BAB IV KONDISI UMUM VILA KOTA BUNGA PUNCAK
Profil dan Sejarah Perkembangan Kota Bunga Puncak Awal pengembangan kawasan Kota Bunga semula memiliki nama Taman Mawar dengan luas + 9 ha. Sesuai dengan konsep tersebut kawasan ini didominasi oleh tanaman mawar yang berbunga sepanjang tahun. Konsep bangunan pun dibuat menyesuaikan dengan konsep awal yaitu sebuah kawasan peristirahatan terdiri dari vila-vila bergaya country yang dikelilingi oleh taman. Karena pemeliharaan tanaman mawar sangat sulit terutama dalam mengusahakannya berbunga sepanjang tahun ,sehingga sulit pula untuk mempertahankan tema kawasan. Pada awal tahun 1995 nama Taman Mawar diubah menjadi theme park. Dengan mengambil tema vila tradisional dari mancanegara hal ini juga diikuti dengan perubahan keseluruhan desain baik rumah maupun lanskapnya. Penggunaan Tanaman mawar sebagai ciri khas tanaman semusim yang berbunga akhirnya diganti dengan tanaman annual dan perennial yang memiliki beragam jenis warna dan aroma. Selanjutnya pada tahun 1997, nama Taman Mawar diubah menjadi Kota Bunga dengan slogan ‘Kota Sejuta Aroma’. Perusahaan yang mendirikan kawasan tersebut adalah PT Sarana Papan Ekasejati (PT SPE) dan PT Pangeran Plaza Utama (PT PPU) sebagai pengelola sekaligus merupakan bagian dari pelaksana proyek Grup Sinar Mas pada Divisi Real Estate. Kantor pusat berada di ITC Mangga Dua Raya, Jakarta Utara. Pembangunan Kota Bunga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pemukiman dan sekaligus menjadi kawasan pariwisata untuk rekreasi. Perkembangan pembangunan Kota Bunga dimulai pada wilayah Tahap I dan II dengan luasan 14,6 ha dan PT Pangeran Plaza Utama sebagai pengelolanya. Berdasarkan aturan pemerintah saat itu satu perusahaan terbatas (PT) hanya boleh mengelola suatu kawasan maksimal 15 ha, maka pengelolaan Kota Bunga dibagibagi menjadi beberapa kawasan. Setelah tugas dari PT PPU selesai maka untuk selanjutnya dilakukan oleh PT SPE hingga sekarang. Pada pembangunan wilayah tahap II dengan areal seluas 21,38 ha dibangun tipe-tipe rumah Caravan dan Mediterania. Perluasan wilayah terus dilakukan, wilayah tahap III telah selesai
18
pada tahun 1999 dan diikuti dengan wilayah tahap IV. Pada tahun 2004 telah terbangun vila sebanyak 2.305 unit dan luasan areal yang mencapai 152,6 ha. Saat ini pengembangan kawasan Kota Bunga secara besar-besaran sudah tidak dilakukan lagi atau dapat dikatakan telah selesai. Rencana induk (Masterplan) tahun 2006 Kota Bunga dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan data yang diterima dari divisi Estate Management, Berita Acara Serah Terima (BAST) 30 April 2009 luas total kawasan saat ini telah mencapai 161 ha dengan jumlah vila yang terbangun sebanyak 2.487 unit dan kavling sebanyak 86 unit (Lampiran 1).
19
Sumber: Kota Bunga Puncak
Gambar 3. Masterplan 2006 Kota Bunga Puncak
20
Struktur Organisasi Pihak pengelola kawasan Kota Bunga pada awal perkembangannya dilakukan oleh PT Pangeran Plaza Utama yang kemudian dilanjutkan oleh PT Sarana Papan Ekasejati yang merupakan anak perusahaan dari PT Duta Pertiwi, Tbk. Grup Sinar Mas memiliki beberapa anak perusahaan di berbagai bidang. Salah satu anak perusahaan tersebut yang bergerak di bidang developer dan real estate adalah PT Duta Pertiwi, Tbk yang mengembangkan kawasan permukiman (Housing II) Kota Bunga di wilayah Cipanas, Jawa Barat. Director sebagai pemegang kekuasaan tertinggi Housing II Kota Bunga bertanggung jawab kepada Executive Director, yaitu pemimpin dari PT Duta Pertiwi, Tbk. Dalam menjalankan tugasnya Director dibantu oleh Deputy Director yang kemudian berwenang untuk memberikan tanggung jawab perusahaan kepada General Manager. Pemberian nama jabatan atau level kepemimpinan Grup Sinar Mas mengalami beberapa perubahan (Lampiran 2) sehingga untuk level General Manager diubah menjadi Project Division Head, dan penamaan masing-masing manajer sesuai dengan departemen yang membawahinya. Struktur organisasi PT Sarana Papan Ekasejati dapat dilihat pada Gambar 4. Dalam Estate Management pemegang kekuasaan tertinggi berada di bawah naungan Project Division Head (Gambar 5). Tiga departemen yang berada di bawah naungan Estate Management masing-masing dikepalai oleh seorang manajer dengan nama Landscape Department Head, Estate Department Head, dan Finance and Accounting Department Head. Estate Department terdiri dari beberapa sub departemen seperti After Sales Service (Customer Service dan Mechanical Engineering), Teknik, Human Resources and Development (HRD), dan General Affair (security). Dalam Landscape Department terdiri dari sub departemen
Marketing,
Landscape,
dan
Business
Development.
Ketiga
departemen ini memiliki tugasnya masing-masing dan dalam pelaksanaannya memiliki keterkaitan satu sama lain, sehingga dibutuhkan kerja sama demi tercapainya tujuan organisasi. Berbagai perubahan yang terjadi mengenai perkembangan kawasan Kota Bunga ini diatur dan dilaksanakan sepenuhnya oleh divisi lanskap.
21
Executive Director PT Duta Pertiwi, Tbk
Director-Housing II PT. Sarana Papan Ekasejati
Deputy Director
Estate Management Project Division Head
Estate Business Development Department Head
Estate Department Head
Finance and Accounting Department Head
Gambar 4.Struktur Organisasi Housing II PT. Sarana Papan Ekasejati
22
Estate Management Project Division Head
Estate Business Development
Estate Department
Department Head
Head
Finance and Accounting Department Head
After Sales Service
Marketing
Landscape
BisDev
Perawatan
Customer Service
General Affair
HRD
Teknik
Staff
Non staff
Manual
Gambar 5. Struktur Organisasi Estate Management
Security
Finance & Accounting
General Affair
Fin &Acc
23
Dalam satu bagian Estate Management masing-masing sub departemen ini memiliki hubungan koordinasi yang terkait satu sama lain. Subdepartemen yang memiliki hubungan kuat dengan bagian lanskap adalah bagian layanan konsumen (Customer Service). Kedua bagian ini berhubungan dalam mengurusi masalah komplain konsumen yang berkaitan dengan perawatan taman vila, dimana pengajuan komplain tersebut diserahkan ke divisi lanskap berupa ’Form Lembar Layanan Konsumen’ (Lampiran 3). Di lapang, form tersebut segera di follow up oleh supervisor lokasi setempat yang pelaksanaannya dilakukan oleh inspektor lapangan (mandor). Ilustrasi mengenai hubungan atau keterkaitan antara subdepartemen lanskap dengan beberapa subdepartemen lainnya, dapat dilihat dalam Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Hubungan Antar Subdepartemen dalam Estate Management
24
Letak, Luas, dan Aksesibilitas
Kota Bunga Puncak terletak di ruas jalur Hanjawar-Pacet yang secara administratif berada di Kecamatan Pacet, Kabupaten Dati II Cianjur, Provinsi Jawa Barat, yang juga merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Dati II Bogor. Kawasan ini memiliki luasan 161 ha yang dikelilingi oleh beberapa desa sebagai wilayah perbatasan, yaitu: Utara: Desa Sukanagalih dan Desa Cisereh; Selatan: Desa Kenanga dan Roso; Barat: Desa Batulawang, Kampung Panggung dan daerah Singkup; Timur: Desa Sukanagalih. Selain terdapat enam desa yang mengelilinginya, kawasan ini juga dilalui oleh beberapa aliran sungai seperti sungai Cikundul, sungai Cimacan, dan sungai Cinengah. Jalur utama puncak dapat dilewati oleh kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Aksesibilitas dengan menggunakan jasa angkutan umum yang melintasi jalur Hanjawar ini berupa bus, mini bus, dan angkutan kota. Bus antar kota yang melintasi jalur ini adalah bus dengan trayek Tasik-Jakarta, Banjar-Jakarta, dan Bandung-Jakarta, sedangkan untuk mini bus dan mobil L300 dengan trayek Cianjur-Bogor. Karena letaknya tidak berada di jalur utama, setelah melewati pertigaan Hanjawar dilanjutkan menempuh jalur angkutan kota trayek Loji– Sukanagalih. Aksesibilitas untuk menjangkau kawasan Kota Bunga dari arah Cipanas yang berjarak 2,5 km dan dari kota Cianjur yang berjarak 30 km dapat ditempuh dengan kendaraan angkutan kota yang melintasi kawasan ini.
Topografi Berdasarkan hasil analisis dari Peta Rupa Bumi Digital Indonesia (Bakorsurtanal) untuk daerah Cipanas, Kota Bunga berada pada ketinggian dengan elevasi 850-1025 m di atas permukaan laut. Kondisi kawasan yang berbukit dan bergunung ini mempunyai kemiringan lereng antara 2% - 42%. Kontur dasar kawasan Kota Bunga memiliki bentuk topografi yang beragam,
25
mulai dari yang datar, landai, bergelombang hingga curam. Klasifikasi kemiringan lereng datar hingga landai adalah 0%-15%, dan untuk klasifikasi berbukit-bukit hingga curam berkisar antara >15% (Lampiran 4). Secara umum kondisi topografi pada kemiringan curam hanya 30% dari luas total lahan yaitu + 48,3 ha dan untuk topografi landai hingga datar + 112,7 ha. Untuk memudahkan dalam pembangunan pada beberapa tempat dilakukan pemotongan dan pengurugan (cut and fill) dengan kemiringan yang digali maksimum 1:2 dan daerah yang ditimbun dengan perbandingan 1: 2,5. Kawasan Kota Bunga adalah kawasan pemukiman yang hakekatnya membutuhkan lahan yang cukup luas untuk pembangunannya, sedangkan disisi lain bentukan kontur tidak memungkinkan untuk didirikan bangunan. Oleh sebab, itu kegiatan cut and fill ini dirasa penting untuk dilakukan karena dapat mempertahankan bentukan dari elemen alami (form) kawasan pegunungan yang berbukit-bukit. Dampak lain yang ditimbulkan oleh aktivitas ini adalah terangkatnya lapisan top soil tanah dan berubahnya pH tanah sehingga jika ingin menanam harus menambahkan tanah merah yang didatangkan dari luar kawasan. Daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi namun keadaannya tidak diperhatikan, yaitu berupa kumpulan semak-semak liar. Apabila hujan turun deras dan jumlah air hujan yang jatuh ke permukaan tanah berlebihan, serta ditunjang dengan tingkat kecuraman yang tinggi, hal ini sangat berpotensi untuk terjadi erosi tanah. Solusi yang dapat diberikan yaitu menggunakan vegetasi penahan erosi dan penstabil struktur tanah terutama pada tanah yang curam dengan kemiringan lereng diatas 30%. Jenis vegetasi tersebut dapat berupa pohon atau penutup tanah seperti pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dan rumput vetiver (Vitiveria zizanioides) atau lebih dikenal dengan nama akar wangi ∗ . Fungsi vegetasi khususnya pepohonan dalam perspektif landscape engineering adalah sebagai kekuatan mekanistis alamiah yang mampu menahan laju jatuhan dan larian air hujan, menginfiltrasikan air hujan dalam tanah secara aman, dan memproteksi tanah itu sendiri. Terlebih pada lereng di atas 30% disertai kondisi tanah labil, peranan vegetasi memiliki nilai proteksi lingkungan yang amat tinggi
∗
http://www.leisa.info/index.php?url=article-details.tpl&p[_id]=67290
26
dan dapat menjaga keseimbangan alam serta memiliki nilai estetika yaitu sebagai pagar tanaman. Tata Guna Lahan Berdasarkan ijin yang telah diperoleh PT.Sarana Papan Ekasejati seluas 161 ha, luas tanah yang telah dibebaskan (hak milik) sesuai sertifikat yang ada yaitu seluas 1.526.140 m2. Pelaksanaan mulai dari diperolehnya ijin lokasi dan ijin pembebasan lahan sampai selesai berlangsung selama kurun waktu + 1,5 tahun. Status lahan yang dibebaskan untuk kegiatan pengembangan perumahan kawasan Kota Bunga adalah tanah milik adat dan tanah milik (bersertifikat). Kegiatan pembebasan lahan ini dilakukan secara langsung dari pihak developer terhadap pemilik lahan dengan cara negosiasi tanpa perantara dan tanpa paksaan. Penetapan harga didasarkan pada harga pasaran setempat dengan didukung pemanfaatan tanahnya berupa kebun campuran, tegalan, dan sawah dengan memperhatikan waktu panen (misalnya satu kali setahun atau dua kali setahun). Untuk lahan pekarangan yang mempunyai bangunan perhitungan dilakukan tersendiri dengan memperhitungkan nilai bangunan. Pelaksanaan pembebasan lahan secara langsung bertujuan untuk meminimalisir segala permasalahan yang akan timbul di kemudian hari, serta untuk memperoleh kesepakatan harga dilakukan tawar-menawar secara musyawarah. (Laporan UKL dan UPL PT SPE, 2004) Pada tahun 2004 pengembangan perumahan dan sarana pariwisata Kota Bunga, telah terbangun dan beroperasi seluas 98 ha dan 63 ha lainnya direncanakan untuk kegiatan pengembangan berupa kavling vila dan sarana lainnya. Perincian luas tapak perumahan dan sarana pariwisata Kota Bunga sesuai dengan ijin lokasi yang telah diterbitkan mempunyai luas 1.610.000 m2 (161 ha). Dari lusan tapak tersebut dialokasikan untuk beberapa jenis penggunaan yaitu: jalan, kavling perumahan, fasilitas umum, utilitas dan ruang terbuka hijau. Besarnya luasan seluruh kavling vila hingga saat ini, adalah 627.280 m2.
27
Vegetasi dan Satwa Sesuai dengan pengembangan kawasan maka akan merubah rencana induk (masterplan) 2006 yang telah ada. Jika dilihat dari vegetasi alaminya kawasan ini umumnya sudah tidak memilikinya lagi dan kebanyakan tanaman yang ada di datangkan dari luar untuk kemudian ditanam di lokasi. Untuk menyesuaikan dengan konsep kawasan ini maka tanaman yang digunakan umumnya berupa tanaman hias yang berfungi estetis. Pada awal pembangunan kawasan Kota Bunga menggunakan jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan konsep awalnya, yaitu tanaman beraroma sebagai perwujudan dari slogan ‘Kota Sejuta Aroma’. Karena jenis tanaman beraroma terbatas maka penggunaannya bersifat umum dengan kata lain tidak ada pengkhususan jenis tanaman tertentu untuk suatu tema tertentu. Tanaman beraroma tersebut seperti tanaman mawar (Rosa sinensis), melati (Jasminum sambac), kemuning (Murraya paniculata), kenanga (Cananga odorata), cempaka (Michelia champaca), lavender (Lavandula angustifolia), melati jepang (Pseuderanthemum reticulatum), dan lainnya. Pada masa promosi dan penjualan, penataan kawasan diupayakan semaksimal mungkin untuk menarik minat pembeli dan berkunjung ke kawasan ini sehingga dapat menaikkan pemasukan bagi Kota Bunga. Seperti mengadakan acara festival tanaman hias, karnaval keliling, bazaar serta promosi besar-besaran. Namun akibat krisis ekonomi yang melanda Indosesia berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Oleh karena itu pihak Kota Bunga pun melakukan evaluasievaluasi untuk menyesuaikan tingkat pendapatan (income) dengan pengeluaran biaya, salah satunya dalam hal perawatan taman (landscape maintenance). Penyesuaian tersebut seperti pemilihan jenis tanaman perennial yang memiliki daya adaptasi yang tinggi, mudah dalam perawatan namun tetap memiliki beragam bentuk dan warna yang menarik. Sedangkan untuk penggunaan tanaman beraroma yang umumnya bersifat musiman tentu memiliki perawatan khusus dan membutuhkan pergantian di setiap musimnya sadangkan pihak stok perbanyakan tanaman (nursery) saat itu sudah tidak berfungsi lagi. Hal inilah yang menyebabkan ciri khas atau identitas dari slogan ‘Kota Sejuta Aroma’ di Kota Bunga kurang dapat dirasakan.
28
Tanaman beraroma * memiliki ciri khas tersendiri yaitu bau semerbak yang dikeluarkannya, seperti aroma resin, aroma rempah-rempah, dan aroma wangi. Aroma resin dapat dijumpai pada tanaman palem-paleman, pinus, lavender, dan gaharu. Pada tanaman pinus dan palem-paleman yang memiliki daun konifer ternyata dapat mengeluarkan aromanya melalui gesekan antar daun yang terkena oleh hembusan angin, sedangkan untuk tanaman gaharu mengeluarkan bau yang khas dari batangnya. Aroma resin ini dipercaya dapat meredakan stres dan ketegangan serta berfungsi sebagai therapy. Aroma rempah banyak ditemukan pada tanaman herbal, selain itu tanaman lain yang memiliki aroma ini seperti cengkeh
(Syzygium
aromaticum),
sereh
(Andropogon
nardus),
rosmari
(Rosmarinus officinalis), dan pohon kayu putih (Melaleuca leucadendron). Aroma rempah memiliki bau khas yang cukup tajam dan menyengat. Tanaman beraroma wangi lazim ditemui seperti mawar, melati, kenangan, cempaka, sedap malam, dan
kemuning.
Tanaman-tanaman
ini
mengeluarkan
bau
wangi
yang
menyegarkan serta dapat memberi semangat. Dalam pengamatan masih ditemui beberapa tanaman semak beraroma seperti kenanga, cempaka, lavender, pinus, dan mawar namun dalam jumlah yang terbatas. Sebaiknya penggunaan tanaman beraroma dan berwarna cerah harus tetap digunakan. Penanaman vegetasi beraroma dan berwarna cerah ini dapat digunakan dalam jumlah yang cukup banyak dan serempak pada beberapa area tertentu saja terutama pada area dengan intensitas tinggi, seperti welcome area, median jalur utama, main road, dan lingkar taman rotunda. Sehingga saat bunga bermekaran, pengunjung yang datang yang umumnya hanya melihat-lihat dengan kendaraannya dapat merasakan aroma semerbak dari tanaman-tanaman tersebut, sehingga konsep ‘Kota Sejuta Aroma’ tetap dapat dipertahankan. Kota
Bunga
memiliki
beberapa
vegetasi
(Lampiran
5)
yang
penggunaannya disesuaikan atas fungsi dan tema kawasan. Pemilihan jenis vegetasi ini yang penggunaannya disesuaikan menurut tema kawasan, yaitu pada taman bergaya Amerika didominasi oleh tanaman semak berwarna cerah (Anonim, 2007) antara lain puring (Codieaum variegatum), anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis), bunga kenikir (Cosmos bipinnatus), ophiophogon *
http://www.plantamor.com
29
(Ophiopogon jaburan). Untuk taman bergaya Eropa dipilih tanaman-tanaman yang dapat dibentuk dengan pola simetris (Lestari dan Kencana, 2008) seperti tehtehan (Acalypha macrophylla), jengger ayam (Celosia sp), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia) dan soka (Ixora sp.). Sedangkan untuk taman Jepang yang tidak terlalu banyak menggunakan tanaman berwarna umumnya hanya didominasi oleh tanaman yang dapat dipangkas bentuk (topiary) dan hamparan rumput, seperti pangkas kuning (Duranta sp.), bambu jepang (Arundinaria pumila), bawang brojol (Zephyranthes sp.), rumput peking (Aglotis stolonifer) dan rumput gajah (Axonopus compressus). Tanaman-tanaman ini mempunyai nilai estetika yang tinggi karena dibentuk dalam suatu pola-pola organik yang dikombinasikan dengan pohon-pohon dan hamparan rumput (lawn). Peggunaan jenis-jenis tanaman disesuaikan dengan lokasi dan kondisi di lapang, seperti arah lintasan matahari, kelembaban lingkungan, pengaruh musim, bentuk kontur tanah, serta luas dan posisi taman. Pertimbangan lain dalam menentukan jenis tanaman adalah perpaduan warna dan tekstur tanaman itu sendiri (seperti tanaman berdaun lebar, panjang, kecil atau lurus, bentuk dahan, batang, serta ranting) sehingga kesan yang diharapkan muncul sesuai dengan tema taman yang diinginkan dan dapat menciptakan suatu komposisi yang harmonis (Don, 2005). Pada Areal dengan intensitas tinggi seperti pada median utama jalur dan daerah rotunda menggunakan tanaman semak berwarna cerah. Jenis tanaman yang digunakan antara lain hortensia (Hyrangea macrophylla), jengger ayam (Celosia sp.), kucai (Carex morrowii), kastuba (Euphorbia pulcherrima), bayam-bayaman (Coleus sp.), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), adam hawa (Rhoeo discolor), dan sebagainya. Fungsi tanaman sebagai peneduh juga ditemui pada jalur sepanjang median seperti tanaman trembesi (Samanea saman), tanjung (Mimusops elengi), dadap merah (Erythrina crista-galli). Jenis tanaman yang biasa dijumpai di pekarangan rumah atau taman vila seperti tanaman penutup tanah, semak dan perdu dengan jenis: puring (Codeneum variegatum), kalipha (Acalipha sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinencis), kastuba (Euphorbia pulcherrima), sedap malam (Polianthes tuberosa,), kembang pukul empat (Mirabilis jalapa), soka (ixora japanica), bugenvil (Bougenvillea
30
sp.), pangkas kuning (Duranta sp.), simbang darah (Iresine herbstii), lili paris (Chlorophytum comosum), rumput peking (Aglotis stolonifer), rumput gajah (Axonopus compressus), dan lain-lain. Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat, kawasan sempadan sungai Kawasan sempadan sungai dapat berfungsi sebagai daerah parkir air sehingga air bisa meresap ke tanah. Maka daerah ini sebaiknya ditanami oleh vegetasi-vegetasi yang dapat menyerap dan menyimpan air dengan baik, seperti rumput, alang-alang (Imperata cylindrica), pacar air (Impatiens balsamina), golongan
pisang-pisangan
(Heliconia),
dan
tanaman
vertiver
(Vetiveria
zizanioides). Jenis vegetasi yang berada di daerah sempadan sungai Cikundul selebar + 5 meter terutama di daerah curam dan berbatasan langsung dengan areal pertanian penduduk, jenis pohon yang dibudidayakan maupun yang liar seperti pohon kelapa (Cocos nucifera), bambu (Bamboosa sp.), pisang (Heliconia sp.), jengkol (Pithecolobium lobatum) dan alang-alang (Imperata cylindrica). Satwa yang terdapat di kawasan ini umumnya merupakan satwa piaraan dan satwa liar yang dapat bersosialisasi pada lingkungan pertanian. Beberapa jenis amphibi, reptilia, aves dan mamalia yang dilindungi berada di dalam Kebun Binatang Mini (Petting Zoo) wilayah Tahap I seperti bunglon, ayam kalkun, burung merpati, kuda, angsa. Jenis satwa liar yang ditemui seperti ular sawah, kodok, kadal, itik, kambing, sapi, dan yang lainnya.
Iklim Kawasan Vila Kota Bunga Puncak berada pada posisi koordinat 06.44' LS dan 107.0' BT dengan ketinggian elevasi sebesar 1.130 m. Dari data yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dramaga Bogor 2008 atas Kecamatan Pacet, Cipanas. Curah hujan rata-rata 259,4 mm/bln dengan curah hujan tertinggi di bulan November yaitu 457 mm. Kelembaban rata-rata 82 % per bulan dan kelembaban tertinggi terjadi di bulan Desember yaitu 88 %.
31
Tabel 2. Data Iklim Kecamatan Pacet Tahun 2008 Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Curah Hujan Rata-Rata (mm) 291,2 316.3 616,6 369,4 150,1 34,1 31,4 272,6 273,7 457 301,3
Kelembaban Rata-Rata (%) 87 85 84 85 78 81 73 79 76 80 84 88
Sumber : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor
Tanah Berdasarkan data Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, tanah di Kota Bunga memiliki persamaan jenis dengan tanah yang terdapat di lereng dan puncak G.Gede yaitu dengan ciri-ciri tanah sedikit berkembang, solum tanah dalam, dibagian atasnya berwarna coklat tua kekuningan, lempung berpasir berkerikil, struktur remah, halus, gumpal, konsistensi gembur (lembab), memiliki pH masam dan agak plastis basah, berdrainase baik dengan bentuk kontur yang berbukit hingga bergunung dan memiliki bahan induk lahar. (no. LPT. 195922 – 195927). Menurut Klasifikasi Nasional jenis tanah ini disebut sebagai tanah Regosol Coklat tua kekuningan.
Hidrologi Kota Bunga memiliki beberapa sumber air tanah yang terletak di wilayah tahap III dan IV. Aliran sungai yang masuk ke dalam kawasan Kota Bunga seperti sungai Cikundul, sungai Cimacan, dan sungai Cinengah. Sungai Cikundul
32
memiliki lebar penampang + 5 meter, sedangkan sungai Cimacan dan sungai Cinengah memiliki lebar penampang sekitar 2 meter. Ketiga sungai ini sebagian besar digunakan untuk sumber air penyiraman oleh kontraktor. Sungai Cimacan pada bagian hulu mengalir dari perbatasan wilayah Tahap II menuju Tahap IIIA (Arena Fantasi), sungai Cinengah berada di tengah tapak, merupakan sungai musiman dan cabang dari sungai Cikundul alirannya dimulai dari wilayah Tahap I (kolam pancing) melewati sebagian Tahap II (mini market) dan bermuara di Sungai Cikundul. Terakhir adalah sungai Cikundul yang berada pada bagian hilir tapak, melintas dari wilayah Tahap I melewati Tahap II (Botanical Garden) dan menuju wilayah Tahap VI (Kota Air). Seiring dengan pembangunan kawasan Kota Bunga sebagai kawasan pemukiman yang membutuhkan lahan relatif datar maka dilakukan perubahanperubahan (normalisasi) terhadap sinousitas sungai yang masuk ke kawasan ini (Lampiran 6). Perubahan aliran sungai ini diupayakan agar mengikuti bentuk alami dari sungai yaitu dengan aliran yang berkelok-kelok. Hal ini dilakukan guna mempertahankan kondisi alami dan untuk menunjang konsep nuansa alam pegunungan yang dikelilingi oleh sawah serta dialiri oleh sungai-sungai.
Sosial Ekonomi Penghuni Kawasan Konsep hunian vila Kota Bunga cenderung bersifat rekreatif dan fasilitas lain sebagai penunjang kawasan wisata, membuat perumahan ini tidak selalu dijadikan sebagai rumah tinggal. Para pemilik hanya menjadikan vila mereka sebagai tempat peristirahatan sementara terutama pada hari libur, akhir pekan atau event-event tertentu yang menyedot peningkatan jumlah pengunjung, sehingga vila tersebut biasanya disewakan. Karena hanya bersifat sebagai tempat peristirahatan sementara, maka kontak sosial dan komunikasi antar penghuni sangat minim dan masing-masing bersifat individualisme. Pemilik vila berkewajiban membayar biaya bulanan untuk mengganti fasilitas-fasilitas yang sudah diterima, seperti fasilitas keamanan, fasilitas perawatan bangunan dan perawatan taman atau dikenal dengan nama biaya PPL (Penggantian Perawatan Lingkungan). Besarnya PPL ini disesuaikan dengan luas
33
lahan vila. Konsumen juga memperoleh member card yang berfungsi sebagai alat bantu transaksi dalam mendapatkan fasilitas yang ada di Kota Bunga seperti kolam renang, lapangan tenis, kolam pancing, Arena Fantasi (tiket masuk), mini market, restoran, dan danau Little Venice.
Masyarakat Sekitar Masyarakat sosial ekonomi penduduk sekitar kawasan Kota Bunga, memanfaatkan lahan yang dimilikinya sebagai sumber penghidupan ekonomi rumah tangga. Kegiatan-kegiatan yang berlangsung di sekitar lokasi sedikit banyak mempunyai keterkaitan dengan pengembangan lokasi menjadi daerah pariwisata seperti, pertanian, peternakan, pekebunan, perumahan dan lokasi-lokasi disekitar tapak yang dianggap mempunyai daya tarik sebagai tempat wisata (Taman Bunga Nusantara, Taman Cibodas, dan lainnya). Dengan keberadaan kawasan Kota Bunga dapat membuka lapangan pekerjaan, seperti penduduk sekitar dapat menjual barang dagangan mereka di kawasan ini serta dalam merekrut tenaga kerja harian, hampir seluruhnya menggunakan masyarakat daerah sekitar Kota Bungai.hal ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial yang ada.