BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Disain Penelitian Jenis penelitian pada tesis ini bukan merupakan penelitian dasar, namun merupakan penelitian terapan/aplikatif yaitu analisis fundamental dan teknikal saham PT. Adhi Karya (Persero) terkait rencana right issue. Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa penelitian terapan/aplikatif merupakan riset yang mempunyai tujuan atau alasan praktis (practical reason) yaitu suatu alasan yang berdasarkan sebuah keinginan untuk mencapai sesuatu agar dapat lebih baik, lebih efektif, dan lebih efisien. Sedangkan penelitian dasar adalah penelitian yang mempunyai alasan intelektual bersifat teroritis bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (intellectual reason), dimana penelitian ini berdasarkan atas keinginan tahuan semata, dan tidak langsung memiliki kegunaan praktis. Jenis penelitian terapan/aplikatif dapat menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Dalam penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif berupa pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka atau pendekatan kualitatif berupa penggambaran keadaan secara naratif (Sukmadinata, 2011). 4.2. Variabel Penelitian Variabel penelitian di dalam tesis ini adalah: 1) Intrinsic Value atau nilai intrinsik saham. 2) Market Price atau harga saham di bursa. 3) Ex Right Price atau harga teoritis saham ketika right issue. 4) Net Income atau laba bersih perusahaan. 76 http://digilib.mercubuana.ac.id/
77 `
5) Revenue atau pendapatan / penjualan perusahaan. 6) Cash Flow from Operations atau arus kas neto kegiatan operasi. 7) Long Term Liabilities atau utang jangka panjang. 8) Return on Equity atau laba atas modal. 4.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam tesis ini adalah data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan PT. Adhi Karya (Persero) tahun 2010 hingga 2014, prospektus tahun 2015 dan data pergerakan harga saham yang diperoleh dari aplikasi Software ChartNexus versi 4.7.
4.4. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan dokumentasi dan observasi dari data-data sekunder yang telah tersedia. 4.5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu secara fundamental dan teknikal. Di bawah ini akan dijelaskan teknik analisis data dengan metode analisis fundamental dan teknikal kemudian analisis nilai intrinsik dan teoritis saham right issue. 4.5.1. Analisis Fundamental Analisis fundamental dilakukan dengan menerapkan tujuh kriteria sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 3 yaitu: 1) Kriteria Pertama: Sejarah Peningkatan Pendapatan, Laba dan Arus Kas Meningkat Secara Konsisten.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78 `
2) Kriteria Kedua: Memiliki Keunggulan Kompetitif yang Berkelanjutan. 3) Kriteria Ketiga: Memilik Pendorong Pertumbuhan Di Masa Depan. 4) Kriteria Keempat: Memiliki Utang yang Konsevatif. 5) Kriteria Kelima: Return On Equity (ROE) Harus Di Atas Rata-Rata. 6) Kriteria Keenam: Manajemen Perusahaan Terus Menahan / Membeli Saham Tersebut atau Manajemen yang Akuntabel dan Cakap dalam Melaksanakan Good Corporate Governance. 7) Kriteria Ketujuh: Tujuan Penggunaan Dana Right Issue untuk Ekspansi. 4.5.2.
Analisis Intrinsic Value Analisis intrinsic value dilakukan dengan metode Free Cash Flow to Equity
(FCFE) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menetukan Periode Proyeksi FCFE Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No: KEP- 196/BL/2012 Tanggal 19 April 2012 Tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha Di Pasar Modal, diatur bahwa Periode proyeksi pendapatan ekonomis wajib dilakukan dalam kurun waktu paling kurang 5 (lima) tahun kedepan, atau disesuaikan dengan sisa umur dari fasilitas produksi utama obyek penilaian. Mengacu kepada ketentuan di atas maka proyeksi FCFE pada tesis ini ditentukan selama lima tahun, mulai tahun 2015 sampai 2019. 2) Menghitung FCFE yang Menjadi Basis Proyeksi Dalam Bab 3 telah diuraikan bahwa terdapat dua pendekatan dalam menghitung nilai FCFE yang menjadi basis proyeksi, yaitu pendekatan equity earnings (net
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79 `
income) dan operating income (EBIT).
Pendekatan equity earnings digunakan
dengan asumsi perusahaan tersebut membagikan dividend secara konsisten setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, PT. Adhi Karya (Persero) selalu konsisten membagikan dividend setiap tahun, sehingga pada tesis ini pendekatan yang digunakan adalah metode equity earnings dengan menggunakan rumus 3.4. 3) Menghitung Tingkat Pertumbuhan (Growth Rate) FCFE Pada bab 3 telah dijelaskan bahwa untuk menghitung expected growth rate dapat menggunakan dua cara, yaitu: Pendekatan Equity Earnings apabila sudah diketahui nilai Dividend Payout Ratio (DPR) dan pendekatan Operating Income apabila perusahaan tersebut jarang atau tidak teratur membagikan dividend sehingga tidak diketahui berapa nilai DPR-nya. Karena PT. Adhi Karya (Persero) selalu membagikan dividennya secara teratur, maka berdasarkan gambar 3.1. perhitungan growth rate menggunakan rumus sebagai berikut: πΊπππ€π‘β π
ππ‘π = π
ππΈ Γ π
π
(4.1)
Dimana: ROE
= Return on Equity
RR
= Retention Ratio
4) Memproyeksi Nilai FCFE ke Masa Depan Setelah menghitung tingkat pertumbuhan (growth rate) nilai FCFE yang menjadi basis proyeksi dihitung future value-nya untuk memperoleh proyeksi nilai FCFE selama lima tahun, dari tahun 2015 sampai 2019.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80 `
5) Menghitung Faktor Diskonto (Discount Rate) FCFE Faktor diskonto yang digunakan terhadap FCFE adalah cost of equity (rumus 3.11) dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut: a) Menetapkan tingkat suku bunga bebas risiko (risk free rate) Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. No: KEP- 196/BL/2012 Tanggal 19 April 2012 Tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha Di Pasar Modal. Dalam hal transaksi dilakukan dengan mata uang Rupiah, maka penentuan tingkat suku bunga bebas risiko wajib berdasarkan Surat Utang Negara (SUN) yang masa jatuh temponya paling kurang 10 (sepuluh) tahun. b) Menentukan market risk premium Market risk premium diadopsi dari data total equity risk premium Indonesia dari situs http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ yang dipublikasikan oleh Aswath Damodaran, dan di update Januari 2015 yaitu sebesar 9,05% c) Menentukan koefisien Ξ² atau systematic risk of equity. Karena PT. Adhi Karya (Persero) adalah perusahaan terbuka, dan data historis berupa return individual saham dan data return IHSG dapat diperoleh di situssitus finance, maka penentuan koefisien Ξ² dalam penelitian ini diadopsi dari situs www.reuters.com yaitu sebesar Ξ² = 1,96 6) Mendiskonto FCFE Menjadi Value of Equity Pendekatan diskonto FCFE yang digunakan adalah Two Stage Discounted FCFE model dengan menggunakan rumus 3.7 dimana FCFE tersebut didiskonto dengan cara menjumlahkan antara present value FCFE yang didiskontokan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81 `
cost of equity pada high growth ditambah present value dari terminal value yang didiskontokan dengan cost of equity pada stable growth. Sedangkan Terminal Value dihitung dengan mengunakan rumus 3.8. 7) Menghitung Intrinsic Value per Lembar Saham Intrinsic value per lembar saham dapat dihitung dengan membagi value of equity dengan jumlah saham beredar. Rumusnya adalah sebagai berikut: πΌππ‘ππππ ππ ππππ’π πππ πβπππ =
4.5.3.
ππππ’π ππ πΈππ’ππ‘π¦ ππ’ππππ ππ πβππππ
(4.2)
Analisis Ex Rights Price
Analisis ex right price atau nilai teoritis saham right issue berguna untuk mencegah manipulasi tentang kesan βharga murahβ hanya karena execution price atau harga jual saham right issue lebih rendah dari harga pasar. Ex rights price dihitung menggunakan rumus 3.1 dengan tujuan untuk dibandingkan dengan intrinsic value, sehingga dapat diketahui apakah ex rights price dan execution price dalam kondisi overvalued atau undervalued dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Intrinsic Value < Ex Rights Price ; Execution Price dinilai Overvalued. 2) Intrinsic Value > Ex Rights Price ; Execution Price dinilai Undervalued. 3) Intrinsic Value = Ex Rights Price ; Execution Price dinilai Fairvalue. 4.5.4.
Analisis Teknikal
Dalam analisis teknikal, penulis menggunakan aplikasi software ChartNexus versi 4.7 yang menyediakan banyak pilihan indikator sebagai alat bantu untuk melakukan analisis sebagaimana dijelaskan berikut ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82 `
1) Moving Average Crossover. Penggunaannya dengan membuat grafik Moving Average 20 hari (MA20) dan Moving Average 50 hari (MA50). Kedua garis tersebut akan memprediksi trend harga saat itu. Dengan mengamati bagaimana dua garis Moving Average periode lebih pendek dan periode lebih panjang berinteraksi dapat memberi sinyal dalam menentukan perubahan trend. Berikut adalah penafsirannya: a) Sinyal uptrend: Apabila MA20 memotong/ menyilang dari bawah ke atas garis MA50 dan kedua garis mengarah ke atas. b) Sinyal downtrend: Apabila MA20 memotong/ menyilang dari atas ke bawah garis MA50 dan kedua garis mengarah ke bawah. 2) Stochastic Indikator ini membandingkan dua buah garis yang disebut %K dan garis %D untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya sebuah trend naik maupun turun. Apabila garis %K mendekati 100% atau 0% maka akan terjadi perubahan pergerakan harga yang cukup kuat. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai keadaan jenuh beli maupun jenuh jual (overbought/oversold). Sinyal jual muncul ketika suatu penyimpangan (divergence) terjadi dan grafik telah mencapai nilai 80% atau lebih, begitu pula sinyal beli muncul ketika terjadi penyimpangan telah mencapai titik 20% atau kurang. Sinyal jual akan lebih dapat dipercaya apabila garis %D bergerak turun ketika garis %K berada dibawah garis %D. Sedangkan sinyal beli muncul ketika suatu penyimpangan (divergence) terjadi dan harga telah mencapai nilai 20% atau dibawahnya. Sinyal beli akan lebih dapat dipercaya apabila garis %D bergerak naik ketika garis %K berada di atas garis %D.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83 `
3) Breakout Adalah βsinyal beliβ saham ketika grafik harga saham menembus ke atas garis resistance yang kuat setelah sebelumnya berada dalam pola konsolidasi. Ketika sebuah saham akhirnya bisa menembus ke atas garis resistance kuat setelah beberapa kali gagal, biasanya ini merupakan isyarat harga akan naik. Saat itulah diprediksi sebagai momentum terbaik untuk membeli saham dengan catatan perusahaan tersebut memenuhi semua kriteria fundamental. Logikanya adalah setiap kali sebuah saham mampu menembus ke atas garis resistance kuat, para pembeli cenderung akan berlomba untuk masuk sehingga mendorong saham ke harga yang jauh lebih tinggi kemudian sering kali mengarah ke trend naik baru.
http://digilib.mercubuana.ac.id/