BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di milk treatment (MT) Koperasi Peternakan
Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, jalan Raya Koperasi No.1 Pangalengan, Kab. DT II Bandung, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa daerah Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi susu di Indonesia. MT KPBS dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu unit usaha pengolahan susu yang merupakan koperasi primer susu teladan tingkat nasional dan mempelopori produksi susu pasteurisasi prepack dan cup. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Februari-Maret 2010.
4.2.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung. Pengamatan langsung dilakukan di lokasi produksi. Wawancara langsung dilakukan dengan memilih responden secara sengaja, yaitu manager dan staf bagian produksi di MT KPBS Pangalengan, serta semua pihak yang terkait dengan produksi susu pasteurisasi di KPBS mulai dari tingkat peternak sampai ke pemasar tingkat akhir. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang ada, dokumen-dokumen yang terkait dengan topik penelitian, juga dari hasil riset dan tulisan yang berhubungan dengan topik yang dibahas serta informasi–informasi dari instansi–instansi terkait yang berhubungan dengan tujuan penelitian seperti Biro Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, dan Gabungan Koperasi Susu Indonesia. Data-data yang diperoleh antara lain : 1. Data tentang keadaan umum lokasi penelitian, yang meliputi sejarah dan perkembangannya, unit bisnis khususnya MT KPBS Pangalengan struktur organisasi dan manajemen, keanggotaan, 2. Data terkait dengan produksi baik proses maupun jumlah produksi aktual, dan penjualan susu pasteurisasi prepack dan cup selama satu tahun terakhir.
25
3. Data kebutuhan bahan baku dan bahan penolong untuk memproduksi susu pasteurisasi prepack dan cup selama satu tahun terakhir . 4. Data biaya pembelian bahan baku dan bahan penolong periode selama satu tahun terakhir. 5. Data jadwal produksi susu pasteurisasi selama satu tahun terakhir. 6. Data penggunaan jam tenaga kerja langsung beserta nilainya selama satu tahun terakhir. 7. Data penggunaan jam mesin pengolah susu pasteurisasi prepack dan cup selama satu tahun terakhir. 8. Data permintaan distributor melalui sistem job order selama satu tahun terakhir.
4.3.
Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
disajikan dengan mengintrepetasikan dan mendeskripsikan data yang diperoleh. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan untuk mengetahui perkembangan keuntungan
dari
penjualan
susu
pasteurisasi
selama
periode
amatan;
perkembangan ketersediaan sumberdaya untuk memproduksi susu pasteurisasi selama periode amatan; analisis pemanfaatan susu segar dan sumberdaya yang digunakan untuk produksi susu pasteurisasi; analisis sumberdaya yang menjadi kendala bagi KPBS Pangalengan dalam mengembangkan susu pasteurisasi; serta analisis dampak penerapan sistem job order terhadap produksi susu pasteurisasi serta keuntungan KPBS Pangalengan.
4.3.1. Konstruksi Model Linear Programming (LP) Data keuntungan koperasi, nilai koefisien dan ketersediaan sumberdaya ditabulasikan dalam bentuk tabel berdasarkan aktivitas lalu disusun suatu persamaan sebagai suatu fungsi tujuan dan kendala. Selanjutnya persamaan dan pertidaksamaan tersebut diolah dengan menggunakan alat bantu program komputer LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Terlebih dahulu dibentuk model LP yang terdiri dari fungsi tujuan yang diperoleh dari hasil perhitungan perkembangan keuntungan penjulan susu pasteurisasi, serta 26
pembentukan fungsi kendala dengan memilih sumberdaya yang memang menjadi kendala dalam produksi susu pasteurisasi. Formulasi model LP yang diperoleh pada penelitian ini yaitu: 3
12
Maks Z =∑ ∑ Pij Xij i=1 j=1
Z = P11X11 + P21X21 +…+ PijXij ST
3
Susu segar (BB)
: ∑ Xij ≤ Yssj
Kemasan prepack (KP)
: aX1j ≤ Ykpj
Cup Strawberry (CS)
: b X2j ≤ Ycsj
Cup Cokelat (CC)
: c X3j ≤ Yccj
Penutup kemasan Cup Strawberry (LCS)
: dX2j ≤ Ylcsj
Penutup kemasan Cup Cokelat (LCC)
: eX3j ≤ Ylccj
Tenaga Kerja Langsung (TKL)
:∑ fjXij ≤ Ytklj
Mesin Packaging (PKG)
: ∑ gjXij ≤ Ypkgj
i=1
3
i=1 3
i=1
Job Order Prepack (JOP) Job Order Cup Strawberry (JOCS) Job Order Cup Cokelat (JOCC) Dimana :
: X1j ≥ Yjopj : X2j ≥ Yjocsj : X3j ≥ Yjoccj
Z
= keuntungan yang ingin di maksimumkan (Rp)
Pij
= kontribusi keuntungan persatuan yang dihasilkan dari produk ke-i pada bulan ke-j (Rp/liter)
Xij
= produksi susu pasteurisasi ke-i pada bulan ke-j
i
= jenis produk susu pasteurisasi (liter). Dimana 1 = susu pasteurisasi prepack ; 2 = susu pasteurisasi cup strawberry ; 3 = susu pasteurisasi cup cokelat
j
= periode produksi selama satu tahun (bulan). Dimana 1 dimulai pada bulan Maret 2009 dan 12 diakhiri dengan bulan Februari 2010.
Y
= ketersediaan kendala
a,b,c,d = koefisien kendala dalam model e,f,g Pada penelitian ini model LP diformulasikan sedemikian rupa untuk dapat mengambarkan kondisi produksi yang sebenarnya sehingga hasil analisis primal model nilainya mendekati nilai kombinasi produksi susu pasteurisasi pada 27
keadaan aktual. Kombinasi produksi aktual dijadikan pembatas dengan tujuan agar analisis hasil olahan model dapat lebih bermakna, karena benar-benar menunjukan kondisi produksi yang sebenarnya dihadapi manajemen KPBS Pangalengan. Analisis keluaran model lebih ditekankan pada analisis nilai dual, analisis sensitivitas, dan analisis pasca optimal. 1) Analisis Dual Price (Harga Bayangan) Analisis harga bayangan dilakukan untuk melihat penggunaan sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi susu pasteurisasi prepack dan cup di KPBS selama satu tahun terakhir. Dengan mengetahui nilai slack atau surplus dan harga bayangannya, menunjukkan perubahan yang terjadi pada fungsi tujuan jika sumberdaya berubah satu satuan. Sumberdaya yang akan menjadi amatan dalam analisis harga bayangan adalah bahan baku susu segar, bahan baku penolong (kemasan prepack, kemasan cup strawberry, kemasan cup cokelat, penutup kemasan cup strawberry, dan penutup kemasan cup cokelat), tenaga kerja langsung, tenaga kerja mesin packaging, serta kendala permintaan pasar yang digambarkan melalui pesanan distributor (job order). Nilai slack atau surplus lebih besar dari pada nol, dan harga bayangan bernilai nol menunjukkan bahwa sumberdaya yang digunakan merupakan kendala berlebih. Jika harga bayangannya bernilai lebih dari nol, maka sumberdaya yang digunakan merupakan sumberdaya yang membatasi nilai fungsi tujuan atau disebut juga sebagai kendala. Sedangkan jika nilai slack atau surplus dan harga bayangannya adalah nol maka penambahan atau pengurangan sumberdaya tidak akan berpengaruh terhadap nilai solusi optimalnya. 2) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas pada model LP sangat penting dilakukan mengingat dunia bisnis yang selalu berubah dan bersifat dinamis. Sementara model LP yang dibangun bersifat deterministik dan hanya mampu menghasilkan nilai tunggal (single value expectation). Oleh karena itu, dengan adanya analisis sensitivitas diharapkan model LP yang dibangun dapat menangkap perubahanperubahan yang bersifat dinamis pada kondisi aktual. Pada penelitian ini analisis sensitivitas digunakan untuk melihat batas perubahan susu segar,
28
bahan pendukung seperti kemasan prepack, kemasan cup strawberry, kemasan cup cokelat, penutup kemasan cup strawberry, penutup kemasan cup cokelat, jam tenaga kerja langsung, jam kerja mesin packaging, serta permintaan pasar yang digambarkan melalui pesanan distributor (job order) tanpa merubah kondisi optimalnya. 3) Analisis Pasca Optimal Analisis pasca optimal ditujukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi optimal yang baru, dan yang mungkin atau sesuai dengan perubahan dalam parameter model melalui perhitungan tambahan. Pada penelitian ini analisis pasca optimal dilakukan dengan merubah beberapa ketersediaan sumberdaya atau nilai sebelah kanan (Right Hand Sides/RHS fungsi kendala) untuk memperoleh dua kondisi yang ditetapkan sebelumnya serta merubah koefisien fungsi tujuan sebagai konsekuensi kenaikan harga bahan baku susu segar yang dibeli dari peternak. Kondisi pertama adalah menghilangkan dampak negatif sistem job order. Kondisi kedua adalah meningkatkan pemanfaatan susu segar menjadi susu pasteurisasi. Sementara kondisi ketiga disusun dengan tujuan untuk memberikan masukan pada manajemen terkait dengan peningkatan harga beli susu di tingkat peternak yang masih diperbolehkan tanpa merubah kondisi aktual. Dengan demikian manfaat adanya pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi oleh KPBS Pangalengan dapat lebih dirasakan oleh para peternak.
29