1
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan deskripsi data hasil penelitian yang meliputi : (1) tindak tutur ilokusi komunikatif antartokoh dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul ; (2) fungsi tindak tutur ilokusi antartokoh dalam novel novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul. Uraian data hasil penelitian tersebut sebagai berikut: 4.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Komunikatif Antartokoh dalam Novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” Karya V.S Naipaul Dari hasil penelitian dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul telah ditemukan berbagai jenis tindak tutur ilokusi komunikatif. Masing-masing jenis tindak tutur ilokusi komunikatif yang terdapat dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul tersebut, terjadi pada tuturan antartokoh sebagai berikut: 4.1.1.1 Ilokusi Konstatif (Constatives) Tindak tutur jenis ilokusi konstatif (Constatives) dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul terdiri atas beberapa bentuk, yakni: asertif (Asertives), prediktif (Predictives), retrodiktif (Retrodiktives), informatif (Informatives), retraktif (Retractives), dissentif (Dissentives), responsif (Responsives), dan sugestif (Suggestives), sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibrahim (1993: 21). Masing-masing bentuk tindak tutur jenis ilokusi konstatif ini terdapat dalam tuturan antarttokoh sebagai berikut:
2
1) Asertif (Asertives) Data tindak tutur jenis ilokusi konstatif (Constatives) bentuk asertif (Asertives) adalah sebagai berikut : Data 01 (Tokoh Mohun dituduh mengambil uang milik Bhandat) Mohun
: “Aku yakin ia mencuri uangnya sendiri. Ia telah terlatih. Dicurinya uang setiap waktu. Dan aku selalu bisa mengatakan kapan ia mencuri. Saat koin diputar itulah.” (1)
Bipti
: “Mohun!” (2)
Mohun
: “Ia yang bejat, pemboros juga pembohong. Bukan aku.” (3)
Bipti
: “Mohun!” (4)
Mohun
: “Dan aku tahu semua tentang perempuan yang dikencaninya. Anak-anaknya juga tahu itu. Begitu bangganya anak-anaknya itu. Ia bertengkar dengan istrinya dan memukulinya. Aku tak akan kembali ke bar itu meskipun ia datang dan memintaku sambil mengiba-iba.” (5)
Tara
: “Aku tak yakin Bhandat akan melakukannya. Namun ia menyesal. Uang itu tidak hilang. Uang itu ada didasar saku celananya dan ia luput memperhatikannya.” (6) (Np.77)
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif asertif terdapat pada kutipan percakapan antartokoh di atas, yakni terdiri atas tindak tutur ilokusi konstatif asertif “menyampaikan” atau “mengatakan” yang tampak pada tuturan (1), bentuk asertif “mengklaim” yang tampak pada tuturan (3), dan jenis asertif “mengutarakan” yang tampak pada tuturan (5). Data 02 (Pertemuan Tuan Biswas dan Ramchand kakak iparnya) Ramchand :“Kuberi tahu, bekerja pada Tara tak punya masa depan. Sebagaimana kau ketahui, kini aku bekerja di tempat pembuatan minuman keras, dan tahukah kau berapa penghasilan yang kuperoleh? Ayo. Tebaklah.” (7) Tuan Biswas :“Sepuluh dolar.” (8)
3
Ramchand :“Dua belas. Dengan bonus setiap hari natal. Dan bir dengan harga borongan hingga tawar menawar. Tak terlalu buruk,’kan?” (9) (Np.81) Tindak tutur jenis ilokusi konstatif asertif tampak pada tuturan (7) dan (9), yakni jenis tindak tutur ilokusi konstatif asertif “menyampaikan” atau “mengatakan”. Data 03 (Tuan Biswas menghadap semua orang yang ada di ruangan keluarga itu) Tuan Biswas:
“Aku tidak mau memakan makanan bergizi buruk dari rumah ini.”(10)
Shama
“Baiklah, tidak ada seorang pun yang akan memohonmu untuk memakannya, tahu.” (11) (Np.155)
:
Pada kutipan percakapan dua tokoh di atas terdapat jenis tindak tutur ilokusi konstatif asertif “mengatakan” yang terlihat pada tuturan tokoh Tuan Biswas dan Shama, yang terdapat pada tuturan (10) dan (11). Data 04 (Keadaan Bhandat semakin melemah) Bhandat
: “Kamu anak saya, Mohun. Mari.” (12)
Tuan Biswas : “Bagaimana kabarmu paman?” (13) Bhandat
: “Mari, mari. Kamu boleh saja berpikir bahwa kamu sudah besar, tetapi bagi saya kamu masih anak saya. Mari masuk, biarkan saya menciummu.” (14) (Np. 483)
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif asertif terdapat pada kutipan percakapan antartokoh data di atas, yakni terdiri atas tindak tutur jenis ilokusi konstatif asertif “menyampaikan” atau “mengatakan” yang terdapat pada tuturan (12), dan bentuk asertif “mengutarakan” yang tampak pada tuturan (14).
4
2) Prediktif (Predictives) Data tindak tutur ilokusi konstatif (Constatives) bentuk prediktif (Prediktives) adalah sebagai berikut : Data 05 (Mohun cucu dari Bissoondaye lahir dengan kondisi yang aneh) Pandita
: “Pertama-tama, gambaran anak malang ini. Giginya akan baik-baik saja namun akan agak lebar, dan berjarak. Aku yakin engkau tahu artinya. Anak itu akan punya nafsu besar dan boros. Mungkin juga seorang pembohong. Sulit mengetahui besarnya jarak di antara gigi-giginya. Mungkin hanya berjarak satu gigi atau seluruhnya atau mungkin tiga gigi.”(15)
Bissoondaye : “Bagaimana dengan pandita?”(16) Pandita
jari-jarinya
yang
enam
itu,
: “Itu tanda yang mengejutkan, tentu saja. Satu-satunya saran yang bisa kuberikan adalah jauhkan anak itu dari pepohonan dan air. Terutama air.” (17) (Np.25)
Pada tuturan data (05), ditemukan tindak tutur jenis ilokusi konstatif prediktif yang tampak dalam tuturan tokoh Pandita, yakni bentuk prediktif “meramalkan” atau “memprediksikan”
yang terdapat pada tuturan (15) dan
(17). 3. Retrodiktif (Retrodiktives) Data tindak tutur jenis ilokusi konstatif (Constatives) bentuk retrodiktif (Retrodiktives) adalah sebagai berikut : Data 06 (Sekelompok anak kecil telah memecahkan botol-botol soda dan mengeruk kelereng kristal dari leher botol-botol itu di toko milik Tuan Biswas) Anak Lelaki
:
“Paman Mohun memukulku. Ma, Paman Mohun memukulku.” (18)
Sumati
:
“Tetapi ia tak akan menyentuhmu tanpa sebab. Kau pasti melakukan sesuatu.” (19)
5
Anak Lelaki
:
“Aku tidak melakukan hal yang macam-macam, Ma.”(20)
Anak Pr
:
“Ia tidak melakukan hal yang tidak-tidak, Ma.”(21)
Mohun
:
“Pembohong jahanam!. Tak melakukan yang tidaktidak? Dan siapa yang memecahkan semua botol air soda itu?”(22)
Padma
:
“Berapa botol pecah.”(23)
Mohun
:
“Dan ada delapan sen dalam tiap-tiap botolnya.”(24)
Sumati
:
“Ini akan mengajarimu untuk tidak mencampuri halhal yang bukan urusanmu. Ini akan mengajarimu untuk tidak memancing kemarahan orang yang tidak memberi apapun kepada anak-anak.” (25) (Np.173174)
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif retrodiktif (retrodictives) terdapat pada tuturan antartokoh data (06), yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi konstatif retrodiktif “melaporkan” yang tampak pada tuturan (18), (22), dan (23). Data 07 (Savi terlihat murung seperti sedang mendapat perlakuan yang buruk dari seseorang) Savi
: “Nenek memaksaku makan ikan. Aku tidak suka itu.” (24)
Tuan Biswas : “Ya jangan kau makan, kau dapat membuangannya. Jangan biarkan mereka memberimu makanan yang buruk.” (25) Savi
: “Tapi aku tidak dapat menolaknya. Nenek membuang duridurinya dan menyuapkan padaku dengan tangannya sendiri.” (26) (Np.208)
Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi
konstatif retrodiktif (retrodictives) “melaporkan” yang tampak pada
tuturan (24) dan (26).
6
Data 08 (Tuan Biswas memarkirkan mobilnya disembarang tempat) Myna
:
“Kamu mendengar sesuatu? Apa yang mereka katakan? Govind mengatakan mobil itu adalah sebuah kotak korek api.”(27)
Tuan Biswas :
“Kotak korek api, heh. Mobil Inggris, kamu tahu …” (28) (Np. 549)
Pada data tuturan di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi konstatif retrodiktif (retrodictives) yang tampak dalam tuturan tokoh Myna, yakni bentuk retrodiktif “melaporkan” yang terdapat pada tuturan (27). 4) Informatif (Informatives) Data tindak tutur ilokusi konstatif (Constatives) bentuk informatif (Informatives) adalah sebagai berikut : Data 09 (Bhandhat curiga terhadap salah seorang anak atau karyawan yang bekerja di bar miliknya) Bhandat
: “Lihatlah anak ini. Selalu tersenyum, bukan? Seolah-olah ia lebih pandai dari orang lain.”(29)
Tamu Bar
: “Ya. Ia orang yang benar-benar pandai. Lebih baik engkau mengawasinya Bhandat.” (30) (Np.36)
Tindak tutur ilokusi konstatif informatif (informatives) terdapat pada tuturan dua tokoh di atas, yakni berupa tindak tutur ilokusi konstatif informatif “menginformasikan” yang tampak pada tuturan (29), dan bentuk tindak informatif “menekankan” yang tampak pada tuturan (30). 5) Retraktif (Retractives) Data tindak tutur jenis ilokusi konstatif (Constatives) bentuk retraktif (Retractives) adalah sebagai berikut :
7
Data 10 (Mohun anak Raghu yang bertugas memelihara anak sapi milik Dhari belum juga kembali ke rumah hingga hari telah larut) Dhari :
“Kolam, kolam. Anaknya Raghu menenggelamkan anak sapi di kolam. Anak sapi yang bagus. Anak sapiku yang pertama. Satusatunya anak sapi milikku.”(31)
Raghu :
“Omong kosong!. Kalian pembohong. Anak itu takkan mendekati air. Pandita secara khusus melarangnya mendekati air.” (32) (Np.36)
Dalam tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan tersebut ditemukan tindak tutur ilokusi konstatif retraktif “menyangkal” atau “membantah”, tampak pada tuturan tokoh Raghu yang ditujukan kepada lawantuturnya Dhari pada tuturan (32). 6) Dissentif (Dissentives) Data tindak tutur ilokusi konstatif (Constatives) bentuk dissentif (Dissentives) adalah sebagai berikut : Data 11( Govind dan Tuan Biswas membicarakan masalah pekerjaan) Govind
:
“Sebaiknya kau sudahi mengecat papan reklame itu. Mereka mencari sopir yang baik untuk dipekerjakan di perkebunan.” (33)
Tuan Biswas :
“Menyudahi pekerjaan? Dan kebebasanku? Tidak, kawan. Mottoku: dayunglah perahumu sendiri.”(34)
Govind
“Baiklah, menurutku mengecat papan reklame tidak apa-apa. Tetapi itu bukan pekerjaan. Tidak akan membuatmu kaya raya.”(35)
:
Tuan Biswas : Govind
:
Tuan Biswas :
“Bagaimana denganmu? menggajimu?” (36)
Berapa
mereka
“Mereka menggajiku cukup banyak.”(37) “Itu katamu. Namun orang-orang itu mengisap darahmu, teman. Daripada bekerja untuk mereka, lebih baik aku menangkap kepiting atau menjual kelapa.” (38) (Np.121)
8
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif disentif (dissentives) terdapat pada data tuturan dua tokoh di atas, yakni berupa tindak tutur ilokusi jenis konstatif disentif “menolak” yang terdapat dalam tuturan (34) dan jenis konstatif “membedakan” pada tuturan (38). Data 12 (Anand sedang minum teh, dia merasa puas dengan nilainya tapi sudah muak dengan karangannya itu. Tuan biswas datang menghampirinya) Tuan Biswas : “Kemarilah dan kita baca bersama karangan itu. Kemarilah.” (39) Anand
: “Tidak!” (40) (Np. 388)
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif disentif (dissentives) terjadi pada tuturan di atas, yang ditujukan pada tuturan tokoh Anand yakni tindak tutur jenis ilokusi konstatif disentif “menolak” yang tampak pada tuturan (40). 7) Responsif (Responsives) Data tindak tutur ilokusi konstatif (Constatives) bentuk responsif (Responsives) adalah sebagai berikut : Data 13 (Shama menuruni tangga menuju ruang keluarga, air mata kemarahan ada diceruk matanya) Shama
: “Mau kemana dan apa yang akan kau lakukan sekarang?”(41)
Tuan Biswas
: “Apa yang kulakukan? Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya tidak mempercayai pemujaan berhala ini, itu saja.” (42) (Np.146)
Pada data tuturan di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi konstatif responsif (responsives) yang tampak dalam tuturan tokoh Tuan Biswas, yakni bentuk responsif “menjawab” atau “merespon” yang terdapat pada tuturan (42).
9
Data 14 (Beberapa kepiting berbadan biru merangkak dengan cara yang aneh di dekat tangki di halaman) Tuan Biswas : “Wow. Ada beberapa kepiting besar di dekat tangki. Dapat dari mana?”(43) Chinta
: “Govind membeli mereka untuk maid dan Owad.” (44) (Np.257)
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif responsif (responsives) terdapat pada tuturan di atas, yang ditujukan pada tuturan tokoh Chinta yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi konstatif responsif “menjawab” atau “merespon” yang terdapat pada tuturan (44). Data 15 (Anand dan Savi datang untuk dibantu mengerjakan PR Aritmatika mereka) Tuan Biswas : ”Savi, berapa delapan kali dua?” (45) Savi
: “Dua.”(46)
Tuan Biswas : “Kau memang anak ibumu. Anand?”(47) Anand
: “Satu.” (48) (Np.370)
Dalam tuturan tiga tokoh dalam kutipan percakapan di atas ditemukan tindak tutur jenis ilokusi konstatif responsif (responsives) “menjawab” atau “merespon” yang terdapat pada tuturan (46) dan (48). Data 16 (Anand tampak sedih ketika sampai di rumahnya) Anand
: “Aku gagal”(49)
Tuan Biswas
: “Apa yang terjadi?”(50)
Anand
: “Pada kertas ejaan. Sinonim dan homonym. Soal-soal itu sangat mudah aku pikir sehingga aku berpikir untuk mengerjakannya belakangan. Lalu aku lupa mengerjakannya.”(51)
Tuan Biswas
: “Maksudmu kamu tidak mengerjakan semua soal itu?”(52)
Anand
: “Aku baru mengingatnya di Savannah.” (53) (Np.512)
10
Dari kutipan percakapan tokoh Tuan Biswas dan Anand tersebut, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi konstatif responsif (responsives) “menjawab” atau “merespon” yang tampak dari tuturan (51) dan (53). 8) Sugestif (Suggestives) Data tindak tutur ilokusi konstatif (Constatives) bentuk sugestif (Sugestives) adalah sebagai berikut : Data 17 (Tuan Biswas bercerita masalah pekerjaan) Ramchand
:
“Mengapa kau tidak mencoba cari kerja di rumah sakit jiwa? Bayarannya bagus, seragamnya bebas, dan kantinnya sangat bagus. Semua yang ada di sana selalu lebih murah lima sampai enam sen. Tanya saja dehuti.”(54)
Dehuti
:
“Ya. Semua yang ada di sana jauh lebih murah.”(55)
Tuan Biswas
:
“Well, mengapa tidak?, yang penting ada yang dikerjakan.” (56) (Np.343)
Pada data tuturan di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi konstatif sugestif (sugestives) tampak dalam tuturan tokoh Ramchand, yakni jenis ilokusi konstatif sugestif “menyarankan” yang terdapat pada tuturan (54). 4.1.1.2 Ilokusi Direktif (Directives) Tindak tutur jenis ilokusi direktif (Directives) yang ditemukan dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul terdiri atas beberapa bentuk, yakni: requestives, questions, requirements, probibitives, permissives, dan advisories. Masing-masing bentuk tindak tutur ilokusi jenis direktif ini terdapat dalam tuturan antarttokoh sebagai berikut:
11
1) Requestives Data tindak tutur jenis ilokusi direktif (Directives) bentuk requestives adalah sebagai berikut : Data 18 (Tuan Biswas menerima kemarahan dari keluarga Nyonya Tulsi) Chinta
: “Jangan pergi , dik. Kakakmu memohonmu.”(57)
Tuan Biswas
: “Baiklah-baiklah. Hapuslah air matamu. Aku tidak akan pergi.” (58) (Np.127)
Tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk requestives terdapat pada kutipan percakapan antartokoh di atas, yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi direktif requestives “meminta” atau “memohon” yang terdapat pada tuturan (57). Data 19 (Chinta selalu tertekan dengan perlakuan Tuan Biswas) Chinta
Shama
: “Saudaraku Shama, aku minta padamu mengatakan pada suamimu bahwa agar berhenti menekan diriku. Kalau tidak, aku akan mengadu padanya- suaminya, Govind-dan kau tahu apa yang akan terjadi kalau sampai ada perselisihan kecil antara suamimu dan dia.” (59) : “Baiklah, (Np.259)
saudaraku.
Aku
akan
bilang
padanya.”(60)
Tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk requestives terdapat pada tuturan antartokoh data (19), yakni bentuk requestives “meminta” yang tampak pada tuturan (59). Data 20 (Tuan Biswas hendak menemui Editor di Sentinel untuk melamar pekerjaan) Resepsionis
: “Editor sedang sibuk. Anda sebaiknya menemui Tuan Woodword.”(60)
Tuan Biswas : “Katakan saja pada editor bahwa saya datang jauh-jauh dari desa untuk menemuinya.” (61) (Np. 350)
12
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas terdapat tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk requestives “meminta” yang tampak pada tuturan (60). 2) Questions Data tindak tutur ilokusi direktif (Directives) bentuk questions adalah sebagai berikut : Data 21 (Tuan Biswas melamar pekerjaan di surat kabar) Editor
:
“Dan kisah apa yang anda punya?”(62)
Tuan Biswas
:
“Saya tak punya kisah. Saya ingin pekerjaan.”(63)
Editor
:
“Ya, ya. Pernahkah anda kerja di surat kabar sebelumnya?”(64)
Tuan Biswas
:
“Satu dua kali.”(65)
Editor
:
“Maksud anda satu atau dua?”(66)
Tuan Biswas
:
“Saya banyak membaca.”(67)
Editor
:
“Anda membaca itu semua hanya untuk kesenangan, ya?”(68)
Tuan Biswas
:
“Tidak, hanya untuk menambah semangat.”(69)
Editor
:
“Berapa tahun umur anda?”(70)
Tuan Biswas
:
“Tiga puluh satu.” (71)
Editor
:
“Anda datang dari desa tiga puluh satu, anda belum pernah menulis, dan anda ingin menjadi reporter. Apa pekerjaan anda sebelumnya?”(72)
Tuan Biswas
:
“Penulis Reklame.”(73)
Editor
:
“Saya punya pekerjaan yang tepat untuk anda.” (74) (Np.351-352)
13
Dari kutipan percakapan antartokoh data (21), ditemukan tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk questions bertanya yang tampak pada tuturan (62), (64), (66), (68), (70), dan (72). Data 22 (Di suatu malam Hari duduk bersama Tuan Biswas (ayahnya) Tuan Biswas
: “Bagaimana perasaanmu mengenai paham Aryan?”(75)
Hari
: “Aryan?”(76)
Tuan Biswas : “Ya”.(77) Hari
: “Aku tidak tahu banyak mengenainya.” (78) (Np.131)
Tindak tutur ilokusi direktif (directives) bentuk questions terdapat pada kutipan percakapan di atas, yakni berupa tindak tutur ilokusi jenis direktif questions “bertanya” yang terdapat pada tuturan (75). 3) Requirements Data tindak tutur ilokusi direktif (Directives) bentuk requirements adalah sebagai berikut : Data 23 (Hari menjelang malam, Pratap dan Prasad pulang ke rumah setelah bekerja keras seharian) Bipti
:
“Kalian harus pergi mengambil kayu sebelum hari gelap”(76)
Prasad
:
“Kenapa ibu menyuruhku sekarang? Kenapa ibu menyuruhku tiap hari? Aku takkan pergi.” (77) (Np.35)
Dari kutipan percakapan tokoh Bipti dan Prasad tersebut, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk requirements “menyuruh” atau “memerintah” yang terlihat pada tuturan (76).
14
Data 24 (Mohun (anak Bipti) telah hilang bersama anak sapi milik Dhari) Bipti :
“Dan engkau juga, Dhari. Bukankah menyuruh Mohun menjaga anak sapi itu merupakan gagasanmu. Kuminta pertanggungjawabanmu.”(78)
Dhari
: “Hakim akan berkata lain. Anak sapi tetap anak sapi, dan bagi orang yang tidak sekaya engkau_” (79) (Np.36)
Tindak tutur ilokusi jenis direktif (directives) bentuk requirements tampak dalam kutipan percakapan antartokoh di atas, yakni berupa tindak tutur ilokusi direktif requirements “menuntut” yang terdapat pada tuturan (78), dan (79). Data 25 (Pratap melakukan ritual penghabisan, berjalan mengelilingi peti mati ayahnya (Raghu) Tara
: “Foto sekarang. Cepat. Foto semuanya. Untuk yang terakhir kalinya.”(80)
Juru Foto
: “Terlalu gelap.” (81) (Np.41)
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas terdapat tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk requirements “menyuruh” atau “memerintah” yang terdapat pada tuturan (80). Data 26 (Terjadi perselisihan antara Nyonya Tulsi dan Tuan Biswas) Tuan Biswas :
“Aku tidak minta tinggal di sini, kau tahu itu?. Akupun percaya dengan cara-cara lama. Kau menikahkan anak gadismu, kau menjanjikan ini dan itu. Sejauh ini aku tidak mendapatkan apa-apa. Jika tiba saatnya engkau memberi yang kau janjikan kepadaku, aku akan pergi.” (82)
Nyonya Tulsi :
“Jadi kau ingin kaum wanita belajar membaca dan menulis serta memilih sendiri teman hidupnya? Kau ingin mereka mengenakan rok mini.” (83)
Tuan Biswas :
“Aku tidak mengatakan apa pun mengenai rok mini. Aku berbicara apa yang engkau janjikan kepadaku.” (84) (Np.140)
15
Dari kutipan percakapan antartokoh tersebut, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk requirements “menuntut” yang tampak pada tuturan (82), (83), dan (84). Data 27 (Savi dan Anand mendatangi juga ke arah area dapur. Tuan Biswas membelalak, sedang Shama dikelilingi oleh para wanita dari Barak) Tuan Biswas : “Bawa anak-anakmu pergi. Pergi!” (85) Shama
: “Anand cepat kemasi bajumu.” (86)
Tuan Biswas : “Jangan! Anand tidak boleh pergi denganmu. Bawa anak perempuanmu dan pergi.” (87) Shama
: “Anand, pergi dan kemasi baju-bajumu.” (88)
Tuan Biswas : “Ia tidak boleh pergi bersamamu (Np.303)
ke rumah itu.” (89)
Tindak tutur ilokusi direktif (directives) bentuk requirements terdapat pada kutipan percakapan antartokoh di atas, yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi direktif requirements “menyuruh” yang tampak dalam tuturan (85), dan (88). Data 28 (Tuan Biswas menjadi sangat gusar ketika terbangun walaupun pada jam yang ia tentukan sendiri) Shama : ”Savi, sana bangunkan ayahmu.”(90) Savi
: “Suruh saja Anand, bu.” (91)
Shama : “Tidak, kalian berdua saja.” (92) (Np.369) Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas terdapat tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk requirements “menyuruh” atau “memerintah” yang terlihat pada tuturan (90) dan (92).
16
4) Probibitives Data tindak tutur jenis ilokusi direktif (Directives) bentuk probibitives adalah sebagai berikut : Data 29 (Savi selama beberapa minggu selalu menyuruh ibunya mengikatkan sepatunya ketika hendak berangkat ke sekolah) Shama
:
“Ikatlah dengan cepat dan benar, atau aku akan memberi sebuah pukulan kecil padamu.” (93)
Savi
: “Aku tidak bisa mengikatnya.”(94)
Tuan Biswas : “Sini, aku akan mengikatkannya untukmu.”(95) Shama
:
“Tidak, ia harus belajar mengikat tali sepatunya jika tidak aku akan menahannya di rumah dan memukulnya sampai ia dapat mengikat tali sepatunya.” (96) (Np.219)
Dari kutipan percakapan antartokoh data (20) tersebut, ditemukan tindak tutur ilokusi direktif (directives) bentuk probibitives “melarang” yang terdapat pada tuturan (96). 5) Permissives Data tindak tutur ilokusi direktif (Directives) bentuk permissives adalah sebagai berikut : Data 30 (Tuan Biswas mengelus tangannya kerambut Anand. Anand dengan marah mengusir tangan tersebut) Anand
: “Aku tidak ingin tinggal di sini! Aku ingin pergi!” (97)
Tuan Biswas
: “Baik, aku akan membawamu ke rumah Hanuman. Besok.” (98)
Anand
: “Tidak! Tidak! Aku ingin pergi hari ini juga.” (99)
Tuan Biswas
: “Baik. Aku akan mengantarkanmu nanti sore.” (100) (Np.312-313)
17
Pada data tuturan dua tokoh tersebut, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk permissives “mengabulkan” yang tampak pada tuturan (98) dan (100). 6) Advisories Data tindak tutur ilokusi direktif (Directives) bentuk advisories adalah sebagai berikut : Data 31 (Didengarnya langkah kaki, dan Shama memasuki kamar dengan piring kuningan yang penuh dengan nasi, kari kentang, miju-miju, dan kelapa berkuah) Tuan Biswas : “Sudah berapa kali kukatakan kepadamu bahwa aku tidak suka piring kuningan jelek itu.” (101) Shama
: “Selalu kubilang, engkau harus mengeluh hanya pada saat kau mulai menyediakan makananmu sendiri.” (102) (Np.148)
Tindak tutur ilokusi direktif (directives) bentuk advisories terdapat pada tuturan antartokoh dalam kutipan percakapan di atas, yakni berupa tindak tutur direktif advisories “memperingatkan” yang tampak pada tuturan (101) dan (102). Data 32 (Tuan Biswas meludah sembarangan lewat jendela kamarnya di lantai atas) Shama Tuan Biswas
: “Hati-hati. Dapur tepat di bawah situ.” (103) : “Aku tahu. Aku hanya berharap ludahku mengenaibeberapa anggota keluargamu.” (104) (Np.119)
Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk advisories “memperingatkan” yang tampak pada tuturan (103).
18
Data 33 (Tuan Biswas penganut paham aryan (penganut agama hindu yang kuat) yang menikah dengan seorang wanita dari golongan Kristen protestan dan menginginkan bisa mengubah kepercayaan orang-orang disekitarnya) Misir
: “Sekarang bagaimana kita menyebarkan gagasan ini di tengah-tengah khalayak?. Kusarankan persuasi. Persuasi damai. Mulaialah seperti Muhammad. Mulai dari hal-hal kecil. Mulailah dari keluargamu sendiri. Mulailah dengan isterimu. Kemudian lanjutkan. Aku ingin setiap orang yang ada di sini pulang ke rumah malam ini dengan memutuskan untuk menyebarkan hal ini kepada para tetangga. Dan aku berjanji kepadamu, kawan, bahwa tak lama lagi Arwacas akan jadi basis terkuat para penganut Aryan.”(105)
Tuan Biswas : “Nanti dulu. Tidak secepat itu. Mulai dengan keluarga sendiri? Engkau tidak mengenal keluargaku. Menurutku lebih baik biarkan saja mereka.” (106) (Np.137) Tindak tutur ilokusi direktif (directives) terdapat pada kutipan percakapan antartokoh di atas, yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi direktif Advisories “menyarankan” yang tampak pada tuturan (105). Data 34 (Tuan Biswas Menangis. Raungan Nyonya Tulsipun berubah menjadi isak tangis) Tuan Biswas
: “Aku memperingatkan anda. Aku mengutuk hari di mana aku melangkahkan kaki ke rumah anda.” (107)
Nyonya Tulsi : “Kamu mengutuk hari itu, kembali kepada kami tidak lebih dengan pakaian yang dapat kamu gantung dipaku.”(108) Tuan Biswas
: “Kuperingatkan anda.” (109) (Np.596)
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas terdapat tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk advisories “memperingatkan” yang tampak pada tuturan (107) dan (109).
19
Data 35 (Kiriman gratis sentinel berhenti) Nona Logie
: “Tidaklah kamu berpikir sedikit liburan sebelum kamu bekerja akan menyegarkan?”(110)
Tuan Biswas : Nona Logie
“Aku memikirkan hal itu. Ya, sedikit liburan akan sangat menyegarkan.” (111)
: “Sans Souci akan sangat bagus. Ya Sans Souci akan sangat baik. Atau Mayaro. Aku yakin keluarga anda akan menikmatinya. (112) (Np.535)
Dari kutipan percakapan antartokoh tersebut di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi direktif (directives) bentuk advisories “menyarankan” yang terdapat pada tuturan (110) dan (112). 4.1.1.3 Ilokusi Komisif (Comissives) Tindak tutur jenis ilokusi komisif (Comissives) yang ditemukan dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul terdiri atas dua bentuk, yakni: promises dan offers. Masing-masing bentuk tindak tutur jenis ilokusi komisif ini terdapat dalam tuturan antarttokoh sebagai berikut: 1) Promises Data tindak tutur ilokusi komisif (Comissives) bentuk promises adalah sebagai berikut : Data 36 (Anand bangkit dan menggosokkan wajah kotornya pada celana Tuan Biswas) Tuan Biswas
: “Jangan khawatir. Lain kali, engkau akan mendapatkan hadiah.”(113)
Anand
: “Aku ingin sebuah mobil-mobilan. Yang besar.”(114)
Tuan Biswas
: “Baiklah. Kau akan dapatkan mobilmu.” (115)
Anand
: “Aku akan dapat sebuah mobil-mobilan!” (116) (Np.242)
20
Pada data tuturan dua tokoh data (37) ditemukan tindak tutur jenis ilokusi komisif (comissives), yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi komisif promises “menjanjikan” yang terdapat pada tuturan (113). Data 37 (Tuan Biswas membicarakan tentang rumah kepada Shama) Tuan Biswas
: “Segera, setelah rumah itu selesai, kita akan membeli brokat emas itu untukmu, Shama”(117)
Shama
:
“Mudah-mudahan saat itu tiba” (118) (Np.251)
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas terdapat tindak tutur jenis ilokusi komisif (comissives) promises “menjanjikan” yang tampak pada tuturan (117). 2) Offers Data tindak tutur ilokusi komisif (Comissives) bentuk offers adalah sebagai berikut : Data 38 (Govind dan Tuan Biswas membicarakan masalah pekerjaan) Govind
:
“Sebaiknya kau sudahi mengecat papan reklame itu. Mereka mencari sopir yang baik untuk dipekerjakan di perkebunan.”(119)
Tuan Biswas :
“Menyudahi pekerjaan? Dan kebebasanku? Tidak, kawan. Mottoku: dayunglah perahumu sendiri.” (120) (Np. 121)
Tindak tutur jenis ilokusi komisif
(comissives) terdapat pada kutipan
percakapan di atas, yakni berupa tindak tutur jenis komisif offers “meminta” yang terdapat pada tuturan (119).
21
Data 39 (Tuan Biswas berencana meminta Seebaran untuk menyelasaikan kasus utang Mungroo kepadanya) Tuan Biswas
: “Satu dolar dua puluh sen.”(121)
Moti
: “Engkau tidak bisa membayar satu dolar dua puluh sen kepada orang seperti Seebaran untuk memenangkan kasusmu.”(122)
Tuan Biswas
:
Moti
: “Bagus kalau begitu.” (124) (Np.198)
“Lima dolar.”(123)
Pada data tuturan dua tokoh di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi komisif
(comissives), yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi komisif offers
“menawarkan” yang tampak dalam tuturan (121) dan (123). 4.1.1.4 Ilokusi Acknowledgments Tindak tutur jenis ilokusi acknowledgments yang ditemukan dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul terdiri atas beberapa bentuk, yakni: apologize, thank, accept, dan reject. Masing-masing bentuk tindak tutur jenis ilokusi acknowledgments
ini terdapat dalam tuturan antarttokoh
sebagai berikut: 1) Apologize Data tindak tutur ilokusi acknowledgments bentuk apologize adalah sebagai berikut : Data 40 (Untuk sementara Nyonya Tulsi tinggal bersama Tuan Biswas) Nyonya Tulsi : “… Mohun. Aku dengar kau sedang mencari sebuah rumah.” (125) Tuan Biswas
: “Aku hanya berjaga-jaga.”(126)
Nyonya Tulsi
: “Maaf tentang ketidaknyamanan ini…” (127) (Np. 565)
22
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan data tersebut, terdapat tindak tutur jenis ilokusi acknowledgments apologize “meminta maaf” yang tampak pada tuturan (127). Data 41 (Tuan Biswas jatuh sakit. Saudara-saudara Shama sedang mengadakan rapat kecil) Padma : “Menurut kalian dia sakit apa?”(128) Sumati : “Pesannya hanya mengatakan bahwa ia sangat sakit.”(129) Chinta : “Maaf aku harus mengoreksimu. Saudara Sumati. Tapi pesan mengatakan bahwa otaknya tidak benar.” (130) (Np.321/322) Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, ditemukan tindak tutur jenis ilokusi acknowledgments apologize “meminta maaf” yang terdapat pada tuturan (130). 2) Thank Data tindak tutur ilokusi acknowledgments bentuk thank adalah sebagai berikut : Data 42 (Dengan lincah resepsionis itu menyobek amplop itu dan membacanya. Tuan Biswas berjalan ke arah resepsionis) Tuan Biswas : “Saya berubah pikiran. Saya merasa jauh lebih baik, terima kasih.”(131) Resepsionis
: “Bagaimana dengan surat anda?”(132)
Tuan Biswas : “Simpan saja.” (Np.346) (133) Tindak tutur jenis ilokusi acknowledgments terdapat pada kutipan percakapan antartokoh di atas, yakni berupa tindak tutur jenis ilokusi acknowledgments thank “berterima kasih” yang terlihat pada tuturan Tuan Biswas (131).
23
3) Accept Data tindak tutur ilokusi acknowledgments accept adalah sebagai berikut : Data 43 (Tuan Biswas berencana meminta Seebaran untuk menyelasaikan kasus utang Mungroo kepadanya) Tuan Biswas
:
“Lima dolar.” (134)
Moti
: “Bagus kalau begitu.” (135) (Np.198)
Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, ditemukan jenis tindak tutur ilokusi acknowledgments bentuk accept “menerima tawaran” yang terdapat pada tuturan (134). 4) Reject Data tindak tutur ilokusi acknowledgments reject adalah sebagai berikut : Data 44 (Tuan Biswas berencana meminta Seebaran untuk menyelasaikan kasus utang Mungroo kepadanya) Tuan Biswas : “Satu dolar dua puluh sen.” (136) Moti
: “Engkau tidak bisa membayar satu dolar dua puluh sen kepada orang seperti Seebaran untuk memenangkan kasusmu.” (137) (Np.198)
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan data (44), ditemukan tindak tutur jenis ilokusi komisif
(comissives) reject “menolak” yang tampak pada
tuturan (137). 4.1.2 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Komunikatif Antartokoh dalam Novel Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas Karya V.S Naipaul Dari hasil penelitian dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul terdapat empat fungsi tindak tutur ilokusi komunikatif. Masing-masing fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam novel “Sepetak
24
Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul tersebut, terjadi pada tuturan antartokoh, sebagai berikut: 4.1.2.1 Fungsi Kompetitif (competitif) Fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) yakni tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial, misalnya: memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Leech (dalam Wawan:2010). Adapun data fungsi kompetitif yang ditemukan dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul ini adalah sebagai berikut: Data 45 (Tuan Biswas berbicara mengenai pekerjaan, dan Govind menunjukkan sedikit minat) Govind
: “Sebaiknya kau sudahi mengecat papan reklame itu. Mereka mencari sopir yang baik untuk dipekerjakan di perkebunan.” (138)
Tuan Biswas : “Menyudahi pekerjaan? Dan kebebasanku? Tidak, kawan. Mottoku: dayunglah perahumu sendiri.” (139) (Np.121) Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, terdapat fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) “meminta” yang tampak dalam tuturan (138). Data 46 (Tuan Biswas akan pergi meninggalkan rumah mertuanya) Chinta
: “Jangan pergi , dik. Kakakmu memohonmu.” (140)
Tuan Biswas : “Baiklah-baiklah. Hapuslah air matamu. Aku tidak akan pergi.”(141) (Np.127) Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas, mempunyai fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) “meminta” yang tampak pada tuturan (140).
25
Data 47 (Bipti menemui seorang pengacara) Bipti
: “Akte Kelahiran” (142)
Ghany
: “Oh! Akte Kelahiran. Masalah biasa. Suatu pernyataan tertulis yang sah. Kapan di ambilnya? Tanggal lahirnya kapan?”(143) (Np. 53)
Pada data tuturan dua tokoh data (47), ditemukan fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) “meminta” yang tampak dalam tuturan (142). Data 48 (Sambil menghela nafas dengan keras, hampir-hampir seperti bunyi orang mendengkur, ia melangkahkan kakinya ke anak tangga belakang beranda, yang menuju ruangan utama rumah itu. Tara tersenyum pada Tuan Mohun Biswas) Tara
: “Ceritakan pada kami tentang rumahmu, Mohun. Kau sudah bekerja habis-habisan di Barak, dan itulah hasilnya.”(150) Tuan Biswas : “Rumah itu? Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah rumah kecil. Cuma demi kepentingan anak-anaklah, maka rumah itu kubangun.” (151) (Np.274) Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, terdapat fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) “meminta” yang tampak pada tuturan (150). Data 49 (Shama menatap pada Tuan Biswas) Tuan Biswas
: “Kau harus mengizinkan Anand bermain dengan rumah boneka itu.”(152)
Savi
: “Ia ‘kan anak laki-laki” (153) (Np.241)
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas tersebut, mempunyai fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) “meminta” yang tampak pada tuturan (152). Data 50 (Tara membujuk Tuan Biswas yang sedang marah. Tuan Biswas berkeinginan untuk hidup mandiri tampa bantuan Bipti (ibunya) dan juga Tara (bibinya) Bipti
: “Kau tak usah mengindahkannya, Tara. Ia masih muda.”(154)
26
Tara
: “Aku tak berkeberatan, Bipti.” (155) (Np. 78)
Pada data tuturan dua tokoh tersebut, ditemukan fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) “meminta” yang tampak dalam tuturan (154). 4.1.2.2 Fungsi Menyenangkan (Convivial) Berikut adalah data fungsi tindak tutur ilokusi menyenangkan (Convivial) yang ditemukan dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul : Data 51 (Tuan Biswas melihat Nyonya Tulsi duduk di beranda dikegelapan. Tuan Biswas tidak memberi salam kepadanya, dia telah bersumpah untuk tidak berbicara dengannya lagi) Nyonya Tulsi
: “Mohun?”(156)
Tuan Biswas
: “Ya, Ibu.” (157)
Nyonya Tulsi
: “Bagaimana keadaan Anand? Aku tidak mendengar suara batuknya beberapa hari terakhir ini.” (158)
Tuan Biswas
: “Dia baik-baik saja.”(159) (Np.564)
Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, terdapat fungsi tindak tutur ilokusi menyenangkan (convivial) “menyapa” yang tampak dalam tuturan tokoh (156). Data 52 (Tuan Biswas berencana meminta Seebaran untuk menyelasaikan kasus utang Mungroo kepadanya) Tuan Biswas
:
“Lima dolar.” (160)
Moti
: “Bagus kalau begitu.” (161) (Np.198)
Tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas, mempunyai fungsi tindak tutur ilokusi menyenangkan (convivial) “menawarkan” yang tampak pada tuturan (160).
27
4.1.2.3 Fungsi Bekerjasama (Collaborative) Data fungsi tindak tutur ilokusi bekerjasama (Collaborative) yang ditemukan dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul adalah sebagai berikut: Data 53 (Mohun anak Raghu yang bertugas memelihara anak sapi milik Dhari belum juga kembali ke rumah hingga hari telah larut). Dhari :
“Kolam, kolam. Anaknya Raghu menenggelamkan anak sapi di kolam. Anak sapi yang bagus. Anak sapiku yang pertama. Satusatunya anak sapi milikku.”(162)
Raghu :
“Omong kosong!. Kalian pembohong. Anak itu takkan mendekati air. Pandita secara khusus melarangnya mendekati air.” (163) (Np.36)
Dalam tuturan dua tokoh dalam kutipan percakapan di atas ditemukan fungsi tindak tutur ilokusi collaborative “mengumumkan” yang terdapat pada tuturan (162). Data 54 (Sekelompok anak kecil telah memecahkan botol-botol soda dan mengeruk kelereng kristal dari leher botol-botol itu di toko milik Tuan Biswas) Anak Lelaki
:
“Paman Mohun memukulku. Ma, Paman Mohun memukulku.” (164)
Sumati
:
“Tetapi ia tak akan menyentuhmu tanpa sebab. Kau pasti melakukan sesuatu.” (165)
Anak Lelaki
:
“Aku tidak melakukan hal yang macam-macam, Ma.”(166)
Anak Pr
:
“Ia tidak melakukan hal yang tidak-tidak, Ma.”(167)
Mohun
:
“Pembohong jahanam!. Tak melakukan yang tidaktidak? Dan siapa yang memecahkan semua botol air soda itu?”(168)
Padma
:
“Berapa botol pecah.”(169)
28
Mohun
:
“Dan ada delapan botolnya.”(170)
sen
dalam
tiap-tiap
Sumati
:
“Ini akan mengajarimu untuk tidak mencampuri halhal yang bukan urusanmu. Ini akan mengajarimu untuk tidak memancing kemarahan orang yang tidak memberi apapun kepada anak-anak.” (171) (Np.173-174)
Fungsi tindak tutur ilokusi pada percakapan antartokoh di atas, terdapat pada tuturan(164),(168), dan (169), yang ditujukan pada fungsi
bekerjasama
(Collaborative) “Melapor”. Data 55 (Savi selama beberapa minggu selalu menyuruh ibunya mengikatkan sepatunya ketika hendak berangkat ke sekolah). Shama
:
“Ikatlah dengan cepat dan benar, atau aku akan memberi sebuah pukulan kecil padamu.” (172)
Savi
: “Aku tidak bisa mengikatnya.”(173) (Np. 219)
Fungsi tindak tutur ilokusi pada percakapan data di atas, ditujukan pada fungsi bekerjasama (collaborative) “mengajarkan” yang terdapat pada tuturan (172). Data 56 (Anand menemui ayahnya yang sedang berbaring di tempat tidur) Anand
: “Pa ... kita harus pindah. Kita harus pindah. Aku tidak tahan lagi untuk tinggal di sini.”(174)
Tuan Biswas : “Pindah? Semuanya pada saat yang bagus. Tunggulah sampai renovasi dan rumah Vilaku.” (175) (Np. 590) Pada data tuturan di atas, ditemukan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat pada tuturan(175) dan (175) yang ditujukan pada fungsi Collaborative “Menyatakan”.
29
4.1.2.4 Fungsi Bertentangan (Conflictive) Data fungsi tindak tutur ilokusi bertentangan (Conflictive) yang ditemukan dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul adalah sebagai berikut: Data 57 (Tuan Biswas merasa kurang semangat dengan kedatangan Seth. Seth tertawa, melepas cangklong rokok di dadanya dan batuk, yang keluar dari mulutnya) Seth
Tuan Biswas Pada data
:
“Sungguh luar biasa. Ketika seorang pria menikah tidak selayaknya ia berharap orang lain memberinya makanan. Kenyataannya, ia harus memberi istrinya makanan. Saat aku menikah menurutmu aku ingin ibu Mai memberiku makanan?, dan masih ku dengar kalau engkau tak bahagia di sini?”(176) : “Aku tidak bilang kepada setiap orang mengenai ketidakbahagiaanku di sini.”(177) (Np.123) percakapan di atas ditemukan fungsi ilokusi bertentangan
(Conflictive) “memarahi” yang tampak pada tuturan (176). Data 58 (Tuan Biswas meminum air dan berkumur. Kemudian dengan menghembuskan pipinya, dikeluarkannya air dari mulutnya sejauh mungkin keluar jendela) Dewa Muda
Tuan Biswas :
:
“Jangan kau pikir aku tidak melihatmu. Akan kuingat yang kau lakukan ini, Tuan Biswas. Tetapi aku berdiri di sini dan jika engkau meludahiku lagi akan kukatakan hal ini kepada mama.”(178) “Katakan saja olehmu anak bangsat,”(179) (Np.149)
Dari kutipan percakapan antartokoh tersebut, terdapat fungsi tindak tutur ilokusi (178).
bertentangan (Conflictive) “mengancam” yang tampak dalam tuturan
30
Data 59 (Bissooridaye (ibu Bipti) mengadakan pesta dihari kesembilan kelahiran cucunya (Mohun Biswas). Saat yang menegangkan terjadi ketika Raghu, ayah Biswas muncul. Ia telah berjalan lama dengan baju dari kulit binatang dan jaket yang melekat dan berdebu) Bissoondaye
: “Lihat saja. Tuhan telah membalas kesombongan dan kekasaranmu. Pergi dan lihatlah anakmu. Ia akan menyengsarakanmu. Berjari enam, lahir disaat yang salah. Pergi dan lihatlah ia. Ia pun mengidap bersin pembawa sial. (180)
Raghu
: “Bersin pembawa sial?”(181)
Bissoondaye
: “Aku telah memperingatkanmu. Kau hanya bisa melihatnya pada hari ke-21. Jika engkau berbuat bodoh sekarang maka kau tanggung akibatnya.” (182)
Suami Bissoondaye : “Si keji tak tahu malu. Jika kulihat kelakuannya aku merasa Zaman kegelapan telah tiba” (183) (Np.27) Tuturan antartokoh dalam kutipan percakapan data di atas, mempunyai fungsi ilokusi bertentangan (Conflictive) “menyumpahi” yang terdapat dalam tuturan (180). Sedangkan tuturan (182) mempunyai fungsi ilokusi bertentangan “memarahi”. Data 60 (Bhandat menarik Tuan Biswas hingga tersungkur ke kasur) Bhandat
: “Tadi malam aku punya 26 lembar dolar. Pagi ini hanya tinggal 25. Kau apakan uangnya, eh?”(184)
Tuan Biswas: “Aku tidak tahu. Aku bahkan tidak tahu kapan kau pulang tadi malam. Aku tidur terus semalaman.”(185) Bhandat
: “Tidur. Ya, tidur seperti ular.” (186) (Np.75)
Pada data tuturan dua tokoh di atas, ditemukan fungsi tindak tutur ilokusi bertentangan (Conflictive) “menuduh” yang tampak pada tuturan (184). Data 61 (Shama masuk membawa makanan untuk Tuan Biswas (suaminya) Shama
: “Apa yang telah engkau perbuat dan engkau katakan? Kau membuat semua orang menentangmu. Kau tak berkeberatan. Tetapi bagaimana denganku? Engkau tak
31
bisa memberiku apa-apa dank au ingin mencegah orang lain melakukan apa pun untukku. Engkau mudah saja berkata akan mengepak barang-barangmu lalu pergi. tetapi engkau tahu itu hanya gertakan sambal. Apa yang kau dapatkan?”(187) Tuan Biswas
: “Aku takkan mendapat apa-apa. Tetapi aku takkan turun ke bawah menemui pamanmu. Aku bukan suruhannya, seperti halnya orang-orang lain di rumah ini.”(188)
Shama
: “Turunlah dan katakana sendiri kepadanya. Bicaramu seperti pria sejati, turun dan bersikaplah seperti pria sejati.”(189)
Tuan Biswas
: “Aku takkan turun menemuinya.” (190) (Np.121-122)
Dari kutipan percakapan antartokoh di atas, terdapat fungsi tindak tutur ilokusi bertentangan (Conflictive) “memarahi” yang tampak pada tuturan (187) dan tuturan (189). Data 62 (Saat senja dihari pemakaman Raghu) Bipti
: “Raghu tak punya uang. Tetapi ia melatih anak-anaknya dengan baik. Olahraga dan ketakwaan.” (191)
Tara
: “Benar. Waktu berduka telah usai, Bipti. Berapa jumlah uang yang ditinggalkan Raghu untukmu?”(192)
Bipti
: “Tidak ada. Aku tak tahu.”(193)
Tara
: “Apa maksudmu? Apakah kau mencoba merahasiakan sesuatu dariku? Setiap orng di desa ini tahu bahwa Raghu punya uang banyak. Aku yakin ia telah meninggalkanmu uang cukup banyak untuk memulai usaha kecil.” (194) (Np.44)
Tuturan antartokoh dalam kutipan percakapan data (62), mempunyai fungsi ilokusi bertentangan (Conflictive) “menuduh” yang tampak dalam tuturan (194).
32
Data 63 (Senja hampir berakhir. Disebelah barat langit menyemburat sinar emas dan berkabut. Bipti mencuci kerak panci, piring kuningan dari timah dengan abu dan air. Pratap dan Prasad tiba dengan rumput liar disela-sela giginya, baju yang dipakainya lembab dengan keringat, wajah terbakar matahari dan berlumur keringat, kakinya terbungkus lumpur kering) Bipti
: “Kalian harus pergi mengambil kayu sebelum hari gelap” (195)
Anak
: “Kenapa ibu menyuruhku sekarang? Kenapa ibu menyuruhku tiap hari? Aku takkan pergi.”(196)
Raghu
: “Dengar, ya, jangan karena engkau ,menghasilkan uang kau merasa dirimu lelaki sejati. Lakukan yang diminta ibumu. Dan cepatlah pergi, sebelum kupukulkan tongkat ini, meskipun belum selesai dibuat.”(197) (Np.35)
Pada data tuturan dua tokoh di atas, ditemukan fungsi tindak tutur ilokusi bertentangan (Conflictive) “memarahi” yang tampak pada tuturan (197). 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian,
maka ditemukan hasil analisis dari
permasalahan pada bab 1 yaitu sebagai berikut. 4.2.1 Tindak Tutur Ilokusi Komunikatif Antartokoh dalam Novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” Karya V.S Naipaul. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terdapat empat jenis tindak tutur ilokusi komunikatif yang terjadi pada tuturan antartokoh, sebagai berikut: 4.2.1.1 Ilokusi Konstatif (Constatives) Ilokusi Konstatif (Constatives) menurut Ibrahim (1993:16-17) merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitratutur membentuk atau memegang kepercayaan yang serupa. Berdasarkan hasil
33
penelitian, dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul ditemukan 8 bentuk jenis tindak tutur ilokusi konstatif, yang terdiri atas : 1)
Asertif (Assertives) Tindak tutur ilokusi konstatif asertif biasanya ditandai dengan menyatakan,
mengutarakan, menyampaikan, mengklaim, menunjukkan, dan mengatakan, sebagaimana yang tampak dalam tuturan antartokoh pada data (01) sampai dengan data (04), berikut pembahasannya: Tindak tutur yang terdapat dalam kutipan percakapan antartokoh data (01) yakni tindak tutur ilokusi konstatif asertif yang ditujukan pada tuturan (1) ; “Aku yakin ia mencuri uangnya sendiri. Ia telah terlatih. Dicurinya uang setiap waktu. Dan aku selalu bisa mengatakan kapan ia mencuri.....”, tuturan tokoh Mohun ini ditujukan kepada Bipti (ibunya), sebagaimana konteks dalam tuturan tersebut, bahwa Mohun dituduh mengambil uang milik Bhandat, jadi secara pragmatik ilokusi dari tuturan tersebut yakni tokoh Mohun ingin menyampaikan atau mengatakan kepada mitratuturnya tentang kebenaran yang sesungguhnya, dengan tujuan agar mitratutur percaya bahwa bukan dirinya yang telah mencuri uang tersebut. Tuturan (1) tersebut di atas, berisi tindakan yaitu tokoh Mohun menginginkan agar ibunya bisa membela dirinya di depan Bhandat. Namun tujuan tersebut belum tercapai, sebab perkataan Bipti “Mohun!”, meskipun tidak terucap secara langsung, namun dari cara Bipti menyebut nama anaknya dengan seruan seperti itu telah mengisyaratkan bahwa dirinya tidak percaya. Maksud dari tuturan
34
tersebut yakni tokoh Bipti menginginkan agar anaknya lebih berhati-hati dalam berbicara. Pada tuturan (3) tampak bahwa tokoh Mohun tetap membela dirinya, ia meyakinkan agar Bipti mempercayainya dengan tuturannya yang juga menunjukkan adanya tindak tutur konstatif asertif “Ia yang bejat, pemboros juga pembohong. Bukan aku.”, secara gramatikal tuturan Mohun ini hanya memberitahu tentang Bhandat yang mempunyai sifat pemboros dan pembohong, namun secara pragmatik ilokusi dari tuturan tokoh Mohun ini yakni mengklaim bahwa Bhandatlah yang mempunyai semua perihal yang telah dituduhkan kepadanya. Namun dengan perkataan tersebut Bipti tetap merespon dengan perkataan yang sama, sampai keluarlah tuturan Mohun “Dan aku tahu semua tentang perempuan yang dikencaninya. Anak-anaknya juga tahu itu. Begitu bangganya anak-anaknya itu. Ia bertengkar dengan istrinya dan memukulinya. Aku tak akan kembali ke bar itu meskipun ia datang dan memintaku sambil mengiba-iba”, ilokusi tuturan Mohun yakni ia ingin mengutarakan apa yang diketahuinya tentang perbuatan bejat dari tokoh Bhandat, agar membuat kepercayaan pada mitratuturnya. Selanjutnya tuturan tokoh Tara “ ...Uang itu tidak
hilang.
Uang
itu
ada
didasar
saku
celananya
dan
ia
luput
memperhatikannya.”, maksud dari tuturan Tara yakni ingin mengutarakan kebenaran dari tuturan tokoh Mohun. Tuturan tokoh Tara tersebut, menandakan bahwa dirinya percaya penuh dengan apa yang dikatakan oleh tokoh Mohun. Kebenaran dari tindak konstatif asertif adalah ketika penutur mengucapkan dan menyatakan tentang apa yang
35
disampaikan,
dengan
maksud
mitratuturnya
percaya dengan apa
yang
dikatakannya, dan hal tersebut sebagaimana dijelaskan di atas bahwa tuturan tokoh Mohun mendapat kepercayaan penuh dari tokoh Tara. Percakapan dua tokoh yang terdapat pada tuturan data (02) berlangsung dalam situasi yang santai. Pada tuturan tersebut pengarang menggunakan jtindak tutur jenis ilokusi konstatif asertif yang ditujukan pada tuturan (7) berikut: “Kuberi tahu, bekerja pada Tara tak punya masa depan. Sebagaimana kau ketahui, kini aku bekerja di tempat pembuatan minuman keras, dan tahukah kau berapa penghasilan yang kuperoleh? Ayo. Tebaklah”, tuturan ini mengandung pengertian bahwa tokoh Ramchand ingin memberi tahu tentang pekerjaannya dengan cara menyampaikan, mengatakan maksud bahwa mitratuturnya tahu berapa penghasilan yang diperolehnya. Selanjutnya tuturan Tuan Biswas “Sepuluh dolar”, dalam tuturannya ini Tuan Biswas mencoba menebak penghasilan tokoh Ramchand. Tindak tutur jenis ilokusi konstatif asertif juga terdapat dalam tuturan (9) “Dua belas. Dengan bonus setiap hari natal. Dan bir dengan harga borongan hingga tawar menawar. Tak terlalu buruk,’kan?”, tuturan ini memberitahu tentang penghasilan yang diperolehnya dengan cara menyampaikan, mengatakan dengan maksud agar mitratuturnya percaya dengan besarnya penghasilan yang diperolehnya dari menjual minuman keras tersebut. Tuturan tokoh Ramchand ini berisi suatu tindakan yakni ia menginginkan agar Tuan Biswas tertarik dengan pekerjaan tersebut dan mau bekerja bersamanya.
36
Dua tokoh dalam tuturan data (03) terjadi pada pasangan suami istri tokoh Shama dan Tuan Biswas. Pada tuturan tersebut, pengarang menggunakan tindak tutur ilokusi konstatif asertif yang ditujukan dalam tuturan (10) “Aku tidak mau memakan makanan bergizi buruk dari rumah ini”, ilokusi dari tuturan ini yakni Tuan Biswas tidak mau memakan makanan yang disediakan oleh istrinya dengan cara mengatakan bahwa makanan tersebut bergizi buruk. Tindak tutur konstatif asertif mengatakan juga terdapat dalam tuturan (11) “Baiklah, tidak ada seorang pun yang akan memohonmu untuk memakannya, tahu”, ilokusi dari tuturan Shama ini yakni mengatakan kepada lawan bicaranya bahwa tidak ada orang yang akan memaksa dirinya untuk memakan makanan tersebut. Tindak tutur dalam percakapan data (04) ini ditujukan pada bentuk tindak asertif yang tampak dalam tuturan (12) berikut: “Kamu anak saya, Mohun. Mari”, ilokusi dari tuturan ini yakni tokoh Bhandat mengatakan bahwa dirinya telah menganggap Tuan Biswas sebagai anaknya. Pada tuturan (14) “Mari, mari. Kamu boleh saja berpikir bahwa kamu sudah besar, tetapi bagi saya kamu masih anak saya. Mari masuk, biarkan saya menciummu”, ilokusi dari tuturan ini yakni tokoh Bhandat ingin mengatakan dengan cara mengutarakan bahwa dirinya tetap menganggap Tuan Biswas sebagai anaknya meski sekarang Tuan Biswas sudah tidak seperti usianya waktu masih bekerja padanya dulu. Kebenaran dari bentuk tindak ini yakni ketika penutur mengatakan sesuatu, dan dengan maksud agar mitratuturnya percaya dengan apa yang dikatakannya tersebut.
37
2)
Prediktif (Predictives) Pada tindak tutur ilokusi prediktif (Predictives) ini menuntut agar mitratutur
percaya terhadap segala sesuatu yang diprediksikan atau diramalkan oleh penutur, sebagaimana yang tampak dalam tuturan antartokoh data (05), berikut pembahasannya: Tindak tutur ilokusi yang digunakan pengarang dalam tuturan antartokoh data (05) yakni tindak tutur jenis ilokusi konstatif prediktif yang ditunjukkan pada tuturan (15) tokoh Pandita berikut: “Pertama-tama, gambaran anak malang ini. Giginya akan baik-baik saja namun akan agak lebar, dan berjarak. Aku yakin engkau tahu artinya. Anak itu akan punya nafsu besar dan boros. Mungkin juga seorang pembohong. Sulit mengetahui besarnya jarak diantara gigi-giginya. Mungkin hanya berjarak satu gigi atau seluruhnya atau mungkin tiga gigi”. Berdasarkan konteks, tuturan Pandita ini ditujukan kepada Bissoondaye atas keadaan cucunya yang lahir dengan kondisi yang aneh. Sehingga secara pragmatik tuturan Pandita tersebut mengandung pengertian bahwa ia ingin memberitahu kemungkinan yang akan terjadi pada anak tersebut kepada mitratuturnya. Ilokusi dari tuturan Pandita yakni memprediksikan keadaan fisik anak tersebut dimasa mendatang. Kebenaran tindak tutur jenis ilokusi konstatif prediktif tersebut adalah ketika penutur memprediksikan sesuatu, dengan maksud agar mitratuturnya percaya bahwa apa yang diprediksikan itu benar-benar akan terjadi. Tujuan dari tuturan Pandita itu sendiri telah tercapai dengan respon tokoh Bissoondaye dengan tuturannya “Bagaimana dengan jari-jarinya yang enam itu, pandita?”, meskipun
38
dalam tuturan ini tidak terdapat perkataan yang langsung mengatakan suatu kepercayaan terhadap tuturan Pandita tersebut, namun dari pertanyaan yang dilontarkan tokoh Bissoondaye kepada Pandita telah menunjukkan bahwa dirinya percaya dengan apa yang diprediksikan oleh lawan tuturnya. Pertanyaan Bissoondaye tersebut berisi suatu tindakan yakni agar Pandita memprediksikan juga jari cucunya yang berjumlah enam tersebut. Selanjutnya Pandita pada tuturan (17) “Itu tanda yang mengejutkan, tentu saja. Satu-satunya saran yang bisa kuberikan adalah jauhkan anak itu dari pepohonan dan air. Terutama air”, tuturan tersebut bermaksud memberi saran yang pada inti perkataannya tersebut tetap mengandung prediksi, dengan artian Pandita secara tidak langsung mengatakan bahwa anak itu akan baik-baik saja ketika dijauhkan dari pepohonan dan air. Namun sebaliknya, seakan-akan sesuatu bisa terjadi manakala anak tersebut didekatkkan dengan pepohohan dan air. 3) Retrodiktif (Retrodiktives) Pada tindak tutur ilokusi retrodiktif ini biasa ditandai dengan melaporkan dan memperhatikan, sebagaimana yang tampak dalam tuturan antartokoh data (06) sampai dengan data (08), berikut pembahasannya : Terdapat lima pelaku/tokoh dalam tuturan data (06), yaitu anak lelaki, anak perempuan, Sumati, Padma dan Mohun. Percakapan tersebut terjadi dalam suasana yang menegangkan. Dikatakan demikian karena pernyataan tokoh Mohun dengan anak tersebut berlawanan sehingga mempersulit lawan bicara lainnya untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
39
Pada tuturan data (06) pengarang menggunakan tindak tutur konstatif retrodiktif melaporkan yang ditujukan pada tuturan (18) “Paman Mohun memukulku. Ma, Paman Mohun memukulku”, ilokusi dari tuturan anak lelaki ini tidak lain yakni melaporkan apa yang telah dilakukakan oleh Mohun kepada ibunya bahwa dirinya telah dipukul. Dalam hal ini ibunya tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh anaknya terlihat dalam tuturannya “Tetapi ia tak akan menyentuhmu tampa sebab. Kau pasti melakukan sesuatu”, karena Mohun adalah paman mereka jadi tidak mungkin jika ia memukul tampa ada sebab. Namun anak itu terus berusaha agar ibunya percaya dengan apa yang dituturkannya “Aku tidak melakukan hal yang macam-macam, Ma”, untuk membuat kepercayaan terhadap ibunya akhirnya anak perempuan yang juga terlibat dalam peristiwa tersebut ikut meyakinkan dengan tuturannya “Ia tidak melakukan hal yang tidak-tidak, Ma”. Pada tuturan (22) tokoh Mohun muncul dalam percakapan itu, dengan tuturannya yang juga menunjukkan adanya tindak konstatif retrodiktif “Pembohong jahanam!. Tak melakukan yang tidak-tidak? Dan siapa yang memecahkan semua botol air soda itu?”, ilokusi dari tuturan tokoh Mohun tidak lain yakni melaporkan bahwa anaknya telah memecahkan semua botol soda di tokonya. Tuturan tokoh Mohun ini berisi tindakan yakni agar Sumati bisa memarahi anaknya, sehingga kejadian yang serupa tidak akan terulang kembali. Pada tuturan (23) tokoh Padma muncul dengan tuturannya yang juga menunjukkan tindak tutur ilokusi konstatif retrodiktif “Beberapa botol pecah”, ilokusi dari tuturan Padma ini tidak lain adalah melaporkan kepada Tuan Biswas bahwa beberapa botol soda itu pecah, dan tokoh Mohun pun menjawab yang
40
tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa anak-anak tersebut benar-benar telah memecahkan botol-botol itu dengan tuturannya “… ada delapan sen dalam tiaptiap botolnya”. Kebenaran dari tindak tutur konstatif retrodiktif adalah ketika penutur melaporkan sesuatu, maka mitratutur percaya bahwa apa yang dikatakan itu benar-benar terjadi. Kepercayaan dari mitratutur nampak dalam tuturan “ini akan mengajarimu untuk tidak mencampuri hal-hal yang bukan urusanmu. Ini akan mengajarimu untuk tidak memancing kemarahan orang yang tidak memberi apapun kepada anak-anak”, kata-kata ini diucapkan oleh tokoh Sumati dengan memukuli anaknnya, yang berarti ia percaya bahwa anaknya telah bersalah dan pantas untuk mendapatkan hukuman. Meskipun dalam hal ini tokoh Sumati kesal dengan tokoh Mohun yang tidak bisa mengerti dengan anak-anak, namun tuturannya tetap mengandung suatu kepercayaan terhadap apa yang dituturkan oleh tokoh Mohun. Dalam tuturan ini hanya mengandung jenis tindak retrodiktif melaporkan. Dua tokoh dalam percakapan data (07) terjadi antara seorang ayah dan anaknya. Pada tuturan ini, pengarang menggunakan tindak tutur konstatif retrodiktif yang ditujukan pada tuturan (24) “Nenek memaksaku makan ikan. Aku tidak suka itu”, secara gramatikal tuturan ini hanya ingin memberitahu bahwa ia dipaksa makan ikan oleh neneknya, namun secara prakmatik tuturan ini bermaksud untuk melaporkan tindakan neneknya kepada ayahnya (Tuan Biswas), dengan tujuan agar ayahnya percaya dengan apa yang telah dikatakannya tersebut.
41
Kepercayaan Tuan Biswas itu sendiri nampak dalam tuturannya “Ya jangan kau makan, kau dapat membuangannya. Jangan biarkan mereka memberimu makanan yang buruk”, meskipun dalam tuturannya tidak menyatakan bahwa dirinya mempercayai apa yang dikatakan oleh Savi, namun dengan responnya yang demikian itu telah menandakan bahwa ia percaya, sebab Tuan Biswas yang kemudian meminta Savi untuk tidak memakannya bahkan dimintanya ia untuk membuangnnya. Tindak tutur konstatif retrodiktif juga terdapat pada tuturan (26) “Tapi aku tidak dapat menolaknya. Nenek membuang duri-durinya dan menyuapkan padaku dengan tangannya sendiri”, maksud tuturan ini yakni tokoh Savi merespon perkataan ayahnya tersebut dengan cara melaporkan bahwa dirinya tidak bisa menolak, dengan alasan bahwa neneknya yang menyuapinya dengan tangannya sendiri. Kebenaran dari tindak tutur jenis ilokusi konstatif retrodiktif ini yakni penutur melaporkan tentang isi proposisi atau sesuatu yang dibicarakan bahwa apa yang dikatakannya itu adalah benar, dan maksud agar lawan bicaranya percaya bahwa apa yang dikatakannya itu benar-benar terjadi. Dan tampak dalam tuturan tersebut, bahwa tuturan tokoh Savi mendapat kepercayaan penuh dari Tuan Biswas. Percakapan dua tokoh pada data (08) terjadi antara tokoh Tuan Biswas dan Myna. Tindak tutur yang digunakan pengarang dalam tuturan tersebut yakni jenis tindak konstatif retrodiktif yang ditujukan pada tuturan (27) ”… Govind
42
mengatakan mobil itu adalah sebuah korek api”, ilokusi dari tuturan tokoh Myna ini yakni melaporkan kepada Tuan Biswas bahwa Govind mengatakan mobil Tuan Biswas
sebuah kotak korek api. Tujuan dari tuturan ini yakni agar
membentuk kepercayaan dari mitratuturnya. Kepercayaan dari Tuan Biswas sendiri tampak dalam tuturan “Kotak korek api, heh. Mobil Inggris, kamu tahu …”, respon Tuan Biswas ini menandakan bahwa dirinya percaya terhadap tuturan tokoh Myna. Kebenaran dari tindak tutur jenis ini yakni ketika penutur melaporkan sesuatu, dan bermaksud agar mitratuturnya percaya dengan apa yang dilaporkannya tersebut. 4) Informatif (Informatives) Pada tindak tutur ilokusi informatif ini terdiri dari tindak menasehati, mengumumkan, menginformasikan, menekankan, melaporkan, menunjukkan, dan menceritakan. Jenis tindak informatif nampak dalam tuturan antartokoh pada data (09) berikut pembahasannya : Tuturan pada data (09) antara tokoh Bhandat dan salah satu tamu bar tersebut terjadi dalam suasana santai. Pada tuturan (29) “Lihatlah anak ini. Selalu tersenyum, bukan? Seolah-olah ia lebih pandai dari orang lain”, telah menunjukkan adanya jenis tindak ilokusi konstatif informatif, karena ilokusi dari tuturan Bhandat tidak lain yakni ingin menginformasikan kepada tamu bar tentang gelagak aneh dari karyawannya tersebut.
43
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif informatif juga ditunjukkan pada tuturan (30) “Ya. Ia orang yang benar-benar pandai. Lebih baik engkau mengawasinya Bhandat”, ilokusi dari tuturan salah satu tamu bar tersebut yakni menekankan agar Bhandat mengawasi karyawannya tersebut. Kebenaran dari tindak tutur konstatif informatif adalah ketika penutur menginformasikan sesuatu kepada mitratuturnya dengan maksud agar mitratuturnya percaya dengan apa yang ia informasikan. Kepercayaan tamu bar atas apa yang dikatakan oleh Bhandat terlihat dari tuturannya yang menekankan kepada Bhandat agar mengawasi karyawannya tersebut, dengan alasan karena ia percaya bahwa karyawannya tersebut adalah benar-benar anak yang pandai. Dalam tuturan dua tokoh Bhandat dan tamu bar di atas terdapat dua jenis tindak yakni tindak konstatif informatif menginformasikan dan menekankan. 5) Retraktif (Retractives) Retraktif mengekspresikan sikap bahwa penutur tidak lagi mempercayai apa yang sebelumnya ditunjukkan untuk dipercayai, seperti : membenarkan, menyangkal, membantah, menyanggah, dan menarik kembali. Tindak jenis ini sebagaimana nampak dalam tuturan antartokoh data (10) berikut pembahasannya : Pada data (10) tuturan dua tokoh Dhari dan Raghu terjadi dalam situasi yang menegangkan. Dalam tuturan data (10) ini Dhari memperkirakan anak sapinya bersama anak Raghu tenggelam di dalam kolam. Hal ini terlihat dari tuturan Dhari
44
itu sendiri “Anaknya Raghu menenggelamkan anak sapi di kolam. Anak sapi yang bagus. Anak sapiku yang pertama. Satu-satunya anak sapi milikku”. Tindak tutur konstatif
retraktif ditunjukkan pada tuturan (32) “Omong
kosong!. Kalian pembohong. Anak itu takkan mendekati air. Pandita secara khusus melarangnya mendekati air”, secara pragmatik ilokusi dari tuturan Raghu tersebut tidak lain yakni menyangkal atau membantah apa yang dikatakan oleh lawantuturnya. Kebenaran dari tindak tutur konstatif retraktif adalah ketika penutur mengatakan sesuatu, dan apa yang dikatakan tersebut tidak dipercayai oleh mitratuturnya. Ketidakpercayaan tersebut bisa dilihat dari tuturan Raghu yang menyangkal ataupun membantah perkataan Dhari, dengan alasan bahwa anaknya telah dilarang untuk mendekati air, sehingga mustahil jika anaknya masuk ke dalam kolam tersebut. 6) Dissentif (Dissentives) Tindak tutur ilokusi konstatif dissentif ini terdiri dari tindak menidaksetujui, menolak, membedakan, dan menidaksepakati. Jenis tindak dissentif
tampak
dalam tuturan antartokoh data (11) dan (12), berikut pembahasannya : Pada data (11) diawali dengan tuturan dari tokoh Govind yang menawarkan pekerjaan kepada Tuan Biswas yang tampak pada tuturan berikut: “Sebaiknya kau sudahi mengecat papan reklame itu. Mereka mencari sopir yang baik untuk dipekerjakan di perkebunan”, tuturan ini berisi tindakan bahwa tokoh Govind menginginkan agar Tuan Biswas mau bekerja di perkebunan tersebut sebagai sopir.
45
Tindak tutur jenis ilokusi konstatif dissentif terdapat dalam tuturan (34) berikut: “Menyudahi pekerjaan? Dan kebebasanku? Tidak, kawan. Mottoku: dayunglah perahumu sendiri”, meskipun tidak tersirat dalam tuturannya secara langsung namun secara pragmatik ilokusi dari tuturan tokoh Tuan Biswas tersebut yakni menolak tawaran tokoh Govind. Pada tuturan selanjutnya “Baiklah, menurutku mengecat papan reklame tidak apa-apa. Tetapi itu bukan pekerjaan. Tidak
akan
membuatmu
kaya
raya”,
di
sini
tokoh
Govind
tidak
mempermasalahkan lawantuturnya yang menolak tawarannya tersebut, namun masih terdapat unsur mempengaruhi sebab dalam perkataannya bahwa pekerjaan Tuan Biswas tak akan membuatnya kaya, itu sama halnya ia mengatakan bahwa bekerja sebagai sopir di perkebunan itu bisa membuatnya kaya, yang berarti pekerjaan itu lebih baik dari pada mengecat papan reklame. Tuan Biswas dalam tuturannya “Bagaimana denganmu? Berapa mereka menggajimu?”, di sini seperti tidak ada unsur kepercayaan dari tokoh Tuan Biswas terhadap apa yang dikatakan oleh Govind. Sementara itu tokoh Govind tetap membuat kepercayaan kepada mitratuturnya dengan menjawabnya dengan tuturan “Mereka menggajiku cukup banyak”. Tuturan tokoh Govind ini tidak mendapat kepercayaan dari lawan bicaranya karena Tuan Biswas yang tampak dalam tuturan (38) berikut: “Itu katamu. Namun orang-orang itu mengisap darahmu, teman. Daripada bekerja untuk mereka, lebih baik aku menangkap kepiting atau menjual kelapa”, ilokusi dari tuturan Tuan Biswas ini yakni membedakan dua pekerjaan, tampak dalam tuturannya bahwa dirinya lebih
46
memilih menangkap kepiting atau menjual kelapa, daripada harus bekerja menjadi sopir di perkebunan. Kebenaran dari tindak tutur konstatif dissentif ini yakni mitratutur tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh penutur, dan ketidakpercayaan itu terdapat dalam tuturan tokoh Tuan Biswas. Dengan begitu tindak tutur jenis konstatif pada tuturan ini lebih ditujukan pada bentuk tindak tutur dissentif menolak. Dua tokoh pada data (12) terjadi antara seorang anak dengan ayahnya. Tuan Biswas dengan tuturannya “Kemarilah dan kita baca bersama karangan itu. Kemarilah”, maksud dari tuturan ini tidak lain yakni meminta kepada anaknya untuk mendekatinya dan membaca bersama karangan yang telah dibuatnya. Tindak tutur ilokusi konstatif disentif ditujukan pada tuturan tokoh Anand pada tuturan (40) berikut: “Tidak!”, ilokusi dari tuturan ini yakni menolak apa yang diinginkan oleh ayahnya, dengan alasan bahwa tokoh Anand sendiri yang merasa muak dengan karangannya, sehingga tidak bisa ia membacanya kembali apalagi di depan ayahnya sebagaimana yang tampak dalam konteks tuturan tersebut. 7) Responsif (Responsives) Responsif dimaksudkan sebagai jawaban terhadap inquiri mitratutur, seperti menjawab, membalas, dan merespon. Tindak tutur jenis ini sebagaimana yang nampak dalam tuturan antartokoh pada data (13) sampai dengan data (16). berikut pembahasannya :
47
Pada data (13) Shama dengan tuturannya “Mau kemana dan apa yang akan kau lakukan sekarang?”, maksud dari tuturan ini yakni ingin menanyakan sesuatu kepada suaminya. Tindak tutur konstatif responsif lebih ditujukan pada tuturan (42) berikut: “Apa yang kulakukan? Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya tidak mempercayai pemujaan berhala ini, itu saja”, ilokusi dari perkataan Tuan Biswas ini yakni merespon atau menjawab apa yang ditanyakan oleh lawan bicaranya. Pada data (14), tokoh Chinta adalah saudara ipar dari tokoh Tuan Biswas. Dengan tuturannya “Wow. Ada beberapa kepiting besar di dekat tangki. Dapat dari mana?”, maksud tuturan Tuan Biswas yakni ingin memperoleh informasi mengenai kepiting-kepiting yang ada dihalaman rumah dengan cara bertanya kepada mitratuturnya . Tindak tutur konstatif responsif ditujukan dalam tuturan (44) berikut: “Govind membeli mereka untuk mai dan Owad”, ilokusi dari tuturan ini yakni menjawab atau merespon apa yang ditanyakan oleh tokoh Tuan Biswas. Kebenaran dari tindak tutur jenis konstatif responsif ini yakni ketika mengucapkan atau menanyakan sesuatu, mitratutur memberi jawaban atau merespon pertanyaan tersebut. Percakapan tiga tokoh pada data (15) terjadi pada ranah keluarga yakni antara Tuan Biswas dan kedua anaknya Savi dan Anand. Tuan Biswas dengan tuturannya Savi, berapa delapan kali dua?”, tujuan dari tuturan ini tidak lain yakni untuk memperoleh jawaban dari mitratuturnya. Tindak tutur konstatif
48
responsif ditujukan dalam tuturan (46) berikut: “Dua”, ilokusi dari tuturan ini tidak lain yakni merespon atau menjawab pertanyaan dari ayahnya. Sama halnya dengan tuturan (48), berikut: “Satu”, yang ilokusinya yakni menjawab atau merespon dari apa yang telah ditanyakan oleh ayahnya. Percakapan pada data (16) terjadi antara seorang anak dan ayahnya. Perkataan Anand dengan tuturan “Aku gagal”, maksudnya yakni ingin memberitahu kepada ayahnya tentang perihal yang menyebabkan kesedihan dalam dirinya, sehingga dalam tuturan selanjutnya “Apa yang terjadi?”, maksud tuturan Tuan Biswas dengan pertanyaan ini yakni ingin mencari tahu sebab-sebab kegagalan anaknya tersebut. Tindak tutur konstatif pada tuturan ini lebih ditujukan pada bentuk tindak responsif yang tampak dalam tuturan (51) berikut: “Pada kertas ejaan. Sinonim dan homonym. Soal-soal itu sangat mudah aku pikir sehingga aku berpikir untuk mengerjakannya belakangan. Lalu aku lupa mengerjakannya”, tuturan ini bermaksud untuk menjawab ataupun merespon pertanyaan dari ayahnya, yang tujuannya agar ayahnya percaya bahwa terdapat alasan tertentu mengapa ia tidak mengerjakan soal-soal tersebut. Karena kurang yakin dengan jawaban anaknya maka Tuan Biswas kembali bertanya “Maksudmu kamu tidak mengerjakan semua soal itu?”, maksud tuturan ini yakni untuk mendapatkan jawaban yang sedetail mungkin dari anaknya, dan Anand kembali menjawab pada tuturan (53) “Aku baru mengingatnya di Savannah”, ilokusi dari tuturan ini yakni meyakinkan ayahnya bahwa dia tidak mengerjakannya karena benar-benar lupa.
49
Kebenaran dari jenis tindak konstatif responsif ini yakni penutur merespon/menjawab apa yang telah dipertanyakan oleh mitratuturnya, dengan maksud agar mitratutur percaya dengan apa yang telah dikatakannya sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, hal ini tentu tampak dalam penjelasan di atas yakni ketika penutur mengatakan tentang kegagalannya kemudian mitratutur mempertanyakan sebab kegagalannya dan penutur menjawab/merespon apa yang telah dipertanyakan tersebut. 8) Sugestif (Suggestives) Tindak tutur ilokusi konstatif sugestif ini terdiri dari tindak menyarankan, menerka, menebak, dan berhipotesis. Tindak jenis ini sebagaimana yang nampak dalam tuturan antartokoh pada data (17), berikut pembahasannya : Tuturan tiga tokoh data (17) terjadi dalam suasana yang santai. Tindak tutur konstatif sugestif ditunjukkan pada tuturan (54) berikut: “Mengapa kau tidak mencoba cari kerja di rumah sakit jiwa? Bayarannya bagus, seragamnya bebas, dan kantinnya sangat bagus. Semua yang ada disana selalu lebih murah lima sampai enam sen. Tanya saja Dehuti”,jika dilihat secara gramatikal tuturan ini hanya memberitahu tentang keuntungan ataupun kemudahan jika bekerja di rumah sakit jiwa. Namun secara pragmatik tuturan tersebut meski diawali dengan kalimat tanya tapi ilokusi yang sebenarnya yakni Ramchand menyarankan kepada Tuan Biswas untuk melamar kerja di rumah sakit jiwa. Sedang kalimat Ramchand selanjutnya berisi tindakan yakni agar mitratuturnya mau dan tertarik dengan pekerjaan tersebut, sehingga untuk membuat mitratuturnya percaya akan
50
kebenaran dari tuturannya tersebut, maka dimintalah tokoh Dehuti untuk memberi kepercayaan dengan tuturannya “Ya, Semua yang ada disana jauh lebih murah”. Kebenaran dari tindak tutur konstatif sugestif adalah ketika penutur menyarankan sesuatu, maka mitratutur percaya bahwa terdapat alasan untuk mempercayai apa yang dituturkan oleh lawantuturnya. Kepercayaan tersebut, dapat dilihat dari tuturan Tuan Biswas itu sendiri yang mengatakan “Well, mengapa tidak?.., yang penting ada yang dikerjakan”, tuturan ini menandakan bahwa penutur agreement terhadap apa yang disarankan oleh lawan bicaranya, ini berarti ia percaya penuh terhadap apa yang dituturkan oleh tokoh Ramchand mengenai pekerjaan yang ada di rumah sakit jiwa. 4.2.1.2 Ilokusi Direktif (Directives) Ibrahim (1993:27) mengatakan bahwa tindak tutur ini mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitratutur. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 6 bentuk tindak tutur direktif yakni terdiri atas requistives, questions, requirements, probibitives, permissives, dan advisories. Masing-masing jenis tindak ini dipaparkan sebagai berikut : 1) Requestives Requestives melakukan
mengekspresikan
sesuatu,
seperti:
keinginan
meminta,
penutur
mengemis,
sehingga
mitratutur
memohon,
menekan,
mengundang, mendoa, mengajak, dan mendorong. Tindak jenis ini sebagaimana yang nampak dalam tuturan pada data (18) sampai dengan data (20). berikut pembahasannya:
51
Tuturan antara dua tokoh data (18) terjadi dalam situasi yang menyedihkan. Tindak tutur jenis ilokusi direktif requestives pada tuturan ini lebih ditujukan pada tuturan (57) berikut: “Jangan pergi , dik. Kakakmu memohonmu”, tuturan ini disampaikan kepada Tuan Biswas ketika ia akan pergi meninggalkan rumah ibu mertuanya,
dan
ilokusi dari tuturan
tokoh
Chinta
itu
sendiri
yakni
meminta/memohon kepada lawantuturnya agar tidak pergi. Tuturan tokoh Chinta tersebut berisi tindakan yakni agar Tuan Biswas mengurungkan niatnya untuk pergi dari rumah mertuanya. Kebenaran dari tindak tutur direktif requestives ini adalah ketika penutur memohon/meminta kepada mitratuturnya untuk melakukan apa yang menjadi keinginannya, dan mitratutur menindakinya atau mengabulkan apa yang menjadi keinginan penutur tersebut. Hal ini dapat dilihat dari tuturan tokoh Tuan Biswas “Baiklah-baiklah. Hapuslah air matamu. Aku tidak akan pergi”, dalam tuturan ini berarti Tuan Biswas mengabulkan apa yang diminta atau dimohonkan dari tokoh Chinta, terlihat jelas dalam tuturannya yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan pergi. Dengan demikian penutur telah mencapai tujuan dari tuturannya. Percakapan data (19) terjadi antara dua tokoh Chinta dan Shama, yang keduanya adalah kakak beradik. Pada tuturan data ini, pengarang menggunakan tindak tutur ilokusi direktif requestives meminta yang nampak dalam tuturan (59) berikut: “Saudaraku Shama, aku minta padamu mengatakan pada suamimu bahwa agar berhenti menekan diriku…”, ilokusi dari tuturan ini yakni tokoh Chinta meminta kepada adiknya agar bisa memperingatkan suaminya untuk tidak selalu menyinggung atau menekan dirinya. Selanjutnya dengan tuturannya
52
“…Kalau tidak, aku akan mengadu padanya- suaminya, Govind-dan kau tahu apa yang akan terjadi kalau sampai ada perselisihan kecil antara suamimu dan dia”, tuturan ini sebenarnya tidak bermaksud untuk mengancam lawan tuturnya, akan tetapi tuturan ini dimaksudkan tokoh Chinta agar Shama mau melakukan tindakan dengan mengabulkan apa yang menjadi keinginannya tersebut. Kebenaran dari tindak tutur jenis ilokusi direktif requestives ini adalah ketika penutur meminta kepada mitratuturnya untuk melakukan apa yang menjadi keinginannya, dengan maksud agar mitratutur menindakinya atau mengabulkan apa yang menjadi keinginan penutur tersebut. Tujuan atau maksud dari tokoh Chinta tercapai dengan tuturan “Baiklah, saudaraku. Aku akan bilang padanya”, tuturan tokoh Shama ini menandakan bahwa ia mengabulkan apa yang menjadi keinginan lawan tuturnya. Tuturan dua tokoh data (20) terjadi pada peristiwa penceritaan tahap ke dua. Adapun konflik yang dimunculkan oleh pengarang yakni tokoh Tuan Biswas yang begitu sulit untuk menemui editor, demi memperoleh pekerjaan yang selama ini ia inginkan. Dalam percakapan tersebut pengarang menggunakan tindak tutur ilokusi direktif requistives yang ditujukan pada tuturan (60) berikut: “....... Anda sebaiknya menemui Tuan Woodword”, ilokusi dari tuturan ini yakni resepsionis meminta kepada Tuan Biswas untuk menemui
asistennya Tuan Woodword,
dengan alasan bahwa editor sendiri sedang sibuk. Sedang tuturan Tuan Biswas “ Katakan saja pada editor bahwa saya datang jauh-jauh dari desa untuk menemuinya”, tuturan (61) ini berarti menandakan bahwa Tuan Biswas tidak mau bertemu dengan asistennya, melainkan ia ingin bertemu langsung dengan
53
editornya. Ilokusi dari tuturan ini yakni Tuan Biswas meminta agar resepsionis itu bisa mengatakan kepada editor tentang keberadaannya, yang datang jauh dari desa hanya untuk bertemu langsung dengan editor. Tuan Biswas pada tuturan (61) di atas berisi tindakan yakni agar resepsionis itu mau menemui editor dan mengatakan langsung bahwa dirinya ingin menemuinya. Kebenaran dari jenis tindak ini yakni ketika penutur meminta sesuatu dengan maksud agar mitratuturnya mau melakukan apa yang menjadi keinginannya tersebut. 2) Questions Questions merupakan reques (permohonan) dalam kasus yang khusus, khusus dalam pengertian bahwa apa yang dimohon adalah bahwa mitratutur memberikan kepada
penutur
informasi
tertentu
seperti
bertanya,
berinkuiri,
dan
menginterogasi. Jenis tindak ini sebagaimana tampak dalam tuturan antartokoh data (21) dan (22), berikut pembahasannya : Peristiwa tutur data (21) terjadi antara Tuan Biswas dan seorang editor. Pada tuturan ini pengarang menggunakan tindak tutur jenis ilokusi direktif yang lebih ditujukan pada questions bertanya, ditunjukkan pada seluruh tuturan editor yang tampak dalam tuturan (62) berikut: “Dan kisah apa yang anda punya?”, ilokusi dari tuturan ini tidak lain yakni untuk menanyakan kisah atau pengalaman mitratuturnya dengan maksud untuk memperoleh suatu informasi.
54
Pada tuturan (64) “…Pernahkah anda kerja di surat kabar sebelumnya?, tuturan ini bermaksud untuk bertanya tentang pengalaman Tuan Biswas bekerja di surat kabar. Yang intinya, keseluruhan tuturan editor adalah untuk memperoleh informasi dari Tuan Biswas, yang tujuannya agar ia bisa mempekerjakannya sesuai pada bidang dan keahliannya. Kebenaran dari tindak tutur direktif questions bertanya adalah ketika penutur menanyakan sesuatu kepada mitratuturnya bahwa yang ditanyakan itu sesuai atau tidak. Hal ini tampak dalam tuturan (68) berikut: “Anda membaca itu semua hanya untuk kesenangan, ya?”, dalam tuturan ini sang editor bermaksud mencari informasi apakah mitratutur senang membaca hanya karena kesenangan semata, kemudian mitratuturnya menjawab dengan tuturannya “Tidak, hanya untuk menambah semangat”, melalui jawaban ini maka tujuan penutur telah tercapai. Yang terpenting dalam jenis tindak ini yakni bahwa mitrtutur memberikan kepada penutur informasi tertentu, dan itu telah tampak dalam tuturan kedua tokoh di atas. Pengarang pada data (22) menggunakan tindak tutur ilokusi direktif questions yang ditujukan pada tuturan (75) berikut: “Bagaimana perasaanmu mengenai paham Aryan?”, secara pragmatik ilokusi dari tuturan ini yakni menanyakan sesuatu kepada mitratuturnya guna untuk mendapatkan informasi tentang paham aryan. Kebenaran dari tindak tutur direktif questions bertanya adalah ketika penutur
menanyakan sesuatu kepada
mitratuturnya,
dan
mitratuturnya menyampaikan kepada penutur terkait dengan isi proposisi yang ditanyakan tersebut, yang dalam tuturan di atas tampak dalam tuturann“Aku tidak
55
tahu banyak mengenainya”, perkataan tokoh Hari ini telah memberikan jawaban dari apa yang ingin diketahui oleh penutur. 3) Requirements Tindak tutur ilokusi direktif yang termasuk dalam requiremens ini terdiri dari memerintah,
menghendaki,
mengkomando,
menuntut,
mengarahkan,
mengintruksikan, mengatur dan mensyaratkan. Tindak tutur jenis ini terdapat dalam tuturan antartokoh data (23) sampai dengan (28), berikut pembahasannya : Pelaku tutur Bipti dan Prasad dalam percakapan data (23) merupakan peristiwa tutur yang terjadi antara seorang ibu dan anaknya. Pengarang dalam tuturan tersebut menggunakan jenis tindak tutur ilokusi direktif requirements yang ditujukan pada tuturan (76) berikut: “Kalian harus pergi mengambil kayu sebelum hari gelap”, ilokusi dari tuturan ini yakni menyuruh anaknya untuk melakukan suatu pekerjaan (mengambil kayu). Kebenaran dari tindak tutur direktif requirements menyuruh ini yakni ketika penutur mengekspresikan keinginannya kepada mitratutur, sehingga apa yang diekspresikan itu disikapi oleh mitratuturnya sebagai alasan untuk bertindak. Dalam hal ini, tokoh Prasad telah menyikapi apa yang dituturkan oleh ibunya, meskipun apa yang menjadi keinginan penutur tidak tercapai dengan tuturan tokoh Prasad “Kenapa ibu menyuruhku sekarang? Kenapa ibu menyuruhku tiap hari? Aku takkan pergi”, di sini secara tidak langsung Prasad menolak untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Dengan alasan sebagaimana konteks dalam tuturan ini bahwa tokoh Prasad baru saja pulang dari
56
bekerja keras seharian, jadi ketika sampai di rumah dan mendapat perintah dari ibunya ia menolak melakukan pekerjaan tersebut, jadi terdapat alasan dari tokoh Prasad untuk tidak menindaki perintah tersebut. Sehingga terjadi perlokusi dalam tuturan ini yakni tuturan tokoh Bipti mengundang kemarahan mitratuturnya. Tuturan antara dua orang tokoh Bipti dan Dhari data (24) terjadi dalam suasana yang cukup serius dan menegangkan, tampak dalam tuturan keduanya yang dapat memicu terjadinya konflik. Pengarang dalam tuturan tersebut menggunakan jenis tindak tutur ilokusi direktif yang ditujukan pada tindak tutur ilokusi direktif requirements menuntut yang tampak dalam tuturan tokoh Bipti (78) berikut: “Dan engkau juga, Dhari. Bukankah menyuruh Mohun menjaga anak sapi itu merupakan gagasanmu. Kuminta pertanggungjawabanmu”, meskipun
tuturan
ini
pada
intinya
meminta
pertanggungjawaban
dari
mitratuturnya, namun bukan berarti tindak ini masuk pada tindak direktif requistives meminta. Dikatakan demikian, karena ilokusi dalam tuturan Bipti yakni menuntut mitratuturnya agar bertanggungjawab atas hilangnya Mohun anaknya yang disebabkan karena gagasan tokoh Dhari sendiri yang menyuruhnya untuk menjaga anak sapi milikknya. Kebenaran dari tindak tutur ini adalah ketika mengucapkan sesuatu, maka penutur menghendaki mitratutur melakukan apa yang menjadi keinginan penutur, karena terdapat alasan bagi mitratutur untuk melakukan yang diinginkan oleh penutur. Dalam hal ini, alasannya tidak lain karena mitratutur yang menyuruh untuk menjaga anak sapi itu, hingga peristiwa itu terjadi. Namun dalam hal ini, mitratutur menyikapi dengan tuntutan balik kepada penutur dengan tuturan (79)
57
berikut: “Hakim akan berkata lain. Anak sapi tetap anak sapi, dan bagi orang yang tidak sekaya engkau_”, tuturan Dhari ini menunjukkan bahwa dirinya sama sekali tidak perduli dengan hilangnya anak Bipti. Ilokusi dari tuturan tersebut yakni Dhari akan menuntut kasus tersebut dengan alasan anak bipti telah menghilangkan anak sapi miliknya, meski penuturan itu tidak tersirat secara langsung namun dengan menyebut nama hakim, berarti dirinya akan membawa kasus tersebut sampai ke pengadilan. Situasi yang tampak dalam tuturan data (25) tersebut yakni situasi duka. Tindak tutur dalam percakapan diatas ditujukan pada tindak tutur jenis ilokusi direktif requirements yang tampak dalam tuturan (80) berikut: “Foto sekarang. Cepat. Foto semuanya. Untuk yang terakhir kalinya”, ilokusi dari tuturan tokoh Tara ini yakni menyuruh/memerintah kepada mitratuturnya untuk mengambil gambar/foto Raghu, tuturan ini bermaksud agar mitratuturnya mau melakukan apa yang diperintahkannya tersebut. Selanjutnya tuturan juru foto itu sendiri “Terlalu gelap”, tuturan ini menandakan bahwa sang juru foto tidak bisa mengambil gambar Raghu, namun bukan berarti mitratutur menolak apa yang diinginkan oleh Tara, namun terdapat alasan tertentu bagi mitratuturnya untuk tidak menindaki hal tersebut yakni cahayanya terlalu gelap sehingga tak dapat ia mengambil gambar Raghu. Percakapan dua tokoh data (26) terjadi antara anak menantu dangan ibu mertuanya. Tindak tutur ilokusi direktif dalam percakapan ini lebih ditujukan pada tindak tutur requiremens yang tampak dalam tuturan (82) berikut: ”… Kau menikahkan anak gadismu, kau menjanjikan ini dan itu. Sejauh ini aku tidak
58
mendapatkan apa-apa. Jika tiba saatnya engkau memberi yang kau janjikan kepadaku, aku akan pergi”, secara pragmatik tuturan ini bermaksud untuk menuntut sesuatu yang telah dijanjikan oleh tokoh Nyonya Tulsi padanya, dengan tujuan agar mitratuturnya mau melakukan atau memberikan apa yang telah dijanjikannya tersebut. Nyonya Tulsi dengan tuturannya “Jadi kau ingin kaum wanita belajar membaca dan menulis serta memilih sendiri teman hidupnya? Kau ingin mereka mengenakan rok mini”, tuturan ini bermaksud menuntut balik terhadap perkataan Tuan Biswas, sebab sebelum menjanjikan hal tersebut Tuan Biswas mengatakan bahwa dirinya benar-benar mengenakan rok mini,
menyukai anaknya Shama, tertarik
jadi di sini Nyonya Tulsi
saat ia
bermaksud untuk
mengingatkannya kembali bahkan saat menikah Tuan Biswas tidak memberikan apa-apa untuk biaya pernikahan tersebut. Namun Tuan Biswas tidak memperdulikan hal tersebut, ia tetap menuntut apa yang telah dijanjikan oleh Nyonya Tulsi tampak dalam tuturan (84) berikut: “Aku tidak mengatakan apa pun mengenai rok mini. Aku berbicara apa yang engkau janjikan kepadaku”. Kebenaran dari tindak tutur jenis ini adalah terdapat alasan tertentu dari penutur agar mitratuturnya melakukan perihal yang dituntutnya tersebut. Tuturan pada percakapan data (27) terjadi antara tokoh Tuan Biswas dan Shama yang keduanya adalah pasangan suami istri. Tindak tutur ilokusi direktif requirements ditujukan pada tuturan (85) berikut: “Bawa anak-anakmu pergi. Pergi!”, ilokusi dari tuturan ini yakni menyuruh mitratuturnya untuk membawa anak-anaknya pergi. Sedang tuturan (88): “Anand cepat kemasi bajumu”,
59
ilokusinya yakni menyuruh atau memerintah kepada anaknya untuk mengemasi bajunya. Kebenaran dari jenis tindak tutur ini yakni ketika penutur menghendaki sesuatu (menyuruh/ memerintah), dengan maksud agar mitratuturnya melakukan apa yang diperintahkannya itu, dan nampak dalam tuturan tersebut bahwa tokoh Shama melakukan apa yang diinginkan suaminya yakni membawa anak-anaknya pergi. Tuturan data (28) terjadi antara seorang anak dan ibunya. Pada tuturan data (28), pengarang menggunakan tindak tutur ilokusi direktif requirements yang ditujukan dalam tuturan (90) berikut: ”Savi, sana bangunkan ayahmu”, karena tuturan ini berasal dari seorang ibu dan ditujukan kepada anaknya, maka ilokusinya tidak lain yakni menyuruh/memerintah anaknya untuk membangunkan ayahnya. Tuturan Shama ini berisi tindakan yakni agar Savi membangunkan ayahnya yang sedang tidur. Sementara tuturan Savi itu sendiri “Suruh saja Anand, bu”, berarti ia menolak apa yang telah diperintahkan oleh ibunya, sebab ia justru meminta ibunya untuk menyuruh adiknya Anand. Tindak tutur ilokusi direktif requirements juga ditujukan pada tuturan (92) berikut: “Tidak, kalian berdua saja”, ilokusi dari tuturan ini yakni tokoh Shama menyuruh kedua anaknya itu untuk membangunkan ayahnya. Kebenaran dari jenis tindak ini yakni penutur memerintahkan sesuatu dengan maksud mitratuturnya mau mengerjakan apa yang diperintahkannya tersebut.
60
4) Probibitives Probibitives pada dasarnya adalah requiremens (perintah/suruhan) supaya mitartutur tidak mengerjakan sesuatu, seperti melarang atau membatasi. Jenis tindak ini tampak dalam tuturan antartokoh pada data (29), berikut pembahasannya: Percakapan data (29) terjadi pada ranah keluarga. Tokoh Shama dan Tuan Biswas adalah orang tua dari tokoh Savi. Diawali dengan tuturan Shama “Ikatlah dengan cepat dan benar, atau aku akan memberi sebuah pukulan kecil padamu”, maksud dari tuturan ini yakni menyuruh anaknya untuk mengikat sepatunya dengan cepat dan benar, namun ternyata tokoh Savi tidak bisa mengikatnya sendiri, sebagaimana yang nampak dalam tuturannya “Aku tidak bisa mengikatnya”. Selanjutnya tuturan Tuan Biswas “Sini, aku akan mengikatkannya untukmu”, maksud dari tuturan ini yakni ingin membantu anaknya mengikatan tali sepatunya. Tindak tutur jenis ilokusi direktif dalam tuturan ini lebih ditujukan pada probibitives melarang yang tampak dalam tuturan (96) berikut: “Tidak, ia harus belajar mengikat tali sepatunya jika tidak aku akan menahannya di rumah dan memukulnya sampai ia dapat mengikat tali sepatunya”, ilokusi dari tuturan Shama ini yakni melarang Tuan Biswas yang ingin membantu anaknya mengikatkan tali sepatunya.
61
Kebenaran dari tindak tutur direktif probibitives yakni penutur melarang mitratuturnya untuk melakukan sesuatu, karena penutur menunjukkan alasan yang cukup bagi mitratutur untuk tidak melakukannya. Hal ini dapat dilihat dari tuturan Shama yang melarang Tuan Biswas membantu putrinya dengan alasan agar ia bisa belajar mengikatnya sendiri tampa bantuan orang lain. Jadi tindak tutur direktif probibitives melarang terdapat dalam akhir tuturan tokoh Shama tersebut. 5) Permissives Permissives mengabulkan permintaan izin atau melonggarkan pembatasan yang sebelumnya dibuat terhadap tindakkan tertentu seperti menyetujui, membolehkan,
menganugrahi,
mengabulkan,
membiarkan,
mengizinkan,
melepaskan, memaafkan, dan memperkenankan. Tindak tutur jenis ini sebagaimana yang tampak dalam tuturan antartokoh data (30), berikut pembahasannya: Percakapan data (30) terjadi antara seorang anak dan ayahnya. Terdapat konflik yang dimunculkan pengarang dalam tuturan tersebut yakni tokoh Anand yang tidak tahan lagi tinggal berdua dengan ayahnya yang nampak dalam tuturan “Aku tidak ingin tinggal di sini! Aku ingin pergi!”, tuturan ini menandakan bahwa tokoh Anand yang tidak mau lagi tinggal bersama ayahnya, maksud dari tuturan Anand itu sendiri yakni meminta agar ayahnya mengantarkan ia pergi. Tindak tutur jenis ilokusi direktif Permissives dalam tuturan data (30) ini ditujukan pada tuturan (98) berikut: “Baik, aku akan membawamu ke rumah Hanuman. Besok”, ilokusi dari tuturan tokoh Tuan Biswas ini yakni mengabulkan
62
apa yang diinginkan oleh anaknya Anand, karena dalam tuturannya ia akan membawa Anand ke rumah Hanuman yakni rumah dimana nenek dan ibunya berada. Dalam tuturan selanjutnya “Tidak! Tidak! Aku ingin pergi hari ini juga”, tokoh Anand dengan tuturannya tersebut menolak perkataan Tuan Biswas yang akan mengantarkannya esok hari, maksud dari tuturan tersebut yakni Anand meminta agar ayahnya mengantarkannya hari itu juga. Tindak tutur direktif Permissives juga terdapat dalam tuturan (100) berikut: “Baik. Aku akan mengantarkanmu nanti sore”, ilokusi dari tuturan ini yakni mengabulkan apa yang diinginkan oleh anaknya. Kebenaran dari jenis tindak ini yakni penutur menghendaki mitatutur untuk melakukan sesuatu, dan penutur mengabulkan apa yang menjadi keinginannya tersebut. 6) Advisories Advisories biasanya ditandai dengan memperingatkan, menasehatkan, mengusulkan, menyarankan, mendorong, mengkonseling, dan memperingatkan. Tindak tutur jenis ini terdapat dalam tuturan antartokoh pada data (31) sampai dengan (35), berikut pembahasannya : Tindak tutur dalam percakapan data (31) ditujukan pada tindak tutur ilokusi direktif advisories yang tampak dalam tuturan (101) berikut: “Sudah berapa kali kukatakan kepadamu bahwa aku tidak suka piring kuningan jelek itu”, secara gramatikal tuturan tersebut hanya ingin memberitahu bahwa Tuan Biswas tidak menyukai piring kuningan tersebut. Namun secara pragmatik ilokusi dari tuturan
63
Tuan Biswas yakni memperingatkan kepada istrinya agar ia tidak lagi menyediakan makanannya dengan piring tersebut. Tindak tutur jenis ini juga terdapat pada tuturan (102) berikut: “Selalu kubilang, engkau harus mengeluh hanya pada saat kau mulai menyediakan makananmu sendiri”, ilokusi dari tuturan Shama ini yakni iapun ingin memperingatkan kepada suaminya untuk tidak mengeluh selama ia menyediakan makanan untuknya, yang berarti Tuan Biswas hanya bisa mengeluh ketika ia mulai menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Tindak tutur ilokusi direktif advisories pada data (32) ditujukan pada tuturan (103) berikut: “Hati-hati. Dapur tepat di bawah situ”, secara gramatikal tuturan Shama kepada suaminya itu sekadar memberitahu letak dapur yang berada tepat di bawah kamar mereka, namun secara pragmatik mengandung pengertian bahwa Shama mengatakan itu dengan cara memperingatkan suaminya untuk tidak membuang ludah sembarangan lewat jendela, sebab dikwatirkan akan terkena orang yang berada di bawah dan bisa memicu terjadinya pertengkaran. Maksud tuturan ini yakni agar mitratutur percaya bahwa tindakan tersebut tidak patut untuk dilakukan. Pada tuturan Tuan Biswas ”Aku tahu. Aku hanya berharap ludahku mengenai beberapa anggota keluargamu”, dalam tuturan tersebut mitratutur memahami maksud perkataan Shama, yang dalam hal ini Tuan Biswas sendiri tahu bahwa dapur tepat di bawah kamarnya, dan ia meludah karena unsur
64
kesengajaan, sebab ia sendiri berharap ludahnya bisa mengenai salah satu keluarga Shama. Kebenaran dari tindak tutur ilokusi direktif advisories memperingatkan yakni ketika penutur memperingatkan mitratuturnya untuk tidak melakukan sesuatu, dan terdapat alasan yang cukup bagi mitratutur untuk tidak melakukan apa yang telah dikatakan tersebut. Tindak tutur ilokusi direktif dalam tuturan data (33) lebih ditujukan pada jenis ilokusi direktif advisories menyarankan yang nampak dalam tuturan (105) berikut: “… Kusarankan persuasi. Persuasi damai. Mulaialah seperti Muhammad. Mulai dari hal-hal kecil. Mulailah dari keluargamu sendiri. Mulailah dengan isterimu. Kemudian lanjutkan. Aku ingin setiap orang yang ada di sini pulang ke rumah malam ini dengan memutuskan untuk menyebarkan hal ini kepada para tetangga…” secara pragmatik ilokusi tuturan tokoh Misir ini menyarankan kepada Tuan Biswas untuk melakukan langkah-langkah tersebut untuk mencapai apa yang diinginkannya. Terdapat alasan mengapa tokoh Misir menyarankan hal tersebut, alasan itu tidak lain karena dengan langkah tersebut Tuan Biswas bisa mengubah pemahaman mereka sedikit demi sedikit. Dan mengapa ia menyarankan mulai dari istrinya, sebab seorang istri adalah orang yang paling dekat dan mudah baginya untuk mempengaruhinya. Dalam tuturan “Nanti dulu. Tidak secepat itu. Mulai dengan keluarga sendiri? Engkau tidak mengenal keluargaku. Menurutku lebih baik biarkan saja mereka”, dalam tuturan ini bukan berarti Tuan Biswas tidak menaruh
65
kepercayaan terhadap apa yang disarankan oleh lawan tuturnya, melainkan ia memiliki alasan lain mengapa ia menolak saran tersebut, sebab keluarganya tidak mudah untuk terpengaruh dengan omongannya apalagi istri dan keluarganya sebagai penganut kriten protestan yang kuat pula. Kebenaran dari tindak tutur direktif advisories menyarankan yakni ketika penutur menyarankan mitratuturnya melakukan sesuatu, dan terdapat alasan yang cukup bagi mitratutur untuk melakukan apa yang disarankan tersebut. Dalam hal ini telah dijelaskan sebelumnya bahwa tokoh Misir mempunyai alasan tertentu terhadap apa yang telah disarankan kepada mitratuturnya. Pada tuturan data (34), pengarang menggunakan tindak tutur jenis ilokusi direktif
advisories
yang
ditujukan
pada
tuturan (107)
berikut:
“Aku
memperingatkan anda. Aku mengutuk hari di mana aku melangkahkan kaki ke rumah anda”, ilokusi dari tuturan tokoh Tuan Biswas ini yakni memperingatkan kepada Nyonya Tulsi bahwa dirinya telah mengutuk keberadaannya waktu tinggal bersama dengannya, itu berarti Tuan Biswas tidak akan pernah lagi kembali ke rumah itu dengan alasan bahwa ia telah mengutuk hari itu, yakni mengutuk hari itu sebagai hari sial dalam hidupnya, karena ia tidak mendapat keberuntungan sejak tinggal di rumah tersebut. Kebenaran dari tindak tutur jenis ini yakni ketika penutur memperingatkan mitratuturnya, dan terdapat alasan bagi penutur untuk mengatakan hal tersebut.
66
Tindak tutur yang digunakan pengarang dalam tuturan data (35) ini yakni tindak tutur ilokusi direktif advisories yang ditujukan pada tuturan (110) berikut: “Tidaklah kamu berpikir sedikit liburan sebelum kamu bekerja akan menyegarkan”, ilokusi dari tuturan tokoh Nona Logie ini yakni menyarankan kepada Tuan Biswas untuk liburan, sebab sesuai konteks dari tuturan ini bahwa kiriman gratis Sentinel berhenti yang menandakan bahwa Tuan Biswas harus kembali bekerja setelah beberapa lamannya ia sakit. Kebenaran dari tindak tutur jenis ini yakni ketika penutur menyarankan sesuatu kepada mitratuturnya, dan terdapat alasan bagi penutur untuk mengatakannya sehingga mengambil kepercayaan dari mitratutur untuk melakukannya. Sebagaimana yang tampak dalam tuturan tersebut bahwa alasan tokoh Nona Logie menyarankan untuk liburan yakni agar sedikit menyegarkan kondisi Tuan Biswas, sedang kepercayaan Tuan Biswas itu sendiri tampak dalam tuturan “Aku memikirkan hal itu. Ya, sedikit liburan akan sangat menyegarkan”. Jenis tindak tutur ilokusi direktif advisories juga terdapat dalam tuturan (112) berikut: “Sans Souci akan sangat bagus. Ya Sans Souci akan sangat baik. Atau Mayaro. Aku yakin keluarga anda akan menikmatinya”, ilokusi dari tuturan ini yakni Nona Logie menyankan kepada Tuan Biswas tempat yang menurutnya nyaman dan menyenangkan untuk liburan. 2.1.3 Ilokusi Komisif (Comissives) Pada hasil penelitian terdapat dua tipe komisif yakni promises (menjanjikan) dan offer (menawarkan). Yang masing-masing jenis tindak ini akan dijelaskan sebagai berikut:
67
1) Promises Promises merupakan tindak mewajibkan seseorang melakukan sesuatu, seperti menjanjikan, mengutuk, dan bersumpah. Jenis tindak ini sebagaimana yang tampak
dalam data
(36)
dan
(37)
pada
tuturan
antartokoh,
berikut
pembahasannya: Pada percakapan data (36) terdapat tindak tutur ilokusi komisif promises menjanjikan yang ditujukan pada tuturan (113) berikut: “Jangan khawatir. Lain kali, engkau akan mendapatkan hadiah”, ilokusi dari tuturan ini yakni Tuan Biswas secara tidak langsung telah menjanjikan kepada anaknya akan memberinya hadiah. Sedang tuturan Anand “Aku ingin sebuah mobil-mobilan. Yang besar”, jadi tokoh Anand dalam tuturannya menginginkan agar ayahnya memberinya hadiah sebuah mobil-mobilan. “Baiklah. Kau akan dapatkan mobilmu”, maksud dari tuturan ini berarti Tuan Biswas mengabulkan untuk menghadiahkan sebuah mobil-mobilan kepada anaknya. Kebenaran dari tindak komisif ini yakni penutur menjanjikan sesuatu dengan maksud agar mitratutur percaya bahwa ujaran penutur mewajibkan penutur untuk melakukan apa yang telah dijanjikannya. Kepercayaan penutur itu sendiri tampak dalam tuturan “Aku akan dapat sebuah mobil-mobilan!”, tuturan ini berarti mengundang keyakinan atau kepercayaan bahwa penutur akan memenuhi apa yang telah dijanjikannya tersebut. Peristiwa tutur data (37) terjadi antara dua orang tokoh, yang keduanya adalah pasangan suami istri. Tindak tutur pada percakapan dua tokoh tersebut lebih ditujukan pada tindak tutur ilokusi komisif promises menjanjikan yang
68
nampak dalam tuturan (117) berikut: “Segera, setelah rumah itu selesai, kita akan membeli brokat emas itu untukmu, Shama”, ilokusi dari tuturan tokoh Tuan Biswas tersebut yakni menjanjikan kepada istrinya untuk segera membelikannya brokat emas setelah rumah mereka selesai dibangun. Kebenaran dari tindak tutur komisif ini yakni penutur menjanjikan sesuatu dengan maksud agar mitratutur percaya bahwa ujaran penutur mewajibkan penutur untuk melakukan apa yang telah dijanjikannya. Kepercayaan penutur itu sendiri nampak dalam tuturan “Mudah-mudahan saat itu tiba”, tuturan ini bermaksud agar penutur benar-benar tidak akan melupakan janjinya, sehingga mitratuturnya mengharap saat itu segera tiba, yakni saat janji itu akan dipenuhi oleh penutur (Tuan Biswas). 2) Offers Offers merupakan usulan untuk mewajibkan seseorang, seperti menawarkan dan mengusulkan. Jenis tindak ini sebagaimana yang nampak dalam tuturan antartokoh pada data (38) dan (39), berikut pembahasannya: Tindak tutur jenis ilokusi komisif offers pada data (38) lebih ditujukan pada tuturan (119) berikut: “Sebaiknya kau sudahi mengecat papan reklame itu, Mereka mencari sopir yang baik untuk dipekerjakan di perkebunan”, sesuai konteks pada tuturan di atas yakni dua tokoh Govind dan Tuan Biswas yang membicarakan masalah pekerjaan, berarti maksud dari tuturan tokoh Govind ini tidak lain yakni meminta kepada Tuan Biswas untuk meninggalkan pekerjaannya
69
dengan maksud bahwa dirinya ingin menawarkan sebuah pekerjaan kepada Tuan Biswas untuk menjadi sopir disebuah perkebunan. Dua tokoh pada percakapan data (39) terjadi pada seorang karib kerabat. Peristiwa tutur tersebut terjadi dalam suasana santai, namun masalah yang dibicarakan mengandung suatu konflik tertentu. Pada tuturan data (39) ini pengarang menggunakan tindak tutur ilokusi komisif offers menawarkan yang ditujukan pada tuturan (121) berikut: “Satu dolar dua puluh sen”, tuturan ini dikatakan kepada mitratuturnya dengan maksud bahwa dirinya menawarkan uang sebanyak satu dolar dua puluh sen kepada Seebaran (seorang pengacara). Namun tawaran ini tidak disetujui oleh mitratuturnya dengan alasan sebagaimana yang tampak dalam tuturannya “Engkau tidak bisa membayar satu dolar dua puluh sen kepada orang seperti Seebaran untuk memenangkan kasusmu”, tuturan tokoh Moti ini bermaksud mengatakan bahwa uang seperti yang ditawarkan oleh Tuan Biswas tidak cukup untuk memenangkan kasusnya dan dinilai tidak ada artinya bagi pengacara sekaya Seebaran. Akhirnya dalam tuturan selanjutnya “Lima dolar”, ilokusi dari tuturan Tuan Biswas ini yakni menawarkan upah yang lebih besar dari yang ia tawarkan sebelumnya. Tawaran terakhir dari tokoh Tuan Biswas tersebut akhirnya diterima oleh mitratuturnya yang nampak dalam tuturannya “Bagus kalau begitu”. kebenaran dari tindak tutur ilokusi komisif offers menawarkan yakni ketika penutur menawarkan sesuatu, mitratutur menunjukkan kepada penutur untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Sebagaimana yang tampak di atas bahwa tokoh Moti menginginkan agar Tuan
70
Biswas menambah upah tawarannya tersebut karena terdapat alasan tertentu bagi penutur untuk melakukan hal tersebut. 4.2.1.4 Acknowledgments Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa bentuk tindak tutur ilokusi acknowlegments yang terdiri atas : 1) Apologize Tindak tutur acknowledgments apologize biasanya ditandai dengan meminta maaf. Sebagaimana yang tampak dalam tuturan antartokoh pada data (40) dan (41), berikut pembahasannya: Pada tuturan data (40) ini pengarang menggunakan tindak tutur ilokusi acknowledgments Apoligize (meminta maaf) yang ditujukan dalam tuturan (127) berikut: “Maaf tentang ketidaknyamanan ini…”, tuturan nyonya Tulsi ini bermaksud untuk meminta maaf atas ketidaknyamanan Tuan Biswas dengan kehadirannya ditengah-tengah mereka. Tuturan data (41) terjadi antara tiga orang tokoh yakni Padma, Sumati, dan Cinta. Diawali dengan tuturan tokoh Padma “Menurut kalian dia sakit apa?”, tuturan ini ditujukan hanya untuk memperoleh informasi dari saudara tentang penyakit Tuan Biswas, sedang tuturan Sumati “Pesannya hanya mengatakan bahwa ia sangat sakit”, dalam tuturan ini Sumati tidak memberi informasi secara jelas mengenai sakitnya Tuan Biswas, sebab informasi yang diterimanya bahwa ia sangat sakit.
71
Tindak tutur ilokusi acknowlwgments apologize ditujukan pada tuturan (130) berikut: “Maaf aku harus mengoreksimu. Saudara Sumati. Tapi pesan mengatakan bahwa otaknya tidak benar”, ilokusi dari tuturan tokoh Chinta ini yakni meminta maaf jika ia harus mengatakan bahwa pesan yang diterima tentang sakitnya Tuan Biswas, tidak seperti yang ia katakan sehingga tokoh Chinta harus mengoreksi perkataan Sumati sebab pesan yang diterima Sumati sebanarnya sama dengan pesan yang diterima oleh Chinta, namun sumati tidak mengatakan yang sebenarnya. 2) Thank Tindak
tutur
acknowledgments
Thank
biasanya
ditandai
dengan
mengucapkan rasa terima kasih. Jenis tindak ini sebagaimana yang nampak dalam tuturan antartokoh data (42), berikut pembahasannya: Tuturan data (42) terjadi antara dua orang tokoh yakni Tuan Biswas bersama resepsionis. Dalam tuturan tersebut pengarang menggunakan tindak tutur ilokusi acknowlegdment yang ditujukan pada tindak tutur ilokusi acknowledgment thank yang tampak dalam tuturan (131) berikut: “Saya berubah pikiran. Saya merasa jauh lebih baik, terima kasih”, ilokusi dari tuturan ini yakni Tuan Biswas ingin berterima kasih kepada resepsionis yang telah menghargai suratnya dengan membuka bahkan membacanya. Dikatakan demikian, sebab ketika resepsionis bertanya “Bagaimana dengan surat anda?”, tuan Biswas menjawab dengan tuturan “Simpan saja”, tuturan ini menandakan bahwa Tuan Biswas merasa kesal karena telah menunggu terlalu lama, hingga akhirnya ia berubah pikiran untuk melupakan surat lamaran kerjanya tersebut. kebenaran dari jenis tindak tutur ini
72
yakni penutur mengucapkan terima kasih kepada mitratuturnya karena penutur mempunyai alasan untuk mengucapkannya. 3) Accept Tindak tutur acknowledgments Accept biasanya ditandai dengan suatu penerimaan tertentu. Jenis tindak tutur ini nampak dalam tuturan antartokoh pada data (43), berikut pembahasannya: Terdapat konflik tertentu pada percakapan data (42) ini, sebagaimana yang tampak dalam konteks percakapannya bahwa Tuan Biswas sedang menuntut kasus Mungroo yang telah banyak berutang padanya. Tuan Biswas dengan tuturannya “Lima dolar” maksud dari tuturan ini yakni Tuan Biswas menawarkan uang sebesar lima dolar kepada pengacaranya dalam memenangkan kasusnya. Tindak jenis ini ditunjukan pada tindak tutur ilokusi acknowledgments accept yang terdapat dalam tuturan berikut: “Bagus kalau begitu”,ilokusi dari tuturan ini yakni menerima tawaran Tuan Biswas untuk membayarkan sejumlah uang tersebut kepada Seebaran. 4) Reject Tindak tutur acknowledgments reject biasanya ditandai dengan suatu penolakan. Jenis tindak tutur ini tampak dalam tuturan antartokoh data (44), berikut pembahasannya : Kedua tokoh dalam percakapan data (44) terjadi antara dua orang karib kerabat. Tuan Biswas dengan tuturannya “Satu dolar dua puluh sen”, yakni
73
bermaksud menawarkan uang sejumlah satu dolar dua puluh sen untuk membayar Seebaran dalam memenangkan kasusnya. Tindak jenis ini ditunjukan pada tindak ilokusi acknowlegments reject menolak yang terdapat dalam tuturan (137) berikut: “Engkau tidak bisa membayar satu dolar dua puluh sen kepada orang seperti Seebaran untuk memenangkan kasusmu”, ilokusi dari tuturan ini yakni tokoh Moti menolak tawaran Tuan Biswas yang ingin membayarnya dengan uang seperti yang disebutkannya tersebut, dengan alasan bahwa uang itu tidak akan ada artinya buat Seebaran, sebab ia adalah seorang pengacara yang cukup terkenal. Tuturan Moti ini berisi tindakan yakni agar Tuan Biswas mau menambah upah yang ditawarkan tersebut kepada Seebaran. 4.2.2 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Antartokoh dalam Novel Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas Karya V.S Naipaul. Leech mengklasifikasikan fungsi ilokusi yang terdiri dari kompetitif (Competitif),
menyenangkan
(convivial),
dan
bertentangan
(conflictive).
Berdasarkan hasil penelitian dalam novel “Sepetak Rumah untuk Tuan Biswas” karya V.S Naipaul terdapat fungsi ilokusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Leech di atas, berikut pembahasannya: 4.2.2.1 Fungsi Kompetitif (Competitif) Kompetitif (competitif) tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial, misalnya memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis. Pada hasil penelitian jenis fungsi
74
tindak tutur ilokusi ini terdapat dalam tuturan antartokoh yang tampak pada data (45) sampai dengan (50), berikut pembahasannya: Peristiwa tutur data (45) terjadi dalam suasana santai, dilakukan oleh dua orang tokoh yang keduanya merupakan seorang karib kerabat. Fungsi tindak tutur ilokusi dalam percakapan ini lebih ditujukan pada jenis fungsi kompetitif (competitif) meminta yang tampak dalam tuturan (138) berikut: “Sebaiknya kau sudahi mengecat papan reklame itu. Mereka mencari sopir yang baik untuk dipekerjakan di perkebunan”, tuturan tokoh Govind ini secara pragmatik mengandung pengertian bahwa ia meminta agar mitratuturnya mau meninggalkan pekerjaannya mengecat papan reklame. Perkataan Govind tuturan (138) mengimplikasikan bahwa ia menginginkan agar mitratuturnya mau bekerja di perkebunan sebagai sopir. Pada data (46), tuturan tokoh Chinta memenuhi fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif yang tampak dalam tuturan (140) berikut: “Jangan pergi , dik…”, maksud tuturan ini tidak lain yakni meminta agar Tuan Biswas tidak pergi meninggalkan rumah tersebut. Tuturan tokoh Chinta ini jelas demi kebaikan tokoh Tuan Biswas itu sendiri karena ia tak menginginkan Tuan Biswas pergi meninggalkan istrinya. Fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) dalam tuturan data (47) ditujukan dalam tuturan (142) berikut: “Akte Kelahiran”, dapat diketahui bahwa tokoh Ghany adalah seorang pengacara sedangkan tokoh Bipti adalah sebagai
75
kliennya dengan tuturannya yang demikian berarti ilokusi dari tuturan tokoh Bipti adalah meminta kepada mitatuturnya membuatkan akte kelahiran untuk ananknya. Dalam hal ini Ghany sendiri tahu maksud dari keinginan penutur yang nampak dalam tuturannya “Oh! Akte Kelahiran. Masalah biasa. Suatu pernyataan tertulis yang sah. Kapan di ambilnya? Tanggal lahirnya kapan?”. Dalam mengajukan pertanyaan kepada kliennya, Ghany tetap bersikap santai dan tenang tampa membuat kliennya tegang terhadapnya. Tindakan Ghany dalam menghadapi kliennya ini adalah tindakan yang memang seharusnya dilakukan oleh seorang pengacara pada umumnya. Percakapan data (48) terjadi antara dua orang tokoh yaitu Tara dan Tuan Biswas. Fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) ditujukan pada tuturan (150) berikut: “Ceritakan pada kami tentang rumahmu, Mohun …”, ilokusi dari tuturan ini yakni meminta kepada mitartuturnya untuk menceritakan rumah yang baru dibangunnya tersebut. Senyuman tokoh Tara kepada Tuan Biswas adalah sebuah tindakan rasa kagum dan bangga atas keberhasilannya membangun sebuah rumah. Hal ini tentu dapat dilihat dari tuturan tokoh Tara itu sendiri “kau sudah bekerja habis-habisan di Barak, dan itulah hasilnya”, dalam hal ini tokoh Tara sangat bangga dan antusias dengan hasil kerja keras Tuan Biswas. Tuturan dua tokoh data (49) memenuhi fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif (competitif) meminta tampak dalam tuturan (152) berikut: “Kau harus mengizinkan Anand bermain dengan rumah boneka itu”, ilokusi dari tuturan ini yakni meminta kepada mitratuturnya untuk mengizinkan Anand bermain di rumah
76
boneka. Sedang tuturan Savi “Ia ‘kan anak laki-laki”, maksud dari tuturan ini yakni menolak apa yang di inginkan oleh Tuan Biswas, dengan alasan bahwa anak laki-laki tidak sepatutnya bermain di rumah boneka. Data (50) memenuhi fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif meminta yang tampak dalam tuturan (154) berikut: “Kau tak usah mengindahkannya, Tara...”, maksud tuturan ini yakni tokoh Bipti meminta kepada mitratuturnya untuk tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Tuan Biswas. Tuturan Bipti ini berisi tindakan yakni agar Tara tidak lagi membujuk atau menghalang-halangi keinginan Tuan Biswas. 4.2.2.1 Fungsi Menyenangkan (Convivial) Fungsi menyenangkan (Convivial) tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial, seperti menawarkan, mengajak, mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat. Pada hasil penelitian, jenis fungsi tindak tutur ilokusi ini terdapat dalam tuturan antartokoh yang tampak pada data (51) sampai dengan (52), berikut pembahasannya: Percakapan data (51) terjadi antara Nyonya Tulsi dan anak menantunya Tuan Biswas atau yang akrab dipanggil Mohun. Fungsi tindak tutur ilokusi jenis ini masuk dalam fungsi menyenangkan (convivial) yang ditujukan pada tuturan (156) berikut: “Mohun?”, ilokusi dari tuturan Nyonya Tulsi ini yakni menyapa kedatangan anak menantunya itu. Tuturan tersebut dikatakan santun, sebab seperti yang tampak dalam konteks tuturan ini bahwa Tuan Biswas telah bersumpah
77
untuk tidak berbicara dengan ibu mertuanya, dan akhirnya ia menjawab “Ya, Ibu”, tuturan ini bertujuan untuk menghargai sapaan dari Nyonya Tulsi. Kedua tokoh dalam percakapan data (52) terjadi antara dua orang karib kerabat. Fungsi tindak tutur ilokusi jenis ini masuk dalam fungsi Menyenangkan (Convivial) yang ditujukan pada tuturan “Lima dolar”, ilokusi dari tuturan ini yakni Tuan Biswas menawarkan uang sejumlah lima dolar kepada Seebaran untuk memenangkan kasusnya. Tuturan di atas dikatakan sopan/santun karena tuturan tokoh Moti itu sendiri . 4.2.2.3 Fungsi Bekerjasama (Collaborative) Fungsi Bekerjasama (Collaborative) tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya: menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan. Pada hasil penelitian, jenis fungsi tindak tutur ilokusi ini terdapat dalam tuturan antartokoh yang tampak pada data (53) sampai dengan (56), berikut pembahasannya: Tuturan data (53) terjadi antara tokoh Dhari dan Raghu, dalam suasana yang cukup menegangkan. Fungsi tindak tutur ilokusi pada percakapan tersebut ditujukan pada fungsi collaborative mengumumkan yang tampak pada tuturan (162) berikut ; “Kolam, kolam. Anaknya Raghu menenggelamkan anak sapi di kolam. Anak sapi yang bagus. Anak sapiku yang pertama. Satu-satunya anak sapi milikku”. Secara pragmatik ilokusi dari tuturan tokoh Dhari ini yakni mengumumkan tentang anak sapinya yang ditenggelamkan oleh anak Raghu di kolam.
78
Tuturan data (54) terdapat fungsi tindak tutur ilokusi collaborative melaporkan yang ditujukan pada tuturan (164) berikut: “Paman Mohun memukulku. Ma, Paman Mohun memukulku”, ilokusi dari tuturan anak lelaki ini tidak lain yakni melaporkan apa yang telah dilakukakan oleh Mohun kepada ibunya bahwa dirinya telah dipukul. Fungsi jenis ini juga terdapa pada tuturan (168) berikut:“Pembohong jahanam!. Tak melakukan yang tidak-tidak? Dan siapa yang memecahkan semua botol air soda itu?”, ilokusi dari tuturan tokoh Mohun tidak lain yakni melaporkan bahwa anaknya telah memecahkan semua botol soda di tokonya. Dengan begitu tokoh Padma muncul dengan tuturannya pada kalimat (167) yang juga menunjukkan adanya fungsi collaborative melaporkan: “Beberapa botol pecah”, ilokusi dari tuturan Padma ini tidak lain adalah melaporkan kepada Tuan Biswas bahwa beberapa botol soda itu telah pecah. Percakapan pada data (55) terjadi antara seorang ibu dengan anaknya. Fungsi tindak tutur ilokusi terdapat pada tuturan (172) berikut : “Ikatlah dengan cepat dan benar, atau aku akan memberi sebuah pukulan kecil padamu”, secara pragmatik ilokusi dari tuturan tersebut yakni tokoh Shama ingin mengajarkan kepada anaknya tentang cara mengikat tali sepatu dengan cepat dan benar. Tuturan tokoh Shama ini berisi tindakan yakni agar Savi mau belajar mengikat tali sepatunya sendiri. Tuturan data (56) terjadi antara seorang anak dan ayahnya, yakni antara tokoh Anand dan tuan Biswas. Fungsi tindak tutur ilokusi ini lebih ditujukan pada fungsi bekerjasama (Collaborative) menyatakan yang tampak pada tuturan (174) berikut:
79
“Pa ... kita harus pindah. Kita harus pindah. Aku tidak tahan lagi untuk tinggal di sini”. ilokusi dari tuturan ini yakni tokoh Anand ingin menyatakan keinginannya yang ingin segera pindah dari rumah lamanya itu, dengan alasan bahwa dirinya sudah tidak tahan lagi dengan keadaan di rumah tersebut. Fungsi tindak tutur ilokusi juga terdapat pada tuturan (175) berikut : “Pindah? Semuanya pada saat yang bagus. Tunggulah sampai renovasi dan rumah Vilaku”. Dalam tuturan Tuan Biswas ini bukan berarti ia menolak keinginan yang dinyatakan oleh Anand, melainkan ilokusi dari tuturan tersebut yakni ia ingin menyatakan kepada Anand untuk memilih saat yang bagus, yakni saat renovasi rumahnya yang baru selesai. 4.2.2.4 Fungsi Bertentangan (Conflictive) Pada fungsi bertentangan unsur sopan santun tidak ada sama sekali karena fungsi ini bertujuan untuk menimbulkan kemarahan, seperti mengancam, menuduh, menyumpahi, dan memarahi. Pada hasil penelitian, fungsi jenis ini tampak pada tuturan antartokoh data 57 sampai dengan 63, berikut pembahasannya : Tuturan (data 57) terjadi antara dua tokoh, yaitu Seth (paman Shama) dan Tuan Biswas (suami Shama). Fungsitindak tutur ilokusi conflictive dalam tuturan data ini ditujukan pada tuturan (176) berikut: “Sungguh luar biasa. Ketika seorang pria menikah tidak selayaknya ia berharap orang lain memberinya makanan. Kenyataannya, ia harus member istrinya makanan. Saat aku menikah menurutmu aku ingin ibu Mai memberiku makanan?, dan masih ku dengar kalau engkau tak bahagia di sini?”, ilokusi dari tuturan Seth ini tidak lain adalah memarahi lawan tuturnya atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab atas
80
istrinya, tujuannya agar mitratuturnya sadar dan mau bekerja membantu pekerjaan keluarga Shama. Percakapan data (58) terjadi antara tokoh Tuan Biswas dan Dewa Muda (saudara Shama). Fungsi tindak tutur ilokusi tersebut ditujukan pada fungsi conflictive yang ditujukan pada tuturan
(178) berikut: “………. jika engkau
meludahiku lagi akan kukatakan hal ini kepada mama”, ilokusi dari tuturan ini yakni mengancam mitratuturnya,dengan cara mengadukan apa yang diperbuatnya kepada ibunya (Nyonya Tulsi) dengan maksud agar mitratuturnya tidak mengulangi kembali tindakannya tersebut. Tuturan adu mulut data (59) terjadi antara menantu dengan mertuanya, dalam hal ini mereka berbicara terang-terangan yang tuturan tersebut jelas-jelas merusak harga diri dari penutur maupun mitratuturnya. Maksud dari tuturan Bissoondaye adalah ingin membuat menantunya (Raghu) sadar dan menyesali akan perlakuannya (tindakannya) selama ini kepada Bipti (istrinya) dan juga terhadap anak-anaknya. Fungsi tindak tutur ilokusi conflictive pada data (59) ini lebih ditunjukkan pada tuturan (180) berikut: “…Tuhan telah membalas kesombongan dan kekasaranmu. Pergi dan lihatlah anakmu. Ia akan menyengsarakanmu….”, dalam tuturan ini secara tidak langsung Bissoondaye menyumpahi bahwa anaknya itu akan menyengsarakannya kelak, sebagai balasan dari kesombongannya. Pada tuturan (182) terdapat pula fungsi conflictive memarahi, berikut tuturannya “Aku telah memperingatkanmu. Kau hanya bisa melihatnya pada hari ke-21. Jika
81
engkau berbuat bodoh sekarang maka kau tanggung akibatnya”, secara pragmatik ilokusi dari tuturan ini yakni tokoh Bissoondaya memarahi anak menantunya (Raghu), agar ia sadar akan tanggungjawabnya kepada anaknya. Tuturan data (60) terjadi antara Bhandat dan Tuan Biswas karyawannya. Fungsi tindak tutur ilokusi ini lebih ditujukan pada conflictive menuduh yang tampak dalam tuturan (184) berikut: “Tadi malam aku punya 26 lembar dolar. Pagi ini hanya tinggal 25. Kau apakan uangnya, eh?”, ilokusi dari tuturan tokoh Bhandat yakni menuduh Tuan Biswas mengambil uang miliknya, dengan alasan bahwa Bhandat kehilangan satu lembar dolar dan hanya Tuan Biswas yang berada di bar malam itu saat Bhandat pergi. Sedang jawaban tuturan Tuan Biswas “Aku tidak tahu. Aku bahkan tidak tahu kapan kau pulang tadi malam. Aku tidur terus semalaman”, tuturan ini bermaksud untuk mengatakan bahwa dirinya tidak tahu menahu mengenai uangnya yang hilang. Namun pengakuan Tuan Biswas tidak mendapat kepercayaan dari tokoh Bhandat nampak dalam tuturannya: ”Tidur. Ya, tidur seperti ular”. Pada data (61), Shama dengan tindakannya membawakan makanan untuk suaminya adalah sebuah tindakan yang baik. Namun terdapat maksud tertentu yang dilakukan oleh tokoh Shama dengan tindakannya itu, yaitu tampak dalam tuturannya
“Paman ingin bertemu denganmu“, yaitu agar suaminya mau
memenuhi panggilan pamannya. Fungsi tindak tutur ilokusi conflictive pada tuturan data (61) ini lebih ditujukan pada tuturan (187) berikut: “Apa yang telah engkau perbuat dan engkau katakan? Kau membuat semua orang menentangmu. Kau tak berkeberatan. Tetapi bagaimana denganku? Engkau tak bisa memberiku
82
apa-apa dan kau ingin mencegah orang lain melakukan apa pun untukku. Engkau mudah saja berkata akan mengepak barang-barangmu lalu pergi. tetapi engkau tahu itu hanya gertakan sambal. Apa yang kau dapatkan?,” tuturan Shama ini bermaksud untuk memarahi suaminya yang selalu menentang keluarganya, tujuannya adalah agar suaminya bisa menyadari perbuatannya yang demikian itu. Namun Shama dengan tuturannya tersebut tidak berhasil mencapai apa yang diharapkannya, karena Tuan Biswas sendiri tetap menolak untuk bertemu dengan paman Shama. Fungsi tindak tutur ilokusi conflictive pada tuturan data (62) tersebut lebih ditujukan pada tuturan (194) berikut: “Apa maksudmu? Apakah kau mencoba merahasiakan sesuatu dariku? Setiap orang di desa ini tahu bahwa Raghu punya uang banyak. Aku yakin ia telah meninggalkanmu uang cukup banyak untuk memulai usaha kecil”, secara pragmatik tuturan tokoh Tara tresebut adalah menuduh lawanbicaranya merahasiakan uang yang ditinggalkan Raghu untuknya, padahal tokoh Bipti sudah mengatakan bahwa dirinya benar-benar tidak tahu, dan kebenarannya memang Raghu semasa hidupnya benar-benar tidak memiliki cukup banyak uang. Tuturan data (63) terjadi antara seorang anak dengan orang tuanya. Diawali dari tuturan tokoh Bipti berikut: “Kalian harus pergi mengambil kayu sebelum hari gelap” tuturan ini di tujukan Bipti kepada kedua putranya Pratap dan Prasad, dengan
maksud agar
keduanya
segera bertindak
melakukan pekerjaan
sebagaimana yang diperintahkannya. Namun jawaban dari anaknya dengan tuturannya “Kenapa ibu menyuruhku sekarang? Kenapa ibu menyuruhku tiap
83
hari? Aku takkan pergi”, ini merupakan sebuah tanda adanya perlawanan dari lawan tuturnya, sebuah penolakan yang diucapkan secara terang-terangan. Fungsi tindak tutur ilokusi Complictive lebih ditujukkan pada tuturan (197) berikut: “Dengar, ya. Jangan karena engkau ,menghasilkan uang kau merasa dirimu lelaki sejati. Lakukan yang diminta ibumu. Dan cepatlah pergi, sebelum kupukulkan tongkat ini, meskipun belum selesai dibuat”, tuturan ini berisi ancaman yang bermaksud untuk memarahi kedua putranya yang membantah perintah ibunya, tujuan dari tuturan ini tidak lain adalah agar kedua putranya pergi mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya.