NILAI KARAKTER PADA TINDAK TUTUR LOKUSI, ILOKUSI, DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL ASTRAL ASTRIA KARYA FIRA BASUKI Nurul Hanifah, Drs. I Wayan Wendra, M.Pd., Drs. I Nyoman Merdhana, M.Pd Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected]/
[email protected]/
[email protected]/@undiksha.ac.id} ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui nilai karakter yang ada dalam bentuk tindak tutur lokusi pada novel tersebut; (2) Mengetahui nilai karakter yang ada dalam bentuk tindak tutur ilokusi pada novel tersebut; (3) Mengetahui nilai karakter yang ada dalam bentuk tindak tutur perlokusi pada novel tersebut. Subjeknya yaitu novel Astral Astria karya Fira Basuki. Objek yang diteliti yaitu nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Rancangan penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi dan identifikasi. Instrumen yang digunakan adalah media berupa tabel kriteria. Hasil penelitian ini adalah (1) Bentuk tindak tutur lokusi dalam novel tersebut terdapat 10 nilai pendidikan karakter yaitu nilai mandiri, nilai gemar membaca, nilai demokratis, nilai menghargai prestasi, nilai kreatif, nilai bersahabat/komunikatif, nilai kerja keras, nilai mandiri, nilai peduli sosial, nilai rasa ingin tahu, dan nilai tanggungjawab; (2) Bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel tersebut terdapat 11 nilai pendidikan karakter yaitu nilai religius, nilai peduli sosial, nilai toleransi, nilai bersahabat/komunikatif, nilai rasa ingin tahu, nilai kerja keras, nilai demokratis, nilai menghargai prestasi, nilai tanggungjawab, dan nilai kreatif; (3) Bentuk tindak tutur perlokusi dalam novel tersebut terdapat 7 nilai pendidikan karakter yaitu nilai peduli sosial, nilai bersahabat/komunikatif, nilai rasa ingin tahu, nilai kerja keras, nilai demokratis, nilai tanggungjawab, dan nilai kreatif. Kata kunci: pendidikan karakter dan lokusi, ilokusi, perlokusi
ABSTRACT This research as purposes are (1) to know the character value of locution in the novel; (2) to know the character value of illocution in the novel; (3) to know the character value of perlocution in the novel. The subject is the Astral Astria novel by Fira Basuki. The object which is investigated is the character value education in form of locution, illocution and perlocution of speech act. Design of this research is descriptive qualitative. The result of this research are (1) form of locution in the novel found that there are 10 character values education namely independent, love reading, democratic, achievement respect, creativity, friendliness/communicative, hard work, social care, curiosity, and responsibility; (2) formof illocution in the novel found that there are 11 character values education namely religious, social care, tolerant, friendliness/communicative, curiosity, hard work, democratic, achievement respect, responsibility, and creativity; (3) form of perlocution in the novel found that there are 7 character values education namely social care, friendliness/communicative, curiosity, hard work, democratic, responsibility, and creativity. Key words: character education and locution, illocution, perlocution
PENDAHULUAN Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya menggunakan bahasa. Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti keduanya berhubungan erat. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran atau gagasannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, manusia harus menguasai keterampilan berbahasa. Tarigan (1986 : 2) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa meliputi empat macam, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan bahasa mempunyai hubungan yang erat dan konsep berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikiran, semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula pikirannya. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003:9) berpendapat bahwa bahasa adalah sistem lambang arbiter yang digunakan untuk bekerjasama, berinteraksi, atau mengidentifikasikan diri. Meningkatkan bahasa sebagai lambang makna dalam bahasa lisan lambang itu diwujudkan dalam bentuk tindak ujar dan dalam bahasa tulis wujud simbol tulisan dan keduanya memiliki tempat masing-masing. Baik bahasa lisan maupun tulisan digunakan manusia untuk berkomunikasi. Bahasa lisan dan tertulis dapat diungkapkan atau diwujudkan dengan menggunakan berbagai sarana. Sarana yang digunakan untuk merealisasikan tuturan tersebut dapat diungkapkan melalui media massa, yakni melalui media elektronik maupun media cetak. Media massa sebagai sarana komunikasi tidak hanya berarti pemberitahuan, namun berarti pula pengumuman, penerangan, penjelasan, penyuluhan, perintah, intruksi, nasehat, ajakan, rayuan, dan sebagainya (Effendy,1986:61). Di dalam komunikasi yang wajar dapat diasumsi bahwa seorang penutur
mengartikulasi tuturan dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada mitra tuturnya. Tujuan terjalinnya komunikasi agar mitra tutur dapat memahami apa yang dikomunikasikan tersebut. Penutur harus berusaha agar tuturanya selalu relevan dengan konteks, jelas dan mudah dipahami, padat dan ringkas, dan selalu pada persoalan, sehingga tidak menghabiskan waktu lawan bicaranya. Tuturan harus mudah dipahami dan diingat oleh mitra tutur. Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik di antara alat-alat komuikasai lainnya. Apalagi bila dibandingkan dengan alat komunikasi yang digunakan mahluk sosial lain. Dalam setiap komunikasi manusia menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka, dalam setiap proses komunikasi ini terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur (peristiwa bahasa) dan tindak tutur (perilaku bahasa). Dalam kedua peristiwa inilah terjadi lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam meghadapi situasi tertentu. Dalam peristiwa tutur dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih memperhatikan pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak ilokusi ini biasanya berhubungan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh menawarkan, dan menjanjikan. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku non linguistik dari orang lain itu. Dalam pembelajaran
pragmatik khususnya pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi sangat penting untuk dipelajari guna mengetahui tindakan pada tuturan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap tuturan tersebut. Guna mengatasi moral anak bangsa, saat ini pemerintah dan rakyat Indonesia tengah gencar mengimplementasikan pendidikan karakter pada institusi pendidikan; mulai dari tingkat dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA/MA), hingga perguruan tinggi. Melalui pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan krisis moralitas anak bangsa bisa segera diatasi. Lebih dari itu, diharapkan pada masa yang akan datang terlahir generasi anak bangsa dengan ketinggian budi pekerti dan menciptakan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membentuk karakter unggul (dalam Wibowo, 2013:10). Adapun yang dimaksud karakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen sekolah harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang
permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori sastra adalah novel, cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, dan lukisan/kaligrafi (dalam Jabrohim, 1994: 36). Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau katakata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut. Novel berbeda dengan roman. Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran (tokoh cerita) juga lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak terlalu banyak. Perkembangan kesusasteraan tentu tidak bisa dilepaskan dari perkembangan bahasa. Bahasa merupakan medium yang menentukan kesuksesan sebuah karya sastra. Bahasa menjadi penanda (signifie) bagi keberadaan sebuah petanda (signifier). Petanda di sini merujuk kepada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Menurut Rolland Barthes (dalam majalah Haluan, 2011), ahli semiotika (ahli tanda) berkebangsaan Swiss, kedua konsep tersebut ada untuk saling melengkapi. Dalam dunia kepenulisan, penanda ini merujuk kepada gaya bahasa atau gaya kepenulisan pengarang atau yang lebih populer dengan style (gaya kepenulisan). Karya sastra merupakan salah satu bagian dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia yang bisa memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat dan keragaman budaya melalui pembelajaran sastra. Seorang guru menggunakan karya sastra yang berupa novel sebagai media
dan sumber belajar yaitu sebagai alat yang dgunakan untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal itu yang membuktikan bahwa karya sastra sebagai media dan sumber belajar. Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan oleh seorang pengajar atau pendidik dalam proses belajar mengajar. Guru bahasa sering menggunakan novel sebagai media dan sumber belajar dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Pringgawidagda (2002:144) yang mengatakan bahwa sumber belajar dan pembelajaran dapat berupa (1) buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang pernah dipakai yang masih sesuai, buku perlengkapan, dan buku bacaan, (2) media cetak, majalah biasa, (3) media elektronik: radio, kaset, tv, video, (4) lingkungan, (5) narasumber, (6) pengalaman, (7) minat dan hasil karya pembelajaran. Salah satu karya sastra yang digemari oleh sejumlah kalangan saat ini adalah novel. Sebagaimana karya sastra yang lain, novel mengandung nilai-nilai kehidupan yang patut dipelajari. Disamping itu, novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang berupa fiksi memiliki beberapa kelebihan. Novel memiliki nilai-nilai dan unsur-unsur yang lengkap, ceritanya pun jelas yang menceritakan kehidupan sejak lahir atau sejak anak-anak hingga dewasa bahkan sampai meninggal. Novel dapat menjadi media dan sumber dalam pembelajaran, apalagi saat ini pemerintah telah menggunakan nilai pendidikan karakter untuk setiap materi pelajaran guna mengatasi moral anak saat ini. Hal tersebut yang membuat penulis ingin meneliti tentang hal-hal tersebut. Penulis merasa tertarik untuk meneliti nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki karena penelitian tersebut termasuk dalam internalisasi pendidikan melalui pengajaran sastra. Bentuk tindak tutur yang ada dalam novel itu termasuk pengajaran sastra. Sebenarnya semua mata pelajaran bisa dioptimalkan sebagai sarana internalisasi karakter. Hanya saja, penulis memandang pengajaran sastra memiliki pertalian erat dengan internalisasi
pendidikan karakter. Menurut Suhardini (2013), pengajaran sastra memiliki pertautan erat dengan pendidikan karakter, karena pengajaran sastra dan sastra pada umumnya membicarakan nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan karakter manusia. Di samping itu, pembentukan karakter seseorang juga dapat dilihat dari sudut pandang tindak tuturnya baik itu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Jadi sangatlah penting mempelajari bentuk tindak tutur, karena tindak tutur tersebut dapat melihat karakter seseorang baik secara lisan (langsung) maupun tulisan (dalam sebuah novel, cerpen, dll). Penelitian yang berkaitan dengan bentuk-bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi pernah dilakukan oleh Diyat Saputra (2010) dengan judul skripsi “Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Pada Wacana Iklan Radio Gajah Mada FM Semarang”. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi digunakan dalam wacana iklan radio yang memudahkan pendengar untuk memahami wacana iklan radio tersebut. Namun, kajian dari penelitian ini masih menggunakan penelitian murni. Peneliti adalah mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang menuntut peneliti menggunakan penelitian pendidikan. Maka dari itu, peneliti menggunakan penelitian sejenis di atas yang berupa bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dan menambahkannya dengan nilai pendidikan karakter agar penelitian milik peneliti menjurus kepada pendidikan. Selain itu, penelitian sejenis yang berkaitan dengan nilai pendidikan karakter yang pernah dilakukan oleh Ni Made Ermadwicitawati (2013), yaitu “Pengembangan Materi Ajar Cerita Anak yang Mengandung Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Membaca Cerita Anak SMP Kelas VII di Singaraja” yang merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan karakter digunakan pada pembelajaran membaca cerita anak SMP kelas VII di Singaraja karena menurut penelitinya yaitu pendidikan karakter sudah harus digunakan pada pembelajaran di
sekolah. Namun, kajian dari penelitian ini hanya mencakup pada materi ajar cerita anak. Penelitian sejenis ini sama-sama meneliti pembelajaran membaca, hanya saja yang berbeda adalah bacaannya. Peneliti menggunakan novel sebagai pengganti pembelajaran membaca cerita anak tersebut. Maka dari itu, peneliti menggunakan novel Astral Astria karya Fira Basuki untuk mencari nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat pada novel tersebut. Berbeda dengan penelitianpenelitian lain yang telah disebutkan di atas, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui nilai karakter yang ada pada tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Peneliti mengambil penelitian tentang novel ini, karena peneliti merasa bahwa novel ini memiliki isi yang mendidik (terdapat unsur sejarahnya). Dasar dari pemikiran novel pilihan peneliti ini yaitu Fira Basuki pemilik novel Astral Astria ini adalah novelis sekaligus penulis terkenal yang memiliki banyak tulisan baik itu novel, artikel, kumpulan cerpen, dan masih banyak yang lainnya. Tidak hanya itu, tulisan Fira Basuki sudah banyak yang membaca karena banyaknya pembaca novel Astral Astria tersebut yang menuntut peneliti mengambil novel ini untuk mengetahui sisi lain (bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi) dalam novel ini, cara Fira Basuki menulis dalam tulisannya dapat mengajak pembaca ikut dan terbawa dalam ceritanya, dan sudah tentu layak diteliti karena keistimewaannya dalam menulis dan tulisannya. Dalam penelitian ini, yang ditekankan adalah nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel agar peneliti-peneliti lain atau yang lainnya dapat mengetahui nilai karakter yang ada dalam bentuk tindak tutur tersebut. Atas dasar itulah penelitian ini menjadi penting dilakukan, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam, penelitian ini diberi judul “ Nilai Karakter pada Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi dalam Novel Astral Astria Karya Fira Basuki ”.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, yang terdiri atas reduksi, penyajian data, dan verifikasi atau simpulan data. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan menggambarkan data secara sistematis berdasarkan fakta di lapangan. Penelitian ini mendeskripsikan nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu novel Astral Astria karya Fira Basuki. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Metode dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kriswanto (2008) Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang checklist untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check di tempat yang sesuai. Jadi, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan teknik baca dan catat. Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan menggunakan media yaitu tabel kriteria. Tabel kriteria ini diidentifikasikan berdasarkan bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki dan nilai pendidikan karakter yang sesuai dengan Kemendiknas (2010). Adapun metode yang digunakan yaitu metode identifikasi. Kegiatan analisis data tersebut dilakukan dalam empat tahap, yaitu: Membaca novel dengan cermat. Menentukan jenis tindak tutur dengan mencatat dan memberi kode ( recording
dan coding). Mengidentifikasi data berdasarkan katagori penulisan tuturan dalam novel dan memberikan nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tuturnya (lokusi, ilokusi, dan perlokusi). Menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan-temuan dalam penelitian ini meliputi nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Dalam hasil penelitian, peneliti menggunakan 20 sampel sebagai data pada penelitian ini karena peneliti merasa terlalu banyaknya jumlah data dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Contoh data: “Aku tinggalkan kamu sendirian. Selamat jalan Astria,” (hal. 2) Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kalimat di atas adalah nilai mandiri karena pada kalimat di atas menunjukkan sikap dan prilaku yang tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kalimat di atas yang meninggalkan lawan tutur sendiri. Kalimat di atas itu Astria ingin melakukan perjalanan astral, sehingga guru yang mendampingi Astria ini berkata seperti di atas dan Astria merespon dengan tersenyum tanda ia mengerti kata gurunya. Hal tersebut yang membuktikan bahwa kalimat di atas menunjukkan bentuk tindak tutur lokusi karena kalimat tersebut menyatakan sesuatu, memberitahukan bahwa si guru ini akan meninggalkannya sendiri di suatu ruangan, dan tuturan itu juga dapat dipahami oleh mitra tutur (Astria). Jadi temuan yang diperoleh dari nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki menggunakan 20 sampel sebagai data penelitian. Adapun jenis dan jumlah dari nilai pendidikan karakter yang tercantum pada bentuk tindak tutur lokusi yaitu 2 nilai mandiri, 1 nilai gemar membaca, 2 nilai demokratis, 2 nilai menghargai prestasi, 4 nilai kreatif, 2 nilai bersahabat/komunikatif, 4 nilai kerja keras, 2 nilai rasa ingin tahu, 2 nilai peduli sosial, dan 1 nilai tanggungjawab. Jenis nilai karakter yang terdapat pada bentuk tindak
tutur ilokusi berjumlah 10 jenis nilai karakter. Jumlah total dari nilai pendidikan karakter yang ada pada bentuk tindak tutur lokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yaitu terdapat 22 nilai pendidikan karakter. Contoh data: “Doakan pesawatku tidak rusak, mas….”(hal. 9) Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kalimat di atas adalah nilai religius yaitu perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Hal itu karena kalimat tersebut menunjukkan bahwa dengan kata doa itu menunjukkan ajaran agama dan secara tidak langsung tertuju kepada Tuhan. Astria meminta do’a untuk perjalanan astralnya, maka terjadilah kalimat tuturan di atas yang memiliki maksud tertentu dan lawan tuturnya merespon “Pesawatmu hanyalah keyakinanmu dan kepasrahanmu pada Gusti Allah. Hal tersebut membuktikan bahwa kalimat di atas menunjukkan bentuk tindak tutur ilokusi yaitu menunjukkan maksud meminta doa agar rohnya yang keluar dari raga tidak rusak dan bisa kembali ke raganya. Jadi temuan yang diperoleh dari nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki menggunakan 20 sampel sebagai data penelitian. Adapun jenis dan jumlah dari nilai pendidikan karakter yang tercantum pada bentuk tindak tutur ilokusi yaitu 2 nilai religius, 1 nilai toleransi, 1 nilai mandiri, 1 nilai demokratis, 3 nilai menghargai prestasi, 2 nilai kreatif, 3 nilai bersahabat/komunikatif, 3 nilai kerja keras, 1 nilai rasa ingin tahu, 3 nilai peduli sosial, dan 2 nilai tanggungjawab. Jenis nilai karakter yang terdapat pada bentuk tindak tutur ilokusi berjumlah 11 jenis nilai karakter. Jumlah total dari nilai pendidikan karakter yang ada pada bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yaitu terdapat 22 nilai pendidikan karakter. Contoh data: “Min… Kirmin! Istri karo anakmu ditabrak mobil!” (hal.290) Adanya kalimat tuturan terjadi saat ada seseorang yang teriak datang ke rumah Kirmin, maka terjadilah kalimat tuturan di atas yang menimbulkan efek si Kirmin kaget dan lari mencari anak dan
istrinya. Hal tersebut membuktikan bahwa kalimat di atas menunjukkan bentuk tindak tutur perlokusi karena dalam kalimat di atas penutur tidak hanya memberitahukan kepada lawan tutur tetapi juga mengakibatkan efek lawan tutur atau si Kirmin ini lari sekencang-kecangnya untuk menemui istri dan anaknya yang tertabrak mobil. Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kalimat di atas adalah nilai peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai peduli sosial yaitu sikap atau tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan, sedangkan nilai tanggung jawab yaitu sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Hal itu dibuktikan dalam kalimat tuturan di atas yakni penutur memberi tahu kepada kirmin bahwa istri dan anaknya ditabrak mobil dan si kirmin Pembahasan Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Jadi, yang termasuk dalam kategori sastra adalah novel, cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, dan lukisan/kaligrafi (dalam Jabrohim, 1994: 36). Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra yang berupa cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Fira Basuki pemilik novel Astral Astria ini adalah novelis sekaligus penulis terkenal yang memiliki banyak tulisan baik itu novel, artikel, kumpulan cerpen, dan masih banyak yang lainnya. Cara Fira Basuki menulis dalam tulisannya itu dapat mengajak pembaca masuk dan terbawa dalam ceritanya. Dengan demikian, fungsi sastra “memanusiakan manusia “ bisa tersampaikan terutama dalam novelnya. Novel Astral Astria ini adalah media untuk
yang bertaggungjawab atas anak dan istrinya yang membuat kirmin berlari karena rasa tanggungjawabnya. Jadi temuan yang diperoleh dari nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki menggunakan 20 sampel sebagai data penelitian. Adapun jenis dan jumlah dari nilai pendidikan karakter yang tercantum pada bentuk tindak tutur perlokusi yaitu 4 nilai demokratis, 6 nilai kreatif, 3 nilai bersahabat/komunikatif, 1 nilai kerja keras, 4 nilai rasa ingin tahu, 3 nilai peduli sosial, dan 2 nilai tanggungjawab. Jenis nilai karakter yang terdapat pada bentuk tindak tutur perlokusi berjumlah 7 jenis nilai karakter. Jumlah total dari nilai pendidikan karakter yang ada pada bentuk tindak tutur perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yaitu terdapat 23 nilai pendidikan karakter. mencari nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Nilai pendidikan karakter digunakan dalam penelitian ini untuk menemukan nilainilai pendidikan karakter apa sajakah yang ada pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel tersebut. Wibowo (2013:10) menyatakan guna mengatasi moral anak usia sekolah, pemerintah tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter pada institusi pendidikan; mulai dari tingkat dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA/MA), hingga perguruan tinggi. Maka dari itu, nilai pendidikan karakter dapat dijadikan sebagai objek dalam segala bentuk subjek baik itu sastra, bahasa, maupun pelajaran umum yang digunakan dalam penelitian. Ada beberapa hal yang dianggap penting sehubungan dengan nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang menggunakan novel Astral Astria karya Fira Basuki sebagai media dalam penelitian ini. Temuan-temuan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, novel Astral Astria itu adalah sebuah novel yang di dalamnya terdapat banyak tuturan dan tindak tutur yang dapat dianalisis tuturannya untuk
menemukan nilai karakter dalam novel tersebut. Dapat diketahui bahwa isi dalam novel selain berupa pengantar tuturan ada juga tuturan dan tindak tuturnya. Pada setiap tuturannya terdapat kandungan nilainilai dan norma-norma berbicara, hal tersebutlah yang menjadikan novel dapat dianalisis untuk menemukan nilai karakter. Kedua, novel Astral Astria ini mengandung banyak unsur pendidikan dan sejarah yang dapat mencantumkan nilai pendidikan karakter pada setiap tuturannya. Novel Astral Astria ini menceritakan seorang anak yang menjadi titisan seorang ratu yang hidup di sebuah kerajaan di pegunungan Dieng. Seorang anak itu adalah Astria yang mendapat kelebihan tersebut. Novel ini juga menceritakan daerah pegunungan Dieng di masa lalu. Saat ini banyak siswa yang mengabaikan sejarah, padahal yang diketahui sejarah sangat berperan penting dalam pendidikan dan kehidupan. Dengan adanya sejarah manusia jadi tahu tentang masa lalu dunia ini, dari sejarah bisa mempelajari hidup dari pengalaman masa lalu, dan dari masa lalu manusia bisa jadi lebih baik dari sebelumnya. Maka, jelaslah unsur sejarah dan unsur pendidikan yang ada pada novel ini dapat dicantumkan nilai karakter. Ketiga, novel adalah sebuah karya sastra yang menceritakan kehidupan seseorang dan membicarakan nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan karakter manusia. Dalam karya sastra baik itu novel, cerpen, maupun puisi selalu menceritakan tentang pengalaman dan kehidupan seseorang yang secara tidak langsung nilai-nilai dalam kehidupan ituberkaitan dengan pembentukan karakter seseorang atau manusia. Keempat, novel Astral Astria karya Fira basuki dapat menjadi media atau sumber untuk menemukan bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam novel sastra selalu menggunakan percakapan atau tuturan dan tindak tuturnya. Menurut Austin (1962: 99), bahasa atau tutur dapat dipakai untuk membuat kejadian karena pada umumnya ujaran yang merupakan tindak tutur mempunyai kekuatan-kekuatan dalam tuturan.
Novel Astral Astria karya Fira Basuki sebagai media atau sumber untuk menemukan dan mengetahui nilai pendidikan karakter apa saja yang ada pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Hal tersebut dapat dilihat dalam penjelasan selanjutnya. Novel Astral Astria adalah sebuah novel yang bentuk di dalamya tidak hanya tercantum pengantar setiap tuturan tetapi adanya proses komunikasi. Dalam setiap komunikasi, subjek menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Maka, dalam hal ini terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur (peristiwa bahasa) dan tindak tutur (perilaku bahasa). Dalam kedua peristiwa inilah terjadi lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Selain itu, sastra dalam nilai pendidikan karakter sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang, sastra memiliki pertalian erat dengan nilai pendidikan karakter karena sastra pada umumnya membicarakan nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan karakter manusia (Wibowo, 2003: 19). Dengan menggunakan novel sebagai media untuk mengungkapkan nilainilai atau norma-norma dalam masyarakat digunakan oleh pendidik saat ini untuk membantu masyarakat memperbaiki moral anak usia sekolah. Novel banyak memberikan kisah-kisah yang mampu menjadikan pembacanya berimajinasi dan masuk dalam cerita novel tersebut (Wibowo, 2003:159). Banyak penikmat novel yang terpengaruh dengan isi yang ada dalam novel, mulai dari gaya berbicara hingga perilaku, tentunya setelah membaca dan memahaminya. Hal ini sangat baik apabila pendidik mampu memasukkan pendidikan karakter untuk bisa memengaruhi anak didiknya. Penelitian yang berkaitan dengan bentuk-bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi pernah dilakukan oleh Diyat Saputra (2010) dengan judul skripsi “Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Pada Wacana Iklan Radio Gajah Mada FM Semarang”. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi digunakan dalam wacana iklan radio yang memudahkan
pendengar untuk memahami wacana iklan radio tersebut. Namun, kajian dari penelitian ini masih menggunakan penelitian murni. Peneliti adalah mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang menuntut peneliti menggunakan penelitian pendidikan. Maka dari itu, peneliti menggunakan penelitian sejenis di atas yang berupa bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dan menambahkannya dengan nilai pendidikan karakter agar penelitian milik peneliti menjurus kepada pendidikan. Selain itu, penelitian sejenis yang berkaitan dengan nilai pendidikan karakter yang pernah dilakukan oleh Ni Made Ermadwicitawati (2013), yaitu “Pengembangan Materi Ajar Cerita Anak yang Mengandung Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Membaca Cerita Anak SMP Kelas VII di Singaraja” yang merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan karakter digunakan pada pembelajaran membaca cerita anak SMP kelas VII di Singaraja karena menurut penelitinya yaitu pendidikan karakter sudah harus digunakan pada pembelajaran di sekolah. Namun, kajian dari penelitian ini hanya mencakup pada materi ajar cerita anak. Penelitian sejenis ini sama-sama meneliti pembelajaran membaca, hanya saja yang berbeda adalah bacaannya. Peneliti menggunakan novel sebagai media dalam penelitian ini, sedangkan pada penelitian sejenis menggunakan media cerita anak dalam penelitiannya. Maka dari itu, peneliti menggunakan novel Astral Astria karya Fira Basuki untuk mencari nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat pada novel tersebut. Berbeda dengan penelitian-penelitian lain yang telah disebutkan di atas, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui nilai karakter yang ada pada tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Peneliti menemukan hasil dari penelitian ini yaitu nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yang telah tercantum ada 10 nilai pendidikan karakter, yakni 2 nilai mandiri, 1 nilai gemar
membaca, 2 nilai demokratis, 2 nilai menghargai prestasi, 4 nilai kreatif, 2 nilai bersahabat/komunikatif, 4 nilai kerja keras, 2 nilai peduli sosial, 2 nilai rasa ingin tahu, dan 1 nilai tanggungjawab. Adanya nilai karakter lebih dari satu mengakibatkan jumlah nilai karakter yang sesuai dengan sampel data berjumlah 20 menjadi 22 nilai karakter pada setiap bentuk tindak tutur lokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yang telah tercantum ada 11 nilai pendidikan karakter, yakni 2 nilai religius, 3 nilai peduli sosial, 1 nilai toleransi, 3 nilai bersahabat/komunikatif, 1 nilai rasa ingin tahu, 3 nilai kerja keras, 1 nilai demokratis, 4 nilai menghargai prestasi, 2 nilai tanggungjawab, dan 2 nilai kreatif. Adanya lebih dari satu nilai karakter yang menyebabkan sampel data yang 20 menjadi 22 nilai karakter pada 20 kalimat bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Sedangkan nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yang telah tercantum ada 7 nilai pendidikan karakter, yakni 3 nilai peduli sosial, 3 nilai bersahabat/komunikatif, 4 nilai rasa ingin tahu, 1 nilai kerja keras, 4 nilai demokratis, 2 nilai tanggungjawab, dan 6 nilai kreatif. Adanya lebih dari satu nilai karakter yang menyebabkan sampel data yang 20 menjadi 23 nilai karakter pada 20 kalimat bentuk tindak tutur perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Maka, jelaslah nilai-nilai tersebut pada temuantemuan di atas adalah nilai-nilai karakter yang digunakan pemerintah atau kemendiknas pada tahun 2010. Bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki memiliki nilai-nilai karakter yang sesuai dengan kemendiknas (2010) dan sangat diperlukan bagi anak usia sekolah tetapi untuk novel biasanya digunakan oleh siswa SMA/MA, karena novel tersebut adalah bacaan berat yang biasanya dikonsumsi remaja hingga dewasa. Jadi, media yang digunakan peneliti berupa bentuk karya sastra yaitu sebuah novel. Novel ini sangat efektif digunakan
dalam menentukan nilai-nilai pendidikan karakter, apalagi yang digunakan peneliti adalah novel Astral Astria karya Fira basuki yang diminati pembaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan dan unsur sejarah yang penting bagi anak usia sekolah karena sejarah itu dapat membuat tahu seseorang pada kehidupan masa yang lalu. Selain itu, pembaca juga merasa ikut terhanyut dalam cerita pada novel karya Fira Basuki ini, karena novel itu sendiri menceritakan tentang kehidupan yang berkaitan langsung dengan nilai karakter. Novel juga berisi tentang percakapan atau tuturan dan tindak tuturnya, maka jelaslah bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam novel tersebut digunakan dalam menentukan nilai pendidikan karakter. Penelitian ini terbatas pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Sesungguhnya bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi memiliki beberapa tipe pada setiap bentuk tindak tuturnya. Adapun tipe-tipe tersebut, sebagai berikut. Pada bentuk tindak lokusi memiliki tiga tipe, yaitu naratif, deskriptif, dan informatif. Pada bentuk tindak tutur ilokusi memiliki empat golongan besar dan setiap golongan memiliki beberapa tipe, adapun golongan tesebut, yaitu konstatif, direktif, komisif, dan acknowledgment. Sedangkan pada bentuk tindak tutur perlokusi tidak memiliki tipe tetapi pada bentuk tindak tutur perlokusi ini menggunakan non linguisti atau non verba (Austin, 1962 : 165) tipe-tipe tersebut masih luput dalam penelitian ini. Untuk itu peneliti lain diharapkan meneliti tipe-tipe yang terdapat pada bentuk tindak tutur baik itu lokusi, ilokusi, ataupun perlokusi atau dapat meneliti lebih dalam bentuk tindak tutur tersebut. Simpulan dan Saran Simpulan penelitian ini, sebagai berikut. 1. Nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur lokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yang telah tercantum ada 10 nilai pendidikan karakter, yakni 2 nilai mandiri, 1 nilai gemar membaca, 2 nilai demokratis, 2 nilai menghargai prestasi, 4 nilai kreatif, 2 nilai bersahabat/komunikatif, 4 nilai
kerja keras, 2 nilai peduli sosial, 2 nilai rasa ingin tahu, dan 1 nilai tanggungjawab. Adanya nilai karakter lebih dari satu mengakibatkan jumlah nilai karakter yang sesuai dengan sampel data berjumlah 20 menjadi 22 nilai karakter pada setiap bentuk tindak tutur lokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. 2. Nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yang telah tercantum ada 11 nilai pendidikan karakter, yakni 2 nilai religius, 3 nilai peduli sosial, 1 nilai toleransi, 3 nilai bersahabat/komunikatif, 1 nilai rasa ingin tahu, 3 nilai kerja keras, 1 nilai demokratis, 4 nilai menghargai prestasi, 2 nilai tanggungjawab, dan 2 nilai kreatif. Adanya lebih dari satu nilai karakter yang menyebabkan sampel data yang 20 menjadi 22 nilai karakter pada 20 kalimat bentuk tindak tutur ilokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. 3. Nilai pendidikan karakter pada bentuk tindak tutur perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki yang telah tercantum ada 7 nilai pendidikan karakter, yakni 3 nilai peduli sosial, 3 nilai bersahabat/komunikatif, 4 nilai rasa ingin tahu, 1 nilai kerja keras, 4 nilai demokratis, 2 nilai tanggungjawab, dan 6 nilai kreatif. Adanya lebih dari satu nilai karakter yang menyebabkan sampel data yang 20 menjadi 23 nilai karakter pada 20 kalimat bentuk tindak tutur perlokusi dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. Saran Adapun saran penelitian ini, sebagai berikut. 1. Diharapkan untuk dunia pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan baik itu guru, pembuat kurikulum, pelaksana kurikulum, dan sebagainya menggunakan nilai pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran dan pembelajaran di sekolah, sebagai salah satu acuan untuk memperbaiki moral anak usia sekolah, seperti yang disarankan oleh pemerintah. Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu menggunakan media atau sumber
belajar yang mengandung nilai pendidikan karakter misalnya menggunakan novel. 2. Diharapkan kepada peneliti lain untuk menambah pemahaman terhadap ilmu pragmatik khususnya pada bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi serta dapat mengadakan penelitian lain dari tindak tutur lokusi (naratif, deskriptif, dan informatif), ilokusi (konstatif, direktif, komisif, dan acknowledgment), dan perlokusi (non verba) dalam novel Astral Astria karya Fira Basuki. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta. Anonim . 2011. “Bahasa Cermin Kebermutuan Karya Sastra dan Pengarang”. (sumber Haluan, Minggu, 23 Januari 2011). http://www.bissastra.org/index.php. ew&id=iv/34. (diakses tanggal 3 Maret 2014). Austin, John L. 1962. How to Do Things with Word (diterjemahkan oleh oka ). Jakarta : Balai Pustaka. Basuki, Fira. 2007. Astral Astria. Jakarta: PT Grasindo. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 2003. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Dewantara, Ki Hajar. 2011. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Kedua; Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Anak Didik. Effendy, Onong Uchjana. 1986. Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung: Remadja Karya. Ermadwicitawati, Ni Made. 2013. “Pengembangan Materi Ajar Cerita Anak yang Mengandung Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Membaca Cerita Anak SMP Kelas VII di Singaraja. Tesis (tidak diterbitkan). Konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pasca Sarjana Undiksha.
Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Kemendiknas. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Tahun Anggaran 2010. Jakarta: Ditnaga Dikti. Kriswanto, Joni.2008. “Metode Pengumpulan Data”. http://jonikriswanto.blogspot.com. (diakses tanggal 10 Maret 2014) Mardalis, Drs. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi Aksara. Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Bahasa. Yogyakarta: Adicita. Saputra, Diyat.2010. “Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Pada Wacana Iklan Radio Gajah Mada FM Semarang”.Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. IKIP PGRI Semarang. Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar Metodalogi Penelitian Bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Surabrata, Sumadi. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rajawali. Sudaryat, Yayat.2009.makna dalam wacana:prinsi-prisip semantik dan pragmatik Bandung: Yrama Widya. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana Press. Suhardini, Nurhayati. 2013.”Sastra dan Pendidikan Karakter”.Harian Malang Post, edisi Sabtu 23 Maret. Syahroni. 2011. Konsep Pendidikan karakter. http://www.Nilai Karakter Pendidikan/pdf&hl=id &gl=id. (diakses tanggal 7 Januari 2014). Tarigan, Henri Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkara. Thomas. Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. London/New York: Longman. Wendra, I Wayan. 2009. Buku Ajar: Penulisan Karya Ilmiah. Modul (tidak diterbitkan). Singaraja:UNDIKSHA.
Wibowo, Agus. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wijana, Putu. 1996. Pragmatik. Jakarta: Rineka Cipta.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford. Oxford University Press. Zulfahnur,Z.F. Dkk. 1997.Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.