisien. Selain itu, total aset tetap perusahaan juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu: dari sebesar 26,82% dari total aset yang ada pada tahun 2007 hingga menjadi sebesar 28,37% dari total aset pada tahun 2010.
Untuk akun neraca, yang paling tinggi mengalami penurunan adalah adalah total kewajiban jangka panjang Kalbe yaitu: dari sebesar 7,13% dari total aset pada tahun 2007 hingga menjadi sebesar 1,62% dari total aset yang ada pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena Kalbe telah melunasi hutang obligasi pada tahun 2006 sebesar Rp 267 Milyar pada tahun 2007, sehingga tidak ada lagi hutang obligasi Kalbe yang menyebabkan penurunan pada total kewajiban jangka panjang Kalbe. 117
II. Laporan Laba Rugi Untuk laporan laba rugi periode 2008-2010, persentase laba bersih dan laba usaha terhadap penjualan bersih Kalbe mengalami peningkatan yang diikuti dengan penurunan dari persentase beban pokok penjualan terhadap penjualan bersih perusahaan. Sedangkan, persentase beban usaha terhadap penjualan bersih bersifat fluktuatif yang disebabkan karena menurunnya biaya pemasaran Kalbe atas penjualan bersih sebesar 0,91% pada tahun 2008 dan sebesar 1,5% pada tahun 2009, dan komposisi biaya umum serta biaya riset dan pengembangan yang relatif stabil. Namun pada tahun 2010, persentase beban usaha terhadap penjualan bersih Kalbe mengalami kenaikan yang disebabkan karena adanya peningkatan dari biaya pemasaran sebesar 0,56% atas produk-produk baru Kalbe.
IV.2.3. Analisis Rasio Keuangan IV.2.3.1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset tidak tetap perusahaan. Analisis rasio ini dapat membantu kreditor jangka pendek, bankers, dan pemegang saham lainnya untuk melihat apakah PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk likuid atau illikuid dalam melunasi kewajiban jangka pendek mereka secara tepat waktu atau tidak, bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor. 1. Current Ratio
Current Ratio = 118
Gambar IV.1. Current Ratio Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) bagi kreditor jangka pendek, yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset tidak tetapnya. Pada tahun 2008, Current Ratio Kalbe adalah 3,33 : 1 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 kewajiban jangka pendek Kalbe dapat dijamin dengan Rp 3,33 aset tidak tetap. Pada tahun 2009, Current Ratio Kalbe mengalami penurunan sebesar 0,34x yang disebabkan oleh jumlah kewajiban jangka pendek Kalbe yang mengalami peningkatan sebesar 25,89% atas naiknya akun pinjaman jangka pendek perusahaan sebesar 132,46%, dimana sebagian besar peningkatan pinjaman itu berasal dari PT. Bank CIMB Niaga, Tbk yang digunakan untuk membiayai/memperkuat kebutuhan modal kerja perusahaan. Selain itu, akun hutang usaha juga meningkat sebesar 57,58% bila dibandingkan dengan tahun 2008 atas pembelian bahan baku Kalbe kepada pemasok perusahaan, dan hutang 119
pajak Kalbe yang naik sebesar 53,56% pada tahun 2009. Peningkatan pada jumlah kewajiban jangka pendek ini tidak sebanding dengan peningkatan pada jumlah aset tidak tetap Kalbe yang hanya naik sebesar 12,81%, sehingga menyebabkan jumlah Current Ratio Kalbe mengalami penurunan pada tahun 2009. Pada tahun 2010, jumlah kewajiban jangka pendek Kalbe mengalami penurunan sebesar 27,17% yang disebabkan oleh adanya pelunasan pada akun pinjaman jangka pendek dan penurunan pada jumlah hutang pajak perusahaan yang menyebabkan jumlah Current Ratio Kalbe kembali mengalami kenaikan. Di sisi lain, dapat dilihat bahwa Current Asset Kalbe yang paling banyak/besar berada pada 3 akun: o Kas dan setara kas yang terus meningkat tiap tahun; o Persediaan yang digunakan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan penjualan. Dalam mengatur persediaan, Kalbe telah melakukan strategi PIC (Productivity-Innovatian-CashFlows) agar kegiatan produksi lebih efisien dalam mendukung jumlah penjualan Kalbe yang terus mengalami peningkatan tiap tahun; o Piutang usaha yang juga mengalami peningkatan akibat naiknya penjualan Kalbe dari tahun 2008-2010. Kondisi ini membuat Kalbe terlihat lebih likuid.
Current Ratio rata-rata kompetitor juga mengalami kondisi yang fluktuatif seperti Kalbe, dimana pada tahun 2009 Current Ratio rata-rata 120
kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,34x, dan pada tahun 2010 Current Ratio rata-rata kompetitor mengalami kenaikan sebesar 0,26x. Bila dibandingkan secara keseluruhan dari tahun 2008-2010, Current Ratio Kalbe ≥ daripada ratarata kompetitor yang menunjukkan bahwa Kalbe lebih likuid.
2. Acid Test Ratio
Acid Test Ratio =
Gambar IV.2. Acid Test Ratio Rasio ini hampir sama dengan Current Ratio, tetapi tidak menggunakan akun persediaan karena persediaan membutuhkan waktu yang lama untuk diconvert ke dalam bentuk kas. Pada tahun 2008, Acid Test Ratio Kalbe adalah 2,05 : 1 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 kewajiban jangka pendek Kalbe dapat dijamin oleh Rp 2,05 aset tidak tetap. Jumlah Acid Tes Ratio ini mengalami penurunan di tahun 2009 yang disebabkan karena adanya peningkatan yang cukup besar pada jumlah 121
kewajiban jangka pendek Kalbe yang timbul atas kenaikan dari akun pinjaman jangka pendek perusahaan, hutang usaha, dan hutang pajak yang tidak diimbangi dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah aset tidak tetap perusahaan, seperti yang telah dibahas sebelumnya pada rasio lancar (Current Ratio). Meskipun jumlah persediaan Kalbe di tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 2,79%, namun hal ini tidak cukup membantu bagi Kalbe untuk meningkatkan Acid Test Ratio, yang disebabkan oleh adanya peningkatan yang lebih besar pada jumlah kewajiban jangka pendeknya. Selanjutnya pada tahun 2010, Kalbe telah melunasi pinjaman jangka pendek perusahaan yang diikuti juga dengan penurunan pada jumlah persediaan sebesar 0,68%, yang menyebabkan Acid Test Ratio Kalbe kembali mengalami kenaikan hingga menjadi sebesar 3,04x.
Bila dilihat dari rata-rata kompetitor secara keseluruhan, Acid Test Ratio Kalbe berada di atas rata-rata kompetitor pada tahun 2009-2010. Namun pada tahun 2008, jumlah Acid Test Ratio Kalbe berada sedikit di bawah rata-rata kompetitor, dimana Acid Test Ratio rata-rata kompetitor adalah sebesar 2,14x dan Kalbe adalah
sebesar 2,05x. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
jumlah persediaan Kalbe sebesar 12,55% pada tahun 2008 bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang menyebabkan jumlah Current Asset Kalbe menjadi lebih kecil. Kenaikan persediaan Kalbe pada tahun 2008 ini disebabkan oleh adanya kenaikan dari harga bahan baku persediaan dan sebagai pendukung penjualan Kalbe. Selain itu, juga terjadi peningkatan pada jumlah akun hutang lain-lain sebesar 102,28% dan akun pinjaman jangka pendek Kalbe sebesar 122
233,71% bila dibandingkan dengan tahun 2007, dimana peningkatan yang cukup signifikan berasal dari akun pinjaman jangka pendek Kalbe dari PT. Bank Central Asia, Tbk yang digunakan untuk membiayai modal kerja perusahaan, yang membuat jumlah kewajiban jangka pendek Kalbe semakin meningkat, dan menurunnya Acid Test Ratio Kalbe di tahun tersebut.
3. Account Receivable Turnover
Acc Receivable Turnover =
Gambar IV.3. A/R Turnover Tingkat perputaran piutang pada PT. Kalbe Farma, Tbk menunjukkan berapa kali waktu yang diperlukan dalam setahun bagi Kalbe dalam periode penagihan piutang, dan semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin baik bagi perusahaan, karena dana yang tertanam pada piutang perusahaan adalah rendah. Dari tahun 2008-2010, tingkat perputaran piutang Kalbe terus
123
mengalami penurunan dan hal ini kurang efektif bagi Kalbe, walaupun tingkat perputaran piutangnya masih berkisar 8 kali dalam setahun. Pada tahun 2008, tingkat perputaran piutang Kalbe adalah sebanyak 8,68x yang berarti bahwa dalam setahun Kalbe dapat melakukan penagihan piutang sebanyak 8,68x. Tahun 2009 dan 2010, tingkat perputaran piutang Kalbe mengalami penurunan hingga menjadi sebanyak 8,44x dan 8,24x, yang disebabkan karena adanya kenaikan pada jumlah penjualan Kalbe yang berpengaruh juga pada pemberian jumlah piutang usaha oleh Kalbe kepada pelanggannya. Namun, kenaikan pada jumlah pemberian piutang usaha ini tidak sebanding dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah penjualan Kalbe, yang mana pada tahun 2009 jumlah kenaikan pada akun piutang usaha rata-rata Kalbe adalah sebesar 18,53% dan jumlah kenaikan penjualannya adalah sebesar 15,36%. Sedangkan pada tahun 2010, terjadi kenaikan pada jumlah piutang usaha rata-rata Kalbe sebesar 15,30% dan kenaikan pada jumlah penjualan sebesar 12,54%. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat perputaran piutang Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dalam hal ini, Kalbe harus berhati-hati dalam memberikan piutang usahanya agar tidak terjadi kerugian akibat tidak tertagihnya piutang tersebut.
Dari tahun 2008-2010, tingkat perputaran piutang pada rata-rata kompetitor juga terus mengalami penurunan seperti yang dialami oleh Kalbe, dimana pada tahun 2008 tingkat perputaran piutang rata-rata kompetitor adalah sebanyak 7,40x. Pada tahun 2009 dan 2010, tingkat perputaran piutang rata-rata 124
kompetitor mengalami penurunan hingga menjadi sebanyak 7,38x dan 7,15x. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor secara keseluruhan, PT. Kalbe Farma, Tbk masih tergolong baik dalam tingkat perputaran piutang, dimana Kalbe mampu melakukan penagihan piutang sebanyak 8 kali dalam setahun bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor yang hanya 7 kali dalam setahun.
4. Days’ Sales in Receivable
Day’s Sales in Receivables =
Gambar IV.4. Day’s Sales in Receivable Rasio ini menggambarkan jumlah waktu/hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengconvert piutang usaha ke dalam bentuk kas. Semakin pendek periodenya akan semakin baik, karena resiko akan tidak tertagihnya piutang semakin kecil. Dari tahun 2008-2010, peningkatan terus terjadi pada jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam mengumpulkan jumlah piutang usahanya, dimana 125
pada tahun 2008 Kalbe membutuhkan waktu selama 42 hari, tahun 2009 selama 43 hari, dan tahun 2010 selama 44 hari. Walaupun jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam mengconvert piutangnya ke dalam bentuk kas hanya menambah waktu selama 1 hari, namun Kalbe tetap harus berhati-hati dan tepat waktu dalam menagih piutang usahanya untuk menghindari kerugian akan tidak tertagihnya piutang tersebut. Sebelumnya kita juga melihat bahwa tingkat perputaran piutang Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010, yang disebabkan karena adanya kenaikan pada jumlah piutang usaha rata-rata Kalbe yang tidak sebanding dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah penjualannya pada pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini juga yang menyebabkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam mengumpulkan piutang usaha juga bertambah selama 1 hari.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT. Kalbe Farma, Tbk terlihat lebih bagus karena periode terkumpulnya piutang usaha lebih cepat daripada rata-rata kompetitor yaitu: di bawah 60 hari pada periode 2008-2010. Rata-rata kompetitor membutuhkan waktu yang lebih lama dari Kalbe dalam mengumpulkan/mengconvert piutang usaha ke dalam bentuk kas, yang secara signifikan dapat dilihat pada tahun 2008 rata-rata kompetitor membutuhkan waktu selama 56 hari dalam mengumpulkan jumlah piutang usaha, dan meningkat menjadi selama 58 hari pada tahun 2009, dan menjadi selama 62 hari pada tahun 2010. Tingginya jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata kompetitor dalam periode penagihan piutang usaha disebabkan oleh pengaruh 126
dari kinerja perusahaan kompetitor Kalbe yang memiliki periode penagihan piutang yang lebih lama yang ikut mempengaruhi jumlah rata-rata kompetitor.
5. Inventory Turnover
Inventory Turnover =
Gambar IV.5. Inventory Turnover Rasio ini menggambarkan seberapa cepat jumlah persediaan atau barang dagangan perusahaan diganti dalam setahun. Tingkat perputaran persediaan yang cepat menggambarkan bahwa kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan cepat dan tidak terjadi penumpukan pada jumlah persediaan, sehingga akan mengurangi biaya gudang dan kerugian akibat persediaan yang usang. Dari tahun 2008-2010, tingkat perputaran persediaan Kalbe terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, tingkat perputaran persediaan Kalbe adalah sebanyak 2,69x dalam setahun. Tahun 2009, terjadi peningkatan pada
127
tingkat perputaran persediaan Kalbe sebanyak 0,2x yang disebabkan oleh kenaikan pada jumlah penjualan Kalbe yang berdampak juga pada meningkatnya jumlah persediaan rata-rata sebesar 4,43%, yang diikuti juga dengan kenaikan pada jumlah beban pokok penjualan Kalbe sebesar 12,32%. Pada tahun 2010, tingkat perputaran persediaan Kalbe kembali mengalami peningkatan sebanyak 0,36x yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penjualan Kalbe yang disertai dengan meningkatnya jumlah beban pokok penjualan sebesar 10,60%. Sementara jumlah persediaan rata-rata Kalbe pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 1,75%, yang disebabkan karena Kalbe melakukan pengelolaan rantai pasokan secara terintegrasi dan end to end untuk menciptakan efisiensi. Tingkat perputaran persediaan Kalbe yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun mencerminkan kinerja perusahaan yang cukup baik dalam memanage jumlah persediaan untuk mendukung kegiatan penjualan. Namun, usaha manajemen dalam menciptakan efisiensi terhadap jumlah persediaan ini tidak diimbangi dengan turunnya jumlah beban pokok penjualan, yang terlihat dari jumlah beban pokok penjualan Kalbe pada tahun 2009 yang mengalami kenaikan ≥ daripada kenaikan dalam jumlah persediaannya. Begitu juga untuk tahun 2010, dimana jumlah beban pokok penjualan Kalbe terus mengalami kenaikan, sementara jumlah persediaan mengalami penurunan. Dari analisis horizontal yang telah dilakukan, juga terlihat bahwa jumlah beban pokok penjualan Kalbe terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menanggapi hal ini, Kalbe harus dapat lebih efisien lagi dalam mengelola beban pokok penjualan perusahaan misalnya: dengan mencari pemasok yang lebih 128
menguntungkan agar harga bahan baku tidak terlalu mahal dan melakukan efisiensi atas pembayaran upah buruh, sehingga akan mengurangi jumlah beban pokok penjualan perusahaan.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, tingkat perputaran persediaan pada PT. Kalbe Farma, Tbk dapat dikatakan kurang baik karena Kalbe hanya mampu melakukan perputaran persediaan sebanyak 3 kali dalam setahun, sedangkan rata-rata kompetitor mampu untuk melakukan perputaran persediaan lebih banyak dari Kalbe yaitu: sebanyak 5 kali dalam setahun.
6.
Day’s Sales in Inventory
Day’s Sales in Inventory =
Day's Sales in Inventory
140,00 120,00 100,00 80,00
KALBE
60,00 RATA-RATA KOMPETITOR
40,00 20,00 0,00 KALBE RATA-RATA KOMPETITOR
2008
2009
2010
135,88
126,34
112,24
82,07
81,33
80,82
Gambar IV.6. Day’s Sales in Inventory Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan penjualan/seberapa
129
lama waktu yang diperlukan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas. Semakin cepat semakin baik. Dari tahun 2008-2010, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas melalui kegiatan penjualan semakin mengalami penurunan, dan ini berarti bahwa semakin cepat waktu yang dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh kas melalui kegiatan penjualan persediaan/produknya. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan penjualan adalah selama 135,88 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe mengalami penurunan yang masing-masing selama 9,54 hari dan 14,1 hari yang disebabkan oleh jumlah penjualan Kalbe yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang masing-masing sebesar 15,36% dan 12,54%. Hal ini juga terlihat dari analisis Inventory Turnover sebelumnya, dimana tingkat perputaran persediaan Kalbe mengalami peningkatan, yang berpengaruh juga pada menurunnya jumlah Day’s Sales in Inventory.
Dilihat dari hasil rata-rata kompetitor, jumlah hari yang dibutuhkan untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas juga mengalami penurunan dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata kompetitor untuk mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas adalah selama 82,07 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah harinya mengalami penurunan yang masing-masing selama 0,74 hari dan 0,57 hari. Secara keseluruhan bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Day’s Sales in Inventory Kalbe 130
berada di bawah rata-rata kompetitor, karena rata-rata kompetitor hanya membutuhkan waktu selama kurang lebih 80 hari dalam menghabiskan jumlah persediaan/mengconvert persediaan ke dalam bentuk kas, sedangkan Kalbe membutuhkan waktu ≥ 100 hari. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah penjualan Kalbe yang ≥ daripada perusahaan kompetitor, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menghasilkan kas melalui kegiatan penjualan persediaan.
7. Account Payable Turnover
Acc Payable Turnover = Gambar IV.7. A/P Turnover
Gambar IV.7. A/P Turnover Tingkat perputaran hutang usaha (A/P Turnover) menunjukkan seberapa besar/cepat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang usaha dalam setahun. Rasio tingkat perputaran hutang usaha yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan pembayaran hutang usaha yang cepat. 131
Pada tahun 2008, tingkat perputaran hutang usaha Kalbe adalah sebanyak 12,85x yang berarti bahwa Kalbe mampu untuk melakukan pembayaran hutang usaha sebanyak 12,85x dalam setahun. Pada tahun 2009 dan 2010, tingkat pembayaran hutang usaha Kalbe mengalami penurunan yang masing-masing sebanyak 1,22x dan 1,19x dalam setahun, yang disebabkan karena peningkatan yang terus terjadi pada jumlah hutang usaha Kalbe, yang mana pada tahun 2009 dan 2010 jumlah hutang usaha Kalbe terus mengalami peningkatan yang masingmasing sebesar 24,17% dan 23,21% dari pembelian bahan baku kepada pemasok perusahaan yang diikuti pula dengan kenaikan yang lebih rendah pada jumlah beban pokok penjualan perusahaan, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan pada jumlah A/P Turnover Kalbe. Selain itu dari analisis A/R Turnover sebelumnya juga terlihat bahwa tingkat perputaran piutang usaha Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan Kalbe dalam melunasi hutang usahanya karena semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengconvert jumlah piutang usaha ke dalam bentuk kas, yang nantinya dana tersebut dapat digunakan untuk membayar hutang usaha Kalbe. Dalam hal ini, Kalbe harus lebih berhati-hati dalam menggunakan hutang usahanya dan membayar secara tepat waktu agar tidak terkena denda, mengingat bahwa tingkat perputaran hutang usaha Kalbe yang terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010, serta menagih piutang usaha secara tepat waktu.
132
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki tingkat perputaran hutang usaha yang sangat tinggi/berada di atas ratarata kompetitor, dimana tingkat perputaran hutang usaha rata-rata kompetitor pada tahun 2008 adalah sebanyak 6,44x dalam setahun, sedangkan Kalbe adalah sebanyak 12,85x dalam setahun. Tahun 2009 dan 2010, tingkat perputaran hutang usaha rata-rata kompetitor adalah sebanyak 6,98x dan 6,51x dalam setahun, sedangkan Kalbe mampu untuk melakukan pembayaran hutang usaha sebanyak 11,63x dan 10,44x dalam setahun. Ini berarti bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki tingkat/kemampuan pembayaran hutang usaha yang lebih baik dalam menjalankan operasi perusahaan daripada rata-rata kompetitor, meskipun tiap tahun tingkat perputaran hutang usaha Kalbe terus mengalami penurunan.
8. Day’s Sales in Payable
Day’s Sales in Payable =
Gambar IV. 8. Day’s Sales in Payable 133
Rasio ini menggambarkan jumlah waktu/hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melunasi hutang usahanya. Jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam melunasi seluruh hutang usaha mengalami peningkatan dari tahun 2008-2010, yang berarti bahwa semakin lama periode pembayaran hutang usaha Kalbe. Pada tahun 2008, Kalbe membutuhkan waktu selama 28,40 hari untuk melunasi hutang usahanya kepada para pemasok perusahaan. Tahun 2009 dan 2010, terjadi peningkatan pada jumlah hari yang dibutuhkan untuk membayar hutang usaha Kalbe yaitu: selama 2,99 hari dan 3,58 hari, yang disebabkan karena jumlah hutang usaha Kalbe yang terus meningkat pada tahun 2009 dan 2010 dari pembelian bahan baku perusahaan kepada pemasok dalam rangka mendukung kegiatan penjualan yang semakin meningkat tiap tahun. Dalam hal ini, Kalbe harus berhati-hati dalam menggunakan hutang usahanya dan membayar dalam jangka waktu yang telah ditetapkan/secara tepat waktu agar tidak terkena denda.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam melunasi hutang usahanya lebih cepat, meskipun tiap tahun periode pembayaran hutang usaha Kalbe terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh rata-rata kompetitor untuk melunasi hutang usaha adalah selama 63,50 hari, sedangkan Kalbe adalah selama 28,40 hari. Tahun 2009 adalah selama 61,91 hari, dan Kalbe hanya membutuhkan waktu selama 31,39 hari dalam melunasi hutang usahanya. Hingga akhir tahun 2010, rata-rata kompetitor hanya mampu untuk melunasi 134
hutang usaha selama 64,17 hari dan Kalbe selama 34,97 hari. Kondisi ini membuat Kalbe terlihat lebih likuid bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, karena dengan peningkatan yang terus terjadi pada jumlah hutang usahanya, Kalbe masih mampu untuk membayar hutang usaha lebih cepat daripada rata-rata kompetitor.
9. Cash Conversion Cycle
Cash Conversion Cycle = Day’s Sales in Receivables + Day’s Sales in Inventory – Day’s Sales in Payable
Gambar IV.9. Cash Conversion Cycle Cash Conversion Cycle merupakan suatu siklus operasi perusahaan yang dimulai dari kegiatan pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk kegiatan produksi hingga menghasilkan barang jadi (finished goods) untuk dijual kepada customer, hingga menghasilkan arus kas masuk bagi perusahaan. Selanjutnya, dari arus kas masuk tersebut dapat digunakan kembali oleh perusahaan untuk membeli bahan baku dalam menghasilkan penjualan pada 135
tahun selanjutnya, dan begitu pula seterusnya. Semakin cepat siklus arus kas perusahaan maka akan semakin bagus, yang menunjukkan adanya perputaran modal kerja yang baik. Dari tahun 2008-2010, siklus arus kas Kalbe terus mengalami penurunan yang berarti bahwa semakin cepat pemulihan atas jumlah arus kas masuk Kalbe yang didapat dari kegiatan usahanya dalam setahun. Tahun 2008, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe dalam menghasilkan arus kas masuk adalah selama 149,52 hari. Tahun 2009 dan 2010, jumlah hari yang dibutuhkan oleh Kalbe untuk menghasilkan arus kas masuk bagi perusahaan mengalami penurunan selama 11,35 hari dan 16,61 hari. Kondisi ini mencerminkan adanya tingkat perputaran modal kerja Kalbe yang cukup baik dalam kegiatan usahanya, karena Kalbe dapat memanfaatkan hutang usahanya secara efektif dalam mendukung kegiatan penjualan perusahaan melalui jumlah persediaan yang diikuti juga dengan periode penagihan piutang Kalbe yang dapat dikatakan cukup baik meskipun mengalami penurunan, sehingga berdampak pada semakin cepatnya jumlah arus kas masuk perusahaan.
Dari tahun 2008-2010, siklus arus kas rata-rata kompetitor mengalami peningkatan, dan kondisi ini kurang baik. Pada tahun 2008 jumlah waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata kompetitor dalam menghasilkan arus kas masuk adalah selama 75,02 hari, sedangkan Kalbe selama 149,52 hari. Tahun 2009 dan 2010, rata-rata kompetitor membutuhkan waktu yang masing-masing selama 77,35 hari
136
dan 78,96 hari dalam menghasilkan arus kas masuk. Sedangkan Kalbe pada tahun 2009 dan 2010 membutuhkan waktu selama 138,17 hari dan 121,56 hari. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, siklus arus kas masuk Kalbe berada jauh di bawah rata-rata kompetitor atau lebih lama dalam periode pemulihan arus kasnya. Hal ini disebabkan karena jumlah penjualan Kalbe yang lebih banyak daripada perusahaan kompetitor, yang berpengaruh juga pada semakin lama waktu yang diperlukan oleh Kalbe untuk mengconvert jumlah persediaan ke dalam bentuk kas melalui kegiatan penjualan. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa produk Kalbe tidak laku atau kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan lama. Hanya saja Kalbe membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam menghabiskan jumlah persediaannya melalui kegiatan penjualan daripada jumlah penjualan dari perusahaan kompetitor. Selain itu, juga diketahui bahwa tingkat perputaran persediaan Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010 yang semakin membuktikan bahwa penjualan persediaan Kalbe berjalan dengan cepat.
IV.2.3.2. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio) Rasio ini digunakan utuk mengukur seberapa besar kegiatan operasi perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin kecil jumlah rasio ini maka akan semakin bagus. Selain itu, analisis rasio ini juga dapat digunakan untuk membantu para kreditor, bankers, dan pemegang saham lainnya untuk melihat apakah PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk solvable atau insovable dalam melunasi
137
seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang, terutama saat perusahaan akan dilikuidasi.
1. Debt Ratio
Debt Ratio =
Gambar IV.10. Debt Ratio Rasio ini menggambarkan seberapa besar dana/hutang yang diberikan oleh kreditor untuk membiayai aset perusahaan atau seberapa besar persentase kewajiban perusahaan bila dibandingkan dengan jumlah aset yang dimiliki. Rasio hutang yang tinggi berarti bahwa perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar untuk kegiatan pendanaan. Pada tahun 2008, Debt Ratio Kalbe adalah sebesar 23,83% yang berarti bahwa kegiatan pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh kreditor hanya sebesar 23,83% dan sisanya sebesar 76,17% dibiayai oleh Kalbe. Tahun 2009, Debt Ratio Kalbe mengalami peningkatan sebesar 2,26% yang disebabkan karena 138
meningkatnya jumlah kewajiban Kalbe sebesar 24,47% yang tidak sebanding dengan peningkatan yang terjadi pada jumlah aset perusahaan yang hanya sebesar 13,65%. Peningkatan terbesar dari total kewajiban Kalbe berasal dari kewajiban jangka pendek perusahaan yang terdiri atas akun pinjaman jangka pendek, hutang usaha, dan hutang pajak perusahaan. Sedangkan dari total aset Kalbe, peningkatan terjadi pada jumlah akun aset tetap dan tidak berwujud yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan. Pada tahun 2010, jumlah dana yang disediakan oleh kreditor untuk membiayai aset perusahaan mengalami penurunan sebesar 8,17% hingga menjadi sebesar 17,92%, yang disebabkan karena jumlah kewajiban Kalbe yang mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu: sebesar 25,49% yang diikuti dengan peningkatan pada jumlah aset Kalbe sebesar 8,49%. Penurunan jumlah kewajiban ini lebih disebabkan karena pada tahun 2010, Kalbe telah melakukan pelunasan atas jumlah pinjaman jangka pendeknya dan adanya penurunan pada jumlah hutang pajak perusahaan. Dengan jumlah Debt Ratio sebesar 17,92% pada tahun 2010, terlihat bahwa kinerja PT. Kalbe Farma, Tbk semakin bagus/solvable, karena dana yang berasal dari kreditor yang digunakan untuk kegiatan pendanaan perusahaan tergolong relatif < yaitu: hanya sebesar 17,92% dan hampir seluruh kegiatan pendanaan perusahaan dibiayai oleh Kalbe, yang sebagian besar dananya didapat dari kegiatan penjualan.
Kondisi fluktuatif juga terjadi pada Debt Ratio rata-rata kompetitor yang dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, Debt Ratio rata-rata kompetitor mengalami 139
peningkatan hingga menjadi sebesar 37,39% dan Debt Ratio Kalbe juga meningkat hingga menjadi sebesar 26,09% bila dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun 2010, Debt Ratio rata-rata kompetitor dan Kalbe mengalami penurunan hingga menjadi sebesar 35,42% dan sebesar 17,92%. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Debt Ratio Kalbe jauh lebih baik daripada rata-rata kompetitor, karena hampir seluruh kegiatan pendanaan perusahaan dibiayai oleh Kalbe, yang berarti bahwa total aset yang dimiliki oleh Kalbe melebihi daripada total kewajibannya.
2. Debt/Equity Ratio
Debt/Equity Ratio =
Gambar IV.11. Debt/Equity Ratio Rasio ini hampir sama dengan Debt Ratio, tetapi untuk menghitung Debt to Equity Ratio kita membandingkannya dengan total ekuitas perusahaan, yang 140
menggambarkan sejauh mana perusahaan menggunakan hutang untuk kegiatan pendanaan bila dibandingkan dengan jumlah dana yang berasal dari pemegang saham/investor. Semakin kecil rasio ini akan semakin baik bagi kreditor, karena kegiatan pendanaan perusahaan lebih banyak berasal dari dana yang disediakan oleh para pemegang saham/investor. Dan andaikata terjadi kerugian, maka perusahaan masih dapat membayar hutang/pinjaman yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dari jumlah ekuitas yang ada. Debt to Equity Ratio Kalbe berada pada kondisi yang fluktuatif dimana pada tahun 2008, Debt to Equity Ratio Kalbe adalah sebesar 37,52% yang berarti bahwa kegiatan pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang adalah sebesar 37,52% dari jumlah ekuitas perusahaan. Pada tahun 2009, Debt to Equity Ratio Kalbe mengalami peningkatan sebesar 1,72% yang disebabkan karena adanya peningkatan yang cukup besar pada total kewajiban Kalbe yaitu: sebesar 24,47% yang tidak diimbangi dengan peningkatan pada total ekuitas yang hanya sebesar 18,99%, sehingga mempengaruhi jumlah Debt to Equity Ratio Kalbe di tahun tersebut. Tahun 2010, Kalbe berhasil melunasi beberapa kewajiban mereka yang terlihat dari adanya penurunan dari jumlah kewajiban Kalbe sebesar 25,49% yang diikuti dengan kenaikan pada jumlah ekuitas perusahaan sebesar 24,67%, sehingga membuat Debt to Equity Ratio Kalbe mengalami penurunan hingga mencapai sebesar 23,45%, dan ini adalah angka terendah dari tahun 2008-2010. Dengan Debt to Equity Ratio sebesar 23,45% berarti bahwa kegiatan pendanaan Kalbe yang berasal dari hutang hanya sebesar 23,45% dan sisanya berasal dari ekuitas perusahaan. Kondisi ini sangat baik bagi perusahaan dan 141
menarik di mata kreditor maupun investor yang mengindikasikan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk dalam kategori perusahaan yang solvable.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, kinerja Kalbe terlihat sangat solvable. Hal ini disebabkan karena kegiatan pendanaan Kalbe yang berasal dari hutang ≤ 50% dari jumlah ekuitas perusahaan, yang berarti juga bahwa Kalbe masih mampu untuk melunasi seluruh kewajiban mereka apabila terjadi kerugian. Sedangkan, Debt to Equity Ratio rata-rata kompetitor dari periode 2008-2010 berkisar ≥ 50% dari jumlah ekuitas yang ada, yang berarti bahwa sebagian besar kegiatan pendanaan dari perusahaan kompetitor berasal dari hutang daripada ekuitasnya.
3. Time Interest Earned
Time Interest Earned =
Gambar IV.12. Time Interest Earned Ratio 142
Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga dalam setahun dari jumlah EBIT (Earning Before Interest and Tax Expense) yang diperoleh. Semakin tinggi rasio ini semakin bagus, karena menunjukkan semakin cepat kemampuan perusahaan dalam melunasi beban bunga pinjaman. Dari tahun 2008-2010, kemampuan pembayaran Kalbe atas beban bunganya mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang dapat dilihat pada tahun 2008, Time Interest Earned Ratio Kalbe adalah sebanyak 21,63x yang berarti bahwa Kalbe mampu untuk melakukan pembayaran beban bunga dari jumlah EBIT (Earning Before Interest and Tax Expense) yang diperoleh sebanyak 21,63x dalam setahun. Tahun 2009, Time Interest Earned Ratio Kalbe mengalami kenaikan sebanyak 4,89x yang disebabkan karena jumlah EBIT Kalbe mengalami peningkatan sebesar 25,90% yang diikuti dengan adanya peningkatan dari beban bunga perusahaan yang hanya sebesar 2,70%. Sedangkan pada tahun 2010, Time Interest Earned Ratio Kalbe mengalami peningkatan sebanyak 57,94x, dan ini adalah peningkatan terbesar yang terjadi yang disebabkan karena terjadinya penurunan yang sangat drastis pada jumlah beban bunga Kalbe yaitu: sebesar 61,24% yang berasal dari beban bunga pinjaman bank dan beban hutang obligasi, yang diikuti dengan kenaikan pada jumlah EBIT Kalbe sebesar 23,43%, sehingga menyebabkan Time Interest Earned Ratio Kalbe mengalami kenaikan yang sangat tinggi pada tahun 2010. Ini berarti bahwa terdapat peningkatan kinerja yang sangat baik oleh Kalbe, yang terlihat dari adanya peningkatan yang terjadi pada jumlah EBIT perusahaan dari tahun ke 143
tahun, yang diikuti pula dengan pembayaran beban bunga yang dilakukan secara tepat waktu sehingga menyebabkan terjadinya penurunan yang sangat dratis pada jumlah beban bunga Kalbe di tahun 2010.
Kondisi yang berbeda terjadi pada rata-rata kompetitor, yang mana dari tahun 2008-2010, Time Interest Earned Ratio rata-rata kompetitor terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008, Time Interest Earned Ratio rata-rata kompetitor adalah sebanyak 36,81x dan mengalami penurunan sebanyak 4,99x di tahun 2009. Tahun 2010, jumlah ini mengalami penurunan kembali sebanyak 7,5x hingga menjadi sebanyak 24,32x. Ini adalah angka terendah dari Time Interest Earned Ratio yang berarti bahwa rata-rata kompetitor hanya mampu untuk melakukan pembayaran beban bunga sebanyak 24,32x dalam setahun. Walaupun pada tahun 2008 dan 2009, Time Interest Earned Ratio Kalbe berada di bawah rata-rata kompetitor yang disebabkan oleh tingginya Time Interest Earned Ratio pada perusahaan kompetitor Kalbe, namun dengan adanya peningkatan yang terjadi secara terus menerus dan dilihat dari kemampuan Kalbe yang lebih tinggi dalam melunasi beban bunga di akhir tahun 2010, sudah cukup membuktikan bahwa kinerja Kalbe lebih baik dalam melakukan pembayaran beban bunga perusahaan dari jumlah EBIT yang diperoleh.
IV.2.3.3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan/laba dari jumlah penjualan selama periode tertentu. 144
1. Gross Profit Margin
Gross Profit =
Gross Profit Margin
60,00% 50,00% 40,00% 30,00%
KALBE
20,00%
RATA-RATA KOMPETITOR
10,00% 0,00% 2008
2009
2010
KALBE
48,29%
49,65%
50,52%
RATA-RATA KOMPETITOR
38,22%
38,41%
39,73%
Gambar IV.13. Gross Profit Margin Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah laba kotor yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin bagus, karena dianggap bahwa perusahaan mampu untuk memperoleh laba yang tinggi dengan memanfaatkan beban pokok penjualan secara efisien. Dari tahun 2008-2010, Gross Profit Margin Kalbe terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, Gross Profit Margin Kalbe adalah sebesar 48,29% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan, perusahaan dapat menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,48 dan jumlah yang tersisa untuk menutupi biaya operasi adalah sebesar 51,71%. Dalam hal ini terlihat bahwa biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar daripada tingkat keuntungan yang diperoleh, yang disebabkan karena adanya peningkatan pada
145
jumlah beban pokok penjualan Kalbe sebagai akibat dari meningkatnya harga bahan baku dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD pada tahun 2008. Pada tahun 2009 dan 2010, Gross Profit Margin Kalbe mengalami kenaikan yang masing-masing sebesar 1,36% dan 0,87% yang disebabkan oleh kenaikan atas penjualan perusahaan tanpa diikuti dengan kenaikan yang tinggi pula pada beban pokok penjualan Kalbe, sehingga mengakibatkan jumlah laba kotor Kalbe semakin meningkat. Kenaikan beban pokok penjualan yang tidak terlalu tinggi tersebut dihasilkan dari kombinasi penjualan produk, pengendalian biaya produksi yang dicapai melalui penerapan lean manufacturing dalam proses produksi, penurunan harga bahan baku obat resep dan produk susu, dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika. Dalam hal ini, Kalbe berhasil dalam melakukan efisiensi dan perbaikan terhadap kinerjanya yang mengakibatkan tingkat keuntungan Kalbe semakin meningkat setiap tahun.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki Gross Profit Margin yang
daripada rata-rata kompetitor. Pada tahun
2008, rata-rata kompetitor memperoleh laba kotor sebesar Rp 0,38 dari setiap penjualan, sedangkan Kalbe mampu memperoleh laba kotor sebesar Rp 0,48 dari setiap penjualannya. Pada tahun 2009 dan 2010, rata-rata kompetitor mengalami kenaikan pada Gross Profit Margin yang masing-masing sebesar 0,19% dan 1,32%. Walaupun jumlah laba kotor rata-rata kompetitor dan Kalbe sama-sama mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan 2010, namun jumlah laba kotor yang diperoleh Kalbe tetap
daripada rata-rata kompetitor, dimana pada akhir 146
tahun 2010, laba kotor yang diperoleh rata-rata kompetitor dari setiap penjualan hanya sebesar Rp 0,40, sedangkan laba kotor yang diperoleh Kalbe adalah sebesar Rp 0,51, yang menunjukkan bahwa kinerja Kalbe dalam menghasilkan keuntungan lebih besar daripada rata-rata kompetitor.
2. Net Profit Margin Net Profit Margin =
Gambar IV.14. Net Profit Margin Rasio ini menggambarkan jumlah keuntungan/laba bersih yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan pajak. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa jumlah laba bersih Kalbe terus mengalami kenaikan dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, Net Profit Margin Kalbe adalah sebesar 10,48% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan, perusahaan dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,10. Tahun 2009 dan
147
2010, jumlah laba bersih Kalbe meningkat yang masing-masing sebesar 1,07% dan 1,59%. Peningkatan Net Profit Margin yang terjadi pada tahun 2008-2010 ini disebabkan karena jumlah penjualan Kalbe yang terus meningkat setiap tahun, yang diikuti dengan adanya efisiensi dari beban pokok penjualan dan beban usaha. Selain itu, biaya pajak perusahaan juga mengalami penurunan dari 30% pada tahun 2008 hingga menjadi sebesar 28% pada tahun 2009 dan sebesar 25% pada tahun 2010, sehubungan dengan adanya peraturan perpajakan baru dari pemerintah yang berdampak positif terhadap tingkat keuntungan/laba bersih yang diperoleh Kalbe.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Kalbe memiliki jumlah keuntungan/laba bersih yang
daripada rata-rata kompetitor. Pada tahun 2008,
Net Profit Margin rata-rata kompetitor adalah sebesar 5,91% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan, rata-rata kompetitor memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,06, sedangkan laba bersih yang diperoleh Kalbe dari setiap penjualannya adalah sebesar Rp 0,10. Pada tahun 2009, jumlah laba bersih rata-rata kompetitor mengalami penurunan sebesar 1,23% dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010 sebesar 2,1% hingga menjadi sebesar 6,78%, yang berarti bahwa pada tahun 2010, rata-rata kompetitor mampu untuk memperoleh laba bersih sebesar Rp 0,07 dari setiap penjualan. Sedangkan Kalbe mampu untuk memperoleh tingkat keuntungan/laba bersih dari penjualan sebesar Rp 0,13 pada tahun 2010. 148
3. Operating Income Margin
Operating Income Margin =
Gambar IV.15. Operating Income Margin Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah laba usaha yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin bagus. Pada tahun 2008, laba usaha Kalbe adalah sebesar 14,51% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan, Kalbe dapat memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,15. Tahun 2009, laba usaha Kalbe meningkat sebesar 2,72% yang disebabkan karena jumlah penjualan Kalbe yang meningkat dan disertai dengan adanya efisiensi pada jumlah beban pokok penjualan dan beban usahanya. Pada tahun 2010, jumlah peningkatan yang terjadi pada laba usaha Kalbe tidaklah signifikan yaitu: hanya sebesar 0,28%. Hal ini disebabkan beban usaha Kalbe yang meningkat lebih besar yaitu: sebesar 14,58% bila dibandingkan dengan tahun 2009 akibat meningkatnya biaya penjualan Kalbe sebesar 14,95% yang berkaitan dengan berbagai kegiatan pemasaran yang dilakukan sehubungan dengan 149
peluncuran produk-produk baru Kalbe di tahun 2010. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kinerja Kalbe dalam memperoleh keuntungan cukup baik.
Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Kalbe masih memperoleh tingkat keuntungan atas laba usaha yang
daripada rata-rata kompetitor dari
tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, jumlah laba usaha yang diperoleh rata-rata kompetitor adalah sebesar 7,94% yang berarti bahwa dari setiap Rp 1,00 penjualan, rata-rata kompetitor memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,08, sedangkan Kalbe memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,15 dari setiap penjualannya. Tahun 2009, jumlah laba usaha rata-rata kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,03% dan meningkat lagi sebesar 1,15% hingga menjadi sebesar 9,06% pada tahun 2010, yang berarti bahwa rata-rata kompetitor dapat memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,10 dari setiap penjualannya, dan di tahun yang sama Kalbe mampu memperoleh laba usaha sebesar Rp 0,18.
4. Total Asset Turnover
Total Asset Turnover =
150
Gambar IV.16. Total Asset Turnover Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran total aset perusahaan dalam mendukung kegiatan penjualan. Semakin tinggi tingkat rasio yang dihasilkan, maka semakin efektif kinerja perusahaan. Pada tahun 2008, tingkat perputaran total aset Kalbe adalah sebanyak 1,45x dalam setahun. Tahun 2009, tingkat perputaran total aset mengalami kenaikan sebanyak 0,04x yang disebabkan karena total penjualan Kalbe yang meningkat lebih tinggi yaitu: sebesar 15,36% daripada peningkatan pada total aset rata-rata perusahaan yang hanya sebesar 12,40%. Pada tahun 2010, tingkat perputaran total aset Kalbe kembali mengalami kenaikan sebanyak 0,02x yang disebabkan karena total penjualan Kalbe yang meningkat sebesar 12,54% dan diikuti juga dengan kenaikan pada total aset rata-rata perusahaan sebesar 10,90%. Dari total aset perusahaan, yang paling banyak mengalami kenaikan dari tahun ke tahun adalah akun aset tetap Kalbe yang terdiri dari tanah, bangunan 151
dan prasarana, mesin dan peralatan kesehatan yang digunakan oleh Kalbe untuk mendukung kegiatan penjualan perusahaan. Peningkatan yang terus terjadi pada Total Asset Turnover Kalbe pada tahun 2008-2010 ini menunjukkan kinerja Kalbe yang semakin efektif dalam menggunakan asetnya dalam mendukung kegiatan penjualan perusahaan.
Bida dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, tingkat perputaran total aset Kalbe ≥. Namun jika ditelusuri lebih lanjut, tingkat pertumbuhan pada Total Asset Turnover rata-rata kompetitor tiap tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan Kalbe. Pada tahun 2008, tingkat perputaran total aset rata-rata kompetitor adalah sebanyak 1,41x, dan Kalbe adalah sebanyak 1,45x dalam setahun. Pada tahun 2009, tingkat perputaran total aset rata-rata kompetitor mengalami peningkatan sebanyak 0,06x, sedangkan di tahun tersebut Kalbe hanya mengalami kenaikan pada tingkat perputaran total asetnya sebanyak 0,04x. Tahun 2010, tingkat perputaran total aset rata-rata kompetitor meningkat sebanyak 0,04x, dan di tahun tersebut Kalbe hanya mengalami kenaikan pada tingkat perputaran total asetnya sebanyak 0,02x. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata kompetitor yang cukup signifikan tersebut, membuat rata-rata kompetitor mampu untuk menyamai tingkat perputaran total asetnya dengan Kalbe yaitu: sebanyak 1,51x dalam setahun. Melihat kondisi ini, Kalbe harus dapat lebih efektif lagi dalam mengelola asetnya untuk meningkatkan jumlah penjualan perusahaan agar tidak kalah saing dengan para kompetitor. 152
5. Return on Assets
Return on Assets =
Gambar IV.17. Return on Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset untuk mendukung kegiatan penjualan dalam rangka menghasilkan laba. Tingkat pengembalian atas aset Kalbe mengalami peningkatan dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, Return on Assets Kalbe adalah sebesar 15,23% yang berarti bahwa kontribusi aset dalam menghasilkan laba adalah sebesar 15,23%. Tahun 2009, tingkat pengembalian atas aset Kalbe mengalami kenaikan sebesar 2% yang disebabkan karena jumlah laba bersih Kalbe yang naik secara signifikan yaitu: sebesar 31,43% yang diikuti dengan kenaikan dari total aset rata-rata perusahaan sebesar 12,40%. Peningkatan ini terus terjadi hingga tahun 2010, dimana jumlah laba bersih Kalbe meningkat sebesar 38,46% yang diikuti juga dengan kenaikan dari total aset rata-rata perusahaan sebesar 10,90% yang 153
membuat tingkat pengembalian atas aset Kalbe semakin meningkat di tahun 2010 hingga mencapai sebesar 19,89%. Dengan peningkatan yang terus terjadi pada Return on Assets Kalbe dari tahun ke tahun menunjukkan semakin efektif kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba melalui kegiatan penjualan.
Pada tahun 2008, Return on Assets rata-rata kompetitor adalah sebesar 6,91% yang berarti bahwa kontribusi aset dalam menghasilkan laba adalah sebesar 6,91%. Tahun 2009, Return on Assets rata-rata kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,37% yang disebabkan karena rendahnya Return on Assets dari perusahaan kompetitor Kalbe. Tahun 2010, Return on Assets rata-rata kompetitor kembali mengalami peningkatan sebesar 3,04%. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa Return on Assets PT. Kalbe Farma, Tbk jauh melebihi atau berada di atas rata-rata kompetitor yang menunjukkan keefektifan Kalbe dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan laba melalui kegiatan penjualan sangat baik.
6. Return on Equity (ROE)
ROE =
154
Gambar IV.18. Return on Equity Rasio ini menunjukkan besarnya tingkat pengembalian ekuitas yang akan diterima oleh pemegang saham/investor saat berinvestasi dalam suatu perusahaan, dan semakin tinggi tingkat ROE maka akan semakin bagus. Pada tahun 2008-2010, tingkat pengembalian atas ekuitas Kalbe terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, Return on Equity Kalbe adalah sebesar 15,23% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 dari ekuitas yang diinvestasikan
dalam
perusahaan,
investor
dapat
memperoleh
tingkat
pengembalian atas ekuitas mereka sebesar Rp 0,15. Tahun 2009 dan 2010, tingkat pengembalian atas ekuitas Kalbe mengalami kenaikan yang masingmasing sebesar 2% dan 2,6% yang disebabkan karena meningkatnya jumlah laba bersih Kalbe yang diikuti dengan kenaikan pada jumlah ekuitas rata-rata, dimana pada tahun 2009 jumlah laba bersih Kalbe meningkat sebesar 31,43% yang diikuti dengan kenaikan dari jumlah ekuitas rata-rata sebesar 13,18%. Tahun 155
2010, jumlah laba bersih Kalbe meningkat sebesar 38,46% yang diikuti dengan kenaikan pada jumlah ekuitas rata-rata sebesar 22,08%. Peningkatan pada jumlah laba bersih Kalbe ini disebabkan karena kenaikan yang terjadi pada jumlah penjualan Kalbe dari tahun ke tahun, yang diikuti dengan adanya efisiensi pada beban pokok penjualan dan beban usaha Kalbe, serta penurunan pada biaya pajak perusahaan dari tahun 2008-2010 sehubungan dengan adanya peraturan perpajakan baru dari pemerintah. Sedangkan pada jumlah ekuitas Kalbe terjadi peningkatan pada akun agio saham dan saldo laba ditahan. Ini membuktikan bahwa kinerja Kalbe semakin bagus dalam hal pengembalian ekuitas kepada para investor dan dapat menjadi salah satu aspek pertimbangan bagi investor dalam menginvestasikan ekuitasnya pada PT. Kalbe Farma, Tbk.
Pada tahun 2008, tingkat pengembalian ekuitas rata-rata kompetitor adalah sebesar 9,25% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 ekuitas yang diinvestasikan, investor dapat memperoleh tingkat pengembalian atas ekuitas mereka sebesar Rp 0,10. Tahun 2009, tingkat pengembalian ekuitas rata-rata kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,19% dan mengalami kenaikan lagi sebesar 4,77% di tahun 2010. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, tingkat pengembalian ekuitas pada PT. Kalbe Farma, Tbk
2008-2010, yang
membuat investor lebih tertarik untuk berinvestasi pada PT. Kalbe Farma, Tbk.
156
7. Return on Investment (ROI)
Return on Investment =
Gambar IV.19. Return on Investment Rasio ini menunjukkan besarnya tingkat pengembalian atas investasi dari debtholders dan equity investor yang memberikan dana untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan. Semakin tinggi angka rasio ini semakin baik, karena dianggap bahwa perusahaan dapat mengelola dana yang berasal dari debtholders dan equity investor secara efisien dan efektif dalam kegiatan operasi perusahaan untuk memperoleh tingkat pengembalian/keuntungan yang tinggi. Dari tahun 2008-2010, Return on Investment Kalbe mengalami peningkatan secara terus menerus. Tahun 2008, tingkat pengembalian atas investasi Kalbe adalah sebesar 23,03% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 dana yang diinvestasikan dalam perusahaan, debtholders dan equity investor dapat memperoleh tingkat pengembalian atas investasi mereka sebesar Rp 0,23. Tahun 157
2009 dan 2010, tingkat pengembalian atas investasi Kalbe mengalami peningkatan yang masing-masing sebesar 3,64% dan 0,75% yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah laba bersih Kalbe, yang diikuti pula dengan meningkatnya jumlah kewajiban jangka panjang dan ekuitas rata-rata Kalbe, sehingga mengakibatkan tingkat pengembalian atas investasi Kalbe semakin meningkat setiap tahun. Ini berarti bahwa Kalbe efektif dalam menggunakan hutang/dana yang berasal dari debtholders dan equity investor dalam menghasilkan penjualan untuk memperoleh laba.
Pada tahun 2008-2010, tingkat pengembalian atas investasi rata-rata kompetitor berada dalam kondisi yang fluktuatif. Tahun 2008, tingkat pengembalian atas investasi rata-rata kompetitor adalah sebesar 10,33% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 dari investasi yang dilakukan di perusahaan, debtholders dan equity investor dapat memperoleh tingkat pengembalian atas investasinya sebesar Rp 0,10. Pada tahun 2009, tingkat pengembalian atas investasi rata-rata kompetitor mengalami penurunan sebesar 0,87%. Tahun 2010, tingkat pengembalian atas investasi rata-rata kompetitor meningkat sebesar 4,93%. Bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, tingkat pengembalian atas investasi Kalbe
daripada rata-rata kompetitor, yang berarti bahwa kinerja
Kalbe lebih baik dan efektif dalam memanfaatkan dana yang berasal dari debtholders dan equity investor dalam mendukung kegiatan operasi perusahaan.
158
IV.2.3.4. Rasio Penilaian Pasar (Market Ratio) Rasio ini menggambarkan besarnya jumlah keuntungan potensial yang akan diperoleh dari suatu perusahaan atas investasi yang dilakukan oleh investor/pemegang saham. Hal ini sangat penting bagi para investor/pemegang saham untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan bisnis.
1. Earning Per Share
Earning per Share =
Gambar IV.20. Earning Per Share Rasio ini menunjukkan besarnya tingkat keuntungan yang akan didapat oleh investor dari perusahaan untuk tiap lembar saham yang dimiliki dari jumlah laba bersih perusahaan setelah dikurangi dengan dividen. Earning per Share Kalbe terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, Earning per Share Kalbe adalah sebesar Rp 72,46 yang berarti bahwa setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor dalam 159
perusahaan, dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 72,46. Tahun 2009, Earning per Share Kalbe mengalami peningkatan sebesar Rp 24,54 hingga menjadi sebesar Rp 97,00. Tahun 2010, Earning per Share Kalbe meningkat lagi sebesar Rp 40,22 hingga menjadi sebesar Rp 137,22. Ini adalah jumlah terbesar dari Earning per Share Kalbe pada periode 2008-2010. Peningkatan yang terjadi pada Earning per Share ini disebabkan karena tingginya kenaikan pada jumlah laba bersih Kalbe pada tahun 2009 dan 2010 yang masing-masing sebesar 31,43% dan 38,46%, yang diikuti pula dengan dengan berkurangnya jumlah saham Kalbe yang beredar yang masing-masing sebesar 1,83% dan 2,12%. Pengurangan yang terjadi pada jumlah saham Kalbe yang beredar disebabkan oleh adanya kegiatan pembelian kembali saham yang beredar perusahaan (buy back stock) sebanyak 2 kali yaitu: •
Pembelian kembali saham yang beredar tahap pertama yang dimulai dari tanggal 8 Februari 2007-7 Agustus 2008.
•
Pembelian kembali saham yang beredar tahap kedua yang dimulai dari tanggal 17 September 2008-16 Maret 2010.
Semakin sedikit jumlah saham yang beredar yang disertai dengan kenaikan yang tinggi pada jumlah laba bersih perusahaan, maka akan semakin menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan, karena akan berdampak pada semakin tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap lembar saham yang dimiliki dalam perusahaan.
160
Bila dibandingkan dengan Earning per Share rata-rata kompetitor, tingkat keuntungan yang diberikan oleh Kalbe atas per lembar sahamnya jauh daripada rata-rata kompetitor. Walaupun tingkat keuntungan per lembar saham rata-rata kompetitor terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun sampai akhir tahun 2010, Earning per Share Kalbe tetap jauh ≥ daripada ratarata kompetitor, dimana Kalbe mampu memberikan keuntungan atas per lembar saham sebesar Rp 137,22, sedangkan rata-rata kompetitor hanya mampu memberikan tingkat keuntungan sebesar Rp 59,17 atau hanya setengah dari tingkat keuntungan yang diberikan oleh Kalbe. Rendahnya Earning per Share rata-rata kompetitor ini dipengaruhi oleh rendahnya rata-rata Earning per Share pada perusahaan kompetitor Kalbe.
2.
Dividend Payout Ratio
DPR =
Gambar IV.21. Dividend Payout Ratio 161
Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada investor dari setiap laba per saham. Semakin besar jumlah dividen yang dibayarkan, maka akan semakin menarik bagi para investor. Dividend Payout Ratio Kalbe mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, Dividend Payout Ratio Kalbe adalah sebesar 13,80% yang berarti bahwa Kalbe akan memberikan dividen sebesar 13,80% dari setiap laba per lembar sahamnya kepada investor. Tahun 2009, jumlah Dividend Payout Ratio mengalami penurunan sebesar 0,91% yang disebabkan karena jumlah laba per saham Kalbe yang meningkat lebih besar bila dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada jumlah dividen per share-nya. Tahun 2010, Dividend Payout Ratio Kalbe meningkat lagi sebesar 5,33% hingga menjadi sebesar 18,22% seiring dengan meningkatnya jumlah dividen per share Kalbe, yang diikuti pula dengan kenaikan pada jumlah laba per sahamnya. Kondisi ini sangat baik bagi para investor.
Secara keseluruhan terlihat bahwa Dividend Payout Ratio Kalbe berada di bawah atau ≤ daripada rata-rata kompetitor, walaupun tiap tahun Dividend Payout Ratio rata-rata kompetitor terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008, Dividend Payout Ratio rata-rata kompetitor adalah sebesar 46,88% yang berarti bahwa rata-rata kompetitor memberikan dividen sebesar 46,88% atau hampir setengah dari setiap laba per sahamnya, sedangkan Kalbe hanya mampu memberikan dividen atas laba per lembar saham sebesar 13,80%. Tahun 2009 dan 2010, Dividend Payout Ratio rata-rata kompetitor mengalami penurunan 162
yang masing-masing sebesar 11,38% dan 9,18%. Tingginya jumlah Dividend Payout Ratio rata-rata kompetitor ini disebabkan karena tingginya jumlah dividend per share yang diberikan oleh perusahaan kompetitor Kalbe. Dapat disimpulkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk membagikan jumlah dividen paling kecil bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, meskipun jumlah keuntungan per lembar sahamnya ≥. Hal ini dapat disebabkan karena Kalbe menyisihkan sebagian besar dana dari setiap keuntungan per sahamnya yang akan digunakan untuk perputaran usaha perusahaan di masa depan.
3.
Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio =
Gambar IV.22. Price Earning Ratio Rasio ini menunjukkan besarnya jumlah rupiah yang harus dibayarkan oleh investor untuk memperoleh satu rupiah laba perusahaan. Semakin besar Price Earning Ratio maka akan semakin bagus bagi para investor, yang
163
menunjukkan besarnya tingkat kenyamanan para investor dalam berinvestasi di perusahaan karena kinerja perusahaan yang dapat dikatakan cukup baik. Dari tahun 2008-2010, Price Earning Ratio Kalbe terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, Price Earning Ratio Kalbe adalah sebesar Rp 5,52 yang berarti bahwa investor harus membayar sebesar Rp 5,52 per saham yang dimiliki oleh Kalbe untuk memperoleh Rp 1,00 laba perusahaan. Tahun 2009 dan 2010, Price Earning Ratio Kalbe mengalami peningkatan yang masing-masing sebesar Rp 7,88 dan Rp 10,28. Price Earning Ratio tertinggi Kalbe berada pada tahun 2010 yang disebabkan oleh adanya kenaikan yang sangat tinggi pada harga pasar per saham perusahaan, yang diikuti pula dengan naiknya jumlah laba per saham Kalbe di tahun tersebut. Kondisi ini sangat menarik bagi para investor, yang mana dari analisis sebelumnya juga terlihat dari jumlah ROE (Return on Equity) dan ROI (Return on Investment) Kalbe yang cenderung naik dari tahun 2008-2010, yang semakin menunjukkan adanya peningkatan terhadap kinerja Kalbe yang membuat investor semakin tertarik untuk berinvestasi pada Kalbe dengan melihat prospek perusahaan di masa depan.
Price Earning Ratio rata-rata kompetitor berada dalam kondisi yang fluktuatif dimana pada tahun 2008, Price Earning Ratio rata-rata kompetitor adalah sebesar Rp 14,72. Tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada Price Earning Ratio rata-rata kompetitor yaitu: sebesar Rp 26,41. Namun pada tahun 2010, Price Earning Ratio rata-rata kompetitor mengalami penurunan 164
sebesar Rp 27,76 hingga menjadi sebesar Rp 13,37. Price Earning Ratio rata-rata kompetitor terendah berada pada tahun 2010, dan di tahun yang sama Price Earning Ratio Kalbe adalah sebesar Rp 23,68. Secara keseluruhan bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor, Price Earning Ratio Kalbe berada di bawah rata-rata kompetitor. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah dividen yang diberikan oleh Kalbe cukup kecil sehingga membuat para investor kurang nyaman dalam berinvestasi pada Kalbe, meskipun kinerja keuangannya lebih baik bila dibandingkan dengan rata-rata kompetitor.
4. Dividend Yield
Dividend Yield =
Gambar IV.23. Dividend Yield Rasio ini hampir sama dengan Dividend Payout Ratio, tetapi dalam menghitung Dividend Yield kita melihat seberapa besar jumlah dividen yang akan diberikan oleh perusahaan kepada investor dari perbandingan harga pasar 165
saham di bursa. Semakin tinggi dividend yield, maka akan semakin disukai oleh para investor. Dividend Yield Kalbe terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010 yang mana pada tahun 2008, Dividend Yield Kalbe adalah sebesar 2,50%. Tahun 2009 dan 2010, terjadi penurunan yang masing-masing sebesar 1,54% dan 0,19%. Hal ini disebabkan karena rendahnya jumlah dividen per share yang diberikan oleh Kalbe, yang disertai dengan meningkatnya harga saham Kalbe di bursa sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pada jumlah Dividend Yield Kalbe dari tahun ke tahun. Rendahnya jumlah Dividend Yield ini cenderung membuat investor kurang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan.
Bila dibandingkan dengan hasil rata-rata kompetitor dari tahun 20082010, jumlah Dividend Yield Kalbe ≤ daripada rata-rata kompetitor, walaupun tiap tahun jumlah Dividend Yield rata-rata kompetitor juga mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan karena Kalbe menyisihkan sebagian besar dana dari jumlah laba bersihnya ke dalam saldo akun laba ditahan, yang nantinya dana tersebut dapat digunakan untuk perputaran usaha perusahaan di masa depan. Selanjutnya, sisa dari keuntungan/laba perusahaan pada periode berjalan akan dibagikan oleh Kalbe dalam bentuk dividen kepada para investor/pemegang saham.
166
IV.3. Analisis Akuntansi Dari analisis akuntansi yang dilakukan, terdapat beberapa akun dalam laporan keuangan PT. Kalbe Farma, Tbk dari tahun 2008-2010 yang menjadi perhatian oleh penulis: 1. Jumlah saham yang beredar PT. Kalbe Farma, Tbk termasuk pada salah satu perusahaan farmasi yang menerbitkan jumlah saham terbanyak kepada publik. Namun dari tahun 20082010, dapat dilihat terjadinya penurunan secara terus menerus dari jumlah saham Kalbe yang beredar. Pada tahun 2008, jumlah saham Kalbe yang beredar adalah sebanyak 9.579.215.922 lembar saham. Tahun 2009 dan 2010, jumlah saham Kalbe
yang beredar
mengalami
penurunan
hingga menjadi
sebanyak
9.373.524.422 lembar saham dan sebanyak 9.375.024.422 lembar saham di Bursa Efek Indonesia. Penurunan yang terjadi selama tiga pekan terakhir ini disebabkan karena Kalbe telah melakukan pembelian kembali saham yang beredar perusahaan (buyback stock) sebanyak 2 kali yang bertujuan untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dengan menunjuk PT. Danareksa Sekuritas sebagai pihak pelaksana atas transaksi pembelian saham. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: •
Pembelian kembali saham yang beredar tahap pertama yang dimulai dari tanggal 8 Februari 2007-7 Agustus 2008.
•
Pembelian kembali saham yang beredar tahap kedua yang dimulai dari tanggal 17 September 2008-16 Maret 2010. 167
Dan pada bulan Juni 2010 diketahui bahwa Kalbe melepas sebanyak 1.500.000 lembar saham yang telah dibeli kembali oleh Perseroan untuk meningkatkan jumlah kepemilikan saham publik Perseroan hingga menjadi sebesar 40%, sehingga Kalbe dapat memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan sebesar 5% sesuai dengan PP No. 81 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.03/2008. Hingga akhir tahun, diperoleh kesimpulan/hasil akhir dari banyaknya jumlah saham yang telah dibeli kembali oleh Kalbe diantaranya: pada akhir tahun 2008, jumlah saham yang berhasil diperoleh kembali oleh Kalbe adalah sebanyak 576.798.500 lembar saham, tahun 2009 sebanyak 782.490.000 lembar saham, dan tahun 2010 sebanyak 780.990.000 lembar saham. Hal ini dicatat sebagai modal saham yang diperoleh kembali pada akun ekuitas dan berdampak pada berkurangnya jumlah ekuitas Kalbe.
2. Persediaan dan penghapusan (write-off) atas persediaan Jumlah persediaan pada PT. Kalbe Farma, Tbk terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2010, sedangkan jumlah penjualannya mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini disebabkan karena Kalbe ingin berproduksi dengan meminimalkan jumlah persediaan di gudang dan akibat adanya penyisihan atas penurunan nilai persediaan usang perusahaan yang terpengaruh juga oleh adanya penghapusan (write off) atas jumlah persediaan, yang berdampak pada saldo akhir persediaan Kalbe pada periode berjalan.
168
Pada tahun 2008, Kalbe melakukan penghapusan persediaan sebesar Rp 18.507.467.536,00 dengan penyisihan persediaan usang pada periode berjalan sebesar Rp 16.345.055.382,00. Tahun 2009, jumlah penghapusan (write off) atas persediaan Kalbe mengalami peningkatan hingga menjadi sebesar Rp 21.661.467.275,00, sedangkan jumlah penyisihan persediaan usang Kalbe pada periode
berjalan
mengalami
penurunan
hingga
menjadi
sebesar
Rp
5.962.901.096,00 bila dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun 2010, penghapusan (write off) atas persediaan Kalbe mengalami penurunan hingga menjadi sebesar Rp 13.011.232.205,00, dan jumlah penyisihan persediaan usang pada periode berjalan mengalami kenaikan hingga menjadi sebesar Rp 9.175.366.436,00 bila dibandingkan dengan tahun 2009. Jika dilihat dari jumlah penyisihan persediaan usang, dapat disimpulkan bahwa Kalbe memiliki tingkat antisipasi yang tinggi terhadap persediaan usang, mengingat bahwa Kalbe bergerak dalam usaha farmasi dan bahan bakunya yang mudah rusak, yang berpengaruh juga terhadap saldo akhir persediaan bersih. Pada tahun 2008, saldo akhir persediaan bersih Kalbe adalah sebesar Rp 1.606.123.881.887,00. Tahun 2009, saldo akhir persediaan bersih Kalbe mengalami penurunan hingga menjadi sebesar Rp 1.561.382.418.796,00, dan tahun
2010
saldo
akhir
persediaan
Kalbe
adalah
sebesar
Rp
1.550.828.819.836,00.
169
3. Pajak PT. Kalbe Farma, Tbk telah memanfaatkan kebijakan perpajakan tahun 2008 tentang adanya kebijakan Suncet Policy untuk Pajak Penghasilan Badan pada tahun 2001, 2004, dan 2006 atas jumlah pajak kurang bayar perusahaan sebesar Rp 629.639.600,00 yang terdiri dari Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) tahun 2001, 2004, dan 2006 yang masing-masing berjumlah sebesar Rp 166.278.200,00, Rp 257.852.400,00, dan Rp 205.509.000,00. Jumlah atas pajak kurang bayar perusahaan ini dibayarkan oleh Kalbe pada tahun 2008, yang dibebankan pada operasi tahun berjalan dan dicatat sebagai penghasilan/beban lain-lain pada akun rupa-rupa bersih yang akan mengurangi jumlah laba Kalbe di tahun 2008. Di sisi lain, keuntungan dari kebijakan Suncet Policy ini adalah meringankan perusahaan dari sanksi administrasi berupa bunga pajak akibat kurang bayar.
IV.4. Analisis Z-score
Tahun
2008
2009
2010
Kalbe Farma
4,06
4,11
5,09
Analisis Z-score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan perusahaan, apakah perusahaan akan going concern di masa depan atau tidak. Analisis ini akan sangat membantu bagi para investor, kreditor, atau pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dalam mengambil keputusan bisnis.
170
Berdasarkan pada perhitungan analisis Z-score yang dilakukan terhadap PT. Kalbe Farma, Tbk, dapat disimpulkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk berada dalam kategori perusahaan yang sehat (Healthy Company) dan berada di zona aman (Safe Zone), dimana rata-rata Z-score-nya adalah > 2,90. Bahkan dari tahun 2008-2010, terjadi peningkatan secara terus menerus dari hasil analisis Zscore yang menunjukkan bahwa PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki peningkatan kinerja keuangan yang sangat bagus, yang terlihat juga dari analisis-analisis keuangan yang telah dilakukan sebelumnya.
171