BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipilih adalah metode eksperimental randomized pre
test and post test control group design (Pocock, 2008). Untuk mengetahui pengaruh kombinasi biofeedback dan kegel exercise dibandingkan dengan pemberian kegel exercise tunggal dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada inkontinensia urinae tipe stres wanita pasca partus normal di Posyandu Lembayung, Desa Babussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Propinsi Riau. P1 R
S
P o o o
O2
O1
RA
P2
O3 Gambar 4.1. Bagan Rancangan Penelitian
Keterangan: P S R RA O1 P1 O2 O3 P2 O4
= Populasi. = Sampel. = Randomisasi. = Random alokasi. = Pengukuran sebelum kegel exercise. = Kegel exercise. = Pengukuran sesudah kegel exercise. = Pengukuran sebelum biofeedback dan kegel exercise. = Biofeedback dan kegel exercise. = Pengukuran sesudah biofeedback dan kegel exercise.
37
O4
38
4.2
Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di
Posyandu Lembayung, Desa Babussalam,
Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Waktu
penelitian
dilaksanakan mulai 2 Maret 2015 sampai 2 Mei 2015. 4.3
Penentuan Sumber Data Penentuan sumber data dimulai dari menentukan populasi target yang akan
diteliti, kemudian didapat populasi terjangkau, menentukan sampelnya, kriteria eligibilitas, besaran sampel dan teknik pengambilan sampel. 4.3.1
Populasi Target Adalah semua wanita multiparitas 3 bulan pasca partus normal di
Desa Babussalam yang mengalami kelemahan otot dasar panggul dan inkontinensia urinae tipe stres. 4.3.2
Populasi Terjangkau Adalah wanita multiparitas pasca partus normal yang mengalami
kelemahan otot dasar panggul dan inkontinensia urinae tipe stres, terdaftar di Posyandu Lembayung. 4.3.3
Sampel Sampel dalam penelitian adalah jumlah subjek yang diambil dari
populasi terjangkau, disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria eligibilitas.
39
4.3.4
Kriteria Eligibilitas Kriteria egibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi
karakteristik populasi terjangkau, yaitu kriteria inklusi, kriteria eksklusi dan kriteria drop out 1.
Kriteria inklusi: a. Wanita multiparitas 3 bulan pasca partus normal dan terdaftar di Posyandu Lembayung. b. Usia 25-35 tahun. c. Mengalami kelemahan otot dasar panggul. d. Tidak bisa menahan buang air kecil ketika tertawa, bersin atau batuk (mengalami inkontinensia urinae tipe stres). e. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian sampai selesai dan menanda tangani informed consent. (kuesioner lampiran 1). f. Tidak sedang mengikuti program terapi lainnya. g. Mampu mengerti instruksi yang diberikan.
2.
Kriteria eksklusi: a. Obesitas, yaitu dengan indeks massa tubuh (IMT) >30kg/m2. b. Memiliki gangguan fisik dan keterbatasan gerak yang mengganggu aktivitas seperti nyeri pinggang, nyeri lutut. c. Memiliki penyakit berisiko seperti penyakit jantung.
3.
Kriteria drop out: a. Mengundurkan diri dari latihan. b. Tidak mengikuti latihan sesuai prosedur.
40
4.3.5
Besar Sampel Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan
rumus Pocock (2008):
n
2 2 , 2 1 2
Keterangan : n = Jumlah sampel = Simpang baku (standard deviation) = Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05) = Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20)
( , ) = Interval kepercayaan 7,9 1 = Rerata nilai pada kelompok kontrol sebelum perlakuan 2 = Rerata nilai pada kelompok perlakuan sesudah perlakuan Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Kustini (2011) dengan judul “Pelatihan Terpadu (Kegel dan Core Stability) Meningkatkan Kekuatan Otot Dasar Panggul Wanita Multipara” didapatkan hasil rerata 1 = 15,583 dan standar deviasi = 3,12 dengan nilai harapan setelah intervensi terdapat peningkatan sebesar 20% didapatkan rerata 2 = 18,69. Setelah disubstitusikan ke dalam rumus Pocock dapat dihitung sebagai berikut :
2(3,12) 2 n x7,9 18,69 15,5832 n
19,46 x7,9 9,65
n 7,74
41
Maka jumlah sampel minimal dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 8 orang. Untuk antisipasi jika ada sampel yang drop out diberikan tambahan 20% sehingga menjadi 10 orang
pada setiap
kelompok, jadi total semua sampel kedua kelompok berjumlah 20 orang. 4.3.6
Teknik Sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari populasi,
kemudian sampel dialokasikan secara random dibagi menjadi dua kelompok masing-masing terdiri dari 10 sampel sesuai dengan penghitungan rumus Pocock. Kelompok I sebagai kelompok kontrol (kelompok perlakuan I) yang mendapatkan perlakuan Kegel exercise, dan kelompok II sebagai kelompok perlakuan (kelompok perlakuan II) yang mendapatkan perlakuan Biofeedback dan Kegel exercise. 4.4
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 4.4.1
Variabel Terikat (Dependent Variable): Kekuatan otot dasar panggul.
4.4.2
Variabel Bebas (Independent Variable): a.
Kegel exercise.
b.
Kombinasi Biofeedback dan Kegel exercise.
42
4.5
Definisi Operasional Yang termasuk di dalam definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Inkontinensia urinae tipe stres didefinisikan sebagai pengeluaran urinae yang tidak dapat dikontrol, disebabkan karena tekanan intravesika cenderung melebihi tekanan penutupan uretra yang berhubungan dengan aktivitas tubuh seperti batuk, bersin, tertawa atau kegiatan fisik, sedangkan kandung kemih tidak berkontraksi. 2) Kegel exercise adalah suatu paket pelatihan berupa gerak isometrik untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul. Diawali dengan memberikan program latihan dasar, untuk mengenalkan letak otot dasar panggul baik dalam posisi telentang, dan dilanjutkan dengan latihan pada posisi merangkak dengan beberapa gerakan, setiap latihan dilakukan kontraksi lambat (slow twitch) dan kontraksi cepat (fast twitch). 3) Biofeedback merupakan sebuah metode untuk memberikan individu dengan informasi tentang tubuh mereka, dimana menggunakan suatu alat yang dapat membantu untuk memastikan apakah latihan sudah dilakukan dengan
benar.
Alat
yang
digunakan
sebagai
biofeedback
yaitu
perineometer untuk mengukur, memproses dan memberikan umpan balik dengan tepat kepada pasien dalam melakukan latihan.
43
Gambar 4.2 Perineometer PFX2 (Sumber: http://www.cardiodesign.com.au/pfx2.php) 4.6
Bahan dan Alat Pengambilan Data 4.6.1
Alat atau Instrumen Penelitian Alat atau instrumen yang dibutuhkan dalam pengambilan data pada
penelitian ini adalah: 1) Formulir data dasar sampel. Formulir ini merupakan kuesioner awal yang berisi data identitas sampel dan beberapa pertanyaan yang berupa masalah yang berkenaan dengan inkontinensia urinae tipe stres dan kelemahan otot dasar panggul setelah persalinan (kuesioner lampiran 2). 2) Formulir kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian (informed consent). 3) Perineometer PFX2, untuk menilai kekuatan otot dasar panggul dalam satuan mmHg beserta perlengkapannya yaitu: a. Masker. b. Kondom untuk menutupi probe yang akan dimasukkan ke vagina. c. Gel untuk pelicin pada kondom. d. Povidon iodine 10% untuk antiseptik. e. Kassa steril untuk membersihkan vagina sebelum pengukuran.
44
f. Hand scoen steril untuk peneliti. g. Hand soap dan tempat cuci tangan/ wastafel. h. Tisu. i. Selimut untuk menutupi bagian terbuka yang tidak diperlukan saat pemeriksaan. j. Tempat sampah. 4) Petunjuk pelaksanaan latihan kegel exercise (lampiran 3). 5) Tensi meter untuk mengetahui tekanan darah sampel selama latihan. 6) Timbangan berat badan dewasa merek GEA. 7) Meteran dari bahan plastik untuk mengukur tinggi badan. 8) Ruangan untuk latihan, kasur lantai/ matras dan bantal. 9) Tempat tidur untuk pemeriksaan kekuatan otot dasar panggul. 10) Stopwatch untuk mengukur denyut nadi dan lama pelatihan. 11) Kamera digital/ kamera handphone merek Lenovo yang digunakan untuk mendokumentasikan setiap kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. 4.6.2
Prosedur Penelitian Prosedur pengambilan data penelitian kombinasi biofeedback dan
kegel exercise dilaksanakan mulai tanggal 2 Maret sampai 2 Mei 2015. Menggunakan rancangan eksperimental pada dua kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Sebelum dan sesudah latihan pada awal program dilakukan pengukuran nilai kekuatan otot dasar panggul dengan menggunakan Perineometer. Selanjutnya, sampel diberikan latihan sebanyak 24 kali selama 8 minggu. Hal ini
45
dilakukan untuk menentukan tingkat keberhasilan peningkatan kekuatan otot dasar panggul dari tiap perlakuan yang telah diberikan. Adapun prosedur kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah dengan urutan sebagai berikut: a. Persiapan sumber daya manusia; 1) Meminta izin kepada kepala Posyandu Lembayung, Desa Babussalam untuk memakai jasa ibu pasca partus normal yang mengalami kelemahan otot dasar panggul dan inkontinensia urinae tipe stres sebagai sampel, memakai ruangan Posyandu untuk dipakai selama pelatihan. 2) Menghubungi dokter umum untuk bersedia membantu pemeriksaan fisik sampel, dan bidan desa serta kader untuk membantu saat menilai kekuatan otot
dasar
panggul
pada sampel
yang mengalami
inkontinensia urinae tipe stres. b. Persiapan sarana dan prasarana; 1) Mempersiapkan ruang/ tempat untuk administrasi dan pelaksanaan kegiatan latihan. 2) Mempersiapkan alat-alat penunjang kegiatan administrasi dan alat-alat keperluan latihan. 3) Mempersiapkan konsumsi berupa makanan dan minuman kecil yang diberikan setiap setelah selesai pelatihan.
46
c. Prosedur pelaksanaan pelatihan; 1) Mencatat
identitas
sampel
meliputi
nama,
umur,
pekerjaan,
pendidikan dalam kartu identitas diri sampel. 2) Melakukan pemeriksaan tentang kondisi sampel termasuk tekanan darah, denyut nadi, tinggi badan, dan berat badan. 3) Sampel menanda tangani formulir persetujuan tindakan sesuai dengan perilaku yang diberikan dan telah dijelaskan sebelum awal pelatihan. 4) Pengukuran kekuatan otot dasar panggul sebelum dan sesudah latihan. Prosedur sebagai berikut: sampel tidur dalam posisi litotomi dengan kedua lutut ditekuk 900. Vagina dibersihkan menggunakan kassa dan povidon iodin 10%. Lalu probe dipasang kondom dan dilumuri gel kemudian dimasukkan ke dalam vagina. Selanjutnya sampel diminta mengkontraksikan otot dasar panggul sekuatnya dan ditahan selama 10 detik tanpa menahan napas. Selama otot berkontraksi, jarum alat akan menunjukkan angka sesuai kekuatan kontraksi otot dasar panggul, terapis memperlihatkan angka kekuatan kontraksi pada alat kepada pasien. Menurut Lubis (2009), pengukuran dilakukan 3 kali kontraksi maksimal tanpa diikuti kontraksi otot lainnya, kemudian istirahat 60 detik setiap selesai satu kali kontraksi. Dari ketiga kontraksi dicatat nilainya dan diberitahu kepada pasien, kemudian diambil nilai rata-rata dalam satuan 0-12 mmHg di dalam kartu identitas pasien.
47
5) Prosedur kegel exercise pada kelompok perlakuan I sebagai berikut: (1) Persiapan terapis, terapis berada disamping pasien, berikan informasi bagaimana cara mengkontraksikan otot dasar panggul yang benar kepada pasien. (2) Persiapan pasien, pasien diposisikan tidur terlentang, posisi kepala disanggah oleh bantal dan kedua lutut ditekuk seperti litotomi. Pastikan pasien telah mengosongkan kandung kemihnya. (3) Pelaksanaan terapi, langkah pertama posisi berbaring, cobalah untuk mengkontraksikan otot dasar panggul dengan cara seperti ketika kita menahan berkemih. Lakukan kontraksi selama 10 detik, kemudian istirahat selama 10 detik, diulang sampai 10 kali per sesi. Bentuk-bentuk kegel exercise adalah sebagai berikut: a. Posisi tidur telentang kedua lutut ditekuk. Latihan berupa pelvic tilting posterior bersamaan dengan penguatan otot dasar panggul. Dengan penjelasan sampel diminta menahan pis (buang air kecil) dan pup (buang air besar) – lalu angkat panggul dengan gerakan pelan sesuai dengan aba-aba kontraksi – tahan – rilek – istirahat. b. Posisi tidur telentang satu lutut ditekuk dan tungkai yang satunya lurus. Latihan berupa pelvic tilting lateral bersamaan dengan latihan penguatan otot dasar panggul. Dengan penjelasan sama lalu tarik tungkai yang lurus ke arah pinggang – tahan – rilek - istirahat.
48
c. Posisi tidur telentang satu lutut ditekuk dan tungkai yang satunya lurus. Latihan berupa pelvic tilting rotation bersamaan dengan latihan penguatan otot dasar panggul. Dengan penjelasan sama lalu lutut yang ditekuk diputar menyilang kaki yang lurus sampai pinggang terasa terulur, tetapi badan atas tetap lurus atau rata – tahan – rilek - istirahat. d. Posisi tidur telentang kedua lutut ditekuk. Latihan berupa penguatan otot perut bagian atas bersamaan dengan penguatan otot dasar panggul. Dengan penjelasan sama lalu ke dua tangan menyentuh kedua lutut sambil kepala diangkat – tahan – rilek - istirahat. e. Posisi tidur telentang kedua lutut ditekuk. Latihan berupa penguatan otot perut bagian bawah bersamaan dengan penguatan otot dasar panggul. Dengan penjelasan sama sambil kedua tungkai bergantian bergerak seperti mengayuh sepeda 10 kali ulang lalu rilek. Posisi merangkak (kucing, onta). f. Posisi merangkak. Latihan berupa penguatan otot perut dan punggung bersamaan dengan penguatan otot dasar panggul. Dengan penjelasan sama – lalu dagu ke arah dada, dada dan perut melengkung ke belakang, kemudian lengkungkan pinggang ke depan dada dan kepala diangkat ke belakang seperti membentuk cekungan dan wajah menghadap ke depan – tahan – rilek – istirahat. g. Setelah selesai latihan pasien istirahat sambil makan snack yang disediakan dan mengisi absensi sesuai jadwal latihan.
49
6) Prosedur kombinasi biofeedback pada kelompok perlakuan II dipandu oleh peneliti sendiri. Untuk pelaksanaan kegel exercise sama dengan yang dilakukan pada kelompok perlakuan I lalu dilanjutkan latihan dengan pemakaian biofeedback (perineometer PFX2): (1)
Persiapan alat, alat harus dalam kondisi steril dan bersih.
(2)
Persiapan pasien, pasien tidur terlentang, dengan posisi kepala disanggah oleh bantal dan kedua lutut ditekuk. Pastikan pasien telah mengosongkan kandung kemihnya agar pasien dapat konsentrasi, membuka anggota tubuh bawah yang akan diukur dan menutup bagian yang lainnya dengan selimut.
(3)
Pelaksanaan, terapis mencuci tangan terlebih dahulu, pakai masker lalu gunakan hand scoen. Pasien diminta melihat jarum dan angka pada alat perineometer PFX2 di samping pasien. Setelah probe dimasukkan ke vagina pada posisi benar dan ditahan terapis agar tidak berubah posisi, pasien diminta untuk latihan kontraksi otot dasar panggul sekuatnya sampai tercapai nilai yang diinginkan sambil melihat angka pada alat, sehingga pasien
mendapat
informasi
kekuatan
kontraksi
ototnya.
Selanjutnya dengan cara yang sama minta pasien lebih bersemangat saat melakukan kontraksi sambil mengeluarkan suara „hup‟ agar tercapai hasil yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya. Kemudian catat nilai kekuatan kontraksi otot dasar panggul hasil pengukuran dan latihan, beritahu kepada pasien.
50
(4)
Setelah pengukuran dan latihan semua alat dibersihkan, probe dicuci dengan sabun dan dikeringkan. Kassa dan kondom bekas pakai dibuang di tempat sampah., kemudian tahan selama 10 detik, istirahat 60 detik setiap selesai satu kali kontraksi. Untuk latihan selanjutnya minta pasien lebih bersemangat saat melakukan latihan sambil mengeluarkan suara „hup‟ agar hasil lebih baik. Lakukan 10 kali pengulangan kontraksi, catat nilai kekuatan otot dasar panggul hasil latihan.
(5)
Setelah latihan semua alat dibersihkan, probe dicuci dengan sabun dan dikeringkan. Kassa, hand scoen dan kondom yang telah dipakai dibuang di tempat sampah.
(6)
Pasien bisa istirahat sambil makan snack yang telah disediakan dan mengisi absensi sesuai jadwal latihan.
7) Setelah selesai terapi, berikan informasi kepada pasien untuk melanjutkan latihan 3 kali per minggu selama 8 minggu setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu jam 14.00 – 15.00 WIB untuk kelompok perlakuan I dilanjutkan jam 15.00 – 16.00 WIB untuk kelompok perlakuan II sesuai jadwal yang telah dibuat (lampiran 4). 8) Setelah 8 minggu latihan peneliti mencatat dan mengumpulkan hasil pengukuran sebelum dan setelah perlakuan, kemudian data diolah dengan statistik menggunakan perangkat lunak.
51
4.7
Alur Penelitian Populasi
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Sampel
n = 20
Random Alokasi
Kelompok I n = 10
Sebelum Latihan
Tes Awal: Kekuatan Otot Dasar Panggul (Perineometer)
Kelompok II n = 10 Sebelum Latihan
Kombinasi Biofeedback Kegel Exercise
Sesudah Latihan
dan Kegel Exercise
Tes Akhir: Kekuatan Otot Dasar Panggul (Perineometer)
Analisis Data
Penyusunan Tesis Gambar 4.3 Alur Penelitian
Sesudah Latihan
52
4.8
Analisis Data Dalam
menganalisis
data
yang
diperoleh,
maka
peneliti
menggunakan beberapa uji statistik, diantaranya uji deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas dan uji beda. 1.
Uji deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik data sampel yang diperoleh dari hasil penelitian dan dipakai untuk menganalisis variabel identitas data dan beberapa variabel lainnya.
2.
Uji normalitas dengan Saphiro Wilk Test untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi secara normal sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Data dengan interpretasi nilai p>0,05 berarti data berdistribusi normal.
3.
Uji homogenitas data dengan Leven’s Test untuk mengetahui sebelum latihan semua sampel berasal dari varian yang sama. Data yang dihasilkan adalah p>0,05 berarti data bersifat homogen.
4.
Paired t-Test untuk menguji beda sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok perlakuan, karena data berdistribusi normal, digunakan uji statistik parametrik. Data dengan interpretasi nilai p<0,05 berarti ada perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan.
5.
Uji beda dua sampel terpisah menggunakan Independent Sample tTest karena data berdistribusi normal dan homogen. Data dengan interpretasi nilai p<0,05 berarti ada perbedaan sesudah perlakuan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II.