28
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan NovemberDesember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di KRB. Lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Lokasi pengamatan kupu-kupu No
1.
Lokasi Pengamatan
Koleksi Tanaman Buah
Deskripsi Lokasi Area yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan buah-buahan dan terletak di sekitar Kolam Gunting
2.
Koleksi Tanaman Mediterania
Area terbuka dan kering dengan ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan kaktus dan berada di dekat aliran Sungai Ciliwung
3.
Koleksi Tanaman Berkayu
Area yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon yang besar, tinggi, dan bertajuk rapat
6.
Koleksi Tanaman Air
Taman dengan terdapat kolam-kolam dengan berbagai koleksi tanaman air
6.
Taman Garuda
Area terbuka dengan ditumbuhi berbagai jenis bunga dan terdapat di sisi timur Sungai Ciliwung
Lokasi pengamatan tersebut dipilih berdasarkan perbedaan karakteristik habitat seperti jenis dan struktur vegetasi, keterbukaan wilayah, suhu dan kelembaban, kerapatan tajuk, dan keberadaan sumber air. Pemilihan lokasi juga memperhatikan tingkat kepadatan dan struktur vegetasi sebagai sumber pakan dan tempat berlindung bagi kupu-kupu dan tingkat kepadatan kupu-kupu. Pada lokasi-lokasi pengamatan yang ditentukan, terdapat lokasi yang telah dijadikan sampel lokasi pengamatan kupu-kupu yaitu pada Taman Teijsmann, Taman Mediterania, Gedung Sembilan, Makam Embah Jepra, dan Taman Garuda dimana ditemukan sebanyak 96 spesies kupu-kupu yang terdiri dari 11 spesies Hesperidae, 11 spesies Papilionidae, 16 spesies Pieridae, 19 Spesies Lycaenidae, dan 39 spesies Nymphalidae (Peggie & Amir 2006)
29
Pengamatan dilakukan di waktu aktif kupu-kupu yaitu pada pukul 08.0012.00 pada saat cuaca cerah. Pengamatan dilakukan pada masing-masing lokasi sebanyak satu transek. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada tiap lokasi pengamatan.
4.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Alat dan bahan penelitian Jenis No.
Nama Alat
1
Bahan
Peruntukkan Penggunaan Alat
√
2
Termometer bola kering dan bola basah Termometer suhu udara
3
Hemispherical lens
√
Pengukuran intersepsi cahaya
4
Jaring serangga
√
Menangkap kupu-kupu
5
Alkohol 70%
6
Jarum suntik
7
Kertas papilot
8
Kotak spesimen
9
Styrofoam
√
10
Kertas karton
√
11
Fieldguide kupu-kupu
√
Identifikasi kupu-kupu
12
Data registrasi koleksi
√
Identifikasi tumbuhan
13
Program Hemiview 2.1 Canopy Analysis
√
Analisis intersepsi cahaya
14
Kamera digital
√
Dokumentasi
15
Kupu-kupu
√
Sumber data populasi kupukupu
16
Tanaman pakan dan shelter
√
Sumber data analisis vegetasi
Pengukuran iklim mikro √
√ √ √ Pembuatan spesimen kupukupu
√
4.3 Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder yang disajikan pada Tabel 4.
30
Tabel 4 Jenis data yang dikumpulkan. No. 1
Data Karakteristik habitat (keberadaan daerah terbuka, ketersediaan air,penutupan tajuk) Analisis vegetasi (tanaman pakan dan shelter kupu-kupu) Iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) Distribusi cahaya di bawah tajuk
Jenis Data Primer
Sumber Pengamatan lapangan
Data Primer
Data Primer
6
Populasi kupu-kupu (jenis dan jumlah individu) Peta KRB
7
Data kondisi fisik lokasi (letak dan luas)
Data Sekunder
8
Data kondisi biologi lokasi (flora dan fauna)
Data Sekunder
9
Data keanekaragaman kupu-kupu pada penelitian sebelumnya
Data Sekunder
Pengamatan lapangan Pengamatan lapangan Pengamatan lapangan Pengamatan lapangan Balai Pengembangan KRB Balai Pengembangan KRB Balai Pengembangan KRB Balai Pengembangan KRB
2 3 4 5
Data Primer Data Primer
Data Sekunder
4.4 Metode Pengambilan Data 4.4.1 Karakteristik habitat Data karakteristik habitat dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap area terbuka di setiap lokasi pengamatan serta mengamati keberadaan sumber air dan kondisi dari sumber air tersebut. Setelah itu, dilakukan pengamatan mengenai kerapatan tajuk pada tiap-tiap lokasi. Pengamatan terhadap keberadaan hewan lain dan juga manusia juga dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya pada kehidupan kupu-kupu. 4.4.2 Analisis vegetasi Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tumbukan pakan dan shelter bagi kupu-kupu pada tiap-tiap tipe habitat di KRB. Pengamatan dilakukan dengan mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang ada pada tiap tipe habitat kemudian diklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan yang termasuk tumbuhan pakan dan shelter kupu-kupu. Pengklasifikasian dilakukan dengan melakukan
31
pengamatan terhadap jenis-jenis tumbuhan dimana ditemukan ulat atau telur pada daunnya dan juga pada jenis-jenis tumbuhan tempat kupu-kupu ditangkap atau yang banyak didatangi oleh kupu-kupu. 4.4.3 Iklim mikro Pengukuran iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) dilakukan di setiap lokasi pengamatan secara serentak. Pengukuran dimulai pada pukul 08.00, 10.00, dan 12.00 dengan interval 15 menit sekali agar terlihat fluktuasi suhu yang signifikan sebanyak 3 kali ulangan. Suhu udara diukur pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. 4.4.4 Distribusi cahaya di bawah tajuk Pengukuran distribusi cahaya di bawah tajuk hutan dilakukan dengan menggunakan Hemispherical Photograps (Hemiphot). Pengukuran dilakukan dengan mengambil foto dengan lensa fisheye yang dapat mengambil gambar hinga 1800. Sampel foto diambil pada masing-masing tipe habitat. Area yang dilakukan pengambilan sampel foto adalah area yang dapat mewakili tipe habitat tersebut dan area-area tempat ditemukannya banyak kupu-kupu. Foto diambil pada kondisi langit cerah dan pada waktu aktif kupu-kupu. 4.4.5 Populasi jenis kupu-kupu Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui keadaan populasi kupu-kupu
adalah
dengan
menentukan
lokasi
pengamatan,
melakukan
pengambilan data kupu-kupu, identifikasi dan perhitungan populasi kupu-kupu. Penangkapan kupu-kupu dilakukan pada pagi hari mulai pukul 08.00-12.00. Metode inventarisasi kupu-kupu yang dilakukan dalam pengamatan yaitu metode transek. Jumlah transek garis yang dibuat untuk setiap tipe habitat yang menjadi lokasi penelitian yaitu masing-masing sebanyak satu jalur transek. Pengamatan dilakukan dengan rincian tiga kali ulangan pada setiap tipe habitat yang telah ditetapkan. Metode ini dilakukan dengan menginventarisasi jenis kupu-kupu di setiap tipe habitat dengan membuat satu jalur transek sepanjang 500 m dan lebar 20 m pada tiap-tiap tipe habitat (Gambar 4).
32
Gambar 4 Bentuk jalur inventarisasi kupu-kupu dengan metode transek. Data yang dicatat meliputi lokasi penangkapan, keadaan cuaca, tanaman yang dikunjungi, nama ilmiah, famili, aktivitas dan waktu ditemukannya kupukupu tersebut. Kupu-kupu yang ditemukan kemudian dimasukkan ke dalam kertas papilot (Gambar 5) dengan terlebih dahulu menekan bagian thoraks kupu-kupu tersebut. Kertas-kertas papilot yang berisi spesimen kupu-kupu kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan diberi kamper untuk menghindari semut.
Sumber: Amrin 2000
Gambar 5 Cara melipat kertas papilot. Identifikasi jenis kupu-kupu dilakukan setelah kegiatan penangkapan selesai dengan dicocokkan dengan gambar yang ada di buku yang dipakai sebagai acuan dalam identifikasi. Buku identifikasi yang digunakan adalah, Identification guide
33
for butterflies of West Java (Schulze 2001), Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanic Garden (Peggie & Amir 2006), dan The Ilustrated Encyclopedia of the Butterfly Word (Smart 1975).
4.5 Analisis Data 4.5.1 Karakteristik habitat Hasil pengamatan terhadap karakteristik habitat meliputi keberadaan daerah terbuka, sumber air, hewan lain, dan manusia yang kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan antara karakteristik habitat tersebut terhadap preferensi habitat kupu-kupu. Data keberadaan hewan lain
dianalisis untuk
mengetahui simbiosis antara hewan-hewan tersebut dengan kupu-kupu.
Data
pengaruh kegiatan manusia digunakan untuk menganalisis pengaruh pengunjung terhadap populasi kupu-kupu dan kebijakan pengelolaan dalam melakukan pengelolaan KRB yang mempengaruhi populasi kupu-kupu. 4.5.2 Analisis vegetasi Data hasil pengamatan, diklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan dan menjadi shelter bagi kupu-kupu. Data-data hasil pengamatan kemudian dianalisis hubungan antara ketersediaan tanaman pakan dan shelter dengan keberadaan populasi kupu-kupu pada daerah tersebut. 4.5.3 Iklim mikro Hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang dilakukan di masing-masing habitat digunakan sebagai data acuan analisis kesesuaian iklim mikro pada suatu habitat dengan iklim mikro yang dibutuhkan oleh kupu-kupu. Data iklim mikro dihubungkan dengan populasi kupu-kupu pada daerah tersebut sehingga diketahui preferensi dan ambang batas toleransi jenis-jenis kupu-kupu terhadap suhu dan kelembaban lingkungannya. 4.5.4 Distribusi cahaya di bawah tajuk Hasil foto yang didapat dari pengambilan foto dengan menggunakan lensa fisheye kemudian dianalisis dengan menggunakan program Hemiview 2.1 Canopy Analysis yang menghasilkan hasil keluaran berupa LAI, GSF, bukaan tajuk dan lain-lain. LAI adalah angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun yang ada pada tajuk dengan luas bidang tanah yang dinaungi oleh tajuk
34
tersebut. Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukukan fotosintesis, sedangkan LAI mencerminkan besarnya intersepsi cahaya oleh tanaman. Nilai LAI yang diperoleh digunakan untuk mengklasifikasikan tipe kerindangan pada tipe habitat tersebut. LAI adalah luas daun (A) pada tiap satuan luas lahan (P) yang dinayatakan secara matematik : LAI = A/P GSF adalah proporsi dari radiasi global (langsung atau difus) yang diterima di bawah tajuk (TotBe) dengan radiasi di atas tajuk (TotAb) dengan perhitungan sebagai berikut: GFS = TotBe/TotAb
4.5.5 Populasi jenis kupu-kupu 1. Indeks Kekayaan Jenis/Indeks Kekayaan Margalef (Dmg) Indeks kekayaan jenis (Dmg) adalah jumlah total spesies dalam satu komunitas (Ludwig dan Reynold 1998). Indeks kekayaan jenis dihitung dengan rumus sebagai berikut : Dmg = S-1/ln N Keterangan : S = Jumlah jenis N = Jumlah total individu
2.Indeks Keanekaragaman Jenis/Indeks Shannon-Wiener (H’) Data hasil penangkapan dan identifikasi spesimen kupu-kupu dari tiap plot pengamatan dapat ditentukan tingkat keanekaragamannya dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener dengan mempertimbangkan jumlah jenis dan jumlah masing-masing individu per jenis dengan perhitungan sebagai berikut : (H’) = - ∑ pi ln pi ; pi = ni / Ni Keterangan : Pi = Proporsi jenis ke-i ni = Jumlah individu ke-i Ni= Jumlah individu seluruh jenis
35
Untuk menentukan keanekaragaman jenis kupu-kupu, maka digunakan klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wieners yaitu : (1) Nilai indeks > 3 menandakan keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi; (2) Nilai indeks 1-3 menandakan keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang; (3) Nilai indeks < 1 menandakan keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah (Ludwig dan Reynold 1998).
3. Indeks Kemerataan/Eveness (e) Untuk menentukan proporsi kelimpahan jenis kupu-kupu yang ada pada masing-masing plot pengamatan digunakan indeks kemerataan dengan rumus : e= H’/ln S Keterangan: E = Indeks kemerataan (antara 0-1) H’= Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener S = Jumlah jenis
Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas tersebut mempunyai nilai eveness maksimum. Sebaliknya, bila nilai eveness tersebut kecil, maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis dominan, subdominan, dan jenis tidak dominan.
4. Kesamaan Jenis Kupu-Kupu Indeks kesamaan jenis digunakan untuk mengetahui nilai kesamaan jenis antar habitat yang dihitung dengan rumus : Indeks similaritas (Sj) = Jumlah jenis total a+b+c Keterangan : a = Jumlah jenis yang umum ditemukan pada tipe habitat A dan B b = Jumlah jenis yang umum ditemukan pada tipe habitat A c = Jumlah jenis yang umum ditemukan pada tipe habitat B
36
4.5.6 Analisis korelasi antara faktor-faktor lingkungan dengan populasi kupu-kupu (korelasi pearson) Korelasi Pearson adalah analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan (searah atau berbanding terbalik) antara dua variabel atau lebih. Korelasi ini digunakan untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan variabel satu terhadap yang lainnya yang dinyatakan dalam persen. Korelasi antara variabel tersebut (r) ditentukan dengan rumus:
Nilai r terbesar adalah +1 dan r terkecil adalah –1. r = +1 menunjukkan hubungan positif sempurna, sedangkan r = -1 menunjukkan hubungan negatif sempurna. Tentukan kriteria pengujian dengan membandingkan rhitung dengan rtabel. Intrepretasi nilai r adalah sebagai berikut:
r 0 0,01-0,20 0,21-0,40 0,41-0,60 0,61-0,80 0,81-0,99 1
Interpretasi Tidak berkorelasi Korelasi sangat rendah Rendah Agak rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi
4.5.7 Analisis pengaruh antar faktor lingkungan (analisis biplot) Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar peubah, dan keterkaitan antara peubah dengan objek. Informasi yang dapat diperoleh dari biplot antara lain ialah:
37
1.
Kedekatan antar objek. Dua objek dengan karakteristik yang sama akan digambarkan sebagai dua titik yang posisinya berdekatan.
2.
Keragaman peubah. Peubah dengan keragaman kecil digambarkan sebagai vektor yang pendek, sedangkan peubah dengan keragaman besar digambarkan sebagai vektor yang panjang.
3.
Korelasi antar peubah. Peubah digambarkan sebagai vektor. Jika sudut dua peubah lancip 90° maka korelasinya bernilai positif. Apabila sudut dua peubah tumpul 90° maka korelasinya bernilai negatif. Sedangkan jika sudut dua peubah siku-siku maka tidak saling berkorelasi.
4.
Keterkaitan peubah dengan obyek. Karakteristik suatu objek bisa disimpulkan dari posisi relatifnya dengan peubah. Jika posisi objek searah dengan arah vektor peubah maka objek tersebut nilainya di atas rata-rata, jika berlawanan maka nilainya di bawah rata-rata, dan jika hampir di tengah-tengah maka nilainya mendekati rata-rata.