52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Observasi Awal Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan April 2012 diawali dengan dialog awal antara peneliti, kepala sekolah dan guru Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah. Dialog awal dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 April 2012 pukul 10.00 WIB diruang kepala sekolah. Peneliti datang dengan membawa surat ijin penelitian. Pertemuan tersebut sekaligus mengutarakan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan sekaligus mengetahui keadaan awal pembelajaran sebelum diadakan tindakan. Dialog awal kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 April 2012 pukul 09.00 WIB di ruang guru. Berdasarkan pengalaman guru kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti disepakati bahwa masalah yang perlu untuk segera diatasi dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat kemampuan berbicara siswa, keberanian siswa dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan belum ada, keaktifan siswa dalam pembelajaran masih kurang, kemampuan menguasai materi belum optimal. Ketika siswa diminta untuk membaca sebuah bacaan. Selanjutnya, mereka diminta untuk mengungkapkan isi bacaan itu secara lisan di depan kelas, mereka tidak dapat menceritakan isi bacaan tersebut dengan lancar, terstruktur, terurut, dan jelas. Siswa berbicara tersendat-sendat. Di samping itu, pada saat guru bertanya
53
kepada seluruh siswa tentang makna yang terkandung dari isi bacaan yang telah dibacanya tersebut, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru, karena takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk tampil berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian. Hal itu adalah akibat dari belum efektifnya pembelajaran berbicara yang dilaksanakan di kelas. 4.1.1.1 Perencanaan Tindakan Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah berjumlah 28 siswa. Karakter siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sendiri pada umumnya berdasarkan hasil angket observasi awal dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu siswa memiliki rasa kurang berminat terhadap pelajaran bahasa Indonesia, alasannya pelajaran ini membosankan sehingga cenderung pasif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil serangkaian kegiatan pada observasi awal, terlihat bahwa pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah belum dapat dilaksanakan dengan baik sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pada aspek ini belum optimal. Berdasarkan kesepakatan dengan guru mitra yang menjadi kolaborasi tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah yaitu dengan menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan “Memerankan Tokoh” dengan materi pokok “Teks Drama”. Sebelum dilaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu menyusun silabus yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran. Sedangkan rencana
54
pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun saat perencanaan tindakan pada masingmasing siklus (lampiran). 4.1.1.2
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
Tengah berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan perencanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya (lampiran). Model pembelajaran yang dilakukan adalah dengan penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan “Memerankan
Tokoh”
dengan
materi
pokok
“Teks
Drama”.
Sebelum
pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama dan dilaksanakan, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan awal, yaitu tes awal untuk mengetahui keterampilan siswa dalam berbicara, dan observasi untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran berbicara. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam observasi awal ini belum menggunakan metode sosiodrama. Tes awal dilakukan dengan memberikan sebuah teks drama untuk diperankan oleh siswa. Teks drama ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara. Keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sebelum dilakukan tindakan (observasi awal) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
55
Tabel 2 Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Observasi Awal Hasil Capaian No
Indikator
Sangat Baik Jlh %
Baik Jlh
%
Menghayati katakata yang 0 0 3 10,71 disampaikan 2 Menghubungkan kalimat sesuai 0 0 0 0 pesan 3 Pengucapan dengan intonasi 0 0 2 7,14 yang tepat 4 Keruntutan dan keberanian dalam 0 0 2 7,14 berbicara Rata-Rata 0 0 2 7,14 Persentase Rata-Rata 0% 7,14% Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Cukup Jlh
%
Kurang Jlh
%
Sangat Kurang Jlh %
1
17 60,72 8 28,57
0
0
9
32,14 19 67,86
0
0
13 46,43 13 46,43
0
0
11 39,29 15 53,57
0
0
12 42,86 14 50,00 42,86% 50%
0
0 0%
Data pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sebelum dilaksanakan tindakan (observasi awal) untuk kategori kurang terdapat 14 siswa atau dengan persentase 50%. Kategori cukup terdapat 12 siswa atau dengan persentase 42,86%. Untuk kategori baik terdapat terdapat 2 siswa atau dengan persentase 7,14%. Untuk kategori sangat
kurang tidak ada. Begitu juga kategori sangat baik belum ada yang
mencapainya. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini.
56
100 80 Prosentase (%)
60 42.86
40 20 0
0 Sangat Baik
7.14 Baik
50
0 Cukup Kurang Sangat Kurang Kategori
Grafik 1. Keterampilan Berbicara Siswa Observasi Awal Grafik 1 di atas terlihat batang untuk kategori kurang adalah yang paling tinggi, yaitu pada angka 50%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara sebagian besar berada pada kategori kurang, dan sisanya berada pada kategori baik, yaitu 7,14%, kategori cukup yaitu 42,86%. Sedangkan untuk kategori sangat baik dan sangat kurang tidak ada atau 0%. Kegiatan dilanjutkan dengan pre test. Berdasarkan hasil pre test siswa sebelum penelitian dilakukan masih banyak siswa yang tidak tuntas dalam belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia ditetapkan 85%, sebagai ukuran ketuntasan individual. Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara individual, jika siswa tersebut memperoleh nilai ≥ 80. Sedangkan kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan jika mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya.
57
Hasil pre test yang dilakukan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah tanggal 6 April 2012, diperoleh data bahwa dari 28 siswa terdapat hanya 6 orang siswa yang tuntas, sementara selebihnya masih terdapat 22 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini nilai pre test yang diberikan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011/2012 sebelum pelaksanaan tindakan dalam tabel berikut ini. Tabel 3 Nilai Pre Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sebelum Pelaksanaan Tindakan (Observasi Awal) Kriteria Nilai No Nama Siswa Nilai No Nama Siswa T TT 15 Mukrain Ain 1 Abas Akoli 60 16 Hariyanti Bano 2 Rizal Abdul 63 17 Mislan Rahmawati 3 Raski Apadu 70 18 Helmilia Ahmad 4 Fitran Ahmad 63 19 Apriyunita Saleh 5 Samsul Jinaba 62 20 Anggun Fitra M. 6 Rahim Laji 50 21 Ardeani J. Popa 7 Rahman Laji 63 22 Kasmin Yones 8 Aldo Parera 52 23 Nerci Ayuba 9 Marlina Apadu 65 10 Wisda R. Moha 82 24 Merlin Dunggio 25 Herlin Parera 11 Uyan P. Natsir 55 26 Supriani Nalia 12 Sri Yolanda 60 13 Hijrah Dumbela 82 27 Elis Dunggio 28 Sri Apriyani I. 14 Nindrawati J. 82 Jumlah 909 3 11 Jumlah Jumlah nilai : 1848 Jumlah nilai maksimal ideal : 2800 Rata-rata nilai tercapai : 66,0 Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Kriteria Nilai Nilai T TT 82 82 65 62 61 62 62 65 62 68 83 60 60 65 939 3 11
Berdasarkan data pada tabel 3 tentang nilai pre test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sebelum pelaksanaan tindakan,
58
dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan guru di Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,0 dan ketuntasan belajar mencapai 21,43 atau hanya ada 6 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 80 hanya sebesar 21,43%. Berikut ini dapat dilihat rekapitulasi hasil pre test keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sebelum pelaksanaan tindakan (observasi awal) dalam tabel berikut ini. Tabel 4 Rekapitulasi Nilai Pre Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Observasi Awal Persentase % 1 Sangat Baik 90 - 100 0 0 2 Baik 75 - 89 6 21,43 3 Cukup 60 - 74 19 67,86 4 Kurang 40 - 59 3 10,71 5 Sangat Kurang 0 - 39 0 0 Jumlah 28 100 Sumber Data: Olahan Data Primer dari Kegiatan Siswa, 2012 No
Kategori
Rentang Nilai
Frekuensi
Rata-Rata Nilai
1848 2800 66,0
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai pre test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum pelaksanaan tindakan berada pada kategori cukup sejumlah 19 siswa atau 67,86%, berada pada kategori baik sejumlah 6 siswa atau 21,43%, berada pada kategori kurang sejumlah 3 siswa atau 10,71%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai pre test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum pelaksanaan tindakan berada pada kategori cukup.
59
Setelah melihat nilai pre test yang diperoleh siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru di atas, maka masalah-masalah tersebut perlu dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Untuk itu peneliti melakukan diskusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Hasil kerja kolaborasi antara guru Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah, kepala sekolah dan peneliti disepakati bahwa asumsi penyebab masalah yaitu: berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dijelaskan di atas kemudian dianalisis melalui kerja kolaborasi. Melalui hasil kolaborasi tersebut peneliti dan guru Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sepakat bahwa penyebab masalah yang paling dominan adalah pembelajaran yang cenderung satu arah sehingga berpusat pada guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pada penyebab masalah yang telah disepakati oleh rekan kolaborasi, kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk membahas perencanaan solusi masalah ini dilakukan dalam satu rangkaian dialog awal. Tindakan solusi masalah yang ditawarkan dalam penelitian ini yaitu melalui penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Tindakan pembelajaran melalui metode sosiodrama akan diterapkan pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah yang akan dikembangkan pada setiap siklus tindakan melalui perencanaan yang terevisi. Dengan penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat mengubah pembelajaran yang semula siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah hanya pasif
60
menjadi lebih aktif dalam berbicara, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicaranya.
4.1.2
Hasil Penelitian Siklus 1 Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan melalui 4 (empat) tahap yaitu:
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap analisis dan refleksi yaitu sebagai berikut. 4.1.2.1 Tahap Perencanaan Siklus Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan pembelajaran. Langkah awal yang dilakukan yaitu menyusun rencana pembelajaran yang merupakan program kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Sebelum dilaksanakan
tindakan
terlebih
dahulu
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Pembelajaran yang akan dilaksanakan berpedoman pada RPP yang telah disusun yaitu selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) dengan materi ajar yaitu “Teks Drama Terjaring Operasi”. Pada tahap ini selain menyusun rencana pembelajaran juga membuat instrumen lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa. Selain menyiapkan instrumen lembar observasi juga menyiapkan perangkat soal tertulis untuk mengevaluasi pemahaman siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam pembelajaran aspek berbicara. 4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran pada aspek berbicara dengan metode sosiodrama.
61
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu untuk pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 April 2012 yaitu dimulai pukul 08.30 – 09.40 WIB. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 28 siswa. Selain melaksanakan tindakan peneliti juga mengadakan observasi selama pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi. Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran, selanjutnya proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama dilaksanakan. Siswa berkelompok, kemudian mendramatisasikan sebuah masalah sosial yang telah mereka tentukan sebelumnya dengan cara membuat dialog yang berjudul “Terjaring Operasi”, kemudian memerankannya di depan kelas. Kelompok lain menyimak penampilan siswa sambil menunggu saat tampil. Setelah satu kelompok selesai tampil kelompok lain menanggapi dan mengkritisi. Guru mengamati dan menilai kemampuan siswa dalam berbicara pada beberapa kelompok yang sudah tampil. Kepada setiap kelompok yang sudah tampil, guru mengevaluasi penampilan mereka dan memberikan masukan kepada siswa jika ada yang kurang dari penampilan mereka khususnya dalam menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai dengan pesan yang ada dalam teks drama, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian siswa dalam memerankan tokoh yang ada dalam teks drama.
62
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 ini diakhiri dengan kegiatan penutup yaitu guru melakukan evaluasi tertulis kepada siswa. Setelah evaluasi selesai guru mengadakan tanya jawab kepada siswa bagaimana perasaan yang dialaminya tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Setelah tanya jawab guru kembali mengorganisasi siswa agar duduk diam untuk menutup kegiatan pembelajaran. Selanjutnya pada pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran siklus I pada pertemuan 2 yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 April 2012, juga diawali dengan mengucapkan salam dan berdoa. Kemudian guru mengecek kehadiran siswa, setelah semua siswa lengkap, guru melakukan apersepsi. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan aalah lanjutan dari kegiatan pembelajaran minggu kemarin yaitu memerankan tokoh yang ada dalam naskah drama. Kepada kelompok yang belum tampil diminta untuk maju di depan kelas memerankan tokoh yang ada dalam naskah drama. Kelompok lain menyimak penampilan siswa sambil menunggu saat tampil. Setelah satu kelompok selesai tampil kelompok lain menanggapi dan mengkritisi. Guru mengamati dan menilai kemampuan siswa dalam berbicara pada kelompok yang sudah tampil. Setelah semua kelompok yang sudah tampil, guru mengevaluasi penampilan mereka dan memberikan masukan kepada siswa jika ada yang kurang dari penampilan mereka khususnya dalam menghayati katakata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai dengan pesan yang ada dalam teks drama, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian siswa dalam memerankan tokoh yang ada dalam teks drama.
63
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 2 juga diakhiri dengan kegiatan penutup dengan terlebih dahulu diadakan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa (lampiran). Hampir semua siswa merasa kaget dan tidak siap jika diadakan post test. Tetapi akhirnya post test berjalan dengan baik walaupun ada beberapa siswa yang masih bingung mengerjakannya. Setelah post test berakhir peneliti memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari materi berikutnya yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. 4.1.2.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Siklus 1 Pemantauan adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh guru mitra yang menjadi kolaborator yaitu kepala sekolah dan guru Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah. Sasaran yang diamati adalah penampilan siswa ketika memerankan tokoh sebuah dialog dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang meliputi: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai dengan pesan yang ada dalam teks drama, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian siswa dalam memerankan tokoh yang ada dalam teks drama. Pada siklus I ini ada beberapa perilaku yang terdeskripsi berdasarkan hasil observasi. Pada awal pembelajaran sebelum masuk materi, siswa terlihat senang mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru dalam menyampaikan apersepsi disertai dengan humor. Begitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi apa yang akan diajarkan, siswa banyak yang mengeluh. Mereka merasa
64
malas untuk belajar berbicara. Terlihat hanya 40% siswa yang masih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Setelah guru menjelaskan metode pembelajaran apa yang akan digunakan dan meminta beberapa siswa untuk maju ke depan dan memerankan sebuah dialog drama seperti yang mereka lihat di sinetron-sinetron yang ada di telivisi, sebagian siswa yang sebelumnya kelihatan malas kelihatan lebih bersemangat, meskipun mereka masih kelihatan bingung dengan pola pembelajaran guru yang merupakan hal baru bagi mereka. Pada siklus I ini, keaktifan siswa masih sangat kurang. Tidak ada siswa yang bertanya maupun menanggapi penjelasan yang disampaikan guru. Kegiatan berdiskusi, kerjasama antar siswa dalam kelompok masing-masing sudah kelihatan terjalin baik. Kemudian ketika siswa diminta untuk memerankan dialog sesuai dengan naskah drama, masih banyak perilaku negatif yang diperlihatkan siswa. Terlihat dalam berbicara yang diungkapkan melalui tokoh dalam peran masing-masing masih banyak pilihan kata yang tidak sesuai, penghayatan yang kurang sesuai, pelafalan dan intonasi salah, serta tidak runtut. Beberapa siswa masih terlihat menghafalkan dialognya dan cenderung kurang lancar dalam berbicara, karena kurang berani dalam berbicara. Ketika teman lain maju ke depan untuk memerankan dialognya, banyak siswa yang kurang memperhatikan. Beberapa siswa masih asyik mengobrol sendiri dengan temannya, dan ada juga yang sibuk menghapalkan dialognya sendiri. Setelah akhir pembelajaran, dan siswa diminta untuk memberikan tanggapan pada penampilan temannya, hanya beberapa siswa yang memberikan
65
tanggapan. Pada siklus I ini, kelas masih terlihat kurang hidup. Hanya sebagian siswa yang aktif dalam pembelajaran. Komunikasi antara guru dengan siswa belum terjadi dengan baik, terlihat siswa yang masih cenderung pasif dan kurang bersemangat. Hasil tindakan pada siklus I ini dapat diketahui bahwa siswa kurang berminat dengan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran berbicara. Minat belajar berbicara yang kurang pada siswa disebabkan karena menurut mereka berbicara dengan bahasa Indonesia sangat sulit. Setelah mengikuti pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama, sebagian besar siswa mengaku senang mengikutinya. Menurut mereka dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama, mereka mendapatkan kebebasan belajar dan berekspresi. Sambil belajar berbicara, siswa juga berlatih menguasai naskah drama dan bagaimana cara memerankannya. Menurut
mereka
pembelajaran
berbicara
dengan
menggunakan
metode
sosiodrama cukup menyenangkan dan tidak membuat mereka cepat jenuh. Meskipun mereka merasa senang dengan pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama, tetapi mereka masih mengalami beberapa kesulitan dalam berbicara. Kesulitan yang dialami antara lain, penguasaan kosakata yang kurang sehingga menyebabkan mereka kesulitan dalam menyampaikan gagasan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang tepat. Kesulitan lain yang dialami siswa adalah mengenai pelafalan kosakata yang benar sehingga mempengarui kelancaran mereka dalam berbicara.
66
Kesulitan yang dialami siswa seperti yang telah diungkapkan di atas merupakan hal yang patut dimaklumi, meskipun mereka telah mengikuti pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama. Mengingat latar belakang mereka yang sebagian besar barada pada lingkungan yang kesehariannya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Gorontalo dan dialek Manado. Daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan berbeda-beda, sehingga tingkat penguasaan siswa terhadap materi berbeda-beda pula. Hal-hal yang ingin disampaikan siswa dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama adalah guru harus lebih banyak memberikan contoh kosakata dalam bentuk ragam bahasa yang baik dan benar, sehingga dengan banyak menguasai kosakata siswa dapat menghubungkan kosakata yang diketahuinya menjadi kalimat-kalimat yang runtut. Yang kedua guru juga harus memberikan contoh pelafalan kosakata dengan intonasi yang tepat. Selama observasi dan pemantauan berlangsung guru mitra memberikan penilaian terhadap keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dan kemampuan guru dalam menerapkan metode sosiodrama. Data pemantauan dan evaluasi terkait dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dapat dilihat pada aspek hasil penelitian berikut. 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Kegiatan guru diamati dengan menggunakan lembar pengamatan yang berpedoman pada format penilaian yang tersedia meliputi 12 (dua belas)
67
kriteria penilaian, sebagaimana terlampir. Berdasarkan penilaian pengamat diperoleh data sebagaimana nampak pada tabel berikut ini. Tabel 5 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I No. 1. 2. 3.
Rentang Nilai 90 – 100 75 – 89 60 – 74
Kategori Penilaian Sangat Baik Baik Cukup Baik
40 – 59 Kurang Baik 0 - 39 Tidak Baik Jumlah Total Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012 4. 5.
Jumlah 1 10 1 0 0 12
Persentase (%) 8.33 83.34 8.33 0 0 100
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah melalui metode demonstrasi, diperoleh hasil pengamatannya bahwa semua aspek pembelajaran tersebut di atas dilaksanakan oleh guru dengan baik. Hal ini dapat dijelaskan dari 12 (dua belas) kriteria kegiatan guru yang dinilai terdapat 10 aspek (83.34%) yang mendapat penilaian dengan kategori baik dalam hal: menarik perhatian siswa dan membangkitkan motivasi belajarnya, penampilan guru, kesesuaian penggunaan metode sosiodrama dengan pokok bahasan, kejelasan dalam menerangkan materi, kemampuan menggunakan media, keterampilan dan ketepatan menggunakan metode sesuai dengan prosedur, melakukan evaluasi. Ada 1 aspek (8.33%) berada pada kategori sangat baik dalam kejelasan suara menjelaskan materi. Meskipun masih ada 1 aspek (8.33%) berada pada kategori
cukup baik dalam hal: menutup kegiatan pembelajaran dengan
68
memberikan tugas kepada siswa. Sehingga diharapkan pada tindakan siklus berikutnya aspek ini dapat diperbaiki oleh guru dan meningkat ke arah yang lebih baik. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data hasil pengamatan kegiatan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah terkait dengan peningkatan keterampilan berbicaranya melalui metode sosiodrama, diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa berdasarkan 4 (empat) aspek yang diamati yaitu: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat, dan keruntutan dan keberanian dalam berbicara yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran. Pengamatan ini menggunakan checklist (), dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam berbicara saat pembelajaran pada masing-masing aspek yang dinilai. Lembar pengamatan kegiatan siswa diberikan kepada guru mitra dan harus diisi semua tanpa terkecuali. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siklus I dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa pada masing-masing aspek yang diamati diperoleh hasil sebagai berikut. a. Menghayati kata-kata yang disampaikan Pada aspek menghayati kata-kata yang disampaikan ini penilaian dipusatkan pada tepat atau tidaknya atau kesesuaian kata siswa yang disampaikan dengan ekspresi, mimik karakter tokoh dalam bermain drama. Hasil tindakan siklus 1 pada aspek menghayati kata-kata yang disampaikan
69
dalam bermain drama oleh siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 7 siswa atau 25%. Untuk kategori cukup dicapai 21 siswa atau 75%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek menghayati kata-kata yang disampaikan berada pada kategori cukup dengan persentase 75%. b. Menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar Pada aspek ini penilaian difokuskan pada kemampuan siswa menghubungkan kata-kata sesuai dengan kalimat yang ada dalam teks drama yang diperankan. Hasil tindakan siklus 1 pada aspek ini diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 1 siswa atau 3,57%. Untuk kategori cukup dicapai 27 siswa atau 96,43%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada kategori cukup dengan persentase 96,43%. c. Pengucapan dengan intonasi yang tepat Pada aspek ini penilaiannya difokuskan pada kesesuaian tinggi rendahnya nada kalimat yang diucapkan siswa dan penekanan siswa dalam mengucapkan tiap kata saat memerankan drama. Hasil tindakan siklus 1
70
pada aspek ini diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 4 siswa atau 14,29%. Untuk kategori cukup dicapai 24 siswa atau 85,71%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada kategori cukup dengan persentase 85,71%. d. Keruntutan dan keberanian dalam berbicara Pada aspek ini penilaian difokuskan pada kemampuan siswa berbicara dengan lancar, jelas dan runtut dengan ekspresi yang sesuai dengan karakter tokoh, tanpa ada kecemasan atau takut salah dalam berbicara. Hasil tindakan siklus 1 pada aspek ini diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 6 siswa atau 21,43%. Untuk kategori cukup dicapai 22 siswa atau 78,57%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada kategori cukup dengan persentase 78,57%. Adapun keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilakukan tindakan siklus 1 berdasarkan 4 (empat) aspek yang diamati yaitu: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai
71
pesan dengan lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat, dan keruntutan dan keberanian dalam berbicara dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6 Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Siklus I Hasil Capaian No
Indikator
Sangat Baik Jlh %
Baik Jlh
%
Menghayati kata-kata yang 0 0 7 25,00 disampaikan 2 Menghubungkan kalimat sesuai 0 0 1 3,57 pesan 3 Pengucapan dengan intonasi 0 0 4 14,29 yang tepat 4 Keruntutan dan keberanian 0 0 6 21,43 dalam berbicara Rata-Rata 0 0 5 17,86 Persentase Rata-Rata 0% 17,86% Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Cukup Jlh
%
Kurang Jlh
%
Sangat Kurang Jlh %
1
21 75,00 0
0
0
0
27 96,43 0
0
0
0
24 85,71 0
0
0
0
22 78,57 0
0
0
0
0 0%
0
0
23 82,14 82,14%
0
0%
Data pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilaksanakan tindakan siklus 1 untuk kategori baik terdapat 5 siswa atau dengan persentase 17,86%. Untuk kategori cukup terdapat terdapat 23 siswa atau dengan persentase 82,14%. Untuk kategori kurang dan sangat kurang tidak ada. Begitu juga kategori sangat baik belum ada yang mencapainya. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 2 berikut ini.
72
100 82.14
80 Prosentase (%)
60 40 17.86
20 0
0 Sangat Baik
Baik
0 0 Cukup Kurang Sangat Kurang Kategori
Grafik 2. Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I Grafik 2 di atas terlihat batang untuk kategori cukup adalah yang paling tinggi, yaitu pada angka 82,14%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara setelah diadakan tindakan siklus I sudah berada pada kategori cukup, dan selebihnya berada pada kategori baik, yaitu 17,86%. Sedangkan untuk kategori sangat baik, kategori kurang dan sangat kurang tidak ada atau 0%. Kegiatan dilanjutkan dengan pos test. Berdasarkan hasil pos test siswa setelah diadakan tindakan siklus I sudah hampir sebagian siswa tuntas dalam belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Hasil pre test yang dilakukan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah tanggal 16 April 2012, diperoleh data bahwa dari 28 siswa terdapat hanya 6 orang siswa yang tuntas, sementara selebihnya masih terdapat 22 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini nilai pos test yang diberikan guru pada siswa Kelas V SDN 1
73
Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011/2012 setelah pelaksanaan tindakan siklus I dalam tabel berikut ini. Tabel 7 Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus I
No Nama Siswa Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Abas Akoli 70 Rizal Abdul 73 Raski Apadu 80 Fitran Ahmad 72 Samsul Jinaba 73 Rahim Laji 60 Rahman Laji 73 Aldo Parera 62 Marlina Apadu 75 Wisda R. Moha 80 Uyan P. Natsir 65 Sri Yolanda 80 Hijrah Dumbela 86 Nindrawati J. 85 Jumlah 1034 Jumlah nilai Jumlah nilai maksimal ideal Rata-rata nilai tercapai
Kriteria Nilai No T TT 5
9
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Siswa
Nilai
Mukrain Ain 85 Hariyanti Bano 85 Mislan Rahmawati 82 Helmilia Ahmad 80 Apriyunita Saleh 70 Anggun Fitra M. 72 Ardeani J. Popa 72 Kasmin Yones 75 Nerci Ayuba 72 Merlin Dunggio 80 Herlin Parera 85 Supriani Nalia 70 Elis Dunggio 80 Sri Apriyani I. 82 Jumlah 1090 : 2124 : 2800 : 75,86
Kriteria Nilai T TT 8
6
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012 Berdasarkan data pada tabel 7 tentang nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus I, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran aspek berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama yang telah dilakukan guru di Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 75,86 dan ketuntasan belajar mencapai 46,43 atau sudah terdapat 13 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa
74
belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 80 hanya sebesar 46,43%. Berikut ini dapat dilihat rekapitulasi hasil pos test keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah pelaksanaan tindakan siklus I dalam tabel berikut ini. Tabel 8 Rekapitulasi Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus I No
1 2 3 4 5
Kategori
Rentang Nilai 90 - 100 75 - 89 60 - 74 40 - 59 0 - 39
Frekuensi
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
0 15 13 0 0 28
Persentase % 0 53,57 46,43 0 0 100
Rata-Rata Nilai
2124 2800 75,86
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus I berada pada kategori cukup sejumlah 13 siswa atau 46,43%, berada pada kategori baik sejumlah 15 siswa atau 53,57%, berada pada kategori kurang tidak ada lagi atau 0%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus I berada pada kategori baik. 4.1.2.4 Tahap Analisis dan Refleksi Siklus 1 Refleksi tindakan kelas siklus I ini mendiskusikan hasil observasi tindakan kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang
75
dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu sebagai berikut; 1) Keadaan kelas masih gaduh pada saat pembelajaran berlangsung; 2) Kebanyakan siswa tidak berani mengajukan pertanyaan walaupun belum jelas; 3) Banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat kelompok yang maju memerankan tokoh yang dalam naskah drama; 4) Keberanian siswa untuk membuat kata-kata sendiri sesuai dengan naskah drama masih kurang; 5) Alokasi waktu yang digunakan masih belum sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); 6) Keaktifan berbicara didominasi oleh siswa yang pandai; 7) Pembelajaran sosiodrama belum dapat diterapkan secara maksimal. Hasil analisis dan refleksi pada tindakan kelas siklus I dievaluasi bersama peneliti bersama guru kelas. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat mengatasi kesalahan yang ada pada siklus I.
Hasil analisis tersebut adalah sebagai
berikut: 1) Perlu adanya komunikasi yang ramah, terbuka dan komunikatif untuk memberikan kesan bersahabat dan tidak menakutkan agar keberanian siswa untuk berbicara dapat tumbuh; 2) Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh; 3) Guru sesering mungkin untuk meningkatkan dan memotivasi aktivitas belajar siswa; 4) Guru harus mampu mengendalikan kelas; 5) Alokasi waktu yang direncanakan harus dilaksanakan seefektif mungkin.
4.1.3
Hasil Penelitian Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II juga dilakukan melalui 4 (empat) tahap
yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap analisis dan refleksi yaitu sebagai berikut.
76
4.1.3.1 Tahap Perencanaan Siklus II Berdasarkan hasil dari tindakan kelas siklus I, maka rencana tindakan kelas siklus I perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan kelas siklus II. Berbagai revisi yang disepakati bersama guru kelas yaitu: 1) Dalam setiap pertemuan guru perlu mengoptimalkan pemberian motivasi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa; 2) Skenario pembelajaran diupayakan lebih menarik lagi agar minat dan semangat belajar siswa semakin meningkat; 3) Proses pembelajaran harus berpusat pada siswa; 4) Guru lebih meningkatkan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh; 5) Pengefektifan alokasi waktu pembelajaran. Pembelajaran tindakan kelas siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil revisi dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dengan materi ajar yaitu teks drama “Jahil” (lampiran). Pembelajaran juga menerapkan metode sosiodrama seperti pada tindakan kelas siklus I. 4.1.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I. Tindakan siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pertemuan 1 pada hari jumat tanggal 20 April 2012 dan pertemuan 2 pada hari jumat tanggal 27 April 2012. Jumlah siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah yang hadir adalah sebanyak 28 siswa.
77
Tindakan siklus
II
pada pertemuan 1 yang dilaksanakan hari Jumat
tanggal 20 April 2012 pembelajaran dimulai dengan memberikan motivasi pada siswa agar mempunyai semangat belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti mengulas inti materi pelajaran pertemuan sebelumnya. Sebagian siswa memperhatikan dan ada beberapa siswa yang bertanya dari materi sebelumnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Dari jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa sebagian siswa sudah siap untuk belajar. Materi sebelumnya jelas, kemudian peneliti mulai masuk ke sub pokok bahasan selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa mulai tenang dan tidak ramai, kemudian peneliti meminta kelompok yang mendapat giliran maju ke depan untuk memerankan tokoh sesuai dengan naskah drama. Pada saat kelompok memainkan peran terlihat kelompok yang lain sudah mulai tenang dan memperhatikan kelompok yang maju. Kemudian dilanjutkan tanya jawab, pada pertemuan ini terlihat siswa sudah banyak yang berani mengajukan pertanyaan. Kelompok yang maju sudah dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan lancar. Kemudian peneliti memberikan penegasan terhadap meteri tersebut dan dilanjutkan siswa dibantu peneliti menyimpulkan tentang materi yang telah disampaikan. Kegiatan selanjutnya diadakan post test untukk mengetahui hasil belajar siswa. Siswa sudah tidak kaget lagi ketika diadakan post test karena mereka sudah tahu sebelumnya dan siswa mulai paham dengan apa maksud setiap akhir tindakan
78
dengan diberi post test. Setelah waktu yang diberikan habis, siswa mengumpulkan jawabannya. Selama observasi berlangsung guru kelas dan peneliti memberikan penilaian untuk aspek afektif dan kognnitif. Sebelumnya guru memberikan motivasi pada siswa untuk giat belajar sebelum pelajaran berakhir. Tindakan siklus
II
pada pertemuan 2 yang dilaksanakan hari Jumat
tanggal 27 April 2012 kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar bahasa Indonesia khususnya aspek kemampuan berbicara baik dalam bidang akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu peneliti juga memberikan pujian kepada siswa yang mendapat nilai baik dari hasil post test sebelumnya, dan bagi yang nilainya masih kurang peneliti memberi motivasi lagi agar lebih semangat belajar. Setelah itu peneliti memberikan gambaran secara umum tentang materi yang akan dipelajari. Kesiapan siswa dalam menghadapi pelajaran sudah lebih baik. Hal ini terbukti ketika peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada materi siswa antusias untuk menjawab. Siswa sudah berani menyampaikan ide atau gagasan dalam pembelajaran. Setelah itu peneliti meminta kelompok yang mendapat giliran maju ke depan untuk memerankan tokoh yang telah didapatkan. Pada saat kelompok memerankan tokoh drama terlihat kelompok lain sudah tenang dan memperhatikan kelompok yang maju. Kemudian dilanjutkan tanya jawab terlihat hampir seluruh siswa mengacungkan jari untuk bertanya kemudian kelompok yang maju menunjuk siswa-siswa yang ingin bertanya.
Kelompok
yang maju
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang
disampaikan selain itu kelompok yang tidak mendapat giliran maju mulai
79
menanggapi dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, disini terlihat diskusi yang sudah hidup. Kemudian peneliti memberikan penegasan terhadap materi tersebut dan dilanjutkan siswa dibantu peneliti menyimpulkan tenteng materi yang telah disampaikan. Kemudian guru membagikan soal post test untuk dikerjakan masingmasing siswa dan tidak diperbolehkan mengerjakan terlebih dahulu, siswapun diam menunggu teman lain mendapatkan soal. Setelah semua siswa mendapatkan soal siswa diberikan waktu selama 20 menit untuk mengerjakan, jawaban dikumpulkan oleh salah satu siswa dan memberikannya pada guru. Begitu pelajaran berakhir sebelumnya guru berpesan agar siswa senantiasa belajar berbicara agar dapat meningkatkan prestasinya. 4.1.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Siklus II Pada siklus II masih dilakukan observasi untuk memperoleh data berupa perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama, serta untuk mengetahui apakah terjadi perubahan perilaku siswa dari siklus I. Observasi pada siklus II ini masih dilakukan peneliti dengan bantuan guru mitra. Sasaran observasi meliputi, 1) semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, 2) keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, 3) keaktifan siswa dalam berdiskusi, 4) keaktifan siswa dalam bertanya, 5) kualitas pertanyaan siswa, 6) kekritisan siswa, 7) kekreativan siswa dalam praktik berbicara, 8) perhatian siswa terhadap penampilan temannya, 9) tanggapan siswa terhadap penampilan temannya, dan 10) keseriusan siswa saat tes berbicara.
80
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara pada siklus II ini lebih baik dari pada siklus I. Terlihat seluruh siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa juga tampak serius mengikuti pembelajaran. Siswa sudah mulai aktif bertanya dan menanggapi penjelasan guru. Siswa yang aktif bertanya antara lain Rahman Laji, Ardeani Popa, Nerci Ayuba dan Elis Dunggio. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa sudah cukup baik, rata-rata mereka bertanya tentang bagaimana menghayati kata-kata yang disampaikan dalam berbicara, cara pelafalan, dan menghubungkan kalimat sesuai dengan pesan. Kekritisan siswa pada siklus II ini mencapai kategori baik, hal ini berdasarkan hasil pengamatan, beberapa siswa sering menanggapi penjelasan guru dan memberikan komentar terhadap penampilan temannya. Saat berdiskusi, terlihat semangat siswa dan kerja sama yang cukup baik di antara mereka. Ketika diminta maju memerankan tokoh sesuai dengan dialog yang ada pada naskah drama, siswa tampak antusias mengerjakannya. Dialogdialog siswa sudah cukup baik, hanya beberapa siswa yang pilihan katanya kurang tepat, tetapi sebagian besar sudah tepat. Siswa juga sudah mampu berbicara dengan intonasi dan pelafalan yang tepat. Begitu juga dengan sikap yang mereka tunjukkan saat berbicara sudah sesuai dengan penghayatan dan dikemukakan secara runtut. Mereka juga sangat ekspresif ketika memerankan tokoh. Siswa yang tidak maju terlihat memperhatikan penampilan temannya. Hampir semua siswa memberikan tanggapan terhadap penampilan temannya.
81
Pada siklus II ini kelas juga tampak lebih hidup, komunikasi antara guru dengan siswa maupun antar siswa cukup baik. Guru senantiasa melakukan tanya jawab dengan siswa peran guru di kelas sangat baik. Selama proses pembelajaran, guru mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru semakin baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah dilakukan pada siklus II mampu menggeser perilaku negatif siswa menjadi perilaku positif. Berdasarkan hasil tindakan pada siklus II diketahui bahwa siswa sangat senang mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama. Mereka mulai bisa menikmati pola pembelajaran yang diterapkan guru. Kebebasan yang diberikan guru saat pembelajaran membuat mereka leluasa dalam belajar dan berekspresi melalui kegiatan bermain peran. Jadi mereka mendapatkan pengalaman yang bermakna setelah mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama. Ketika ditanya tentang perasaan mereka mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia, semuanya mengaku senang. Mereka mengaku senang dengan cara mengajar guru yang sering diselingi humor, juga terhibur dengan penampilan siswa lain saat memerankan tokoh. Mereka juga sangat termotivasi dalam berbicara, karena mereka akan merasa malu ketika melakukan kesalahan di depan teman-temannya. Ketika diminta berbicara di depan kelas, mereka tidak takut lagi, dua di antara ketiga siswa yang diwawancarai mengaku sudah percaya diri dalam berbicara di depan kelas.
82
Pada siklus II ini kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sudah dapat diatasi. Perbendaharaan kata siswa semakin bertambah, mereka sudah bisa melafalkan bunyi-bunyi kata-kata dengan intonasi yang tepat, sehingga mereka sudah mampu berbicara dengan lancar. Tetapi mereka masih kesulitan menyusun kalimat yang baik dan benar. Selain itu, mereka masih bingung memilih kata yang sesuai dengan lawan bicara mereka. Siswa yang nilai tesnya rendah mengaku kesulitan dalam pelafalan dengan intonasi yang tepat. Meskipun sebagian besar siswa sudah meningkat keterampilan berbicara, mereka masih ingin menambah perbendaharaan kata bahasa Indonesia, agar lebih baik dalam berbicara. Data pemantauan dan evaluasi terkait dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dapat dilihat pada aspek hasil penelitian berikut. 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Kegiatan guru pada siklus II juga diamati dengan menggunakan lembar pengamatan yang berpedoman pada format penilaian yang tersedia meliputi 12 (dua belas) kriteria penilaian, sebagaimana terlampir. Berdasarkan penilaian pengamat diperoleh data sebagaimana nampak pada tabel berikut ini. Tabel 9 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II No. 1. 2. 3.
Rentang Nilai 90 – 100 75 – 89 60 – 74
Kategori Penilaian Sangat Baik Baik Cukup Baik
40 – 59 Kurang Baik 0 - 39 Tidak Baik Jumlah Total Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012 4. 5.
Jumlah 6 6 0 0 0 12
Persentase (%) 50,00 50,00 0 0 0 100
83
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah melalui metode sosiodrama, diperoleh hasil pengamatannya bahwa semua aspek pembelajaran tersebut di atas dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik. Hal ini dapat dijelaskan dari 12 (dua belas) kriteria kegiatan guru yang dinilai terdapat 6 aspek (50%) yang mendapat penilaian dengan kategori sangat baik dalam hal: menarik perhatian siswa dan membangkitkan motivasi belajarnya, menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan, kejelasan suara, kesesuaian penggunaan metode sosiodrama dengan pokok bahasan, Kejelasan dalam menerangkan materi dalam bermain drama serta kejelasan dalam memberikan contoh, dan meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
Sementara kemampuan menggunakan
media, keterampilan dan ketepatan menggunakan metode sesuai dengan prosedur, melakukan evaluasi, menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa berada pada kategori baik. 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Data hasil pengamatan kegiatan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah terkait dengan peningkatan keterampilan berbicaranya melalui metode sosiodrama pada siklus II, diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa berdasarkan 4 (empat) aspek yang diamati yaitu: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan
84
lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat, dan keruntutan dan keberanian dalam berbicara yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran. Pengamatan pada siklus II ini juga menggunakan checklist (), dengan tujuan
untuk
mengetahui
keterampilan
siswa
dalam
berbicara
saat
pembelajaran pada masing-masing aspek yang dinilai. Lembar pengamatan kegiatan siswa diberikan kepada guru mitra dan harus diisi semua tanpa terkecuali. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siklus I dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan siswa pada masing-masing aspek yang diamati diperoleh hasil sebagai berikut. a. Menghayati kata-kata yang disampaikan Hasil tindakan siklus II pada aspek menghayati kata-kata yang disampaikan dalam bermain drama oleh siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 23 siswa atau 82,14%. Untuk kategori cukup 5 siswa atau 17,86%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Dengan demikian rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek menghayati kata-kata yang disampaikan berada pada kategori baik dengan persentase 82,14%.
85
b. Menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar Hasil tindakan siklus II pada aspek ini diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 25 siswa atau 89,29%. Untuk kategori cukup dicapai 3 siswa atau 10,71%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada kategori baik dengan persentase 89,29%. c. Pengucapan dengan intonasi yang tepat Hasil tindakan siklus II pada aspek ini diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 25 siswa atau 89,29%. Untuk kategori cukup dicapai 3 siswa atau 10,71%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada kategori baik dengan persentase 89,29%. d. Keruntutan dan keberanian dalam berbicara Hasil tindakan siklus II pada aspek ini diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 23 siswa atau 82,14%. Untuk kategori cukup dicapai 5 siswa atau 17,86%. Sedangkan siswa yang
86
mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada kategori baik dengan persentase 82,14%. Untuk lebih jelasnya keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilakukan tindakan siklus II berdasarkan 4 (empat) aspek yang diamati yaitu: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar,
pengucapan dengan
intonasi yang tepat, dan keruntutan dan keberanian dalam berbicara dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10 Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Siklus II Hasil Capaian No
Indikator
Sangat Baik Jlh %
Baik Jlh
%
Menghayati kata-kata yang 0 0 23 82,14 disampaikan 2 Menghubungkan kalimat sesuai 0 0 25 89,29 pesan 3 Pengucapan dengan intonasi 0 0 25 89,29 yang tepat 4 Keruntutan dan keberanian 0 0 23 82,14 dalam berbicara Rata-Rata 0 0 24 85,71 Persentase Rata-Rata 0% 85,71% Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Cukup Jlh
%
Kurang Jlh
%
Sangat Kurang Jlh %
1
5
17,86 0
0
0
0
3
10,71 0
0
0
0
3
10,71 0
0
0
0
5
17,86 0
0
0
0
0 0%
0
4
14,29 14,29%
0
0 0%
87
Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilaksanakan tindakan siklus II untuk kategori baik sudah terdapat 24 siswa atau dengan persentase 85,71%. Kategori cukup tinggal sejumlah 4 siswa atau dengan persentase 14,29%. Untuk kategori kurang dan sangat kurang tidak ada. Begitu juga kategori sangat baik belum ada yang mencapainya. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 3 berikut ini.
100
85.71
80 Prosentase (%)
60 40 20 0
14.29 0 Sangat Baik
Baik
0 0 Cukup Kurang Sangat Kurang Kategori
Grafik 3. Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II Grafik 3 di atas terlihat batang untuk kategori baik adalah yang paling tinggi, yaitu pada angka 85,71%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara setelah diadakan tindakan siklus II mengalami peningkatan sudah berada pada kategori baik, yaitu ada 24 siswa atau 85,71% yang sudah baik dalam berbicara, dan selebihnya da 4 siswa berada pada kategori cukup, yaitu 14,29%. Sedangkan untuk kategori sangat baik, kategori kurang dan sangat kurang tidak ada atau 0%.
88
Kegiatan dilanjutkan dengan pos test. Berdasarkan hasil pos test siswa setelah diadakan tindakan siklus II sudah hampir semua siswa tuntas dalam belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Hasil pos test yang dilakukan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah tanggal 27 April 2012, diperoleh data bahwa dari 28 siswa sudah terdapat 24 siswa yang tuntas, sementara selebihnya masih terdapat 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini nilai pos test yang diberikan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011/2012 setelah pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 11 Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus II
No Nama Siswa Nilai
Kriteria Nilai No T TT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
11
Abas Akoli Rizal Abdul Raski Apadu Fitran Ahmad Samsul Jinaba Rahim Laji Rahman Laji Aldo Parera Marlina Apadu Wisda R. Moha Uyan P. Natsir Sri Yolanda Hijrah Dumbela Nindrawati J. Jumlah
85 85 85 90 85 73 83 73 85 82 75 85 92 85 1163
3
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Jumlah nilai Jumlah nilai maksimal ideal Rata-rata nilai tercapai Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Nama Siswa
Nilai
Mukrain Ain 85 Hariyanti Bano 87 Mislan Rahmawati 85 Helmilia Ahmad 82 Apriyunita Saleh 83 Anggun Fitra M. 85 Ardeani J. Popa 85 Kasmin Yones 90 Nerci Ayuba 82 Merlin Dunggio 88 Herlin Parera 93 Supriani Nalia 75 Elis Dunggio 85 Sri Apriyani I. 85 Jumlah 1190
: 2353 : 2800 : 84,04
Kriteria Nilai T TT 13
1
89
Berdasarkan data pada tabel 11 tentang nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus II, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran aspek berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama yang telah dilakukan guru di Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 84,04 dan ketuntasan belajar mencapai 85,71 atau sudah terdapat 24 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 80 sudah mencapai 85,71%. Berikut ini dapat dilihat rekapitulasi hasil pos test keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah pelaksanaan tindakan siklus II dalam tabel berikut ini. Tabel 12 Rekapitulasi Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus II No
1 2 3 4 5
Kategori
Rentang Nilai 90 - 100 75 - 89 60 - 74 40 - 59 0 - 39
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Frekuensi
0 24 4 0 0 28
Persentase % 0 85,71 14,29 0 0 100
Rata-Rata Nilai
2353 2800 84,04
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus II berada pada kategori baik yaitu sejumlah 24
90
siswa atau 85,71%, berada pada kategori cukup sejumlah 4 siswa atau 14,29%, berada pada kategori kurang tidak ada lagi atau 0%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus II mengalami peningkatan yaitu berada pada kategori baik. 4.1.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi Siklus II Refleksi terhadap hasil tindakan kelas siklus 2 dilaksanakan setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 pertemuan kedua berakhir. Kegiatan refleksi ini mendiskusikan hasil observasi tindakan yang dilakukan. Refleksi pada pertemuan pertama, ada beberapa hal yang diperoleh dari kegiatan refleksi sebagai masukan perbaikan pada tindakan pertemuan selanjutnya, yaitu: 1) Pembelajaran siklus 2 lebih baik jika dibanding dengan pembelajaran tindakan kelas siklus I; 2) Siswa mengalami peningkatan keberanian bertanya, meskipun masih terbatas; 3) Keberanian siswa untuk mengeluarkan ide atau gagasan dan mengajukan pertanyaan mulai meningkat; 4) Siswa yang semula malu-malu dan takut bertanya menjadi lebih berani dan percaya diri; 5) Kemampuan siswa sudah terlihat mulai meningkat, ini terlihat pada hasil yang dicapai oleh siswa. Dari hasil refleksi pertemuan tersebut, maka dievaluasi bersama dengan guru kelas dan diperoleh kesepakatan sebagai berikut: 1) Dorongan dan bimbingan kepada siswa perlu ditingkatkan karena masih ada siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pelajaran; 2) Memperbaiki komunikasi dengan
91
pembelajaran terbuka, bersahabat dan menyenangkan; 3) Lebih menghargai dan merespon pendapat siswa dengan baik. Dari hasil refleksi pertemuan kedua diperoleh hasil beberapa hal, yaitu: 1) Pembelajaran pada tindakan kelas siklus II pertemuan 2 jauh lebih baik dibanding pada pertemuan pertama; 2) Keberanian siswa dalam bertanya, menyampaikan ide atau gagasan mengalami peningkatan; 3) Pemusatan perhatian siswa sudah baik; 4) Pembelajaran dengan metode sosiodrama diterapkan dengan optimal, terbukti siswa sudah lebih paham dalam memerankan tokoh yang ada dalam naskah drama dibandingkan pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini hampir semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang akan terlihat pada hasil belajar yang dicapai; 5) Pembelajaran dengan metode sosiodrama memberikan manfaat bagi adanya peningkatan pada banyak hal baik dari segi siswa, guru, maupun proses pembelajaran pada setiap siklus. Hasil analisis dan refleksi pada tindakan kelas siklus 2 dievaluasi bersama guru kelas dan diperoleh hasil yaitu: 1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang sangat memuaskan dan siswa tidak takut lagi mengemukakan pendapat; 2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat berarti, ini terlihat pada hasil nilai siklus yang makin meningkat; 3) Dengan penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia secara benar dan optimal, melibatkan siswa secara aktif belajar berbicara. Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan dari tindakan kelas siklus I sampai berakhirnya tindakan kelas siklus II, usaha untuk mengatasi permasalahan
92
yaitu rendahnya kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah melalui metode sosiodrama sudah mengalami peningkatan.
4.2 Pembahasan Pembahasan pada penelitian ini meliputi pembahasan peningkatan kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama. Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, meliputi hasil Observasi awal, siklus I dan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian mengacu pada nilai hasil keterampilan berbicara dicapai siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah melalui metode sosiodrama. Aspek-aspek yang dinilai meliputi aspek menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat ketika berbicara, keruntutan dan keberanian dalam berbicara. Sebelum dilaksanakan pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama, terlebih dahulu dilakukan kegiatan Observasi awal untuk mengetahui kondisi awal siswa, yaitu bagaimana keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah. Kegiatan Observasi awal dilakukan dengan memberikan tes awal (pre test). Setelah mengetahui hasil tes Observasi awal, peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II, yaitu pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama.
93
Guru dalam memulai pembelajaran baik siklus I maupun siklus II selalu mempresensi siswa terlebih dahulu, selanjutnya melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan siswa untuk menciptakan suasana komunikatif antara guru dengan siswa. Guru juga menyelingi dengan humor untuk menumbuhkan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara. Sebelum masuk ke materi, guru mengarahkan siswa ke pokok bahasan berbicara dengan tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman siswa yang berkaitan dengan materi. Setelah siswa terpancing dengan pokok bahasan yang akan diberikan, guru mulai menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu dan kegiatan yang akan dilakukan selama dua jam pelajaran. Pada kegiatan inti dari proses pembelajaran ini, guru membagi siswa menjadi 7 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 orang sesuai dengan tempat duduknya. Selanjutnya kepada masing-masing kelompok, guru memberikan contoh naskah drama. Masing-masing kelompok diminta untuk maju dan memerankan teks drama tersebut. Penampilan diamati dan dinilai oleh guru sebagai nilai tes awal. Selanjutnya guru menyampaikan materi tentang kemampuan berbicara dengan aspek yang perlu diperhatikan adalah menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat ketika berbicara, keruntutan dan keberanian dalam berbicara. Tugas kelompok selanjutnya adalah mendramatisasikan sebuah masalah sosial yang dekat dengan kehidupan mereka dan masalah tersebut sudah mereka pelajari sebelumnya. Setelah teks drama ditentukan, tiap kelompok maju dan
94
mempraktekkannya di depan kelas. Setiap satu kelompok selesai, dilakukan diskusi untuk menanggapi penampilan kelompok tersebut. Guru memberikan penegasan atas hasil diskusi siswa. Kegiatan selanjutnya adalah tes kemampuan berbicara. Tes dilakukan secara berkelompok, dengan mendramatisasikan dan memerankan sebuah masalah sosial yang ada dalam naskah drama yang sudah dipilih. Guru menilai keterampilan berbicara siswa saat tampil di depan kelas. Hasil tes yang diperoleh merupakan nilai keterampilan berbicara setelah dilakukan pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama. Hasil tes keterampilan berbicara dan ketuntasan belajar siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 13 Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Peningkatan Peningkatan Ketuntasan Keterampilan Berbicara Belajar Kegiatan No Pembelajaran Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kategori Kategori (Siswa) (%) (Siswa) (%) 1 Observasi 14 50,00 Kurang 6 21,43 Tuntas awal 2
Siklus I
23
82,14
Cukup
13
46,43
Tuntas
3
Siklus II
24
85,71
Baik
24
85,71
Tuntas
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012 Data pada tabel 13 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes keterampilan berbicara Observasi awal, siklus I dan siklus II. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah mengalami peningkatan dari Observasi awal, siklus I dan siklus II. Pada Observasi awal keterampilan berbicara siswa yang diamati pada aspek:
95
menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam berbicara diperoleh data dari 28 siswa hanya terdapat 2 orang siswa atau 7,14% yang mencapai kategori baik, 12 siswa atau 42,86% yang mencapai kategori cukup, dan 14 siswa atau 50% yang mencapai kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara pada Observasi awal berada pada kategori kurang dengan nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 66,0 dan ketuntasan belajar mencapai 21,43%. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa keterampilan berbicara siswa masih tergolong rendah. Keterampilan siswa dan pola pembelajaran guru yang menjadi penyebab utama kondisi ini. Keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah masih rendah.
Keterampilan
dalam
menghayati
kata-kata
yang
disampaikan,
menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam berbicara kurang. Guru selama ini dalam pembelajarannya masih cenderung pada pola pembelajaran konvensional. Hasil tindakan siklus I keterampilan berbicara siswa yang diamati pada aspek: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam berbicara meningkat yaitu dari 28 siswa sudah terdapat 23 siswa atau 82,14% berada pada kategori cukup dan 5 siswa atau 17,86% berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara pada siklus I berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 75,86 dan ketuntasan belajar mencapai 46,43%. Namun hasil siklus I
96
ternyata belum memenuhi target pencapaian ketuntasan belajar, oleh karena itu dilakukan tindakan siklus II. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan berada pada kategori baik yaitu sudah terdapat 24 siswa atau 85,71% siswa yang sudah baik dalam menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam berbicara. Peningkatan keterampilan berbicara siswa ini juga diikuti dengan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu dari Observasi awal siswa yang tuntas belajar hanya mencapai 21,43% atau 6 siswa. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I ketuntasan belajar mengalami peningkatan yaitu sudah terdapat 13 siswa atau 46,43% yang tuntas dalam belajar. Dilanjutkan dengan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dimana sudah terdapat 24 siswa atau 85,71% yang tuntas dalam belajar. Peningkatan keterampilan berbicara dan ketuntasan belajar yang dicapai siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilaksanakan tindakan merupakan bukti keberhasilan metode sosiodrama dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode sosiodrama, kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah masih kurang, setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode sosiodrama pada siklus I dan siklus II, kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah mengalami peningkatan. Pada siklus I masih pada kategori cukup, setelah dilakukan perbaikan pada siklus II kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
97
Tengah menjadi baik. Untuk lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini. Peningkatan kemampuan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara diikuti dengan perubahan perilaku siswa. Sebelum dilakukan tindakan, kondisi awal menunjukkan lebih dari 50% siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Ketika diminta praktik berbicara, mereka mengeluh dan terlihat malas. Mereka mengaku kurang berminat dengan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya berbicara, karena menurut mereka sangat sulit. Pada siklus I siswa masih menunjukkan sikap negatif dalam menerima pelajaran. Masih ada beberapa siswa yang tidak disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Perhatian siswa belum terfokus pada pembelajaran dan mereka belum berani menanggapi penjelasan guru. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata mereka masih bingung dengan metode sosiodrama yang diterapkan guru. Siswa juga mengaku kesulitan berbicara bahasa. Masalah-masalah yang muncul pada siklus I, menjadi dasar bagi guru untuk melakukan perbaikan tindakan pada siklus II. Pada siklus II pembelajaran dengan metode sosiodrama masih dilakukan. Perbaikan dilakukan dengan memberikan
contoh
cara
menghayati
kata-kata
yang
disampaikan,
menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam berbicara. Guru juga memberi latihan-latihan untuk meningkatkan penguasaan kosakata dan penyusunan kalimat yang efektif. Pada siklus II ini lebih ditekankan adanya komunikasi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
98
Hasil observasi menunjukkan adanya perubahan perilaku negatif siswa menjadi perilaku positif. Berarti perbaikan-perbaikan yang dilakukan guru pada siklus II ini membawa pengaruh positif pada siswa. Semangat dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Siswa sudah berani bertanya maupun memberikan tanggapan atas penjelasan guru atau saat siswa lain bermain drama. Perilaku positif selama proses pembelajaran sangat mempengaruhi keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan hasil tes berbicara dari Observasi awal, siklus I dan siklus II. Berdasarkan data peningkatan hasil tes dan perubahan perilaku siswa yang dijelaskan di atas, membuktikan keefektifan metode sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah. Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: “Jika guru menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran, maka keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo akan meningkat” dapat diuji dan dibuktikan kebenarannya.