BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena lokasi penelitian merupakan salah satu sentra produksi usaha budidaya udang galah di Kabupaten Ciamis. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara langsung ke petani dengan menggunakan kuisioner yang telah dibuat sebelumnya. Data sekunder berasal dari literatur-literatur seperti buku, jurnal, skripsi, tesis, dan semua sumber literatur yang mendukung penelitian ini. Selain itu data sekunder juga berasal dari data Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat Statistik, dan kantor pemerintahan terkait.
4.3. Metode Penarikan Contoh Sebelum melakukan penarikan data, dilakukan pembatasan sampel (sampling frame) yang akan diambil. Sampel yang diambil adalah pembudidaya yang melakukan usaha budidaya dengan tujuan komersil dan langsung sebagai pengelola utama sehingga lebih mengetahui keadaan sebenarnya usaha yang dilakukan. Selain itu, pembudidaya masih melakukan usaha serta pernah melakukan panen udang minimal satu kali. Metode atau teknik penarikan sampel dilakukan secara snowballing. Metode atau teknik ini dilakukan karena tidak adanya data responden pembudidaya udang galah di lokasi penelitian. Data responden didapatkan dari rekomendasi responden sebelumnya. Sampel yang diwawancara sebanyak 30 orang dari populasi.
29
4.4. Metode Analisis Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya yaitu mengolah data secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan data karakteristik responden. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14, mengenai data penggunaan faktor-faktor produksi, penerimaan, dan biaya usaha. 4.4.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Analisis faktor-faktor produksi ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan output dengan input atau faktor produksinya. Menurut Soekartawi et al (1986), pemilihan model produksi hendaknya dapat memenuhi syarat berikut : (1) dapat dipertanggung jawabkan; (2) mempunyai dasar logis secara fisik maupun ekonomis; (3) mudah dianalisis; (4) mempunyai implikasi ekonomi. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model fungsi CobbDouglas. Menurut Soekartawi (2002), fungsi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y biasanya dilakukan dengan cara regresi. Persamaan model fungsi Coob-douglas, dirumuskan sebagai berikut : Y = β0X1β1, X2β2….Xiβi….Xnβn eπ
(4.1)
Untuk menduga parameter dalam persamaan fungsi Cobb-Douglas maka harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk double logaritme natural (ln), bentuk persamaannya menjadi :
Ln Y = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3….. + βn Xn + e
(4.2)
30
dimana Y
= variabel yang dijelaskan
X
= variabel yang menjelaskan
β0
= konstanta/intercep
β1, β2,..βn
= nilai koefisien regresi masing-masing variabel
e
= kesalahan atau error (disturbance term) Nilai β1, β2,…. βn pada persamaan di atas mempunyai nilai yang tetap
meskipun variabel yang lain telah dilogritmakan. Hal ini terjadi karena dalam fungsi Cobb-Douglas nilai β sekaligus menunjukan nilai elastisitas X terhadap Y. Alasan pemilihan persamaan model fungsi Cobb-Douglas dalam penelitian ini karena model fungsi ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: 1. Penyelesaian fungsi produksi relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, karena dapat diubah ke dalam bentuk linier. 2. Hasil pendugaan garis fungsi akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukan elastisitas. 3. Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukan return to scale. Sebelum melakukan analisis maka harus ditentukan terlebih dahulu faktorfaktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi serta digunakan dalam usaha budidaya udang galah. Berikut faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi udang galah : 1. Luas lahan (X1) Luas lahan kolam budidaya udang galah diduga mempengaruhi jumlah hasil produksi. Secara umum dikatakan bahwa semakin luas lahan kolam udang yang digunakan maka semakin bertambah jumlah produksi udang galah. Ukuran yang digunakan adalah hektar (ha). Kemungkinan di lapangan ukuran ha pada luasan kolam jarang digunakan, pembudidaya masih menggunakan ukuran m2 bata, tumbak, dan lain-lain. Oleh karena itu setelah data luasan kolam diperoleh maka dilakukan konversi kedalam bentuk ha.
31
2. Benih (X2) Jumlah benih yang digunakan akan mempengaruhi pada tingkat produksi yang dihasilkan. Besaran yang digunakan untuk jumlah benih adalah ekor. Diduga semakin banyak benih yang digunakan maka semakin bertambah jumlah produksi udang galah. Jenis benih yang digunakan juga akan cukup mempengaruhi pada jumlah produksi udang galah, akan tetapi petani udang galah di lokasi penelitian sebagian besar menggunakan jeinis benih udang yang sama. Jadi jenis benih udang galah tidak dimasukan kedalam analisis. 3. Tenaga kerja dalam keluarga (X3) Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) merupakan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga serta tidak ada upah yang diberikan. Akan tetapi upah untuk TKDK dihitung menjadi biaya yang diperhitungkan atau biaya tidak tunai. Besaran yang digunkan adalah Hari Orang Kerja (HOK), diduga semakin besar HOK yang digunakan dalam usaha budidaya udang galah maka semakin bertambah jumlah hasil produksi udang galah. 4. Tenaga kerja luar keluarga (X4) Tenaga kerja luar keluarga (TKLK) merupakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga yang dibayar untuk melakukan pekerjaan tertentu dalam proses produksi usaha budidaya udang galah. Besaran yang digunakan adalah Hari Orang Kerja (HOK). Diduga semakin besar jumlah HOK yang digunakan maka akan semakin bertambah jumlah produksi udang galah yang dihasilkan. 5. Pupuk urea (X5) Pupuk urea digunakan untuk menambah unsur hara yang larut dalam air. Besaran yang digunakan adalah kilogram (kg). Diduga semakin banyak pupuk urea yang digunakan maka semakin bertambah hasil produksi udang galah. 6. Pupuk TSP (X6) Fungsi pupuk TSP sama dengan pupuk urea yaitu berguna untuk menambah unsur hara yang larut dalam air. Besaran yang digunakan
32
adalah kilogram (kg). Diduga semakin banyak pupuk TSP yang digunakan maka semakin bertambah hasil produksi udang galah. 7. Pupuk kandang (X7) Merupakan pupuk organik yang digunakan untuk menambah unsur hara yang larut dalam air sehingga mendorong pertumbuhan pakan alami. Besaran yang digunakan kilogram (kg). Diduga semakin banyak pupuk kandang yang digunakan maka semakin bertambah hasil produksi udang galah. 8. Pakan buatan (X8) Pakan merupakan makanan bagi udang galah yang diberikan secara teratur. Pemberiaan jumlah, waktu, dan jenis pakan akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan udang. Besaran penggunaan pakan yang digunakan adalah kilogram (kg). Diduga semakin banyak jumlah pakan buatan yang digunakan maka semakin bertambah jumlah hasil produksi udang galah. 9. Kapur (X9) Kapur dalam budidaya udang galah digunakan pada saat persiapaan lahan agar tanah mempunyai tingkat PH yang netral bisa juga dijadikan disinfektan. Besaran kapur yang digunakan adalah kilogram (kg). Diduga semakin banyak kapur yang digunakan maka semakin besar jumlah produksi udang galah.
Berdasarkan faktor-faktor produksi di atas maka secara matematis model dari fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut: Y = β0X1β1X2β2X3β3X4β4X5β5X6β6X7bβ7X8β8X9β9u
(4.3)
dari model di atas kemudian diubah kedalam bentuk linier, sehingga fungsi produksi bisa ditulis : Ln Y = lnβ0 + β1lnX1 + β2lnX2 + β3lnX3……+ β9 lnX9 + u
(4.4)
33
dimana : Y
= Hasil produksi per musim tanam (kg)
X1
= Luas lahan (ha)
X2
= Jumlah benih (ekor)
X3
= Tenaga kerja dalam keluarga (HOK)
X4
= Tenaga kerja luar keluarga (HOK)
X5
= Jumlah pupuk urea (kg)
X6
= Jumlah TSP (kg)
X7
= Jumlah pupuk organik (kg)
X8
= Jumlah pakan buatan (kg)
X9
= Jumlah kapur (kg)
Ln β0
= Intersep (besaran parameter)
u
= Unsur sisa (galat)
4.4.2 Pengujian analisis regresi a. Pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square) Metode pendugaan model dilakukan dengan metode OLS. Akan tetapi sebelumnya harus diuji terlebih dahulu asumsi-asumsi yang sesuai dengan OLS yaitu : 1. Normalitas Regresi linier normal mengasumsikanbahwa tiap residual model regresi telah menyebar mengikuti distribusi normal. (Gujarati 1978) 2. Homoskedastisitas Bisa juga merupakan nilai gangguan atau disturbance yang homoskedastik atau mempunyai varian yang sama. (Gujarati 1978) 3. Multikolineieritas Suatu kondisi dimana adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa variabel atau semua variabel yang menjelaskan regresi (Frisch dalam Gujarati 1978). Untuk mengidentifikasi adanya multikolinieritas adalah jika nilai VIF dari hasil regresi lebih besar dari 10 untuk masing-masing variabel maka terdapat multikolinieritas.
34
4. Autokolerasi Autokolerasi merupakan kondisi linier antara anggota serangkaian obsevasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang (Gujarati 1978). Pengujian masalah autokolerasi umumnya terjadi pada data time series, sehingga pada penelitian ini tidak dilakukan. b. Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi adalah besaran yang dipakai untuk menunjukan sampai sejauh mana keragaman produksi Y dapat diterangkan oleh model dugaan. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu, jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu berarti samakin besar keragaman hasil produksi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksinya. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut : 2
R =1–
∑ (Ŷi – Y)2 ∑ (Ŷi – Y)2
(4.5)
c. Pengujian Parameter secara keselurhan (uji-F) Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakah variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas atau apakah signifikan atau tidak model dugaan yang digunakan untuk menduga produksi udang galah. Pengujiannya sebagai berikut
Hipotesis : H0 : b1 = b2 = …..=b9 = 0 H1 : paling sedikit ada satu bi
0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F
F-hitung =
R2 (k-1)
(4.6)
(1-R2) (n-k)
35
Dimana R2
= koefisien determinasi
k
= jumlah variabel bebas
n
= jumlah sampel
kriteria uji F-hitung > F-tabel (k-1, n-k), maka tolak H0 F-hitung < F-tabel (k-1, n-k), maka terima H0 Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat dari nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut : P-value < α , maka tolak H0 P-value > α , maka terima H0 Apabila F-hitung > F-tabel atau P-value < α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel atau P-value > α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi. d. Pengujian Parameter secara Individu (Uji-t) Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (Xi) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (Y). Pengujian secara statistik sabagai berikut : Hipotesis : H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t t-hitung =
(4.7)
dimana : bi
= koefisien regresi ke-i
Sbi
= standar deviasi koefisien regresi ke-i
36
Kriteria uji: t-hitung > t-tabel (α/2, n-k) t-hitung < t-tabel (α/2, n-k) jika tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P dengan kriteria sebagai berikut : P-value < α, maka tolak H0 P-value > α, maka terima H0 Jika nilai t-hitung> t-tabel atau P-value< α maka variabel faktor-faktor produksi yang diuji berpengaruh secara nyata terhadap variabel hasil produksi. Sedangkan jika nilai t-hitung< t-tabel atau P-value> α maka variabel faktor-faktor produksi yang diuji tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel hasil produksi.
4.4.3 Analisis Efisiensi Produksi Kondisi efisiensi tercapai jika nilai produk marginal (NPM) sama dengan biaya korbanan marginal (BKM), atau dengan kata lain rasio antara NPM dan BKM sama dengan satu (NPM/BKM=1). Namun pada kenyataannya rasio ini seringkali tidak sama dengan satu. Nilai rasio NPM dan BKM bisa jadi lebih dari satu (NPM/BKM>1) yang berarti penggunaan input belum efisien sehingga input perlu ditambah untuk mencapai efisien. Selain itu nilai rasio NPM dan BKM bisa kurang dari satu (NPM/BKM<1) yang berarti penggunaan input tidak efisien lagi sehingga input perlu dikurangi agar menjaadi efisien. 4.4.4 Analisis Pendapatan Analisis pendapatan dilakukan dengan melihat selisih antara penerimaan dengan biaya pengeluarannya. Penerimaan total pada usaha budidaya udang berasal dari produk yang dijual, produk yang dikonsumsi, dan produk yang dijadikan induk untuk benih. Biaya meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Pendapatan dalam penelitian ini dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai bisa dituliskan sebagai berikut :
37
Y= TR – Bt
(4.8)
Dimana : Y = tingakt pendapatan atau keuntungan usaha budidaya udang. TR = penerimaan total usaha budidaya Bt = biaya tunai Sedangkan untuk pendapatan atas biaya total bisa dirumuskan sebagai berikut : Y = TR – BT
(4.9)
Dimana : Y = tingkat pendapatan atau keuntungan usaha budidaya udang TR = penerimaan total usaha budidaya BT = biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan) 4.4.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Untuk melihat keuntungan relatif usaha budidaya dilakukan dengan memperhitungkan nilai imbangan antara penerimaan dengan biaya. Nilai imbangan ini berasal dari rasio penerimaan terhadap biaya total atau bisa juga berasal dari rasio penerimaan terhadap biaya tunai. Nilai imbangan bisa dirumuskan sebagai berikut : R/C atas biaya total =
(4.10)
dan R/C atas biaya tunai =
(4.11)
38