BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan menyeluruh tentang pengumpulan data. Desain penelitian lebih lanjut menjadi blue print dalam rangka memberi jawaban penelitian (Battacherjee, 2012:35). Berdasarkan pengumpulan data, dapat dikelompokan ke dalam 2 kategori, yaitu positivist dan interpretive. Metode positivist digunakan pada saat pengujian teori atau hipotesis. Karakteristik lain dari metode positivist adalah sebagian besar menggunakan jenis data kuantitatif seperti numeric, metrik, teknik regresi dan lainnya, namun juga memungkinkan untuk menggunakan data kualitatif seperti data dari pengamatan, wawancara dan lainnya. Desain penelitian yang termasuk dalam metode positivist diantaranya adalah penelitian eksperimental dan survei lapangan. Metode interpretive berawal dari data untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Karakteristik lain dari metode ini adalah bahwa interpretasi fenomena lebih bersifat subyektif berdasarkan pengalaman peneliti dan subyek yang diteliti. Metode ini lebih banyak menggunakan data kualitatif, namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan juga data kuanititatif. Desain penelitian yang termasuk dalam metode ini adalah studi kasus dan penelitian tindakan. Pada jenis desain eksperimental, peneliti mencari tahu hubungan sebab akibat melalui sebuah uji coba. Untuk mengetahui akibat dari sebab-sebab tertentu, kelompok-kelompok yang diteliti dipilih secara acak. Treatment tertentu
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diberikan pada kelompok tersebut untuk melihat pengaruh treatment terhadap karakteristik yang ingin diteliti. Pada desain penelitian non eksperimental, seperti survei lapangan, tidak ada upaya melakukan treatment pada kelompok yang diteliti. Survei lapangan berupaya menangkap gambaran yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Penelitian ini hanya berupaya mendeskripsikan hubungan sebab akibat sebagai sebuah fenomena melalui metode statistik. Penelitian ini dilakukan melalui kuesioner dan wawancara pada sampel acak. Studi kasus adalah investigasi sebuah masalah. Peneliti tidak mempunyai peluang untuk mengontrol peristiwa yang diselidiki. Metode pengumpulan data, seperti wawancara, observasi, dokumen, dan data sekunder dapat digunakan sekaligus untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, program, organisasi atau peristiwa. Penelitian kasus dapat dilakukan secara kuantitatif bila menguji hipotesis, dan juga dapat dilakukan secara kualitatif dalam menginterpretasikan fenomena atau fakta-fakta. Analisis cenderung bersifat kualitatif, namun sangat kontekstual, sehingga interpretasi temuan tergantung pada kemampuan pengamatan. Metode ini lebih populer pada penelitian bisnis (Bhattacherjee, 2012:93). Dalam pandangan desain penelitian tindakan, persoalan yang kompleks hanya dapat dipahami dengan melakukan perubahan-perubahan, intervensi atau tindakan kedalam persoalan tersebut. Peneliti yang menggunakan jenis desain ini mencoba menerapkan metode-metode, atau melakukan perubahah-perubahan dalam upaya menanggapi masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian,
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penelitian tindakan berupaya menerapkan tindakan, hasil dari penelitian ini adalah adanya perubahan yang nyata dari sebelum dan setelah penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh penulis melakukan investigasi untuk menjelaskan masalah yang sedang terjadi dan perbaikannya tanpa berupaya untuk melakukan treatment, tidak untuk menguji hipotesis, maupun melakukan tindakan pada saat penelitian. Peneliti tidak mempunyai peluang untuk mengontrol peristiwa yang diselidiki. Peneliti berangkat dari data untuk menggambarkan fenomena yang terjadi. Dan walaupun penelitian ini menggunakan data kuantitaif, namun sebagian besar dari penelitian ini menggunakan data kualitatif yang dikumpulkan pada saat obesrvasi. Interpretasi lebih bersifat subyektif berdasarkan pengalaman peneliti dan subyek yang diteliti. Berdasarkan hal ini maka penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian kualitatif interpretive studi kasus. Peneliti selanjutnya menggunakan desain penelitian kualitatif interpretive studi kasus karena untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian di butuhkan beragam data baik kuantitatif maupun kaulitatif dari beragam sumber. Desain ini
menjadi
jawaban bagi peneliti, karena peneliti dapat melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan.
4.2.
Data Dan Metode Pengumpulan Data
4.2.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan 2 sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti. Data sekunder adalah sumber data yang dikutip dari pihak lain, seperti
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penelitian terdahulu maupun dan catatan-catatan organisasi. Data sekunder yang dikumpulkan dari sumber perusahaan digunakan untuk membantu dalam analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. Data tersebut adalah data uji DTF tahun 2014, data uji kualitas VSWR dan DTF 2015 (Januari - Juni), serta data spesifikasi produk jumper, kabel dan konektor. 4.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan melakukan observasi dan wawancara terstruktur. Pengumpulan data dengan observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung dan mencatat hal-hal yang relevan bagi penelitian. Observasi ini perlu dilakukan untuk menggali informasi di area proses pada saat melakukan analisis akar masalah cacat produkdan untuk memeriksa cacat produk. Penelitian ini juga menggunakan pengumpulan data primer dengan melakukan wawancara terstruktur dengan mengisi kuesioner dan member skor. Ini dilakukan untuk menggali opini dari orang yang dianggap ahli untuk menilai kekuatan hubungan antara penyebab cacat dengan cacat yang terjadi.
4.3.
Metode Analisis
Analisis data merupakan bagian dari proses penelitian, dilakukan setelah semua data yang diperlukan diperoleh secara lengkap. Analisis data dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi penelitian.
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Define Pada tahap Define ada 3 hal yang akan dianalisis yaitu: CTQ produk, cacat produk, dan proses: a. Pada identifikasi CTQ produk, peneliti mengidentifikasi CTQ yang diperlukan untuk menyusun kualitas produk akhir jumper yang dikehendaki. Identifikasi CTQ merujuk pada spesifikasi produk dari perusahaan. b. Pada identifikasi cacat, peneliti mengidentifikasi penyebab dan jenis cacat yang terjadi pada produk. Cacat terjadi karena tidak dipenuhinya elemenelemen CTQ seperti yang dijelaskan oleh spesifikasi, sehingga identifikasi cacat dilakukan denganmeneliti penyimpangan yang terjadi terhadap spesifikasi/CTQ yang ditetapkan. Ada 4 hal yang dianalisis pada bagian ini: Mengidentifikasi kemungkinan cacat karena karakteristik impedansi tidak sesuai dengan spesifikasi/CTQ dianalisis menggunakan persamaan (2) pada halaman 19. Mengidentifikasi kemungkinan cacat karena sebab beda impedansi komponen jumper dianalisis menggunakan persamaan (1) halaman 16. Mengidentifikasi kemungkinan cacat karena sebab diskontinuitas dilakukan analisis dengan menggunakan data hasil uji VSWR dan DTF. Mengidentifikasi jenis cacat yang paling berdampak pada kualitas produk dengan menggunakan Pareto. c. Identifikasi proses, peneliti mengidentifikasi area proses asal cacat produk untuk membuat batasan area proses yang perlu diperbaiki. Analisis dilakukan bantuan SIPOC.
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Measure Pada tahap Measure dilakukan analisis Sigma kualitas proses saat ini menggunakan indeks kapabilitas proses Cp atau persamaan (3) halaman 27. Untuk standar deviasi merujuk pada seluruh ukuran VSWR produk jumper yang diproduksi selama Januari – Juni 2015, dan dihitung dengan menggunakan rumus STDEV Excel. Nilai indeks hasil hitung kemudian di rujuk ke tabel 3.2 halaman 22 dan 3.3.halaman 27 untuk mendapatkan Sigma kualitas proses.
3. Analyze Pada tahap Analyze dilakukan analisis terhadap 2 hal, yaitu: a. Identifikasi akar masalah cacat yang bersumber dari faktor manusia, mesin/peralatan, material, metode dan lingkungan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Five Whys dan Fishbone. b. Identifikasi akar masalah prioritas dilakukan dengan menilai kekuatan hubungan antara faktor penyebab cacat dengan cacat yang terjadi, skor 1 – 9, menurut pendapat orang-orang yang dianggap ahli. Analisis pada bagian ini dilakukan dengan bantuan Matrik Sebab Akibat seperti yang dijelaskan pada halaman 35.
4. Improve Pada tahap Improve adalah tahap untuk merancang alternatif solusi untuk memperbaiki kualitas proses. Analisis pada bagian ini bersifat kualitatif dengan merujuk pada analisis peneliti berdasarkan berdasarkan akar masalah-akar masalah dan analisis Five Whys pada bagian sebelumnya.
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/