perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Kegiatan observasi awal dilaksanakan pada hari Senin, 22 Oktober 2012 di kelas VII G SMP Negeri 3 Purworejo untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam kelas sebagai refleksi dalam membantu guru memperbaiki proses pembelajaran. Pada saat itu bu Purwati, guru matematika kelas VII G sedang mengajarkan materi aljabar yaitu tentang menyelesaikan masalah sehari-hari berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel. Dalam proses pembelajarannya, guru memberikan teori dengan metode ceramah, selanjutnya guru memberikan contoh soal kepada siswa kemudian guru membahas contoh soal tersebut dan dilanjutkan dengan latihan soal. Ketika guru menjelaskan teori dan membahas latihan soal masih jarang siswa yang berani mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Mereka selalu menganggap benar apa yang sudah dikerjakan guru dan harus ditiru. Proses pembelajaran yang demikian tidak akan menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini tergambarkan ketika guru memberi soal kepada siswa yang berisi permasalahan kontekstual yang merupakan soal-soal aplikasi, siswa masih merasa kesulitan. Sebagian besar dari mereka kesulitan dalam mengubah permasalahan kontekstual tersebut ke dalam kalimat matematika dan mereka masih kesulitan menggambarkan situasi masalah secara matematis sehingga jawaban yang mereka berikan tidak merefleksikan masalah yang ditanyakan. Observasi selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2013, pada waktu itu peneliti mengamati kegiatan pembelajaran pada materi himpunan terkait dengan definisi himpunan, menyatakan suatu himpunan, himpunan semesta dan himpunan kosong. Ketika siswa diminta mengerjakan soal, beberapa siswa cenderung hanya melihat dan mengikuti temannya yang dianggap baik atau menunggu guru membahas soal itu kemudian mereka hanya menyalin. Oleh karena itu ketika mereka diberi soal yang berbeda dari contoh, mereka kesulitan. Sebagian besar dari mereka hanyacommit bisa mengerjakan soal yang sejenis dengan soal to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 yang sudah diselesaikan oleh guru dan mereka menginginkan guru yang menyelesaikan soal yang jenisnya berbeda dengan soal yang sudah diterangkan oleh guru. Dari kedua kegiatan observasi tersebut dapat diketahui bahwa kondisi awal kelas sebelum ada perlakuan yaitu guru menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Guru mengajarkan teori atau definisi kemudian guru memberikan dan membahas contoh soal dan dilanjutkan latihan soal. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada proses pembelajaran sebelum penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW), peneliti memperoleh beberapa kelemahan dari proses pembelajaran konvensional sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil catatan lapangan, siswa cenderung diam, pasif dan kurang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. (Lampiran 47) 2. Dalam proses pembelajaran terlihat guru lebih mendominasi pembelajaran, terlihat monoton dan membosankan. 3. Siswa cenderung kesulitan mengubah permasalahan ke dalam kalimat matematika sehingga jawaban yang diberikan tidak merefleksikan hal yang ditanyakan. (Lampiran 64) 4. Pada saat siswa diminta mengerjakan soal, beberapa siswa cenderung hanya melihat dan mengikuti temannya yang dianggap baik atau menunggu guru membahas soal itu kemudian mereka menyalin. Hal ini menggambarkan bahwa siswa belum bisa mengekspresikan idenya sendiri. 5. Siswa cenderung kesulitan untuk mengerjakan soal yang jenisnya berbeda dari contoh yang sudah diberikan guru. Mereka belum terbiasa untuk menjabarkan ide-ide mereka, sehingga mereka menginginkan guru yang mengerjakan soal yang jenisnya berbeda dari contoh. Sebelum masuk ke siklus I dan siklus II, peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VII G untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum penerapan strategi TTW. Tes awal dilakukan pada tanggal 17 Januari 2013 dan materi yang digunakan adalah tentang pengertian dan notasi commit user dalam tes awal dibuat dengan himpunan serta penyajiannya. Soal yangtodipakai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 menyesuaikan indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Olivares. Olivares menyebutkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa terbagi menjadi empat aspek yaitu, kemampuan gramatikal, sosiolinguistik, strategis dan diskusi. Untuk aspek kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis diukur melalui tes tertulis sedangkan kemampuan diskusi dilihat melalui kegiatan diskusi siswa setelah melaksanakan tes. Tes tertulis siswa berlangsung selama 40 menit, kemudian dilanjutkan diskusi kelompok untuk membahas jawaban tes awal selama 25 menit. Instrumen yang digunakan adalah soal tes awal (Lampiran 31) dan lembar observasi kemampuan diskusi (Lampiran 26). Sebelum soal tes dan lembar observasi digunakan untuk penelitian terlebih dahulu diuji validitasnya oleh tiga orang validator yaitu Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si, Getut Pramesti, S.Si, M.Si dan Purwati, S.Pd. Adapun hasil validasi tes awal tertera pada Lampiran 33 sedangkan hasil validasi lembar observasi kemampuan diskusi tertera pada Lampiran 27. Setelah tes selesai, peneliti mengoreksi semua pekerjaan siswa untuk melihat kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis siswa. Setelah semua pekerjaan terkoreksi, peneliti menyimpulkan level kemampuan komunikasi matematis siswa untuk masing-masing aspek kemampuan komunikasi menurut Olivares dan dihitung prosentasenya untuk setiap level pada masing-masing aspek. Sedangkan untuk memberikan level kemampuan diskusi siswa, Adapun ketentuan pemberian level kemampuan diskusi siswa, data yang diperoleh dari hasil observasi kemampuan diskusi siswa pada pertemuan I, pertemuan II dan diskusi setelah tes akhir siklus, kemudian disimpulkan level kemampuan memberikan respon, berpendapat dan kemampuan bertanya diskusi untuk masingmasing siswa. Setelah data kemampuan memberikan respon, berpendapat dan kemampuan bertanya terkumpul selanjutnya peneliti melihat kriteria kemampuan diskusi siswa pada Tabel 2.1 kemudian disimpulkan level kemampuan diskusi secara umum. Selanjutnya dicari proporsi masing-masing level skor untuk mendapatkan prosentase siswa yang telah mencapai setiap level tertentu. Adapun hasil kemampuan diskusi secara lengkap tercantum pada Lampiran 50. Adapun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 ringkasan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII G sebelum penerapan strategi TTW seperti Tabel 4.1. Tabel 4.1. Ringkasan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII G SMP Negeri 3 Purworejo Sebelum Penerapan Strategi TTW Aspek Kemampuan Komunikasi Matematis
Level
Keterangan
Siswa tidak bisa mendefinisikan himpunan semesta dan siswa tidak dapat menggunakan 0 simbol himpunan dalam pemecahan masalah. Siswa tidak dapat mendefiniskan himpunan Antara semesta, siswa dapat menggunakan simbol himpunan dalam pemecahan masalah 0 dan 1 meskipun masih banyak kekurangan, masih (0-1) ada bagian-bagian tertentu yang mereka tulis tanpa menggunakan kurung kurawal, dan tidak memberikan nama himpunannya. Siswa dalam merumuskan definisi himpunan Gramatikal semesta masih ada beberapa hal yang gagal diungkapkan dan dalam menggunakan simbol himpunan masih banyak kekurangan, 1 masih ada bagian-bagian tertentu yang mereka tulis tanpa menggunakan kurung kurawal, dan tidak memberikan nama himpunannya. Siswa sudah dapat menggunakan simbol Antara himpunan dengan tepat tetapi belum 1 dan 2 sepenuhnya benar dalam menuliskannya, sedangkan dalam merumuskan definisi (1-2) himpunan semesta masih ada beberapa hal yang gagal diungkapkan. Siswa tidak dapat membaca dan menyatakan simbol matematika dalam kalimat seharihari, mereka juga tidak bisa mengubah 0 permasalahan sehari-hari dalam simbol matematika. Siswa tidak menuliskan Sosiolinguistik kesimpulan di akhir jawaban. Antara Siswa dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tetapi maknanya 0 dan 1 tidak pas. Ketika mengubah permasalahan dalam kalimat matematika juga (0-1) sehari-hari commit to user masih kurang bermakna. Siswa memberikan
Prosentase
20,83%
29,17%
8,33%
37,5%
20,83%
25%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
1
Antara 1 dan 2 (1-2)
Antara 2 dan 3 (2-3)
Antara 0 dan 1 (0-1) Strategis Antara 1 dan 2 (1-2)
kesimpulan di akhir jawaban tetapi salah dan mereka tidak dapat membaca notasi matematika. Siswa dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tetapi maknanya tidak pas. Ketika mengubah permasalahan sehari-hari dalam kalimat matematika juga masih kurang bermakna. Siswa memberikan kesimpulan di akhir jawaban tetapi salah dan dalam membaca notasi matematika, ada beberapa simbol yang mereka tidak mengetahuinya. Siswa dapat mengubah permasalahan seharihari dalam kalimat matematika dengan tepat tetapi ketika menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari maknanya tidak pas. Siswa memberikan kesimpulan di akhir jawaban meskipun pengerjaannya ada sedikit kekurangan dan dalam membaca notasi matematika ada beberapa simbol yang mereka tidak mengetahuinya. Siswa dapat mengubah permasalahan seharihari dalam simbol matematika dan dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tanpa mengubah maknanya. Siswa memberikan kesimpulan pada akhir jawaban disertai pengerjaan yang tepat tetapi dalam membaca notasi matematika ada beberapa simbol yang mereka tidak mengetahuinya. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, tetapi siswa tidak dapat mendeskripsikan strategi yang akan digunakan begitu juga dalam mengevaluasi ide, mereka yakin akan jawabannya tetapi tidak memberikan alasannya. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, siswa juga dapat mendeskripsikan strategi yang akan mereka gunakan tetapi beberapa langkah kurang sesuai. Ketika mengevaluasi ide, siswa tidak memberikan alasannya mengapa commit to user mereka yakin dengan jawaban mereka.
12,5%
20,83%
20,83%
8,33%
62,5%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Diskusi
Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, tetapi dalam 2 mendeskripsikan langkah yang akan digunakan masih kurang lengkap. Ketika mengevaluasi ide, siswa dapat menuliskan alasannya meskipun belum sempurna. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui Antara dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, dalam 2 dan 3 mendeskripsikan langkah yang akan lengkap tetapi ketika (2-3) digunakan mengevaluasi ide, alasan yang diberikan kurang sempurna. Siswa dapat memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru tetapi masih 0 banyak kekurangan dan siswa tidak memberikan pendapat serta tidak bertanya. Siswa dapat memberikan respon atas pertanyaan guru tetapi kurang sempurna, siwa dapat memberikan pendapat tetapi banyak kekurangan dan siswa tidak memberikan pertanyaan sama sekali. Siswa memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan dengan tepat dan lengkap, dapat berpendapat dengan jelas dan lengkap tetapi tidak memeberikan pertanyaan. Antara Siswa memberikan respon dengan benar tetapi kurang lengkap, pendapat yang 0 dan 1 diberikan tidak sesuai dengan permasalahan (0-1) dan tidak memberikan pertanyaan. Siswa dapat memberikan respon dengan tepat dan lengkap, dalam berpendapat logis tetapi kurang lengkap, siswa tidak member pertanyaan selama diskusi. Siswa dapat memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan dengan benar tetapi kurang lengkap, siswa memberikan pertanyaan sesuai dengan materi dan berbobot tetapi siswa tidak pernah memberikan gagasan. Antara Siswa memberikan respon dari pertanyaan yang diberikan tetapi banyak kekurangan, 1 dan 2 dalam berpendapat logis tetapi kurang dan dapat (1-2) lengkapcommit to usermemberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi tetapi kurang
25%
4,17%
8,33%
16,67%
16,67%
20,83%
12,5%
4,17%
8,33%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 berbobot. Siswa dapat memberikan respon dengan lengkap tetapi dalam berpendapat masih 2 dan 3 kurang sempurna. Siswa dapat memberikan (2-3) pertanyaan meskipun kurang berbobot. Antara
12,5%
Berdasarkan hasil kemampuan komunikasi matematis siswa pada Tabel 4.1, terlihat bahwa kemampuan gramatikal siswa maksimal baru bisa mencapai level 1-2 yaitu sebanyak 37,5% siswa, kemampuan sosiolinguistik siswa maksimal bisa mencapai level 2-3 yaitu sebanyak 20,83% siswa, untuk kemampuan strategis maksimal baru bisa mencapai level 2-3 yaitu sebanyak 4,17% siswa sedangkan kemampuan diskusi siswa maksimal baru bisa mencapai level 2-3 yaitu sebanyak 12,5%. Oleh karena itu peneliti ingin meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa berpedoman dari indikator kemampuan komunikasi matematis dari Olivares. Berdasarkan hasil tes awal dan hasil observasi prasiklus, maka dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui strategi pembelajaran TTW. Strategi pembelajaran tersebut akan diterapkan pada materi himpunan bagian, operasi pada himpunan, diagram venn dan pemecahan masalah dengan konsep himpunan. Peneliti mengadakan dua kali pertemuan untuk setiap siklus dengan penerapan strategi pembelajaran TTW. Di samping itu, peneliti juga mengadakan tes tertulis berbentuk uraian untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis sedangkan untuk melihat kemampuan diskusi siswa peneliti menggunakan lembar observasi kemampuan diskusi yang dilihat pada saat diskusi di setiap pertemuan dan diskusi setelah tes akhir siklus. Pada pembelajaran dengan strategi TTW, guru berperan dalam mengorganisasikan, mengatur serta mengontrol kegiatan proses pembelajaran. Sedangkan pada saat proses pembelajaran siswa dituntut berperan aktif dalam membangun pengetahuannya baik secara individu maupun dalam kelompok. Secara individu masing-masing siswa dituntut untuk membaca dan memahami commit to user LKS yang diberikan oleh guru kemudian membuat catatan kecil yang berisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 tentang strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada LKS dan secara individu pula siswa mengerjakan kuis dan menulis hasil kesepakatan dari diskusi kelompok. Sedangkan dalam kelompok, siswa dituntut secara aktif membangun kerjasama yang baik dengan teman sekelompok ketika diskusi membahas isi dalam catatan kecil yang telah ditulis sebelumnya serta mempresentasikannya hasil diskusinya di hadapan kelompok lain. Melalui strategi pembelajaran ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pada penelitian ini diterapkan dua siklus untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang terjadi di kelas VII G SMP Negeri 3 Purworejo. Pada pelaksanaan setiap siklus diterapkan strategi pembelajaran TTW. Kegiatan selanjutnya setelah observasi awal adalah merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan mengevaluasi, menganalisis serta merefleksi kegiatan yang telah berlangsung. Penelitian ini diakhiri sampai indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa yang diukur secara tes tertulis yaitu pada aspek gramatikal, sosiolinguistik dan strategis setidaknya untuk masing-masing aspek 30% siswa mencapai level 3, begitu pula dengan kemampuan diskusi siswa setidaknya 30% siswa mencapai level 3. B. Deskripsi Tindakan Tiap Siklus 1. Siklus I a. Perencanaan Berdasarkan keadaan siswa yang telah diketahui, yaitu masih rendahnya kemampuan komunikasi matematis yang dapat dilihat dari level yang dicapai dari masing-masing aspek kemampuan komunikasi matematis maka peneliti menyusun rencana pembelajaran yang menerapkan strategi TTW sebanyak dua pertemuan proses pembelajaran dan satu pertemuan untuk melaksanakan tes. Pada siklus I direncanakan terdiri dari dua pertemuan pembelajaran, pertemuan pertama akan dipelajari tentang materi himpunan bagian sedangkancommit pertemuan kedua akan dipelajari tentang materi to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 operasi pada himpunan. Pada masing-masing pertemuan terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan apersepsi, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal peneliti merencanakan agar guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya dan memberikan motivasi kepada siswa. Untuk kegiatan inti, guru menyampaikan materi kemudian masing-masing siswa diberi LKS dan catatan kecil agar mereka memikirkan solusi ataupun strategi mengenai permasalahan yang ada di LKS (Think) dan menuliskannya pada catatn kecil. Selanjutnya, siswa berdiskusi kelompok untuk membahas catatan kecil dan pada tahap Write, guru akan meminta siswa menuliskan hasil diskusi kelompoknya. Pada kegiatan inti, siswa juga akan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Sedangkan pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari itu dan dilanjutkan siswa mengerjakan kuis individu untuk melihat pemahaman siswa dan langkah terakhir pada kegiatan penutup adalah guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Untuk rencana pembelajaran secara lengkap tertera pada Lampiran 2 dan Lampiran 6. Peneliti juga mengkonstruksi LKS yang memungkinkan siswa menemukan konsep sendiri, membiasakan siswa berpikir secara mandiri sehingga diharapkan siswa akan terbiasa mengungkapkan idenya sendiri baik tertulis maupun lisan tanpa menunggu atau menggantungkan guru maupun teman yang dianggap baik. LKS tersebut digunakan sebagai arahan dalam diskusi antar siswa dalam kelompok maupun diskusi kelas. Media pendukung juga peneliti siapkan dengan tujuan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan LKS. Peneliti juga menyusun kuis individu untuk melihat sejauh mana siswa dapat memahami pembelajaran pada pertemuan itu. LKS untuk pertemuan 1 dan 2 tertera pada Lampiran 3 dan Lampiran 7. Sedangkan kuis individu yang digunakan selama tindakan tertera pada Lampiran 4 dan Lampiran 8. Peneliti juga menyusun pedoman observasi yang akan digunakan commit to user di sini ada dua yaitu, lembar selama pengamatan. Lembar observasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 observasi pelaksanaan pembelajaran dan lembar observasi kemampuan diskusi. Lembar observasi kemampuan diskusi yang digunakan pada siklus I sama seperti lembar observasi kemampuan diskusi yang digunakan pada pra siklus (Lampiran 26) sehingga tidak perlu divalidasi lagi. Sedangkan untuk lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, sebelum lembar observasi tersebut digunakan, lembar observasi diuji validitasnya oleh tiga orang validator, yaitu Bapak Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si, Ibu Getut Pramesti, S.Si, M.Si dan Ibu Purwati, S.Pd. Adapun hasil validasi lembar observasi pelaksanaan pembelajaran seperti pada Lampiran 23. Instrumen yang tidak kalah penting adalah tes akhir siklus yang akan digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis siswa pada Kompetensi Dasar 4.2 dan 4.3 yaitu tentang himpunan bagian dan operasi pada himpunan. Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu diuji validitas isinya oleh 3 orang validator. Hal ini dimaksudkan agar soal yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur, untuk melihat keterbacaan soal dan penulisan soal. Adapun hasil validasi soal tes akhir siklus I seperti Lampiran 39. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan mulai hari Selasa, 22 Januari 2013 dan terdiri dari dua pertemuan pembelajaran serta satu pertemuan untuk melaksanakan tes. Materi yang dibahas pada silkus I sesuai dengan Kompetensi Dasar 4.2 dan 4.3 yaitu memahami konsep himpunan bagian dan melakukan operasi selisih, gabungan, irisan dan komplemen. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Januari 2013 selama 2 x 40 menit, dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 08.20 WIB dengan materi pokok himpunan bagian. Bu Purwati, guru matematika kelas VII G SMP Negeri 3 Purworejo memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan to userKemudian guru meminta masingmenanyakan siswa yang commit tidak masuk.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 masing siswa mengambil nomor dada sesuai dengan nomor urut mereka selanjutnya guru menginformasikan kepada siswa materi yang akan dipelajari yaitu tentang himpunan bagian dan menjelaskan secara detail alur pembelajaran dengan strategi TTW. Setelah semua siswa memahami alur pembelajaran yang akan dilakukan, guru mengingatkan kembali kepada siswa tentang definisi himpunan dengan menanyakan “Kalian masih ingat, apa itu himpunan?”. Untuk menjelaskan tentang definisi himpunan bagian, guru menunjukkan beberapa permen dalam toples, kemudian menanyakan kepada siswa: “kalo ibu punya ini (sambil menunjukkan permen dalam toples), dapatkah kalian membentuk suatu himpunan?” “himpunan apa yang dapat kalian bentuk?”, “kalau ibu mengambil 3 permen yang ini (sambil menunjukkan permennya), apakah kalian dapat membentuk suatu himpunan?, himpunan apa?” Guru menginformasikan bahwa himpunan permen mint adalah himpunan bagian dari himpunan permen. Kemudian bu Pur menanyakan kepada siswa “menurut kalian, jika ibu punya himpunan A dan B, himpunan A adalah himpunan bagian dari B jika ….” Setelah semua paham tentang konsep himpunan bagian Guru membagikan LKS tentang himpunan bagian kepada masing-masing siswa. Guru meminta siswa membaca LKS dan memikirkan solusinya. Kemudian meminta siswa untuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang belum diketahui dari permasalahan di LKS serta strategi yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam suatu catatan kecil. Semua siswa mempelajari LKS dengan saksama kemudian menuliskan strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan bimbingan guru, peneliti dan rekan peneliti.
siswa
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok. Masing-masing diminta duduk commit dalamto user kelompoknya masing-masing dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 mendiskusikan catatan kecil yang sudah ditulis sebelumnya. Selama diskusi peneliti dan lima rekan peneliti mengamati kemampuan diskusi siswa. Setelah diskusi selesai, guru meminta siswa menuliskan hasil diskusinya dalam LKS kemudian guru menawarkan kelompok siapa yang akan mencoba mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Setelah salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau memberikan pendapat. Selanjutnya guru mengklarifikasi hasil diskusi kelas dan memastikan semua siswa memahaminya. Pukul 08.00, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran hari itu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, “Himpuan A merupakan himpunan bagian dari B jika …” “Untuk menentukan banyaknya himpunan bagian yang himpunannya punya n anggota dapat digunakan rumus ….” “Kalau ibu punya D = {0, 2, 4}, banyaknya himpunan bagian yang punya 2 anggota adalah …” Sebelum akhir jam pelajaran, guru memberikan kuis individu kepada siswa untuk melihat pkemampuan gramatikal siswa. Waktu mengerjakan kuis individu adalah 15 menit. Kemudian guru menutup pelajaran dengan meminta siswa untuk mempelajari terlebih dahulu di rumah materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang yaitu tentang operasi pada himpunan. Pelajaran ditutup dengan ucapan salam dari guru. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Januari 2013 selama 2 x 40 menit, dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 08.20 WIB dengan materi operasi pada himpunan yang meliputi selisih, irisan, gabungan dan komplemen. Sebelum menjelaskan materi guru meminta siswa berdoa terlebih dahulu dan menanyakan siswa yang tidak masuk. Selanjutnya guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada commit tokepada user siswa bahwa pembelajarannya hari ini dan menginformasikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 masih sama dengan pertemuan yang lalu yaitu dengan srategi Think-TalkWrite. Sebelum guru menjelaskan materi, guru mengingatkan kembali kepada siswa tentang tentang definisi himpunan bagian dan cara mencari banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan. “A adalah himpunan bagian dari B jika ….” “Jika A adalah himpunan yang mempunyai 4 anggota, maka banyaknya himpunan bagian dari A adalah …” Untuk menjelaskan tentang operasi pada himpunan, guru menggunakan ilustrasi yaitu dengan menanyakan kepada siswa : “Adakah di antara kalian yang suka makan bakso?” “Siapa yang suka makan mie ayam?” “Siapa yang suka makan sate ayam?” Kemudian, guru meminta siswa yang suka makan bakso, mie ayam dan sate ayam maju ke depan dan menuliskan namanya di papan tulis. Guru menuliskan di papan tulis : S = Himpunan seluruh siswa kelas VII G A = Himpunan siswa kelas VII G yang suka makan bakso B = Himpunan siswa kelas VII G yang suka makan mie ayam C = Himpunan siswa kelas VII G yang suka makan sate ayam. Kemudian guru meminta siswa menuliskan anggotanya sesuai dengan nama-nama siswa yang ada di papan tulis. Guru melatih siswa merumuskan definisi irisan dua himpunan dengan menggunakan contoh himpunan yang sudah dibuatnya yaitu dengan mengambil B dan C sebagai sample. Guru meminta siswa memperhatikan anggota-anggota dari B dan C, kemudian menanyakan kepada siswa : “Adakah persekutuan antara B dan C?” “Siapa persekutuannya?” “Sebenarnya apa si persekutuan itu?” commit to user “Jadi, menurut kalian apakah irisan dua himpunan itu?”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Setelah siswa merumuskan definisi irisan dua himpunan kemudian guru menunjukkan slide yang berisi tentang irisan seperti pada Gambar 4.1. Kemudian guru melatih siswa membaca simbol.
Irisan Irisan dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut. Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut :
Gambar 4.1. Slide Irisan Guru melatih siswa merumuskan definisi gabungan dua himpunan dengan menggunakan contoh himpunan yang sudah dibuatnya yaitu dengan mengambil A dan B sebagai sample. Setelah siswa dapat merumuskan definisi gabungan, guru menunjukkan slide yang berisi tentang gabungan, seperti pada Gambar 4.2 dan menginformasikan simbol tentang gabungan.
Gabungan Jika A dan B adalah dua buah himpunan, gabungan himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya terdiri atas anggota-anggota A atau anggota-anggota B. Gabungan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut :
Gambar 4.2. Slide Gabungan Guru melatih siswa merumuskan definisi selisih suatu himpunan dengan menggunakan contoh himpunan yang sudah dibuatnya yaitu dengan mengambil B dan C sebagai sample. Setelah siswa dapat commit to user merumuskan definisi selisih, guru menunjukkan slide yang berisi tentang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 selisih, seperti pada Gambar 4.3 dan menginformasikan simbol tentang selisih.
Selisih Selisih himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya adalah semua anggota dari A tetapi bukan anggota dari B Selisih dua himpunan dinotasikan sebagai berikut
Gambar 4.3. Slide Selisih Guru memberikan ilustrasi tentang komplemen suatu himpunan dengan
menggunakan
himpunan-himpunan
yang
telah
dibentuk,
kemudian membimbing siswa untuk merumuskan definisi komplemen suatu himpunan. Guru menunjukkan slide yang berisi tentang definisi dan notasi komplemen suatu himpunan seperti Gambar 4.4.
Komplemen Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggotanya merupakan anggota S tetapi bukan anggota A. dinotasikan sebagai berikut :
Gambar 4.4. Slide Komplemen Guru
membagikan
kertas
kecil
dan
LKS
yang
berisi
permasalahan terkait dengan irisan, gabungan, selisih dan komplemen kepada masing-masing siswa, selanjutnya guru meminta siswa membaca LKS dan memikirkan solusinya. Kemudian meminta siswa untuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang belum diketahui dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 permasalahan di LKS serta strategi yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam suatu catatan kecil. Untuk melihat kemampuan diskusi siswa dan melatih siswa mengevaluasi ide, guru mengelompokkan siswa secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa kemudian guru meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas isi catatan yang telah dibuat. Selama diskusi peneliti dan lima rekan peneliti mengamati kemampuan diskusi siswa pada masing-masing kelompok. Selanjutnya masing-masing siswa diminta untuk menuliskan solusi dari permasalahan yang ada pada LKS dengan bahasa mereka sendiri. Untuk melihat kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasan atau idenya secara lisan, sebelum guru menyimpulkan pembelajaran guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau memberikan pendapat/tanggapan. Guru mengklarifikasi hasil
presentasi
kepada
siswa
dan
memastikan
semua
siswa
memahaminya. Sebelum menutup pelajaran, guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari pada hari itu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan : “Irisan dua himpunan adalah ….” “Gabungan dua himpunan adalah ..” “Jika ada dua himpunan, A dan B. Selisih dari A dan B artinya ….” “Apa yang dimaksud dengan komplemen himpunan A?” Sebelum memberikan salam penutup guru menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan tes siklus I sehingga siswa diminta untuk mempersiapkannya. Akhirnya pukul 08.20, guru menutup pelajaran dengan memberikan salam penutup. 3) Tes Akhir Siklus I Tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Februari 2013 dengan waktu 2 x 40 menit. Untuk 60 menit pertama digunakan untuk tes to user gramatikal, sosiolinguistik dan tertulis yang mencakupcommit kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 strategis. Sedangkan 20 menit terakhir digunakan untuk mengambil data kemampuan diskusi siswa pada akhir siklus. Adapun materi tes akhir siklus adalah keseluruhan materi yang telah dipelajari pada siklus I sedangkan materi diskusi adalah mendiskusikan solusi dari tes tertulis. c. Observasi Dari hasil pengamatan selama siklus I yang dilakukan oleh peneliti dan lima rekan peneliti (Desvian, Ulfa, Pandita, Retno dan Catur Wahyu) yang dituliskan dalam lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan catatan lapangan yang dibuat peneliti, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal Pada
kegiatan
awal
guru
memberikan
apersepsi
yaitu
mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Dalam hal ini guru mememberikan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait dengan materi yang lalu. Pada pertemuan pertama, ketika guru melempar pertanyaan tidak ada siswa yang mau mengacungkan jari untuk menjawab, mereka hanya bergumam sendiri sehingga guru perlu menunjuk siswa dalam menjawab pertanyaan. Pada pertemuan berikutnya, kemauan siswa untuk merespon pertanyaan dari guru lebih merata, tetapi sering sekali siswa merespon pertanyaan guru secara serempak dan ketika diminta salah satu siswa untuk menjawab mereka terdiam semua sehingga guru sering memotivasi (memberi arahan) agar siswa mengacungkan tangannya jika ingin menjawab. Cara ini cukup berhasil, sehingga tidak setiap kali guru harus menunjuk siswa untuk merespon pertanyaan guru. Kegiatan selanjutnya pembelajaran
dan
adalah guru menyampaikan tujuan
memberikan
petunjuk
tentang
alur
kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Ketika guru menjelaskan, semua siswa memperhatikan dengan saksama. 2) Kegiatan Inti a) Think commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Pada tahap Think, diawali dengan guru menjelaskan materi kemudian membagikan LKS yang berisi permasalahan yang harus dipikirkan solusinya oleh siswa. Pada pertemuan pertama dan kedua ketika guru meminta siswa merumuskan suatu definisi dari istilah matematika dengan menggunakan ilustrasi nyata, siswa menjadi lebih terbantu untuk membayangkan dan memudahkan siswa merangkai kata-kata sendiri dalam merusmuskan definisi. Walaupun masih ada sebagian siswa yang susah mengungkapkan pemikirannya dengan kata-kata. Pada pertemuan kedua, siswa mulai dapat membaca simbolsimbol himpunan seperti yang telah ditunjukkan oleh guru pada slide. Mereka menghafal notasi dan simbol-simbol matematika sebagaimana yang telah disampaikan oleh guru sebelumnya. Setelah guru selesai menjelaskan, guru selalu menawarkan kepada siswa apakah ada pertanyaan. Namun, baik pertemuan pertama maupun kedua siswa masih sulit untuk bertanya, sering kali terdengar gumaman siswa “apa sing arep ditakoke…”. Guru pun memancing dengan
menceritakan
permasalahan
yang
dapat
menimbulkan
pertanyaan siswa, tetapi masih tetap mereka malu-malu untuk bertanya. Setelah LKS dibagi, semua siswa membaca dan memikirkan permasalahan yang ada di LKS. Pada pertemuan pertama siswa masih kesulitan memahami LKS. Mereka belum terbiasa dengan konstruksi LKS seperti yang dihadapi. Selama membaca LKS, beberapa kali siswa meminta petunjuk guru dalam memahami. Pada pertemuan kedua, siswa juga masih bingung terutama dalam menarik kesimpulan dan mengecek jawaban mereka. Mereka bingung apa yang harus ditulis dan bagaimana cara mengerjakannya sehingga peneliti, guru dan rekan peneliti masih membantu mengartikan maksud sesuai dengan yang diinginkan oleh guru dan peneliti. Setelah memahami permasalahan yang ada di LKS kemudian commit to user yang akan digunakan untuk siswa diminta menuliskan strategi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 memecahkan masalah dalam LKS dan menuliskan apa yang sudah diketahui dan belum diketahui dalam catatan kecil. Namun tidak semua siswa menuliskan dalam catatan kecil. Mereka bingung apa yang harus mereka tulis dan bagaimana cara menulisnya. Guru, peneliti dan rekan-rekan peneliti berkeliling memandu siswa membuat catatan kecil. Namun, karena mereka belum terbiasa dengan pembelajaran yang seperti itu maka beberapa siswa tidak menuliskan apapun dalam catatan kecil padahal guru sudah menjelaskan secara detail apa yang harus mereka tulis dalam catatan kecil dan sebagian besar siswa belum mampu menuangkan ide-idenya sepenuhnya pada catatan kecil. Contoh catatan kecil siswa pada pertemuan pertama seperti Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Catatan kecil siswa pada pertemuan I siklus 1 Pada pertemuan kedua, siswa-siswa sudah terbiasa menuliskan catatan kecil, semua siswa menuliskan strategi serta hal-hal yang belum diketahuinya dalam catatan kecil. Pada pertemuan kedua guru, peneliti dan rekan peneliti tidak lagi memandu siswa dalam menuliskan catatan kecil, hanya mengecek saja apakah sudah ditulis. Walaupun demikian, masih ada sebagian siswa yang masih kesulitan dalam memahami LKS, mereka mengacungkan tangan dan bertanya maksud dari permasalahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 yang ada pada LKS sehingga sesekali guru harus menjelaskan maksud dan keinginan dari LKS. Hasil
tulisan
pada
catatan
kecil
siswa
sudah
mulai
menggambarkan ide-ide mereka. Dalam menyusun tulisan pada catatan kecil, siswa-siswa mengaitkan pengetahuan mereka yang dikonstruksi dari buku paket dan penjelasan dari guru sebelumnya dengan petunjuk yang ada di LKS. Gambar 4.6 menunjukkan contoh cacatan kecil siswa pada pertemuan kedua siklus 1.
Gambar 4.6. Catatan Kecil Siswa Pada Pertemuan II Siklus 1 b) Talk Pada tahap talk, di pertemuan pertama guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen (Lampiran 52) kemudian meminta siswa agar mendiskusikan isi dari catatan kecil yang sudah ditulis pada tahap think. Ketika siswa berdiskusi dalam kelompoknya, peneliti dan rekan peneliti menyebar di setiap kelompok. Peneliti mengamati diskusi kelompok 5, Catur Wahyu kelompok 3, Desvian kelompok 6, kelompok 2 diamati oleh Pandita, kelompok 4 diamati oleh Ulfa sedangkan Retno mengamati kelompok 1. Pada pertemuan pertama, ketika siswa duduk dalam kelompok masing-masing untuk diskusi, masih banyak kelompok yang diskusinya mati karena masih ada beberapa siswa yang tidak commit to user menuliskan apapun pada catatan kecil sehingga pada waktu diskusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 siswa belum bisa secara bergantian mengevaluasi ide dari teman-teman yang lain. Di samping itu ketika diminta untuk diskusi masih banyak siswa yang bergurau sendiri dengan temannya sehingga suasana menjadi gaduh. Peneliti dan rekan peneliti pun dengan semangat memandu diskusi siswa pada masing-masing kelompok. Sedikit demi sedikit siswa memahami, dan akhirnya peneliti dan rekan peneliti bisa mengamati kemampuan diskusi siswa. Pada pertemuan kedua, guru tidak lagi membagi kelompok karena kelompoknya masih sama seperti pertemuan pertama. Pada pertemuan ini diskusi siswa sudah lebih bermakna. Semua siswa membahas catatan kecilnya sehingga masing-masing siswa bisa berlatih mengevaluasi idenya, diskusi pun menjadi lebih hidup. Pada saat diskusi kelompok, tidak jarang siswa yang beradu pendapat sehingga gaduhnya kelas bukan karena gurauan siswa tetapi adu pendapat siswa. Peneliti dan rekan peneliti mengisi lembar observasi kemampuan diskusi siswa dengan cermat dan mencoba seobjektif mungkin. c) Write Setelah waktu untuk berdiskusi habis, guru meminta agar masing-masing siswa menuliskan hasil diskusinya pada LKS yang sudah dibagikan dengan kalimat sendiri. Pada tahap ini siswa antusias menuliskan hasil diskusinya. Tetapi pada pertemuan pertama masih ada sebagian siswa yang melihat pekerjaan temannya ketika menuliskan solusi dari permasalahan di LKS. Pada pertemuan kedua, semua siswa menuliskan hasil diskusinya dengan kalimatnya sendiri. Mereka sudah mulai terbiasa menyampaikan idenya, walaupun dalam penulisannya masih banyak siswa yang tidak menggunakan simbol matematika dengan tepat. Setelah tahap write selesai, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Karena siswa commit user menunjuk salah satu kelompok hanya lempar-lemparan, makato guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 untuk presentasi di depan kelas. Pada pertemuan pertama, guru masih harus menuntun siswa dalam presentasi karena mereka masih bingung harus bagaimana, apa yang harus dikatakan di depan teman-teman. Hal ini dikarenakan memang siswa belum pernah mengikuti pembelajaran yang menuntut siswa untuk presentasi. Akhirnya pelan-pelan guru menuntun, antara lain dengan : “Coba ceritakan LKS kegiatan 1 dengan bahasamu sendiri, kegiatan 1 itu maksudnya gimana?” “Terus jawabanmu gimana?” “Kalau kegiatan 2, maksudnya untuk apa sih?” “Coba kamu tuliskan di karton yang tertempel di papan tulis jawaban untuk kegiatan 2 dan 3!” “Kalau kegiatan 3, itu apa yang dapat kamu simpulkan?” Setelah siswa selesai presentasi, guru menawarkan kepada kelompok lain untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan. Namun, seolah diskusi itu mati. Kelas menjadi diam. Akhirnya guru harus menjelaskan kepada siswa bahwa pada kegiatan ini siswa harus bersaing, kelompok yang tidak maju punya kesempatan untuk melawan kelompok yang ada di depan dengan memberi pertanyaan, ataupun dengan menyanggah pendapat kelompok yang ada di depan. Guru meminta agar siswa memperjuangkan kelompoknya. Dengan mendengarkan penjelasan dari guru, siswa merasa terpancing untuk bertanya ataupun berpendapat. Peneliti dan rekan peneliti pun menjalankan tugas untuk mengamati kemampuan diskusi siswa. Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai punya gambaran untuk mempresentasikan hasil diskusinya sehingga hanya sesekali saja guru menuntun jika siswa kelihatan bingung. Diskusi kelas pun lebih hidup.
Siswa
yang
punya
pendapat
berbeda
langsung
menyampaikannya. Setelah diskusi kelas selesai guru memberikan klarifikasi dan bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. Dalam menarik kesimpulan, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada commit to user siswa. Siswa pun antusias dalam menjawab. Tetapi ketika pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 pertama, guru masih sesekali harus menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Pada pertemuan kedua sering kali siswa menyimpulkan pembelajaran dengan serempak.
3) Kuis Individu Setelah guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang pembelajaran pada hari itu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan kuis individu kepada siswa. Siswa diminta duduk kembali di tempatnya masing-masing dan diminta mengerjakan kuis secara individu. Pada pertemuan pertama, guru mempunyai cukup waktu untuk memberikan kuis kepada siswa. Semua siswa pun mengerjakan dengan antusias. Namun, pada pertemuan kedua guru kehabisan waktu untuk memberikan kuis, sehingga pada pertemuan kedua guru tidak sempat memberikan kuis kepada siswa. Dengan kuis, guru dapat melihat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru. Dengan kuis individu jugalah guru melihat kesalahan siswa dalam menggunakan simbol, miskonsepsi siswa sehingga pada pertemuan selanjutnya guru dapat meluruskan pemahaman siswa. Hasil dari kuis individu pada pertemuan pertama, terlihat bahwa sebagian besar siswa masih belum bisa menggunakan simbol dan notasi matematika
dengan
tepat.
Sebagian
besar
dari
mereka
masih
menggunakan kalimat biasa. Mereka belum terbiasa menyimbolkan suatu permasalahan. Dari kuis individu pada pertemuan pertama pula dapat diketahui bahwa masih ada siswa yang salah konsep tentang himpunan bagian dan cara mencari banyaknya himpunan bagian dengan menggunakan segitiga pascal sehingga menjadi PR bagi guru untuk pertemuan selanjutnya agar meluruskan konsep siswa terlebih dahulu sebelum melanjutkan materi. 4) Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kemampuan komunikasi matematis siswa dalam penelitian ini commit to sosiolinguistik, user meliputi kemampuan gramatikal, strategis dan diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Untuk kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis dianalisis dari hasil tes akhir siklus siswa. Semua pekerjaan siswa dikoreksi dan dilihat ketercapaian
dari
masing-masing
aspek
kemampuan
komunikasi
matematis siswa kemudian dikelompokkan dan disimpulkan levelnya untuk masing-msing aspek. Selanjutnya, dihitung prosentase dari setiap level yang dapat dicapai siswa untuk masing-masing aspeknya. Untuk kemampuan diskusi siswa dilihat dari hasil observasi kemampuan diskusi siswa pada pertemuan pertama, pertemuan kedua dan hasil observasi diskusi setelah tes akhir siklus. Dari ketiga data tersebut kemudian dibandingkan kemampuan diskusi siswa untuk setiap indikatornya yang meliputi kemampuan merespon, kemampuan memberi gagasan dan kemampuan bertanya yang diperoleh dari ketiga pertemuan tersebut. Kemudian disimpulkan level kemampuan diskusi siswa dan dihitung prosentase untuk setiap level yang dapat dicapai siswa. Adapun analisis kemampuan diskusi siswa pada siklus I secara lengkap seperti yang tertera pada Lampiran 55. Sedangkan ringkasan kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus I seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Ringkasan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Siklus I Aspek Kemampuan Level Keterangan Prosentase Komunikasi Matematis Siswa tidak bisa mendefinisikan irisan dua himpunan dan siswa tidak dapat 0 4,17% menggunakan notasi himpunan, operasi himpunan dengan tepat. Siswa dapat mendefinisikan irisan dua Antara himpunan tetapi masih ada beberapa bagian yang gagal diungkapkan dan siswa tidak bisa Gramatikal 0 dan 1 menggunakan simbol-simbol matematika 25% (0-1) dengan tepat, seperti ketika akan menuliskan gabungan mereka tidak menggunakan simbol tetapi dengan kata-kata. Siswa dalam merumuskan definisi irisan dua 1 4,17% himpunan masih ada beberapa hal yang commit to user gagal diungkapkan dan dalam menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 simbol himpunan masih banyak kekurangan, masih ada bagian-bagian tertentu yang mereka tulis tanpa menggunakan kurung kurawal, dan tidak memberikan nama himpunannya. Siswa sudah dapat menggunakan simbol Antara himpunan dengan tepat tetapi belum 1 dan 2 sepenuhnya benar dalam menuliskannya, sedangkan dalam merumuskan definisi irisan (1-2) dua himpuan masih ada beberapa hal yang gagal diungkapkan. Siswa dapat merusmuskan definisi irisan dua himpunan tetapi kurang lengkap dan sudah 2 bisa menggunakan simbol dengan tepat tetapi dalam penulisannya mereka tidak member nama himpunannya. Antara Siswa dapat menggunakan simbol operasi himpunan dengan tepat tetapi dalam 2 dan 3 merumuskan definisi irisan dua himpunan (2-3) masih kurang sempurna. Siswa sudah dapat menggunakan simbol matematika dengan tepat dan juga dapat 3 mendefinisikan irisan dua himpunan dengan lengkap. Siswa tidak dapat membaca dan menyatakan simbol matematika dalam kalimat seharihari, mereka juga tidak bisa mengubah 0 permasalahan sehari-hari dalam simbol matematika. Siswa tidak menuliskan kesimpulan di akhir jawaban. Siswa dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tetapi maknanya Antara kurang pas. Ketika mengubah permasalahan sehari-hari dalam kalimat matematika juga Sosiolinguistik 0 dan 1 masih kurang bermakna. Siswa dapat (0-1) membaca notasi matematika tetapi masih ada simbol yang tidak dimengerti dan siswa tidak memberikan kesimpulan pada akhir jawaban. Siswa dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tetapi banyak kekurangan. Ketika mengubah permasalahan 1 sehari-hari dalam kalimat matematika juga tidak pas. Siswa memberikan kesimpulan di akhir commit jawabanto user tetapi salah dan dalam
12,5%
12,5%
33,33%
8,33%
16,67%
20,83%
12,5%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Antara 1 dan 2 (1-2)
2
Antara 2 dan 3 (2-3)
3
Antara 0 dan 1 Strategis
(0-1)
Antara 1 dan 2
membaca notasi matematika, ada beberapa simbol yang mereka tidak mengetahuinya. Siswa dapat mengubah permasalahan seharihari dalam kalimat matematika tetapi ketika menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari maknanya tidak pas. Siswa memberikan kesimpulan di akhir jawaban meskipun pengerjaannya ada sedikit kekurangan dan dalam membaca notasi matematika ada sedikit simbol yang mereka tidak mengetahuinya. Siswa sudah dapat membaca notasi matematika dengan tepat tetapi dalam menyatakan permasalahan sehari-hari dalam bahasa matematika masih ada sedikit kekurangan. Siswa memberikan kesimpulan pada akhir jawaban tetapi proses pengerjaannya kurang tepat dan dalam menyatakan simbol matematika ke dalam kalimat sehari-hari masih kurang pas. Siswa dapat mengubah permasalahan seharihari dalam simbol matematika dan dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tanpa mengubah maknanya. Siswa dapat membaca notasi matematika dengan tepat dan memberikan kesimpulan pada akhir jawaban disertai pengerjaan tetapi ada sedikit kesalahan. Siswa dapat menyatakan simbol notasi matematika dalam kalimat sehari-hari dengan tepat dan mereka juga dapat membaca notasi matematika dengan benar. Siswa dapat menyatakan permasalahan sehari-hari dengan tepat dan memberikan kesimpulan disertai pengerjaan yang benar. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, tetapi siswa tidak dapat mendeskripsikan strategi yang akan digunakan begitu juga dalam mengevaluasi ide, mereka yakin akan jawabannya tetapi tidak memberikan alasannya. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan commit to user yang diberikan dengan tepat, siswa juga
25%
12,5%
8,33%
4,17%
25%
41,67%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 dapat mendeskripsikan strategi yang akan mereka gunakan tetapi tidak memungkinkan. Ketika mengevaluasi ide, siswa memberikan alasan tetapi kurang tepat. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui Antara dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, dalam 2 dan 3 mendeskripsikan langkah yang akan lengkap tetapi ketika (2-3) digunakan mengevaluasi ide, alasan yang diberikan kurang sempurna. Siswa dapat merespon pertanyaan atau permasalahan dari guru dengan lengkap tetapi siswa tidak memberikan pendapat dan tidak bertanya. Siswa dapat memberikan respon dengan lengkap, dapat memberikan pendapat tetapi Antara kurang sempurna dan siswa tidak memberikan pertanyaan. 0 dan 1 Siswa dapat memberikan respon atas (0-1) pertanyaan yang diberikan dengan benar tetapi kurang lengkap, dalam berpendapat logis tetapi kurang lengkap dan siswa tidak pernah bertanya. Siswa dapat memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan dengan lengkap, tetapi siswa tidak berpendapat dan tidak bertanya. Siswa dapat memeberikan respon dengan lengkap, dalam berpendapat jelas dan Antara lengkap dan siswa dapat memberikan pertanyaan tetapi kurang berbobot. 2 dan 3 Siswa dapat memberikan respon dengan (2-3) dengan benar tetapi kurang lengkap, dalam berpendapat jelas dan lengkap serta dapat memberikan pertanyaan sesuai dengan materi dan berbobot. Siswa dapat memberikan respon dengan lengkap, dapat memberikan pendapat dengan 3 lengkap dan dapat memberikan pertanyaan yang berbobot. (1-2)
Diskusi
33,33%
25%
25%
12,5%
16,67%
4,17%
4,17%
12,5%
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa pada kemampuan gramatikal pada akhir siklus I baru 8,33% siswa kelas VII G mencapai level commit to user 3, untuk kemampuan sosiolinguistik baru 4,17% siswa mencapai level 3 dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 pada kemampuan strategis maksimal siswa baru mencapai level 2-3 yaitu sebanyak 33,33% siswa sedangkan untuk kemampuan diskusi, maksimal siswa dapat mencapai level 3 yaitu sebanyak 12,5% siswa. d. Refleksi Dari hasil akhir siklus 1, terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi himpunan lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum penerapan strategi TTW. Untuk kemampuan gramatikal siswa pada akhir siklus 1 sudah bisa mencapai level 3
yaitu
sebanyak
8,33%
siswa,
begitu
pula
untuk
kemampuan
sosiolinguistik, di akhir siklus 1 maksimal siswa sudah bisa mencapai level 3 yaitu sebanyak 4,17% siswa. Kemampuan strategis siswa meningkat 29,17% pada level 2-3 sedangkan untuk kemampuan diskusi siswa maksimal siswa dapat mencapai level 3 yaitu sebanyak 12,5% siswa . Hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi TTW dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa meskipun belum mencapai indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu setidaknya 30% siswa mencapai level 3 untuk masing-masing aspek kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu, peneliti masih perlu melalukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan penerapan strategi TTW untuk bisa mencapai indikator kerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Dari hasil diskusi dengan guru matematika kelas VII G mengenai pelaksanaan siklus 1 dan juga catatan lapangan peneliti, dapat diketahui ada beberapa hal yang harus diperbaiki terutama dalam beberapa langkah pembelajaran, antara lain : 1) Dalam berinteraksi dengan siswa, misalnya ketika memberikan pertanyaan sebaiknya hindari jawaban siswa secara bersamaan, tetapi guru memotivasi siswa untuk tunjuk jari dan menyampaikan pendapatnya. 2) Guru hendaknya memberikan arahan kepada siswa agar dapat membuat kesimpulan dengan kalimat sendiri, sehingga dalam presentasi commit to user perwakilan kelompok tidak perlu disiapkan karton presentasi seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 pada pertemuan 1, dengan demikian diharapkan siswa dapat menuliskan hasil diskusinya dengan bahasa dan kalimatnya sendiri. Untuk mendukung hal ini maka diperlukan perbaikan konstruksi LKS. 3) Pada saat tahap think, guru memastikan bahwa setiap siswa menuliskan strategi yang benar menurut mereka tidak hanya menuliskan apa yang belum diketahui, sehingga ketika diskusi kelompok dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengevaluasi proses yang telah dilakukan. 4) Pada saat diskusi kelompok, hendaknya siswa yang aktif diberi catatan tertentu/penghargaan agar jika siswa tidak hanya satu kali dalam memberikan respon, bertanya atau berpendapat dapat tercatat dan penilaian pada lembar observasi kemampuan diskusi siswa dapat seobjektif mungkin. 5) Pada saat forum diskusi kelas, saat kegiatan tanya jawab guru membantu siswa dengan memancing pertanyaan sehingga siswa akan termotivasi untuk bertanya tentang materi yang dipresentasikan yang kurang paham dan jelas. 6) Guru mengusahakan untuk bisa memberikan kuis individu dan membahas setiap soal pada kuis individu secara sekilas di depan kelas, sehingga dapat terlihat penggunaan simbol yang benar dan juga siswa menjadi lebih paham dan tahu jawaban yang benar. 7) Guru membagikan kuis individu kepada siswa sebelum tes akhir siklus disertai dengan pembetulan penulisan-penulisan yang salah serta komentar-komentar tertentu. 8) Sebelum menutup pelajaran agar guru berpesan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari di pertemuan yang akan datang dan mempersiapkan pertanyaan untuk ditanyakan dipertemuan yang akan datang. Dari hasil refleksi dan diskusi dengan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, diperoleh beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran TTW. Oleh karena commit to II user itu perencanaan tindakan untuk siklus berdasarkan refleksi yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 pada siklus I mengalami sedikit perubahan pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II. (Lampiran 10, 14) 2. Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka perencanaan tindakan untuk siklus II mengalami sedikit perubahan seperti Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Refleksi Siklus I untuk Perbaikan Siklus II No. Tindakan Pada Siklus I 1. Pada saat presentasi, guru menyediakan karton yang merupakan LKS yang diperbesar, atau membuat kolom-kolom pada papan tulis. 2. Belum ada penghargaan yang diberikan guru untuk siswa yang yang mempu memberikan respon, mampu memberikan pendapat ataupun bertanya.
3.
4.
Tindakan Pada Siklus II Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada temanteman sekelasnya.
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah berhasil memberi respon, berpendapat atau bertanya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memberikan skor pada lembar observasi ketika seorang siswa menjawab lebih dari satu pertanyaan. Pada tahap think, guru tidak Guru memastikan semua siswa menghiraukan apa saja yang sudah memiliki jawaban atau ditulis siswa pada catatan kecil, strategi yang akan digunakan untuk yang penting ada tulisannya. menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS dan dituliskan dalam catatan kecil sehingga ketika diskusi semua siswa bisa memberikan pendapat sesuai dengan pemikirannya dan juga untuk melatih siswa mengevaluasi idenya. Guru tidak membahas kuis Setelah semua siswa individu siswa dan tidak mengumpulkan kuis individu, guru membagikan hasil kuis dan melihat sekilas dan mengomentari LKS kepada siswa. kekurangan ataupun kesalahan siswa dalam penulisan simbol di depan kelas secara global dan pada pertemuan berikutnya guru membagikan kuis individu dan commit to user LKS yang sudah dikoreksi beserta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
5.
6.
komentar-komentarnya sehingga siswa dapat dengan mudah memahami kekurangannya. Guru tidak meminta siswa Pada akhir pelajaran, sebelum guru menyiapkan pertanyaan dari menutup pelajaran guru berpesan rumah untuk ditanyakan di kepada siswa agar membaca materi kelas. yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang dan meminta agar masing-masing siswa mempersiapkan pertanyaan untuk didiskusikan pada pertemuan yang akan datang. Guru tidak memberi batasan Guru memberi batasan waktu, waktu kepada siswa pada tahap berapa lama siswa harus menulis think dan talk, guru menunggu catatan kecil dan berdiskusi dengan semua siswa selesai. kelompoknya. Pada siklus II, proses pembelajaran direncanakan berlangsung
selama dua pertemuan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes siklus II. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, peneliti menyusun RPP yang sesuai dengan strategi TTW dengan perbaikan-perbaikan yang telah dituliskan pada Tabel 4.4. Adapun RPP untuk pertemuan 1 dan 2 seperti pada Lampiran 10 dan Lampiran 14. Peneliti juga memperbaiki LKS agar siswa lebih mudah memahami, selanjutnya peneliti menyusun kuis individu dan tes akhir siklus II (Lampiran 11, 12, 15, 16, 43). Untuk soal tes akhir siklus II, sebelum digunakan untuk meneliti kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis siswa terlebih dahulu diuji validitasnya dengan membandingkan hasil validasi dari tiga orang validator yaitu Bapak Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si, Ibu Getut Pramesti, S.Si, M.Si dan Ibu Purwati, S.Pd. Adapun hasil validasi tes akhir siklus II seperti Lampiran 45. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II dilaksanakan mulai hari Selasa, 12 Februari 2013 dan terdiri dari dua pertemuan pembelajaran serta satu pertemuan untuk melaksanakan tes. Materi yang dibahas pada silkus II sesuai dengan Kompetensi Dasar 4.4 dan 4.5 yaitu tentang diagram venn dan pemecahan commit to user masalah dengan menggunakan konsep himpunan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Februari 2013 selama 2 x 40 menit, dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.20 dengan materi menggambar diagram venn. Sebelum memulai pelajaran, bu Purwati, guru matematika kelas VII G meminta siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Selanjutnya guru mengecek absensi siswa dengan menanyakan siswa yang tidak masuk. Seluruh siswa kelas VII G pada hari selasa masuk semua. Karena semua siswa sudah siap menerima pelajaran dan duduknya pun sudah sesuai dengan urutan kelompok yang ditetapkan sebelumnya,
maka
bu
Pur
segera
memulai
pelajaran
dengan
mengingatkan kembali kepada siswa tentang operasi pada himpunan. Selanjutnya bu Pur memberitahukan kepada siswa bahwa materi yang akan disampaikan hari ini adalah tentang diagram venn dan guru juga menjelaskan bahwa cara belajarnya masih sama dengan pertemuan yang lalu yaitu dengan strategi TTW. Sebelum guru menjelaskan tentang diagram venn, guru memotivasi siswa agar mereka belajra dengan aktif dan kritis karena siapa yang paling aktif akan mendapatkan bintang yang paling banyak. Guru menjelaskan cara menggambar diagram venn di papan tulis dan setelah selesai menjelaskan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum paham. Jika semua siswa sudah paham, guru bersama peneliti membagika LKS, catatan kecil dan tiruan rubik. LKS dan catatan kecil dibagi untuk masing-masing siswa sedangkan tiruan rubiknya satu kelompok mendapatkan satu tiruan rubik. Setelah masing-masing siswa menerima LKS dan catatan kecil, guru meminta siswa duduk dalam kelompoknya untuk menuliskan anggota himpunan yang tertulis di LKS dengan melihat nomor pada sisi rubik. Setelah masing-masing siswa menuliskan semua anggotanya, guru commit topemecahan user meminta siswa agar memikirkan masalah yang ada di LKS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 secara individu dan menuliskan strateginya dalam catatan kecil. Selama siswa menuliskan catatan kecil, guru, peneliti dan rekan peneliti memastikan bahwa semua siswa sudah menuliskan idenya bukan hanya yang belum mereka ketahui saja. Waktu untuk menuliskan catatan kecil adalah 10 menit. Setelah 10 menit, seluruh siswa diminta berdiskusi lagi dalam kelompoknya untuk membahas isi catatan kecilnya sehingga diperoleh kesepakan solusi dari permasalahan yang ada di LKS. Waktu untuk berdiskusi hanya 15 menit kemudian dilanjutkan dengan menuliskan kesimpulan dari hasil diskusinya. Guru memberikan waktu 10 menit kepada siswa untuk menuliskan hasil diskusinya pada LKS.
Selanjutnya
guru
meminta
salah
satu
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Selama presentasi, guru meminta agar semua siswa memperhatikan kelompok yang di depan, jika ada yang punya pendapat lain, guru member kesempatan kepada siswaa untuk bertanya atau mengomentari pendapat siswa yang presentasi. Hal ini dimaksudkan agar diskusi kelas menjadi hidup. Setelah semua siswa puas, guru mengklarifikasi hasil presentasi siswa dan memastikan semua siswa memahaminya. Sebelum pembelajaran berakhir, guru meminta seluruh siswa mengumpulkan LKS dan membimbing siswa menyimpulkan pelajaran yang didapat pada hari itu. Selanjutnya guru memberikan kuis individu kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dan untuk mengetahui apakah ada miskonsepsi siswa serta yang paling penting adalah untuk melatih siswa menulis simbol-simbol matematika. Waktu untuk mengerjakan kuis adalah 10 menit. Setelah 10 menit, semua siswa diminta mengumpulkan lembar jawabnya dan secara sekilas guru mengoreksi kekurangan yang ada. Sebelum pelajaran diakhiri, guru menginformasikan kepada siswa materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dan berpesan agar semua siswa membacanya terlebih dahulu dan menyiapkan pertanyaan untuk dibahas dipertemuan commit to user selanjutnya. Akhirnya guru menutup pelajaran dengan salam.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Februari 2013 selama 2 x 40 menit, dimulai pukul 08.20 sampai pukul 09.55 dengan materi pemecahan masalah dengan menggunakan konsep himpunan dan diagram venn. Sebelum masuk pada materi, guru membagikan kuis individu dan LKS yang sudah dikoreksi kemudian membahas kekurangan serta kesalahan siswa dalam menggunakan simbol. Semua siswa diminta membaca sekilas komentar yang ada pada lembar jawab dan memastikan mereka memahami kekurangannya. Selanjutnya, guru mengingatkan kembali cara menggambar diagram venn jika terdapat irisan dan tidak bosan-bosannya guru memotivasi siswa agar aktif dalam belajar. Guru
memberikan
permasalahan
kepada
siswa
dengan
menuliskan soal berikut di papan tulis. S = {bilangan cacah kurang dari 15} A = {x|x < 8, x S} B = {x| x ≥ 5, x S} Kemudian guru meminta salah satu siswa untuk menggambar S, A dan B dalam suatu diagram venn dan guru meminta siswa agar siswa menentukan n(S), n(A), n(B) dan n(A∩B). Kemudian guru membimbing siswa menganalogikan diagram venn tersebut seperti Gambar 4.7.
commit to user Gambar 4.7. Analogi Diagram Venn
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Setelah selesai menjelaskan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kemudian guru dan peneliti membagikan LKS dan catatan kecil kepada masing-masing siswa selanjutnya guru meminta siswa untuk membaca permasalahan yang ada di LKS dan meminta agar siswa menuliskan ide pemecahan masalahnya pada catatan kecil. Waktu menulis catatan kecil hanya 10 menit kemudian dilanjutkan diskusi antar siswa dalam kelompoknya masing-masing untuk membahas apa yang telah ditulis dalam catatan kecil sampai didapatkan kesepakatan solusinya. Waktu berdiskusi adalah 10 menit. Setelah waktu berdiskusi habis, guru meminta seluruh siswa menuliskan hasil diskusinya dalam LKS yang sudah dibagi dengan kalimat mereka sendiri sesuai dengan pemahaman mereka. Selanjutnya, guru meminta agar salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Selama presentasi, guru meminta agar semua siswa menghargai kelompok yang ada di depan kelas, kemudian setelah siswa selesai
mempresentasikan pekerjaannya, guru memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya, berpendapat ataupun menyanggah pendapat kelompok yang ada di depan kelas. Setelah guru merasa cukup, guru mengklarifikasi hasil presentasi dan memastikan semua siswa memahaminya. Sebelum pembelajaran berakhir, guru meminta seluruh siswa mengumpulkan LKS dan membimbing siswa menyimpulkan pelajaran yang didapat pada hari itu. Selanjutnya guru memberikan kuis individu kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dan untuk mengetahui apakah ada miskonsepsi siswa serta yang paling penting adalah untuk melatih siswa menulis simbol-simbol matematika. Waktu untuk mengerjakan kuis adalah 10 menit. Setelah 10 menit, semua siswa diminta mengumpulkan lembar jawabnya dan secara sekilas guru mengoreksi kekurangan dari pekerjaan siswa. Sebelum pelajaran ditutup, guru menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan yang akan datang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 akan diadakan tes siklus II dan hasil kuis serta LKS akan dibagikan pada hari Sabtu. Akhirnya guru menutup pelajaran dengan salam. 3) Tes Akhir Siklus II Tes akhir siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Februari 2013 dengan waktu 2 x 40 menit. Untuk 60 menit pertama digunakan untuk tes tertulis yang mencakup kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis. Sedangkan 20 menit terakhir digunakan untuk mengambil data kemampuan diskusi siswa pada akhir siklus. Adapun materi tes akhir siklus adalah keseluruhan materi yang telah dipelajari pada siklus II sedangkan materi diskusi adalah mendiskusikan solusi dari tes tertulis. c. Observasi Dari hasil pengamatan selama siklus II yang dilakukan oleh peneliti dan lima rekan peneliti (Desvian, Ulfa, Pandita, Retno dan Catur Wahyu) yang dituliskan dalam lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan catatan lapangan yang dibuat peneliti, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal Pada
kegiatan
awal
guru
memberikan
apersepsi
yaitu
mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Dalam hal ini guru mememberikan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait dengan materi yang lalu. Pada pertemuan pertama guru mengingatkan kepada siswa tentang operasi pada himpunan dengan memberikan pertanyaanpertanyaan. Siswa pun menjawab dengan mengacungkan tangannya. Begitu pula pada pertemuan kedua, siswa aktif merespon pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga guru tidak lagi menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Pada siklus II ini, siswa yang aktif mendapatkan bintang sesuai dengan kemampuannya. Karena banyak yang mengacungkan tangannya sehingga guru harus memilih beberapa siswa untuk menjawab dan guru tidak langsung menilai itu jawaban benar, itu jawaban salah tetapi guru melempar kepada siswa yang lain sehingga commit to user kesempatan siswa menjadi merata.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Kegiatan selanjutnya pembelajaran
dan
adalah guru menyampaikan tujuan
memberikan
petunjuk
tentang
alur
kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Ketika guru menjelaskan, semua siswa memperhatikan dengan saksama. 2) Kegiatan Inti a) Think Pada tahap think, guru menjelaskan materi sebagai bekal siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS. Kemudian dilanjutkan dengan siswa memahami LKS dan menuliskan strategi pemecahan masalah pada catatan kecil. Pada pertemuan pertama, ketika guru menjelaskan tentang cara menggambar diagram venn kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tidak seorang siswa pun yang bertanya sehingga
guru
memancing
dengan
permasalahan
agar
siswa
mempunyai ide untuk menyusun pertanyaan. Beberapa siswa mengacungkan tangannya untuk bertanya mengenai materi yang dijelaskan, di antaranya: “Bu, boleh ga kalo gambarnya bukan lingkaran?” “Kalo bukan lingkaran terus apa Bu?” “Kalau himpunannya sama gimana Bu?” Bu Pur pun tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa, tetapi melemparnya kepada siswa lain “Siapa yang punya pendapat?” tanya bu Pur. Beberapa siswa pun mengacungkan tangan untuk menanggapi pertanyaan dari temannya dan yang membuat menarik pada saat menjelaskan giagram venn adalah pertanyaan dari Hasbi, “Bu, kalo lingkarannya ada 4 gimana gambarnya?” karena tidak ada siswa yang menjawab akhirnya bu Pur menyampaikan bahwa tidak lazim kalau ada empat lingkaran. Karena semua siswa sudah paham, kemudian guru membagikan LKS dan catatan kecil kepada masing-masing siswa. Semua siswa memahami maksud LKS, terbukti to user ketika diminta memahami LKS dengan tidak ada siswacommit yang bertanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 dan menuliskan catatan kecil. Siswa juga tidak kesulitan ketika membaca warna pada rubik hanya saja ada siswa yang tidak bisa membedakan warna kuning dan orange sehingga peneliti harus memberi petunjuk. Ketika menulis catatan kecil, semua siswa menulis strategi yang mereka gunakan, terlihat semua siswa sudah terbiasa untuk menulis dalam catatan kecil sehingga guru, peneliti maupun rekan peneliti tidak lagi memberi contoh penulisannya. Adapun contoh catatan kecil yang dibuat oleh siswa pada pertemuan pertama seperti Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Catatan kecil pada Pertemuan Pertama Siklus II Pada pertemuan kedua, guru menjelaskan tentang pemecahan masalah dengan menggunakan konsep diagram venn. Setelah guru selesai menjelaskan, beberapa siswa aktif bertanya karena memang mereka sudah mempersiapkan pertanyaan dari rumah. Seperti pada pertemuan sebelumnya, guru tidak langsung menjawab pertanyaan siswa tetapi melemparnya kepada siswa lain. Karena semua siswa sudah puas, selanjutnya guru membagi LKS dan catatan kecil, kemudian meminta siswa untuk menuliskan strategi pemecahan masalah pada catatan kecil. Seluruh siswa antusias memahami LKS dan menuliskan idenya dalam catatan kecil. Siswa tidak ada kesulitan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 memahami LKS dan menulis catatan kecil. Adapun contoh catatn kecil pada pertemuan kedua siklus II seperti Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Catatan kecil pada Pertemuan Kedua Siklus II b) Talk Pada tahap talk, siswa duduk dalam kelompoknya masingmasing untuk mendiskusikan isi dari catatan kecil yang sudah ditulis pada tahap think. Ketika siswa berdiskusi dalam kelompoknya, peneliti dan rekan peneliti menyebar di setiap kelompok. Peneliti mengamati diskusi kelompok 5, Catur Wahyu kelompok 3, Desvian kelompok 6, kelompok 2 diamati oleh Pandita, kelompok 4 diamati oleh Ulfa sedangkan Retno mengamati kelompok 1. Pada pertemuan pertama, ketika diskusi untuk mencari warnawarna pada sisi rubik banyak siswa yang saling berebut karena memang rubiknya hanya satu untuk empat orang, tetapi peneliti dan rekan peneliti berhasil menenangkannya. Ketika berdiskusi dalam kelompok, masing-masing siswa kokoh dengan idenya masing-masing sehingga diskusi menjadi hidup. Masing-masing siswa saling mengevaluasi ide yang disampaikan oleh temannya jika hasil akhirnya sama, mereka yakin bahwa jawabannya benar dan itulah hasil kesepakatan diskusinya. Ketika diskusi tidaklah jarang siswa yang bertanya dengan temannya “Lha kui intuke saka ngendi?” (Lha itu dapatnya dari mana) sehingga dalam diskusi kelompok ini mereka benar-benar bertukar pikiran. Sama halnya dengan pertemuan kedua, commit to user ketika berdiskusi masing-masing siswa mengutarakan idenya yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 sudah diulis dalam catatan kecil Jika tidak sama idenya, maka mereka bersama-sama mengeceknya dan didapatlah kesepakatan dalam kelompoknya. c) Write Setelah waktu untuk berdiskusi habis, guru meminta agar masing-masing siswa menuliskan hasil diskusinya pada LKS yang sudah dibagikan dengan kalimat sendiri. Pada tahap ini siswa antusias menuliskan hasil
diskusinya., semua siswa
menuliskan hasil
diskusinya dengan kalimatnya sendiri. Mereka sudah mulai terbiasa menyampaikan idenya, walaupun dalam penulisannya masih ada beberapa siswa yang tidak menggunakan simbol matematika dengan tepat. Setelah tahap write selesai, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, guru tidak lagi menunjuk siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Tanpa ditunjuk, beberapa siswa sudah mengacungkan tangannya sehingga guru member kesempatan dengan mambagi bagian-bagian tertentu untuk bergantian presentasi. Setelah diskusi kelas selesai guru memberikan klarifikasi dan bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. Dalam menarik kesimpulan, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Siswa pun antusias dalam menjawab. 3) Kuis Individu Setelah guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang pembelajaran pada hari itu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan kuis individu kepada siswa. Siswa diminta duduk kembali di tempatnya masing-masing dan diminta mengerjakan kuis secara individu. Semua siswa pun mengerjakan dengan antusias. Dengan kuis, guru dapat melihat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru. Dengan commit to user kuis individu jugalah guru melihat kesalahan siswa dalam menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 simbol, miskonsepsi siswa sehingga pada pertemuan selanjutnya guru dapat meluruskan pemahaman siswa. Hasil dari kuis individu pada pertemuan pertama, terlihat bahwa masih ada siswa yang belum bisa menggunakan simbol dan notasi matematika dengan tepat, mereka masih menggunakan kalimat biasa. Pada pertemuan kedua, terlihat beberapa siswa kesulitan dalam menuliskan strategi yang akan digunakan sehingga guru memberikan penjelasan sedikit mengenai apa yang harus mereka tulis. Setelah guru selesai mengoreksi kuis individu dan juga LKS, guru membagikan LKS dan kuis tersebut kepada siswa disertai dengan komentar-komentar tertentu. Pada pertemuan kedua ketika siswa menerima hasil kuis individu I dan LKS pada pertemuan pertama mereka menyadari kekurangan mereka dan beberapa siswa bertanya terkait dengan komentar yang tidak mereka pahami. 4) Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kemampuan komunikasi matematis menurut Olivares meliputi kemampuan gramatikal, sosiolinguistik, strategis dan diskusi. Untuk kemampuan gramatikal, sosiolinguistik dan strategis dianalisis dari hasil tes akhir siklus II siswa. Semua pekerjaan siswa dikoreksi dan dilihat ketercapaian
dari
masing-masing
aspek
kemampuan
komunikasi
matematis siswa kemudian dikelompokkan dan disimpulkan levelnya untuk masing-msing aspek. Selanjutnya, dihitung prosentase dari setiap level yang dapat dicapai siswa untuk masing-masing aspeknya. Untuk kemampuan diskusi siswa dilihat dari hasil observasi kemampuan diskusi siswa pada pertemuan pertama, pertemuan kedua pada siklus II dan hasil observasi diskusi setelah tes akhir siklus II. Dari ketiga data tersebut kemudian dibandingkan kemampuan diskusi siswa untuk setiap indikatornya yang meliputi kemampuan merespon, kemampuan memberi gagasan dan kemampuan bertanya yang diperoleh dari ketiga pertemuan tersebut. Kemudian disimpulkan level kemampuan commit to user untuk setiap level yang dapat diskusi siswa dan dihitung prosentase
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 dicapai siswa. Adapun analisis kemampuan diskusi dengan menggunakan triangulasi waktu secara lengkap seperti yang tertera pada Lampiran 60. Selanjutnya ringkasan kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus II seperti pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Ringkasan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Siklus II Aspek Kemampuan Level Keterangan Prosentase Komunikasi Matematis Siswa bisa mendefinisikan 2 himpunan yang saling lepas dengan lengkap tetapi dalam menggunakan simbol banyak kekurangan, 2 25% bahkan dalam pemecahan masalah siswa tidak dapat menggunakan simbol dengan tepat. Antara Siswa dapat mendefinisikan 2 himpunan Gramatikal yang saling lepas dengan lengkap dan tepat, 2 dan 3 37,5% tetapi dalam menggunakan simbol (2-3) matematika masih ada sedikit kekurangan. 3
1
Sosiolinguistik
2
Siswa sudah dapat menggunakan simbol matematika dengan tepat dan juga dapat mendefinisikan 2 himpunan yang saling lepas dengan lengkap. Siswa dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tetapi kurang lengkap. Ketika mengubah permasalahan sehari-hari dalam kalimat matematika sudah tepat. Siswa dapat membaca notasi matematika tetapi masih banyak simbol yang tidak dimengerti dan siswa tidak memberikan penjabaran strategi yang digunakan dan tidak member kesimpulan pada akhir jawaban. Siswa sudah dapat membaca notasi matematika tetapi kurang tepat, dalam menyatakan permasalahan sehari-hari dalam bahasa matematika masih ada sedikit kekurangan. Siswa memberikan kesimpulan pada akhir jawaban tetapi proses pengerjaannya kurang tepat dan dalam menyatakan simbol matematika ke dalam commit to user kalimat sehari-hari masih kurang sempurna.
37,5%
4,17%
16,67%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
Antara 2 dan 3 (2-3)
3
Antara 0 dan 1 (0-1)
Antara 1 dan 2 (1-2) Strategis Antara 2 dan 3 (2-3) 3
Diskusi
Antara 0 dan 1
Siswa dapat mengubah permasalahan seharihari dalam simbol matematika dan dapat menyatakan simbol matematika dalam kalimat sehari-hari tanpa mengubah maknanya. Siswa dapat membaca notasi matematika dengan tepat dan memberikan kesimpulan pada akhir jawaban disertai pengerjaan tetapi tidak tepat. Siswa dapat menyatakan simbol notasi matematika dalam kalimat sehari-hari dengan tepat dan mereka juga dapat membaca notasi matematika dengan benar. Siswa dapat menyatakan permasalahan sehari-hari dengan tepat dan memberikan kesimpulan disertai pengerjaan yang benar. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan tetapi kurang lengkap, siswa dapat mendeskripsikan strategi yang akan digunakan tapi banyak kekurangan, siswa tidak dapat mengevaluasi ide. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, siswa juga dapat mendeskripsikan strategi yang akan mereka gunakan tetapi kurang lengkap. Ketika mengevaluasi ide, siswa memberikan alasan tetapi tidak pas pengerjaannya. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, dalam mendeskripsikan langkah yang akan digunakan lengkap tetapi ketika mengevaluasi ide, alasan yang diberikan kurang sempurna. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, dalam mendeskripsikan langkah yang akan digunakan lengkap,ketika mengevaluasi ide, alasan yang diberikan sempurna. Siswa dapat memberikan respon dengan tepat dan lengkap, dalam berpendapat logis tetapi kurang lengkap dan siswa tidak pernah memberikan pertanyaan. commit to user
37,5%
41,67%
4,17%
45,83%
16,67%
33,33%
8,33%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 Siswa memberikan respon dengan benar tetapi kurang lengkap, dalam berpendapat logis tetapi kurang lengkap dan siswa tidak pernah memberikan pertanyaan. Siswa dapat memberikan respon atas permasalahan yang diberikan dengan lengkap tetapi siswa tidak memberikan pendapat dan tidak bertanya. Siswa dapat memberikan respon tetapi banyak kekurangan, dalam berpendapat 1 tidak sesuai dengan permasalahan yang ada, ketika memberikan pertanyaan tidak sesuai dengan materi. Siswa dapat memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan tetapi kurang lengkap, dalam berpendapat logis tetapi 2 kurang lengkap, siswa memberikan pertanyaan sesuai materi tetapi kurang berbobot. Siswa dapat memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan dengan lengkap, tetapi dalam memeberikan pendapat masih kurang sempurna. Siswa dapat membuat pertanyaan yang berbobot. Siswa dapat memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan dengan lengkap, dalam berpendapat logis dan lengkap, ketika Antara memberi pertanyaan sesuai dengan materi 2 dan 3 tetapi kurang berbobot. Siswa dapat memberikan respon atas (2-3) pertanyaan yang diberikan dengan lengkap, dalam berpendapat logis tetapi kurang lengkap, siswa memberikan pertanyaan sesuai materi tetapi kurang berbobot. Siswa dapat memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan tetapi kurang lengkap, dalam berpendapat logis tetapi kurang lengkap, siswa memberikan pertanyaan sesuai materi dan berbobot. Siswa dapat memberikan respon atas permasalahan yang diberikan guru dengan 3 lengkap, siswa dapat memberikan pendapat dengan lengkap dan siswa dapat membuat pertanyaan yang berbobot. (0-1)
commit to user
8,33%
12,5%
4,17%
4,17%
4,17%
8,33%
4,17%
8,33%
37,5%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa 37,5% siswa sudah mencapai level
3
pada
aspek
kemampuan
gramatikal,
untuk
kemampuan
sosiolinguistik 41,67% siswa mencapai level 3, pada kemampuan strategis 33.33% siswa mencapai level 3 dan untuk kemampuan diskusi 37,5% siswa mencapai level 3. d. Refleksi Berdasarkan hasil kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII G pada siklus II, terlihat bahwa 37,5% siswa sudah mencapai level 3 pada aspek kemampuan gramatikal, untuk kemampuan sosiolinguistik 41,67% siswa mencapai level 3, pada kemampuan strategis 33,33% siswa mencapai level 3 dan untuk kemampuan diskusi 37,5% siswa mencapai level 3. Dalam hal ini kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus II sudah mencapai target yang telah ditentukan yaitu setidaknya 30% siswa mencapai level 3 untuk masing-masing aspek kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan tindakan untuk siklus berikutnya. C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I selesai, dilakukan tes akhir siklus I untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa pada siklus I baru 8,33% siswa mencapai level 3 pada aspek kemampuan gramatikal yang mana pada level ini siswa sudah dapat mendefinisikan istilah matematika matematika dan menggunakan simbol/notasi matematika
dengan
tepat
dan
lengkap.
Sedangkan
untuk
kemampuan
sosiolinguistik pada siklus I baru 4,17% siswa mencapai level 3 yang mana pada level ini siswa sudah dapat menyatakan simbol matematika dalam kehidupan sehari-hari,
dapat
menyatakan
permasalahan
sehari-hari
dalam
kalimat
matematika, dapat menarik kesimpulan dan dapat membaca notasi matematika dengan tepat. Untuk kemampuan strategis, pada siklus I maksimal siswa baru dapat mencapai level 2-3 yang mana siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diberikan dengan tepat, dalam mendeskripsikan langkah yangcommit akanto user digunakan lengkap tetapi ketika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 mengevaluasi ide, alasan yang diberikan kurang sempurna dan untuk kemampuan diskusi paling tinggi siswa dapat mencapai level 3 yaitu sebanyak 12,5% siswa yang mana pada level ini siswa dapat merespon pertanyaan guru dengan lengkap, memberikan pendapat dengan tepat dan lengkap serta dapat membuat pertanyaan yang berbobot. Jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, pada waktu tes awal (pra siklus) belum ada siswa kelas VII G yang mencapai level 3 baik untuk kemampuan gramatikal, sosiolinguistik, strategis maupun diskusi, paling tinggi hanya mencapai level 2-3 seperti yang terlihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Hasil Pra Siklus dan Siklus 1 Kemampuan Pra Siklus Siklus I Komunikasi Level Jumlah Jumlah Matematis Prosentase Prosentase Siswa Siswa Siswa 0 6 25% 1 4,17% 0-1 7 29,17% 6 25% 1 2 8,33% 1 4,17% Gramatikal 1-2 9 37,5% 3 12,5% 2 3 12,5% 2-3 8 33,33% 3 2 8,33% 0 5 20,83% 4 16,67% 0-1 6 25% 5 20,83% 1 3 12,5% 3 12,5% Sosiolinguistik 1-2 5 20,83% 6 25% 2 3 12,5% 2-3 5 20,83% 2 8,33% 3 1 4,17% 0 0-1 2 8,33% 6 25% Strategis 1-2 15 6,25% 10 41,67% 2 6 25% 2-3 1 4,17% 8 33,33% 0 2 8,33% 0-1 17 70,83% 19 79,17% Diskusi 1-2 2 8,33% 2-3 3 12,5% 2 8,33% 3 3 12,5% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan untuk setiap aspeknya. Untuk kemampuan komunikasi matematis pada aspek gramatikal dan sosiolinguistik yang sudah dicapai pada siklus 1 adalah level 3 yaitu sebanyak 8,33% untuk aspek gramatikal dan 4,17% untuk aspek sosiolinguistik, dibandingkan dengan kondisi awal pada tes awal terjadi peningkatan 8,33% pada level skor 3 untuk kemampuan gramatikal. Hal ini karena pada kondisi awal belum ada siswa yang bisa mencapai level 3. Begitu pula dengan kemampuan sosiolinguistik siswa, pada siklus 1 terdapat 4.17% siswa mencapai level 3, dibandingkan dengan kondisi awal pada kemampuan sosiolinguistik awal terjadi peningkatan 4,17% pada level 3. Pada kemampuan strategis mengalami peningkatan 29,17% pada level 2-3 dan untuk kemampuan diskusi meningkat 12,5% pada level 3. Berdasarkan hasil kemampuan komunikasi matematis pada siklus I diperoleh peningkatan kemampuan komunikasi matematis dari hasil tes dan observasi awal sebelum penerapan TTW yang berbeda untuk setiap siswanya, hal ini karena setiap siswa mempunyai kemampuan komunikasi yang berbeda-beda pada hasil tes awal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa setiap siswa mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang berbeda-beda, selain itu siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang sama pada kondisi awal (pra siklus) setelah melalui siklus 1 menghasilkan level kemampuan komunikasi matematis yang berbeda. Ada siswa yang tetap pada level skor kemampuan komunikasi matematis pada kondisi awal, tetapi sebagian besar siswa meningkat pada kategori yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran TTW dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Tabel 4.6. Perubahan Level Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Hasil Pra Siklus ke Siklus I Aspek Pra Siklus I Perubahan Level dari kemampuan Siklus Banyak Level (Banyak Komunikasi (Banyak Pra Siklus → Siklus I Siswa Siswa) Matematis Siswa) 0 6 1 1 0→0
0-1
1 1-2
7
2 9
Gramatikal 2
2-3
3
0
-
-
-
5
Sosiolinguistik 0-1
1
6
3
0 → (0-1)
4
(0-1) → (0-1)
1
1 → (0-1)
1
(0-1) → 1
1
(0-1) → (1-2)
1
(1-2) → (1-2)
2
1→2
1
(1-2) → 2
2
0 → (2-3)
2
(0-1) → (2-3)
2
(1-2) → (2-3)
4
(0-1) → 3
1
(1-2) → 3
1
0→0
2
1→0
1
(0-1) → 0
1
0 → (0-1)
1
1 → (0-1)
1
(0-1) → (0-1)
2
(1-2) → (0-1)
1
0→1
1
commit to (0-1) user → 1
1
6
1 3
3
8
2
4
5
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
1-2
2
5
-
(2-3) → 1
1
0 → (1-2)
1
1 → (1-2)
1
(0-1) → (1-2)
1
(1-2) → (1-2)
2
(2-3) → (1-2)
1
(0-1) → 2
1 1 1
3
1 1
2
(2-3) → 3
1
1
(0-1) → (0-1)
1 5
6
7 3
10
(1-2) → 2
6
(2-3) → 2 (1-2) → (2-3) 2-3
5
3
-
0-1
2
(2-3) → (2-3)
(1-2) → (0-1) (1-2) → (1-2)
Strategis
1-2
15
2
6
2 → (1-2) (0-1) → (2-3) (1-2) → (2-3)
2-3
1
2 → (2-3)
1 3 3 1
-
8
(2-3) → (2-3) 0
2
0 → (0-1) (0-1) → (0-1)
0-1
17
Diskusi
(1-2) → (0-1)
2 14 2 1
-
19
2
2
(2-3) → (0-1) 1-2 2-3
2 3
commit to user→ (2-3) (0-1)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 (2-3) → 3 3
-
2 2
(0-1) → 3
4
Untuk hasil analisa siklus II diketahui bahwa banyaknya siswa yang mencapai level 3 pada aspek kemampuan gramatikal, sosiolinguistik, strategis dan diskusi meningkat dibandingkan dengan hasil kemampuan komunikasi pada siklus I dan sebelum pelaksanaan tindakan, seperti yang terlihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Hasil Siklus I dan Siklus II Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Gramatikal
Sosiolinguistik
Strategis
Diskusi
Siklus I Level 0 0-1 1 1-2 2 2-3 3 0 0-1 1 1-2 2 2-3 3 0 0-1 1-2 2 2-3 3 0 0-1 1 1-2 2 2-3 3
Jumlah Siswa
Prosentase
1 4,17% 6 25% 1 4,17% 3 12,5% 3 12,5% 8 33,33% 2 8,33% 4 16,67% 5 20,83% 3 12,5% 6 25% 3 12,5% 2 8,33% 1 4,17% 6 25% 10 41,67% 8 33,33% 19 79,17% 2 8,33% 3 12,5% commit to user
Siklus II Jumlah Siswa
Prosentase
6 9 9 1 4 9 10 1 11 4 8 7 1 1 6 9
25% 37,5% 37,5% 4,17% 16,67% 37,5% 41,67% 4,17% 45,83% 16,67% 33,33% 29,17% 12,5% 4,17% 33,33% 37,5%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa ntuk kemampuan gramatikal yang sudah dicapai pada silkus II adalah level 3 sebesar 37,5% dibandingkan dengan hasil siklus I terjadi peningkatan 29,17%. Untuk kemampuan sosiolinguistik yang sudah dicapai pada siklus II adalah level 3 sebesar 41,67% dibandingkan hasil siklus I, terjadi peningkatan sebesar 37,5%. Untuk kemampuan strategis, pada siklus II siswa sudah mencapai level 3 yaitu sebanyak 33,33% siswa. Jika dibandingkan dengan hasil siklus I maka mengalami peningkatan sebesar 33,33% pada level 3. Sedangkan untuk kemampuan diskusi pada siklus II sebanyak 37,5% siswa mencapai level 3. Jika dibandingkan dengan hasil siklus I meningkat sebesar 25%. Jika dibandingkan dengan kondisi awal untuk kemampuan gramatikal terjadi peningkatan sebesar 37,5% pada level 3. Hal ini karena pada kondisi awal belum ada siswa yang bisa mencapai level 3. Untuk kemampuan sosiolinguistik terjadi peningkatan sebesar 41,67% pada level 3. Untuk kemampuan strategis, mengalami peningkatan sebesar 33,33% pada level 3 sedangkan untuk kemampuan diskusi jika dibandingkan dengan kondisi awal meningkat sebesar 37,5% pada level 3 seperti yang terlihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Gramatikal
Sosiolinguistik
Pra Siklus Level
Jumlah Siswa
0 0-1 1 1-2 2 2-3 3 0 0-1 1 1-2 2 2-3
6 7 2 9 5 6 3 5 5
Prosentase
Siklus I Jumlah Siswa
25% 1 29,17% 6 8,33% 1 37,5% 3 3 8 2 20,83% 4 25% 5 12,5% 3 20,83% 6 commit - to user 3 20,83% 2
Siklus II
Prosentase
Jumlah Siswa
Prosentase
4,17% 25% 4,17% 12,5% 12,5% 33,33% 8,33% 16,67% 20,83% 12,5% 25% 12,5% 8,33%
6 9 9 1 4 9
25% 37,5% 37,5% 4,17% 16,67% 37,5%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 3 0 0-1 1-2 2 2-3 3 0 0-1 1 1-2 2 2-3 3
Strategis
Diskusi
2 15 6 1 2 17 2 3 -
8,33% 6,25% 25% 4,17% 8,33% 70,83% 8,33% 12,5% -
1 6 10 8 19 2 3
4,17% 25% 41,67% 33,33% 79,17% 8,33% 12,5%
10 1 11 4 8 7 1 1 6 9
41,67% 4,17% 45,83% 16,67% 33,33% 29,17% 4,17% 4,17% 25% 37,5%
Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus II diperoleh peningkatan level kemampuan komunikasi matematis yang berbeda untuk setiap siswanya. Hal ini karena setiap siswa mempunyai level kemampuan komunikasi yang berbeda-beda pada hasil tes siklus I. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Perubahan Level Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Hasil Siklus I ke Siklus II Aspek kemampuan Komunikasi Matematis
Perubahan Level dari
Level
Siklus I (Banyak Siswa)
0 0-1 1 1-2
1 6 1 3
-
Gramatikal 2
2-3
3
8
Siklus I → Siklus II
Banyak Siswa
Siklus II (Banyak Siswa) -
(0-1) → 2
3
(1-2) → 2
2
6
2→2
1
0 → (2-3) commit to user
1
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
3
1
(0-1) → (2-3)
2
(1-2) → (2-3)
1
(2-3) → (2-3)
2
3 → (2-3)
2
2→3
2
(0-1) → 3
1
(2-3) → 3
6
-
1
1 -
(0-1) → 2
1
(1-2) → 2
2
4
2→2
1
0 → (2-3)
4
(0-1) → (2-3)
3
1 → (2-3)
1
(1-2) → (2-3)
1
1→3
2
(1-2) → 3
3
2→3
2
(2-3) → 3
2
3→3
1
(0-1) → (0-1)
1
(0-1) → (1-2)
3
(1-2) commit to user→ (1-2)
5
0 0-1 1
4 5 3
(0-1) → 1
1-2
6
-
2
Sosiolinguistik
2
1 → (2-3)
2-3
3
0-1
3
2
1
6
Strategis 1-2
10
9
9
10
1 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
2-3
3
Diskusi
8
-
(2-3) → (1-2)
3
(0-1) → (2-3)
1
(1-2) → (2-3)
3
(0-1) → 3
1
(1-2) → 3
2
(2-3) → 3
5
4
8
0-1
19
(0-1) → (0-1)
7
7
1
-
(0-1) → 1
1
1
2
-
(0-1) → 2
1
1
(0-1) → (2-3)
5
3 → (2-3)
1
2-3
2
6
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa setiap siswa mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang berbeda-beda. Selain itu siswa yang memiliki level kemampuan komunikasi matematis sama pada kondisi siklus I, setelah siklus II menghasilkan level yang berbeda. Namun masih ada beberapa siswa yang turun levelnya. Hal ini dikarenakan tingkat kesukaran materi yang berbeda dan semakin sulit dari siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil pada siklus II, sudah tidak ada lagi siswa yang berada pada level 0 untuk masingmasing aspek kemampuan komunikasi matematis. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi TTW dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa meskipun peningkatan levelnya tidak sama untuk setiap siswa. Level kemampuan komunikasi matematis yang dapat dicapai siswa pada siklus II adalah level 3 untuk setiap aspeknya. Berikut adalah grafik yang menunjukkan perkembangan keberhasilan tindakan dilihat dari ketercapaian siswa untuk mencapai level 3 pada setiap level kemampuan komunikasi matematis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Prosentase Kemampuan Komunikasi Matematis 45% 40% 35%
Presentase Kemampuan Gramatikal
30%
Presentase Kemampuan Sosiolinguistik
25% 20%
Presentase Kemampuan Strategis
15%
Presentase Kemampuan Diskusi
10% 5% 0% Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.10. Peningkatan Prosentase Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII G SMP N 3 Purworejo Pada Level 3 D. Pembahasan Pada kegiatan pra siklus, kemampuan komunikasi matematis siswa menurut indikator dari Olivares sebelum diterapkan strategi TTW pada materi himpunan cukup rendah. Dapat dilihat bahwa kemampuan gramatikal siswa maksimal baru mencapai level 1-2 yaitu sebanyak 37,5% siswa dari seluruh siswa di kelas VII G, sedangkan 64,5% lainnya sisswa berada dalam level 0, 0-1 dan 1. Sedangkan jika dilihat dari kemampuan sosiolinguistik, maksimal siswa baru dapat mencepai level 2-3 yaitu sebanyak 20,83% siswa dan 79,17% siswa lainnya berada pada level 0, 0-1, 1 dan 1-2. Untuk kemampuan strategis, maksimal siswa baru dapat mencapai level 2-3 yaitu sebanyak 4,17% siswa sedangkan yang lainnya hanya mencapai level 0-1, 1-2 dan 2. Untuk kemampuan diskusi, paling tinggi siswa dapat mencapai level 2-3 yaitu sebanyak 12,5% sedangkan siswa yang lainnya berada pada level 0, 0-1 dan 1-2. Berdasarkan hasil observasi kegiatan pra siklus, maka dilaksanakan tindakan I dengan penerapan strategi TTW. Berdasarkan tes akhir siklus I dan commit to user observasi kemampuan diskusi siswa selama proses pembelajaran dan diskusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 setelah tes akhir siklus, masing-masing aspek kemampuan komunikasi matematis mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil kemampuan komunikasi matematis siswa pada kondisi awal yang didasarkan pada hasil tes awal dan observasi awal. Untuk aspek gramatikal paling tinggi yang bisa dicapai siswasiswa kelas VII G pada siklus I adalah level 3 yang baru mencapai 8,33% sedangkan siswa yang lain berada pada level 0, 0-1, 1, 1-2, 2 dan 2-3. Sedangkan untuk aspek kemampuan sosiolinguistik, paling tinggi yang bisa dicapai siswa adalah level 3 yaitu 4,17% dan siswa yang lain berada pada level 0, 0-1, 1, 1-2, 2 dan 2-3. Untuk aspek kemampuan strategis, paling tinggi yang dapat dicapai siswa adalah level 2-3 yaitu sebanyak 33,33% sedangkan siswa yang lain berada pada level 0-1, 1-2 dan 2-3. Sedangkan untuk aspek kemampuan diskusi maksimal siswa dapat mencapai level 3 yaitu sebanyak 12,5%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus I dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan mengalami peningkatan yaitu pada aspek gramatikal mengalami peningkatan pada level 3 sebesar 8,33% karena pada hasil kemampuan gramatikal pada tes awal siswa baru mencapai level 1-2. Begitu pula untuk aspek sosiolinguistik, pada aspek ini mengalami peningkatan pada level 3 yaitu sebesar 4,17% karena pada hasil pra siklus siswa baru mencapai level 2-3. Untuk aspek kemampuan strategis, mengalami peningkatan pada level 2-3 sebesar 29,16% karena pada hasil pra siklus sebanyak 4,17% siswa sudah mencapai level 2-3. Sedangkan untuk kemampuan diskusi mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Akan tetapi, peningkatan tersebut belum menunjukkan prosentase keberhasilan dari indikator yang ditetapkan yakni setidaknya 30% siswa sudah mencapai level 3 untuk masing-masing aspek kemampuan komunikasi matematis (gramatikal, sosiolinguistik, strategis dan diskusi) sehingga perlu dilakukan tindakan lanjutan yakni siklus II dengan melihat refleksi dari beberapa hambatan dari siklus I dan menindaklanjuti hasil refleksi dengan perbaikan dari tindakan siklus I. Setelah adanya tindakan siklus II dengan menerapkan strategi TTW maka kemampuan komunikasi matematis siswa berdasarkan hasil tes dan observasi pada to user dengan kemampuan komunikasi siklus II mengalami peningkatancommit dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 matematis siswa pada kondisi awal dan juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus I. Untuk kemampuan gramatikal yang sudah dicapai pada silkus II adalah level 3 sebesar 37,5% dibandingkan dengan kondisi awal terjadi peningkatan sebesar 37,5% pada level 3. Hal ini karena pada kondisi awal belum ada siswa yang bisa mencapai level 3, sedangkan dibandingkan dengan hasil siklus I terjadi peningkatan 29,17%. Untuk kemampuan sosiolinguistik yang sudah dicapai pada siklus II adalah level 3 sebesar 41,67% dibandingkan dengan kondisi awal terjadi peningkatan sebesar 41,67% pada level 3 sedangkan jika dibandingkan dengan hasil siklus I, terjadi peningkatan sebesar 37,5%. Untuk kemampuan strategis, pada siklus II siswa sudah mencapai level 3 yaitu sebanyak 33,33% siswa. Jika dibandingkan dengan kondisi awal dan hasil siklus I maka mengalami peningkatan sebesar 33,33% pada level 3. Sedangkan untuk kemampuan diskusi pada siklus II sebanyak 37,5% siswa mencapai level 3. Jika dibandingkan dengan kondisi awal meningkat sebesar 37,5% sedangkan jika dibandingkan dengan hasil siklus I meningkat sebesar 25%. Adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dari siklus I dan II dikarenakan adanya perbaikan langkah pembelajaran. Pada siklus I, guru menyediakan karton yang merupakan tiruan LKS yang diperbesar untuk membantu siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Hal ini menjadikan siswa kurang bebas dalam mengungkapkan idenya secara lisan kepada kelompok lain sehingga kemampuan strategis siswa masih rendah. Oleh karena itu pada siklus II guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada teman-teman sekelasnya. Selain itu, pada siklus I guru tidak membagikan LKS dan kuis individu yang telah dikoreksi serta tidak membahas kekurangan siswa baik dalam penulisan maupun pemahaman konsep, sehingga kemampuan siswa dalam menggunakan simbol dan istilah matematika masih rendah. Oleh karena itu pada siklus II setelah siswa mengumpulkan hasil kuis individunya, guru melihat secara sekilas dan mengoreksi kekurangan yang ada dan disampaikan di depan kelas. Pada pertemuan berikutnya, setelah guru selesai mengoreksi LKS commit to user dan kuis individu, guru membagikan LKS dan kuis individu siswa yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 diberi komentar-komentar tertentu. Hal ini mendukung untuk tercapainya peningkatan kemampuan gramatikal siswa, dengan langkah ini siswa akan mengetahui kekurangan mereka dalam segi penulisan dan penggunaan simbol. Selain itu, dengan adanya kegiatan presentasi hasil diskusi mengerjakan LKS yang diwakilkan oleh anggota kelompok bisa lebih membantu siswa dalam menyampaikan idenya secara lisan. Pada siklus I guru tidak memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif berpendapat ataupun bertanya, sehingga kemampuan diskusi siswa khususnya kemampuan dalam memberikan pendapat dan bertanya masih kurang. Oleh karena itu pada siklus II dilakukan perbaikan bahwa guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif bertanya, memberikan respon ataupun berpendapat. Selain itu, pada akhir pembelajaran diusahan guru member tugas siswa agar membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang dan menyiapkan pertanyaan untuk ditanyakan di pertemuan berikutnya. Berdasarkan perbaikan tersebut maka prosentase kemampuan komunikasi matematis siswa pada siklus II untuk kemampuan gramatikal sudah mencapai level 3 yaitu sebanyak 37,5% siswa, untuk kemampuan sosiolinguistik siswa yang sudah mencapai level 3 sebanyak 41,67% sedangkan pada aspek kemampuan strategis sebanyak 33,33% siswa sudah mencapai level 3 dan untuk kemampuan diskusi sebanyak 37,5% siswa berada pada level 3 maka sudah mencapai indikator yang diharapkan peneliti yaitu setidaknya 30% siswa telah mencapai level 3 untuk masing-masing
aspek
kemampuan
komunikasi
sehingga
tindakan
tidak
dilanjutkan. Dengan melihat hasil dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dari setiap siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi TTW dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dari dua siklus yang dilakukan oleh peneliti diperoleh proses pembelajaran dengan penerapan strategi TTW yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis menurut Olivares dengan perbaikan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah dengan menghasilkan langkah sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 1. Kegiatan Awal a. Guru mengkondisikan siswa siap belajar dan memberikan motivasi kepada siswa agar aktif dalam proses pembelajaran. b. Guru mengingatkan kembali kepada siswa berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari pada pembelajaran sebelumnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa sehingga terjadi tanya jawab. 2. Kegiatan Inti a. Think 1) Guru menyampaikan materi sebagai bekal siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada LKS. Dalam menjelaskan materi, guru memberikan pemanfaatan dunia nyata yang berhubungan dengan materi. 2) Guru membagikan LKS dan catatan kecil kepada masing-masing siswa. LKS berisi permasalahan yang harus diselesaikan siswa beserta arahan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. LKS dirancang agar siswa dapat
meningkatkan
kemampuan
strategis,
gramatikal
dan
sosiolinguistiknya. 3) Guru meminta semua siswa untuk membaca permasalahan yang ada di LKS dan memikirkan solusinya kemudian menuliskan ide pemecahan masalah tersebut dalam catatan kecil yang telah dibagi. b. Talk 1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk setiap kelompoknya terdiri dari 4 orang yang dibagi secara heterogen. (Pembagian kelompok dilakukan sebelum pembelajaran dimulai) 2) Guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas ide yang sudah ditulis pada catatan kecil. Ketika berdiskusi masingmasing siswa menyampaikan idenya, sehingga siswa terlatih untuk mengevaluasi ide yang telah dituliskannya, berpendapat, bertanya dan menyampaikan idenya kepada orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 c. Write Guru meminta agar masing-masing siswa menuliskan solusi dari permasalahan yang ada di LKS dengan kalimat mereka sendiri berdasarkan hasil diskusinya. d. Guru meminta perwakilan siswa dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada saat presentasi dibentuk forum diskusi kelas, sehingga terjadi umpan balik dari siswa dalam kelompok lain. Pada saat ini guru dituntut untuk bisa memancing siswa agar bisa aktif untuk bertanya atau berpendapat (Talk). e. Guru mengklarifikasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan dan memastikan semua siswa memahaminya. f. Guru meminta semua siswa mengumpulkan LKS yang sudah mereka kerjakan. 3. Penutup a. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran yang didapat pada hari itu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. b. Guru memberikan kuis individu kepada siswa berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari pada hari itu dan meminta agar siswa mengerjakan secara individu. c. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis individu, lembar jawab siswa dikumpulkan dan guru membahas kuis individu tersebut di depan kelas dan memberikan
koreksi
tentang
kekurangan-kekurangan
siswa
dalam
penulisan simbol-simbol matematika. d. Guru menginformasikan kepada siswa materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang dan meminta siswa untuk membaca dan menyiapkan pertanyaan untuk dibahas dipertemuan yang akan datang. Demikian tadi langkah-langkah dalam pembelajaran dengan strategi TTW yang sudah mengalami perbaikan setelah diterapkan dalam siklus I dan siklus II yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. commit to user