35
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman peneliti dalam melakukan penelitian, karena rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh yang berisikan hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari menentukan hipotesis dan implikasinya secara oprasional, analisis terhadap data yang telah dikumpulkan, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan dan saran yang akan diberikan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ghazali (2004) penelitian penjelasan (explanatory research) adalah menjelaskan suatu hubungan antara variablevariabel melalui pengujian hipotesis. Jenis penelitian ini dipilih karena tujuan yang hendak dicapai mencakup usaha-usaha untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh yang terjadi antara variable penelitian dan mengunakan kuesioner sebagai salah satu alat dalam pengumpulan datanya. Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan alat analisis diskriptif dan kuantitatif. Teknik analisis yang akan digunakan dalam analisis data yang telah dikumpulkan guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan dibuat kesimpulan Gambar 4.1.
dan
saran.
Rancangan
penelitian
dapat digambarkan seperti
36
Hipotesis 1) Variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma Bali. 2) Variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma Bali.
Variabel penelitian Penempatan, Kompensasi, Kesempatan Berprestasi, Komunikasi, Lingkungan Kerja dan dan Semangat Kerja
Instrumen Penelitian Kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya
Penentuan Populasi dan Sampel Populasinya adalah seluruh karyawan Kimia Farma di Bali dan sampelnya adalah bagian dari populasi yang dipilih sebagai responden
Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner 2. Wawancara 3. Observasi
Simpulan dan Saran
Gambar 4.1:
Pembahasan dan
Interpretasi Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif 2. Analisi Regresi Linier Berganda
Rencana Penelitian Pengaruh Penempatan, Kompensasi, Kesempatan Berprestasi, Komunikasi dan Lingkungan Kerja terhadap Semangat Kerja Karyawan Kimia Farma di Bali.
37
4.1.2 Ruang lingkup penelitian Penelitian akan dilakukan di Apotek Kimia Farma yang ada di daerah Bali. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni tahun 2010 (3 bulan). dengan pertimbangan sebagai berikut : 1) Apotik Kimia Farma merupakan Apotik yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang perkembangannya cukup cepat dan tersebar di wilayah Bali. 2) Apotik Kimia Farma perlu meningkatkan semangat kerja karyawannya melalui pemenpatan karyawan yang sesuai, kompensasi yang memadai, kesempatan berprestasi kepada semua karyawan, meningkatkan komunikasi antar karyawan dan menjaga lingkungan kerja yang kondusif dalam mencapai tujuan organisasi. 3) Kemudahan dan efisiensi dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. 4.2
Variabel Penelitian
4.2.1 Identifikasi variabel Identifikasi variabel bertujuan untuk memilih variabel-variabel yang berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan. Variabel-variabel yang diduga memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam mempengaruhi semangat kerja karyawan dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1) Variabel terikat atau dependen variabel (Y), adalah semangat kerja yang diukur dengan indikator variabel yaitu: disiplin, kerjasam, dan kepuasan. 2) Variabel bebas atau independen variabel (Xi), yang terdiri dari :
38
variabel penempatan (X1), variabel kompensasi (X2), variabel kesempatan berprestasi (X3), variabel komunikasi (X4) dan variabel lingkungan kerja (X5). 4.2.2
Definisi operasional variabel Definisi operasional variabel dengan masing-masing indikator dijelaskan
sebagai berikut. 1) Semangat kerja adalah suatu sikap kejiwaan dan perasaan senang dari individu atau kelompok terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Sikap kejiwaan dan perasaan senang individu tersebut tercermin dari adanya minat dan dorongan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Sikap kejiwaan dan perasaan senang dari kelompok tercermin dengan adanya hubungan kerja di antara karyawan dalam setiap kerjasama. Variabel semangat kerja diukur dengan indikator sebagai berikut. (1) Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan karyawan terhadap kehadiran dalam bekerja, peraturan, dan tata tertib, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap ketaatan untuk hadir pada hari dan jam kerja, taat pada perintah pimpinan, taat pada peraturan yang berlaku, dan bekerja dengan mengikuti prosedur dan cara kerja yang telah ditentukan. (2)
Kerjasama adalah suatu kebersamaan yang ditujukkan oleh
karyawan dalam melaksanakan tugas, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap tindakan yang dilakukan bersama-sama, dimana setiap orang bekerja dan menyumbangkan tenaga secara sukarela dan sadar untuk saling membantu guna mencapai tujuan bersama. (3)
Kepuasan adalah suatu kondisi yang menunjukkan perasaan puas
yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kepuasan atas kemampuan menyelesaikan pekerjaan yang bersifat menantang, kepuasan
39
atas kemampuan mencari solusi atau pemecahan masalah yang terjadi dalam pekerjaan, kepuasan jika telah dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu, kepuasan menyelesaikan tugas tanpa harus diberitahu terlebih dahulu. 2) Penempatan adalah pengangkatan dan penugasan karyawan pada suatu bidang pekerjaan dengan berpedoman pada tugas yang tercantum dalam analisis jabatan yang ditetapkan oleh organisasi. Variabel penempatan diukur dengan indikator sebagai berikut. (1) Pendidikan adalah kemampuan yang dimiliki oleh karyawan melalui jalur pendidikan tertentu yang bersifat formal, diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kesesuaian penempatan dengan tingkat pendidikannya. (2)
Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki karyawan melaui
jalur pelatihan atau kursus yang bersifat formal, diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kesesuaian penempatan dengan keterampilan kerjanya. (3)
Pengalaman adalah kemampuan yang dimiliki karyawan melalui
berbagai jenis pekerjaan yang pernah dikerjakan, diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kesesuaian penempatan dengan pengalaman kerja. (4) Minat adalah suatu daya tarik atau bakat yang dimiliki oleh karyawan atas pekerjaan yang dilaksanakan, diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kesesuaian penempatan dengan minat. 3) Kompensasi adalah keseluruhan daya penggerak untuk bekerja dari seseorang atasan kepada bawahan , sehingga mereka mau bekerja bersemangat dengan
40
memberikan yang terbaik dari dirinya, yakni waktu, tenaga dan keahlian demi tercapainya tujuan. Variabel kompensasi diukur dengan indikator sebagai berikut. (1) Gaji adalah balas jasa yang diterima oleh karyawan berupa uang dan bersifat tetap yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan tentang kelayakan dan kesesuaian gaji yang diterima dengan tingkat pendidikan, tugas dan tanggung jawab. (2)
Tunjangan karyawan adalah balas jasa yang dalam bentuk uang
untuk membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan tentang kesesuaian tunjangan yang diterima dengan tugas dan tanggung jawab, seperti tunjangan jabatan dan tunjangan hari raya. (3)
Insentif adalah balas jasa berupa uang untuk merangsang karyawan
bekerja lebih giat, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan tentang kesesuaian insentif yang diterima dengan tugas dan tanggung jawab. (4) Fasilitas adalah sarana yang disediakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan tentang kesesuaian fasilitas, kondisi dan kecukupan jumlah
yang disediakan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. 4) Kesempatan berprestasi adalah kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja dalam rangka mengembangkan karier untuk promosi pada masa yang akan datang sesuai dengan kemampuan, partisipasi, dan pengakuan prestasi yang dicapai. Variabel kesempatan berprestasi diukur dengan indikator sebagai berikut.
41
(1) Pendidikan jabatan adalah pendidikan yang harus diikuti oleh karyawan sebagai syarat untuk menduduki suatu jabatan, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kesempatan mengikuti pendidikan jabatan untuk dapat menduduki suatu jabatan tertentu. (2)
Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan yang lebih tinggi
ditempuh oleh karyawan, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan
terhadap
kesempatan
menyesuaikan
ijazah
karena
menyelesaikan pendidikan formal. (3)
Promosi jabatan adalah keadilan kesempatan bagi individu untuk
dipromosikan guna kenaikan suatu jabatan dari jabatan yang rendah ke jabatan yang lebih tinggi, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kesempatan untuk dipromosikan dalam meraih kesempatan untuk menduduki suatu jabatan yang lebih tinggi. 5) Komunikasi adalah suatu hubungan kerja yang didukung oleh komunikasi, baik secara vertikal formal atau informal maupun horizontal formal atau informal, sehingga terbina hubungan kerja yang kondusif antara pimpinan dengan bawahan dan antar karyawan. Variabel komunikasi diukur dengan indikator sebagai berikut. (1)
Komunikasi formal adalah efektivitas dan intensitas interaksi yang
terjadi antara pimpinan dan bawahan dalam melaksanakan tugas, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap efektivitas dan intensitas komunikasi dalam hubungan kerja pada waktu jam kerja. (2)
Komunikasi informal adalah efektivitas dan intensitas interksi
yang terjadi antara pimpinan dan bawahan dalam melaksanakan tugas,
42
yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap efektivitas dan intensitas komunikasi hubungan kerja di luar jam kerja. 6) Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan kerja fisik tempat karyawan melaksanakn tugas, yang diukur dengan indikator sebagai berikut. (1) Ruang gerak adalah tempat kerja antara karyawan satu dengan yang lain dalam satu ruang kerja, yang diukur dari penilaian atau persepsi karyawan terhadap keleluasaan ruang kerjanya. (2)
Penataan peralatan kantor adalah penataan peralatan yang
digunakan untuk bekerja, yang diukur dari penilaian atau persepsi karyawan terhadap tata letak peralatan di dalam ruang kerja. (3)
Ventilasi (Pencahayaan dan sirkulasi udara) adalah keadaan
dimana lampu penerangan atau sinar matahari cukup menerangi ruang kerja dan Sirkulasi udara di mana karyawan dapat menghirup udara segar dalam bekerja, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kecukupan penerangan dan sirkulasi udara di ruang kerja. (4) Kebisingan adalah keadaan dimana karyawan bebas dari gangguan suara, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kebisingan di sekitar ruang kerja. (5) Kebersihan adalah keadaan dimana ruangkerja karyawan bebas dari kotoran berbagai macam benda limbah kertas, yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap kebersihan ruangan dan lingkungan kerja. (6) Kenyamanan adalah keadaan dimana karyawan merasa nyaman dalam bekerja, yang diukur dari perspesi atau penilaian karyawan terhadap kenyamanan ruang kerja.
43
(7)
Keamanan kerja adalah kedaan di mana karyawan bebas dari rasa
kekhawatiran rasa aman,yang diukur dari persepsi atau penilaian karyawan terhadap keamanan dalam bekerja. 4.3
Prosedur Pengumpulan Data
4.3.1 Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penilaian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dan data kualitatif yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat dinyatakan dalam bentuk angkaangka dan memiliki satuan hitung. Data kuantitatif yang dikumpulkan adalah jumlah karyawan menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, golongan gaji, masa kerja, jabatan, dan tempat tugas. 2) Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka dan tidak memiliki satuan hitung. Data kualitatif yang dikumpulkan adalah data tentang penilaian atau persepsi karyawan tentang penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan semangat kerja.
4.3.2
Populasi dan sampel penelitian
1) Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Kimia Farma di Bali berjumlah 221 orang yang tersebar di 22 (dua puluh dua) unit apotik Kimia Farma yang ada di
44
Bali. Lebih rinci jumlah karyaawan Kimia Farma di Bali berdasarkan lokasi seperti terlihat pada Tabel 4.1. berikut. Tabel 4.1. Jumlah Karyawan Kimia Farma di Bali Berdasarkan Lokasi Apotik Tahun 2010. Lokasi
Jumlah Karyawan (Orang) 36 33 8 9 7 8 6 10 7 7 12 8 7 7 7 9 10 6 6 8 5 5 221
1. Apotik KF. No. 34 Denpasar 2. Apotik KF. No. 07 Sanglah 3. Apotik KF. No. 66 Patimura 4. Apotik KF. No. 82 Kuta 5. Apotik KF. No. 102 Tabanan 6. Apotik KF. No. 108 Teuku Umar 7. Apotik KF. No. 125 Singaraja 8. Apotik KF. No. 126 Nusa Dua 9. Apotik KF. No. 154 Gatsu 10. Apotik KF. No. 155 Hayam Wuruk 11. Apotik KF. No. 157 Tuban 12. Apotik KF. No. 173 Sanur 13. Apotik KF. No. 190 Ubud 14. Apotik KF. No. 192 G. Sangiang 15. Apotik KF. No. 200 Tohpati 16. Apotik KF. No. 211 Sesetan 17. Apotik KF. No. 232 Seminyak 18. Apotik KF. No. 235 Imam Bonjol 19. Apotik KF. No. 236 Taman Griya 20. Apotik KF. No. 242 Raya Kuta 21. Apotik KF. No. 276 Manyar 22. Apotik KF. No. 286 Padang Asri Jumlah Sumber : Apotik Kimia Farma, 2010 2) Sampel penelitian
Sampel adalah bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2008). Berdasarkan pertimbangan yang logis, seperti kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu dan tenaga, tidak semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini, melainkan diambil beberapa orang sampel yang
dianggap
representatif
untuk
mewakili
seluruh
populasi.
Teknik
45
pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2007). Dalam penelitian ini digunakan teknik proporsional random sampling dengan menggunakan rumus
Taro
Yammane dalam Ridwan (2007), berikut. N ------------ …………………….…………………………………….. (1) N.d2 + 1
n
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d2 = presisi (ditetapkan 5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen) Berdasarkan rumus teknik pengambilan sampel di atas, dengan jumlah populasi sebanyak 221 orang dan presisi atau taraf kesalahan sebesar 5 persen, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: N n = ------------N.d2 + 1
=
221 ---------------------221 x (0,05)2 + 1
221 = --------- = 142,3 1,552
Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 142 orang. Selanjutnya untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil dari masing-masing lokasi apotik digunakan rumus sebagai berikut (Riduwan, 2007). Ni ni = ------------- x n ....................................................................... (2) N Keterangan : ni = jumlah sampel menurut lokasi n
= jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut lokasi N = jumlah populasi seluruhnya Lebih rinci jumlah populasi dan responden menurut unit kerja Apotik Kimia Farma di Bali, seperto terlihat pada Tabel 4.2.
46
Tabel 4.2. Jumlah Populasi dan Sampel/Responden Menurut Unit Kerja Apotik Kimia Farma di Bali Tahun 2010 Lokasi 1. Apotik KF. No. 34 Denpasar 2. Apotik KF. No. 07 Sanglah 3. Apotik KF. No. 66 Patimura 4. Apotik KF. No. 82 Kuta 5. Apotik KF. No. 102 Tabanan 6. Apotik KF. No. 108 Teuku Umar 7. Apotik KF. No. 125 Singaraja 8. Apotik KF. No. 126 Nusa Dua 9. Apotik KF. No. 154 Gatsu 10. Apotik KF. No. 155 Hayam Wuruk 11. Apotik KF. No. 157 Tuban 12. Apotik KF. No. 173 Sanur 13. Apotik KF. No. 190 Ubud 14. Apotik KF. No. 192 G. Sangiang 15. Apotik KF. No. 200 Tohpati 16. Apotik KF. No. 211 Sesetan 17. Apotik KF. No. 232 Seminyak 18. Apotik KF. No. 235 Imam Bonjol 19. Apotik KF. No. 236 Taman Griya 20. Apotik KF. No. 242 Raya Kuta 21. Apotik KF. No. 276 Manyar 22. Apotik KF. No. 286 Padang Asri Jumlah Sumber : Apotik Kimia Farma, 2010 4.3.3
Jumlah Populasi (Orang) 36 33 8 9 7 8 6 10 7 7 12 8 7 7 7 9 10 6 6 8 5 5 221
Jumlah Responden (Orang) 23 21 5 6 5 5 4 7 5 5 8 5 4 4 4 6 6 4 4 5 3 3 142
Cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan dua metode
yaitu metode wawancara dan observasi. 1) Metode wawancara atau interview Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara atau tatap muka langsung dengan responden, dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang terstruktur yang digunakan untuk memperoleh informasi. Data yang diperoleh melalui wawancara adalah persepsi atau
47
penilaian karyawan tentang penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, lingkungan kerja, dan semangat kerja. 2) Metode Observasi Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap karyawan yang sedang bekerja. Data yang dipoeroleh melalui metode observasi adalah jumlah karyawan, keterlambatan karyawan masuk kerja, karyawan yang mendahului pulang, kondisi kerja, komunikasi kerja, serta pemanfaatan fasilitas dan peralatan kantor. 4.4
Instrumen Penelitian
4.4.1
Penyusunan instrumen Dalam penelitian ini disusun intrumen / alat untuk mendapatkan data yang
diinginkan. Adapun intrumen yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1) Kuesioner Kuesioner diisi oleh seluruh responden karyawan Kimia Farma di Bali, yang terdiri
dari
Kuesioner
untuk
mendapatkan
karakteristik
responden,
penempatan karyawan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja serta semangat kerja pada karyawan Kimia Farma di Bali. 2) Program / Komputer Komputer dipergunakan untuk pengolahan data statistik dengan mempergunakan Program SPSS 15,0. 4.4.2
Uji vliditas dan reliabiltas instrumen Sebagaimana diketahui bahwa data mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam suatu penelitian, karena data menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena data yang dikumpulkan
48
dalam penelitian dengan menggunakan instrumen, maka instrumen yang dipakai harus memenuhi dua persyartan yaitu validitas dan relibilitas. 1) Uji validitas Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengukuran validitas dilakukan secara statistik dengan hasil perhitungan analisis faktor (factor loading) yang menggambarkan seberapa kuat butir-butir instrumen (variabel terukur menyatu sama lainya). Untuk menghitung korelasi ini digunakan teknik korelasi product moment dengan rumus Karl Pearson (Arikunto, 2002). NΣXY – (ΣX)(ΣY) Rxy =
√ [NΣ X
........................... (3) 2
- (ΣX)2] [NΣY2 – (ΣY)2]
Dimana : rxy = koefefisien korelasi X = skor faktor Y = skor total n
= jumlah sampel.
Setelah nilai rxy diperoleh maka untuk menentukan valid atau tidaknya tiap butir pertanyaan digunakan tarif sigmnifikan (alpa=0.05). Bila nilai probabilitas lebih kecil atau sama dengan 0.05 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid, dan jika sebaliknya dinyatakan gugur. Sebagai pedoman umum untuk menentukan validitas butir pertanyaan maka koefisien korelasi minimum
49
dianggap memenuhi syarat adalah jika r= 0.300 dan kalau lebih kecil dari 0.300 maka butir pertanyaan dinyatakan tidak valid. 2) Uji reliabilitas Suatu instrumen dapat dikatakna reliabel atau andal jika alat ukur tersebut mengarah pada keajegan atau konstan, dimana tingkat reliabilitas dengan memperlihatkan sejauhmana alat ukur dapat diandalkan dan dipercaya, sehingga hasil pengukuran tetap konsisten jika dilakukan pengukuran berulang-ulang terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama pula (Sugiono, 2003). Untuk menguji relliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan koefisien korelasi Alpha Crombach karena data yang dikumpulkan adalah berbentuk skala (Arikunto, 2002). Jika r Alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka butir atau variabel tersebut reliabel. Sebagai pedoman umum untuk menentukan reliabilitas butir pertanyaan maka koefisien korelasi minimum dianggap memenuhi syarat adalah jika r=0,600 dan kalau lebih kecil dari 0,600 maka butir pertanyaan dinyatakan tidak reliabel (Sugiono, 2003). Untuk menghitung besarnya koefisien korelasi dipergunakn komputer dengan program SPSS. 4.5
Metode Analisis Data
4.5.1
Analisis deskriptif Tujuan
dari analisis
ini
adalah
untuk
mendeskripsikan
kondisi
penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, lingkungan kerja dan semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. Dalam teknik analisis ini seluruh variabel-variabel yang akan diteliti dideskripsikan dengan menggunakan nilai rata-rata dan persentase dari skor jawaban responden.
50
4.5.2
Analisis statistik regresi linier berganda Sebagaiman telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan, baik secara bersama-sama maupun secara parsial, sehingga model yang digunakan adalah regresi linier berganda, dengan alasan karena variabel bebas terdiri dari lima variabel. Selain itu model regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat seperti yang telah dirumuskan dalam hipotesis. Model fungsi regresi linier berganda yang digunakan dapat dirumuskan dengan persamaan beriku (Gujarati,1999) Y=βO + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e..................................... (4) Keterangan : Y = Variabel semangat kerja karyawan βO = Intercep atau konstana X1 = Variabel penempatan X2 = Variabel kompensasi X3 = Variabel kesempatan berprestasi X4 = Variabel komunikasi X5 = Variabel lingkungan kerja β1, β2, β3, β4, dan β5 menunjukkan koefisien regresi. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecill, maka diperoleh besarnya koefisien βO, β 1, β2, β3, β4, dan β5. Untuk dapa menggunakan model regresi
51
linier berganda ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, yakni sebagai berikut. 1)
Keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian ini yang masih
berskala ordinal, terlebih dahulu ditransformasika ke skala interval dengan menggunakan Method of Successieve Intervals (MSI). 2) Asumsi klasik yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah Normalitas, Multikolinieritas dan heteroskedastisitas. 4.5.3 Asusmsi klasik Pengujian asumsi klasik atau evaluasi terhadap model yang diajukan harus dilakukan, agar model penelitian benar-benar menggambarkan fenomena kausal dan korelasional antar variabel yang diteliti. Evaluasi ini dimaksudkan untuk pengunaan model regresi linier berganda
(Multiple Linier Regression) dalam
menganalisis apakah telah memenuhi asumsi klasik. Model regersi linier berganda akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, apabila beberapa asumsi berikut dapat terpenuhi. Dalam penelitian ini dipergunakan tiga uji asumsi klasik yang dianggap penting, yakni uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas sebagai berikut. 1) Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terkait terkait dengan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat normal frofitability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis
52
lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis normal. Apabila garis data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya maka distribusi data normal (Gozali, 2005). 2) Uji Multikolinearitas Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan guna untuk mengetahui apakah variabel bebas tersebut tidak saling berkolerasi atau ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi yang digunakan (Mursinto, 1990). Analisis itu perlu dilakukan sebab apabila dalam membuat analisis regresi terjadi multikolinieritas, maka akan sulit untuk diketahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel tidak bebasnya. Diagnosis secara sederhana terhadap adanya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan cara melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Menurut Ghozali (2005), suatu data terjadi multikolinieritas apabila nilai VIF nya lebih besar daripada 10 (sepuluh) dan nilai Tolerance kurang dari sepuluh persen ( 0,10 ). 3) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika varians dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Gejala heterokedastisitas terjadi sebagai akibat ketidaksamaan data, atau bervariasinya data yang diteliti. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas atau dalam kondisi
53
homokedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya gejala tersebut adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot atau diagram, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y predidsi Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Gozali, 2005). Pengambilan keputusan berdasarkan scatterplot diagram adalah sebagai berikut. (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Setelah model regresi dinyatakan memenuhi syarat asumsi klasik sehingga dapat memprediksi dan dipakai sebagai model penelitian, maka selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis. Secara operasional hipotesis penelitian berdasarkan kerangka konseptual yang dikemukakan sebelumnya harus dinotasikan secara statistik. Setelah model regresi dinyatakan memenuhi syarat asumsi klasik sehingga dapat memprediksi dan dipakai sebagai model penelitian, maka selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis.
4.5.4
Uji regresi serempak (F-test) Untuk membuktikan kebenaran hipotesis keenam digunakan uji F, yaitu
untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara bersama-sama, dengan menggunakan rumusan hipotesis sebagai berikut.
54
Ho : βi = 0, berarti bahwa tidak ada pengaruh signifikan secara bersamasama dari faktor penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan. Hi : minimal salah satu dari βi ≠ 0, berarti bahwa minimal salah satu dari faktor
pemenpatan,
kompensasi,
kesempatan
berprestasi,
komunikasi, dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan. Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut (Gujarati,1999). R2 / (k-1) F=
................................................................... (6) (1-R2) / (n-k)
Dengan menggunakan tingkat kesalahan (α = 0,05 ), maka kriteria pengujian adalah : terima Ho jika F hitung ≤ tabel dan tolak Ho jika F hitung > F tabel. Untuk mengetahui besarnya variasi variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel tidak bebas digunakan koefisien determinasi berganda (R2). Untuk mengetahui dengan lebih jelas diterima atau ditolaknya Ho, maka dapat dilihat dari daerah kritis seperti terlihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk uji F v1,v2=derajat kebebasan Terima Ho kalau Fh
F (v1,v2) Daerah Penerimaan
Daerah Penolakan
55
F (v1,v2) 4.5.5
Uji regresi parsial (t-test) Untuk membuktikan kebenaran hipotesis kesatu, kedua, ketiga, keempat
dan kelima digunakan uji t, yaitu untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari faktor penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja, dengan rumusan hipotesis sebagai berikut. Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh positif secar parsial dari faktor penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan. Hi :
βi ≠ 0, berarti ada pengaruh positif secara parsial dari faktor penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan.
Untuk melihat pengaruh secara parsial dari faktor penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan, digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1999). βi – βi t=
..................................................................... (5) Se ( βi )
Dengan menggunakan tingkat kesalahan (α = 0.05 ) maka kriteria pengujiannya adalah : terima Ho jika thitung ≤ ttabel dan tolak Ho jika thitung > ttabel.
56
Untuk mengetahui lebih jelas diterima atau ditolaknya Ho, dapat dilihat pada daerah kritis, seperti pada Gambar 4.2 Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Uji t Terima Ho kalau thitung < ttabel dan tolak Ho kalau thitung > ttabel
Daerah Penolakan Daerah Penerimaan t u=0.05 4.5.6
Variabel bebas yang berpengaruh dominan Untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh dominan terhadap
variabel tidak bebas, digunakan beta yang distandarisasi. Beta yang distandarisasi adalah koefisien dari variabel bebas yang semua nilai dari variabel tersebut sudah dalam bentuk standar (Z score). Besarnya beta yang distandarisasi dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut (Norusis, 1993 dalam Agustini, 2002). Sxi Beta = βi
............................................................. (7) Sy
Dimana Beta = beta weight, βi = koefisien regresi, Sxi = standar deviasi dari variabel bebas X ke i, i=1 sampai 5, dan Sy = standar deviasi dari variabel Y Untuk mengetahui variabel bebas (X) yang berpengaruh dominan terhadap variabel tidak bebas (Y), maka dilihat dari nilai paling besar beta yang distandarisasi. Selanjutnya untuk memudahkan perhitungan dan analisis data
57
dalam penelitian ini, diproses dengan menggunakan komputer dengan paket program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows versi 10.0