RUANG LINGKUP PENELITIAN PENGOL AHAN D AN PEMANF AA TAN MINERAL AAT PENGOLAHAN DAN PEMANFAA DAL AM MENUNJ ANG PRIORIT AS KEB UTUHAN ALAM MENUNJANG PRIORITAS KEBUTUHAN NASIONAL Muchtar Aziz Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara Jl. Jenderal Sudirman 623 Bandung 40211 Telp. 022 - 6030483 Fax. 022 - 6003373 e-mail :
[email protected] Naskah masuk : 19 November 2008, revisi pertama : 03 Maret 2009, revisi kedua : 01 April 2009 dan revisi terakhir : April 2009
SARI Penelitian dan pengembangan pengolahan mineral ke depan perlu mengacu pada enam fokus prioritas RISTEK (Riset dan Teknologi) Nasional, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, serta pertahanan keamanan. Beberapa mineral yang potensial menunjang ke enam fokus prioritas kebutuhan nasional tersebut telah disusun dalam tulisan ini, yang dikaitkan dengan gambaran teknologi peningkatan nilai tambah dan lingkup litbang yang diperlukan. Mineral-mineral yang telah disusun sebagai obyek litbang pengolahan di antaranya telah menjadi masukan dalam penyusunan renstra tekMIRA. Kata kunci : litbang pengolahan mineral, enam fokus ristek nasional, rencana ke depan ABSTRACT In the future, the R&D of mineral processing must be linked to six of RISTEK (National Research and Technology) focus, i.e. the sustained of foods, energy, healthy, transportation, information technology, security and defense. In line with technology to enhancement of added value and R&D scope needs, some of potential minerals to support these six focus priority of national need have been arranged in the present paper. A part of minerals must be arranged as object of R&D of mineral processing that has come to be input for strategic planning of tekMIRA. Keywords : R & D of mineral processing, six focus of national R & D, planning to the future
1.
PENDAHULUAN
Populasi penduduk Indonesia saat ini telah mencapai sekitar 230 juta jiwa, suatu jumlah yang sangat besar dan akan menjadi tantangan dalam penyediaan kebutuhan hidup, terutama kebutuhan pokok minimum, yaitu sandang, pangan dan papan. Penyediaan kebutuhan pokok tersebut saat ini dan yang akan datang nampaknya masih merupakan prioritas, khususnya pangan dan papan. Di bidang
pangan, Indonesia harus bisa berswasembada secara berkesinambungan melalui peningkatan hasil-hasil pertanian khususnya dalam bahan makanan pokok seperti beras, jagung, kentang dan sejenisnya sebagai sumber karbohidrat serta kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati. Juga sumber protein hewani yang produksinya harus ditingkatkan melalui pengembangan peternakan dan perikanan. Produkproduk industri yang menunjang kebutuhan pokok tersebut harus terjamin baik kuantitas, kualitas
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz
1
maupun kesinambungan pasokannya, seperti pupuk, bahan-bahan pengondisi tanah (zeolit, tepung gamping, bentonit, dll.), pakan ternak dan bahanbahan pengondisi tempat peternakan, pakan ikan dan bahan-bahan pengondisi air perikanan. Demikian pula produk industri yang menunjang pengelolaan hasil panen seperti bahan-bahan untuk pengawetan, pengolahan maupun pengemasannya. Perencanaan kegiatan litbang pengolahan mineral ke depan perlu lebih memperluas keterlibatan berbagai jenis mineral, yang tetap memiliki keterkaitan dengan prioritas kebutuhan nasional. Karenanya dalam menyusun rencana strategis ke depan sangat penting mengaitkan aktifitas penelitian dengan enam fokus RISTEK (Riset dan Teknologi), yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, serta pertahanan keamanan (Yateman dkk., 2007). Gambar 1. menunjukkan konsep keterkaitan aktifitas penelitian mineral dan batubara dengan enam fokus RISTEK dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk menjadi acuan riset nasional. Melalui konsep ini diharapkan kegiatan litbang pengolahan mineral ke depan dapat lebih luas dan semuanya tetap terarah
SUMBER DAYA MINERAL DAN BATUBARA
Mineral
dan bermuara pada prioritas kebutuhan nasional. Berkaitan dengan pupuk, selama 10 tahun terakhir ini tidak ada peningkatan produksi pabrik pupuk (Anonim, 2008). Selama kurun waktu tersebut sering terjadi kelangkaan pupuk di dalam negeri. Kelangkaan pupuk ini masih terjadi pada akhir tahun 2008 yang baru saja berlalu. Pada tahun 2008 produksi pupuk nasional defisit 3 juta ton (Daniel, 2008). Produksi pupuk tahun 2008 diperkirakan hanya 6 juta ton, sementara konsumsi meningkat mendekati 9 juta ton ditengah perkembangan perkebunan dan juga tanaman pangan. Impor pupuk sulit karena harga internasional mahal, harganya pernah mencapai US$ 800 per ton. Namun harga tersebut mulai jatuh bahkan sampai dibawah US$ 300 per ton. Untuk tahun 2009 target produksi pupuk 7 juta ton sama dengan kebutuhan yang ada sehingga tidak akan terjadi kekurangan pupuk lagi (Anonim, 2008). Hingga tahun 2015 targetnya 15 juta ton. Saat ini ada dua pabrik yang belum berproduksi maksimal yakni PT. Pupuk Iskandar Muda di Aceh dan PT. Pupuk Kaltim karena kurangnya pasokan gas. Pemerintah telah memerintahkan agar pasokan gas segera diselesaikan.
ENAM FOKUS RISTEK
PERCEPATAN TARGET
Ketahanan Pangan
Pencapaian Prioritas Kebutuhan Nasional
Ketahanan Energi Kesehatan
Batubara
Transportasi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pertahanan Keamanan Gambar 1. Diagram korelasi percepatan target pencapaian prioritas kebutuhan nasional terhadap implementasi enam fokus program ristek berbasis sumber daya mineral dan batubara
2
Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14
Penyediaan air bersih harus terus ditunjang untuk ditingkatkan, baik melalui pengolahan air baku maupun air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Masyarakat kita saat ini masih belum lepas dari kesulitan mendapatkan air bersih terutama saat musim kemarau. Nampak ada kecenderungan semakin sulitnya mendapatkan air bersih di masa mendatang. Karenanya produk-produk industri yang diperlukan untuk pengolahan air (water treatment) harus diupayakan diproduksi di dalam negeri seperti tawas (alums,Al2(SO4)3.nH2O), PAC (Poly Aluminum Chloride), kaporit, ozon, kapur padam (hydrated lime,Ca(OH)2), zeolit, pasir aktif (pengoksidasi), karbon aktif, dan pasir kuarsa. Penyediaan perumahan bagi masyarakat tidak mampu saat ini perlu terus diupayakan, melalui penyediaan perumahan layak huni dengan harga yang terjangkau. Demikian juga sarana bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan. Disamping itu juga sarana jalan dan jembatan untuk mempercepat pemerataan pembangunan diseluruh wilayah nusantara. Bahan-bahan hasil industri yang diperlukan untuk bangunan, sarana jalan dan jembatan meliputi antara lain : semen, besi beton, batu andesit, bata, kapur padam, kapur tohor (CaO), pasir, tras, keramik. Pembangunan perumahan rakyat yang dilaksanakan pemerintah dapat dilihat pada rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional 2004-2009, oleh Kementerian Perumahann Rakyat, yaitu ditargetkan : pembangunan rumah baru 1.350.000 unit, rusunawa 60.000 unit, rusunami dengan peran swasta 25.000 unit, dan akses kredit mikro perumahan 3.600.000 unit (Asy’ari, 2007). Upaya penyediaan pangan dan papan tidak terlepas dari penyediaan energi yang sangat mempengaruhinya. Beberapa waktu yang lalu telah terjadi gejolak harga bahan bakar minyak (BBM) yang luar biasa. Kenaikan harga BBM dunia beberapa waktu yang lalu berlangsung sangat cepat. Pada bulan Agustus 2007 harga untuk jenis light sweet crude sebesar US$ 71,59 per barrel (Anonim, 2007). Empat bulan kemudian tepatnya pada 2 Januari 2008 harga sudah mencapai US$ 100,09 per barrel. Setahun kemudian pada bulan Agustus 2008 harga mencapai US$ 145,18 per barrel (Yahya, 2008). Fenomena kenaikan BBM dunia yang demikian cepat merupakan peringatan awal yang dampaknya tidak boleh dilupakan bangsa kita. Betapa tidak, kita masih ingat bahwa ketika kenaikan berlangsung cepat, BBM banyak menghilang di pasaran, berbagai industri terancam tutup, antrian BBM terjadi di mana-mana, kejahatan pengoplosan BBM, mengakibatkan gejolak ekonomi, harga-harga
naik membumbung. Peringatan awal tersebut mengandung arti diperlukannya upaya yang sungguhsungguh untuk penyediaan energi alternatif yang dapat diperbaharui serta lebih ramah lingkungan. Saat ini (akhir Januari 2009) harga minyak dunia sudah turun mencapai level US$ 41.43 per barrel (Soempeno, 2009). Namun penurunan ini lebih disebabkan dampak krisis ekonomi global, dimana banyak perusahaan manufaktur kelas dunia di beberapa negara mengalami penurunan kinerja produksi yang berpengaruh pada konsumsi energi. Energi alternatif yang sumberdayanya besar diantaranya energi cahaya matahari, energi dari bahan nabati (minyak, karbohidrat), dan energi batubara. Upaya-upaya dalam rangka penyediaan energi tersebut harus terus ditunjang sehingga memberikan hasil nyata yang dapat dirasakan masyarakat Indonesia. Bahan-bahan hasil industri yang diperlukan untuk mengonversi energi matahari diantaranya sel surya (sebagai komponen inti), profil alumunium untuk penopang, batere penyimpanan, kabel tembaga untuk transmisi energi listrik. Bahan-bahan hasil industri yang diperlukan untuk sintesis biodiesel dari minyak nabati antara lain katalis asam (H2SO4), katalis basa (NaOH), serta katalis asam padat sebagai katalis alternatif (penelitiannya saat ini masih berlangsung). Pasokan seluruh produk hasil industri yang menunjang penyediaan pangan dan papan tersebut diatas harus terjamin, baik kuantitas, kualitas maupun kesinambungannya. Di samping menunjang produksi pangan dan papan sebagai prioritas utama, kebutuhan industri lainnya pun perlu mendapat perhatian karena memiliki keterkaitan untuk mempercepat pencapaian, seperti industri logam, mesin, kimia, dan lain-lain. Maksud dan tujuan makalah ini adalah memberikan masukan khususnya kepada para peneliti pengolahan dan pemanfaatan mineral untuk dapat merencanakan penelitian dan pengetahuan ke depan yang lebih baik agar hasil penelitiannya dapat lebih bermanfaat dan lebih menunjang prioritas kebutuhan nasional. 2. -
METODOLOGI Mengacu pada kebijakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk memenuhi kebutuhan bangsa yang mendesak yang telah dirumuskan dalam enam fokus prioritas riset nasional, yakni : ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, transportasi, teknologi informasi dan
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz
3
komunikasi, serta pertahanan keamanan. -
Mengacu pada permasalahan krusial dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam 5 tahun terakhir dan berbagai kerawanan yang ditimbulkannya.
-
Survai literatur terkait antara lain tentang Production and Application of Non-Metallics Minerals in Agriculture dan Sorbents for Agriculture untuk mendapatkan masukan sumber mineral untuk pupuk dalam rangka ketahanan pangan; Application of Bentonite for Waste Water Disposal untuk mendapatkan masukan penggunaan bentonit untuk mengatasi limbah cair dalam rangka kesehatan lingkungan hidup; serta literatur lainnya yang berkaitan dengan penggunaan mineral dan batubara maupun produktanya dalam produksi energi, sarana transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, serta sarana pertahanan keamanan.
-
Survai literatur Potensi Sumber Daya Mineral Indonesia untuk mendapatkan masukan potensi sumberdaya dan penyebaran mineral-mineral terkait dengan enam fokus prioritas ristek di Indonesia.
-
seperti amonium nitrat, amonium sulfat, sodium nitrat urea, dsb. b)
Mineral-mineral sekunder, mengandung : kalsium, magnesium, dan sulfur. Contoh : batukapur atau batugamping (limestone, CaCO3) sebagai bahan baku pupuk Canitrat untuk memenuhi kebutuhan unsur Ca dan N; dolomit (dolomite, CaCO3.MgCO3) sebagai bahan baku pupuk Kiserit (MgSO 4.2 H2O) untuk memenuhi kebutuhan unsur Mg dan S.
c)
Mineral-mineral mikro dan trace, mengandung : boron, besi, mangan, tembaga, seng, molibden, klorin, dan kobalt. Unsur-unsur tersebut diperlukan tanaman dalam jumlah sangat kecil, biasanya sebagian terpenuhi sebagai ikutan dalam mineral primer dan sekunder, sebagian lainnya biasanya terdapat dan terpenuhi dalam tanah.
Disamping itu beberapa mineral industri dan batuan dapat digunakan sebagai penyerap (sorbents). Mineralmineral bersifat penyerap dapat dikelompokkan dalam dua kelompok (Soucek and Kliment, 1983), yaitu : a)
Penyerap dalam produksi tanaman, digunakan untuk : - tanah berpasir (sandy soils), yaitu : bentonit dan lempung berkapur (marl) - tanah lempung (argillo-aranaceous), yaitu tuffs, tufit, perlit mengembang, dan zeolit.
b)
Penyerap dalam peternakan dan perikanan yaitu bentonit dan zeolit.
Penyusunan pola pikir rencana Litbang Pengolahan Mineral ke depan.
3.
PEMBAHASAN
A.
Mineral-mineral penunjang produksi pangan, air bersih, perumahan / bangunan
Penunjang produksi pangan Untuk bidang pertanian beberapa mineral industri dan batuan dapat dipakai sebagai mineral-mineral pupuk (fertilizer minerals). Mineral-mineral yang dapat dipakai sebagai pupuk dapat dikelompokkan sebagai berikut (Team of Authors, 1983): a)
4
Mineral-mineral primer, mengandung : nitrogen, fosfor, dan kalium. Contoh : batuan fosfat (phosphate rock, Ca3(PO4)2) sebagai pupuk fosfat dan bahan baku untuk pupuk TSP (Triple Super Phosphate); mineral sylvite (KCl), sylvinite (KCl,NaCl), langbeinit (K2SO4.2MgSO4) sebagai pupuk KCl dan bahan baku pupuk KCl, pupuk K2SO4, dan pupuk kiserit (kieserite, MgSO4.2H2O). Nitrogen biasanya dipenuhi melalui bahan kimia
Ada pula beberapa mineral industri dan batuan dapat dipakai sebagai pembawa (carriers) bahan kimia (pestisida) untuk melindungi tanaman dari serangga. Mineral-mineral sebagai pembawa antara lain : bentonit, zeolit, diatomit, atapulgit, dan sepiolit. Mineral-mineral sebagai aditif pakan ternak terutama unggas petelur, untuk memenuhi kebutuhan unsur kalsium yaitu batukapur (limestone, CaCO3) granul (ukuran butir 1,5 – 2 mm) dan untuk memenuhi kebutuhan untur fosfor, yaitu batuan fosfat (phosphate rock, Ca 3(PO 4) 2. Mineral-mineral untuk menunjang produksi pangan tersebut sebagian besar potensinya ada di Indonesia, potensi sumber daya tersebut antara lain : Batuan fosfat Batuan fosfat merupakan sumber fosfor yang penting.
Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14
Umumnya sebagai endapan guano di (gua-gua) daerah batu kapur. Sumber daya batuan fosfat sekitar 20,5 Juta ton (Anonim, 2004), yang tersebar di Aceh (21 Ribu ton (Rt)), Jabar (2,586 Juta ton (Jt)), Jateng (716 Rt), Jatim (15,5 Jt), Kalsel (166 Rt), Kaltim (2 Rt), dan Sulsel (1,5 Jt). Batukapur Sumber daya batukapur yang dimiliki Indonesia sangat besar, yakni 2.156 Milyar ton (Anonim, 2004) yang tersebar di N.Aceh Darussalam (131,12 Milyar ton (Mt)), Sumut (3,24 Mt), Sumbar (68,1 Mt), Riau (53,2 Juta ton (Jt)), Bengkulu (137,1 Jt), Jambi (157 Jt), Sumsel (294 Jt), Lampung (2 Jt), Banten (61,6 Jt), Jabar (660,3 Jt), Jateng (6 Mt), D.I. Yogya (10 Jt), Jatim (3,069 Mt), Bali (154,64 Mt), NTB (1,2 Mt), NTT (132,82 Mt), Kalteng (449 Jt), Kalsel (8,33 Mt), Kaltim (57 Mt), Sulut (18,8 Jt), Gorontalo (18,5 Mt), Sulteng (696 Jt), Sulsel (31,33 Mt), Sultra (1.527 Mt), Malut (8,87 Mt), dan Papua (2,6 Mt).
pembuatan kaporit; kaolin ( Al2O3.2SiO2.2H2O) dan bauksit (gibbsite, Al 2 O 3 .3 H 2 O) untuk pembuatan koagulan seperti tawas (Al2(SO4)3) dan PAC (Poly Aluminum Chloride), zeolit (2AlSi2O6.H2O) dan bentonit (montmorillonite, Al2O3.4 SiO2.H2O+xH2O) untuk penyerap dan penukar kation (Kacin, 1984), serta pasir kuarsa (quartz sand, SiO2) untuk penyaringan (filtering) pengotor padat dalam air (Stanley,1975). Mineralmineral untuk menunjang pengolahan air sebagian besar potensinya ada di Indonesia, dengan potensi sumber dayanya sebagai berikut : Kaolin Sumber daya kaolin sebesar 611,2 Juta ton (Anonim, 2004), tersebar di Sumut (94,6 Jt), Sumbar (1,04 Jt), Riau (38,12 Jt), Bengkulu (162,51 Jt), Jambi (280 Rt), Sumsel (1 Jt), Babel (38,5 Jt), Lampung (30 Jt), Jabar (1,1 Jt), Jatim (36,24 Jt), NTB (6,02 Jt), NTT (31,6 Jt), Kalbar (57,7 Jt), Kalteng (17,3 Jt), Kalsel (74,4 Jt), Kaltim (7,24 Jt), Sulut (7,83 Jt), dan Sulsel (5,85 Jt).
Dolomit Bauksit Sumber daya dolomit cukup besar, yakni 1,794 Milyar ton (Anonim, 2004), tersebar di N. Aceh Darussalam (273,8 Jt), Sumbar (59,8 Jt), Jateng (10,2 Jt), Jatim (547, 98 Jt), NTT (578 Jt), dan Sultra (324 Jt).
Sumber daya bauksit cukup besar di Kalimantan Barat, yakni 830 Juta ton (Anonim, 2004) juga di Bintan (sudah masa akhir eksploitasi oleh PT. Antam).
Bentonit
Pasir kuarsa
Endapan bentonit di Indonesia umumnya jenis kalsium (Ca-bentonit). Sumber daya bentonit sekitar 573,07 Juta ton (Anonim, 2004), yang tersebar di N. Aceh Darussalam (34,31 Jt), Sumut (4,52 Jt), Riau (38,87 Jt), Bengkulu (14,88 Jt), Jambi (780 Rt), Sumsel (11,66 Jt), Banten (612 Rt), Jabar (7,77 Jt), Jateng (235,66 Jt), D.I. Yogya (16 Jt), Jatim (18,95 Jt), NTB (118,88 Jt), NTT (35,04 Jt), Kaltim (35,05 Jt), dan Sulut (104 Rt).
Sumber daya pasir kuarsa sangat besar, yakni 3,195 Milyar ton (Anonim, 2004). Endapannya tersebar di N. Aceh Darussalam (247,12 Jt), Sumbar (2,925 Mt), Riau (19,5 Jt), NTT (265 Rt), dan Papua (2,65 Jt).
Zeolit Sumber daya zeolit 223,38 Juta ton (Anonim, 2004), tersebar di Sumut (16,2 Jt), Sumsel (375 Rt), Lampung (164 Jt), Jabar (24,65 Jt), dan NTT (18,16 Jt). Penunjang penyediaan air bersih Dalam rangka penyediaan air bersih, air baku memerlukan pengolahan (treatment) termasuk airair limbah yang berpotensi mencemari lingkungan hidup. Mineral-mineral yang berkaitan untuk keperluan pengolahan air antara lain batukapur sebagai bahan baku kapur (hydrated lime, Ca(OH) 2 ) untuk
Penunjang penyediaan perumahan, bangunan, jalan dan jembatan Dibidang papan (perumahan) serta sarana bangunan, jalan, dan jembatan beberapa mineral industri yang diperlukan antara lain batu andesit, pasir, tras, batukapur (untuk bahan baku semen dan kapur), abu batubara (fly/bottom ash), lempung porong, lempung bola (ball clay), kaolin, pasir kuarsa, dan felspar; mineral-mineral besi penghasil logam besi untuk struktur beton bertulang, kontruksi bangunan dan jembatan, seperti hematit (Fe 2 O 3 ), magnetit (Fe3O 4), limonit (FeOOH), serta besi lateritik (produk pelapukan di daerah tropis dan subtropis, terdiri dari mineral limonit dan hematit serta mineral Al, Cr, Co, Ni sebagai ikutan); mineral seng (Zn) penghasil logam seng untuk galvanisasi besi dan baja agar tahan karat, seperti spalerit (ZnS); serta mineral alumunium dan magnesium untuk
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz
5
menghasilkan logam paduan Al-Mg untuk kontruksi ringan, seperti bauksit dan dolomit. Mineral-mineral tersebut banyak terdapat di Indonesia. PT. Krakatau Steel sebagai industri besi dan baja terpadu, masih mengimpor pelet sebagai bahan baku pembuatan besi dan baja. Diperkirakan kebutuhan besi baja akan meningkat dua kali lipat dari saat ini yang besarnya sekitar 4 juta ton per tahun, seiring dengan pertumbuhan ekonomi (Aziz, dkk., 2006). Batu andesit, pasir, tras Batu andesit, pasir, dan tras merupakan bahan-bahan utama untuk bangunan. Sumber dayanya dalam jumlah besar terdapat hampir di semua daerah di Indonesia. Abu batubara Abu batubara dihasilkan dari PLTU-PLTU, seperti PLTU Suralaya dan PLTU Paiton. Diperkirakan dihasilkan abu batubara sekitar 5.480 ton per hari (Aziz dan Ardha, 2007). Abu batubara sudah dimanfaatkan diantaranya oleh pabrik semen untuk campuran bahan baku semen. Lempung porong Lempung porong dihasilkan dari semburan lumpur di daerah Porong Jawa Timur, jumlahnya sangat melimpah, kandungan utamanya mineral aluminosilikat. Lempung porong sudah dimanfaatkan diantaranya sebagai bahan pembuatan batu bata. Lempung bola Lempung bola banyak digunakan untuk badan keramik di industri keramik. Sumber daya lempung bola sekitar 179,92 Juta ton (Anonim, 2004). Endapannya tersebar di Jambi (40,47 Jt), Babel (260 Rt), Jabar (20,61 Jt), Jateng (14,83 Jt), Kalbar (78,75 Jt), dan Kaltim (25 Jt). Felspar Penggunaan felspar sebagian besar untuk keramik. Sumber daya felspar sangat besar, yakni sekitar 6,501 Milyar ton (Anonim, 2004 ), tersebar di N. Aceh Darussalam (1,663 Mt), Sumut (2,396 Mt), Sumbar (36,3 Jt), Bengkulu (700 Jt), Lampung (4 Rt), Banten (80 Rt), Jabar (status eksploitasi, data produksi dan cadangan belum diketahui), Jateng (642 Rt), Jatim (1,646 Mt), NTT (15,98 Jt), Kalbar (10,69 Jt), Gorontalo (2,5 Jt), Sulteng (28,48 Jt), dan Sulsel (1,5 Jt).
6
Mineral-mineral besi Sumber daya mineral besi cukup besar, yakni 65,340 Juta ton (Anonim, 2004), tersebar di N. Aceh Darussalam (494 Rt), Sumbar (2,037 Jt), Lampung (1,033 Jt), Kalbar (1 Jt), Kalsel (8,374 Jt), Kaltim (18 Jt), NTT (726 Rt), dan Papua (37,24 Jt). Khusus besi lateritik sumber dayanya lebih besar, yakni sekitar 950 Juta ton (Aziz, dkk., 2006), dengan kandungan Fe 39,8-55,2 % yang tersebar di Kalsel (P. Sebuku, G. Kukusan, Geronggang), Sultra (Pomalaa), dan Halmahera. B.
Mineral-mineral penunjang penyediaan energi alternatif
Dengan semakin tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar gas (BBG) yang sering diiringi dengan terganggunya pasokan kepada masyarakat, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk penyediaan energi alternatif yang dapat diperbaharui serta lebih ramah lingkungan. Energi alternatif yang sumberdayanya besar diantaranya energi cahaya matahari, energi dari bahan nabati (minyak, karbohidrat), dan energi batubara. Energi matahari senantiasa terpancar di Indonesia sepanjang tahun dan masih belum dimanfaatkan secara optimal. Bahan nabati diperoleh dari aneka tanaman yang banyak terdapat dan bisa tumbuh dengan baik di daerah tropis seperti di Indonesia, antara lain biji jarak, biji kapuk randu, buah sawit, biji kemiri, kacang tanah, jagung, ketela pohon, ubi jalar, dan lain-lain. Khususnya dalam hal buah sawit, saat ini Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di dunia, yakni 17,37 juta ton CPO, memiliki lahan perkebunan sawit 6,78 Ha (Anonim, 2008). Tahun 2007 ekspor CPO 11,8 juta ton, bernilai US$ 7,8 milyar. Prospek pengembangan kelapa sawit ke depan sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak makan, oleokimia, tapi juga digunakan sebagai bahan baku energi (bio-fuel). Melihat prospek yang bagus tersebut, pemerintah akan terus mendorong pengembangan kelapa sawit dengan menerapkan prinsip sustainable development. Indonesia juga memiliki sumber daya batubara yang sangat besar, yakni 90,45 milyar ton dengan cadangan 18,71 milyar ton (Suherman, 2006). Sumber daya batubara tersebar di 19 propinsi, 6 pulau, namun terbesar terutama di Sumatera dan Kalimantan sebanyak masing- masing 59,51 % dan 40,05 %. Produksi batubara tahun 2006 di Kalimantan sekitar 170,59 juta ton atau 94,38 % dari total, dan sisanya 10,16 juta ton atau 5,62 % berasal dari Sumatera, terutama Sumatera Selatan, tempat PTBA berada.
Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14
Penunjang penyediaan energi matahari Mineral penunjang untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik (sel surya) antara lain mineral-mineral mengandung unsur germanium (Ge), silikon (Si), boron (B), dan fosfor (P), semuanya sebagai komponen penting sel surya untuk mengonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Diperlukan penguasaan teknologi proses ekstraksi serta pemurnian unsur-unsur tersebut. Germanium dan silikon merupakan unsur semikonduktor. Ada sekitar tujuh jenis mineral mengandung Ge (Habashi, 1997) diantaranya : Germanite (Cu 3(Ge,Fe)S4), mengandung 5-10% Ge dan Renierite (Cu, Fe, Ge, Zn, As)S, mengandung 6,3-7,7% Ge. Kedua mineral tersebut sudah ditambang di Tsumeb, Namibia. Renierite juga sudah ditambang di Kipushi, Zaire; Argyrodite (4Ag2S.GeS2), mengandung 1,8-6,9% Ge, sudah ditambang di Freiberg, Jerman. Unsur Ge ditemukan pula ada dalam kisi-kisi kristal (lattice) mineral sulfida seperti sphalerit (ZnS) yang ditemukan pada 7 lokasi di 6 negara, yaitu : Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Namibia, Italia,dan Austria, dengan estimasi kandungan Ge 150-400 ppm. Juga unsur Ge ditemukan dalam sulfida tembaga, seperti ditemukan di Apex, Utah, Amerika Serikat, dengan kandungan Ge 640 ppm. Disamping itu Ge ditemukan juga pada batubara di Northumberland, Inggris, dengan kandungan Ge 300 ppm. Mineral sulfida seng dan tembaga banyak terdapat di Indonesia, demikian pula batubara dalam jumlah besar. Diperlukan perhatian dan penelitian terhadap kemungkinan kandungan unsur Ge dalam mineral dan batubara tersebut, juga penelitian untuk penguasaan teknologi proses ekstraksi dan pemurniannya. Unsur silikon banyak terdapat diberbagai jenis mineral, merupakan unsur yang jumlahnya melimpah di kerak bumi (Habashi, 1997). Mineral dengan komposisi kimia sederhana yang mengandung silikon kadar tinggi adalah kuarsa (SiO2). Kuarsa di Indonesia tersedia cukup banyak sebagaimana telah dikemukakan diatas, terdapat dalam bentuk pasir kuarsa dengan kualitas bervariasi (95-98 % SiO 2). Diperlukan pengolahan secara fisika dan kimia untuk peningkatan kadar SiO2 sehingga mencapai minimum 99 % sebagai bahan baku untuk direduksi menjadi logam silikon dalam dapur peleburan. Logam silikon yang dihasilkan masih memerlukan pemurnian lebih lanjut untuk memenuhi syarat sebagai sel surya. Boron merupakan unsur bukan logam, tidak ditemukan bebas di alam tapi selalu berikatan dengan oksigen sebagai senyawa B2O3. Ada 16 jenis mineral boron yang ditemukan di berbagai lokasi di dunia (Habashi,
1997). Sumber boron yang penting adalah mineral kernite (Na2B4O7.4H2O), tincalconite (Na2B4O7.5H2O) dan tincal, borax (Na 2 B 4 O 7 .10H 2 O) yang ditemukan dalam endapan yang luas di gurun Mojave, California, Amerika Serikat, juga dalam endapan bijih yang besar di Turki dan Rusia. Dalam air laut terkandung B2O3 sebesar 29 ppm. Ongkos pemurnian Boron 90-92 % sekitar $100 per kg atau sekitar Rp 1.050.000,- per kg. Kemurnian yang lebih tinggi ( > 99,99 % B) ongkos pemurniannya sangat tinggi yaitu $3.500 per kg atau sekitar Rp 36.750.000,- per kg (Habashi, 1997). Fosfor (P) merupakan unsur bukan logam, mempunyai sifat sangat reaktif. Batuan fosfat (phosphate rock, Ca3(PO4)2) merupakan sumber fosfor yang penting. Penyebaran batuan fosfat sudah dikemukakan di atas. Penunjang penyediaan energi nabati (minyak, karbohidrat) Bentonit dan pasir zirkon (ZrSiO4) adalah diantara mineral yang saat ini masih diteliti untuk dijadikan katalis padat dalam sintesis biodiesel dari minyak nabati. Katalis padat ini diharapkan dapat menggantikan katalis cair berupa asam sulfat dan sodium hidroksida yang selama ini digunakan, karena penggunaan katalis cair asam kuat dan basa kuat dikhawatirkan akan menyisakan limbah asam dan basa yang dapat mencemari lingkungan. Pada proses pemurnian alkohol dan metanol produk fermentasi karbohidrat diperlukan bahan penyerap air (adsorbent). Mineral penunjang untuk penyerap air diantaranya bentonit, kapur tohor (dari batukapur), dan zeolit. Penunjang penyediaan energi batubara Salah satu teknologi dalam rangka penyediaan energi batubara adalah pencairan batubara. Katalis yang telah umum dipakai pada proses pencairan batubara adalah katalis berbasis besi dan Molibden. Namun karena pertimbangan harga, maka katalis berbasis besi yang banyak dipakai. Katalis berbasis besi ini umumnya digunakan bersama sama dengan senyawa sulfur atau hidrogen sulfida. Pada kondisi reaksi pencairan, gabungan antara katalis besi dan sulfur ini membentuk senyawa aktif pyrhotit (Fe1-xS), yang berperan untuk mempercepat proses pencairan batubara. Sumber potensial untuk mendapatkan pyrrhotit adalah dari limonit, yang terdapat di Soroako dan Pomalaa. Kandungan limonit dari daerah tersebut terdiri dari campuran hematit (aFe2O3) dan goethit (aFeOOH) serta gibsit Al(OH)3. Selain itu juga terdapat unsur lainnya seperti Si, Mg, Ni, Cr.
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz
7
Pengaruh dari senyawa ini belum diketahui. Sumber daya Sulfur Endapan sulfur di Indonesia terutama terdapat di kawah-kawah gunung api. Sulfur bisa juga diperoleh sebagai produk samping (by product) dari peleburan mineral sulfida, seperti peleburan tembaga sulfida di Gresik, Jawa Timur, menghasilkan SO2 sebagai sumber pembuatan asam sulfat. Sumber daya Limonit Besarnya sumber daya limonit dapat dilihat dari jumlah sumber daya besi lateritik yang telah dikemukakan diatas termasuk penyebarannya. C.
Mineral-mineral penunjang industri logam, mesin, dan kimia
Pengembangan industri logam memerlukan bahan baku dari mineral-mineral logam. Dua sumber mineral logam yang cadangannya cukup besar dapat menunjang industri baja, nikel (feronikel), dan Aluminium, yaitu bijih besi lateritik yang juga mengandung logam nikel, khrom dan kobal, endapannya berada di daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara; dan bijih bauksit (bijih alumunium), endapannya berada di daerah Kalimantan Barat. Industri ferronikel PT.Antam di Pomalaa saat ini membutuhkan teknologi untuk meningkatkan kadar nikel < 1,7 % dari bijih nikel menjadi kadar nikel minimum 2,3 %. Disamping itu peleburan feronikel membutuhkan bahan imbuh (flux) CaO untuk peleburan bijih nikel, serta bata tahan api untuk pemeliharaan dapur peleburan. Industri baja (Krakatau Steel) sangat memerlukan bahan baku bijih besi yang layak untuk substitusi impor yang harganya telah semakin mahal. Di samping membutuhkan CaO sebagai imbuh, dan bata tahan api. Industri timah (PT. Timah) memerlukan bahan imbuh CaO serta bata tahan api. Pabrik peleburan tembaga (copper smelting) di Gresik Jawa Timur memerlukan bahan imbuh CaO, serta bata tahan api. PT. Antam telah mempunyai rencana pengembangan potensi bijih bauksit Kalbar bekerjasama dengan pihak Jepang. Pengembangan bijih bauksit ini perlu didukung dengan teknologi peningkatan (upgrading) kadar bijih sebelum diproses di pabrik alumina. Juga pemanfaatan limbahnya yang disebut red mud, yang diperkirakan jumlahnya cukup besar (45 % dari berat bijih yang diolah). Umumnya industri ekstraksi logam dari mineral memerlukan secara rutin bahan imbuh (flux) serta bata tahan api (refractory) berbasis mineral. Mineral yang digunakan sebagai bahan
8
imbuh diantaranya kapur tohor (CaO). Untuk pembuatan bata tahan api diperlukan MgO, Al2O3, SiO2, lempung api (fire clay) yang sebagian dapat diproduksi dari sumber mineral seperti magnesit, dolomit, bauksit, pasir kuarsa, dan beberapa jenis lempung. Pada industri mesin diperlukan pasir cetak (berbahan dasar pasir kuarsa) untuk pengecoran logam. Mineral yang diperlukan untuk pembuatan pasir cetak antara lain : pasir kuarsa, bentonit, pasir zirkon. Industri kimia karet, plastik, serta kertas memerlukan bahan pengisi (filler) maupun pelapis (coating) untuk kertas. Mineral yang dipakai untuk bahan pengisi antara lain kalsium karbonat tepung (yang digiling dan yang dipresipitasi), kaolin, talk, bentonit, pasir kuarsa tepung. Industri kimia minyak nabati (sawit, kelapa, kacangkacangan dll.) dan hewani memerlukan bahan untuk pemucat warna (bleaching). Mineral yang digunakan secara luas untuk pemucat adalah bentonit. Pengolahan limbah cair dan gas beberapa jenis industri memerlukan bahan penetral yang bersumber dari mineral, antara lain kapur tohor, tawas, PAC, bentonit aktif, pasir aktif, dan zeolit aktif. D.
Nilai tambah
Peningkatan nilai tambah beberapa mineral setelah mengalami proses menjadi produk ditunjukkan pada Tabel 1. 4.
LITBANG PENGOLAHAN MINERAL KE DEPAN
Dengan paparan kondisi yang dihadapi serta berbagai industri yang harus ditunjang, nampak tantangan yang tidak ringan dalam mengembangkan mineral untuk dapat menjawab perkembangan kebutuhan nasional mendatang. Bertitik tolak dari prioritas utama yang harus ditunjang, litbang teknologi pengolahan mineral yang harus dilakukan akan meliputi berbagai jenis mineral yang lebih luas, yang akan melibatkan pekerjaanpekerjaan penelitian yang meliputi : karakterisasi dan evaluasi berbagai jenis mineral, teknologi pengolahan dan pemanfaatan, karakterisasi dan evaluasi berbagai jenis produk yang bisa dihasilkan, serta evaluasi dan pengembangan untuk mewujudkan skala produksi. Berikut ini lingkup kegiatan litbang teknologi pengolahan mineral yang telah dicoba disusun, yang diharapkan dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan nasional yang akan datang (Tabel 2).
Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14
Tabel 1. Peningkatan nilai tambah beberapa mineral setelah diproses
No.
Sumber Bahan Baku
Harga Bahan Baku (Rp)
1.
Batu fosfat, dolomit
500
2.
Bauksit, kaolin
600
Abu batubara
100
3.
Lumpur Porong
25
4.
Lempung bola (ball clay)
50
5.
Felspar (5 % K2O)
6.
Bijih besi
Produk
Harga Produk (Rp)
Pupuk Majemuk
2.000
4
Tawas
2.500
4
PAC
5.000
8
Batu bata
100
1000
8. 9.
Bentonit
Batukapur
100
Zeolit
200
Limonit, pirit
16 40
Felspar (14 % K2O)
1.000
10
Konsentrat besi (60% Fe)
6.000
6
15.000
15
4.000
13
Bahan penyerap (absorbent)
2.500
8
Katalis
9.000
30
1.500
15
2.500
12,5
4.000
4
Bahan penyerap
1.000
4
2.000
Besi wantah (pig iron)
300
400
Keramik
Pemucat (bleaching agent) 7.
Peningkatan Nilai Tambah (kali lipat)
Katalis
Tabel 2. Litbang pengolahan mineral ke depan
No. 1.
Sumber Bahan Baku Fosfat
Dolomit
2.
Bentonit, Lempung berkapur,TufitPerlit mengembang, Zeolit
Penggunaan/ Pemanfaatan Pupuk majemuk
Teknologi Peningkatan Nilai Tambah - Kominusi, pulping, sizing (hidrosiklon), flotasi, dewatering, pengeringan. - Kominusi, sizing (air classifier)
Pengondisi tanah - Pengeringan, kominusi, (soil conditioners) sizing (air classifier) berfungsi sebagai penyerap (sorbent) - Pengeringan, kominusi, sizing (ayakan getar)
Lingkup Litbang Teknologi Pengolahan Peningkatan kadar P2O5 dari 10-15% (rata-rata di alam) menjadi 25-30% Kominusidan sizing bebas debu Pengembangan pada skala pilot Pengeringan hemat energi dan bebas debu Kominusi dan sizing bebas debu Pengeringan hemat energi dan bebas debu Kominusi dan sizing bebas debu Pengembangan pada skala pilot
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz
9
Tabel 2. Lanjutan ...
No. 3.
Sumber Bahan Baku Bentonit
Penggunaan/ Pemanfaatan
Bentonit
Lingkup Litbang Teknologi Pengolahan
Penyerap pada peternakan dan perikanan
- Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi dan sizing (air classifier) bebas debu Kominusi dan sizing bebas debu - Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi dan sizing (ayakan getar), bebas debu Kominusi dan sizing bebas debu Pengembangan pada skala pilot
Sebagai pembawa (carrier) pestisida
- Pulping, scrubbing, sizing (hidrosiklon), dewatering, spray drying - Kominusi, sizing (ayakan getar) pengeringan
Peningkatan kadar monmorilonit Pengeringan dengan spray dryer Pengeringan hemat energi dan bebas debu. Kominusi dan sizing bebas debu Pengembangan pada skala pilot
Zeolit
4.
Teknologi Peningkatan Nilai Tambah
Zeolit
5.
Batukapur (kapur)
Pengolahan air sebag ai oksidator desinfectant
- Kominusi, kalsinasi, hidratasi, Sizing (air classifier), klorinasi
Pembuatan kapur padam Ca(OH) 2 kadar tinggi (72% CaO) untuk pengatur pH (pH regulator). Pembuatan kapur padam kadar tinggi untuk bahan baku pembuatan kaporit. Pembuatan hidrator dan sizing bebas debu. Kalsinasi batukapur hemat energi. Pengembangan pd skala pilot
6.
Bauksit
Pengolahan air sebagai koagulan
- Kominusi, digesting, filtrasi, presipitasi, washing, sulfatasi, klorinasi, kristalisasi - Peletasi, roasting, pelarutan (dengan asam sulfat dan klrorida), kristalisasi
Pembuatan tawas dan PAC dari bauksit
Kaolin
Pembuatan tawas dan PAC dari kaolin Pengembangan pada skala pilot
7.
Bentonit Zeolit
10
Pengolahan air; sbg penyerap dan penukar kation
- Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi sizing (air classifier) Kominusi dan sizing bebas debu - Pengeringan, kominusi, Peningkatan kapasitas tukar sizing (ayakan getar), kation melalui aktivasi dengan aktivasi dengan sodium sodium hidroksida hidroksida, pengeringan. Pengembangan pd skala pilot
Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14
Tabel 2. Lanjutan ...
No. 8.
Sumber Bahan Baku Abu batubara, Lumpur Porong
Penggunaan/ Pemanfaatan Pembuatan bata dan mortar untuk bangunan
Teknologi Peningkatan Nilai Tambah - Pencampuran dengan pasir pasang dan kapur tohor (CaO) tepung (atau semen portland), pencetakan - Pencampuran dengan kapur tohor tepung (atau semen portland), pencetakan
Lingkup Litbang Teknologi Pengolahan Rekayasa komposisi dan kuat tekan
Rekayasa komposisi dan kuat tekan Pengembangan skala pilot
9.
Kuarsa, Batu fosfat
Silikon dan fosfor untuk sel surya
- Kominusi, pelarutan dengan asam sulfat, pemisahan kuarsa halus, pencucian, pengeringan, ekstraksi silikon dengan pirometalurgi, pemurnian. - Kominusi, peningkatan kadar P2O5, pelarutan dengan asam sulfat, filtrasi, evaporasi.
10. Sfalerit, (sulfida tembaga, batubara)
Germanium untuk (Proses Jersey Miniere sel surya Zinc + Metalurgie Hoboken-Overpelt) : Konsentrat Zn (0,04%Ge), roasting, pelarutan asam, filtrasi, pelarutan residu (0,5% Ge), pengeringan endapan, pelarutan, solvent extraction, elution, hidrolisis (konsentrat 50% Ge), pelarutan HCl/klorinasi, pemurnian dan distilas GeCl4 , hidrolisis GeCl4 menghasilkan GeO2, pengeringan, reduksi dengan H2 menghasilkan logam Ge, pemurnian menghasilkan Ge kristal.
11. Boraks
Boron untuk sel surya
Pelarutan pengotor kuarsa dengan asam sulfat Ekstraksi dan pemurnian silikon (Si)
Ekstraksi fosfor (P) dari batuan fosfat dengan asam sulfat untuk memperoleh asam fosfat konsentrasi tinggi. Kajian eksploratif logam Ge dalam spalerit, Kajian eksploratif logam Ge dalam sulfid tembaga/mineral sulfida, Kajian eksploratif logam Ge dalam batubara
(Dasar proses :Henri Ekstraksi boron dari boraks Moissan) : Reduksi dengan reduktor Mg. dengan Mg pada1200°C, Pemurnian Boron hasil pendinginan, penggerusan, reduksi boraks pelarutan dengan HCl menghasilkan crude Boron 86-88%, pelarutan dengan KHF2, reduksi dengan
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz
11
Tabel 2. Lanjutan ...
No.
Sumber Bahan Baku
Penggunaan/ Pemanfaatan
Teknologi Peningkatan Nilai Tambah
Lingkup Litbang Teknologi Pengolahan
hidrogen menghasilkan Boron, > 99 %B 12. Bentonit
Katalis untuk sintesis biodiesel
Pasir zirkon
13.
Batukapur (kapur tohor) Bentonit Zeolit
14. Limonit Pirit
- Pulping, scrubbing, Benefisiasi bentonit untuk sizing (hidrosiklon), katalis padat sintesis biodiesel dewatering, perendaman asam sulfat, filtrasi, pencucian, spray drying. - Scrubbing, sizing Benefisiasi pasir zirkon untuk (hidrosiklon), filtrasi, katalis sintesis biodiesel pengeringan, pemisah magnetik/elektrostatik, penggerusan, caustic fusion, pelarutan dalam air, filtrasi, netralisasi filtrat (pengendapan zirkonia hidrat), pencucian zirkonia hidrat, sulfatasi, evaporasi, kristalisasi zirkon sulfat.
Penyerap air pada - Kominusi, sizing, pemurnian alkohol kalsinasi, kominusi, dan metanol sizing, pengantongan kedap udara. - Pulping, pencampuran dengan soda abu, ekstrusi/peletasi, pengeringan, pengantongan kedap udara. - Kominusi, sizing, pengeringan, pengantongan kedap udara.
Katalis untuk - Pulping, scrubbing, pencairan batubara sizing (hidrosiklon), filtrasi, pengeringan. - Kominusi, pulping, flotasi pirit, filtrasi, pengeringan, penggerusan
Teknologi kalsinasi batukapur untuk menghasilkan kapur tohor (CaO) reaktifitas tinggi Pembentukan Na- bentonit untuk penyerap air pada pemurnian alkohol dan metanol
Kominusi dan pengeringan zeolit untuk penyerap air pada pemurnian alkohol dan metanol Pengembangan pd skala pilot Benefisiasi limonit untuk katalis pencairan batubara Benefisiasi pirit untuk katalis pencairan batubara Karakterisasi dan uji coba pada pencairan batubara
15. Bijih besi lateritik
12
Untuk menghasilkan besi baja
Preparasi, pencampuran dengan batubara (reduktor), magnetizing roasting dalam rotary kiln,
Peningkatan kadar Fe Pembuatan sponge iron Pembuatan nugget iron Pengembangan pada skala pilot
Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14
Tabel 2. Lanjutan ...
No.
Sumber Bahan Baku
Penggunaan/ Pemanfaatan
Teknologi Peningkatan Nilai Tambah
Lingkup Litbang Teknologi Pengolahan
penggerusan, pemisahan magnetik ( konsentrat, minimum 60 % Fe) 16. Bijih nikel lateritik
Untuk menghasilkan logam ferronikel
Preparasi, flotasi, filtrasi, pengeringan (kadar Ni minimum 2,3 %), preparasi (silika : magnesia = 2,2; Fe: Ni = 6), pengeringan dlm. rotary dryer (air bebas turun dari 32% menjadi 20 %), kalsinasi dlm. rotary kiln (umpan + reduktor (batubara), terjadi prereduksi pada beberapa mineral), smelting dlm. electric furnace menghasilkan logam cair dan slag, pemurnian logam cair (desulphurisasi, desilikonisasi, decarbonisasi)
17. Bijih bauksit
Pembuatan Kominusi, digesting, alumina (Al(OH)2) filtrasi, presipitasi filtrat, filtrasi, pencucian, pengeringan
Peningkatan kadar Ni bijih nikel lateritik melalui flotasi Peningkatan kadar Ni bijih nikel lateritik melalui kalsinasi/ prereduksi dan pemisahan magnetik
Pembuatan bahan-bahan dan bahan kimia berbasis Al(OH)3, antara lain : refraktori alumina, katalis, pasta abrasive, Al-Oksida, Al-acetat, alums. Pengembangan pada skala pilot
18. Red mud (limbah Pembuatan tawas - Preparasi (pencampuran Ekstraksi Al2O3 dari red mud ekstraksi alumina dari dan PAC, Pembudengan soda dan kapur), dan pemisahan mineral besi bauksit) atan refraktori, roasting, pelarutan, melalui magnetik separator alumina, komsenfiltrasi, presipitasi filtrat, trat besi, pencucian, sulfatasi, klorinasi - Preparasi (pencampuran Pembuatan refraktori alumina dengan soda dan kapur), dari red mudPembuatan tawas roasting, pelarutan, dan PAC dari red mud filtrasi, presipitasi filtrat, pencucian, Penetralan dan pengkondisian pencampuran dengan red mud untuk bahan silika tepung (komposisi penimbun tanah mullit). Produk samping konsentrat besi. 19. Pasir zirkon
Keramik maju Scrubbing, sizing (advance ceramics) (hidrosiklon), filtrasi, zirkonia pengeringan, pemisah magnetik/elektrostatik, penggerusan, caustic
Benefisiasi pasir zirkon untuk bahan baku keramik maju (zirkonia)
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz
13
Tabel 2. Lanjutan ...
No.
Sumber Bahan Baku
Penggunaan/ Pemanfaatan
Teknologi Peningkatan Nilai Tambah
Lingkup Litbang Teknologi Pengolahan
fusion, pelarutan dalam air, filtrasi, netralisasi filtrat (pengendapan zirkonia hidrat), pencucian zirkonia hidrat 20. Bentonit, lempung
5.
Pemucat minyak Pulping,scrubbing,sizing nabati dan hewani (hidrosiklon), dewatering, aktivasi dengan asam sulfat, filtrasi, pencucian, spray drying
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Peningkatan kadar monmorilonit dengan hidrosiklon. Aktivasi upgraded bentonite dengan asam sulfat Uji daya pemucatan bentonit terhadap minyak sawit Pengembangan pada skala pilot
Pertambangan 2007, Puslitbang Tekmira, Bandung.
Melalui konsep pemikiran ini diharapkan kiprah Litbang pengolahan dan pemanfaatan mineral ke depan akan lebih terarah sehingga dapat memberikan hasil yang lebih berdaya guna dalam menjawab tantangan riil bangsa saat ini maupun dimasa mendatang. Ruang lingkup penelitian dan pengembangan pengolahan mineral ke depan yang telah disusun telah menjadi masukan dalam penyusunan rencana strategis (Renstra tekMIRA tahun 2010-2014). DAFTAR PUSTAKA
Daniel W., 2008. detikFinance, http://m.detik.com. Habashi, 1997. Handbook of Extractive Metallurgy, vol. I-IV, Wiley, VCH. Kacin, 1984. Application of Bentonite for Waste Water Disposal, VUK Pilsen. Suherman, I., 2006. Kajian Batubara Nasional, Prosiding Kolokium Pertambangan 2007, Puslitbang Tekmira, Bandung.
Anonim, 2008. Antara News, http://www.antara.net.id/ index.php/id/.
Stanley J.L.,1975. Industrial Mineral and Rocks. American Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum Engineers,Inc., New York,N.Y.
Asy’ari Y., 2007. Fakta dan Data Seputar Perumahan Rakyat, http://www.yusufasyari.com/2007/04/16/.
Soucek and Kliment, 1983. Sorbents for Agriculture, VUK Karlovy Vary, 1983.
Anonim, 2007. Kapanlagi.com, www.kapanlagi.com.
Soempeno, F.A., 2009. www.kontan.co.id/.
http://
Anonim, 2004. Direktorat Inventarisasi Mineral, Departemen ESDM, Rep. Indonesia. Anonim, 2008. Portal Nasional Republik Indonesia, http://www.deptan.go.id. Aziz, M., dkk., 2006. Pengolahan Mineral Besi Laterit Pomalaa, laporan internal, Puslitbang Tekmira, Bandung. Aziz, M. dan Ardha, I.G.N., 2007. Pemrosesan dan Pemanfaatan Mineral Tailing, Prosiding Kolokium
14
Kontan,
http://
Team of Authors,1983 . Production and Application of Non-Metallics Minerals in Agriculture, UNIDOCSSR Joint Programme, Pilsen, Chzech Rep. Yahya, D., 2008. Finance www.financeroll.com/in.
Roll,
http://
Yateman, A. dkk., 2007. IPTEK Nano di Indonesia : Terobosan, Peluang, dan Strategi, Deputi Bidang Perkembangan Riptek, Kementrian Negara Riset dan Teknologi.
Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14