BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Berikut adalah profil perusahaan PT. Karunia Persada Kalimantan.
4.1.1 Visi Misi Perusahaan •
Visi : ‘Menjadi Perusahaan Pertambangan yang terintegrasi dan berwawasan lingkungan’
•
Misi : ‘Perusahaan yang berpatisipasi dalam memproduksi dan mensuplai kebutuhan energi keseluruh dunia untuk industri dalam pencapaian kesejahteraan hidup bersama’ 4.1.2 Detail Perusahaan Berikut data-datanya : (disajikan dalam bentuk format asli berdasarkan permintaan Perusahaan)
45
46
PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN COAL TRADING & MINING
TAHUN 2012
47
PROFIL PERUSAHAAN Nama Perusahaan
:
PT.KARUNIA PERSADA KALIMANTAN
Direktur Utama
:
IR.H.IWAN REDHANI AZIZ, MBA,MM
Kantor Pusat
:
Jl.Sultan Adam Mandiri IV no.151 Banjarmasin
:
0511-4311357
:
Sampoerna Strategic Squere Kav 45-46
:
Jl.Jendral.Sudirman Jakarta, 12930
:
021-3993 0805 / 021- 3993 0888
Kantor perwakilan
Email
:
[email protected] &
[email protected]
No Akte Pendirian
:
29 Tanggal, 18 -09-2008
Nama Notaris
:
H. HADARIAN NOPOL, SH
No Akte Perubahan
:
1 Tanggal, 12 -11-2011
SIUP No.
:
510/ MB.0309060/Perindag
NPWP
:
02.709.331.9-731.000
Tanda Daftar Perusahaan
:
161015303082
Surat Keterangan Tempat Usaha : 503/33/ITU/2008 Coal Traders
:
835/Perindag/PTBB/VII/2010
IUP OP KHUSUS
:
NO: 739.K/30/DJB/2011-20 Mei 2011
48
Bank
: : : :
3515854721 01200 201 00000 436453 0953086619 02610204343
(IDR) DANAMON SYARIAH (USD) ICBC INDONESIA (IDR) BCA (IDR) BII
49
EXECUTIVE SUMMARY A. NAMA PERUSAHAAN PEMILIK KP
Nama Lengkap Perusahaan
:
PT. BATU GUNUNG MULIA ( BGM )
Negara Perusahaan
:
Indonesia
Provinsi
:
Kalimantan Selatan
B. ASPEK HUKUM PERUSAHAAN
C.
HEAD OFFICE
:
Jl. Raya Pasar Binuang Rt.09 Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan
D.
DIREKTUR, KEY OFFICERS a.
DIREKTUR
:
Drs.H.M.ZAINI
MANAJER
:
H.M.LUKMAN
MAHDI, Bsc b. HAKIM
E.
KUASA PERTAMBANGAN EKSPLOITASI
Nama
:
PT. BATU GUNUNG MULIA
Nomor
:
No. 063 Tahun 2005
Lokasi
:
Desa Pantai Cabe Kecamatan Salam Babaris Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatan
Kode Wilayah
:
TPN. 05 APR.PL 007
Luas
:
498,4 Ha kalori 6100-5800 Kcal/Kg (curah)
Standing Ratio
:
1:5
Produksi Perbulan
:
Minimum 200.000 MT
Estimasi Deposit
:
20.000.000
Alat 2 Berat yang Digunakan
:
6 (ENAM) unit Excavator PC 200 8 (DELAPAN) unit Excavator PC 300 6 (ENAM) unit Buldozer 150 (SERATUS LIMA PULUH) unit Truk Tronton
50
A. NAMA PERUSAHAAN PEMILIK KP Nama Lengkap Perusahaan
:
CV. GUNUNG SAMBUNG ( GS )
Negara Perusahaan
:
Indonesia
Provinsi
:
Kalimantan Selatan
B. ASPEK HUKUM PERUSAHAAN Nomor Akte Notaris
:
48
Tanggal Akte Notaris
:
24 Januari 2001
Nama Notaris
:
Robensjah Sjachran, SH.
NPWP
:
1.719.259.2-731
SIUP
:
056/637/16-01/PM/XI/05
C. HEAD OFFIC
:
Jl. A.Yani Km. 74,200 Desa Batu Balian Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan
D. DIREKTUR, KEY OFFICERS 1. DIREKTUR
:
H. Mansyur
2. MANAJER
:
Arbiansyah, SE.
E. KUASA PERTAMBANGAN EKSPLOITASI Nama
:
CV. Gunung Sambung (GS)
Nomor
:
No. 159 Tahun 2005
Lokasi
:
Desa Gunung Batu Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan
Kode Wilayah
:
KW. 02.030.P.BJR.2005
Luas
:
199,8 Ha kalori 6100-6800 Kcal/Kg (curah)
Standing Ratio
:
1:5
Produksi Perbulan
:
Minimum 150.000 MT
Estimasi Deposit
:
10.000.000
Alat 2 Berat yang Digunakan
: • • • •
3 (TIGA) unit Excavator PC 200 6 (ENAM) unit Excavator PC 300 5 (LIMA) unit Buldozer 100 (SERATUS) unit Truk Tronton
51
A. NAMA PERUSAHAAN PEMILIK KP
Nama Lengkap Perusahaan
:
CV. DASAR KARYA
Negara Perusahaan
:
Indonesia
Provinsi
:
Kalimantan Selatan
B. ASPEK HUKUM PERUSAHAAN Nomor Akte Notaris
:
-
Tanggal Akte Notaris
:
-
Nama Notaris
:
-
NPWP
:
-
SIUP
:
510/031-PERDAG/PM/XII/2005.
:
Jl.A.Yani
C.
HEAD OFFICE
Km.63
Mataram
-
Martapura
Kalimantan Selatan
D.
DIREKTUR, KEY OFFICERS a.
DIREKTUR
E.
:
H.ROEDYANNOR HMM
KUASA PERTAMBANGAN EKSPLOITASI
Nama
:
CV. DASAR KARYA
Nomor
:
No. 428 Tahun 2004
Lokasi
:
Desa 5 Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan
Kode Wilayah
:
KW.03.01 P.BJR 2002
Luas
:
230,4 Ha kalori 6100-6800 Kcal/Kg (curah)
Standing Ratio
:
1:5
Produksi Perbulan
:
Minimum 100.000 MT
Estimasi Deposit
:
10.000.000
Alat 2 Berat yang Digunakan
:
6 (ENAM) unit Excavator PC 200 8 (DELAPAN) unit Excavator PC 300 6 (ENAM) unit Buldozer 100 (SERATUS ) unit Truk Tront
52
Kalori Batubara 6500-6300 Kcal/Kg
6300-6100 Kcal/Kg
6000-5800 Kcal/Kg
5800-5600 Kcal/Kg
5500-5300 Kcal/Kg
5300-5100 Kcal/Kg
F.
STOCKPILE
Kabupaten Tapin (Binuang)
KM. 93 (CV. Binuang Mitra Mandiri), jarak dari tambang + 31 km
KM. 94 (PT. USAHA BERKAT TANAGA ), jarak dari tambang + 30 km
G.
JETTY BARGE
Kabupaten Tapin
PT. Kalimantan Prima Persada (Sungai Putting), DAN ( Sungai Salai ) jarak dari stockpile + 33 km.
Dari Jetty Tongkang ( Sei Putting & Sei Salai ) ke M.Vessel + Dengan Jarak tempuh + 12 - 18 Jam
H.
JETTY VESSEL 1. Taboneo 2. Jorong 3. Muara Satui 4. Tanjung Peutang 5. Tanjung Pemancingan
I.
KUASA SUPPLY
Name Mining and Supplier / Cantractor : PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN Location Of Mining Production Capacity / Month Stockpile Area Mining Location From Stockpile Stockpile Location From Port Loading Rate / Day Bareg Feet Port Of Loading
Vessel Anchor Port Turn Time
: Binuang – Rantau ( Kalimatan – Selatan ) : 40.000 - 60.000 / mt : Km 92 Binuang Mitra Membangun ( BMM ) Km 94 Binuang Usaha Berkat Tenaga ( UBT ) : 31 - 32 Km : 33 Km : 8000 / mt : 330 / 300 / 270 Feed : 4 Jetty PT.Kalimantan Prima Persada ( KPP) Sungai Puting (koordinat 114 53’,68” E – 856’16,37”S ) : Taboneo ( Koordinat 03-41-02 S / long 1142602 E ) : 2 X 24 Hours
53
4.2 Analisis Kondisi Pengangkutan Batu Bara 4.2.1 Proses Pengangkutan Batu Bara Dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 4.1 Proses Pengangkutan Batu Bara Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
54
1. MINING SITE (PRODUCER) / Purchasing Dalam tahap ini PT. KPK mengumpulkan (membeli) batu bara yang masih berupa batuan dari beberapa tambang yang sesuai harga serta kandungan mineralnya. (Biasanya PT. KPK mendapat permintaan kurang lebih 40.000 s/d 50.000 ton untuk tiap-tiap proyeknya). Jika tidak mendapatkan kandungan mineral yang diminta oleh sang calon pembeli (single coal, tidak perlu dicampur atau melewati proses blending) PT. KPK, Mereka akan membeli batu bara yang kandungan mineralnya mendekati untuk kemudian dicampurkan (blending coal) namun jika memang spesifikasi batu bara yang diinginkan pembeli tidak memungkinkan untuk dipenuhi semisal calon pembelinya tersebut memesan kandungan mineral batubara yang biasa saja namun dengan tingkat kekeringan tinggi, maka itu akan sangat sulit untuk dipenuhi jika pesanan tersebut diperuntukkan saat musim hujan. Jadi sebelum PT. KPK akan kesulitan untuk menyiapkan pesanan milik calon pembelinya, Mereka akan sangat selektif dalam masalah perundingan awal yang mencakup harga, spesifikasi batu bara, sampai masalah pembayaran guna memperlancar kinerja mereka nantinya & agar citra mereka tetap baik di mata para calon pembeli juga oleh pihak-pihak yang sudah bekerja sama dengan PT.KPK .
55
Gambar 4.2 Tambang batu bara Sumber: http://hasanzainuddin.files.wordpress.com/2008/04/batubar.jpg
Gambar 4.3 Proses pengambilan batu bara Sumber:http://www.anekatambang.net/wpcontent /2012/06/Tambang.jpg
56
Gambar 4.4 Proses pengisian truk Sumber: http://bharatanews.com/userfiles/ tambang%20batu%20bara.jpg
2. HAULING TO STOCKPILE Batu bara yang sudah dibeli dengan harga yang disepakati lalu diantarkan ke tempat pengumpulan dan penumpukan yang sekaligus tempat prosesing / penghancuran penggilingan batu bara (Stockpile). Namun itu akan dilakukan setelah batu bara yang akan dibeli diuji dulu keabsahan kandungan mineralnya (uji free sampling) oleh badan surveyor independen pemeriksa kandungan mineral yang ditunjuk oleh PT. KPK agar tidak terjadi kesalahan pembelian (tidak membeli kucing dalam karung) dan agar PT. KPK mendapat masukkan untuk membeli yang tingkat kandungannya cocok untuk proses pencampuran guna mencapai hasil kandungan yang diminta oleh pembeli.
57
Gambar 4.5 Proses pengangkutan batu bara menggunakan truk Sumber: http://1.bp.blogspot.com/s1600/tambang-kalimantan.jpg
Gambar 4.6 Proses pengangkutan menuju stockpile Sumber: http://images03.olx.co.id/RENTAL-ALAT-BERAT-DUMP-TRUCK.jpg
58
Gambar 4.7 Proses bongkar muat di stockpile Sumber: http://www.mediaindonesia.com/ gallery/16_45_tambang-b.jpg
3. STOCKING, CRUSHING Setelah selesai dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan lalu kemudian batu bara mulai dimasukkan ke dalam mesin penghancur (crusher) agar menjadi sebasar batu kerikil dan dapat diteruskan ke proses selanjutnya. (Biasanya mesin crusher sanggup beroperasi selama 16 jam yang berarti 1 mesinnya mampu mengolah sebanyak 3000 s/d 4000 mt /hari). Saat di stockpile sudah menjadi hal yang harus diterima bahwa para penyewa stockpile itu tidak berada sendirian, jadi PT. KPK akan berbagi tempat dan bergantian dalam melakukan proses ini dengan perusahaan lain yang juga menyewa stockpile ini, Mereka (para pengguna jasa stockpile) diharuskan mengantri, jadi di dalam proses ini diharapkan ketepatan waktu agar saat harus sudah melakukan proses Crushing batu bara milik PT. KPK
59
sudah siap di tempat guna selesai tepat waktu & menghindari dikenakannya denda karena keterlambatan yang akhirnya bisa menyebabkan keterlambatan beruntun.
4.8 Proses bongkar muatan di stockpile oleh excavator Sumber: http://1.bp.blogspot.com/s320/coalstockpile2.jpg
Gambar 4.9 Proses pengangkutan batu bara ke mesin crushing Sumber: http://www.pneac.org/stormwater/images/stockpile-c-2.jpg
60
Gambar 4.10 Proses Crushing dan hasilnya Sumber: http://coalgeology.com/lrg-187-stockpile_generation.jpg
4. BLENDING, ANALIZING Dalam proses ini batu bara yang telah dilebur kemudian dicampur dengan batu bara yang memiliki kadar mineral yang berbeda guna mendapat kadar yang diinginkan oleh pihak konsumen (biasanya batu bara berkadar mineral tinggi dicampur dengan batu bara berkadar mineral rendah), lalu kemudian hasil proses Blending tadi diambil sampelnya dan diberikan kepada surveyor independen, badan usaha yang bertugas sebagai badan yang memastikan
kandungan
mineral
dan
mengeluarkan
sertifikat
yang
menjaminkan keabsahan produk kita (Prashipment analysis). Ada pun jenis kalori terbagi menjadi 2 bagian yaitu komposisi kalori tinggi dan kalori rendah dan untuk proses blending ada 3 macam alternatif tempat untuk melakukan proses tersebut yaitu di stockpile dengan menggunakan alat berat seperti loader
61
atau excavator, di hover pada saat pemuatan ke tongkang dimasukkan ke dalam corong besar dan dicampur lalu tumpahkan ke tongkang melalui conveyor belt, dan di palka (saat sudah dimuat ke) mother vessel.
Perlu diperhatikan juga ketepatan asumsi pemuatan batu bara dalam proses ini karena jika terlalu lama ditimbun (terlebih itu untuk batu bara yang telah selesai diblending) jika terkena hujan yang berkepanjangan maka akan membuat kandungan air terlalu tinggi dalam batu baranya dan jika terkena panas yang berkepanjangan batu bara bisa terbakar, yang sangat pasti untuk dua kemungkinan tersebut akan membuat penurunan kwalitas batubara yang akhirnya akan membuat pekerjaan terhambat atau mesti diulang kembali, dan memakan biaya tambahan yang tidak sedikit dan kembali pada resiko keterlambatan yang membuat kita bisa dikenakan denda.
Gambar 4.11 Batu bara hasil proses crushing yang siap untuk di blending Sumber: http://www.alibaba.com/product-gs/Coal_based_activated_carbon
62
Gambar 4.12 Proses blending oleh loader jika dilakukan di stockpile Sumber: http://www.tobabara.com/get_bthumbs.php?im=/images
Gambar 4.13 Proses blending jika dilakukan di hover saat pemuatan tongkang Sumber:http://www.samarindalogistichub.com/_/rsrc/Unloading.jpg
63
Gambar 4.14 Proses tempat Blending jika dilakukan di palka vessel Sumber: http://www.indonesianship.com/images/palka51.jpg
Gambar 4.15 Proses Pengambilan Sample Batu Bara untuk sample Analisa Sumber: http://coalgeology.com/gallery/leaching_from_coal_seam.jpg
64
Gambar 4.16 Batu bara yang terbakar karena terlalu lama terkena panas Sumber: http://gambar.pelapak.com/timthumb.proteksi-batu-bara.jpg
Gambar 4.17 Batu bara yang terpaksa dimasukkan dalam kemasan karena terendam air Sumber: http://www.jpnn.com/uploads/berita/img06052009175691.jpg
65
5. TRUCKING TO PORT Setelah sesuai kandungan mineral hasil dari proses sebelumnya dan telah dikeluarkan sertifikatnya oleh lembaga surveyor independent yang ditunjuk oleh PT. KPK, proses berikutnya adalah pengangkutan semua batu bara tadi ke pelabuhan yang diangkut oleh truk yang berkapasitas 25 ton secara berkala menempuh jarak yang kurang lebih 33 km perjalanan. Biasa dalam proses ini truk yang digunakan adalah sampai dengan 40 unit untuk mempercepat waktu pengangkutan. Masing-masing unit truk memiliki kapasitas atau daya angkut sebesar 25 ton, total perhari 5000 MT PT. KPK pun dituntut mempekerjakan driver yang handal dan menetapkan rute yang efektif dan efisien guna mencapai pelabuhan yang merupakan tujuan berikutnya sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.
Gambar 4.18 Batu bara setelah di blending diangkut kembali Sumber: http://upload.wikimedia.org/Strip_coal_mining.jpg
66
Gambar 4.19 Truk berangkat dari stock pile Sumber: http://w27.indonetwork.co.id/18/s_3385618_graphic1.jpg
Gambar 4.20 Truk menuju pelabuhan Sumber:http://2.bp.blogspot.co/Coal%2BImage.jpg
6. LOADING TO BARGE
67
Setelah sampai di pelabuhan, batu bara-batu bara tadi langsung dikumpulkan pada satu alat (conveyor belt) yang akan dengan otomatis memuat batu bara pada kapal tongkang yang telah tersedia. Itu jika fasilitas yang digunakan bersama tersebut sedang mampu beroperasi atau tidak digunakan oleh pihak yang lain, jika 2 kemungkinan tadi terjadi maka PT. KPK harus memindahkan batu bara dari dalam truk langsung ke tongkang dengan cara masuk sampai ke lambung tongkang secara manual yang jelas akan memakan waktu lebih lama dibandingkan jika memakai ban berjalan (conveyor belt).
Gambar 4.21 Conveyor belt di pelabuhan tongkang Sumber:http://www.constructionphotography.com/conveyorort_Kent_UK.jpg
Gambar 4.22 Truk memasukkan batu bara ke corong conveyor belt Sumber: http://www.envirocoal.com/i/contents/mining_barge.jpg
68
Gambar 4.23 Conveyor belt mengucurkan batu bara ke dalam tongkang Sumber: http://www.tobabara.com/imphase_6phase_6_en.jpg
Gambar 4.24 Truk memasuki bibir pelabuhan untuk pemuatan secara manual Sumber: http://www.crusherspecialist.com/007.JPG
69
Gambar 4.25 Batu bara dimasukkan ke dalam tongkang dengan excavator Sumber: http://mkpmining.co.id/images/xplod/editor/cpp/cimg2561k.png
Gambar 4.26 Pemuatan batu bara secara manual selesai dikerjakan Sumber:http://1.bp.blogspot.com/_WyX4CUcI7rk/SQRdtNAiNY.JPG
70
7. TRANSHIPMENT Setelah memenuhi kapasitas tiap-tiap tongkang yang berjumlah kurang lebih 8000 Metrik Ton (satuan batubara yang umumnya digunakan) ukuran tongkang 300 Feet dan berlayar mengarungi sungai menuju muara laut tempat dimana kapal Mother Vessel (kapal besar yang akan membawa keseluruhan batubara tersebut sekaligus dalam 1 waktu menuju tempat yang telah ditetapkan) Tongkang-tongkang tersebuat akan melewati sebuah alur yang dinamakan chanel fee (jalan bebas hambatan / tol di air) guna mencapai lautan lepas untuk menuju koordinat anchored kapal Mother Vessel / loading point.
Gambar 4.27 Tongkang telah terisi penuh dengan batu bara Sumber:http://ahliasuransi.com/wp-content/uploads/tug-and-barge.gif
Gambar 4.28 Tugboat kapal penarik tongkang Sumber:http://w35.indonetwork.co.id/13/2423313_1359664_tongkang.jpg
71
Gambar 4.29 Tongkang siap berlayar bersama kapal tugboat Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-N2mRWzEESIA/tongkangbatubara.jpg
Gambar 4.30 Tongkang menuju laut lepas bersama tugboat Sumber: http://media.treehugger.com/assets/images/2011/10/20090706-coal-barge.jpg
72
8. LOADING TO MOTHER VESSEL Setelah tongkang (barge) sampai di tempat lokasi dimana Kapal Mother Vessel menunggu (biasanya lepas pantai) atau lebih baik dari sisi biaya jika kapal tongkang yang menunggu ditempat yang sudah disepakatkan, maka proses selanjutnya adalah merapatkan kapal tongkang dan melakukan pemindahan batu bara ke kapal Mother Vessel menggunakan alat berat yang telah tersedia crab dan crane dibantu loader exapator dan bulldozer (untuk triming waktu pemuatan), Proses disini diharapkan berjalan sesuai waktu yang telah dijadwalkan karena dari semua denda yang bisa tercipta, nominal denda terbesar dari keseluruhan proses pengangkutan ini adalah jika membuat kapal Mother Vessel menunggu lebih lama dari jadwalnya dan tentu itu sangat merugikan dan tidak diinginkan oleh PT. KPK selaku pelaksana yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di lapangan.
Gambar 4.31 Tongkang mencapai meeting point dengan Vessel Sumber:http://bsd.firetrench.com/wp-content/ 2009/02/nat_vessel-53.jpg
73
Gambar 4.32 Tongkang merapat ke Vessel Sumber:http://wb6.itrademarket.com/pdimage/77/1950477_vessel.jpg
Gambar 4.33Batu bara diangkat dengan crane langsung dari Vessel Sumber:http://www.crowley.com/var/ezflow_site/images/vessel-design.jpg
74
4.34 Batu bara dari tongkang diangkut menggunakan jasa crane yang disewa Sumber: http://i00.i.aliimg.com/104637972/ Cargo_Vessel.jpg
9. Document & Coo Setelah selesai semua proses pemindahan maka proses akhir adalah mengurus semua kelengkapan dokumen yang diperlukan oleh kedua belah pihak (PT.KPK & Pembeli) dengan semua pihak yang terkait selama proses pengangkutan dari awal agar kapal bisa lepas dan segera berlayar menuju tempat tujuan. Seperti yang diketahui karena proses pengurusan dokumen ini sangat penting dan mencakup semua proses baik itu proses awal sampai dengan akhir maka PT. KPK akan sangat teliti dan sigap terhadap setiap kelengkapan dan syarat yang dibutuhkan untuk selesainya suatu dokumen (yang itu berarti fokus kepada keseluruhan proses khususnya fokus ditiap-tiap kegiatan yang sedang dijalankan) agar semua proses bisa selesai pada waktu yang ditentukan atau
75
setidaknya untuk meminimalisir keterlambatan yang disebabkan oleh kelengkapan dokumen.
Gambar 4.35 COA Mother Vessel Genco Wisdom Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
76
Gambar 4.36 Surat Pemberitahuan Ekspor Barang Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
77
10. CLEARENCE OUT / SAILING
Setelah proses ‘Document & Coo’ rampung secara keseluruhan dan semua kapal tongkang beserta perangkat alat berat dan pengoperasinya serta alat-alat pendukung dan kru lokal lainnya telah keluar dari kapal Mother Vessel, pernah ada kasus yang ‘Perusahaan x’ dengan pihak Mother Vessel yang mayoritas adalah kapal yang dikirim oleh pihak yang membeli (misal : China) karena kurang koordinasi dengan pihak Mother Vessel dan pihak TKBM (tenaga kerja bongkar muat) serta owner tongkang, maka tertinggalah 1 unit loader exapator di Mother Vesssel yang telah berlayar menuju tempat asalnya ternyata ‘Perusahaan x’ juga menyewa loader exapator tersebut dari pihak pelabuhan bagian bongkar muat batu bara pelabuhan (bukan milik sendiri) dan saat diketahui loader exapator yang dimaksud telah jauh dari daerah kewenangan dimana mereka bisa menyuruh Mother Vessel tersebut berbalik arah, akhirnya ‘Perusahaan x’ harus mengganti sejumlah uang kepada pihak pemilik loader exapator yang tentunya tidak sedikit, jadi semua proses baik itu di awal atau akhir mau pun proses yang dianggap penting atau tidak, harus tetap dikerjakan dengan fokus penuh guna menghindarkan Perusahaan dari kerugian yang bisa saja berasal dari segala macam arah yang disebabkan oleh keteledoran yang semestinya bisa diminimalisir.
78
Gambar 4.37 Mother Vessel Genco Wisdom siap berlayar Sumber: http://cdn2.shipspotting.com/photos/middle/3/3/5/323533.jpg
79
4.2.2
Biaya yang dibutuhkan untuk pengangkutan Batubara Dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 4.38 Biaya dari tiap proses pengangkutan batu bara Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
1. MINING SITE (PRODUCE) Jika kita ambil saja rata-rata pemesanan di PT.KPK yang berkisar kurang lebih 50.000 ton maka PT. KPK akan membeli dari beberapa tambang yang pada akhirnya mereka akan membuat perjanjian bahwa barang yang akan dikirimkan kurang atau lebih 10% dari jumlah yang diminta (jika 50.000 optimisnya adalah 55.000 ton & pesimisnya 45.000 ton) jika diatas 55.000 ton
80
yang PT.KPK setorkan ke vessel mereka akan tetap membayar seharga 55.000 ton dan jika dibawah 45.000 maka pihak PT.KPK akan dikenai denda, PT.KPK membeli lebih banyak dari pada jumlah pesanan konsumennya karena untuk menangguli susut (berkurangnya) jumlah batubara saat proses pengangkutan yang akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya (karena batu bara tidak berada dalam suatu kemasan) dan harga pembelian dari para produsen awal batu bara diatas sudah termasuk biaya antarnya ke stockpile yang telah PT.KPK sediakan, Harga rata-rata per ton batu bara adalah Rp 340.000 sampai dengan RP 530.000 (tergantung kualitas).
55.000 (ton) x Rp 390.000 (harga dari transaksi terakhir PT.KPK) = Rp 21.450.000.000 / Dua puluh satu empat ratus lima puluh juta rupiah.
Namun perlu diingat bahwa biaya yang diambil hanyalah dari transaksi terakhir PT.KPK , karena seperti yang kita ketahui batu bara terdiri dari banyak spesifikasi yang salah satu indikator terpentingnya adalah tinggi dan rendahnya kandungan mineral yang terkandung di dalam batu bara, semakin tinggi kandungan mineralnya maka semakin tinggi pula harga jualnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah kandungan mineralnya, maka akan semakin rendah pula harga jualnya di pasaran.
81
2. CRUSHING Biaya Crushing adalah Rp 30.000/MT
55.000 (ton) x Rp 30.000 = Rp 1.650.000.000 / Satu milyar enam ratus lima puluh juta rupiah.
Biaya Crushing batu bara ini berdiri sendiri tidak tergabung dengan biaya Stocking karena biaya stocking sudah termasuk biaya awal pengangkutan batu bara dari tambang tempat PT. KPK membelinya pertama kali.
3. BLENDING & ANALIZING Biaya Blending & Analizing tergabung dalam 1 paket, yaitu Rp 5.000/MT
55.000 (ton) x Rp 5.000 = Rp 275.000.000 / Dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah.
Terlepas PT. KPK akan menggunakan metoda pencampuran batu bara (blending) saat masih di stockpile, di hover pada saat pemuatan ke tongkang, atau di palka mother vessel. Harga yang dikenakan akan tetap sama seperti yang tertera di atas.
82
4. TRUCKING TO PORT Biaya pengangkutan batu bara dari stockpile menuju pelabuhan adalah Rp 30.000/MT
55.000 (ton) x Rp 30.000 = Rp 1.650.000.000 / Satu milyar enam ratus lima puluh juta rupiah.
Biaya yang dimaksudkan disini adalah biaya untuk penyewaan transportasi (alat angkut) batu bara yang dibutuhkan untuk mengangkutnya dari stockpile menuju pelabuhan untuk dibawa oleh kapal tongkang. Alat Transportasi yang digunakan dalam tahap ini adalah Truk.
5. LOADING BARGING (Port of Loading) Setelah sampai pelabuhan lalu batu bara langsung dimuat ke kapal tongkang yang masing-masing berkapasitas 7000 - 8000 ton, biaya yang dibutuhkan untuk tiap kapal tongkangnya adalah Rp 125.000/MT-nya,
55.000 (ton) x Rp 125.000 = Rp 6.875.000.000 / Enam milyar delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah.
Setelah sampai di pelabuhan dan dibongkar muat lalu dimasukkan ke dalam kapal tongkang baik dengan menggunakan conveyor belt (ban berjalan) mau pun cara manual, batu bara siap dikirim ke tengah laut menggunakan kapal
83
tongkang yang telah tersedia dan terisi penuh oleh produk milik PT. KPK tersebut.
6. TRANSHIPMENT Biaya pelayaran dari pelabuhan menuju kapal Mother Vessel pun dikenai biaya karena kita melewati jalur tol yang disebut dengan “Channel Fee” , disini biaya yang perlu dibayarkan adalah 58.000/MT-nya (termasuk biaya sewa tongkangnya)
55.000 (ton) x Rp 58.000 = Rp 3.190.000.000 / Tiga milyar seratus sembilan puluh juta rupiah.
“Channel Fee” disini yang dimaksudkan adalah sejenis jalan bebas hambatan (tol) yang dikelola oleh pihak baik itu swasta mau pun negara yang harus dilalui untuk mencapai lepas pantai dan menuju meeting point dengan kapal Mother Vessel, bedanya jalur ini adalah jalur air bukan darat seperti yang lumrah diketahui banyak orang.
7. LOADING TO MOTHER VESSEL Pada tahap pemindahan batu bara dari kapal tongkang ke kapal Mother Vessel tidak dikenai biaya karena sudah termasuk pada biaya awal pemakaian kapal tongkang tersebut. Ini pun termasuk Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) & alat kerja bongkar muat yang termasuk 1 paket dalam biaya
84
penyewaan tongkang yang membantu & mempercepat prosesi pemindahan batu bara dari kapal tongkang ke kapal Mother Vessel.
8. EXPORT DOCUMENT Biaya yang dikenakan untuk proses pengurusan dokumen ekspornya adalah 5.000/MT
55.000 (ton) x Rp 5.000 = Rp 275.000.000 / Dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah.
Untuk lebih diperjelas dokumen yang dikenakan biaya sesuai tarif yang di atas adalah hanya dokumen untuk tahap terakhir saat batu bara sudah siap berlayar dengan kapal Mother Vessel menuju tempat pembeli (karena kebanyakan konsumennya adalah negara lain, maka yang diurus disini adalah dokumen ekspor) ini bukan dokumen yang dari proses awal karena masing-masing proses memiliki kelengkapan dokumen sendiri-sendiri yang mayoritas sudah termasuk dengan harga yang tertera ditiap-tiap proses.
9. CLEARENCE OUT & SAILING Setelah pemindahan batu bara dari tongkang selesai & semua dokumen perijinan lengkap maka kapal Mother Vessel bisa segera berlayar menuju tempat tujuan.
85
4.2.3 Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengangkutan batu bara Disini PT. KPK telah memberikan data dari waktu ideal yang ingin PT. KPK capai dengan waktu realisasinya saat di lapangan, berikut data-datanya :
Tabel 4.1 Waktu Ideal dan Waktu Realisasi <> Waktu Ideal
<> Waktu Realisasi
CONTRACT
2 Hari
CONTRACT
2 Hari
PREPARATION
14 Hari
PREPARATION
12 Hari
PAYMENT / FUNDING
20 Hari
PAYMENT / FUNDING
29 Hari
CONTRACT MINER
3 Hari
CONTRACT WITH MINER
5 Hari
CONTRACT STOCKPILE
3 Hari
CONTRACT STOCKPILE
4 Hari
CONTRACT HAULING ( TRUCKING )
3 Hari
CONTRACT HAULING TRUCKING )
CONTRACT (SLOT)
3 Hari
CONTRACT PORT (SLOT)
6 Hari
CONTRACT BARGE ( TRANSHIPMENT)
3 Hari
CONTRACT BARGE ( TRANSHIPMENT)
3 Hari
COAL COLLECTING
19 Hari
COAL COLLECTING
13 Hari
CRUSHING
10 Hari
CRUSHING
10 Hari
HAULING
8 Hari
HAULING
14 Hari
LOADING BARGE
5 Hari
LOADING BARGE
15 Hari
TRANSHIPMENT
9 Hari
TRANSHIPMENT
24 Hari
LOADING VESSEL
6 Hari
LOADING VESSEL
21 Hari
DOCUMENT
30 Hari
WITH
( 3 Hari
PORT
DOCUMENT 11 Hari Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
86
♦ Waktu Ideal Pengangkutan
Gambar 4.39 Waktu Target Proses Pengangkutan Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan
♦
Waktu Realisasi Pengangkutan
Gambar 4.40 Waktu Realisasi Proses Pengangkutan Sumber : PT. Karunia Persada Kalimantan
87
Penjelasan : Sebelumnya disini harus diketahui bersama bahwa dalam melakukan pelayanan pengangkutan batu bara adalah hal yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi untuk mengalami beberapa keterlambatan yang ada hanyalah penempatan presisi waktu yang baik guna meminimalisir keterlambatan, berdasarkan hal tersebut Peneliti tidak akan mencoba untuk menghilangkan resiko namun menekan resiko sampai titik paling kecil sehingga kerugian yang didapatkan sangat kecil jika dibadingkan dengan keuntungan yang mampu diperoleh PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN dan semua kegiatan disini dilakukan tidak harus menunggu proses sebelumnya selesai dulu, bisa dikerjakan secara bersamaan, dan bisa juga dikerjakan saat proses sudah berjalan minimal 30% (proses kerja paralel tidak serial, flexibel).
1. Contract (Kontrak) Pada tahap ini PT. KPK dan pihak pembeli membahas tentang kesepakatan yang meliputi kualitas batu bara yang dihendaki pembeli dan yang bisa disanggupi oleh PT. KPK, waktu pengantaran batu bara beserta tahapannya, dan yang terpenting adalah pembahasan tentang cara pembayaran yang memiliki 3 opsi yaitu kas bertahap, L/C (Letter Of Credit), atau SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri).
Waktu Ideal
: 2 hari
Waktu Realisasi
: 2 hari
88
Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini.
2. Preparation (Persiapan) Pada tahap ini PT. KPK melakukan persiapan setelah kontrak pada tahap sebelumnya selesai, persiapan disini mencakup persiapan secara keseluruhan proses-proses yang diperlukan selama pengangkutan batu bara (dari pembelian bahan mentah batu bara sampai dengan selesai diangkut ke kapal Mother Vessel dan berlayar menuju tempat pembeli).
Waktu Ideal
: 14 hari
Waktu Realisasi
: 12 hari
Waktu persiapan selesai 2 hari lebih cepat dari hari yang telah ditentukan ini menandakan baiknya kesiapan dari PT. KPK dan adanya waktu untuk menjadikan proses persiapan lebih sempurna (jika PT. KPK menghendakinya).
3. Payment / Funding (Pembayaran / Pendanaan) Pada tahap ini PT. KPK akan mengurus hal penting yang akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh cukup signifikan untuk kelancaran prosesproses selanjutnya, yaitu uang baik itu dari pihak bank mau pun non-bank.
89
Ada pun dikatakan pencairan pembayaran adalah jika dibayar menggunakan cara kas bertahap atau pendanaan jika dibayar menggunakan L/C atau SKBDN, berikut adalah perincian tahap pembayaran :
♦ Jika dibayar dengan kas bertahap maka akan diurus di bank, dengan mengurus kelengkapan administrasi yang mencakup untuk tahapan pertama adalah langsung bersama pembeli namun untuk tahapan ke 2 dan seterusnya dibutuhkan ‘invoice’ + ‘bukti penyerahan sejumlah ton batu bara’ dari Bhanda Graha Reksa (badan koleteral manajamen BUMN anak perusahaan di bawah kementrian perdagangan yang bertugas untuk mengecek keabsahan kuantitas batu bara yang hendak diserahkan PT. KPK kepada pembelinya, jika untuk masalah kualitas PT. KPK bekerja sama dengan ‘SUCOFINDO’).
setelah lengkap 2 dokumen tersebut maka turunlah dana dari bank yang tiap turunnya pun memiliki ‘termin’ (tahapan) masing-masing , berikut adalah gambaran dari pembayaran konsumen PT. KPK pada periode akhir tahun 2011 : (Komposisi pembayaran 10% - 40% - 40% - 10% )
90
Tabel 4.2 Tahapan Pembayaran dari pembeli (sesuai kesepakatan) Termin / Tahapan
Syarat
10% tandatangan kontrak
1
Setelah
40%
2
Bukti penyerahan dari pihak BGR untuk 5000 MTstock, dana yang bisa dicairkan adalah setengah dr 5000 MT yang saat itu per tonnya seharga Rp 680.000 (5000 x Rp 680.000 : 2 = Rp 1.700.000.000)
3
- sama seperti tahapan no.2 -
4
- sama seperti tahapan no.2 -
5
- sama seperti tahapan no.2 -
6
Bukti penyerahan dari pihak BGR untuk 5000 MTstock, dana yang bisa dicairkan adalah setengah dr 5000 MT yang saat itu per tonnya seharga Rp 680.000 (5000 x Rp 680.000 : 2 = Rp 1.700.000.000)
7
- sama seperti tahapan no.6 -
8
- sama seperti tahapan no.6 -
9
- sama seperti tahapan no.6 -
10
Dokumen Lengkap
40%
10%
Pengecekan
Barang,
Legalitas,
&
Total 100% Sumber : PT. Karunia Persada Kalimantan
♦ Jika dibayar menggunakan L/C (pembayaran oleh bank luar negri) atau pun SKBDN (pembayaran dalam negri), pembayaran jenis ini akan dibayarkan di akhir periode pengerjaan, dikarenakan besarnya cash flow yang harus diputar maka PT.KPK perlu Funder yang menjembatani (danai) proses pendanaan
91
secara menyeluruh (mayoritas funder akan memberi pinjaman dana sampai dengan 80% nilai L/C mau pun SKBDN) dan kita bisa mendapat funder ini dari lembaga bank mau pun yang non-bank (perorangan atau kelompok investor) Setelah itu proses pencairan L/C atau pun SKBDN akan dicairkan kurang lebih sama seperti proses pembayaran kas bertahap seperti contoh diatas (namun tetap mengacu pada kesepakatan pihak pembeli, funder, dan PT. KPK). Waktu Ideal
: 20 hari
Waktu Realisasi
: 29 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Pihak pendana yang ternyata mendanai kostumer PT. KPK saat itu, memperlambat proses pencairan dananya karena permasalahan administrasi antara pihak pendana (bank) dan si kostumer PT. KPK, jadi disini PT. KPK terkena imbas dari keterlambatan tersebut.
4. Contract with Miner (Kontrak dengan pemilik tambang) Pada tahap ini PT.KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan para pemilik tambang untuk mendapat bahan mentah dengan memiliki berbagai pertimbangan seperti, tambang manakah yang memiliki batu bara dengan kandungan mineral seperti yang PT. KPK inginkan, tambang manakah yang
92
memiliki harga yang sesuai dengan keinginan PT. KPK, tambang manakah yang memiliki akses terdekat dengan stockpile dan pelabuhan, dan sebagainya.
Waktu Ideal
: 3 hari
Waktu Realisasi
: 5 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Mesti mencari tambang yang memiliki kandungan mineral yang sesuai yang diinginkan pembeli dan harga yang sesuai serta lokasi yang tidak jauh dari fasilitas untuk pendukung proses selanjutnya.
5. Contract Stockpile (Kontrak dengan pihak Stockpile) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak stockpile dengan pertimbangan stockpile mana yang memiliki tempat penumpukan yang masih tersedia atau tidak sedang melayani proses pengangkutan perusahaan lain yang akan menyebabkan terjadinya antrian, stockpile mana yang memiliki akses atau jarak tempuh terdekat dengan tambang (strategis), stockpile mana yang memiliki fasilitas yang memadai, stockpile mana yang menawarkan harga yang sesuai, dan sebagainya.
93
Waktu Ideal
: 3 hari
Waktu Realisasi
: 4 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Mesti mencari lokasi stockpile yang strategis (tidak jauh dari pelabuhan) yang masih tersedia tempatnya (slot) dan tidak sedang melayani proses pengangkutan perusahaan lain secara massal (banyak dan bersamaan) dengan waktu
saat
kita
membutuhkan
untuk
diprioritaskan
karena
untuk
mengantisipasi keterlambatan yang mungkin bisa terjadi.
6. Contract Hauling (Trucking) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak yang menyediakan jasa pengangkutan truk untuk mengangkut batu bara yang sudah diolah menuju pelabuhan, dengan pertimbangan biaya yang ditawarkan, ketersediaan unit truk sejumlah yang dibutuhkan pada tanggal yang sudah disesuaikan dengan jadwal PT. KPK, kondisi fisik dan daya angkut truk, dan sebagainya.
94
Waktu Ideal
: 3 hari
Waktu Realisasi
: 3 hari
Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini.
7. Contract Port, Slot (Kontrak dengan pihak Pelabuhan, slot) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak Pelabuhan dengan pertimbangan pelabuhan mana yang masih memiliki slot (ruang untuk kapal tongkang merapat), pelabuhan mana yang memiliki jarak tempuh terdekat dengan stockpile yang telah disewa oleh PT.KPK , pelabuhan mana yang menawarkan harga yang sesuai juga fasilitas yang memadai, dan sebagainya.
Waktu Ideal
: 3 hari
Waktu Realisasi
: 6 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Mesti mencari lokasi Pelabuhan yang strategis (tidak jauh dari stockpile) yang masih tersedia tempatnya (slot) dan tidak sedang melayani proses pengangkutan perusahaan lain secara massal (banyak dan bersamaan) dengan
95
waktu
saat
kita
membutuhkan
untuk
diprioritaskan
karena
untuk
mengantisipasi keterlambatan yang mungkin bisa terjadi.
8. Contract Barge, Transhipment (Kontrak Kapal Tongkang, Pengapalan) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak yang menyediakan jasa pengangkutan kapal tongkang untuk membawa batu bara dari pelabuhan menuju kapal Mother Vessel, dengan pertimbangan biaya yang ditawarkan, ketersediaan unit kapal tongkang sejumlah yang dibutuhkan pada tanggal yang sudah disesuaikan dengan jadwal PT. KPK, kondisi fisik dan daya angkut kapal tongkang, dan sebagainya.
Waktu Ideal
: 3 hari
Waktu Realisasi
: 3 hari
Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini.
9.
Coal Collecting (Pengumpulan Batu Bara) Pada tahap ini PT. KPK sudah memulai proses pengerjaan (tidak lagi hanya mempersiapkan), kegiatan pada tahap ini adalah pengumpulan dan pengangkutan batu bara sesuai spesifikasi yang dibutuhkan menuju stockpile yang telah disediakan (disewa oleh PT. KPK) menggunakan truk yang masih merupakan tanggungan pemilik tambang.
96
Waktu Ideal
: 19 hari
Waktu Realisasi
: 13 hari
Waktu persiapan selesai 6 hari lebih cepat dari hari yang telah ditentukan ini menandakan baiknya kesiapan dari PT. KPK dan adanya waktu untuk menjadikan proses ini lebih sempurna (jika PT. KPK menghendakinya).
10. Crushing (Penghancuran batu bara) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah penghancuran (peleburan) batu bara menggunakan mesin crusher agar menjadikan batu bara yang tadinya berupa bongkahan batu yang memiliki berbagai jenis ukuran menjadi serpihan batu layaknya butiran halus pasir, penggunaan mesin crusher diperuntukkan untuk tiap-tiap penyewa stockpile sebanyak 1 buah namun bisa disesuaikan dengan kebutuhan (jika mendekati tenggat waktu, maka pihak stockpile bisa memberikan ijin untuk mempergunakan lebih banyak lagi mesin crusher).
Waktu Ideal
: 10 hari
Waktu Realisasi
: 10 hari
Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini.
97
11. Hauling (Pengangkutan) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah Pengangkutan batu bara setelah proses crushing dan blending (jika proses blending hendak dilakukan di stockpile) menggunakan sejumlah truk yang dibutuhkan dari stockpile menuju pelabuhan.
Waktu Ideal
: 8 hari
Waktu Realisasi
: 14 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Disini terjadi keterlambatan yang dikarenakan imbas keterlambatan pendanaan pada proses payment tadi (inilah yang sering dimaksudkan dengan keterlambatan beruntun yang berarti biaya atau denda tambahan).
12. Loading Barge (Pemuatan ke tongkang) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah memuat batu bara yang telah diangkut sampai dengan pelabuhan menggunakan truk ke dalam tongkang baik menggunakan cara otomatis (conveyor belt / ban berjalan) mau pun cara manual (dikeruk dengan buldozzer dan dibantu Tenaga Kerja Bongkar Muat).
98
Waktu Ideal
: 5 hari
Waktu Realisasi
: 15 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Disini terjadi keterlambatan juga dikarenakan imbas keterlambatan pendanaan pada proses payment tadi (inilah yang sering dimaksudkan dengan keterlambatan beruntun yang berarti biaya atau denda tambahan).
13. Transhipment (Pengapalan) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah mengurus proses pengangkutan batu bara dan pengaturan-pengaturan yang dibutuhkan agar kapal tongkang dari awal berangkat dari pelabuhan, melewati fee channel, sampai dengan merapat ke kapal mother vessel bisa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Waktu Ideal
: 9 hari
Waktu Realisasi
: 24 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan
99
Dampak dari keterlambatan yang beruntun tadi membuat keterlambatan terus merembet ke berbagai proses pengangkutan dan waktunya pun berakumulasi.
14. Loading Vessel (Pemuatan ke Vessel)
Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah memuat batu bara yang telah diangkut oleh kapal tongkang menuju laut lepas tepat pertemuan dengan kapal Mother Vessel, batu bara dipindahkan menggunakan crab & crane yang telah disediakan oleh pihak pembeli dan dibantu oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang mengoperasikan loader exapator dan bulldozer yang disewa PT. KPK dari pihak pelabuhan.
Waktu Ideal
: 6 hari
Waktu Realisasi
: 21 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan
Dampak dari keterlambatan yang beruntun tadi membuat keterlambatan terus merembet ke berbagai proses pengangkutan dan waktunya pun berakumulasi. Begitu pula dengan proses ini.
100
15. Document (Dokumen)
Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah membenahi kelengkapan dokumen dari kegiatan persiapan awal sampai dengan batu bara telah selesai dimuat di kapal Mother Vessel demi mempercepat dan memperlancar proses pengangkutan
juga
untuk
meminimalisir
resiko
yang
menyebabkan
keterlambatan dikarenakan dokumen yang belum lengkap.
Waktu Ideal
: 11 hari
Waktu Realisasi
: 30 hari
Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan
Dikarenakan keterlambatan pada hampir setiap prosesnya maka begitu juga dengan dokumen-dokumen dari setiap proses pun akan mengalami keterlambatan karena sebagian besar dokumen hanya akan bisa dirampungkan jika pengerjaan dari proses yang bersangkutan selesai.
101
4.2.4 Dokumen-dokumen yang dibutuhkan Untuk proses di Stockpile •
Free Sampling Analysis
•
Warehouse Raport
•
Pernyataan Jaminan
•
Penyerahan Batubara Untuk proses saat di Barge
•
Kontrak Transhipment
•
Schudule & Nominasi
•
Shipping Intruction
Untuk proses saat Loading Port •
Konfirmasi Slot
•
Izin Hauling
•
Surat Kirim
•
Rekomendasi Dis Tam Ben
•
SKAB
•
Berita Acara Serah Terima Dokumen
•
Tongkang Sandar
•
Draf Inisial
•
Loading Cargo to Barge
•
Final Draf
102
•
COA COW
•
DSR
•
B/L
•
Cargo Manifes
Untuk proses saat Transhipment •
Shipping Intruction
•
Laporan Survey
•
Draf Inisial
•
Statement of Fact (SOF)
•
Final Draf
•
COA
•
COW
•
COO
•
DSR
•
B/L
•
Cargo Deglaration
•
Commercial Invoice
103
4.3 Analisa Kendala Pengangkutan Batubara 4.3.1 Kendala Biaya •
Karena cashflow Perusahaan yang perputarannya belum lancar, maka jika ada keterlambatan pembayaran tagihan atau pencarian dana baik dari pihak pembeli maupun pihak funder kemungkinan pekerjaan yang sedang dikerjakan tidak bisa berjalan adalah sangat besar.
•
Karena modal yang dibutuhkan relatif besar (tak terhingga), maka PT. KPK sangat memperhatikan sistem pembayaran calon pembeli atau pun sistem pendanaan yang ditawarkan oleh funder yang jika dana terputus atau terlambat ditengah pengerjaan sudah pasti akan berimbas besar kepada proses pengerjaan yang akan menjadikan keterlambatan dan menimbulkan denda keterlambatan di semua sektor yang artinya sama dengan biaya bertambah (kerugian di semua pihak).
•
Keterlambatan yang menyebabkan biaya tak terduga yang relatif besar, karena memang resiko keterlambatan tidak bisa dihindarkan tapi bisa ditekan, untuk itulah keterlambatan karena pembiayaan sangat dihindarkan karena menjadikan adanya biaya tambahan bagi PT. KPK namun pada akhirnya akan sangat membebani bagi pihak pembeli itu sendiri (PT. KPK ingin semua berjalan lancar agar pembeli puas dan loyal serta PT. KPK pun mendapat untung). *keterlambatan yang disebabkan oleh segala peristiwa yang masih dibawah tanggung jawab PT. KPK (adapun semua denda keterlambatan akan ditagihkan kepada PT. KPK karena semua kontrak diatas namakan pihak PT. KPK namun jika itu bukan disebabkan kesalahan PT. KPK maka akan ditanggung oleh
104
pihak pembeli atau yang bersangkutan yang menyebabkan keterlambatan tersebut).
4.3.2 Kendala Ketepatan Waktu •
Force Merger (cuaca ekstrim, gelombang besar, gempa bumi), adalah dimana kondisi alam baik itu iklim mau pun kondisi bumi sedang berada dalam keadaan ekstrim yang di masyarakat umum disebut dengan bencana alam, kondisi ini menyebabkan proses pengangkutan terhambat tanpa bisa dilakukan pencegahan sebelumnya dan tidak akan bisa dihentikan sampai dengan kejadian ini berhenti dengan sendirinya, saat seperti ini semua proses pengangkutan terpaksa dihentikan.
Gambar 4.41 Force Merger Gempa Bumi Sumber : http://i.ytimg.com/vi/FijmkrF_5Bw/0.jpg
105
Gambar 4.42 Force Merger Badai di laut Sumber: http://farm5.staticflickr.com/4363392682_e40d179d04_z.jpg
Gambar 4.43 Tongkang terdampar di pantai karena ombak besar Sumber:http://t2.gstatic.com =tbn:ANd9GcReRmlneQZPMvWgBRb5VuVCR4
106
Gambar 4.44 Tambang Terendam air Sumber: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQr47JvSoFGMkRXYVb
•
Kesiapan produk harus diolah terlebih dahulu (harus melalui tahapan proses sebelum dijual kembali, bukan barang yang bisa langsung dipindah tangankan).
4.3.3 Kendala Kelengkapan Dokumen •
Ada ijin yang mati / belum lengkap, dikarenakan belum diperpanjangnya masa perijinan atau ada ijin yang belum dibuat atau diurus.
•
Hasil analisis belum selesai, dikarenakan banyak perusahaan lain juga yang melakukan pengecekan di badan surveyor yang sama atau mungkin juga karena masalah pembayaran untuk jasa pengecekan yang belum ada.
•
Kepabeanan, adalah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta
107
pemungutan bea masuk dan bea keluar. Adalah jadi kendala jika kita belum mendapat ijin atau memenuhi syarat yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai agar kita bisa melakukan kegiatan ekspor-impor dengan berbagai pihak.
Rata-rata semua kepengurusan dokumen membutuhkan waktu pengurusan antara 3 – 7 hari, dan kenaikan bbm tidak menjadi kendala yang berarti karena dari awal perusahaan telah menggunakan ‘solar industri’ non subsidi.
Tabel Lean untuk mengidentifikasi pemborosan yang telah diisi oleh PT. KPK :
Tabel 4.3 E-DOWNTIME table
Sumber : Vincent Gaspersz (lean six sigma)
108
Keterangan : E = Enviromental, Health, and Safety (EHS) adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS. D = Defects adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan atau jasa). O = Overproduction adalah jenis pemborosan yang terjadi karena produksi berlebih dari kuantitas yang dipesan oleh pelanggan. W = Waiting adalah jenis pemborosan yang terjadi karena menungu. N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities adalah jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan secara optimal. T = Transportation adalah jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream (proses dari awal produksi sampai kepada tangan konsumen). I = Inventories adalah jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan. M = Motion adalah jenis pemborosan yang terjadi karena banyaknya pergerakan dari yang seharusnya sepanjang value stream.
109
E = Excess Processing adalah jenis pemborosan yang terjadi karena langkahlangkah proses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.
Penjelasan Dari pengisian tabel oleh PT. KPK di atas dapat dapat diketahui bahwa : 1. Pada proses Mining Site pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan EHS, Defects, dan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah kurangnya ketelitian masalah kualitas batu bara sangat berpengaruh terhadap harga, karena komposisinya jadi berbeda.
2. Pada proses Hauling to Stockpile pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Transportation karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut di perjalanan dan penumpukan terpisah di stockpile mengakibatkan pembengkakan biaya.
3. Pada proses Stocking, Crushing pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Motion karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah semakin lama penumpukan akan berpengaruh terhadap kualitas bahkan untuk batu bara kalori rendah bisa sampai terbakar, susut pada saat crushing juga pemborosan.
110
4. Pada proses Blending, Analizing pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah kurangnya ketelitian pada saat menentukan komposisi campuran sangat mempengaruhi harga modal.
5. Pada proses Trucking to Port pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Motion karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut diperjalanan, pemindahan penumpukan yang berulangulang di stockpile.
6. Pada proses Loading to barge pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Waiting dan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut saat pemuatan, naiknya tingkat kelembaban (total moisture) mempengaruhi harga, dan tertundanya jadwal pemuatan.
7. Pada proses Transhipment pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Waiting karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah keterlambatan proses bongkar muat mengakibatkan denda (demurrage) pemakaian tongkang.
111
8. Pada proses Loading to Mother Vessel pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut saat bongkar muat & keterlambatan (demurrage).
9. Pada proses Document pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities dan Excess Processing karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah kesalahan input data berakibat keterlambatan proses penyelesaian dokumen selanjutnya berakibat keterlambatan termin pembayaran.
10. Pada proses Clearence Out (Sailing) pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Waiting dan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah terlambatnya penyelesaian seluruh dokumen berakibat kapal tidak bisa berlayar.
4.4 Usulan perbaikan bagi peningkatan kualitas pengangkutan batu bara di PT.KPK Untuk Perbaikan dari tiap-tiap proses pengangkutan yang pemborosan masingmasingnya telah teridentifikasi, maka ada baiknya PT. KPK melakukan hal-hal sebagai berikut :
112
1.
Pada proses Mining Site, kelalaian terhadap lingkungan tanpa penanganan yang baik pada saat ‘geeting coal’ berakibat pada penambahan biaya juga kerusakan permanen pada alam dan produksi tanpa penanganan yang baik juga akan berakibat cacat produksi. Jadi alangkah baiknya jika PT . KPK dan para pemilik tambang memiliki kesamaan tujuan yang selain hendak mendapat profit dengan menjaga kualitas hasil tambangnya tapi juga menjaga kelestarian alam dengan cara menambang dengan perhitungan yang baik (PT.KPK bisa turut aktif dalam mengawasi proses penambangan) dan merekonstruksi kembali bekas galian hasil eksplorasinya dengan tanah atau tumbuhan baru guna menghindarkan kerusakan alam seperti longsor, banjir dan sebagainya yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak.
2.
Pada proses Hauling to Stockpile, semakin panjang (jauh) jarak antara tambang batu bara dan stockpile maka semakin tinggi biayanya. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK memiliki koneksi tambang batu bara yang jaraknya relatif lebih dekat dengan berbagai fasilitas pendukung seperti stockpile, pelabuhan, dan lain-lain agar terjadi penghematan waktu juga biaya.
3.
Pada proses Stocking dan Crushing, penempatan barang di layout stockpile mempengaruhi biaya. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK menugaskan seorang yang memiliki gambaran baik tentang tata letak (berpengalaman) untuk melakukan koordinasi dengan pihak stockpile guna mengatur tata letak batu bara yang akan dikirim dari tambang agar berdekatan dengan alat-alat
113
tempat akan dilakukan proses selanjutnya (letak yang strategis) dan memberi tanggung jawab kepada pekerja PT. KPK tadi agar proses ini menjadi efektif dan efisien yang akhirnya mempercepat penyelesaian proses selanjutnya tanpa ada pemborosan waktu juga biaya. 4.
Pada proses Blending dan Analizing, komposisi yang tepat dalam blending (mixing) bisa mengurangi biaya dan menambah bagus kualitas. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK mempekerjakan seorang yang berpengalaman dalam proses ini dan memberi tanggung jawab kepadanya sehingga mendapat hasil kualitas yang memuaskan dan dapat meminimalisasi segala bentuk pemborosan.
5.
Pada proses Trucking to Port, penempatan barang di layout stockpile mempengaruhi biaya. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK mencari stockpile yang berdekatan dengan fasilitas pelabuhan agar jarak dan waktu yang ditempuh dapat diminimalisasi agar proses menjadi efektif dan efisien dari sisi waktu juga biaya.
6.
Pada proses Loading to barge, ketepatan waktu dan keterampilan pelaksana dapat menghindari demurrage (biaya kelebihan waktu berlabuh / denda) dan mengurangi susut (berkurangnya jumlah produk karena tidak berada dalam suatu kemasan). Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK memastikan proses berjalan sesuai waktu yang telah ditentukan (jika pun ada keterlambatan masih dalam waktu yang bisa diperkirakan) agar slot yang telah
114
disediakan sesuai kontrak yang telah dibuat tidak diisi oleh perusahaan lain yang menyebabkan kita harus menunggu dan alangkah baiknya juga jika selain kita mempekerjakan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang disediakan oleh pihak outsourcing pelabuhan, kita juga mengirimkan pekerja untuk minimal melakukan pengawasan dan memberi tanggung jawab kepadanya agar proses selesai tepat waktu dengan kemungkinan susut yang kecil.
7.
Pada proses Transhipment, lebih cepat jangka waktu pemakaian barge, biaya lebih murah dan dapat menghindarkan dari keterlambatan. Jadi menindak saran diproses sebelumnya andai kata tidak terlambat proses pemuatannya ke kapal tongkang dari stockpile, maka makin cepat pula proses peminjaman kapal tongkang kita yang itu berarti penekan pemborosan waktu karena menunggu yang bisa menyebabkan keluarnya biaya tambahan, minimal proses selesai sesuai waktu yang telah ditentukan
8.
Pada proses Loading to Mother Vessel, keterampilan dalam pemuatan kargo ke mother vessel menghemat biaya. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK mempekerjakan pekerjanya yang handal dan berpengalaman pada proses ini dan memberi tanggung jawab kepadanya sehingga tidak terjadi keterlambatan mengingat biaya penyewaan tongkang dan demurrage untuk tongkang juga mother vessel adalah sangat besar dibanding biaya keterlambatan lainnya.
115
9.
Pada proses Document, ketrampilan dalam pengurusan dokumen akan mempercepat proses tahap ini. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK mempekerjakan seorang berpengalaman dan memiliki koneksi luas juga kemampuan yang benar-benar handal dalam berhadapan dengan orang lain (kemampuan negosiasi) memberi tanggung jawab kepadanya untuk mengurus proses ini karena walau sudah semua pekerjaan dilakukan dengan tepat waktu, tidak akan berguna jika harus tetap menunggu karena kepengurusan dokumennya belum selesai.
10.
Pada proses Clearence Out (Sailing), Ketepatan dan kecepatan pemuatan batu bara ke mother vesssel dan pengurusan dokumen menghindarikan proses ini dari demurrage (biaya kelebihan waktu berlabuh / denda). Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK di prosess ini juga menurunkan dan menekankan kepada pekerjanya yang handal untuk mengatur ketepatan waktu. Intinya, dari proses awal di mining site sampai dengan proses akhir ini diharapkan PT. KPK menurunkan pekerja yang benar-benar piawai dalam bidangnya masing-masing dan menjunjung tinggi ketepatan waktu dari tiaptiap tugasnya agar tidak terjadi keterlambatan yang beruntun dikarenakan sebab yang sebenarnya bisa ditanggulangi terlebih dahulu, karena dilihat dari tabel yang telah diisi oleh pihak PT. KPK sendiri kebanyakan pemborosan adalah disebabkan oleh sumber daya manusia (pekerja) yang tidak ditekan (diberi tanggung jawab / kepercayaan lebih oleh PT. KPK) agar menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang mereka maksimal.