BAB IV METODE PENELITIAN
Bab IV menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Pembahasan diawali dengan menjelaskan rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, ruang lingkup penelitian, penentuan sumber data, variabel penelitian, prosedur penelitian, dan diakhiri dengan analisis data yang digunakan. 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien, dan efektif (Hartono, 2013:69). Penelitian ini diawali dengan menetapkan suatu tujuan dimana penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh tekanan anggaran waktu, locus of control, dan komitmen profesional pada perilaku penurunan kualitas audit. Penelitian ini menggunakan lima variabel, yaitu perilaku penurunan kualitas audit sebagai variabel terikat, tekanan anggaran waktu, locus of control internal, locus of control eksternal dan komitmen profesional sebagai variabel bebas.
Pada tahap selanjutnya
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner, data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan pengujian secara statistik. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan untuk menjawab permasalahan yang ada. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah membuat suatu simpulan
30
31
dan saran penelitian. Untuk lebih jelasnya, rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Kajian Teoritis
Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu,
Kajian Empiris
Locus of Control, dan Komitmen Profesional pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit Rumusan Masalah
Hipotesis
Variabel Penelitian Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control internal, Locus of Control eksternal, Komitmen Profesional, dan Perilaku Penurunan Kualitas Audit
Pengolahan Data
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan Saran
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
32
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Bali pada Bulan Februari dan Maret 2015.
Daftar pegawai Kantor Perwakilan BPKP
Provinsi Bali Tahun 2015 disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Daftar pegawai Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Bali Tahun 2015 No 1. 2. 3. 4. 5.
Status
Jumlah Pejabat struktural 9 Pejabat fungsional auditor 70 Calon auditor (CPNS) 21 Pegawai fungsional umum 34 Pegawai fungsional tertentu lainnya 4 Jumlah 138 Sumber data: data SDM Perwakilan BPKP Provinsi Bali Tahun 2015
4.3 Ruang Lingkup Penelitian Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, dan Komitmen Profesional pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit”. Mengingat luasnya jangkauan penelitian ini, maka untuk mencapai maksud penelitian secara tepat, pengkajian dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penurunan kualitas audit hanya pada tekanan anggaran waktu, locus of control, dan komitmen profesional.
4.4 Penentuan Sumber Data 4.4.1 Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
33
1) Data primer merupakan informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2006:60). Dalam penelitian ini data primer yang digunakan yaitu berupa pernyataan responden dalam menjawab kuesioner. 2) Data sekunder yaitu informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006:60). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah SDM pada Perwakilan BPKP Provinsi Bali tahun 2015. 4.4.2 Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang berstatus sebagai pejabat fungsional auditor di Perwakilan BPKP Provinsi Bali yang berjumlah 70 orang di tahun 2015. Responden penelitian ini adalah pegawai yang berstatus sebagai pejabat fungsional auditor. Pemilihan responden didasarkan pada teknik sampling jenuh (sensus), yaitu teknik yang digunakan untuk memilih sampel/partisipan dengan menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2014:122). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 70 orang responden.
4.5 Variabel Penelitian Variabel penelitian menjelaskan mengenai variabel bebas dan terikat yang digunakan,
dan
pengukurannya.
definisi
operasional
masing-masing
variabel
serta
34
4.5.1 Identifikasi variabel Berdasarkan hipotesis, variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: a) Tekanan anggaran waktu / (X1) b) Locus of control internal / (X2) c) Locus of control eksternal / (X3) d) Komitmen profesional/ (X4) 2) Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Penurunan Kualitas Audit (Y). 4.5.2 Definisi operasional variabel dan pengukurannya Definisi operasional merupakan definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun untuk memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Sekaran dan Bougie, 2010).
Definisi operasional masing-masing
variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Tekanan anggaran waktu / (X1) Tekanan anggaran waktu merupakan tekanan yang dialami oleh auditor dalam pelaksanaan prosedur audit karena adanya kendala anggaran waktu (Kelley dan Seiler, 1982; Cook dan Kelley, 1988; DeZoort dan Lord,
35
1997). Variabel ini dioperasionalisasikan dengan mengukur seberapa sering responden merasakan tekanan yang ditimbulkan karena anggaran waktu audit selama pelaksanaan suatu prosedur audit tertentu. Variabel tekanan anggaran waktu diukur dengan mengadopsi instrumen penelitian Kelley dan Seiler (1982), Willet dan Page (1996), Malone dan Robert (1996); Otley dan Pierce (1996a), Coram, et al (2003) serta Pierce dan Sweeney (2004) dalam Silaban (2009). Instrumen penelitian terdiri atas enam indikator dan enam butir pertanyaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah: a) Kewajiban melaksanakan prosedur audit tertentu pada batas anggaran waktu yang ditetapkan. b) Pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting untuk dipatuhi atau dicapai. c) Anggaran waktu audit sebagai kendala untuk pelaksanaan atau penyelesaian suatu prosedur audit tertentu. d) Pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu pada anggaran waktu yang dialokasikan sulit untuk dilakukan. e) Anggaran waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu tidak mencukupi. f)
Anggaran waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu sangat ketat.
Instrumen yang digunakan diukur dengan skala Semantic Differential dengan lima kategori penilaian. Skor terendah mulai dari angka 1 menunjukkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu pada level yang lebih rendah
36
hingga skor tertinggi pada angka 5 menunjukkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu pada level yang lebih tinggi. 2) Locus of control internal / (X2) dan locus of control eksternal / (X3) Locus of control merupakan tingkat keyakinan yang dimiliki oleh seseorang tentang sejauhmana mereka meyakini bahwa mereka adalah penentu
nasib
mereka
sendiri
(Robbins,
2008).
Variabel
ini
dioperasionalisasikan dalam locus of control internal dan locus of control eksternal. Variabel locus of control diukur dengan mengadopsi instrumen locus of control dari Spector (1988) yang digunakan dalam penelitian Donnelly, et al (2003) dan Silaban (2009). Locus of control eksternal dan internal masing-masing terdiri atas delapan indikator dengan delapan butir pernyataan. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah: a) Indikator locus of control internal (1). Pekerjaan merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil. (2). Hasil dari suatu pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. (3). Pekerjaan dapat terlaksana dengan baik jika ada perencanaan yang baik. (4). Jika seorang bawahan merasa tidak puas atas suatu keputusan, maka ia harus memberi saran atau pendapat kepada atasannya. (5). Suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik jika dilakukan secara sungguh-sungguh. (6). Promosi diberikan kepada pegawai yang kinerjanya baik.
37
(7). Pegawai yang bekerja dengan baik akan mendapat imbalan yang sepadan. (8). Pengaruh yang diberikan pegawai terhadap atasannya lebih besar dari yang dipikirkan pegawai bersangkutan. b) Indikator locus of control eksternal (1). Memperoleh pekerjaan yang sesuai adalah suatu keberuntungan. (2). Memperoleh penghargaan adalah suatu keberuntungan. (3). Untuk memperoleh pekerjaan harus ada teman atau kenalan yang membantu. (4). Promosi merupakan suatu keberuntungan. (5). Untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai, kenalan atau teman lebih penting daripada kemampuan. (6). Untuk mendapatkan yang diinginkan, seseorang harus kenal dengan orang yang tepat. (7). Untuk dapat berprestasi diperlukan keberuntungan. (8). Keberuntungan merupakan faktor yang membedakan orang yang berhasil dan gagal. Instrumen locus of control diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin mulai dari poin 1 (sangat tidak setuju) sampai poin 5 (sangat setuju). Skor yang
lebih tinggi pada skala pengukuran locus of control eksternal
mengindikasikan locus of control eksternal dan skor yang lebih rendah mengindikasikan locus of control internal. Skor yang lebih tinggi pada skala pengukuran locus of control internal mengindikasikan locus of control
38
internal dan skor yang lebih rendah mengindikasikan locus of control ekternal. 3) Komitmen profesional / (X4) Komitmen
profesional
didefinisikan
sebagai
kekuatan
relatif
keterlibatan individu terhadap suatu profesi (Aranya dan Ferris, 1984). Komitmen profesional pada penelitian ini dioperasionalisasikan dengan komitmen profesional afektif, kontinu, dan normatif. Variabel komitmen profesional diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Meyer, et.al (1993).
Instrumen ini digunakan dalam penelitian Silaban (2009) untuk
mengukur komitmen auditor terhadap profesinya. Instrumen penelitian terdiri atas 18 indikator dengan 18 butir pernyataan.
Indikator yang digunakan
untuk mengukur variabel ini adalah: a) Afektif (1). Merasa bahagia jika dapat menghabiskan karir sebagai auditor. (2). Sangat antusias (bersemangat) menceritakan profesi kepada pihak lain di luar profesi auditor. (3). Merasakan masalah yang terjadi pada profesi auditor sama seperti masalah pribadi saya sendiri. (4). Memiliki keterikatan emosional dengan profesi auditor. (5). Merasa bangga menjadi bagian dari profesi audior. (6). Profesi sebagai auditor memiliki arti yag sangat penting. b) Kontinu (1). Merasa rugi jika beralih dari profesi auditor ke profesi lain.
39
(2). Beralih dari profesi auditor ke profesi lain mengakibatkan pengorbanan pribadi. (3). Bekerja sebagai auditor merupakan suatu kebutuhan dan keinginan. (4). Banyak pihak yang terganggu jika keluar dari profesi auditor. (5). Beralih dari profesi auditor ke profesi lain sulit untuk dilakukan saat ini. (6). Banyak hal yang sudah dilakukan pada saat berprofesi sebagai auditor, dan hal tersebut menjadi pertimbangan untuk tidak beralih profesi. c) Normatif (1). Bekerja sebagai auditor merupakan kewajiban. (2). Tetap menekuni profesi auditor karena loyalitas terhadap profesinya. (3). Memiliki tanggung jawab moral untuk tetap berada pada profesi auditor. (4). Rasa bersalah jika keluar dari profesi auditor. (5). Tawaran pada profesi lain bukan merupakan alasan untuk keluar dari profesi auditor. (6). Sesorang yang telah dididik dalam profesi auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk tidak beralih pada profesi lain selama periode atau kurun waktu tertentu. Instrumen untuk komitmen profesional diukur dengan skala Likert 5 poin mulai dari poin 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai poin 5 (Sangat Setuju). Skor yang tinggi pada skala pengukuran mengindikasikan komitmen profesional
40
pada level yang lebih tinggi, sebaliknya skor yang rendah mengindikasikan komitmen profesional pada level yang lebih rendah. 4) Perilaku penurunan kualitas audit / (Y) Perilaku penurunan kualitas audit adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi efektifitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan (Malone dan Robert, 1996). Variabel ini dioperasionalisasikan dengan mengukur seberapa sering responden melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi efektivitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan selama pelaksanaan program audit. Variabel perilaku penurunan kualitas audit diukur dengan mengadopsi instrumen penelitian Pierce dan Sweeney (2004) dalam Silaban (2009). Instrumen penelitian terdiri atas 10 indikator dan 10 item pertanyaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah: a) Penghentian prematur prosedur audit. b) Review yang dangkal terhadap dokumen klien. c) Pengujian hanya pada sebagian item sampel dari item sampel yang ditentukan pada program audit. d) Tidak memperluas pengujian ketika terdeteksi adanya pos atau akun yang meragukankan. e) Menggunakan penjelasan klien sebagai pengganti bukti yang tidak dapat diperoleh selama pelaksanaan audit. f)
Tidak menginvestigasi kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
41
g) Mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilaksanakan sebagaimana ditetapkan pada program audit. h) Merubah atau mengganti prosedur audit dari ketentuan yang ditetapkan pada program audit. i)
Mengandalkan hasil pekerjaan klien sebagai pengganti prosedur audit yang ditetapkan pada program audit.
j)
Mengurangi dokumentasi bukti audit.
Instrumen perilaku penurunan kualitas audit diukur dengan skala Semantic Differential dengan lima kategori penilaian. Skor terendah mulai dari angka 1 menunjukkan frekuensi perilaku penurunan kualitas audit pada level yang lebih rendah hingga skor tertinggi pada angka 5 menunjukkan frekuensi perilaku penurunan kualitas audit pada level yang lebih tinggi.
4.6 Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yang merupakan penelitian tentang bagaimana pengaruh beberapa variabel bebas pada variabel terikat, sehingga langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Penulisan masalah dengan latar belakang, serta minat penelitian yang didukung oleh kajian pustaka untuk menghasilkan tujuan penelitian. 2) Menentukan objek yang diteliti. 3) Menetapkan tujuan penelitian sebagai tolok ukur yang dipadukan dengan kenyataan yang ada, serta adanya fenomena dalam keadaan tertentu yang
42
selanjutnya diidentifikasi menjadi pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dijawab melalui hasil penelitian. 4) Sebagai pendukung utama adalah kajian pustaka yang memuat tentang kajian teori-teori yang berkenaan dengan bahasan konstektual maupun konseptual. 5) Berdasarkan landasan konseptual ini dapat menghasilkan kerangka berpikir yang merupakan identifikasi untuk langkah-langkah operasional di lapangan, guna memperoleh informasi yang nantinya dipakai sebagai pokok bahasan. 6) Menentukan sumber data dan memilih instrumen penelitian yang sesuai dengan penelitian ini. 7) Melakukan analisis data dengan cara regresi linear berganda.
Instrumen
penelitian menggunakan skala likert dan skala semantik diferensial yang datanya merupakan tipe data interval (Hartono, 2013:83-84), sehingga tidak dilakukan transformasi data. 8) Berdasarkan hasil analisis data kemudian ditarik suatu kesimpulan.
4.7 Analisis Data Analisis data menguraikan mengenai pengujian terhadap kualitas data yang terdiri atas uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian, teknik analisis data yang digunakan, pengujian asumsi klasik, dan pengujian hipotesis. 4.7.1 Pengujian terhadap kualitas data Pengujian terhadap instrumen penelitian dilakukan sebagai syarat agar teknik analisis data dapat berjalan dengan baik dan semestinya. Pengujian kualitas data dilakukan dengan:
43
1) Pengujian validitas Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2013:52). Validitas suatu item instrumen dilakukan dengan metode analisis pearson correlations antar skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan Tkritis. Jika korelasi skor item dengan skor total lebih besar dari Tkritis (0,30), maka instrumen penelitian dikatakan valid, demikian pula sebaliknya. 2) Pengujian reliabilitas Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui keandalan suatu kuesioner. Uji reabilitas dilakukan dengan menghitung cronbach’s alpha dari tiap alat ukur pada satu variabel. Apabila Cronbach’s alpha > 0,70 maka instrumen dalam variabel tersebut dikatakan handal atau reliabel, demikian pula sebaliknya (Nunnally dalam Ghozali, 2013:48). 4.7.2 Teknik analisis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa Statistical Package for The Social Sciences (SPSS).
Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda, yaitu untuk menguji pengaruh simultan beberapa variabel independen pada variabel dependen yang berskala interval (Sekaran, 2006:299). Model regresi untuk menguji hipotesis disusun dalam model berikut ini: Y = α + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + ε ................... (1) Keterangan: Y = Perilaku Penurunan Kualitas Audit α = Konstanta
44
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi X1 = Tekanan Anggaran Waktu X2 = Locus of Control internal X3 = Locus of Control eksternal X4 = Komitmen Profesional ε = Error Term 4.7.3 Uji asumsi klasik Model regresi yang baik harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), sehingga sebelum dianalisis dengan teknik regresi maka model persamaan regresi harus melalui uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah: 1) Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160).
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi normal jika nilai residualnya > 0,05. 2) Uji multikolineritas Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Varian Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013:106).
45
3) Uji heteroskedastisitas Ghozali (2013:139) menyatakan uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
dari
satu
pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain.
Uji
Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yaitu meregresi nilai absolut residual terhadap variabel bebas (Gujarati, 1978: 187). Jika variabel independen secara signifikan < 0.05 maka terjadi indikasi masalah heteroskedastisitas. 4.7.4 Uji kelayakan model (goodness of fit) Ghozali (2013:97) menyatakan ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya, yaitu diukur dari nilai koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji statistik F). 1) Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97). Nilai R2 yang diperoleh diinterpretasikan bahwa variasi dari variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar R2 x 100%, sedangkan sisanya sebesar 100% - (R2 x 100%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. 2) Uji signifikansi simultan (uji statistik F) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Apabila Sig F nilai P value-
46
nya ≤ 0,05 maka model yang digunakan layak sehingga uji selanjutnya dapat dilakukan. 4.7.5 Uji hipotesis (uji statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Uji statistik t digunakan untuk pengujian hipotesis dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%. Apabila signifikansi t ≤ 0,05 maka hipotesis diterima, sebaliknya apabila nilai signifikansi t > 0,05, hipotesis ditolak.