METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
spektra
ukuran
biomassa
plankton
dan
potensi
pemanfaatannya bagi komunitas ikan di zona limnetik waduk Djuanda meliputi sub kegiatan sebagai berikut: 1) Penelitian pengaruh peningkatan unsur hara N dan P terhadap produksi dan pertumbuhan fitoplankton di zona limnetik waduk Djuanda. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung pengaruh beban (loading) unsur hara N dan P terhadap pertumbuhan dan produksi fitoplankton di zona limnetik waduk. Tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan apakah peningkatan beban unsur hara N dan P yang berasal dari kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung dan dari aliran air yang masuk waduk merupakan faktor utama yang secara nyata meningkatkan produksi dan pertumbuhan fitoplankton di zona limnetik waduk? 2) Penelitian pengaruh grazing dan filtrasi zooplankton terhadap pertumbuhan komunitas fitoplankton di zona limnetik waduk Djuanda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh grazing zooplankton terhadap pertumbuhan populasi fitoplankton di zona limnetik waduk. Hal ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sampai berapa jauh grazing zooplankton dapat mempengaruhi pertumbuhan dan biomassa fitoplankton. Selain itu, apakah fitoplankton yang terbentuk dapat dimanfaatkan oleh zooplankton dan ikan? 3) Penelitian efisiensi aliran energi pada jejaring makanan di zona limnetik waduk Djuanda. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan model jejaring makanan di zona limnetik waduk Djuanda mulai dari tingkatan trofik terrendah sampai kepada ikan pemakan plankton. Tujuan tersebut untuk menjawab pertanyaan apakah jejaring makanan di zona limnetik waduk sudah efisien? Jika belum efisien, bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi tersebut? 4) Implikasi dari prespektif dinamika ekosistem zona limnetik waduk Djuanda. Penelitian ini dilakukan untuk mensintesis prespektif ekosistem zona limnetik waduk Djuanda dalam kaitannya dengan optimasi pemanfaatannya bagi produksi ikan sebagai refleksi dari hasil penelitian butir 1, 2 dan 3.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di waduk Djuanda, Jatiluhur dengan menggunakan metoda survei dan pengamatan di laboratorium. Penelitian dilakukan dengan cara pengambilan contoh secara acak berstrata (stratified random sampling) (Johnson and Nielsen, 1985; Ryding dan Rast, 1989) di setiap stasiun penelitian. Stasiun penelitian ditetapkan di empat daerah penelitian yang mewakili zona limnetik waduk, sedangkan kegiatan penelitian difokuskan di daerah genangan utama seperti tertera pada Gambar 5. Pembagian daerah penelitian tersebut didasarkan kepada morfometrika dan hidrodinamika waduk (OECD, 1982) serta tingkat kesuburan perairannya, sebagai berikut: a) Daerah I: daerah hulu waduk yang merupakan pemasukan air sungai Citarum atau pengeluaran air waduk Cirata. Daerah ini mendapat beban masukan bahan organik yang tinggi, berupa limbah yang berasal dari aktifitas budidaya kja di waduk Cirata.
Di daerah ini ditetapkan satu
stasiun penelitian, yaitu stasiun 1. b) Daerah II: daerah transisi antara daerah hulu waduk dari Sungai Citarum dengan daerah tengah atau daerah genangan utama waduk. Di daerah ini ditetapkan satu stasiun penelitian, yaitu stasiun 2 c) Daerah III: daerah tengah waduk yang merupakan daerah genangan utama. Di daerah ini ditetapkan enam stasiun penelitian, yaitu stasiun 3, 3a, 3b, 3c, 3d, dan 3e. d) Daerah IV: daerah pemasukan sungai Cilalawi dan daerah budidaya ikan dalam keramba jaring apung. Di daerah ini ditetapkan satu stasiun penelitian yaitu stasiun 4. Perkiraan luas masing-masing daerah penelitian dan posisi masingmasing stasiun penelitian tertera pada Tabel 2. Posisi masing-masing stasiun penelitian tersebut ditetapkan dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System). Pengambilan contoh dilakukan di masing-masing stasiun penelitian, setiap bulan selama 12 bulan pengamatan (Mei 2003-April 2004).
Gambar 5. Peta Waduk Djuanda dengan empat daerah penelitian (data diambil pada tinggi muka air waduk maksimum, 97,5 m dpl, 17 Mei 2002) Tabel 2. Perkiraan luas daerah penelitian (pada ketinggian air 80 m, dpl) dan posisi stasiun penelitian di Waduk Djuanda Daerah Penelitian I
Perkiraan Luas (ha) 484
Posisi Stasiun
Nomor Stasiun 1
LS
BT
o
107 18'30"
o
6 34'55"
o
II
1016
2
6 32'35"
107o19'25"
III
3190
3
6o30'05"
107o19'40"
3a
6o30'45"
107o20'35"
3b
6o31'55"
107o20'35"
3c
6o30'55"
107o21'30"
3d
6o31'55"
107o21'35"
3e
6o31'40"
107o22'35"
4
6o33'05"
107o23'20"
IV
510
Penelitian Pengaruh Beban Masukan Unsur Hara N dan P terhadap Produksi dan Pertumbuhan Fitoplankton di Zona Limnetik Waduk Djuanda Metode dan Desain Penelitian Pengambilan contoh unsur N dan P serta parameter kunci kualitas air, dan contoh fitoplankton dilakukan di sembilan stasiun penelitian (lihat Gambar 5). Sedangkan pengamatan produksi primer fitoplankton hanya dilakukan di tujuh stasiun penelitian, yaitu stasiun 1, 2, 3, 3a, 3b, 3c dan stasiun 4. Pengambilan contoh unsur N dan P, parameter kunci kualitas air, dan fitoplankton di setiap stasiun dilakukan pada kedalaman 0,5 m (permukaan), 1 m, 2 m, 4 m dan 8 m. Pengukuran produksi primer fitoplankton dilakukan pada kedalaman 0,5; 1,5; 2,5 sampai 4,0 m yang disesuaikan dengan kedalaman eufotik. Kedalaman eufotik dihitung secara empiris dari besarnya kecerahan air (piring secchi) dikalikan dengan faktor 2,5 (Preisendorfer, 1986; Tilzer, 1988). Pengambilan contoh dan pengamatan produksi primer fitoplankton dilakukan setiap bulan selama 12 bulan pengamatan.
Variabel yang Diukur Variabel yang ditera dalam penelitian ini meliputi: a) Unsur N dan P serta parameter kunci kualirtas air, yaitu: ammonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3), orto-fosfat (PO4), H2S, kelarutan oksigen, pH, alkalinitas, bahan organik terlarut (BOT), suhu air dan kecerahan. b) Komunitas fitoplankton: genus, jumlah, ukuran dan volume fitoplankton. Variabel kerja yang diukur adalah sebagai berikut: a) Produktivitas primer fitoplankton Produktifitas primer diukur dengan metoda botol-gelap, botol terang menggunakan rumus sebagai berikut:
PP
N
=
(C
l
− ∆t
C ) o
(1)
dengan keterangan PPN = produktifitas primer bersih (mgO2/l/jam); Cl = konsentrasi oksigen pada botol terang (mg/l); Co = konsentrasi oksigen pada awal inkubasi (mg/l); dan ∆t = waktu inkubasi (jam). Nilai tersebut dikonversikan dari satuan mgC/m3/jam menjadi mgC/m2/jam.
b) Kelimpahan fitoplankton Kelimpahan fitoplankton dihitung dengan menggunakan metoda Lackey Drop Microtransect Counting (APHA, 1989) dengan rumus sebagai berikut:
N
F
= n×
a 1 v × × A vc V
(2)
dengan keterangan NF = jumlah total fitoplankton (sel/l); n = jumlah rataan individu per lapangan pandang; a = luas gelas penutup (mm2); v = volume air terkonsentrasi (ml); A = luas satu lapangan pandang (mm2); vc = volume air di bawah gelas penutup (ml); V = volume air yang disaring (l). Kelimpahan fitoplankton menurut genus dikelompokkan kedalam kelas berdasarkan klasifikasi Kamat (1976). c) Biomassa Fitoplankton Biomassa fitoplankton dihitung berdasarkan metoda biovolume secara geometrik dengan rumus sebagai berikut:
B
F
=
(N
F
× ρV
)/ V
(3)
C
dengan keterangan BF = biomassa fitoplankton (g/m3); NF = jumlah fitoplankton (sel); ρ = densitas fitoplankton = 1; V= volume sel fitoplankton (µm3), dan Vc = volume air contoh fitoplankton (l). Volume sel fitoplankton dihitung secara geometrika (Lampiran 1).
Metoda Pengukuran a) Unsur hara N dan P serta parameter kunci kualitas air Kandungan ammonium, nitrat, nitrit, dan Ortho-phosfat dianalisis dengan metoda APHA (1992) menggunakan spectrofotometer. Kandungan bahan organik terlarut (BOT) dianalisis menggunakan metoda standar APHA (1992).
Kecerahan
diukur
dengan
menggunakan
keping
Secchi,
intensitas cahaya dengan luxmeter. Suhu air diukur dengan termometer. Kelarutan oksigen diukur dengan menggunakan alat DO meter YSI dan titrasi Winkler serta BOD dengan metoda standar APHA (1992). b) Produktivitas Primer Fitoplankton Pengukuran produktivitas primer dilakukan di tujuh stasiun penelitian yang pada kedalaman 0,5; 1,5; dan antara 2,5 sampai 4,0 m tergantung kecerahan air, setiap bulan selama 12 bulan pengamatan. Produktivitas primer diukur dengan menggunakan metoda botol gelap-botol terang dan
titrasi Winkler dan dinyatakan dalam mgO2/m3/jam. Nilai tersebut dikonversikan kedalam mgC/m3/jam dan mgC/m2/jam. c) Kelimpahan dan Biomassa Fitoplankton Contoh fitoplankton disaring dari volume air sebesar 4 liter yang diambil menggunakan “Kemmerer water sampler” pada kedalaman 0,5 m (permukaan), 1, 2, 4, dan 8 m. Jenis fitoplankton diidentifikasi sampai dengan genus dan jumlahnya dihitung dibawah mikroskop menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell. Nilai fitoplankton yang dihitung dikonversikan kedalam total volume sel untuk masing-masing taksa berdasarkan estimasi volume individu dari masing-masing taksa yang dihasilkan dari model geometrik bentuk sel. Biovolume efektif fitoplankton koloni dihitung dengan mengalikan volume sel individu dengan jumlah sel dalam koloni. Untuk alga filamen, estimasi rata-rata jumlah sel per filamen
digunakan
untuk
menghitung
biovolume
efektif.
Volume
dikonversikan kedalam berat (g berat basah) dengan asumsi berat jenisnya sama dengan 1 (Munawar et al., 1974). Seluruh jumlah fitoplankton dalam satu kali pengambilan contoh diintegrasikan untuk menghasilkan total berat basah (g) dari individu taksa per m3 volume air contoh.
Analisis Data Data beban unsur hara N dan P serta parameter kunci fisika kimiawi air disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kandungan ammonium, nitrit, nitrat, orto-fosfat, dan kelimpahan fitoplankton dianalisis dengan analisis regresi linier berganda (multiple linier regression analysis) menggunakan paket program STATISTICA ver.5 untuk melihat respon parameter yang paling kuat terhadap pembentukan biomassa fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton (sel/l) sebagai variabel terikat dan parameter ammonium, nitrat, nitrit, orto-fosfat sebagai variabel bebas dalam persamaan sebagai berikut: ∧
y
=
b
0
+
b x 1
1
+ ......... +
b x n
n
dengan keterangan y = kelimpahan fitoplankton; b0, b1….bn = konstanta; dan x1, x2, ….xn = parameter (ammonium, nitrit, nitrat, orto-fosfat).
Penelitian Pengaruh Grazing dan Filtrasi Zooplankton terhadap Pertumbuhan Komunitas Fitoplankton di Zona Limnetik Waduk Djuanda Metode dan Desain Penelitian Pengambilan sampel plankton dan pengamatan grazing dan filtrasi zooplankton dilakukan di setiap stasiun penelitian yang telah ditentukan (Gambar 5 dan Tabel 2) setiap bulan selama 12 bulan pengamatan.
Variabel yang Diukur Variabel yang ditera meliputi: a) Kelimpahan dan biomassa zooplankton: genus, jumlah, ukuran dan volume zooplankton Variabel kerja yang diukur meliputi: a) Kelimpahan dan Biomassa zooplankton Kelimpahan zooplankton dihitung dalam jumlah individu untuk setiap genus di bawah mikroskop binokuler dengan rumus:
N
z
= n×
a v 1 × × A vc V
(4)
dengan keterangan: Nz = jumlah individu zooplankton (individu/l); n = jumlah rataan individu per lapangan pandang; a = luas gelas penutup (mm2); v = volume air terkonsentrasi (ml); A = luas satu lapangan pandang (mm2); vc = volume air di bawah gelas penutup (ml); V = volume air yang disaring (l). Biomassa zooplankton dihitung dari persamaan: Bz = Xw
(5)
dengan keterangan BZ = biomassa zooplankton; X = rata-rata jumlah individu; w = rata-rata berat individu. b) Laju grazing dan filtrasi zooplankton Laju grazing dihitung dari persamaan:
I
=
I
(1 − e ) − kP
max
(6)
dengan keterangan I = laju grazing (mg/mg/hari); Imax = maksimum laju grazing; k = konstanta; P = konsentrasi makanan.
Metoda Pengukuran a) Kelimpahan dan biomassa zooplankton Genus, kelimpahan dan volume setiap taxa dari zooplankton diamati secara mikroskopis dari contoh plankton yang diambil dengan water sampler dan kemudian disaring dengan jaring plankton ukuran mata 35 µm (Schindler, 1969; Likens and Gilbert, 1970; Nichols and Thompson, 1991), di setiap stasiun pengamatan setiap bulan selama 12 bulan. Contoh zooplankton dimasukkan kedalam botol contoh volume 40 ml, diawet dengan 5% formaldehyde. b) Laju grazing dan filtrasi zooplankton Pengukuran grazing zooplankton dilakukan dengan metoda yang dikembangkan oleh Ravera and Scotto (1999). Peralatan utama yang digunakan adalah modifikasi dari inkubator-contoh (sampler-incubator) yang terdiri atas dua botol transfaran A dan B. Setiap botol mempunyai volume 3 liter, dan pada salah satu botol A dimasukkan air contoh yang telah disaring terlebih dahulu dengan jaring plankton ukuran mata jaring 35 µm sehingga air yang masuk ke botol tersebut hanya berisi fitoplankton, sedangkan pada botol B tidak dilakukan penyaringan sehingga berisi fitoplankton dan zooplankton. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kualitas dan kuantitas contoh plankton pada kedua botol tidak berbeda nyata; (2) perbedaan antara contoh plankton yang dikoleksi pada interval waktu yang singkat, yaitu 15 menit dan dari kedalaman yang sama tidak berbeda nyata. Asumsi (1) dievaluasi dengan cara mengambil contoh plankton pada kedalaman berbeda kemudian komposisi jenis dan jumlah fitoplankton dan zooplankton dari kedua botol dianalisis dan perbedaan data dari setiap pasangan diuji dengan metoda test Wilcoxon. Asumsi (2) dievaluasi dengan cara mengambil contoh plankton pada kedalaman dan tempat yang sama serta pada interval waktu 15 menit. Sama seperti evaluasi asumsi (1), jenis dan jumlah plankton dari setiap botol secara berpasangan dianalisis dan perbedaannya diuji dengan uji Wilcoxon. Jika kedua asumsi tersebut sudah dapat diterima, maka estimasi laju grazing zooplankton dan produksi fitoplankton dilakukan dengan cara sebagai berikut. Kedua botol secara bersamaan dimasukkan kedalam air pada kedalaman tertentu. Contoh plankton diambil, disaring dengan plankton
net kemudian diawetkan. Tahap berikutnya, botol A yang berisi air contoh yang telah disaring dengan jaring plankton dan botol B yang berisi air contoh yang tanpa disaring dimasukkan kedalam kolom air pada tempat dan kedalaman yang sama, kemudian diinkubasikan selama waktu tertentu, yaitu 4 jam. Pertumbuhan fitoplankton dan grazing zooplankton diestimasi dengan menghitung perbedaan kelimpahan fitoplankton antara contoh plankton yang diambil pertama dengan contoh plankton pada akhir percobaan. Pertumbuhan fitoplankton (dalam jumlah sel/l) diukur dari perbedaan contoh plankton pada botol A dan laju grazing zooplankton dihitung dari contoh plankton pada botol B. Oleh karena perbedaan diantara botol B adalah kombinasi antara hasil pertumbuhan dan laju grazing, maka nilai grazing dikoreksi dengan laju pertumbuhan fitoplankton.
Analisis Data Data
grazing
dan
filtrasi
zooplankton
dianalisis
secara
statistik
menggunakan ANOVA (Steel and Torrie, 1985) untuk mengetahui perngaruhnya terhadap pertumbuhan dan biomassa fitoplankton yang dapat dimanfaatkan berdasarkan daerah dan waktu penelitian. Asosiasi kelimpahan fitoplankton dan zooplankton dianalisis secara regresi berganda menggunakan paket program STATISTICA ver.5 untuk melihat keterkaitannya.
Penelitian Efisiensi Aliran Energi pada Jejaring Makanan di Zona Limnetik Waduk Djuanda Metode dan Desain Penelitian Pengambilan contoh plankton dilakukan di stasiun yang sama dengan penelitian pertama dan ke dua. Pengambilan contoh ikan juwana sampai dewasa dilakukan dengan menggunakan gillnet monofillament ukuran mata jaring antara 1-5 inci dengan interval 0,5 inci. Satu set gillnet terdiri atas sembilan lembar (piece) dan masing-masing lembar mempunyai panjang 45 meter. Setiap set gillnet dipasang di enam stasiun penelitian, yaitu stasiun 1, 2, 3, 3b, 3d dan 4. Sedangkan pengambilan contoh larva ikan dilakukan dengan menggunakan ichthyo-plankton net meliputi seluruh daerah penelitian. Pengambilan contoh ikan dilakukan setiap bulan selama 12 bulan pengamatan (Mei 2003-April 2004).
Variabel yang Diukur Variabel yang diukur meliputi: a) Biomassa detritus: Biomassa detritus dihitung dari hubungan empiris yang dikemukakan Pauly et al. (1992) sebagai berikut: Log BD = 0.954 log PF + 0.863 log E – 2,41
(7)
2
dengan keterangan BD = biomassa detritus (gC/m ); PF = produksi primer fitoplankton (gC/m2/th); E = kedalaman eufotik (m). b) Produksi dan biomassa ikan Produksi ikan dari spesies n dihitung berdasarkan persamaan Allen (1971) sebagai berikut:
P
n
=
B × (F n
+M
n
n
)
(8)
dengan keterangan Pn = produksi ikan spesies n; Bn = rata-rata biomassa spesies n; Fn = mortalitas penangkapan spesies n; dan Mn= mortalitas alami spesies n. Total fraksi dari Pn yang ditangkap (Yn) atau hasil tangkapan spesies n dihitung dari persamaan: ⎛
F ⎞⎟ = ⎟P B M ⎝ F +M ⎠
Y = ⎜⎜ n
n
n
n
n
(9)
n
n
Biomassa ikan dari spesies n dihitung dari persamaan sebagai berikut:
B
n
=
P
n
+Y n +
M
np
(10)
dengan keterangan Bn = biomassa ikan spesies n; Pn = predasi terhadap spesies n; Yn = hasil tangkapan spesies n dan Mnp = mortalitas yang disebabkan bukan oleh predasi. c) Makanan dan kebiasaan makan Ikan Makanan dan kebiasaan makan ikan dianalisis berdasarkan contoh ikan dan kelompok ukurannya dari saluran pencernaan. Lebar relung (niche breadth) per ukuran kelas dihitung menggunakan rumus Levins (1968) sebagai berikut:
B
= − ∑ P j * log P j
(11)
j
dengan keterangan B = lebar relung makanan kelas ukuran ikan B; dan Pj = proporsi status sumberdaya j. Untuk melihat kemungkinan perbedaan ukuran spesifik dalam pemanfaatan sumberdaya, lebar relung dari suatu
jenis ikan Bs dihitung dari lebar relung dari kelas ukuran kelas Bc berdasarkan rumus: c=n
∑
( Bc * Wc ) (12)
c =1
Bs =
c=n
∑
Wc
c =1
dengan keterangan Wc adalah suatu faktor yang tergantung kepada kelimpahan relatif dari kelas ukuran ke c. Tumpang tindih relung antara anggota kelompok struktur ukuran dihitung menggunakan rumus Schoener (1970) sebagai berikut:
S = 1 − 0 .5 * D
(13)
dengan keterangan S = indek similaritas berkisar antara 0-1 dan D = jarak dalam ruang multi-dimensi antar proporsi P dari status sumberdaya j dalam satu dimensi sumberdaya untuk anggota kelompok x dan y.
D =
n
∑
P xi − P y i
(14)
i =1
Oleh karena lebar relung dari spesies dihitung dari lebar relung ukuran kelas yang berbeda, tumpang tindih relung Ss dari spesies x dengan spesies y dihitung dari tumpang tindih antara kelas ukuran berbeda Scx,cy mengguna-kan rumus: cy = n cx = n
Ss cx , cy =
∑∑S
cx , cy
* W cx * W cy
cy =1 cx =1 cx = n
cy = n
cx =1
cy =1
( ∑ W cx +
∑W
(15) cy
)
dimana Wcx dan Wcy adalah faktor yang tergantung kepada kelimpahan relatif dari kelas ukuran cx dan cy dari spesies x dan y serta n = jumlah kelas ukuran.
d) Transfer Efisiensi Trofik Transfer efisiensi trofik dihitung dari aliran energi dalam jejaring makanan mulai trofik level terrendah (fitoplankton) sampai ikan. Produksi sekunder dihitung dari:
P
s
= C − F − E − R = A− R
(16)
dengan keterangan PS = produksi sekunder; C = rasio energi yang dikonsumsi dengan bahan organic, F = energi yang tidak dicerna; E = energi eksresi; R = energi respirasi; A = energi asimilasi. Efisiensi transfer trofik (Lindeman’s efficiency) dihitung dari persamaan:
E
t
=
I I
n
(17)
n +1
dengan keterangan In/In+1 = energi yang dicerna pada tingkatan trofik tersebut. Sedangkan aliran energi pada suatu trofik level dihitung dari persamaan:
I = P + R + F ; A = P + R dan P = G + (E + S ) + N
(18)
dengan keterangan I = energi yang dicerna; P = produksi biomassa energi; R = energi respirasi; F = energi yang hilang sebagai faeces; A = energi asimilasi; G = energi pertumbuhan, E = energi eksresi; S = energi cadangan dan N = energi yang diperlukan untuk reproduksi.
Metoda Pengukuran a) Komunitas Ikan Contoh ikan dibedakan menjadi kelas ukuran larva, juwana dan ikan dewasa. Ikan ukuran setelah juwana juga akan dibagi menjadi 3 kelas ukuran sehingga seluruhnya menjadi 5 kelas ukuran. Contoh larva dan juwana ikan dikoleksi menggunakan jaring ikhtioplankton (ichtyo-plankton net) ukuran mata jaring 1 mm dan ukuran mulut jaring 1 m yang ditarik dengan perahu motor (Snyder, 1985) sedangkan contoh ikan dewasa (berukuran besar) dikoleksi menggunakan jaring insang ukuran mata 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 dan 4,5 inci. Penangkapan dengan menggunakan jarring ikhtioplankton dilakukan di 4 daerah penelitian secara berurutan pada siang hari setiap bulan selama 12 bulan. Penangkapan dengan menggunakan jaring insang dilakukan dengan cara memasang jaring pada sore hari dan mengangkatnya pada pagi hari di empat stasiun yang telah ditetapkan pada satu daerah pengamatan.
Percobaan penangkapan tersebut secara berurutan dilakukan dari satu daerah ke daerah pengamatan lain setiap bulan selama satu tahun. Ikan contoh yang tertangkap diidentifikasi jenis, dihitung jumlah, diukur panjang dan beratnya untuk setiap mata jaring. Contoh larva dan juwana ikan yang tertangkap diawet dengan formalin, diberi label untuk kemudian diukur dan dianalisis saluran pencernaannya di laboratorium. Contoh ikan dewasa (berukuran besar) hasil tangkapan jaring insang dibedah perutnya, diambil saluran pencernaannya, saluran pencernaan tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik, diberi label sesuai dengan jenis dan ukuran ikannya dan diawet dengan formaldehida untuk dianalisis di laboratorium. b) Transfer energi Transfer energi dihitung dari energi biomassa (dalam ton/km2/th) untuk masing-masing tingkatan trofik sebagai berikut: 1) Transfer energi dari fitoplankton ke komunitas ikan herbivor dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut: B
h
=
C
F
−
C
K
−
R
h
−
F
(19) h
dengan keterangan Bh = biomassa ikan herbivor; CF = konsumsi ikan herbivor terhadap fitoplankton; CK = konsumsi atau predasi oleh ikan karnivor; Rh = respirasi ikan herbivor dan Fh = mortalitas penangkapan. 2) Transfer energi dari fito- dan zooplankton ke komunitas ikan omnivor dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:
B
O
= C p −CK −
R
O
−
F
O
(20)
dengan keterangan BO = biomassa ikan omnivor; CP = konsumsi ikan omnivor terhadap plankton (fito dan zooplankton); CK = konsumsi atau predasi oleh ikan karnivor; RO = respirasi ikan omnivor dan FO = mortalitas penangkapan. 3) Transfer energi dari ikan mangsa ke komunitas ikan carnivor dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:
B
K
= C K − RK − F K
(21)
dengan keterangan BK = biomassa ikan karnivor; CK = konsumsi ikan karnivor terhadap mangsa (prey); RK = respirasi ikan karnivor; dan FK = mortalitas penangkapan.
Analisis Data Data hasil tangkapan dalam jumlah dan berat dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui hubungan hasil tangkapan dengan fluktuasi tinggi muka air waduk, distribusi spasial dan temporal hasil tangkapan ikan. Analisis jejaring makanan dilakukan berdasarkan kompartemen kelompok tingkat trofik. Pada setiap tingkatan trofik dilakukan analisis aliran energi dan efisiensinya menggunakan paket program Ecopath ver. 3.1 (Christensen and Pauly, 1996; Christensen et al., 2000).
Implikasi dari Prespektif Dinamika Ekosistem Zona Limnetik Waduk Djuanda Kaitannya dengan Opsi Pengelolaan Perikanan Tangkap Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini membahas relevansi prespektif dinamika ekosistem zona limnetik bagi penetapan opsi pengelolaan perikanan di waduk Djuanda yang didasarkan kepada hasil penelitian yang dilakukan mulai dari penelitian pertama sampai dengan penelitian ke tiga.
Variabel yang Diukur Variabel yang digunakan dalam sintesis penelitian ini difokuskan kepada potensi sumberdaya (produksi dan biomassa fitoplankton sebagai produser primer) dan tingkatan pemanfaatan sumberdaya (transfer efisiensi trofik) serta variabel yang diukur pada penelitian pertama sampai dengan ke tiga.
Metoda Pengukuran Metoda pengukuran yang digunakan adalah sama dengan metoda pengukuran pada penelitian pertama sampai dengan ke tiga ditambah dengan metode sintesis dari berbagai referensi yang relevan dengan topik bahasan.
Analisis Data Analisis data dalam rangka pengembangan opsi pengelolaan perikanan di waduk Djuanda dilakukan dengan pendekatan ukuran partikel dan pendekatan jejaring makanan. Analisis yang dilakukan merupakan sintesis dari hasil penelitian pertama sampai dengan ke tiga.