BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Awal terbentuknya kota Gorontalo yakni pada tahun 1728, sedangkan pada tanggal 16
Februari 2001 kota Gorontalo secara resmi ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo (UU Nomor 38 Tahun 2000 Pasal 7). Sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, nama Kotamadya Gorontalo ini tetap dipakai hingga pada tahun 1999. Sejak Menteri Agama Said Agil meresmikan Pesantren Insan Cendekia, maka Gorontalo dijuluki sebagai “Kota Serambi Madinah”, hal itu disebabkan pada waktu dahulu pemerintahan kerajaan Gorontalo telah menerapkan syariat Islam sebagai dasar pelaksanaan hukum, baik dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan, maupun pengadilan. Hal ini dapat dilihat dari filosofi budaya Gorontalo yang Islami berbunyi, “Adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan Kitabullah (Al-Quran)”. Gorontalo merupakan suatu kota yang berdiri sendiri sebagai suatu pemerintahan dalam wilayah yang sifatnya otonom. Sebagai daerah otonomo, haruslah Gorontalo memenuhi syaratsyarat yang diatur oleh Undang-Undang No. 44 Tahun 1959 yaitu: Kepala Pemerintahan Kota Gorontalo, Buol, dan Bolaang Mongondow. Pada tahun 1957 dikeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 yang mengatur tentang “Pokok-pokok pemerintahan di daerah“ sehingga dengan adanya Undang-Undang itu maka daerah-daerah yang dulunya dalam wilayah Sulawesi Utara seperti Gorontalo dan Buol telah memisahkan diri untuk menjadi daerah tersendiri. Atas dasar hukum peraturan No. 11 Tahun 1953 yang materinya mengatur pembubaran daerah rumah 21 tangganya sendiri dengan nama Sulawesi Utara yang meliputi Kota Gorontalo sekarang ini.
Sehingga daerah-daerah yang masih bersatu telah melepaskan diri dari Dewan Pemerintah Sulawesi Utara khususnya Kota Gorontalo ini. Pada tahun 1960 dibagi menjadi dua daerah tingkat II, dengan keluarnya Undangundang No. 29 Tahun 1959 menjadi Daerah Kota Praja Gorontalo disahkan oleh Gubernur Daerah Tingkat I Sulawesi Utara atas nama Menteri Dalam Negeri dengan Ibukotanya Gorontalo dan Undang-undang No. 18 Tahun 1965 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
Istimewa Kota Praja diganti namanya menjadi Kotamadya Gorontalo dengan Kota Gorontalo. Kemudian untuk selanjutnya yang berturut-turut yang pernah menjabat Walikota Gorontalo adalah sebagai berikut : a. Taki Niode
Tahun 1972 - 1973
b. Drs. Jusoef Bilondatu
Tahun 1973 -1978
c. Drs. Hasan Abas Nusi
Tahun 1978 - 1983
d. Drs. Achmad Najamudin
Tahun 1983 - 1988
e. Ir. Jusoef Dalie
Tahun 1988 - 1993
f.
Tahun 1993 - 1997
Achmad Arbie
g. Hi. Medi Botutihe,SE
Tahun 1997 - 2008
h. Hi. Adhan Dambea, S.Sos. Tahun 2008 sampai sekarang
4.2 Walima di Kota Gorontalo Walima di Kota Gorontalo lebih dikenal sebagai suatu perayaan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada perayaan ini masyarakat sangat antusias bergembira masih dapat merayakan atau membuat walima sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat, karunia dan anugerah yang mereka dapatkan sepanjang tahun. Menurut Adhan Dambea (2012)
selaku walikota Gorontalo bahwa masyarakat Kota Gorontalo berpendapat dengan ikut walima mereka berharap akan mendapat fadillah dan keutamaan dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Dalam perayaan inipun mereka mempersiapkan dan menghidangkan berbagai jenis makanan yang dapat dibagikan kepada setiap orang yang datang. Sebelum makanan itu dibagikan terlebih dahulu di doakan agar mendapat keselamatan, mendapat berkah, fadillah, pahala dan kebaikan dari Allah SWT. Selain itu masyarakat berharap dapat mengikuti sunah dan ajaran Nabi Besar Muhammad SAW. Menurut Irwan (2012) selaku Kepala Dinas Dishubparpostel bahwa walima berasal dari bahasa Arab yang dapat diartikan makanan, makanan pahala atau berkah. Untuk daerah Gorontalo pada umumnya walima adalah susunan makanan yang terdiri dari nasi putih, nasi kuning, nasi bilinthi. Selanjutnya di atas susunan nasi ditancap tujuh tusuk makanan lainnya seperti daging ayam goreng, kue-kue, telur, cabe, bawang merah berdaun serta bendera kertas aneka warna. Jadi dapat disimpulkan bahwa walima di Gorontalo merupakan ungkapan rasa syukur masyarkat Gorontalo atas Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang benar. 4.2.1 Bentuk dan Makna Tolangga yang Menyertai Walima di Kota Gorontalo
Gambar 3 Bentuk Tolangga di Masjid Baiutrahim Kota Gorontalo sebelum diisi dengan berbagai jenis kue dan makanan (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H,tanggal 5 Februari 2012) Walima Nabi Besar Muhammad SAW di Kota Gorontalo biasanya dirayakan masyarakat dengan membawa tolangga ke masjid-masjid. H. DK. Usman selaku Batedaa Lipu (Pemangku adat Kota Gorontalo) mengatakan bahwa tolangga adalah sebuah wadah atau tempat menata berbagai jenis kue dengan jumlah yang banyak dan berbagai jenis makanan, lauk-pauk serta buah-buahan seperti pisang dan lain-lain (Wawancara 11 Rabiul Awal 1433 H). Bentuk tolangga pada umumnya terbuat dari bambu kuning dan di bawahnya ada lantai terbuat dari bambu dipilah kecil-kecil atau disebut ”tolotahu” kemudian dihiasi dengan bendera warna-warni serta tulisan-tulisan yang artinya erat sekali hubungannya dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di dalam tolangga diletakkan berbagai macam kue, dan lilingo yang diletakkan di bagian bawah dan tengah yang fungsinya sama dengan toyopo yang kemudian diantar kemasjid dengan tarian langga (Abdullah Hippi, wawancara 11 Rabiul Awal 1433H).
Sedangkan menurut Irwan selaku kepala dishubparpostel bahwa tolangga berbentuk suatu bangunan dari bahan bambu kuning (perlambang adat) yang berukuran 1m x 1m yang di atasnya terpasang daun kelapa muda (janur kuning) yang terurai bebas dan tidak boleh dipotong atau diratakan yang memiliki makna bahwa budaya ini harus tetap dijaga keasliannya (wawancara 12 Rabiul Awal 1433H). Berikut ini adalah bentuk tolangga yang sudah dihiasi oleh berbagai jenis kue dan telah dibawa ke masjid.
Gambar 4 Bentuk Tolangga setelah dihiasi dengan berbagai macam kue, makanan dan bendera dan dibawa ke masjid (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Tolangga berbentuk segi empat yang terbuat dari bambu emas karena pada zaman dulu masih sulit mendapatkan papan atau bahan lain untuk membuat tolangga jadi dipilih bambu emas. Bambu emas ini memiliki makna bahwa pembuat tolangga hatinya bersih dan dapat disucikan jiwanya serta memiliki jiwa keemasan.
Tolangga yang digunakan dalam walima di Kota Gorontalo berbentuk bujur sangkar yang terdiri dari empat sudut dan pada ke empat sudut itu terdapat bendera kecil yang ditempelkan pada bambu yang telah diraut bersih yang dihiasi dengan guntingan kertas berwarna kemudian ditancapkan pada ke empat sudut tersebut. Ke empat sudut ini melambangkan bahwa ada empat orang sahabat Nabi Muhammad SAW yang selalu setia dalam mensyiarkan ajaran Nabi walaupun keempat sahabat tersebut berbeda pendapat namun memiliki tujuan yang sama seperti tujuan Nabi Muhammad SAW. (KH. Rasyid Kamaru, Wawancara 12 Rabiul Awal 1433 H). Ke empat sudut tolangga ini juga melambangkan bahwa kelahiran Rasul disambut dengan penuh rasa syukur oleh masyarakat muslim terutama ibunda Rasul, paman, Siti Khadijah dan tetangga yang selalu mendukung dan membantu beliau. Kemudian bendera atau tusukan kue dan telur yang berada di tengah melambangkan Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin yang sangat dicintai oleh seluruh umat Islam dan selalu diapit oleh keluarga serta sahabat-sahabat beliau. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tolangga adalah suatu wadah yang berbentuk segi empat terbuat dari bambu berwarna kuning yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo untuk menata berbagai macam kue dan makanan serta dihiasi bendera dalam walima Nabi besar Muhammad SAW. Walaupun saat ini bahan pembuat tolangga sudah beragam seperti bambu, papan dan rotan namun sebagian besar masyarakat tidak menghilangkan bentuk tolangga yang segi empat. Makna dari pada bentuk tolangga adalah melambangkan kuatnya ajaran Nabi Muhammad yang diikuti oleh umat Islam, sehingga walaupun memiliki berbagai perbedaan dan pendapat namun umat Islam tetap teguh dengan keimananya yaitu berpegang pada ajarannya
berdasarkan Al-Qur`an dan Al-Hadis, dan umat islam diharapkan senantiasa menjaga persaudaraan, kesatuan dan persatuan sesama umat manusia khususnya umat muslim.
4.2.2 Bentuk dan Makna Isi Tolangga Pada Walima di Kota Gorontalo a. Bentuk dan Makna Lilingo dalam Tolangga
Gambar 5 Bentuk Lilingo yang terbuat dari daun kelapa muda (Foto : Penulis, 11 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 4 Februari 2012) Lilingo berbentuk bundar seperti loyang yang terbuat dari daun kelapa muda (janur kuning) yang memiliki makna perpaduan seluruh suku Gorontalo yang benar-benar melambangkan persatuan dan kesatuan, kekeluargaan dan keakraban. Setiap bagian pohon kelapa memiliki fungsi salah satunya janur berwarna kuning. Janur kuning adalah warna adat, warna yang indah dan senantiasa dipergunakan sebagai dekorasi atau hiasan. Diharapkan semua umat manusia (umat Islam) mencitai keindahan baik indah dalam berkata, berperilaku dan dalam perbuatan memiliki jiwa yang bersih dan berhati emas. Setiap gerak-geriknya indah menjadi tauladan buat orang lain.
Dari hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa bentuk lilingo seperti kepala manusia memiliki makna bahwa kepala adalah bagian yang paling mulia. Muhammad terpilih sebagai Nabi terakhir junjungan yang mulia. Nabi Muhammad sebagai pembuka sesuatu yang terkunci, penutup sesuatu yang terdahulu, penolong dan pemberi petunjuk ke bagi umat manusia ke jalan yang lurus. Lilingo dipilih karena pada zaman dahulu masih kurang wadah lain untuk digunakan sebagai tempat makanan. Makna lain dari lilingo ini diharapkan umat manusia (umat Islam) saling bantu membantu menjaga persatuan dan kesatuan sebagai umat muslim seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sehubungan dengan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa lilingo adalah wadah yang berbentuk bundar, terbuat dari daun kelapa yang masih muda (janur kuning) yang memiliki makna keindahan dalam persatuan dan kesatuan masyarakat Gorontalo.
b. Bentuk dan Makna Toyopo dalam Tolangga
Gambar 6 Bentuk Toyopo yang berisikan makanan, ayam goreng, telur dan pisang (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Toyopo singkatan dari tutu-tutupo dan woyo-woyopo. Toyopo adalah lilingo yang telah berisikan beberapa macam kue dan makanan yang diatur sedemikian rupa hingga berbentuk menyatu di atas seperti pyramid. Makna dari toyopo adalah membentuk satu kesatuan, terangkul dan tidak terpisahkan. Dalam toyopo terdapat perpaduan berbagai makanan seperti nasi kuning, nasi putih, nasi bilinthi, ayam goreng, pisang, kue dan telur yang ditusuk dengan bambu yang sudah dibersihkan dan ditempatkan dalam sebuah wadah yang disebut lilingo. Bentuk toyopo seperti kerucut yang memiliki makna bahwa masyarakat Gorontalo merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Jadi toyopo yang bagian dasarnya adalah wadah lilingo dan didalamnya berisikan empat atau tiga jenis nasi (seperti nasi putih, nasi kuning, nasi merah biasanya diganti dengan kue tutulu, dan nasi bilinthi), ayam goreng yang masih utuh, pisang, berbagai macam kue dan telur yang ditusuk dengan bambu dan ditancapkan kedalam lilingo sehingga berbentuk kerucut
memiliki makna bahwa masyarakat Gorontalo yang beragam merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. c. Bentuk dan Makna Kue- Kue dalam Tolangga Kue-kue yang ada pada tolangga biasanya terdiri dari berbagai jenis kue khas masyarakat Gorontalo seperti tutulu, kolombengi, apang coe hijau dan merah muda, sukade, panada,wapili dan lalampa (lemper). Kue tutulu adalah sejenis kue yang terbuat dari tepung beras yang bentuknya bulat dan bibirnya sama dan rasanya manis. Kue tutulu ini memiliki makna bahwa manusia diciptakan memiliki hati yang sama dan diharapkan hatinya selalu dijaga (baik dan manis perilakunya). Berikut ini adalah bentuk kue tutulu (cucur) yang terdapat dalam tolangga.
Gambar 7 Kue Tutulu (Cucur) (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Kue lain yang terdapat dalam tolangga adalah kue kolombengi. Sehubungan dengan hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa kue kolombengi adalah kue yang dibuat dari adonan yang sedikit namun bentuknya akan jadi banyak dan besar. Makna dari bentuk kue kolombengi
ini diharapkan manusia menjadi umat manusia yang berjiwa besar dan selalu dapat berusaha menjadi orang yang dicintai Allah SWT dan Rasulnya. Kue kolombengi yang berbentuk seperti telur memiliki makna bahwa usaha yang kecil atau sedikit tetapi ikhlas dan sabar serta mengharapkan ridho Allah SWT Insya Allah usahanya akan mendapat ridho yang besar dari Allah SWT. Bentuk kue kolombengi yang terdapat dalam tolangga dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 8 Kue Kolombengi (Kolombeng) (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Jenis kue lainnya yang digunakan masyarakat Gorontalo untuk menghiasi tolangga adalah kue apang coe. Kue apang coe hijau dan merah muda yang berbentuk seperti kuntum bunga memiliki makna bahwa betapa bergembiranya si pembuat kue walima. Pembuat kue merasa senang dan menyambut walima Nabi Besar Muhammad SAW dengan keindahan yang tercerah di hatinya.
Kue apang coe hijau memiliki makna agar hati selalu diberi kedamaian dan selalu diberkati oleh Allah SWT dan ajaran Islam selalu tumbuh subur di hati semua umat manusia. Sedangkan makna kue apang coe merah memiliki makna agar hatinya selalu teguh, berani mengakui keesaan Allah SWT dan adanya Nabi Muhammad sebagai Rasulullah yang dapat menolong semua umat manusia yang selalu beriman dan mengakui ajaran-ajarannya.
Gambar 9 Kue Apang Coe (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Di dalam tolangga juga terdapat kue yang unik dan merupakan kue tradisional masyarakat Gorontalo yakni kue sukade. Menurut Bapak Muhammad Karim bahwa kue sukade adalah kue yang bentuknya bulat dan sederhana tetapi dapat dinikmati oleh semua orang dan tidak cepat rusak. Makna dari manusia yang hidup dengan penuh kesederhanaan dan kesabaran serta ikhlas akan dapat menjalani hidup bahagia di dunia dan diakherat kelak. Asalkan selalu menjaga keimanannya. Bentuk kue sukade yang terdapat dalam tolangga dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 10 Kue Sukade (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Kue yang masih tetap disuguhkan dalam acara-acara saat ini dan menghiasi tolangga adalah kue panada dan lalampa (lemper). Sehubungan dengan informasi yang diberikan beberapa nara sumber dijelaskan bahwa bentuk kue panada dan bentuk lalampa sangat istimewa dan unik, isi kue panada dan lalampa bila dimakan dari luar biasanya beda dengan bagian dalam, di dalam terdapat bahan atau adonan yang lain rasanya dan pastinya enak. Makna dari kue panada dan lalampa ini diharapkan manusia berperilaku baik artinya bukan hanya di luar yang berperilaku baik tetapi di dalam dirinya juga mencerminkan manusia yang beriman dan berilmu. Bentuk kue panada dan lalampa yang terdapat dalam tolangga dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 11 Kue Panada (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012)
Gambar 12 Kue Lalampa (lemper) (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012)
Dari beberapa bentuk dan makna kue yang sudah diuraikan sebelumnya, ada pula kue yang bentuknya seperti hati yakni keu wapili (wafel). Kue wapili (wafel) adalah sejenis kue yang selain berbentuk hati ada juga segi empat atau berbentuk bulat. Makna dari bentuk hati memiliki
makna kasih sayang harus dijaga antar sesama manusia, segi empat menunjukan sikap manusia yang memiliki hati yang lapang dan penuh kesabaran, sedangkan bentuk bulat memiliki makna semoga Allah SWT tetap menjaga dan memperteguhkan hati antar sesama manusia dengan ajaran islam.
Gambar 13 Kue Wapili (Wafel) (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012)
d. Bentuk dan Makna Telur dalam Tolangga
Gambar 14 Telur Ayam yang dikemas dalam tolangga (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Telur yang digunakan dalam walima adalah telur ayam yang bentuknya oval. makna telur dalam tolangga melambangkan rahasia Allah SWT, selain itu juga melambangkan kejadian manusia dan kelahiran manusia yang semata-mata karena kekuasaan Allah SWT, makna bentuk bulat telur adalah kepercayaan dan keyakinan atau bulat teguh dengan agama Islam. e. Bentuk dan Makna Makanan dalam Tolangga Bentuk dan makna makanan dalam tolangga menurut Rusmin Djafar (2012) selaku Kepala Bidang Promosi dan Kemitraan Dishubparpostel yakni terdiri dari nasi putih, nasi kuning dan nasi coklat (bilinthi). Nasih putih yang diisi padat pada suatu tempat yang berbentuk bundar terbuat dari pelepah pisang sebesar baki besar memiliki makna suci (qalbi). Nasi kuning juga diisi padat pada suatu tempat yang bundar ukurannya lebih kecil dari wadah nasi putih mempunyai makna adat. Sedangkan nasi coklat kehitaman (bilinthi) yang disusun seperti bangunan rapi, kokoh dan kuat memiliki makna berani dan teguh.
Gambar 15 Makanan yang terdiri dari nasi putih, nasi kuning, nasi merah, nasi bilinthi, ayam goreng, telur dan pisang (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Nasi dalam tolangga disusun secara rapi dengan tingkatan paling bawah adalah nasi putih, selanjutnya nasi kuning dan paling atas adalah nasi coklat kehitaman (bilinthi). Selanjutnya di atas susunan nasi yang bertingkat tiga ini ditancapi 7 (tujuh) tusuk mankanan lainnya seperti daging ayam goreng, kue-kue, telur yang diujung teratas tertancap lombok (cabe) dan bawang merah berdaun serta bendera kertas aneka warna. Dari tujuh tusuk makanan tersebut terdapat dua berukuran besar dan tinggi yang berada di tengah-tengah dari 5 (lima) tusuk makanan lainnya, yang mempunyai makna Duluwo Limo Lo Pohalaa (Dua dari Lima Bersaudara), bentuk ini merupakan perlambang bangunan yang kokoh dan kuat dan indah yang tak boleh dipisah-pisahkan. Nasi dalam tolangga terdiri dari nasi putih, nasi kuning, nasi bilinthi dan nasi merah atau bajo’e. Empat jenis makanan ini memiliki makna bahwa dalam tubuh manusia ada empat macam darah yakni darah putih, darah kuning, darah hitam dan darah merah yang sangat berpengaruh untuk pertumbuhan manusia.
Gambar 16 Nasi Putih (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Nasi putih merupakan makanan sehari-hari masyarakat pada umumnya. Putih melambangkan kesucian hati yang bersih dari Nabi Muhammad SAW yang terpilih sebagai Rasul karena beliau juga memiliki jiwa dan hati yang suci dan bersih.
Gambar 17 Nasi Kuning (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012)
Nasi Kuning identik dengan mengenang atau silaturahmi. Nasi kuning mengisayaratkan keanggunan dan keagungan. Makna dari nasi kuning yakni siapa yang mencintai Nabi Muhammad SAW dan dengan sungguh-sungguh selalu mengenangnya serta berdoa akan kebesaran Allah SWT pasti bisa mengikuti ajaran-ajarannya.
Gambar 18 Nasi Bilinthi (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Nasi bilinthi merupakan makanan yang istimewa atau makanan spesial kerana makanan ini dibuat dengan bumbu-bumbu yang enak dan sedap ditambah dengan taburan daging dan hati ayam. Makanan ini spesial untuk para pezikir (tahemo dikili), masyarakat mengharapkan pezikir yang satu malam penuh berzikir atas kebesaran Allah SWT dan memuji kemuliaan Nabi Besar Muhammad SAW yang suaranya menjadi parau dan mengantuk bisa terobati dan pulih kembali tenaganya seperti sedia kala saat makan nasi bilinthi yang warnanya agak kecoklat-coklatan atau kehitam-hitaman. Makna dari nasi bilinthi ini melambangkan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
Gambar 19 Ayam Goreng (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Makanan lain yang melengkapi nasi yang terdapat dalam tolangga adalah ayam goreng. Ayam goreng diberikan dalam bentuk wujud ayam yang belum dipisah-pisahkan. Makna dari bentuk ayam goreng adalah masyarakat yang memberikan tolangga tidak mengharapkan imbalan namun semua yang diberikan dan dihidangkan dianggap sebagai do`a untuk Rasulullah, sababat, dan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Selain itu masyarakat berharap dijauhkan dari halhal yang buruk dan mendapatkan rezeki yang baik dan halal.
Gambar 20 Buah Pisang (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Bentuk buah pisang yang sering digunakan dalam tolangga seperti pisang gapi, dan pisang raja. Pisang adalah makanan pencuci mulut bagi sebagian manusia, rasanya yang manis dapat menghilangkan dahaga dan penawar rasa pedas atau pahit. Makna dari buah pisang ini adalah manusia harus dapat berguna bagi manusia lain terutama bagi yang dilanda kesusahan atau malapetaka. Melalui buah pisang ini masyarakat dianjurkan agar kita bisa menanam yang bermanfaat dalam setiap hidup kita seperti pisang yang setiap tahun dibutuhkan paling kurang satu kali.
f. Bentuk dan Makna Bendera dalam Tolangga
Gambar 21 Bendera dari Kertas Warna (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Bendera dari kertas warna diletakkan pada setiap sudut tolangga yang berjumlah empat buah. Makna dari empat buah bendera ini melambangkan 4 (empat) sahabat Nabi Muhammad SAW yakni Ali Bin Abi Thalib, Abu Bakar Assidiq, Umar Bin Khatab dan Usman Bin Affan. Ke empat sahabat Nabi ini selalu setia menjaga dan membantu Nabi Muhammad SAW dalam mensyiarkan agama Islam.
g. Bentuk dan Susunan Tolangga pada Walima di Kota Gorontalo
Gambar 22 Susunan isi tolangga dalam walima di Kota Gorontalo (Foto : Penulis, 12 Rabiul Awal 1433 H, tanggal 5 Februari 2012) Susunan isi tolangga dalam walima di Kota Gorontalo terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut. 1) Bagian terbawah atau pertama adalah nasi putih yang diisi padat pada tempat yang berbentuk bundar terbuat dari pelepah pisang sebesar baki yang mempunyai makna suci (qalbi) 2) Bagian ke dua adalah nasi kuning yang diisi padat pada suatu tempat yang bundar tapi ukurannya lebih kecil dari tempat nasi putih. Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa nasi kuning memiliki makna adat.
3) Bagian ke tiga adalah nasi bilinthi. Nasi ini disusun sama seperti nasi putih dan nasi kuning namun tempatnya lebih kecil dari tempat nasi kuning sehingga susunan nasi ini terlihat seperti bangunan yang mengerucut dan rapi. 4) Bagian ke empat adalah ayam goreng yang masih utuh 1 (satu) ekor. Ayam ini diletakkan di atas nasi bilinthi. 5) Bagian ke lima adalah telur ayam. Telur ayam ditusuk dengan bambu yang sudah dibersihkan dan ditancapkan pada susunan nasi. Namun ada pula telur ayam yang dikemas dalam plastik. 6) Bagian ke enam adalah pisang. Pisang diletakkan ditepi nasi bilinthi dan mengelilingi tempat nasi bilinthi. 7) Bagian ke tujuh adalah kue lalampa, kue panada, kue kolombengi, kue apang coe, kue cucur, kue wafil, dan kue sukade yang dikemas dalam plastik satu persatu dan digantung mengelilingi tolangga. 8) Bagian ke delapan adalah kue-kue tambahan untuk menghiasi tolangga. 9) Bagian ke sembilan atau teratas adalah bendera yang ditancapkan diatas tolangga