BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melanjutkan pembahasan mengenai analisa pengakuan pendapatan dan beban underwriting ada baiknya terlebih dahulu mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan di PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia. Dalam kegiatan operasinya PT. Asuransi Permata Nipponkoa selalu berusaha menerapkan Peraturan Pemerintah (PP) sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 2 tahun 1997 tanggal 11 February 1997 mengenai usaha perasuransian dan Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1998 tanggal 30 Oktober 1998 mengenai penyelenggaraan usaha perasuransian beserta perangkat hukum lainnya yang menunjang ketentuan ini serta Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 481/KMK.017/1999 mengenai kesehatan keuangan perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Tarif Premi yang ditentukan oleh PT. Asuransi Permata Nipponkoa umumnya ditentukan berdasarkan besar kecilnya resiko-resiko yang kemungkinan akan terjadi dan juga tergantung pada keadaan pasar, unsur-unsur yang membentuk premi antara lain : tarif/rate, harga pertanggunmgan atau dapat juga memakai harga pasar, komisi dan biayabiaya. Berdasarkan besar kecilnya resiko perusahaan asuransi kerugian juga harus menjelaskan kepada masyarakat/nasabah mengenai kondisi perusahaan mengenai ganti rugi, agar nasabah mengetahui standar risiko-risiko yang dijamin dan risiko-risiko mana yang merupakan perluasan serta risiko-risiko mana yang dikecualikan atau tidak dijamin. Perusahaan dalam menginvestasikan dananya mempunyai prinsip tidak terlalu banyak menginvestasikan dana tersebut pada sektor yang sulit dalam menarik dananya
31
32 sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Dana yang diinvestasikan oleh PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia yaitu dalam bentuk-bentuk deposito berjangka atau sertifikat deposito pada setiap bank, tidak melebihi 20% dari jumlah investasi. Adapula deposito jaminan yang merupakan deposito berjangka yang ditatausahakan atas nama menteri sebagai jaminan terakhir dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis. Biasanya perusahaan asuransi juga menginvestasikan dananya dalam bentuk deposito berjangka pendek dengan tujuan agar dananya mudah ditarik untuk menunjang aktivitas utama perusahaan yaitu dalam hal ganti rugi. Bunga deposito diakui dan dicatat perusahaan sebagai pendapatan non operasi per tanggal jatuh tempo sebesar jumlah bunga yang telah jatuh tempo dan pada akhir periode akuntansi yang akan dilaporkan keseluruhan bagian dari yang ditangguhkan per tanggal tersebut. Investasi PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia untuk tahun 2008 dan 2007 adalah sebagai berikut : (dalam jutaan rupiah)
Investment & Deposito
2008
2007
Rp. 145.897,649
Rp. 125.556,802
PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia membentuk cadangan teknis asuransi sesuai dengan jenis asuransi yang diselenggarakan yaitu terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim sesuai dengan SK 481/KMK/027/1999, premi yang belum merupakan pendapatan karena pertanggungannya masih berjalan sampai dengan akhir tahun akuntansi harus dicadangkan dalam bentuk cadangan premi. Perusahaan asuransi kerugian di dalam kebijakan akuntansinya dapat diketahui bahwa pendapatan premi oleh
33 perusahaan terdapat pada periode dimana premi tersebut diterima atau pada suatu periode untuk mendapatkan pendapatan premi, maka pendapatan premi yang diterima pada periode tersebut harus dikurangi cadangan premi. Sedangkan cara yang dapat dilakukan untuk pengakuan cadangan premi tersebut sebagai pendapatan dan hubungannya terhadap laba rugi adalah dengan cara membandingkan cadangan premi tahun tersebut dengan cadangan premi tahun lalu dan apabila cadangan dari tahun berjalan lebih besar dari tahun sebelumnya maka akan terjadi kenaikan cadangan premi yang akan menambah pendapatan bagi perusahaan dan sebaliknya apabila cadangan premi tahun berjalan lebih kecil dari tahun sebelumnya maka akan terjadi penurunan cadangan premi dimana akan mengurangi pendapatan bagi perusahaan. Cadangan premi dimaksudkan sebagai koreksi/adjustment dari pengakuan pendapatan premi, dimana pendapatan premi diakui sekali saja yaitu pada saat akhir periode akuntansi dan perlu diperhitungkan berapa jumlah premi yang merupakan pendapatan tahun berjalan. Mengenai perhitungan cadangan klaim yang harus dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut : a. Jumlah klaim yang telah disepakati bersama tetapi belum dibayar dikurangi dengan beban klaim yang menjadi bagian penanggung ulang. b. Perkiraan yang wajar atas setiap klaim yang mungkin sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dikurangi dengan beban klaim yang menjadi bagian penanggung ulang. c. Perkiraan yang wajar atas klaim yang mungkin sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dikurangi beban klaim yang menjadi bagian penanggung ulang.
34 Cadangan premi dan cadangan klaim diakui dan dicatat per tanggal neraca. Berikut jumlah cadangan premi dan cadangan klaim untuk tahun 2008 dan 2007 adalah sbb; (dalam jutaan rupiah) 2008
2007
Cadangan Premi
Rp. 11.701,989
Rp. 11.241,086
Cadangan Klaim
Rp. 11.798,442
Rp. 10.683,944
PT. Asuransi Permata Nipponkoa mempunyai retensi sendiri dalam setiap resikonya artinya bahwa perusahaan mempunyai bagian pertanggungan yang menjadi beban atau tanggung jawab sendiri sesuai dengan tingkat kemampuan keuangan perusahaan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 481/KMK.017/1999 bahwa pembentukan
cadangan
premi
menggunakan metode prospektif
asuransi
kerugian
termasuk
annuitas
harus
premi netto dengan biaya tahun pertama yang
diamortisasikan 30%o (tiga puluh perseribu) dari uang pertanggungan. Setiap penutupan asuransi dimana jumlah uang pertanggungannya melebihi retensi sendiri maka PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dapat memperoleh dukungan dari pihak reasuradur melalui perjanjian pada beberapa perusahaan reasuransi dan perusahaan asuransi dalam negeri. Berikut ilustrasi mengenai pengakuan pendapatan beserta bebannya dalam aktivitas utama perusahaan asuransi yaitu transaksi yang berkaitan dengan penutupan pertanggungan langsung. PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia menerbitkan polis PT. Tri Reka Handayani, dalam hal ini jenis asuransi adalah Fire Property All Risk.
35 Perincian polisnya adalah sebagai berikut : Risk No 001 : Fire Property All Risk Period of Polis: 30/01/2008 – 30/01/2009 Item No. 001 : Building Sum Insured
USD
4,500,000.00
USD
1,500,000.00
USD
1,000,000.00
Total Sum Insured Policy :
USD
7,000,000.00
Total Premium Risk
USD
3,150.00 (Rate : 0.045%)
Item No. 002 : Machinery Sum Insured Item No. 003 : Business Interruption Sum Insured
:
PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mengasuransikan polis tersebut diatas kepada perusahaan reasuransi sebagai berikut : Reasuransi 1. PT. Tugu Reasuransi Indonesia
Share (25%)
Item No. 001 : Building Sum Insured
USD
1,125,000.00
USD
375,000.00
Sum Insured
USD
250,000.00
Total Sum Insured
USD
1,750,000.00
Premium
USD
787.50
Item No. 002 : Machinery Sum Insured Item No. 003 : Business Interruption
36 Commision
(USD
481.25)
Net Premium
USD
306.25
2. PT. Reasuransi Nasional Indonesia
Share (30%)
Item No. 001 : Building Sum Insured
USD
1,350,000.00
USD
450,000.00
Sum Insured
USD
300,000.00
Total Sum Insured
USD
2,100,000.00
Premium
USD
945.00
Commision
(USD
330.75)
Net Premium
USD
614.25
Item No. 002 : Machinery Sum Insured Item No. 003 : Business Interruption
Share (30%)
3. PT. Reasuransi Internasional Indonesia Item No. 001 : Building Sum Insured
USD
1,350,000.00
USD
450,000.00
Sum Insured
USD
300,000.00
Total Sum Insured
USD
2,100,000.00
Item No. 002 : Machinery Sum Insured Item No. 003 : Business Interruption
37 Premium
USD
945.00
Commision
(USD
537.47)
Net Premium
USD
407.53
Jadi PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mengakui pendapatan premi hanya sebesar 15% dari transaksi tersebut diatas. Dengan perhitungan sebagai berikut : Item No. 001 : Building Sum Insured
USD
675,000.00
USD
225,000.00
Sum Insured
USD
150,000.00
Total Sum Insured
USD
1,050,000.00
Premium
USD
472.50
Item No. 002 : Machinery Sum Insured Item No. 003 : Business Interruption
Sama halnya dengan pengakuan beban klaim yang diakui oleh masing- masing reasuransi dan PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia sesuai dengan perhitungan diatas. Jika terjadi klaim maka dari pihak reasuransi membayar sesuai dengan jumlah tanggungan masing-masing. Dengan catatan premi dari polis tersebut harus sudah dilunasi oleh pihak tertanggung.
38
A. Analisis Pengakuan Pendapatan Premi dan Beban Underwriting Dalam menganalisa pengakuan pendapatan atas pencatatan serta beban yang membentuk laba perusahaan, maka ada beberapa penyusunan analisa berdasarkan pendapatan serta beban yang berhubungan dengan diperolehnya pendapatan tersebut yang diakui dan dicatat perusahaan pada akhir tahun periode akuntansi. Perusahaan mengelompokkan pendapatan ke dalam dua kelompok, yaitu : a. Pendapatan Operasi, yang diperoleh dari pengurangan antara 1. Hasil underwriting bersih, diperoleh dari : a. Pendapatan premi, ditambah dengan b. Pendapatan komisi, dikurang dengan c. Klaim bersih (beban underwriting) 2. Beban Operasi b. Pendapatan Non Operasi diperoleh dari pengurangan antara 1. Pendapatan non operasi 2. Beban non operasi
A. Pendapatan Operasi Pendapatan operasi yang diakui perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah sebagai berikut: Hasil bersih pendapatan underwriting
48.311.730.742
Beban operasi
13.437.481.258
Pendapatan Operasi
34.874.249.484
39
1. Hasil underwriting bersih (Net Underwriting Result) Hasil underwriting bersih merupakan hasil bersih yang diakui perusahaan pada akhir tahun sebagai pendapatan utama perusahaan yang terbentuk dari pendapatan dan beban langsung dari aktivitas utama perusahaan asuransi yaitu pemberian jasa pertanggungan. Untuk memperoleh analisa yang wajar atas pendapatan dalam operasi utama perusahaan maka berikut komponenkomponen dan beban yang membentuknya. a. Pendapatan Premi dan Beban Klaim Pengakuan pendapatan dan biaya dalam perusahaan asuransi di Indonesia merupakan hal penting karena pendapatan dan biaya (dalam hal ini pendapatan premi dan biaya klaim) merupakan faktor utama kegiatan operasi perusahaan yang nantinya akan menentukan perolehan laba. Dalam mengakui pendapatannya ada banyak cara yang digunakan. Untuk pendapatan yang diterima dari premi merupakan hasil penjualan, perusahaan mengakui pendapatan premi pada saat dijual atau pada saat tagihan dibuat. Perusahaan akan mengakui pendapatan premi yang diperoleh secara merata setiap hari sebagai pendapatan selama masa pertanggungan.
40 Berikut premi yang diakui perusahaan pada akhir tahun 2008 adalah : Premi Kotor
146.757.210.809
Premi Reasuransi
(104.975.868.704)
Kenaikan (penurunan) cadangan premi Jumlah pendapatan premi
(460.903.125) 41.320.438.980
Premi yang diperoleh perusahaan dari tertanggung diakui sebagai pendapatan premi kotor dengan berdasarkan accrual basis. Perusahaan akan mencatat premi tersebut sebagai pendapatan premi pada saat dimulainya pertanggungan dan akan diakui secara merata setiap hari sebagai
pendapatan
selama
masa
pertanggungan.
Penulis
akan
memberikan ilustrasi mengenai pengakuan pendapatan beserta bebannya dalam aktivitas utama perusahaan asuransi yaitu transaksi yang berkaitan dengan penutupan pertanggungan langsung dan dalam ilustrasi ini juga akan terlihat penyesuaian terhadap pendapatan dan beban yang diakui setiap akhir tahun sebagai usaha perusahaan untuk mencapai konsep penanding yang merupakan relevansi dari metode pengakuan pendapatan accrual basis dengan metode cash basis, sehingga akan memungkinkan diakuinya laba usaha yang wajar pada akhir tahun neraca. Berikut ilustrasi yang disajikan: Pada tanggal 11 Februari 2008 PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mengeluarkan polis asuransi Fire Property All Risk atas nama PT. Tri Reka Handayani dengan uang pertanggungan sebesar USD.
41 7,000,000.00. Kontrak premi selama 1 tahun dengan rate premi yang telah ditentukan perusahaan adalah sebesar 45%. Premi dibayar di muka secara tahunan adalah sebagai berikut : Rumus = Uang Pertanggungan x Rate Premi 1000 = USD 7,000,000 x 45 % 1000 = USD 3,150 Pencatatan Pendapatan premi dengan menggunakan Accrual Basic adalah sebagai berikut : 11 Februari 2008 Kas
USD. 3,150 Pendapatan Premi Diterima Dimuka
USD. 3,150
Accrual Basic 31 Desember 2008 Pendapatan Premi Diterima Di muka Pendapatan Premi
USD. 2,625 USD.2,625
(10/12 X 3,150) Cara pencatatan biaya dalam perusahaan asuransi yang tidak kalah pentingnya dengan cara untuk pendapatan yang diterima. Dalam mencatat biaya-biaya yang terjadi perusahaan menggunakan metode accrual, yaitu biaya yang dikeluarkan akan dianggap sebagai hutang terlebih dahulu. Klaim akan diakui dan dicatat pada saat timbulnya
42 kewajiban yaitu setelah disetujui dan ditetapkan besarnya ganti rugi yang pasti berdasarkan Laporan Penyisihan Klaim (LPK) yang bersangkutan. Contoh : Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT. Tri Reka Handayani mengalami kebakaran (seperti ilustrasi diatas), kemudian mengajukan klaimnya kepada PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dan atas kejadian itu pula, maka perusahaan akan mencatat kejadian tersebut sebagai berikut : a.
Pada saat klaim disetujui Biaya Klaim
USD 7,000,000
Hutang Klaim b.
USD 7,000,000
Pada saat klaim dilunasi Hutang Klaim Kas
USD 7,000,000 USD 7,000,000
Melihat kasus diatas, pencatatan yang dipakai menggunakan metode accrual basic, karena dasar pencatatan pada saat disetujui dan ditetapkan dengan besarnya jumlah ganti rugi. Berdasarkan pencatatan dan pengakuan diatas, maka dapat diartikan bahwa beban klaim diakui dan dicatat bersama dengan tumbuhnya kewajiban yaitu pada periode tercapainya persetujuan ganti rugi kepada tertanggung.
b.Pendapatan Komisi Pendapatan yang diperoleh perusahaan asuransi kerugian tidak hanya berasal dari premi, melainkan juga dari pendapatan-pendapatan yang
43 lain di luar usahanya. Pendapatan komisi dari perusahaan reasuransi misalnya diakui apabila komisi reasuransi tersebut telah disetujui oleh perusahaan dan reasuradur. Pendapatan komisi sama halnya dengan pendapatan premi dalam setiap periode tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengakuan dan pencatatan komisi yang diterapkan oleh perusahaan sejalan dengan pencatatan dan pengakuan pendapatan premi bruto. Pendapatan dan beban dicatat pada saat realisasi masing-masing serta akan didistrisbusikan untuk diakui secara merata selama masa pertanggungan. Pendapatan yang timbul akan langsung mengurangi beban komisi yang ada pada akhir periode akuntansi. Beban komisi yang terjadi merupakan beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan premi sehingga harus diakui pada periode yang bersamaan dengan diterimanya pendapatan premi tersebut. Dalam hal pendapatan komisi, maka komisi tersebut diakui sebagai faktor penambah pendapatan premi. Jurnal yang akan dicatat atas beban komisi pada saat timbulnya kewajiban adalah: Beban Komisi
481.25
Pendapatan Premi
481.25
Kemudian perusahaan akan mencatat pendapatan komisi sesuai dengan pengakuan beban komisi, jurnalnya adalah: Premi reasuransi Pendapatan Premi
787.50 787.50
44 Perusahaan mengakui dan mencatat beban klaim kotor pada saat besarnya ganti rugi atas klaim tersebut yang telah disepakati oleh pihak perusahaan, tetapi beban klaim kotor ini belum termasuk biaya penyelesaian klaim. Lebih lanjut dijelaskan bahwa beban klaim lainnya diakui dan dicatat pada saat dikeluarkannya beban tersebut dan diperlakukan sebagai bagian dari beban klaim. Beban klaim lainnya disini yang diakui dan dicatat perusahaan dilakukan pada saat realisasi dan pada akhir tahun, baru akan diakui sebagai penambah beban klaim. Pengakuan dan pencatatan atas beban klaim tersebut berpengaruh terhadap laba perusahaan. Apabila beban klaim tersebut terlalu tinggi maka laba perusahaan akan menurun, sehingga akan sulit mencapai pengakuan laba yang wajar pada akhir periode akuntansi. Beban klaim harus diakui dan dicatat perusahaan bersamaan dengan timbulnya kewajiban kepada tertanggung pada periode terjadinya peristiwa yang mungkin mengakibatkan kerugian bagi tertanggung dimana besarnya beban klaim tersebut diperhitungkan berdasarkan taksiran ganti rugi yang belum diselesaikan termasuk juga ganti rugi untuk klaim yang belum dilaporkan pada akhir tahun tersebut. Taksiran ini mencerminkan jumlah klaim yang dicadangkan pada akhir tahun yang mungkin akan menimbulkan beban pada periode yang akan datang yang sebenarnya kerugian atas objek yang dipertanggungkan sudah terjadi tetapi belum terselesaikan. Perusahaan mengakui beban tersebut sebagai cadangan klaim, maksudnya adalah klaim yang sudah terjadi tetapi belum dibayar atau klaim yang masih dalam proses penyelesaian.
45 Klaim yang telah terjadi tetapi belum dilaporkan serta terdapat pengurangan yang menjadi tanggungan reasuradur terhadap biaya penyelesaian atas klaim-klaim tersebut. Kenaikan atau penurunan cadangan klaim yang diakui perusahaan pada akhir periode akuntansi merupakan
penambah atau pengurang beban
klaim bruto. Kenaikan atau penurunan cadangan klaim diperoleh karena adanya pencairan kembali cadangan klaim tahun lalu bersamaan dengan diakuinya cadangan klaim untuk tahun berjalan. Bila yang terjadi adalah kenaikan, maka nilai itu dianggap sebagai beban laba/rugi tahun berjalan.
B. Pendapatan Non-Operasi Pendapatan bunga deposito diakui dan dicatat oleh perusahaan pada tanggal jatuh tempo sebesar jumlah bunga yang telah jatuh tempo dan pada akhir periode akuntansi dan keseluruhan bagian bunga yang ditangguhkan pada tanggal tersebut. Laba dari selisih kurs mata uang asing diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi dalam mata uang asing sepanjang transaksi tersebut tidak menyangkut tagihan dan akan disesuaikan pada tanggal neraca yang merupakan selisih antara kurs pembukuan tahun berjalan dengan kurs pembukuan baru yang dibentuk setiap tanggal neraca sebagai kurs tukar yang sudah disesuaikan dengan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
46 Laba penjualan aktiva tetap yang diakui dan dicatat pada saat terjadinya penjualan/pertukaran suatu aktiva sebesar selisih antara nilai jual/tukar yang diperoleh dengan nilai buku dari aktiva tetap. Pendapatan lainnya yang diperoleh perusahaan, umumnya dicatat dan diakui pada saat terjadinya. Salah satunya adalah jasa giro. Perusahaan mengakui dan mencatat pendapatan jasa giro pada saat pihak bank mengkredit rekening giro perusahaan sebesar jasa giro yang diberikan oleh pihak bank. Pengakuan pendapatan dan beban non operasi tidak berhubungan langsung dengan pendapatan usaha asuransi, jadi tidak berpengaruh secara langsung terhadap konsep penanding antara beban dan pendapatan yang berkaitan dan pada umumnya pendapatan dan beban ini diakui pada saat realisasinya atau pada saat periode terjadinya.
B.
Analisis atas Akuntansi Pendapatan Asuransi Kerugian Sebagaimana telah penulis jelaskan dalam bab I tentang pentingnya informasi
akuntansi yang berkualitas, dimana dengan informasi tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna mengambil suatu keputusan ekonomi. Informasi yang berkualitas dapat dihasilkan apabila dalam pencatatan dilakukan secara benar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, sehingga semua pihak dapat menilai serta memahami informasi tersebut. Selain itu dalam Bab III juga diterangkan bahwa PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
47 asuransi kerugian yang mampu menghasilkan pendapatan premi besar, sehingga membutuhkan pengelolaan premi yang baik. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukan suatu sistem pencatatan yang benar dan konsisten guna mengungkapkan proses terjadinya pendapatan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan,sehingga perusahaan dapat mengukur dan mengakui pendapatan tersebut dalam tingkat yang wajar pada periode tersebut. Sesuai dalam Buku Panduan Asuransi Kerugian yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, siklus akuntansi pendapatan premi meliputi semua tahap dari pengakuan premi oleh perusahaan asuransi mulai berlakunya polis sampai dengan berakhirnya pertanggungan polis. Adapun fungsi-fungsi yang terlibat dalam siklus akuntansi meliputi : pemasaran, penerbitan polis, pencatatan polis, dan pengumpulan premi. PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dalam melakukan pencatatan pendapatan premi, dimulai pada saat terjadinya transaksi penjualan polis asuransi (penerbitan polis dan nota), yaitu pada saat tertanggung telah mengisi dan menyerahkan kembali Surat Permintaan Penutupan Asuransi (SPPA) serta menyetujui/menandatangani kontrak pertanggungan yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh bagian underwriting. 1.
Premi Bruto Premi bruto, yaitu premi yang diperoleh dari tertanggung, agen, broker, maupun
dari perusahaan asuransi /reasuransi lain baik secara direct business atau indirect business.
48 Premi tersebut diperoleh melalui kantor pusat dan cabang-cabang serta bekerja sama dengan para agen/broker. Pendapatan premi dicatat oleh perusahaan pada saat pembayaran diterima. Pada saat akhir tahun, atas premi yang belum diterima pembayarannya dicatat sebagai “Piutang Premi”. Contoh. Pada tanggal 15 Januari 2007, diterima penutupan asuransi kebakaran rumah tinggal untuk periode 1 tahun, harga pertanggungan Rp. 1.500.000.000,00 dengan rate 1%o. Premi dibayar pada tanggal 31 Januari 2007. Jurnal untuk transaksi tersebut sebagai berikut : Piutang Premi Pendapatan Premi
Rp. 1.500.000,00 Rp. 1.500.000,00
(Mencatat penerbitan polis) Kas/Bank Piutang Premi
Rp. 1.500.000,00 Rp. 1.500.000,00
(Mencatat penerimaan premi secara tunai) Dari transaksi tersebut dapat dijelaskan keterkaitan dengan kriteria pengakuan pendapatan sebagai berikut : Pertama. Pendapatan harus terikat (captured), artinya pendapatan diakui jika pendapatan sudah pasti. Dalam penutupan asuransi yang tertuang dalam polis adalah merupakan perjanjian antara penanggung dan tertanggung, sehingga dengan adanya polis saat itu sudah pasti pendapatan tersebut akan diterima tanpa adanya pembatalan. Kedua, pendapatan harus dapat diukur (measurable), artinya barang/jasa yang dijual/diberikan dapat diukur karena adanya kepastian yang dijabarkan dalam bentuk
49 mata uang. Pada saat polis diterbitkan, maka penanggung memberikan jasa perlindungan atas obyek yang diasuransikan dan tertanggung berkewajiban membayar sejumlah premi. Pengukuran pendapatan dengan menggunakan satuan mata uang tertentu sesuai kesepakatan. Ketiga, pendapatan harus earned, artinya prestasi penjual sudah atau hampir dinikmati oleh pembeli dengan kata lain penjual sudah berhak atas pendapatan tersebut, tanpa melihat apakah sudah dibayar atau belum. Dalam asuransi, penanggung dalam memberikan perlindungan kepada tertanggung tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, jadi pendapatan hanya dapat dihimpun oleh penanggung saja. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan premi asuransi diakui pada saat polis diterbitkan. Apabila masa pertanggungan melebihi periode akuntansi, maka atas pendapatan premi ada bagian premi yang ditangguhkan pengakuan pendapatannya dan hal ini tercermin dalam cadangan premi. Penulis berkesimpulan bahwa premi asuransi diakui sebagai pendapatan secara accrual dan dialokasikan secara merata selama masa pertanggungan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
2.
Premi Reasuransi Premi reasuransi diakui dan dicatat pada periode yang sama dengan periode
pengakuan pendapatan premi yang bersangkutan. Dengan adanya kerjasama antara perusahaan dengan reasuradur, maka apabila perusahaan mendapat premi langsung direasuransikan ke reasuradur dengan periode waktu pertanggungan yang sama dengan premi yang ditanggung oleh perusahaan dengan dikurangi komisi reasuransi.
50 Contoh: Pada tanggal 12 Maret 2007, PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia mendapatkan pengalihan resiko atas polis kebakaran dari PT. Jasindo dengan harga pertanggungan Rp. 3.500.000.000,00 rate 1%o (Rp. 3.500.000.000,00 x 1%o=Rp. 3.500.000,00). Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut : Tanggal 22 Maret 2007 Premi Reasuransi Pendapatan Reasuransi
Rp. 3.500.000,00 Rp. 3.500.000,00
(Mencatat premi reasuransi) Selain itu apabila terjadi transaksi reasuransi yang timbul dari piutang klaim reasuransi harus dilakukan kompensasi (offset) yaitu antara hutang premi reasuransi dengan piutang klaim reasuransi. Penulis berkesimpulan bahwa premi reasuransi sebenarnya bukan merupakan suatu pendapatan karena tidak mengakibatkan adanya arus masuk aktiva atau manfaat ekonomi dimana premi reasuransi merupakan premi yang harus dibayarkan kepada reasuradur atas polis yang direasuransikan. Selain itu transaksi atas piutang reasuransi timbul dari hutang-piutang kepada reasuradur sehubungan dengan kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi komisi dan klaim reasuransi. Hal ini telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. 3.
Komisi Reasuransi Komisi reasuransi diperoleh karena adanya perjanjian antara asuradur (perusahaan
asuransi) dan reasuradur, dimana sebagian atau seluruh nilai pertanggungan diasuransikan dengan imbalannya asuradur memperoleh komisi reasuransi.
51 Komisi reasuransi ini oleh perusahaan diakui sebagai pendapatan bersamaan dengan pencatatan premi reasuransinya yaitu pada saat premi reasuransi dibayarkan kepada reasuradur. Besarnya komisi reasuransi ditetapkan dalam prosentase tertentu dari premi reasuransi sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dan reasuradur. Pencatatan dan pengakuan atas komisi reasuransi sebagai pendapatan tahun berjalan, karena jasa tersebut sudah diberikan oleh asuradur dan sudah selesai dan tidak ada kewajiban dari asuradur di masa yang akan datang atas komisi tersebut. Kewajiban yang masih ada berkaitan dengan tanggung jawab yang harus dipikul apabila terjadi klaim atas pertanggungan tersebut. Contoh : Berdasarkan transaksi tanggal 12 Maret 2007, disepakati PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia membayar komisi reasuransi kepada PT. Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo) sebesar 25% dari nilai premi (Rp.3.500.000,00 x 25%=Rp. 625.000,00) Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah : Komisi Reasuransi
Rp. 875.000,00
Kas/Bank 4.
Rp. 875.000,00
Pemulihan Klaim (Claim Recovery) Claim recovery timbul karena adanya hak subrogasi, sebagai konsekuensi prinsip
jaminan adalah pengalihan hak (subrogasi) dari tertanggung kepada penanggung bila penanggung telah membayar ganti rugi kepada tertanggung. Dengan adanya subrogasi, penanggung berhak menuntut pihak ketiga yang mungkin bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam kenyataannya, karena kolektibilitas dari penerimaan recovery
52 ini mempunyai ketidakpastian yang besar, maka pengakuan pendapatannya saat diterima kas. Dari uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa pencatatan claim recovery yang diterapkan oleh perusahaan yaitu pada saat kas diterima telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim dengan alasan bahwa atas claim recovery terdapat ketidakpastian yang cukup besar. Contoh : Pada tanggal 18 Juni 2007, berdasarkan kesepakatan dengan pihak ketiga, perusahaan berhak mendapat penggantian atas kerugian terhadap barang yang oleh perusahaan telah dibayarkan kepada tertanggung sebesar Rp. 35.000.000,00 secara tunai. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut : Kas/Bank
Rp. 35.000.000,00
Utang Klaim
5.
Rp. 35.000.000,00
Kenaikan/Penurunan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan (PYBMP) PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia melakukan pencatatan terhadap
pendapatan premi dengan menggunakan metode accrual basis, sehingga apabila periode pertanggungan tidak sama dengan periode akuntansi maka ada pengakuan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan atau Cadangan Premi yang harus ditetapkan, yaitu bagian dari premi yang belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada tanggal laporan periode berjalan.
53 Metode perhitungan cadangan premi yang digunakan oleh PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia adalah 40% dari premi retensi/tanggungan sendiri atas polis-polis pada tahun berjalan. Penulis berkesimpulan bahwa perhitungan premi yang belum merupakan pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 424/KMK.06/2003. Contoh : Berdasarkan data Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan/Cadangan Premi per 31 Desember 2006 sebesar Rp. 134.500.000.000,00. Data per tanggal 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut : Pendapatan Premi
= Rp. 275.000.000.000,00
Pendapatan Premi Reasuransi
= Rp. 150.000.000.000,00
Beban Reasuransi
= (Rp. 95.000.000.000,00) Jumlah
= Rp. 330.000.000.000,00
Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan : 40% x Rp. 330.000.000.000,00
=
Rp. 132.000.000.000,00
Jadi Kenaikan/Penurunan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan : Rp. 134.500.000.000 – Rp. 132.000.000.000,00 = Rp. 2.500.000.000,00 Oleh perusahaan penurunan atas cadangan premi tersebut diakui sebagai pendapatan. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Penurunan Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan Pendapatan/Cadangan Premi Cadangan Premi
Rp. 2.500.000.000,00 Rp. 2.500.000.000,00
54
C.
Analisis atas Akuntansi Beban Asuransi Kerugian Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 menyatakan bahwa
perusahaan asuransi dalam pencatatan beban secara umum dibedakan menjadi 2 bagian yaitu beban underwriting dan beban non underwriting. Penulis dalam kesempatan ini hanya akan membahas mengenai beban underwriting, yaitu beban yang secara langsung digunakan untuk memperoleh, memelihara serta menyelesaikan kerugian suatu pertanggungan. Beban underwriting tersebut terdiri dari : 1. Komisi 2. Klaim 3. Klaim Reasuransi 4. Kenaikan/Penurunan Klaim Retensi Sendiri/Cadangan Klaim 5. Beban Underwriting lain
1.
Beban Komisi Komisi merupakan suatu pengeluaran perusahaan kepada agen/broker atau
perusahaan asuransi lain sehubungan dengan jasa yang telah diberikan dalam penutupan pertanggungan.
55 Dalam praktek yang ada di perusahaan, komisi ini diberikan perusahaan kepada agen/broker yang besarnya berdasarkan prosentase (%) tertentu sesuai dengan ketentuan yang ada. Pengakuan beban komisi dilakukan bersamaan dengan pengakuan pendapatan premi pada saat transaksi telah dilakukan. Contoh : Sehubungan dengan transaksi 15 Januari 2007, perusahaan membayar komisi kepada agen/broker sebesar 20% dari premi yang dibayar oleh tertanggung. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut : Beban Komisi
Rp. 300.000,00
Kas/Bank
2.
Rp. 300.000,00
Beban Klaim Perusahaan pada dasarnya akan mengganti kerugian terhadap pihak tertanggung
jika klaim tersebut sesuai dengan jaminan dan syarat dalam polis. Dalam memastikan kerugian klaim, maka perusahaan melakukan survey on the spot terhadap kejadian klaim untuk menilai kewajaran dari peristiwa tersebut. Hal ini selanjutnya untuk memutuskan disetujui/tidak disetujui pengaduan klaim dari tertanggung. Berdasarkan keputusan tersebut, perusahaan menetapkan besarnya ganti rugi yang harus ditanggung sendiri dan jumlah ganti rugi yang menjadi tanggungan reasuradur (jika melibatkan reasuradur). Beban klaim juga meliputi biaya-biaya penyelesaian klaim yang menyertainya seperti : biaya adjuster (jika diperlukan) atas klaim yang rumit dan dalam jumlah besar.
56 Penyelesaian klaim dilakukan oleh perusahaan paling lambat 30 hari sejak adanya kesepakatan atau kepastian jumlah klaim yang harus dibayar. Contoh : Pada tanggal 15 Oktober 2007, perusahaan menerima klaim dari tertanggung atas polis kendaraan bermotor degan nilai ganti rugi yang telah disetujui sebesar Rp. 180.000.000,00 pembayaran dilakukan pada tanggal 5 Nopember 2007. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Beban Klaim
Rp. 180.000.000,00
Hutang Klaim
Rp. 180.000.000,00
(Mencatat pengakuan klaim yang diterima) Hutang Klaim
Rp. 180.000.000,00
Kas/bank
Rp. 180.000.000,00
(Mencatat pembayaran klaim kepada tertanggung) Dari penjelasan dan cara pengakuan beban dalam klaim, penulis sependapat bahwa beban diakui bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. Penulis berkesimpulan bahwa pengakuan beban klaim yang diterapkan perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan serta Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425/KMK.06/2003.
3.
Klaim Reasuransi Klaim reasuransi merupakan klaim yang menjadi bagian/tanggung jawab
reasuradur atas klaim yang terjadi.
57 Perusahaan mencatat klaim reasuransi pada saat asuradur membayar klaim yang terjadi, sehingga menimbulkan piutang klaim reasuransi dimana dalam pelaporannya langsung mengurangi beban klaim. Penulis berpendapat bahwa klaim reasuransi bukanlah suatu beban karena klaim reasuransi tidak mengakibatkan penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau tidak mengakibatkan terjadinya kewajiban. Selain itu klaim reasuransi merupakan transaksi hutang-piutang antara perusahaan dengan reasuransi. Pada saar klaim yang diajukan oleh tertanggung, pada saat itu asuradur harus mengakui beban klaim dan mengakui adanya piutang reasuransi sehubungan dengan klaim reasuransi, karena perusahaan membayar seluruh klaim yang terjadi kepada tertanggung. Contoh : Pada tanggal 19 November 2007, perusahaan menerima klaim dari tertanggung dimana polis tersebut direasuransikan kepada PT. Reasuransi Nasional Indonesia dengan share 40% dari jumlah klaim yang disetujui sebesar Rp. 750.000.000,00 Jurnal untuk transaksi tersebut diatas sebagai berikut : Klaim Asuransi
Rp. 450.000.000,00
Piutang Klaim Reasuransi
Rp. 300.000.000,00
Utang Klaim
Rp. 750.000.000,00
Dari uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa pencatatan dan pelaporan klaim reasuransi yang diterapkan perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Asuransi Indonesia (PAKASI).
58 4.
Kenaikan/Penurunan
Klaim Retensi
Sendiri/Estimasi
Klaim Retensi
Sendiri/Cadangan Klaim Dalam Bab II telah penulis jelaskan bahwa estimasi klaim retensi sendiri adalah taksiran jumlah kewajiban yang menjadi tanggungan sendiri sehubungan dengan klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (Incurred But Not Reported). Dengan demikian jumlah ganti rugi atas klaim yang telah dilaporkan/belum dilaporkan belum dapat diketahui secara pasti. Perusahaan mencatat cadangan klaim pada akhir tahun bersamaan dengan pencairan cadangan klaim awal tahun menjadi beban atau pendapatan dan dicatat sebagai kenaikan “Kenaikan atau Penurunan Cadangan Klaim”. Kenaikan klaim retensi sendiri merupakan penambah beban underwriting, sedangkan penurunan klaim retensi sendiri merupakan pengurang beban underwriting. Contoh : Data pada tanggal 31 Desember 2006 atas saldo “Cadangan Klaim” sebesar Rp. 21.656.878.085,00 sedangkan saldo “Cadangan Klaim” per 31 Desember 2007 sebesar Rp. 62.418.873.496,00 sehingga terjadi “Kenaikan Cadangan Klaim” senilai Rp. 39.761.995.411
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Beban Klaim Cadangan Klaim
Rp. 39.761.995.411,00 Rp. 39.761.995.411,00
59 5.
Beban Underwriting Lain/Rupa-rupa Sebagaimana telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, bahwa beban
underwriting rupa-rupa diakui langsung pada saat timbulnya beban yang bersangkutan setelah dikurangi dengan hasil yang diperoleh sehubungan dengan beban tersebut yang diakui pada saat diperolehnya hasil tersebut. PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia yang dikelompokkan sebagai beban underwriting rupa-rupa adalah : biaya survey resiko, beban pemasaran, biaya jasa penilai, beban polis dan lainnya dimana beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan, memelihara dan menyelesaikan kerugian suatu pertanggungan. Contoh : Pada tanggal 19 November 2007 dikeluarkan biaya survey resiko atas penutupan polis sebesar Rp. 8.500.000,00 secara tunai. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut : Beban Survey Resiko Kas/bank
D.
Rp. 8.500.000,00 Rp. 8.500.000,00
Proses Penandingan Pendapatan dan Beban (Matching Concept) Pada dasarnya suatu perusahaan menginginkan akan terus menjalankan usahanya
dan tidak dibubarkan (kesinambungan), akan tetapi karena pihak-pihak yang berkepentingan (investor, kreditor, pemerintah dan sebagainya) untuk memperoleh informasi mengenai laba periodik dan posisi keuangan, maka diperlukan adanya yang wajar antara pendapatan dan beban dalam periode yang sama.
60 Setiap pengeluaran biaya tidak selalu akan menghasilkan pendapatan, demikian pula sebaliknya tidak semua pendapatan membutuhkan biaya. Selain itu tidak semua pendapatan yang diperoleh merupakan pendapatan tahun berjalan dan tidak semua biaya yang dikeluarkan merupakan beban tahun berjalan. Pada dasarnya mengenai saatnya pengakuan pendapatan dan beban yang diterapkan oleh perusahaan dilakukan dalam rangka untuk menyusun laporan periodik. Namun demikian tidak semua pendapatan dan beban diakui sebagai pendapatan dan beban secara periodik, dengan kata lain adanya pengakuan langsung dalam tahun berjalan, yaitu premi reasuransi, komisi reasuransi, komisi agen, klaim reasuransi dengan alasan pendapatan dan beban tersebut sudah selesai. Sedangkan premi asuransi, dimana asuradur wajib menjamin atau mengganti kerugian berupa klaim yang terjadi selama masa pertanggungan sesuai dengan ketentuan dalam polis, sehingga atas premi yang diperoleh harus disisihkan sebagian menjadi pendapatan premi yang ditangguhkan, sedangkan untuk mencapai konsep penandingan beban terhadap pendapatan dibentuk “cadangan klaim”. Tujuan dari pembentukan cadangan klaim bagi perusahaan asuransi untuk menjamin kemungkinan terjadinya kerugian terhadap polis yang masih berjalan yang berarti masih terkandung resiko didalamnya, selain itu menetapkan posisi keuangan secara layak sekaligus untuk memenuhi konsep penandingan antara beban dan pendapatan (matching cost againts revenue). Pendapatan yang dimaksud adalah premi yang diakui sebagai pendapatan pada akhir tahun berjalan, sedangkan bebannya adalah beban klaim yang diakui sebagai beban
61 klaim yang ditangguhkan (cadangan klaim) pada akhir tahun akibat dilakukannya pisah batas (cut off) Dari penjelasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa sesuai dengan peraturan yang diterapkan oleh Menteri Keuangan, pendapatan premi ditangguhkan (cadangan premi) dihitung berdasarkan prosentase (40%) dari premi retensi sendiri.Tanggungan sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa penangguhan premi tersebut sesuai dengan tujuannya yaitu menagguhkan pendapatan atas polis yang masih berjalan atau polis masih mengandung resiko di masa yang akan datang, sedangkan mengenai cadangan klaim terdiri dari estimasi klaim tanggungan sendiri yang terjadi namun belum dilaporkan (Incurred But Not Reported). Cadangan klaim dibentuk pada akhir tahun berjalan dan jika terjadi klaim, pencatatannya tidak dibebankan ke rekening cadangan klaim tetapi ke rekening lain. Berikut ini penulis ilustrasikan dalam jurnal tentang cadangan klaim. Pembentukan cadangan klaim : Kenaikan/Penurunan Cadangan Klaim
XXX
Cadangan Klaim
XXX
Pencairan cadangan klaim awal tahun Cadangan Klaim
XXX
Kenaikan/Penurunan Cadangan klaim
XXX
Pada waktu terjadinya klaim: Klaim Tanggungan Sendiri
XXX
62 Kas/Hutang Klaim
XXX
Penulis menyimpulkan bahwa estimasi klaim tanggungan sendiri diakui dan dicatat sekaligus pada akhir tahun. Saat membukukan estimasi klaim tanggungan sendiri yang baru bersamaan dengan pencairan kembali estimasi klaim tanggungan sendiri yang lalu. Jumlah antara estimasi klaim tanggungan sendiri yang dibentuk baru dan yang dicairkan terdapat
selisih
yang disebut “Kenaikan/penurunan Estimasi Klaim
Tanggungan Sendiri” dimana jumlah ini merupakan beban laba/rugi tahun berjalan.
E.
Analisis atas Akuntansi Pelaporan Pendapatan dan Beban Asuransi Bagian terakhir dari skripsi ini berkenaan dengan laporan keuangan, berdasarkan
atas proses pencatatan yang telah dilakukan oleh perusahaan terhadap kegiatan operasional perusahaan, maka perusahaan wajib untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk menilai kondisi perusahaan apakah sehat atau tidak. Dari pembahasan diatas berikut ini penulis sampaikan ikthisar jurnal sebagai berikut : Keterangan
Debit
Kredit
Jurnal untuk mencatat pengakuan premi saat penerbitan polis Piutang Premi
1.500.000,00
Pendapatan Premi
1.500.000,00
Jurnal untuk mencatat penerimaan premi Kas/Bank Piutang Premi Jurnal untuk mencatat premi reasuransi
1.500.000,00 1.500.000,00
63 Premi Reasuransi
3.500.000,00
Hutang Reasuransi
3.500.000,00
Jurnal untuk mencatat Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan Penurunan Merupakan
Premi
Yang
Pendapatan
/
Belum Cadangan
Premi
2.500.000.000
Premi
Yang Belum
Merupakan
Pendapatan
2.500.000.000
Jurnal untuk mencatat saat pengakuan beban klaim Beban Klaim
180.000.000
Hutang Klaim
180.000.000
Jurnal untuk mencatat pembayaran klaim Hutang Klaim
180.000.000
Kas/Bank
180.000.000
Jurnal untuk mencatat cadangan klaim Kenaikan/Penurunan Cadangan Klaim
39.761.995.411
Cadangan Klaim
39.761.995.411
Jurnal untuk mencatat pembayaran beban underwriting lain/rupa-rupa Beban Underwriting Lain
8.500.000
Kas/Bank
8.500.000
PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dalam menyajikan laporan keuangan yang dipublikasikan kepada umum terbagi dua jenis laporan meliputi : 1.
Laporan Laba Rugi
2.
Neraca
64 Berikut ini penulis akan jelaskan tentang pelaporan pendapatan dan beban asuransi di PT. Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia:
Laporan Laba Rugi Suatu kelanjutan dalam proses pencatatan pendapatan dan beban underwriting yang telah dilakukan adalah menyusun laporan laba rugi. Laporan laba rugi disusun untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta kinerja suatu perusahaan. Penyajian Laporan Laba Rugi sesuai Pedoman Akuntansi Asuransi Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Asuransi Indonesia adalah sebagai berikut : 1.
Premi Bruto…………………………………………………. xxx Premi bruto disajikan sebesar nilai premi yang diterima oleh perusahaan.
2
Premi Reasuransi…………………………………………… xxx Premi reasuransi disajikan sebesar nilai sebenarnya yang dibayarkan oleh perusahaan.
3.
Kenaikan/Penurunan Cadangan Premi……………………... xxx Disajikan sebesar selisih nilai perhitungan cadangan premi yang telah dilakukan pada akhir periode berjalan.
4.
Pendapatan Premi ( 1+2+3)………………………………… xxx
5.
Beban Klaim………………………………………………... xxx Beban klaim disajikan oleh perusahaan sebesar akumulasi nilai klaim yang diakui oleh perusahaan pada akhir periode berjalan.
65 6.
Klaim Reasuransi…………………………………………… xxx Disajikan sebesar nilai klaim yang menjadi bagian reasuradur.
7.
Kenaikan/Penurunan Cadangan Klaim Disajikan sebesar selisih nilai perhitungan cadangan klaim yang telah dilakukan pada akhir periode berjalan.
8.
Beban Klaim ( 5+6+7 )……………………………………..
xxx
9.
Beban Komisi Neto…………………………………………
xxx
Disajikan sebesar selisih nilai komisi yang dibayar dengan yang diterima oleh perusahaan. 10.
Beban Underwriting Lain Neto…………………………….
xxx
Disajikan sebesar nilai sebenarnya beban underwriting lainnya. 11.
Beban Underwriting ( 8+9+10 ) …………………………...
xxx
12.
Hasil Underwriting (4-11 ) ………………………………...
xxx
13.
Hasil Investasi ……………………………………………..
xxx
Hasil investasi disajikan sebesar pendapatan investasi yang diterima oleh perusahaan pada akhir periode berjalan. 14.
Beban Usaha ………………………………………………
xxx
Disajikan sebesar nilai sebenarnya beban yang dikeluarkan oleh perusahaan. 15.
Laba Usaha (12+13-14) …………………………………..
xxx
16.
Hasil (Beban) Lain ……………………………………….
xxx
Oleh perusahaan disajikan sebesar selisih dari pendapatan dan beban lain-lain pada akhir periode berjalan.
66 17.
Laba Sebelum Pajak ( 15+16 ) ……………………………
xxx
18.
Pajak Penghasilan …………………………………………
xxx
19.
Laba Bersih ( 17-18 ) ……………………………………...
xxx