TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA SURAT-SURAT H.B. JASSIN BESERTA BALASANNYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP PGRI 371 PONDOK AREN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh DEVI ARISTIYANI NIM: 1111013000074
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN
TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA SURAT-SURAT H.B. JASSIN BESERTA BALASAI{NYA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP PGru 371 PONDOK AREN SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh:
Devi Aristiyani 111
1013000074
w Mcngetahui,
Dosen Pembimbing
Dr. Darsita Suparno, Nl[.Hum.
t{IP. 1 96108071993032001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS IL]UU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 20ts
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul "Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-surat H.B. Jassin besefia Balasannya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sMP PGRI 371 Pondok Aren" disusun oleh Devi Aristiyani, Nomor Induk Mahasiswa: 1111013000074, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal 8 Desember 2015, di hadapan dervan penguji. oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa clan Sastra Indonesia. Jakarta. 8 Desember 2015
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Prodi)
Maklrun Subuki. M. Hum. NIP. 19800305 200901 1 0ls S
ekretaris
(S
)1-
Tanda Tangan
- 2olg
i2
ekretaris Jurusary'Prodi)
Dona Aii Karunia Putra. M. Hum. NIP. 1 9840409201 I 01 1 01 5
t2 - E- auf
Penguji I Drs. Jamal D. Rahman. M. Hum.
2/ - 12- Zorl-
Penguji II
Dr. Elvi Susanti. M. Pd. NIP. 19600801 200801 2016
71
',!',:l'w
Mengetahui, mu Tarbiyah da
JAKARTA
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKAR'TA
FITK Jl. lr. H. Juuda No 95 Ciplral 15412
No. Dokumen Tgl. Terbit
roRM GR)
:
FITK-FR-AKD-089
No. Revisi:
lndo$id
SI]RAT PERNYATAAN KARYA SENDIRT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Devi Aristiyani
Tanpat/Tgl.Lahir
Tegal, 19 Desember 1993
NIM
11
Jurusan / Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
Judul Skripsi
Tindak f'utur Ilokusi pada Surat-surat H-B. Jassin
I 1013000040
beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMP
PGRI371 Pondok Aren Dosen Pembimbing
: Dr. Darsita Suparno,
M.Hum
Dengan ini menyatakan bahrva skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri clan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menem.puh Ujian Munaqasah'
Jakarta, 30 Oktober 2015
Mahasisw Ybs.
7
ADF44747
NIM.1
11
1013000074
ABSTRAK
Devi Aristiyani (NIM. 1111013000074): Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-Surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, di bawah bimbingan Dr. Darsita Suparno, M. Hum. Tindak tutur ilokusi merupakan aktivitas mengujarkan kata-kata yang disertai dengan maksud dan fungsi tertentu. Menurut Searle, tindak tutur terbagi menjadi tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi. Surat pribadi merupakan salah satu media komunikasi yang mengandung tindak tutur ilokusi, untuk itu peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian mengenai tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan wujud tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dan implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP. Adapun metode yang digunakan adalah metode simak dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik dokumentasi, teknik simak bebas cakap, dan teknik catat, sedangkan dalam identifikasi data menggunakan metode simak dengan acuan F.X. Nandar dan analisis data menggunakan metode padan ektralingual dengan teori Searle. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat 59 tuturan dengan berbagai kategori dan kata kunci, implikasi terhadap pembelajaran adalah surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat dijadikan alternatif media pembelajaran dalam materi menulis surat pribadi. Kata kunci: pragmatik, tindak tutur ilokusi, surat pribadi
ii
ABSTRACT Devi Aristiyani (NIM, 11110130000747): Illocutionary Speech Acts In H. B. Jassin Letters Along With Its Replies And Implications On Indonesian Language And Literature Learning At SMP PGRI 371 Pondok Aren. Major of Indonesian Language and literature Education.Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, under the guidance of Dr. DarsitaSuparno, M. Hum. Illocutionary speech acts is an activity of uttering words that along with the specific intention and functions. According to Searle, speech acts are divided into assertive, directive, expressive, commissive, and declaration. Personal letter is one of the communications media which is containing illocutionary speech acts, therefore researchers are interested in conducting research on the illocutionary speech acts in H. B. Jassin personal letter along with its replies. The study is qualitative descriptive. It is focused on the use of illocutionary speech acts in the H. B. Jassin’s personal letters with its replies. The aim of study is to elaborate the form of illocutionary speechs in the H. B. Jassin personal letters along with its replies and implications on Indonesian language and literature at SMP PGRI 371 Pondok Aren. The study method is listening method and the techniques for data collecting are documentation, listening and free conversation, note taking, while in the method analysis is extralingual equivalent with Scarle theory. The study result obtained, there are 59 utterances with many categories and keywords, implications on learning is the H. B. Jassin’s personal letters and its replies that can be used as an learning media alternative in the material to write a personal letter. Keywords: Pragmatic, Illocutionary Speech Acts, Personal Letter.
iii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta karunia lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP PGRI 371 Pondok Aren” merupakan tugas akhir dan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Makyun Subuki, M. Hum. dan Dona Aji Karunia, M. Hum. selaku ketua dan sekretaris serta segenap dosen dan staff Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membina dan memberikan ilmunya selama proses perkuliahan. 3. Dr. Darsita Suparno, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas membimbing dan memberikan wawasan serta waktunya dalam penyusunan skripsi ini. 4. Keluarga tercinta atas motivasi yang luar biasa: Mama (Surati), Bapak (Takzul Arifin), Adik (Dwi Afni Ariyanti) atas limpahan kasih sayang, kesabaran, kepercayaan, motivasi, dan doa sehingga memacu saya untuk memberikan yang terbaik.
iv
5. Sahabat seperjuangan Indah Wardah, Ai Suaibah, Selviana Dewi, Yayah Fauziah, dan Ali Fahmi serta seluruh mahasiswa PBSI 2011 yang telah bersama-sama berjuang demi meraih cita-cita. 6. Ibu Rita Jassin beserta staff Perpustakaan H.B. Jassin yang turut membantu dalam proses pencarian data. 7. Guru dan siswa SMP PGRI 371 Pondok Aren yang telah memberikan dukungan yang luar biasa. 8. Semua pihak yang berjasa dalam proses pembuatan skripsi ini, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari kata sempurna ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi penulis maupun pembaca, serta bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ciputat, Oktober 2015
v
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................... ABSTRAK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR BAGAN ............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
i ii iv vi viii ix x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... B. Pembatasan Masalah ................................................................................ C. Identifikasi Masalah ................................................................................. D. Rumusan Masalah .................................................................................... E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... F. Manfaat Penelitian .................................................................................... G. Sistematika Penulisan ...............................................................................
1 3 4 4 4 5 6
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori .............................................................................................. 1. Tindak Tutur ................................................................................ 2. Jenis-jenis Tindak Tutur .............................................................. 3. Tindak Tutur Ilokusi.................................................................... 4. Surat Pribadi ................................................................................ 5. Pembelajaran Menulis Surat Pribadi ........................................... B. Penelitian Terdahulu.................................................................................
7 7 10 13 17 21 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ............................................................................... B. Metodologi Penelitian .............................................................................. C. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ D. Objek Penelitian ....................................................................................... E. Pengumpulan Data ................................................................................... F. Jenis Data ................................................................................................. G. Analisis Data ............................................................................................ H. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. I. Relevansi Penelitian .................................................................................
28 28 30 30 31 33 33 36 36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Biografi H.B. Jassin.................................................................................. B. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi ...................... C. Pembahasan Analisis Tindak Tutur Ilokusi.............................................. D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia .............
39 40 73 78
vi
BAB V PENUTUP A. Simpulan................................................................................................... B. Saran ......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Lampiran I : Surat-surat pribadi H.B. Jassin dan balasannya B. Lampiran 2 : Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang sudah siap baca C. Lampiran 3 : Data tindak tutur ilokusi D. Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan implementasi pembelajaran E. Lampiran 5: Lembar Uji Referensi F. Lampiran 6 : Biografi penulis
vii
80 82
DAFTAR TABEL Halaman 1. Penelitian Terdahulu ...........................................................................................
viii
25
DAFTAR BAGAN Halaman 1. Metodologi penelitian .........................................................................................
28
2. Kegiatan menganalisis data .................................................................................
38
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran: 1. Lampiran I : Surat-surat pribadi H.B. Jassin dan balasannya 2. Lampiran 2 : Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang sudah siap baca 3. Lampiran 3 : Data tindak tutur ilokusi 4. Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan implementasi pembelajaran 5. Lampiran 5: Lembar Uji Referensi 6. Lampiran 6 : Biografi penulis
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari, manusia pasti saling berkomunikasi. Komunikasi tersebut berupa adanya proses interaksi kepada sesamanya. Proses komunikasi tersebut dilakukan melalui berbahasa. Untuk dapat berbahasa yang baik dan benar, manusia harus menguasai berbagai keterampilan dalam berbahasa. Terdapat dua ragam berbahasa, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan berupa ujaran secara langsung oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ceramah, pidato, dan obrolan. Sedangkan bahasa tulis adalah meliputi komunikasi yang menggunakan bantuan (alat) komunikasi seperti surat, karangan, dan pamflet. Ragam bahasa tulis memiliki kelebihan, yaitu dapat mengatasi komunikasi jarak jauh dan hasil komunikasi yang telah dilakukan dapat disimpan untuk waktu lama dan dijadikan arsip. Salah satu ragam bahasa yang kerap digunakan adalah melalui surat. Sebelum adanya alat komunikasi modern seperti telepon genggam, surat adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang. Melalui surat, seseorang dapat memberikan pengumuman, keterangan, dan pendapat. Surat terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya adalah surat berdasarkan isinya, surat berdasarkan keamanan isinya, surat berdasarkan derajat penyelesainnya, surat berdasarkan jangkauan penggunaannya, dan surat berdasarkan jumlah penerima yang dituju.1 Salah satu jenis surat berdasarkan keamanan isinya adalah surat pribadi. Surat pribadi adalah surat yang ditulis oleh seseorang yang banyak berisi mengenai hal-hal yang bersifat pribadi untuk teman, keluarga, dan sahabat. Alat komunikasi yang belum berkembang pada jaman dahulu membuat surat menjadi alat komunikasi yang penting. Seseorang yang tinggal jauh dapat saling berkorespondensi dengan sanak keluarga, teman, dan sahabat melalui media surat. 1
Soedjito, dan Solchan TW, Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 14
1
2
Selain itu, dibandingkan dengan alat komunikasi modern seperti telepon, teleks, telegraf, radio, dan televisi, surat tetap mempunyai kelebihan tersendiri karena merupakan sarana yang dapat merekam informasi secara panjang lebar, terperinci, tetapi tetap ekonomis. Kelebihan lainnya adalah surat bersifat praktis karena dapat menyimpan rahasia, efektif karena informasi yang disampaikan itu asli sesuai degan sumbernya, ekomonis karena biaya pembuatan dan pengirimannya sangat murah.2 Salah satu seseorang yang aktif berkomunikasi melalui surat adalah H.B. Jassin. Beliau dikenal sebagai sastrawan, kritikus, dan redaktur majalah. Sosok H.B. Jassin yang dianggap penting dalam dunia kesusastraan di Indonesia membuatnya banyak mengenal dan berhubungan dengan banyak orang. Beliau juga tidak membatasi pergaulannya, hal tersebut dapat dilihat pada berbagai suratsuratnya yang tidak saja dikirimkan kepada keluarga, melainkan juga kepada para sastrawan. H. B. Jassin juga dikenal sebagai dokumentator, ia banyak mengoleksi berbagai tulisan-tulisan bukan hanya karya sastra tetapi yang bersifat pribadi seperti surat-surat pribadi. Surat-surat pribadi miliknya selalu disimpan rapi. Pembahasan yang terdapat dalam surat tersebut bervariasi, terkadang H.B. Jassin membahas mengenai karya sastra atau terkadang membahas hal-hal yang sifatnya sederhana. H.B. Jassin tidak hanya menyimpan surat-surat yang dikirimnya kepada keluarga, sahabat, dan rekan kerja tetapi sebisa mungkin ia juga menyimpan surat-surat balasan dari sahabat, keluarga, dan rekan kerjanya. Menulis surat pribadi dianggap penting, hal tersebut terbukti dengan adanya pembelajaran menulis surat pribadi pada Sekolah Menengah Pertama. Namun pembelajaran menulis surat pribadi terkadang dianggap sepele sehingga pembelajarannya cederung monoton. Para guru memberikan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, dan peserta didik pun akhirnya ketika membuat surat pribadi hanya mengambil tema atau membahas sesuatu yang sederhana. Dalam menulis surat pribadi SMP kelas VII terdapat kompetensi dasar yaitu, menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, 2
Adlan Ali & Tanzil, Pedoman Lengkap Menulis Surat, (Tangerang: PT. Kawan Pustaka, 2006), h.1.
3
isi, dan bahasa. Dengan menganalisis surat-surat H.B. Jassin peserta didik diharapkan mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan, di antaranya adalah: 1. Mampu menentukan perbedaan komposisi surat pribadi dengan surat resmi 2. Mampu menulis surat pribadi dengan bahasa yang komunikatif 3. Mampu menyunting surat pribadi Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tidak tutur yang terdapat dalam surat pribadi serta mengkaitkan dengan pembelajaran menulis surat pribadi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini paling tidak peneliti memberikan referensi contoh-contoh penulisan surat pribadi yang lebih bervariasi dan dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi di sekolah sehingga pembelajaran menulis surat pribadi dapat dikembangkan. Dengan melihat contoh-contoh berbagai surat menyurat H.B. Jassin dengan beberapa orang, diharapkan peserta didik bukan hanya mengetahui tata cara dalam menulis surat pribadi, tetapi peserta didik juga belajar menggunakan kata-kata atau kalimat yang baik agar surat pribadi maksud yang disampaikan dalam surat tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh lawan tutur.
B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan tidak menyimpang dari apa yang ingin dilaksanakan, selain itu pembatasan masalah dilakukan agar penulis tidak terlalu luas menjabarkan objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang menjadi fokus penelitian ini adalah pemakaian tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Setelah menjabarkan mengenai tidak tutur ilokusi, selanjutnya mengaitkannya dengan pembelajaran menulis surat pribadi yang terdapat pada Sekolah Menengah Pertama.
4
Analisis surat yang dilakukan berdasarkan pada tinjauan pragmatik, dari teori-teori dalam pragmatik, menentukan teori yang akan dijadikan acuan dalam penelitian, kemudian surat tersebut dideskripsikan dan ditentukan jenis tindak tuturnya. C. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, terdapat identifikasi masalah, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat dianalisis berdasarkan tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan. 2. Analisis tindak tutur ilokusi surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya juga dikaitkan dengan konteks yang terkait dalam isi surat tersebut. 3. Analisis tindak tutur ilokusi surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, perumusan tersebut di antaranya, yaitu: 1. Bagaimanakah wujud tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya? 2. Apa saja implikasi yang didapat dari tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya dalam pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah maka penelitian ini yang akan dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menjabarkan wujud tindak tutur ilokusi yang terdapat pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya.
5
2. Menjabarkan implikasi yang didapat dari tindak tutur ilokusi pada suratsurat H.B. Jassin beserta balasannya dalam pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu linguistik serta pengajarannya, terutama pada kajian pragmatik mengenai tindak tutur. b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mengenai tindak tutur, khususnya tindak tutur ilokusi. Selain itu, memperkaya pengetahuan mengenai pembelajaran menulis surat pribadi terutama pada pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan wujud aplikasi pembelajaran pragmatik, khususnya mengenai tindak tutur. b. Bagi guru, penelitian ini bisa dijadikan alternatif dalam menentukan metode dan bahan ajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis surat pribadi. c. Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami mengenai tuturan terkait dalam pembelajaran menulis surat pribadi. d. Bagi masyarakat, penelitian ini juga bermanfaat sebagai upaya pelestarian terhadap surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya, karena peneliti bukan hanya meneliti surat-surat H.B. Jassin tetapi juga ikut melakukan inventarisasi dengan cara melakukan pengetikan ulang terhadap surat-surat H.B. Jassin agar dapat terbaca.
6
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dimaksudkan agar penelitian lebih terarah, jelas, dan sistematis. Adapun sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab 1 merupakan pendahuluan. Pada bab ini, dijabarkan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 merupakan kajian teoretis. Kajian teoretis dimaksudkan untuk menjabarkan teori-teori yang dapat menunjang dalam analisis. Selain kajian teoretis terdapat pula tinjauan pustaka yang dimaksudkan untuk melihat penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan tema yang sama. Bab 3 berisi metodologi penelitian. Pada bab ini menjelaskan bagaimana penelitian ini akan dilakukan. Metode apa yang akan digunakan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan klasifikasi data. Bab 4 berisi analisis data. Setelah menetapkan metode penelitian, peneliti mulai menganalisis data yang diperoleh. Bab 5 berisi simpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti memberikan simpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teoretis 1. Tindak Tutur Tindak ujar (speect act) adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak. Semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi komunikasi tertentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak semata-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud tertentu. Fungsi inilah yang menjadi semangat para penutur untuk „menindakkan‟ sesuatu.1 Didalam mengatakan sesuatu, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat. Di dalam pengucapan kalimat, ia juga “menindakkan” sesuatu. Pengucapan kalimat “Mau minum apa?‖ si pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni menawakan minuman. Seorang ibu pondokan putri ketika mengatakan ―Sudah jam sembilan‖ tidak semata-mata memberitahu keadaan jam pada waktu itu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni memerintahkan si lawan bicara supaya pergi meninggalkan rumah pondokannya.2 Ujaran (bahasa) tidak hanya berfungsi untuk mengungkapkan unsur kognitif, unsur sikap pun ada dalam setiap bahasa, yaitu unsur yang memperlihatkan maksud penutur, pikiran, kegiatan, dan sebab penuturannya. Unsur sikap ini mungkin tidak secara eksplisit dinyatakan, tapi bisa dimengerti. Tidak semua ujaran didahului “Saya...,‖ tapi segala ujaran bisa diawali oleh katakata seperti Saya menginginkan, saya berharap, saya perintahkan, saya menolak, atau kata kerja lain yang mengungkapkan maksud, harapan, dugaan, dan sebagainya tanpa merubah arti kalimat dalam konteksnya.3 Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu maksud kalimat itu. Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak seperti yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu 1
Mulyana, Kajian Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 80. Bambang Kaswanti Purwo,Pragmatik dan Pengajaran Bahasa,(Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.19-20. 3 A. Chaidar Alwasilah, Sosiologi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 20. 2
7
8
dalam prinsip adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh penuturnya. Oleh sebab itu, mungkin sekali, dalam setiap tindak tutur, penutur menuturkan kalimat yang unik karena dia berusaha menyesuaikan ujaran dengan konteksnya.4 Istilah dan teori tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun 1956. Teori yang berasal dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) dengan judul How to do Thing with Word?tetapi teori tersebut baru menjadi terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969) yang menerbitkan buku berjudul Speech Act and Essay in The Philosophy of Language.5 Austin dalam buku Fatimah Djajasudarja, menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada saat seseorang menggunakan kata-kata kerja, seperti promise „berjanji‟, apologize „meminta maaf‟, pronounce „menyatakan‟ misalnya dalam tuturan I promise I will come on time („saya berjanji saya akan datang tepat waktu‟) maka yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji. Tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya disebut kata kerja performatif.6 Let us assign names to these under the general heading of speech acts:7 a. Uttering word (morphemes, sentences) = performing utterance acts. b. Referring and predicating = performating propositional acts. c. Stating, questioning, commanding, promising, etc = performing ilocutionary acts.
Searle menjabarkan mengenai tindak tutur sebagai berikut:8 a.
Tindak ujar adalah kegiatan mengujarkan kata-kata (mulai dari morfem hingga kalimat).
b.
Tindak preposisi adalah merujuk dan memprediksi. 4
Abdul Rani, Analisis Wacana,(Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 159. Abdul Chaer, dan Leonie Agustina,Sosiolinguistik Perkenalan Awal,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 50. 6 Fatimah Djajasudarja,Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012),h. 60. 7 John R. Searle,Speech ActAn Essay In The Philosophy Of Language, (London: Cambrige University Press), h. 23. 8 Ibid, h. 23. 5
9
c.
Menyatakan, menanyakan, memerintah, berjanji, dll merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan atau menuturkan kalimat
dengan maksud tertentu. Pendapat lain mengungkapkan bahwa tindak tutur adalah “apa-apa yang bisa dilakukan oleh manusia dalam bertutur”. Dari definisi ini, maka penuturlah yang sesungguhnya bertindak dengan memaksimalkan tuturannya untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan dari tindak tutur dinyatakan sukses jika apa yang diinginkan oleh penutur tercapai.9 Tindak ujar merupakan aksi (tindakan) dengan menggunakan bahasa pada hampir semua aktivitas. Bahasa digunakan dalam kesempatan yang lebih luas, hampir pada semua kegiatan sampai pada mimpi pun menggunakan bahasa. Penggunaan bahasa untuk menyatakan informasi (permohonan informasi, memerintah, mengajukan, permohonan, mengancam, mengingatkan, bertaruh, menasihati, dsb.)10 Searle dalam Aslinda mengemukakan, bahwa dalam semua interaksi lingual terdapat tindak tutur. Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata, atau kalimat, melainkan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur (the performance of speech act). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan kecil dalam interaksi lingual. Tindak tutur dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti makna dan maksud kalimat, bukan teori yang berusaha meneliti struktur kalimat.11Tindak tutur terjadi oleh karena adanya partisipan minimal dua dalam komunikasi, yang keduanya merupakan pembicara dan pendengar yang perannya bergantian. 12
9
Hindun,Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012),h. 9-10. Fatimah Djajasudarma,Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur,(Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 60. 11 Aslinda, dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 33-34. 12 Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2011), h. 103. 10
10
Searle dalam buku Tagor,mengutarakan bahwa suatu tindak tutur memiliki makna di dalam konteks, dan makna itu dapat dikategorikan ke dalam makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi.13 2. Jenis-Jenis Tindak Tutur Austin dalam buku Tagor, membedakan antara ujaran yang mengatakan (pernyataan, pemerian, dan sebagainya) dan ujaran yang melakukan sesuatu (misalnya berjanji, memperingatkan, minta maaf, dan sebagainya). Perbedaan ini dimaksudkan untuk membedakan ujaran yang tidak berupa tindakan (konstantif) dan ujaran yang berupa tindakan (performatif). Namun, dalam artikelnya How to do thing with word , ia mengubah teori asliya itu. Ia mengemukakan bahwa dalam artikel itu, ujaran konstantif juga terbukti bisa menjadi tindak tutur (speect act), yaitu melakukan tindak (seperti performatif); membuat suatu pernyataan atau memerikan sesuatu sama-sama membentuk tindak tutur.14 Austin dalam buku Ibrahim, mengembangkan teori tindak tuturnya secara lebih umum. Ujaran bisa melakukan tiga jenis tindak. Tindak ilokusi (locutionary acts) merupakan tindak mengatakan sesuatu; menghasilkan serangkaian bunyi yang berarti sesuatu. Ini merupakan aspek bahasa yang merupakan pokok penekanan linguistik tradisional. Tindak perlokusi menghasilkan efek tertentu pada pendengar. Persuasi merupakan tindak perlokusi: orang tidak dapat mempersuasi seseorang tentang sesuatu hanya dengan mengatakan Saya mempersuasi anda. Contoh-contoh yang sesuai adalah meyakinkan, melukai, menakut-nakuti, dan membuat tertawa. Tindak ilokusi dilakukan dengan mengatakan sesuatu, dan mencakup tindak-tindak seperti bertaruh, berjanji, menolak, dan memesan.15 John R. Searle dalam buku Alwasilah, menyatakan bahwa dalam pratik penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tindak tutur itu berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts),(3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts). 13
Tagor Pangaribuan, Paradigma Bahasa,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 117. Sumarsono,Filsafat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2004), h. 38-39. 15 Abd. Syukur Ibrahim, Kajian Tindak Tutur,(Surabaya: Usaha Nasional, 1993), h. 115. 14
11
Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur ini dapat disebut sebagai the act af saying something.Dalam tindak ilokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur.Jadi, tuturan tanganku gatal misalnya, semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya tuturan itu tangan penutur sedang dalam keadaan gatal. Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something.Tuturan tanganku gatal yang diucapkan penutur bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan itu rasa gatal sedang bersarang pada tangan penutur, namun lebih dari itu bahwa penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan rasa sakit gatal pada tangannya itu. Tindak ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji, meminta maaf, mengancam, meramalkan, dan sebagainya.16 Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan the act af affecting someone. Tuturan tanganku gatal, misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh (effect) rasa takut kepada mitra tutur. Rasa takut itu muncul, misalnya, karena yang menuturkan tuturan itu berprofesi sebagai seorang tukang pukul yang pada kesehariannya sangat erat dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain.17 Setiap kali mengucapkan sesuatu, ada tiga tindak yang langsungdilakukan secara bersamaan. Pertama adalah tindak lokusioner, yaitu menghasilkan ucapan yang tertata baik menurut tata bahasa yang sedang digunakan. Kedua adalah tindak ilokusioner, yaitu menyampaikan makna tertentu. Ilokusi yangdisampaikan 16
F.X Nandar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),h.
14. 17
Kunjana Rahardi,Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005). h. 35-36.
12
lewat lokusi adalah makna ingindisampaikan. Ketiga adalah tindak perlokusi, yaitu efek dari kata-kata yang diucapkan.18 Dalam bertutur, seseorang melakukan tindak lokusi, tindak ilokusi, dan mungkin bahkan tindak perlokusi. Menurut Austin dalam buku Louise Cummings, tindak lokusi „kira-kira sama dengan pengujaran kalimat tertentu dengan pengertian dan acuan tertentu, yang sekali lagi kira-kira sama dengan „makna‟ dalam pengertian tradisional. Selama penutur berkata „Anjing galak itu ada di kebun‟ sedang berusaha memproduksi kalimat yang maknanya didasarkan pada acuan pada anjing dan kebun tertentu dalam dunia luar, maka penutur ini sedang memproduksi tindak tutur lokusi Austin. Namun demikian, dalam memproduksi tindak ilokusi kita „juga melakukan berbagai tindak ilokusi seperti memberitahu, memerintah, mengingatkan, melaksanakan, dan sebagainya, yakni, ujaran-ujaran yang memiliki daya (konvensional) tertentu‟. Bagi Austin, tujuan penutur dalam bertutur bukan hanya untuk memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan tertentu. Bahkan, tujuannya adalah untuk menghasilkan kalimat-kalimat semacam ini dengan pandangan untuk memberikan kontribusi jenis gerakan interaksional tertentu pada komunikasi.19 Wijana
dalam buku Kunjana Rahardi telah menguraikan adanya dua
macam jenis tindak tutur di dalam praktik berbahasa, yakni (1) tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, (2) tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Adapun yang dimaksud dengan tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya. Kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Kalimat tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah digunakan untuk menyatakan perintah. Jadi tindak tutur itu sesungguhnya merefleksikan fungsi konvensional dari sebuah kalimat. Sedangkan yang dimaksud dengan tindak tutur tidak langsung adalah tindakan yang tidak dinyatakan langsung oleh modus kalimatnya. Ada kalanya, untuk menyampaikan maksud „memerintah‟, orang akan menggunakan kalimat 18
Elizabeth Black,Stilistika Pragmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 38. Louise Cummings,Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 9. 19
13
berita, atau bahkan mungkin menggunakan tanya. Ada kalanya pula, sebuah pertanyaan harus dinyatakan secara tidak konvensional dengan sebuah kalimat berita.Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kalimat perintah mustahil dapat digunakan secara tidak langsung untuk menyatakan maksud yang bukan perintah. Jadi, hanya kalimat yang bermodus berita dan bermodus tanya sajalah yang bisa digunakan untuk menyatakan tindak tutur yang tidak langsung itu.Selanjutnya, tindak tutur literal dapat dimaknai sebagai tindak tutur yang maksudnya sama persis dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur nonliteral adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama, atau bahkan berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya itu.20 3. Tindak Tutur Ilokusi Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi.21 Tindak tutur ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti berbuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan, menasbihkan nama kapal, dan lain-lain. Austin dalam buku Wijana, mengatakan bahwa tindak mengatakan sesuatu (of saying) berbeda dengan tindak dalam mengatakan sesuatu (in saying). Tindak mengatakan sesuatu hanyalah bersifat mengungkapkan sesuatu sedangkan tindak dalam mengatakan sesuatu mengadung tanggung jawab si penutur untuk melaksanakan sesuatu sehubungan dengan isi ujarannya. Tindak dalam mengatakan sesuatu inilah yang oleh Austin disebut tindak ilokusi sedangkan tindak mengatakan sesuatu lebih dekat hubungannya dengan tindak lokusi. 22 Searle dalam buku Louise Cummings, menggunakan kaidah-kaidah konstitutif untuk menetapkan klasifikasi tindak ilokusi berikut- asertif, direktif, komisif, ungkapan, dan deklarasi. Tindak-tindak ini lebih luas daripada kata kerja ilokusi yang bisa mewakilinya. Misalnya, tindak ilokusi komisif „berjanji‟ dapat 20 21
Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik,(Jakarta: Erlangga, 2009),h. 19-20. I. Dewa Putu Wijana,Dasar-Dasar Pragmatik,(Yogyakarta: Percetakan ANDI, 1996),
h. 18. 22
Abdul Rani, dkk,Analisis Wacana,(Malang: Bayumedia Pusblishing, 2004), h. 161.
14
berbentuk „Saya berjanji‟. Meskipun begitu, tindak ilokusi yang sama ini dapat dilakukan melalui ujaran „Saya akan tiba di sana tepat waktu‟. Menurut Searle, dalam hal ini, kata kerja ilokusi hanya merupakan satu jenis alat yang menunjukkan daya ilokusi (IFID ilokusi atau illocutionary force indicating device atau piranti penunjuk daya ilokusi). Demikian juga IFID yang berkaitan dengan satu tindak ilokusi dapat digunakan untuk melakukan tindak ilokusi yang kedua.23 Situasi-situasi yang berbeda menuntut adanya jenis-jenis dan derajat sopan santun yang berbeda juga.Pada tingkatan yang paling umum, fungsi-fungsi ilokusi dapat diklasifikasi menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat.24 a) Kompetiti (competitive): tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial; misalnya, memerintah, meminta, menuntut, mengemis. b) Menyenangkan (convivial): tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial; misalnya menawarkan, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat. c) Bekerja sama (collaborative) : tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melapor, mengumumkan, mengajarkan. d) Bertentangan (conflictive) : Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi.
1. 2. 3. 4. 5.
23
I call then these classes of uttarance, classified according to their illocutionary force, by the following more- or – less rebarbative names:25 Verdictives Exercitivies Commissives Behabitivies (a shocker this) Expositives We shall take them in order, but first I will give a rough idea of each. The first, verdictives, are typified by the giving of verdict, as the name implies, by a jury, arbitrator, or umpire. But they need be final; they may be, for example, an astimate, reckoning, or apparaisal. It is essentially giving a finding as to something—fact, or value –which is for different reasons hard to be certain about.
Louise Cummings,Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 11. 24 Geoffrey Leech, penerjemah M.D.D. Oka, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI Press, 2011),h. 162. 25 J.L. Austin,How to do Things with Words,(Cambrige: Harvard University Press, ), h. 150-163.
15
The second, exercitives, are the exerciting of powers rights, or influence. Examples are appointing, voting, ordering, urging, advising, warning, &c. The third, commissives, are typified by promising or otherwise undertaking; they commit you to doing something, but include also declarations or announcements ogintention, which are not promises, and also rather vague things which we may call espousals, as for example, siding with. They have obvious connexions with verdictives and exercitives. The fourth, behabitivies, are a very miscellaneous group, and have to do with attitudes and social behaviour. Example are apologizing, congratulating, commending, condoling, curcing, and challenging The fifth, expositivies are difficult to define. They make plain how our utterances fit into the course of an argument or conversation, how we are using word, or in general, are expository. Example are ‗I reply‘, ‗I argue‘, ‗I concede‘, ‗I illustrate‘, ‗I assume‘, ‗I postulate‘. We should be clear from the start that there are still wide possibilities of marginal or awkward cases, or of overlaps.
Austin mengungkapkan ilokusi dapat dibagi menjadi lima:26 A. Verdictives, yaitu tindakan sebuah bahasa yang ditandai dengan adanya suatu keputusan seperti yang dilakukan oleh wasit atau juri. Berikut ini contoh tindakan bahasa yang termasuk verdictives: membebaskan, menghukum, memutuskan, menyangka, menafsirkan, memahami, mengirakan, memerintah, menghitung, memperkirakan, menempatkan, menetapkan tempat, menentukan tanggal, mengukur, menilai, melukiskan, menganalisa. B. Exercitivis, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan akibat adanya kekuasaan, hak, atau pengaruh. Contohnya: menunjuk, memberi suara, memerintahkan,
memaksakan,
menasehati,
memperingati,
menamai,
mengarahkan, menghukum, mewariskan, memproklamirkan. C. Commisives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang ditandai dengan adanya perjanjian atau perbuatan. Tindakan bahasa ini membuat si pembicara melakukan sesuatu. Tindakan ini berhubungan erat dengan verdictives dan exercitivis. Contohnya: berjanji, melaksanakan, bersumpah, menyetujui, melibatkan/memperjuangkan,
mengumumkan,
melawan,
bertaruh,
mempertahankan, mengawinkan. D. Behabitives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan kelompok campuran dan harus dilaksanakan dengan sikap dan tingkah laku sosial.
26
Ibid,. h, 150-163.
16
Contohnya: memaafkan, memberi selamat, menghargai, memberi salam duka, mengutuk, menantang. E. Expositives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang sulit didefinisikan, karena tindakan bahasa ini menyederhanakan ucapan-ucapan serta penggunaan katakata agar selaras dengan suatu argumentasi atau percakapan. Dengan kata lain, tindakan bahasa ini digunakan dalam memberi keterangan yang menyangkut pengurai pendapat, pengarahan, dan penjelasan mengenai adat istiadat. Contoh: „aku menjawab‟, „aku membantah‟, „aku mengizinkan‟, „aku menggambarkan‟, „aku mengasumsikan‟, „aku mendalilkan‟. Selanjutnya Searle dalam buku Kunjana Rahardi, menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni (1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklarasi.Tindak tutur ilokusi tersebut sebenarnya sama dengan tindak tutur ilokusi yang diungkapkan oleh Austin, Searle hanya melengkapi atau menyempurnakan teori Austin.Setiap bentuk tuturan yang disampaikan oleh Searle seperti disebutkan di atas itu dapat dijelaskan sebagai berikut:27 a.
Bentuk tutur asertif (assertive). Adapun yang dimaksud dengan bentuk tutur asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang diungkapkannya dalam tuturan itu. Bentuk tutur asertif itu dapat mencakup hal-hal sebagai berikut : (a) menyatakan (stating), (b) menyarankan (suggesting), (c) membual (boasting), (d) mengeluh (complaining), dan (e) mengklaim (claiming).
b.
Bentuk tuturan direktif (directive), yang dimaksud dengan bentuk tutur direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang dikehendakinya seperti berikut ini : (a) memesan (ordering), (b) memerintah (commanding), (c) memohon (requesting), (d) menasihati (advising), dan (e) merekomendasi (recommending).
c.
Bentuk tutur ekspresif (expressive),yang dimaksud dengan bentuk tuturan ekspresif ini adalah bentuk tutur yang berfungsi menyatakan atau 27
Kunjana Rahardi,Sosiopragmatik,(Jakarta: Erlangga, 2009),h. 17-18.
17
menunjukkan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu seperti yang dapat disebutkan berikut ini: (a) berterima kasih (thaking), (b) memberi selamat (congratulating), (c) meminta maaf (pardoning), (d) menyalahkan (blaming), (e) memuji (praising), dan (f) berbela sungkawa (condoling). d.
Bentuk tutur komisif (commissive), yang dimaksud dengan bentuk tutur komisif adalah bentuk tutur yang digunakan untuk menyatakan janji atau penawaran tertentu seperti berikut ini: (a) berjanji (promising), (b) bersumpah, dan (c) menawarkan sesuatu (offering).
e.
Bentuk tutur deklarasi (declaration). Adapun yang dimaksud dengan bentuk tutur deklarasi adalah bentuk tutur yang menghubungankan antara isi tuturan dengan kenyataannya seperti (a) berpasrah (resigning), (b) memecat (dismissing). (c) membabtis(christening), (d) memberi nama (naming), (e) mengangkat (appointing), (f) mengucilkan (excommunicating), dan (g) menghukum (sentencing). Satu hal sangat mendasar yang dapat dicatat dari penggolongan tindak
tutur ilokusi atau illocunary acts ini ke dalam bentuk-bentuk tuturan menurut filsuf bahasa yang sangat ternama ini adalah bahwa satu tindak tutur, yakni tindak tutur ilokusi, ternyata dapat memiliki bentuk-bentuk tuturan yang mencerminkan maksud dan fungsi komunikatif yang bermacam-macam. 4. Surat Pribadi A. Pengertian Surat Apabila berbicara arti surat maka akan ditemukan berbagai macam cara pengungkapan rumusan surat tersebut. Di bawah ini disajikan beberapa arti surat menurut para ahli.28 a. Samsoeri Effendi mengemukakan arti surat dapat disamakan dengan mengutarakan pembicaraan tertulis kepada seseorang yang tidak dihadapi.
28
Asyraf Suryadi,Menulis Berkomunikasi dengan Surat, (Pangkal Pinang: UBB Press, 2010),h.1-2.
18
b. Adapun menurut Thomas Wiyasa, surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu ke pihak yang lain. c. Menurut TJ. Rahma M.A. Gani, surat adalah hubungan komunikasi yang berbentuk tulisan serta berisi pernyataan sebagai bahan informasi untuk disampaikan kepada pihak lain. d. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, surat adalah kertas yang tertulis (berbagai-bagai isi dan maksudnya). Surat adalah sehelai kertas atau lebih yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara tertulis dari pihak satu kepada pihak lain. Informasi tersebut bisa berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan, dan lain sebagainya.29 Surat pribadi adalah surat yang berisi masalah pribadi yang ditujukan kepada keluarga, teman, atau kenalan karena sifatnya akrab dan santai, dalam surat pribadi biasa digunakan bahasa ragam akrab dan ragam santai.30 Ditinjau dari sifat isinya, surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan. Di dalam paparan pengarang mengemukakan maksud dan tujuannya, menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ditinjau dari peraturannya, surat adalah percakapan yang tertulis. Jadi, sejenis dengan ragam percakapan (dialog) seperti yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari fungsinya, surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis, surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis.31 Dalam penulisan surat pribadi, berkaitan juga dengan penggunaan ragam bahasa. Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi berbahasa atau pragmatik adalah ragam fungsional. Martin Joos, linguis berkebangsaan Amerika,
29
Adlan Ali & Tanzil,Pedoman Lengkap Menulis Surat, (Tangerang: PT. Kawan Pustaka, 2006), h. 1. 30 Soedjito, dan Solchan TW,Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 14. 31 Soedjito, dan Solchan TW,Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 1.
19
membagi ragam fungsional menjadi lima sub-ragam, yakni baku, resmi, usaha, santai, dan akrab.32 Jadi dapat disimpulkan bahwa surat adalah salah satu media atau alat yang dapat digunakan oleh manusia ketika tidak dapat bertatap muka secara langsung dalam menjalin sebuah komunikasi dengan berbagai tujuan. B. Dasar-dasar Komunikasi dengan Surat Dasar-dasar komunikasi dengan surat yang meliputi surat sebagai media komunikasi, surat sebagai dokumen tertulis, dan surat sebagai wakil atau duta.33 1. Surat sebagai Media Komunikasi Komunikasi tidak hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan materil, melainkan juga untuk pengoperan ilmu pengetahuan, baik secara horizontal maupun secara vertikal, yakni penyampaian informasi dari yang mengetahui kepada yang tidak mengetahui, sehingga informasi itu pada akhirnya menjadi milik bersama.34 Di dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang sangat berperan aktif. Pertama: komunikator yang berdiri dan memainkan model atau media komunikasi verbal maupun non-verbal. Kedua: komunikasi (pribadi atau kelompok) adalah pihak yang menerima hubungan dari komunikator. Ketiga: message (pesan) adalah unsur terpenting dan inti dalam interaksi antara komunikator dengan komunikan.35 Berkomunikasi berarti mengemukakan buah pikiran melalui media tertentu dengan maksud untuk mendapat tanggapan sehingga diharapkan tujuan berkomunikasi berhasil dengan sebaik-baiknya.Berkirim surat pada hakikatnya, melakukan komunikasi sehingga tujuan utama si penulis surat yaitu, memperoleh tanggapan dari si penerima surat. Oleh karena itu, surat merupakan media komunikasi yang banyak dipergunakan baik oleh badan usaha maupun perseorangan. 32
Djago Tarigan,Proses Belajar Mengajar Pragmatik,(Bandung: Angkasa, 1990), h. 33. Asyraf Suryadi,Menulis Berkomunikasi dengan Surat, (Pangkal Pinang: UBB Press, 2010), h. 4-5. 34 S.M. Siahaan,Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya, (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 1990), h. 10. 35 Ibid, h. 11. 33
20
Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi, kalau didukung adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.36 a. Sumber Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok. b. Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda. c. Media Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacammacam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, pancaindra dianggap sebagai media komunikasi.Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komuniasi antarpribadi. d. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. e. Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang terjadi dipikir, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. 36
Hafied Cangara,Pengantar Ilmu Komunikasi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 24-28.
21
f. Tanggapan balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. g. Lingkungan Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. 2. Surat sebagai Dokumen Tertulis Surat merupakan dokumen tertulis yang memiliki kegunaan sesuai dengan isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, surat berharga harus disimpan sebaik-baiknya oleh si pemilik surat tersebut. Memang sesungguhnya surat merupakan salah satu dokumen tertulis, bagi si penerima surat. Hal ini dikatakan karena dokumen itu sendiri mengandung makna warkat asli yang dipergunakan untuk alat pembuktian suatu keterangan. 3. Surat sebagai Wakil atau Duta Salah satu contoh surat sebagai duta adalah surat kepercayaan yang diterima kepada kepala negara tempat ia diangkat menjadi duta besar. Surat kepercayaan ditandatangani oleh kepala negara untuk diserahkan kepada kepala negara dengan upacara penyambutan sesuai dengan upacara kenegaraan yang berlaku. Lebih jauh lagi peranan surat dapat menambah lebih banyak kawan, bahkan dengan surat dapat diperoleh dan diutarakan kehangatan cinta. 5. Pembelajaran Menulis Surat Pribadi Menulis surat pribadi menjadi salah satu materi yang terdapat dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Pembelajaran menulis surat pribadi terdapat dalam kurikulum KTSP 2006, sedangkan dalam Kurikulum 2013 pembelajaran menulis puisi memang ditiadakan. Namun karena banyak sekolah yang masih menerapkan kurikulum KTSP 2006 dan pemerintah juga sempat menghentikan penggunaan kurikulum 2013 maka pembelajaran menulis surat pribadi pada kelas VII pun masih diajarkan.
22
Menulis surat dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama secara terpimpin. Dalam hal ini siswa menulis berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Kedua secara bebas. Siswa menulis secara bebas, tanpa ada patokan yang harus diikuti. 37 Guru: Bacalah surat berikut baik-baik, kemudian balaslah surat tersebut. Bogor, 21 Mei 1986 Cucunda tersayang, Nenenda baru kelar dari RSU PMI Bogor. Penyakit maag Nenenda kumat lagi. Rupanya Nenenda salah makan. Syukurlah sudah sembuh lagi. Bagaimana keadaanmu di sini? Pelajarammu majukah? Tentu saja maju, bukan? Rajin-rajinlah belajar agar engkau naik kelas. Nenenda sangat rindu padamu. Bila sekolah libur datanglah ke Bogor. Nenenda menantikan kedatanganmu. Sekianlah isi surat Nenenda sekali ini. Sampaikan salamku bagi kedua orang tuamu. Peluk cium Nenenda bagimu dan adikmu. Nenenda,
(R. Salim) Siswa : Membaca surat tersebut. Mereka membayangkan surat itu dari Neneknya, kemudian mereka membalas surat itu Guru : Kini mari kita dengarkan jawaban surat itu. Hasan, silahkan maju ke depan! Hasan : Maju ke depan dengan sigap. Membacakan balasan surat Nenenda. Hasil rekaman suara Hasan adalah sebagai berikut. Nenenda tersayang, Surat Nenenda telah saya terima. Saya senang karena Nenenda sehat kembali. Saya ucapkan selamat! Jaga makanan baik-baik Nek agar penyakit Nenenda tidak kambuh kembali.
37
Djago Tarigan, dan H. G. Tarigan,Teknik Pengajaran Keterampilan Bahasa,(Bandung: Angkasa), h. 221-222.
23
Minggu depan sekolah kami bertamasya ke Kebun Raya, Bogor. Saya akan menjenguk Nenenda. Sekian surat saya sekali ini Nek, lain kali disambung lagi. Peluk cium Cucunda, (Hasan)
B. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai tindak tutur dengan menggunakan analisis secara pragmatik memang sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai tindak tutur ilokusi yang terfokus pada surat pribadi tidak ditemukan. Di bawah ini terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan terkait dengan tindak tutur: Skripsi Kenfitria Diah Wijayati (2009) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono” mendeskripsikan analisisnya sebagai berikut: (1) bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan sebanyak 22 macam, yaitu tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin, menguji, meminta restu, mengingatkan, memaksa, merayu, menantang, menyarankan, memohon, memperingatkan, menganjurkan, mengharap, mengajak, menyela/interupsi, menegur, memarahi, menagih janji, mempersilahkan, menginterogasi, dan melarang; (2) ditemukan 22 fungsi dan makna tuturan, hal ini bisa diketahui setelah tuturan itu digunakan dalam konteks pemakaian tuturan dalam peristiwa tutur; (3) faktor yang menentukan sebuah jenis tindak tutur sangat dipengaruhi oleh faktor penutur/mitra tutur, isi tuturan, tujuan pertuturan, situasi, status sosial, jarak sosial, dan intonasi. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Kenfitria Diah Wijayati dengan penulis terletak pada objek penelitiannya, apabila dalam skripsi Kenfitria yang menjadi objek penelitiannya adalah tindak tutur dalam sebuah pertunjukkan wayang, sedangkan dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah tindak tutur pada surat-surat H.B. Jassin. Selain itu, dalam penelitian Kenfitria yang menjadi fokus penelitian adalah terbatas pada tindak tutur direktif,
24
sedangkan dalam penelitian ini, fokus penelitian bukan hanya pada tindak tutur direktif tetapi semua tindak tutur ilokusi. Skripsi Jamilatun (2011) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif Pada Rubrik Kriing Solopos (Sebuah Tinjauan Pragmatik) dengan hasil analisis sebagai berikut: terdapat wujud tindak tutur direktif yang terdapat dalam RKS sebanyak 12 jenis tindak tutur. Tindak tutur direktif itu meliputi tindak tutur mengajak,
mengingatkan,
melarang,
menasihati,
meminta,
memohon,
menyarankan, menyuruh, mengharap, mengusulkan, memperingatkan, dan mempertanyakan. Wujud tindak tutur direktif yang paling banyak ditemui adalah tindak tutur meminta dan memohon Wujud tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RKS sebanyak 43 jenis tindak tutur. Tindak tutur ekspresif itu meliputi tindak tutur memprotes, mengkritik, mendukung, menyetujui, menyindir, menyayangkan, berterima kasih, mengeluh, membenarkan, memuji, mencurigai,meminta maaf, mengklarifikasi, mengungkapkan rasa iba, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa salut, mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan rasa kecewa, mengungkapkan rasa jengkel, mengungkapkan rasa prihatin, mengungkapkan ketidaksetujuan, mengungkapkan rasa heran, mengungkapkan rasa khawatir, mengungkapkan rasa ketidakpedulian, mengungkapkan rasa yakin, mengungkapkan rasa bingung, mengungkapkan rasa sakit hati, mengungkapkan rasa senang, mengungkapkan rasa simpati, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa muak, mengungkapkan rasa resah, mengungkapkan rasa ngeri, mengungkapkan rasa sedih, mengungkapkan rasa syukur, mengucapkan selamat, mengejek,menghina, menyesal, menolak, mengevaluasi, mengungkapkan rasa berduka cita, dan mengumpat. Wujud tindak tutur ekspresif yang paling banyak ditemui adalah tindak tutur berterima kasih dan mengkritik. Penelitian yang dilakukan oleh Jamilatun terfokus pada analisis tindak tutur direktif dan ekspresif dalam rubrik Kriiing Solopos, sedangkan penulis melakukan penelitian yang terfokus pada tindak tutur H.B. Jassin yang mengacu pada teori tindak tutur ilokusi Searle. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata tidak ditemukan penelitian mengenai tindak tutur ilokusi
25
dengan analisis yang terfokus pada surat pribadi H.B. Jassin. Untuk itu, pada penelitian ini, yang menjadi titik fokus penelitian, yaitu analisis tindak tutur ilokusi pada surat-menyurat H.B. Jassin serta implementasinya terhadap pembelajaran menulis surat pribadi pada SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII. Skripsi Edah Ajizah dengan judul “Ilokusi dalam Dialog Drama RT NOL RW NOL Karya Iwan Simatupang dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP”. Hasil analisis dalam skripsi tersebut adalah terdapat 289 dialog, ilokusi yang muncul, yakni ilokusi asertif sebanyak 179 tuturan, ilokusi direktif sebanyak 76 tuturan, ilokusi ekspresif sebanyak 14 tuturan, ilokusi komisif sebanyak sembilan tuturan, ilokusi deklarasi sebanyak 17 tuturan. Terdapat perbedaan antara penelitian Enda Ajizah dengan penelitian yang penulis lakukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi objek penelitiannya. Apabila Enda meneliti tindak tutur ilokusi dalam naskah drama, sedangkan penulis melakukan penelitian terhadap surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Berdasarkan penjabaran penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan penelitian terdahulu ke dalam bentuk tabel sebagai berikut: 1.1 Tabel penelitian terdahulu No
Peneliti
Judul
Variabel
1.
Kenfitria Dian Wijayati (2009)
“Tindak Tutur Direktif dalam 1. Pertunjukan 2. Wayang 3. Lakon 4. Dewaruci oleh Dalang Ki 5. Manteb 6. Soedharsono”
Independen: Pragmatik Tindak tutur Situasi tutur Kesantunan berbahasa Implikatur Wayang Dependent Tindak Direktif
Metode Analisis Metode kontekstual dan metode padan
Tutur
Hasil Penelitian Bentuk tindak tutur direktif dalam Pertunjuk an Wayang Dewaruci oleh Ki Dalang Manteb Soedarsono adalah tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin, menguji, meminta
26
restu, mengingat kan, memaksa, merayu, menantang, menyarank an, memohon, mem peringati, menganjur kan, mengharap kan, mengajak, menyela, menegur, memarahi, menangih janji, mempersila kan, mengintero gasi dan melarang.
2.
Jamilatun (2011)
“Tindak Tutur Direktif dan 1. Ekspresif pada 2. Rubrik 3. KRIING 4. SOLOPOS (sebuah tinjauan pragmatik)”
Independent: Pragmatik Situasi tutur Tindak tutur Rubrik Dependent: Tindak Direktif
3.
Edah Ajizah (2014)
“Ilokusi dalam Dialog Drama 1. RT Nol RW 2. Nol Karya 3.
Independent: Pragmatik Tindak tutur Ilokusi
Metode padan
Wujud tindak tutur direktif yang terdapat dalam RKS Tutur sebanyak 12 jenis tindak tutur, wujud tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RKS sebanyak 43 jenis. Model Dalam penelitian drama Miles dan tersebut Huberman terdapat
27
Iwan 4. Simatupang dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMP”
Drama dengan Dependen: tahapan Tindak Tutur Ilokusi reduksi data, dalam Drama penyajian data, dan kesimpulan/ verifikasi.
179 yang termasuk ke dalam ilokusi asertif, 76 ilokusi komisif, dan 17 buah ilokusi deklarasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi merupakan hal yang penting dalam melakukan sebuah penelitian, melalui metodologi penelitian, dapat dilihat proses mendapatkan sebuah data hingga proses mengolah data tersebut.
Metodologi Penelitian Ancangan
Metode
pragmatik
kualitatif
Metode simak
Teknik
Teknik dokumentasi
Teknik simak Teknik Simak bebas cakap
Teknik Catat
Skema konseptual (1) Sumber Mahsun dan Meleong, yang telah dimodifikasi peneliti
A. Rancangan Penelitian Berdasarkan skema konseptual di atas, rancangan penelitian tersebut berpijak pada tiga aspek, yaitu ancangan penelitian, metode penelitian, dan teknik penelitian. Ancangan penelitian yang digunakan adalah ancangan pragmatik, hal tersebut dikarenakan teori tindak tutur ilokusi merupakan salah satu materi yang dibahas dalam ruang lingkup pragmatik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dan menggunakan beberapa teknik dalam penelitian. B. Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat 28
29
fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu.1 Di dalam sebuah penelitian terdapat dua metode penelitian, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamatan mulai mencatat dan menghitung dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, chi-kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.2 Pendapat Bogma dan Guba dalam buku Uhar Suharsaputra, Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati, sementara itu Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.3 Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.4 Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis berupa deskripsi dari gejala-gejala 1
Syamsuddin AR,danVismaia S. Damaianti, MetodePenelitianPendidikanBahasa, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 14. 2 Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011),h. 3. 3 Uhar Suharsaputra,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), h. 181. 4 Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 6.
30
yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antarvariabel.5 Skripsi ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, hal tersebut dikarenakan data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan mendeskripsikan hasil temuan. Selain termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, skripsi ini juga menggunakan metode simak dalam penyediaan datanya. C. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah tindak tutur ilokusi dalam suratsurat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Tindak tutur ilokusi yang menjadi acuan
dalam
menganalisis
adalah
kategori
tindak
tutur
ilokusi
yang
dikelompokkan oleh Searle. D. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan dalam surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya yang telah ditemukan oleh peneliti sebanyak delapan surat, di antaranya adalah surat Maade kepada H.B. Jassin (data satu), surat H.B. Jassin kepada Maade (data dua), surat H.B. Jassin kepada Arsyad (data tiga), surat Arsyad kepada H.B. Jassin (data empat), surat Mak Soleha kepada H.B. Jassin (data lima), surat H.B. Jassin kepada Mak Soleha (data enam), surat H.B. Jassin kepada Yock Fang (data tujuh), dan surat Yock Fang kepada H.B. Jassin (data delapan). Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel, yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel atas dasar beberapa pertimbangan. Pertimbangan peneliti dalam memilih sampel tersebut atas dasar karena surat-surat tersebut belum dibukukan oleh pihak H.B. Jassin atau pihak lain, selain itu peneliti hanya memilih surat yang masih ada balasannya. Peneliti hanya memilih delapan surat yang ada balasannya agar peneliti lebih mudah untuk menafsirkan maksud dan tujuan dari tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat tersebut karena tuturan yang terdapat dalam surat balasan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dalam menentukan maksud dan tujuan isi surat.
5
M. Subana,Dasar-DasarPenelitianIlmiah, (Bandung: CV. PustakaSetia, 2001),h. 17.
31
E. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan objek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, sedangkan untuk teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi, teknik simak bebas cakap, dan teknik catat. Aplikasi dari teknik dokumentasi yang diterapkan oleh peneliti, yaitu peneliti mencari secara langsung data primer berupa surat-surat yang masih tersimpan di Perpustakaan H.B. Jassin, selanjutnya penggunaan teknik simak bebas cakap dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan data primer kemudian peneliti membaca dengan cermat surat-surat pribadi yang telah ditemukan, dan selanjutnya menerapkan teknik catat dengan mencatat tuturan-tuturan dan mengklasifikasikan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Adapun penjabaran dari pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Simak Peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Perlu ditekankan bahwa menyadap penggunaan bahasa yang dimaksudkan menyangkut penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Terkait hal ini, peneliti melakukan proses menyimak, membaca surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang telah diperoleh. a. Teknik Dokumentasi Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber nonmanusia.
32
1. Dokumen Pribadi Dokumen pribadi di sini adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.6 Beberapa dokumen yang merupakan dokumen pribadi adalah buku harian, surat pribadi, dan otobiografi. Surat pribadi antara seseorang dengan anggota keluarganya dapat dimanfaatkan pula oleh peneliti. Hal itu bermanfaat untuk mengungkapkan hubungan sosial seseorang. Jika surat itu berisi masalah atau pengalaman yang berkesan dari penulisnya, maka surat pribadi itu akan bermanfaat bagi upaya menggambarkan latar belakang pengalaman seseorang.7Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mencari sumber data di Perpustakaan H.B. Jassin kemudian memilih surat-surat yang belum dibukukan dan surat tersebut masih asli tulisan tangan H.B. Jassin, peneliti juga berusaha mencari surat-surat balasan yang diterima oleh H.B. Jassin. Pemerolehan data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan sumber data tertulis berupa surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Sumber data tersebut didapat dari Perpustakaan H.B. Jassin. b. Teknik Simak Bebas Cakap Setelah mendapatkan surat-surat H.B. Jassin beserta balasan, langkah selanjutnya yaitu menggunakan teknik simak dan catat. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Penyadapan penggunaan bahasa secara tertulis, jika penulis berhadapat dengan penggunaan bahasa bukan dengan orang yang sedang berbicara atau bercakapcakap, tetapi berupa bahasa tulis, misalnya naskah-naskah kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada massmedia dan lain-lain.8 6
SyamsuddinAR ,danVismaia S.Damaianti,MetodePenelitianPendidikanBahasa, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 109. 7 Lexy J. Moleong,MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 218. 8 Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta), h. 92-93.
33
c. Teknik Catat Selain penggunaan metode simak dalam menganalisis data, selanjutnya peneliti menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak.9 Teknik cacat dalam penelitian ini mengarah pada pencatatan kembali surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Hal tersebut dilakukan agar surat tersebut agar lebih jelas terbaca dan memudahkan dalam proses analisis. Selain proses pencatatan kembali surat-surat yang menjadi objek penelitian, teknik catat juga dilakukan pada tahap pengklasifikasian data. F. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya yang berhasil ditemukan di perpustakaan H.B. Jassin. Surat-surat yang berhasil ditemukan sebanyak delapan surat, empat
surat merupakan surat H.B. Jassin dan empat surat merupakan
balasannya. G. Analisis Data Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan, mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan, menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok data yang serupa, tetapi tak sama.10 Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan cara menganalisis sesuai dengan acuan teori yang digunakan. Dalam analisis data, penulis menggunakan metode padan ekstralingual untuk mengidentifikasi data, penulis juga menggunakan teori identifikasi data F.X. Nandar yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Pragmatik & Penelitian Pragmatik.Selanjutnya, peneliti menganalisis bentuk-bentuk tuturan dalam surat-
surat pribadi dengan acuan teori tindak tutur ilokusi Searle.
9
Ibid,. h. 93. Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 253. 10
34
1. Metode Padan Ekstralingual Metode padan ektralingual ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa.11 a. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Data Analisis yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu tindak tutur ilokusi dalam surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Kegiatan analisis yang dilakukan, yaitu melakukan penyusunan data dengan cara mengidentifikasikan data, bentuk identifikasi data berdasarkan metode simak yang telah dicontohkan oleh F.X. Nandar dalam bukunya Pragmatik dan Penelitian Pragmatik contoh:12 DATA 1 1. Lokasi percakapan
: ruang keluarga
2. Suasana percakapan
: informal, santai
3. Keadaan emosi percakapan
: normal.
4. Identitas penutur a. Gender
: wanita
b. Umur
: 47 tahun
c. Pekerjaan
: pedagang
d. Domisili
: Sleman Timur, Yogyakarta
e. Daerah asal
: Cikalan, Boyolali
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Jawa 5. Identitas lawan tutur
11
a. Gender
: wanita
b. Umur
: 13 tahun
c. Pekerjaan
: pelajar
d. Domisili
: Klaten
e. Daerah asal
: Klaten
Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 120. 12 F.X. Nandar,Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.147148.
35
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Jawa dan Bahasa
Indonesia 6. Hubungan penutur dengan lawan tutur: Budhe (kakak dari ayah atau ibu lawan tutur) dengan keponakannya. b. Analisis Tindak Tutur Ilokusi Setelah melakukan pengidentifikasian data, selanjutnya mengklasifikasikan bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya, dalam mengklasifikasikan tindak tutur ini, alat analisis yang menjadi patokan adalah teori tindak tutur Searle. Adapun
tindak tutur tersebut
diklasifikasikan berdasarkan bentuk tindak tutur ilokusi Searle, yaitu bentuk tuturan asertif, bentuk tuturan direktif, bentuk tuturan ekspresif, bentuk tuturan komisif, dan bentuk tuturan dekralasi. Selanjutnya, bentuk tuturan tersebut diperjelas lagi dalam bentuk tabel. Keterangan kategori dan kata kunci yang mengacu pada tindak tutur Searle dalam buku Kunjana Rahardi: 1.
Kategori asertif: menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (comlaining), mengklaim (climing).
2.
Kategori direktif: memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon
(requesting),
menasihati
(advising),
merekomendasi
(recommending). 3.
Kategori ekspresif: berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), berbela sungkawa (condoling).
4.
Kategori komisif: berjanji (promising), bersumpah, menawarkan sesuatu (offering).
5.
Kategori membaptis
deklarasi:
berpasrah
(christing),
(resigning),
memberi
nama
memecat
(dismissing),
(naming),
mengangkat
(appointing), mengucilkan (excommunicating), menghukum (sentencing).
36
H. Pelaksanaan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, terdapat langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam melakukan penelitian, adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah: 1. Membaca dengan cermat surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. 2. Mengetik ulang surat-surat pribadi dengan tujuan agar lebih mudah dalam proses menganalisis. 3. Mengidentifikasi surat-surat pribadi dengan metode dan teori yang sesuai. 4. Mencermati dan mengamati tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat pribadi. 5. Menandai tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat pribadi 6. Mengklasifikasikan tuturan tersebut dengan acuan teori Searle. 7. Menganalisis dengan menjabarkan konteks dan juga maksud dari tuturan tersebut dengan kata-kata. I. Relenvansi Penelitian dengan Kehidupan Masa Kini Setiap penelitian yang dilakukan akan lebih menarik apabila terdapat relevansi dengan kehidupan sehari-hari atau kehidupan masa kini. Terkait dengan relevansi, penelitian yang dilakukan pada surat-surat H.B. Jassin memiliki relevansi dengan kehidupan masa kini. Perkembangan teknologi turut mengubah cara berkomunikasi antar orang, surat yang dahulu merupakan salah satu media dalam menjalin komunikasi kini sudah tidak banyak dilakukan oleh masyarakat. Namun, walaupun komunikasi antar surat sudah jarang dilakukan, masyarakat tetap menjalin komunikasi jarak jauh melalui media yang lebih canggih. Untuk itu, penelitian terhadap surat-surat pribadi H.B. Jassin dapat dijadikan sebagai contoh mengenai cara bertutur sapa atau berkomunikasi secara tidak langsung melalui media yang lebih canggih, yaitu email, dan media sosial lainnya. Tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat dijadikan contoh berkomunikasi yang baik dan sesuai dengan konteksnya sehingga masyarakat juga dapat belajar cara berkomunikasi yang baik melalui media (surat, email, media sosial). Selain itu dari segi pendidikan dan dunia kesusastraan di Indonesia, penelitian ini memiliki relevansi
37
dengan pembelajaran menulis surat pribadi pada SMP kelas VII yang memang pada jenjang tersebut terdapat materi mengenai menulis surat pribadi. Pada dunia kesusastraan dengan adanya penelitian ini, menambah khazanah pengetahuan mengenai sosok pribadi H.B. Jassin karena melalui surat pribadi hal-hal yang tidak mungkin diungkapkan di media massa ataupun dalam forum diskusi, dapat dijumpai dalam surat seseorang. Kedua, dengan membaca surat seseorang dapat menyelami “dunia dalam” orang itu; perasaannya, pemikirannya, sikap/pandangan hidupnya, serta hal lain yang sifatnya amat pribadi.13
13
H.B. Jassin, diedit oleh Pamusuk Eneste, H.B. Jassin Surat-Surat 1943-1983, (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), h, 1.
38
Kegiatan Meneliti Tindak Tutur Ilokusi dalam Surat-surat Pribadi H.B. Jassin beserta Balasannya
Metode Penelitian Kualitatif
Data tindak tutur ilokusi Teknik Metode
dokumentasi,
pengumpulan data;
Klasifikasi data sesuai kategori
metode
teknik simak bebas cakap, dan teknik
simak
catat Identifikasi data dengan
Metodedan teknik
teori F.X. Nandar
analisis data Analisis data dan pembahasan teori
Metode padan ekstralingual konseptual (2) HasilSkema data tindak tutur
Teori Searle
ilokusi
dengan
kategori
asertif,
kategori
direktif,
kategori ekspresif, kategori komisif,
dan
kategori
deklarasi.
Sumber Mahsun (2007) dan Meleong yang telah dimodifikasi peneliti
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam analisis data, hal pertama yang dilakukan setelah menyusun data, yaitu, melakukan identifikasi data dari si penutur dan lawan tutur. Identifikasi data dilakukan agar terlihat bagaimana hubungan dan situasi antara penutur dan lawan tutur. Hubungan dan situasi antara penutur dengan lawan tutur sangat mempengaruhi si penutur melakukan tindak tutur dalam sebuah percakapan. Setelah melakukan identifikasi data langkah analisis selanjutnya adalah memfokuskan analisis pada tindak tutur ilokusinya. A. Biografi H.B. Jassin H.B. Jassin lahir di Gorontalo, Sulawesi Utara, 31 Juli 1917, meninggal di Jakarta, 11 Maret 2000. Lulus HIS di Gorontalo (1932), HBS-B (lima tahun), Medan (1939), Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1957), kemudian memperdalam pengetahuannya di Universitas Yale, Amerika Serikat (1958-1959) dan mendapat Doctor Honoris Causa (Dr. HC.) dari Universitas Indonesia (1975). Ia pernah bekerja di Kantor Asisten Residen Gorontalo (1939), redaktur Balai Pustaka (1940-1942), dosen Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1953-1959; sejak 1973 menjadi dosen tetap hingga pensiun), pegawai Lembaga Bahasa Nasional (sekarang Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen P dan K 1954-1973).1 H.B. Jassin pernah menjadi redaktur majalah-majalah: Pandji Pustaka, Pantja Raja, Mimbar Indonesia, Zenith, Kisah, Bahasa dan Budaja, Seni, Buku Kita, Medan Ilmu Pengetahuan, Sastra, Bahasa dan Sastra, dan Horison. Sedangkan karya-karyanya adalah Angkatan 45 (1952), Tifa dan Daerahnya (1952), Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (I-IV, 1954-1967), Heboh Sastra (1968), Suatu Pertanggungjawab (1970), Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia (1983), Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983), Suratsurat H.B. Jassin (1984). Ia juga menyusun buku-buku: Pantjaran Tjita (1946), 1
Korrie Layun Rampan, Leksikon Susastra Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 188-189.
39
40
Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1948), Gema Tanah Air (1948), Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956), Amir Hamzah Radja Penjair Pujangga Baru (1962), Pujangga Baru, Prosa dan Puisi (1963), Angkatan 66, Prosa dan Puisi (1968).2 B. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang menekankan pada maksud dari ujaran yang disampaikan. Pada dasarnya setiap ujaran seseorang memiliki maksud dan tujuan tertentu, untuk dapat mengetahui tujuan tuturan dapat dianalisis berdasarkan kategori-kategori tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi menurut Searle terbagi menjadi bentuk tuturan asertif, bentuk tuturan direktif, bentuk tuturan ekspresif, bentuk tuturan komisif, dan bentuk tuturan deklarasi.3 Asertif merupakan bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang diungkapkannya dalam tuturan itu. Direktif, yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang dikehendakinya. Ekspresif adalah bentuk tuturan yang berfungsi menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu. Komisif, yakni bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan janji atau penawaran tertentu. Deklarasi, yakni bentuk tuturan yang menghubungkan antara isi tuturan dengan kenyataannya. Dari bentuk-bentuk tuturan tersebut, Searle kemudian menjabarkan ke dalam kata kunci-kata kunci yang lebih khusus lagi. Berdasarkan penemuan data, peneliti berhasil memperoleh empat buah surat pribadi H.B. Jassin dan empat surat balasannya. Dari sejumlah surat-surat yang telah ditemukan, peneliti melakukan penelitian terhadap delapan surat tersebut. Adapun analisis dan pemaparannya adalah sebagai berikut:
2
Korrie Layun Rampan, Jejak Langkah Sastra Indonesia, (Flores: Nusa Indah, 1986), h.
61-62. 3
Kunjana Rahardi,Sosiopragmatik,(Jakarta: Erlangga, 2009),h. 17-18.
41
1. Data 1 a. Identifikasi Data 1 1. Penutur
: Maade (P1)
2. Lawan tutur
: H.B. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan
: ruang kerja (percakapan tidak
langsung) 4. Suasana percakapan
: informal
5. Topik pembicaraan
: Maade meminta kepada HB. Jassin
untuk mengirimkan sejumlah uang sebagai biaya berobat. 6. Keadaan emosi percakapan
: sedih
7. Identitas penutur a. Gender
: perempuan
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: guru
d. Domisili
: Surabaya
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari: Bahasa Indonesia 8. Identitas lawan tutur a. Gender
: laki-laki
b. Umur
: 38 tahun
c. Pekerjaan
: sastrawan/ penulis
d. Domisili
: Jakarta
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari 9. Hubungan penutur dengan lawan tutur
: Bahasa Indonesia : Keluarga
b. Konteks pada Data 1 Pada surat yang dikirimkan P1 kepada P2 dapat diketahui bahwa isi surat P1 banyak bercerita mengenai penyakit yang menyerangnya. P1 yang sedang sakit memerlukan biaya untuk berobat, untuk itu P1 mengharapkan agar P2 dapat mengiriminya sejumlah uang untuk biaya berobat. P1 meminta tolong kepada P2
42
karena P2 merupakan saudara dekat dari P1, P2 yang sudah bekerja di Jakarta diharapkan dapat membantu P1 yang sedang kesulitan dalam biaya pengobatan. c. Analisis Ilokusi Data 1 Pada data satu terdapat beberapa tindak tutur ilokusi, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Tindak tutur ilokusi asertif Dalam surat yang dikirimkan P1 kepada P2 terdapat sejumlah tindak tutur ilokusi yang dikategorikan asertif, di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Tuturan
yang
mengandung
tindak
tutur
ilokusi
asertif
menyatakan (menyatakan informasi, menjelaskan) a. “Bagaimana dengan keadaan Hanny, adiknya, dan Hans, suami istri? Moga-moga dalam keadaan selamat.” b. “Maade telah 10 hari di SG, dalam keadaan sakit, yaitu penyakit yang dulu kumat lagi. Tapi di sini Maade hanya modok di rumah bekas murid Maade yang dulu”. Berdasarkan teori Searle tuturan (1.a) merupakan tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif dengan kata kunci menyatakan. Makna dasar dari tuturan tersebut adalah P1 memberikan pertanyaan kepada P2 mengenai kondisi P2. Namun makna ilokusi dari tuturan yang disampaikan P1 kepada P2 merupakan kalimat yang mengandung maksud P1 yang mengharapkan P2 beserta keluarganya dalam keadaan yang sehat. Tuturan tersebut juga mengandung maksud menunjukkan perhatian P1 kepada keluarga P2. Tuturan tersebut diujarkan oleh PI kepada P2 karena memang mereka tinggal berjauhan dan mereka jarang bertemu sehingga ketika berkoresponden mereka tidak lupa untuk saling memberi kabar. Tuturan tersebut bukan hanya tuturan yang menanyakan kabar, melainkan juga sebagai bentuk pengharapan agar keluarga P2 dalam keadaan yang sehat. Berdasarkan teori Searle tuturan (1.b) merupakan tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Makna dasar dari tuturan tersebut adalah bentuk pernyataan yang dapat diketahui kebenarannya.Tuturan tersebut disampaikan P1 dengan maksud untuk memberitahukan kepada P2 mengenai
43
keadaannya yang jatuh sakit, namun tidak memiliki biaya untuk dirawat di rumah sakit sehingga terpaksa mondok pada bekas muridnya. Selain bermaksud untuk memberitahukan mengenai keadaannya, P1 juga mengharapkan agar P2 dapat mengerti sehingga melakukan sesuatu untuk membantunya. (2) Tuturan yang mengandung tindak tutur asertif mengeluh (menyatakan keluh-kesan mengenai sesuatu) “Harusnya Maade terus ke Jakarta berobat dan juga untuk pensiun adikmu Arief, tapi ongkosnya Maade tidak punya.” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif mengeluh. Dalam tuturan tersebut, memang tidak secara gamblang P1 mengeluh kepada P2 namun ketika P1 mengatakan “tidak punya ongkos” merupakan keluhan P1 mengenai keadaannya yang menyebabkan ia tidak bisa ke Jakarta untuk melakukan pengobatan dan juga mengurus pensiunan. Pemilihan kota Jakarta untuk pengobatan mengandung maksud bahwa Jakarta adalah kota yang perkembangannya lebih maju dibanding dengan kota lain sehingga apabila ingin melakukan pengobatan di sanalah tempat yang tepat. 2. Tindak tutur ilokusi ekspresif Dalam surat yang dikirim P1 kepada P2 tidak saja mengandung tindak tutur ilokusi asertif, terdapat pula tindak tutur ilokusi ekspresif. (1) Tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif memuji (menyatakan sanjungan) “Anakanda Hans yang terkasih” Makna dasar dari tuturan tersebut adalah sebuah pernyataan yang diujarkan P1 kepada P2, namun berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji. Dalam tuturan tersebut, P1 membuka percakapan dalam suratnya dengan tuturan memuji P2. Melalui tuturan tersebut terlihat hubungan yang akrab antara P1 dengan P2, dan karena surat yang dikirimkan P1 merupakan surat pribadi yang tergolong nonformal dan ditunjukkan kepada keluarga maka hal tersebut wajar dilakukan oleh P1.
44
(2) Tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif memberi selamat (mengungkapkan perasaan senang atas sesuatu yang didapat atau diraih) “Merdeka!” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memberi selamat. Tuturan (2) ini dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang ada pada zaman itu, tuturan tersebut disampaikan untuk mengekspresikan perasaan P1 yang masih gembira dan bersemangat karena belum lama Indonesia meraih kemerdekaan. Kegembiraan itu banyak dirasakan oleh semua rakyat Indonesia sehingga dalam menulis surat pun kata-kata Merdeka tetap berkumandang. Selain sebagai ungkapan ekspresi, tuturan tersebut juga merupakan bentuk ungkapan pembuka dalam surat yang dikirimnya. (3) Tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif berterima kasih (mengutarakan rasa terima kasih) “Sekianlah terima kasih” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif berterima kasih. Tuturan tersebut diungkapkan oleh P1 kepada P2 dengan tujuan untuk menunjukkan rasa senangnya karena bisa terus berkirim kabar dengan P2. Selain itu, sehubung dengan isi surat yang ditulis oleh P1 menunjukkan bahwa ia meminta tolong kepada P2 maka surat tersebut pun diakhiri oleh ungkapan terima kasih dengan tujuan agar P1 menghargai bantuan yang akan diberikan oleh P2. 3. Tindak tutur ilokusi Deklarasi Dalam surat tersebut, terdapat pula tindak tutur ilokusi deklarasi. (1) Tuturan mengandung tindak tutur ilokusi deklarasi memohon (menyatakan permohonan mengenai sesuatu) “Maka Maade minta tolong kiranya belas kasihan Hans, Maade minta kirimi uang untuk ongkos dari Surabaya ke Jakarta.Harap ditolong karena berulang-ulang Maade minta Harjono tapi tak ada, barangkali dia tak punya.”
45
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklarasi memohon. Tuturan (1) tersebut diujarkan P1 dengan tujuan agar P2 dapat menolong P1 yang sedang membutuhkan biaya pengobatan. Dalam tuturan tersebut P1 memaparkan alasannya meminta tolong kepada P2, yaitu dikarenakan ia sudah meminta tolong kepada saudara yang lain namun yang lain tidak bisa membantu sehingga ia pun meminta pertolongan kepada P2. Tuturan yang dikemukakan oleh P1 kepada P2 diujarkan dengan gamblang atau secara langsung, hal tersebut terkait dengan pembicaraan yang diutarakan termasuk pembicaraan serius, maka maksud P1 mengujarkan secara langsung agar lebih cepat mendapat respon oleh P2. (2) Tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi deklarasi memesan (menyatakan permintaan mengenai sesuatu) “Kalau kirim uang tolong adress kan ke Kinto, yaitu anak tempat saya menumpang supaya tidak rewel, jangan nama Maade asal tulis dihocknya, untuk itu addreskan kedia sebab anak ini dapat dipercaya. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklarasi memesan. Maksud dari tuturan (2) yang diujarkan P1 kepada P2 yaitu, menyatakan permintaan agar P2 dapat mengirimkan uang kepadanya ke alamat yang tepat. Adapun alamat yang diberikan oleh P1 adalah kepada anak tempat ia tinggal, P1 memesan P2 untuk mengirimkan sejumlah uang kepada anak tersebut karena menurutnya anak tersebut dapat dipercaya. DATA 2 a. Identifikasi Data 2 1. Penutur
: HB. Jassin (P1)
2. Lawan tutur
: Maade (P2)
3. Lokasi percakapan
: ruang kerja (percakapan
tidak langsung) 4. Suasana percakapan
: informal
5. Topik pembicaraan
: Maade yang meminta HB.
Jassin untuk mengirimkan uang. 6. Keadaan emosi percakapan 7. Identitas penutur
: normal
46
a. Gender
: laki-laki
b. Umur
: 35 tahun
c. Pekerjaan
: Penulis (sastrawan)
d. Domisili
: Jakarta
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur a. Gender
: Perempuan
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: guru
d. Domisili
: Surabaya
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur
: Keluarga
b. Konteks pada Data 2 Pada data dua, dapat dilihat bahwa konteks yang terdapat dalam surat tersebut P1 memiliki hubungan kekeluargaan dengan P2, data dua merupakan balasan dari data satu, P1 menanggapi surat yang diterimanya dari P2 yang berisi mengenai permintaan P2 kepada P1 untuk mengirimkan sejumlah uang yang akan digunakan untuk biaya pengobatan. Dalam surat balasannya P1 menjelaskan mengenai keadaannya yang belum bisa mengirimkan sejumlah uang, ia pun menjelaskan alasan tidak dapat mengirimkan uang. c. Analisis Ilokusi Data 2 Pada data satu terdapat beberapa tindak tutur ilokusi, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Tindak tutur ilokusi asertif Tindak tutur asertif pada data satu terdapat dua tuturan dengan kategori mengeluh, dan menyatakan. (1) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
asertif
(memberitahukan dan menyampaikan): a. “surat Maade sudah saya terima” b. “lain tiada lain mudah-mudahan Maade lekas baik.”
menyatakan
47
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi
asertif
menyatakan. Tuturan (1.a)
disampaikan
oleh P1 yang
memberitahukan kepada P2 bahwa surat yang dikirimkan oleh P2 telah diterima oleh P1, selain untuk menyatakan hal tersebut tujuan tuturan ini secara tidak langsung memberi tahu kepada P2 bahwa surat yang ia terima telah ia baca. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan P1 kepada P2 dengan tujuan mengharap agar keadaan saudaranya yang sedang jatuh sakit agar lekas pulih, tuturan tersebut disampaikan sebagai bentuk perhatian P1 kepada P2. Pada kata “lain tiada lain” dimaksudkan untuk menekankan bahwa bagi P2 yang bisa ia berikan adalah doa bagi kesembuhan Maade, hal tersebut terkait dengan dirinya yang belum bisa mengirimkan bantuan berupa uang kepada P2, maka ia hanya bisa mendoakan kesembuhan Maade. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif mengeluh (menyatakan kondisi yang sedang dialami): “sampai sekarang masih saja tidak berkecukupan dan harus usaha kiri kanan buat bikin klop bergroting rumah tangga- pun si Harjono begitu juga dengan keadaan saya lihat”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif mengeluh. Tuturan (2) menjelaskan keadaan P1 yang tidak bisa mengirimkan uang kepada P2 dikarenakan ia pun sedang mengalami kesulitan dalam hal ekonomi, tuturan yang diujarkan bukan sekedar menjelaskan kepada P2 tetapi juga bentuk keluhan P1 mengenai kondisi hidupnya. Bentuk keluhan yang diujarkan oleh P1 dengan tujuan agar P2 dapat mengerti kondisinya sehingga tidak perlu lagi mengharapkan bantuan dari P1. 2. Tindak tutur ilokusi ekspresif Tindak tutur ilokusi ekspresif pada data dua berjumlah dua tuturan dengan kata kunci memuji dan meminta maaf. (1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekpresif memuji (menyatakan sesuatu sebagai bentuk penghargaan): “Maade yang baik”
48
Makna dasar dari tuturan tersebut adalah sebuah pernyataan yang diujarkan oleh P1 namun, berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji. Tuturan (1) disampaikan P1 kepada P2, bentuk tuturan ilokusi tersebut digunakan P1 sebagai ucapan salam pembuka, hal tersebut dilakukan karena surat yang dikirimnya merupakan surat pribadi yang tergolong nonformal dan ditunjukkan kepada keluarga. Tuturan yang disampaikan juga mempunyai maksud untuk memberikan penghargaan kepada P2. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekpresif meminta maaf (menyatakan penyesalan): “tapi maafkan saya tidak bisa kirim uang, karena tidak punya” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif meminta maaf. Tuturan (2) disampaikan P1 kepada P2 selain sebagai ungkapan maaf juga dimaksudkan sebagai ungkapan rasa bersalah P1 karena belum bisa mengirimkan uang kepada saudaranya yang sedang sakit. Tuturan tersebut diujarkan secara langsung oleh P1 dengan maksud agar P2 mengerti kondisi keuangan yang dihadapi oleh P1. 3. Tindak tutur ilokusi deklarasi Tindak tutur ilokusi deklarasi pada data dua berjumlah satu tuturan dengan kata kunci berpasrah. (1) Tuturan yang mengandung ilokusi deklarasi berpasrah (berserah diri): “jadi harap dipahami saja dan dimaafkan” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklarasi berpasrah. Tuturan (1) disampaikan P1 yang menyatakan kepasrahan mengenai dirinya yang tidak dapat mengirimkan sejumlah uang, ia berharap P2 dapat memahami keadaannya dan memaafkan karena tidak bisa menuruti keinginan P2. Bentuk tuturan ini dimaksudkan agar lawan tutur tidak lagi mengharapkan bantuan dari P1.
49
C. DATA 3 a. Identifikasi Data 3 1. Penutur
: HB. Jassin (P1)
2. Lawan tutur
: Arsyad (P2)
3.
Lokasi percakapan
: Ruang kerja (percakapan tidak
langsung) 4. Suasana percakapan
: Informal
5. Topik pembicaraan
: Pembicaraan mengenai keadaan
rumah H.B. Jassin semenjak ayah dan keluarganya datang ke Jakarta. 6. Keadaan emosi percakapan
: Normal
7. Identitas penutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: 38 tahun
c. Pekerjaan
: Penulis, Sastrawan
d. Domisili
: Jakarta
f. Daerah asal
: Gorontalo
g. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia 8. Identitas lawan tutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: Mahasiswa
d. Domisili
: Gorotalo
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia 9. Hubungan penutur dengan lawan tutur: Saudara b. Konteks Data 3 Pada data tiga, P1 menulis surat yang ditujukan kepada adiknya yang bernama Arsyad. Dalam surat tersebut P1 mengungkapkan permintaan maaf kepada P2 mengenai suratnya yang terlambat ia balas. Dalam surat tersebut P1 pun menjelaskan mengenai kabar ayah dan keluarganya yang datang ke Jakarta
50
untuk melakukan pengobatan, menceritakan keadaan rumah yang ramai dengan kehadiran keluarga. c. Analisis Ilokusi Data 3 Pada data tiga terdapat tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi tersebut tergolong ke dalam berbagai macam kategori dan kata kunci, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif Dalam data tiga terdapat tuturan ilokusi asertif sebanyak dua tuturan dengan kata kunci yang berbeda, diantaranya adalah ilokusi asertif menyatakan dan ilokusi asertif mengeluh. Penjabarannya adalah sebagai berikut: (1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan (menjelaskan) “Sejak bulan Maret lalu ayah dari Gorontalo datang di Jakarta untuk berobat. Bersama beliau ikut ibu, adinda Bimo dengan anaknya baru satu, Toneng anaknya Arif dan dua orang pembantu diajak dalam perjalanan. Jadi adik bisa bayangkan bagaimana padat dan ramainya di rumah sewaan yang kecil, selama berobat di Jakarta ada jugalah keringanan dalam penyakit ayah dan berdoa kita mudah-mudahan kesehatan beliau kembali seperti sediakala.” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk menjelaskan mengenai Ayah dan keluarganya yang datang ke Jakarta, selain itu P1 juga menjelaskan mengenai kondisi rumahnya selama keluarga besarnya datang. Tujuan P1 menjelaskan hal tersebut karena P2 merupakan salah satu anggota keluarga, namun ia tidak bisa ikut ke Jakarta maka dari itu P1 berusaha memberitahukan mengenai perkembangan Ayahnya yang sedang jatuh sakit. Selain untuk memberikan informasi, tuturan tersebut juga dimaksudkan agar P2 selalu mendoakan kesembuhan Ayahnya. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif mengeluh (merasa susah) “Kami baik semua, hanya Hani malas belajar, raportnya kurang bagus. Mastinah InsyaAllah tahun depan akan disekolahkan”.
51
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif mengeluh. Makna dasar dari tuturan ini adalah sebagai bentuk pernyataan dari pertanyaan yang diajukan P2 kepadanya melalui surat yang dikirim oleh P2. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 dengan maksud menyatakan keluhan kepada P2. Keluhan tersebut terkait anaknya yang malas belajar sehingga raportnya kurang bagus. Tuturan tersebut disampaikan oleh P2 karena P2 merupakan saudara P1 yang tinggal jauh dari keluarga sehingga ketika berkirim surat P2 menanyakan mengenai keadaan anak-anak P1. Selain sebagai bentuk keluhan, tuturan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan infomasi terkait dengan perkembangan Mastinah yang merupakan anak ke dua P1. 2. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif Dalam data tiga terdapat tuturan ilokusi ekspresif sebanyak dua tuturan dengan kata kunci yang berbeda, di antaranya adalah ilokusi ekspresif memuji dan ilokusi ekspresif meminta maaf. Penjabarannya adalah sebagai berikut: (1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif memuji (menyatakan sanjungan) “Adinda Arsyad yang baik” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji. Tuturan (1) disampaikan P1 kepada P2, bentuk tuturan ilokusi tersebut digunakan P1 sebagai ucapan salam pembuka, hal tersebut dilakukan karena surat yang dikirimnya merupakan surat pribadi yang tergolong nonformal dan ditunjukkan kepada keluarga. Tuturan yang disampaikan menggambarkan hubungan yang akrab yang antara P1 dengan P2. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif meminta maaf (menyatakan penyesalan) “Surat-surat abang terima, maaf terlambat membalas, banyak sekali urusan”.
52
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi
ekspresif
meminta
maaf.
Tuturan
(2)
disampaikan
P1
selain
memberitahukan mengenai surat yang telah diterima dan dibaca, P1 juga menyampaikan tuturan tersebut dengan maksud untuk meminta maaf kepada P2 mengenai suratnya yang belum dibalas. Selain meminta maaf, P1 pun mencoba menjelaskan alasan mengenai keterlambatan membalas surat. Selain sebagi bentuk permintaan maaf, dari tuturan tersebut P1 mengharapkan pemakluman dari P2 mengenai suratnya yang baru sempat dibalas. 3. Tuturan yang mengandung ilokusi komisif Dalam data tiga selain mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan ekspresif terdapat pula tuturan yang mengandung ilokusi komisif sebanyak satu tuturan. Penjabarannya adalah sebagai berikut: (1) Tuturan yang mengandung ilokusi komisif menawarkan sesuatu (menyatakan suatu bantuan) “Seiring dengan ini abang kirimkan poswasel sebesar Rp. 100,- harap sampai pada waktunya dan adinda terima dengan senang hati”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi komisif menawarkan sesuatu. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk menawarkan sejumlah uang kepada P2 yang merupakan saudaranya, dalam tuturan tersebut memang P1 tidak secara langsung menawarkan uang tersebut, namun P1 langsung mengirimkannya tanpa menunggu jawaban dari P2. Hal tersebut dilakukan karena P1 memang sering mengirimkan uang kepada P2 dan P1 merasa bahwa ia berkewajiban mengirimi uang. Adapun uang tersebut akan digunakan oleh P2 dalam memenuhi kebutuhannya karena pada saat itu P2 sedang bersekolah di luar daerah.
53
D. DATA 4 a. Identifikasi Data 4 1. Penutur
: Arsyad (P1)
2. Lawan tutur
: H.B. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan
: Ruang kerja (percakapan
tidak langsung) 4. Suasana percakapan
: Informal
5. Topik pembicaraan
:
Pembicaraan
mengenai
keadaan rumah H.B. Jassin semenjak ayah dan keluarganya datang ke Jakarta. 6. Keadaan emosi percakapan
: Normal
7. Identitas penutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: Mahasiswa
d. Domisili
: Gorontalo
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: 38 tahun
c. Pekerjaan
: Sastrawan
d. Domisili
: Jakarta
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur
: Saudara
b. Konteks Data 4 Pada data ke empat merupakan surat balasan yang dikirim oleh Aryad, yaitu adik dari H.B. Jassin. Dalam surat tersebut, ia mengabarkan mengenai keadaan dirinya. Ia juga menanggapi cerita H.B. Jassin mengenai kedatangan keluarga
54
besarnya dan keadaan rumah yang semakin ramai. Pada akhir suratnya, P1 mengucapkan selamat hari Raya Idul Fitri kepada P2. c. Analisis Ilokusi Data 4 Pada data empat terdapat tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi tersebut tergolong ke dalam berbagai macam kategori dan kata kunci, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif Pada data empat terdapat empat tindak tutur ilokusi yang termasuk ke dalam kategori asertif, dari ke empat tuturan tersebut, tiga tuturan merupakan ilokusi asertif dengan kata kunci menyatakan sedangkan satu tuturan dengan kata kunci membual. Penjelasannya adalah sebagai berikut: (1) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
asertif
menyatakan
(menyatakan informasi, menjelaskan) d. “Yth. Kak Hans berdua!” e. “Dengan jalan surat ini dinda kabarkan, bahwa keadaan dinda dalam hal yang nyaman. Semoga hal ini berlaku atas kakak serta keluarga di sini, tentu rumah kakak sekarang menjadi ribut serta ramai, terutama dengan anakanda Bambang yang nakal berada di sini. Barangkali sudah berkelahi dan berampasan permainan dengan anakanda Hanny dan Marsinah. Bagaimana dengan keadaan ayahanda? Semoga penyakit beliau lekas sembuh dan kembali seperti sediakala”. f. “Kajian dinda berlaku nanti pada tanggal 13 Juni yang akan datang bersama-sama dengan pelajaran-pelajaran S.G.A pagi”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.a) disampaikan oleh P1 dengan maksud sebagai pembuka percakapan dalam suratnya. Dari tuturan tersebut, dapat diketahui bahwa penutur tidak hanya mengajak berbicara pada P2 saja namun juga kepada istrinya. Tuturan “Yth ...” yang digunakan oleh P1 dengan maksud sebagai penghormatan kepada P2 yang diketahui merupakan kakaknya. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk merespon surat yang kirim oleh P2 beberapa waktu lalu, dari respon tersebut dapat diketahui bahwa P1 sangat antusias mendengar kabar yang
55
disampaikan oleh P2 beberapa waktu lalu. Selain itu tuturan yang disampaikan oleh P1 yang menanyakan mengenai keadaan ayahnya merupakan bentuk tuturan yang mengkhawatirkan keadaan ayahnya. Tuturan tersebut juga bermaksud untuk mengharapkan kesembuhan ayahnya. Selain antusias terhadap kabar mengenai ayahnya, P2 pun antusias dengan kabar mengenai keluarganya yang berkumpul, hal tersebut menggambarkan bahwa P2 juga merupakan sosok yang cukup dekat dengan keluarga. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.c) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk memberitahukan mengenai perkembangan pendidikan yang dijalani oleh P1 kepada P2. Walaupun dalam surat yang diterimanya, P2 tidak menanyakan mengenai perkembangan pelajarannya, namun P1 berusaha memberitahu, hal tersebut dilakukan agar P2 mengetahui perkembangan pelajaran dan juga P1 berharap agar P2 selalu memberi dukungan terhadap proses pendidikan yang dijalani oleh P1. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif membual(menyatakan sesuatu yang tidak terjadi) “Cukup sekian dahulu, peluk cium dinda untuk anakanda Hans” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif membual. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 Tuturan tersebut diungkapkan sebagai bentuk kasih sayang dan rasa rindu P1 kepada P2 selain itu juga dengan maksud untuk menutup percakapan dalam suratnya, tuturan tersebut dikatakan membual karena P1 tidak benar-benar melakukan hal tersebut dan tuturan tersebut hanya sebagai penanda bahwa hubungan yang dijalin P1 dengan P2 cukup harmonis walaupun jarak mereka berjauhan. 5. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif Dalam data empat terdapat dua tindak tutur ilokusi yang tergolong dalam kategori ekspresif, adapun dua tuturan tersebut memiliki kata kunci meminta maaf dan memberi selamat.
56
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif meminta maaf (menyatakan penyesalan) “Maaf lebih dahulu, karena dinda telah lama tiada menyurat” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif meminta maaf. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk menyampaikan permintaan maaf atas rasa bersalahnya yang sudah lama tidak berkirim surat dengan P2. Ungkapan maaf diutarakannya pada awal pembicaraan dimaksudkan untuk menyatakan penyesalan dan ungkapan yang sungguh-sungguh. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif memberi selamat (mengungkapkan perasaan senang atas sesuatu yang didapat atau diraih) “Lain daripada itu, berhubung dengan Hari Raya Idul Fitri, maka dengan jalan surat ini dinda mengucapkan “Selamat Hari Raya” semoga kekhilafan serta kesalahan-kesalahan dinda baik yang disengaja maupun yang tidak, harap kakak berdua sudi memaafkannya” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memberi selamat. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk menyatakan ucapan selamat atas perayaan Hari Raya Idul Fitri, selain untuk mengucapkan selamat, tuturan tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan permintaan maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan oleh P1 kepada P2. D. DATA 5 a. Identifikasi Data 5 1. Penutur
: Mak Soleha (P1)
2. Lawan tutur
: H.B. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan
: Rumah (percakapan tidak
langsung) 4. Suasana percakapan
: Informal
5. Topik pembicaraan
: Kekawatiran Mak terhadap
keadaan H.B. Jassin dan keluarga sepeninggalan istrinya. 6. Keadaan emosi percakapan
: Berduka
57
7. Identitas penutur a. Gender
: Perempuan
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: tidak diketahui
d. Domisili
: Medan
e. Daerah asal
: Medan
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: 45 tahun
c. Pekerjaan
: Penulis (sastrawan)
d. Domisili
: Jakarta
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur
: Keluarga
b. Konteks pada Data 5 Dalam surat yang dikirimkan P1 kepada P2 , P1 yang tinggal jauh dari P2 terkejut ketika mendengar berita meninggalnya istri dari P2. Ia pun mengungkapkan kekawatiran mengenai keadaan keluarga P2 yang baru saja ditinggalkan.
Atas
dasar
kekhawatiran
itu
P1
mengirim
surat
untuk
mengungkapkan pemikirannya mengenai kelanjutan kehidupan P2 dan keluarga. c. Analisis Ilokusi Data 5 Pada data lima ditemukan beberapa tindak tutur ilokusi, di antaranya sebagai berikut ini: 1. Tindak Tutur Ilokusi Asertif Dalam data lima terdapat empat bentuk tuturan ilokusi dengan kata kunci menyatakan dan menyarankan.
58
(1) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyatakan (menyampaikan harapan, dan memberitahukan sesuatu): a. “Anakkanda Hans, Sepeninggalan surat ini mudah-mudahan kami seisi rumah berada di dalam keadaan sehat-sehat saja, demikian juga anakanda dan anak-anak semuanya di sini”. b. “Pada waktu Mak menulis surat ini, bapak Ngasa sedang berada di Medan, dan kami juga telah mendapat berita dari bapakmu Ngasa”. c. “Surat ini Mak titipkan kepada bapakmu Ngasa, kabar lain baik-baik saja dan sekianlah surat ini”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Pada tuturan (1.a) P1 membuka percakapan dalam surat dengan pernyataan singkat berupa panggilan “anakanda Hans”, walaupun kalimat tersebut sangat singkat namun dari tuturan tersebut dapat diketahui hubungan P1 dengan P2 yang terjalin dengan baik dan akrab. Selain itu maksud penutur mengujarkan kalimat tersebut adalah untuk menyampaikan bahwa keadaan dirinya baik-baik saja dan berharap agar keluarganya berada dalam keadaan yang sehat. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) diujarkan oleh P1 dengan maksud untuk memberitahukan P2 mengenai bapak Ngasa yang sedang berada di Medan, berita yang diterima oleh P1 mengenai kabar duka meninggalnya istri P2 didapat dari bapak Ngasa. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Pada tuturan (1.c) P1 menyatakan bahwa surat yang ia kirimkan dititipkan melalui bapak Ngasa, hal tersebut dilakukan karena bapak Ngasa dapat mengantarkannya kepada P2, ia pun menjelaskan mengenai kondisinya yang baik-baik saja. (2) Tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi asertif menyarankan (menyampaikan pendapat): “Barangkali anakanda akan mendapatkannya di Jakarta atau di Gorontalo ataupun di Medan. Supaya anak-anak jangan terlalu kesunyian dan anakanda juga tidak akan bersusah payah melihat anak-anak”.
59
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyarankan. Tuturan (2) diujarkan oleh P1 dengan maksud untuk memberikan saran kepada P2 terkait dengan kondisi yang dialami oleh P2. Atas dasar kekhawatiran yang rasakan oleh P1, maka P1 pun menyarankan agar P2 untuk tidak terlalu lama dalam keadaan berkabung dan secepatnya mendapatkan pengganti istrinya agar anak-anaknya dapat terurus dengan baik. (3) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif mengeluh (menyatakan sesuatu atas dasar keprihatinan) “Apakah ada kabar dari Mak kita di sana tentang maksud untuk mencari dan mengasuh anak-anak. Mak kasihan melihat anak-anak begitu ditinggalkan, juga anakkanda Hans tentunya merasa sedih juga”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif mengeluh. Tuturan (3) diujarkan oleh penutur dengan maksud menyatakan keluhan terhadap apa yang terjadi pada keluarganya, walaupun bukan ia yang mengalami kehilangan seseorang tetapi ia juga ikut merasakan cobaan yang sedang dihadapi saudaranya. Pada tuturan “apakah ada kabar dari Mak kita di sana tentang maksud untuk mencari dan mengasuh anak-anak” bukan hanya dimaksudkan menanyakan mengenai pengasuh, tetapi secara tidak langsung dimaksudkan untuk mencari pengganti ibu dari anak-anak P1. 2. Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Dalam data lima hanya terdapat satu tuturan dengan kategori ekspresif, adapun kalimat tersebut merupakan kata kunci berbela sungkawa (ikut merasakan berduka cita). (1) Tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi ekspresif berbela sungkawa (menyatakan perasaan duka cita) “Sepulangnya Om mu Josua kami telah mendengar kabar tentang penyakit menantu Alm. Sitti dan Mak sedih melihat gambar-gambar yang anakkanda kirim itu, semoga Allah menempatkan Alm. menantu Sitti kepada tempat sebaik-baiknya”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif berbela sungkawa. Tuturan ini disampaikan P1 kepada P2 sebagai bentuk keprihatinan dan rasa duka citanya kepada keluarga P2 yang baru saja kehilangan istri. Tuturan ini tidak hanya mengandung kalimat bela sungkawa
60
tetapi juga bertujuan untuk mendoakan agar istri P2 dapat diterima dan ditempatkan sebaik-baiknya di sisi Tuhan. F. DATA 6 a.
Identifikasi Data 6
1. Penutur
: H.B. Jassin (P1)
2. Lawan tutur
: Mak Ganda (P2)
3. Lokasi percakapan
: Ruang kerja (percakapan
tidak langsung) 4. Suasana percakapan
: Informal, santai
5. Topik pembicaraan
: Menceritakan keadaan HB.
Jassin beserta anaknya selepas ditinggal oleh istri. 6. Keadaan emosi percakapan
: sedih
7. Identitas penutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: 45 tahun
c. Pekerjaan
: Penulis (sastrawan)
d. Domisili
: Jakarta
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
8. Identitas lawan tutur a. Gender
: perempuan
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: tidak diketahui
d. Domisili
: Medan
e. Daerah asal
: Medan
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur
: Keluarga
b. Konteks pada Data 6: Data ke enam ini merupakan balasan surat yang dikirimkan oleh Mak Soleha kepada H.B. Jassin. P1 banyak menceritakan kehidupan dirinya dan anakanaknya selepas kepergian istrinya, dalam surat ini P1 juga menanggapi isi surat
61
yang dikirimkan kepadanya. Isi surat tersebut mengenai pemikiran P1 yang mengusulkan agar P2 mencari pengganti istrinya yang telah meninggal agar ada yang mengurus rumah tangganya. c. Analisis Ilokusi Data 6: Pada data enam mengandung tindak tutur ilokusi sebagai berikut: 1. Tindak Tutur Ilokusi Asertif Dalam data enam terdapat lima tindak tutur ilokusi asertif, namun semua tindak tutur tersebut masuk dalam kata kunci tindak ilokusi asertif menyatakan. Berikut ini penjabarannya: (1) Tuturan yang mengadung asertif menyatakan (memberitahukan, menanggapi pernyataan, dan menceritakan) a. “surat pada Om Ngasa sudah saya terima beberapa waktu lalu” b. “usul yang Mak kemukakan di dalamnya, saya sendiri belum sampai ke sana memikirkannya. Meskipun dari beberapa pihak pun telah ada memasukkan pikiran-pikiran demikian”. c. “sementara menulis surat ini saya sedang perlop tahunan di Bandung, Hani tidak ikut hanya Mastinah.Hani berkali-kali saya ajak dia menjawab: “nggak ada mami sih” dia sudah ada dua bulan ini menggambar dan ingin menggambar ibunya dari foto kalau ia sudah pandai sekali. Kalau dulu dia bercita-cita mau jadi pilot, kemudian insinyur, maka sekarang dia mau jadi dokter, supaya bisa menolong orang sakit, katanya.Dia baru saja naik kelas 3 SMP dengan angkaangka yang baik, Mastinah tinggal kelas di kelas 5”. d. “Arsyad mampir di rumah dalam perjalanan ke Bali dan berjanji akan mampir juga sekembalinya, mungkin sudah pulang di Medan”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan.
Tuturan (1.a) diujarkan oleh P1 dengan maksud
bukan hanya sebagai pernyataan namun juga menginformasikan kepada P2 mengenai suratnya yang diterima dalam beberapa waktu yang lalu melalui Pak Ngasa. Selain itu maksud dari tuturan tersebut adalah apabila surat tersebut telah diterima maka ia pun secara tidak langsung menyatakan bahwa surat tersebut telah dibaca.
62
Berdasarkan teori Searle, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) diujarkan oleh P1 dengan tujuan untuk merespon dari usulan yang dikemukakan oleh P2, dari ujaran tersebut P1 menjelaskan bahwa ia belum ada pikiran terhadap usulan P2 untuk mencari istri. Selain itu tuturan tersebut bermaksud untuk memberitahukan bahwa beberapa orang telah berusaha membujuk P1 untuk mencari pengganti istrinya yang telah meninggal. Berdasarkan teori Searle, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.c) diujarkan oleh P1 dengan maksud untuk menceritakan mengenai perkembangan anaknya, baik dari segi cita-cita hingga perkembangan sekolah anaknya setelah ditinggalkan ibunya. Ia menceritakan kondisi tersebut dengan maksud untuk memberikan informasi kepada P2 karena mereka berada di daerah yang berbeda dan P2 ingin sekali mengetahui perkembangan anak dari P1. Berdasarkan teori Searle, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan.
Tuturan (1.d) diujarkan oleh P1 dengan maksud
memberikan informasi kepada P2 mengenai keberadaan saudaranya yang bernama Arsyad. Arsyad memang tidak tinggal dengannya, Arsyad tinggal di luar kota untuk menyelesaikan pendidikannya. (2) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
asertif
membual
(mengungkapkan sesuatu yang tidak nyata) “saya cium tangan Mak” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif membual. Tuturan (2) merupakan tuturan yang disampaikan oleh P1 dengan maksud ungkapan menghargai, kerinduan kepada P2 namun sebenarnya ungkapan tersebut tidaklah dilakukan secara nyata, ungkapan tersebut hanya mewakili rasa penghormatan dan kerinduan P1 kepada P2”. 2. Tuturan yang mengadung ilokusi ekspresif Tindak tutur ilokusi ekspresif dalam data enam terdapat beberapa tuturan dengan kata kunci yang berbeda-beda, diantaranya adalah memuji, berbela sungkawa, dan memberi selamat. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
63
(1) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
ekspresif
memuji
(menyampaikan sesuatu sebagai bentuk penghargaan) “Mak Ganda yang baik” Berdasarkan teori Searletuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memuji.
Dalam tuturan tersebut, P1 membuka percakapan dalam
suratnya dengan tuturan memuji P2. Melalui tuturan tersebut terlihat hubungan yang akrab antara P1 dengan P2 dan karena surat yang dikirimkan P1 merupakan surat pribadi yang tergolong nonformal dan ditunjukan kepada keluarga maka hal tersebut wajar dilakukan oleh P1. Tuturan tersebut mengandung maksud sebagai suatu bentuk penghargaan kepada Mak. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif berbela sungkawa (mengemukakan perasaan yang masih berduka) a. “pada perasaan saya, ibu anak-anak yang meninggal masih hadir sekitar saya dan saya tak sampai hati meninggalkannya atau menggantikannya dengan yang lain. Kenangan padanya masih amat segar sehingga dia seolah-olah masih hidup mendampingi saya.” b. “anak-anak pun masih sangat ingat pada ibunya, terutama Hani. Mereka selalu mengajak melihat kuburan ibunya yang sekarang sudah didirikan bangunan yang bagus diatasnya. Perasaan ini pun harus saya ikut timbangkan dalam mengambil langkah-langkah berikutnya”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif berbela sungkawa. Tuturan (2.a) diujarkan oleh P1 kepada P2 dengan maksud untuk menceritakan dukanya yang mengenai istrinya yang telah meninggal dunia. Ia juga menceritakan bahwa ia masih merasakan keberadaan istrinya sehingga belum mampu untuk mencari penggantinya. Selain itu tuturan ini juga bertujuan untuk memberikan penegasan kepada P2 bahwa ia belum mau mencari pengganti istrinya. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif berbela sungkawa. Tuturan (2.b) diujarkan oleh P1 kepada P2 dengan maksud memberitahukan bahwa suasana duka dalam keluarganya masih sangat dalam, begitu pun yang terjadi pada anak-anaknya yang selalu ingat pada ibunya, sehingga ia pun harus memperhitungkan segala sesuatu yang akan dilakukannya. Dalam tuturan tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya baik P1
64
maupun anak-anaknya belumlah membutuhkan pengganti istri atau ibu baru bagi anak-anaknya. Untuk itu P1 mempertimbangkan kembali apabila ingin mencari istri dan ibu baru bagi anak-anaknya. (3) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif memberi selamat (mengucapkan selamat disertai dengan doa) “Salam saya pada Humalo dan semoga perkawinannya berbahagia. Juga salam saya pada Om Josua dan Tante Josua”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memberi selamat.
Tuturan ini diujarkan P1 dengan tujuan
memberikan ucapan selamat kepada Humalo dan istri yang telah melangsungkan pernikahan, selain itu dalam ujaran tersebut bertujuan untuk mengungkapkan doa agar perkawinannya bahagia. G. DATA 7 a. Identifikasi Data 7 1. Penutur
: H.B. Jassin (P1)
2. Lawan tutur
: Yock Fang (P2)
3. Lokasi percakapan
: Ruang kerja (percakapan tidak
langsung) 4. Suasana percakapan
: Informal
5. Topik pembicaraan
: Pembicaraan mengenai pencetakan
buku, kontroversi seputar ABP, dan penerimaan hadiah dari Prof. Dr. Teuku Iskandar. 6. Keadaan emosi percakapan
: Normal
7. Identitas penutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: 79 tahun
c. Pekerjaan
: Penulis (sastrawan)
d. Domisili
: Jakarta
e. Daerah asal
: Gorontalo
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Indonesia
65
8. Identitas lawan tutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: Dosen, akademisi
d. Domisili
: Singapore
e. Daerah asal
: Singapore
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Inggris 9. Hubungan penutur dengan lawan tutur: Rekan kerja, teman. b. Konteks pada Data 7 Data tujuh merupakan surat yang dikirimkan H.B. Jassin kepada Yock Fang, apabila dilihat secara seksama sebenarnya surat ini bukanlah surat pertama yang dikirimkan P1 kepada P2 namun karena penulis tidak dapat menemukan surat-surat sebelumnya maka penulis hanya dapat meneliti surat ini. Surat ini membahas mengenai berbagai macam hal. Dalam penulisan suratnya, P1 menulis surat dalam bentuk poin-poin, dalam surat ini terdapat beberapa poin diantaranya membahas proses mencetak buku, rencana pembuatan fragmen, hingga mengenai penerimaan hadiah dari Prof. Dr. Teuku Iskandar. c. Analisis Ilokusi Data 7 Data ke tujuh merupakan surat yang ditulis dengan bentuk poin-poin, dalam surat tersebut terdapat tindak tutur ilokusi sebagai berikut ini: 1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif Tuturan yang mengandung ilokusi dalam data tujuh teridentifikasi sebanyak tiga tuturan dengan kata kunci menyarankan dan menyatakan. (1) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
asertif
menyatakan
(memberitahukan, mengutarakan) a. “baru-baru ini datang ke Jakarta Prof. Dr. Teuku Iskandar menghadiahkan saya bukunya yang terakhir, Sejarah Melayu Klasik Sepanjang Abad, sudahkah Saudara lihat?” b. “sekian dulu Saudara Yock Fang. Saya harap Saudara sekeluarga baik-baik saja. Bagaimana keadaan kesehatan Saudara? Saya selalu mendoakan Saudara Yock Fang sekeluarga baik-baik saja. Salam saya sekeluarga kepada Saudara Yock Fang sekeluarga”.
66
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan.
Tuturan (1.a) disampaikan P1 dengan maksud
memberitahukan kepada P2 mengenai dirinya yang baru saja memperoleh hadiah buku dari Prof. Dr. Teuku Iskandar, tuturan itu pun diujarkan dengan maksud untuk mengetahui apakah P2 sudah membaca buku tersebut atau belum. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan P1 dengan maksud untuk mengutarakan harapannya kepada P2 agar keadaan P2 selalu baik-baik saja, maksud dari tuturan tersebut juga sebagai menutup pembicaraan dengan P2. Dalam tuturan tersebut terlihat hubungan yang baik bukan hanya terjalin antara P1 dengan P2 melainkan antara keluarga mereka pun sudah sangat dekat. (2) Tuturan yang mengandung ilokusi asertif menyarankan (memberikan pendapat) “Apakah Saudara Yock Fang tidak membuat rampai dari fragmenfragmen Sastra Melayu Klasik? Saya kira akan menarik”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyarankan. Tuturan (2) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk memberikan pendapat kepada P2 untuk membuat rampai dari fragmen. Tuturan tersebut diutarakan dengan maksud agar P2 dapat mempertimbangkan pendapat yang dikemukakan oleh P1. Walaupun tuturan tersebut dalam bentuk pertanyaan namun sebenarnya secara tidak langsung P1 menyarankan kepada P2 untuk membuat Fragmen Sastra Melayu Klasik. 2. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif Dalam data tujuh, terdapat pula beberapa tindak tutur ilokusi ekpresif dengan kata kunci, yaitu berterima kasih dan meminta maaf, penjabarannya sebagai berikut ini: (1) Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif
berterima kasih
(mengutarakan rasa terima kasih) “Pertama-tama terima kasih atas kiriman cek $ Singapore 500,-“. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif berterima kasih. Tuturan (1) disampaikan P1 dengan maksud
67
untuk menyatakan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan oleh P2. Tuturan ini disampaikan oleh P1 di awal penulisan surat dengan maksud menunjukkan bahwa P1 bersungguh-sungguh mengutarakan terima kasihnya kepada P2. Adapun ucapan terima kasih yang dituturkan dikarenakan P2 yang telah mengirim sejumlah uang kepada P1. P2 memang kerap mengirim beberapa uang hal tersebut dikarenakan P1 dan P2 bekerja sama dalam memproduksi buku selain itu P2 sering mengirim uang terkadang untuk keperluan berobat P1. (2) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
ekspresif
meminta
maaf
(mengutarakan kesalahan) “sampai hari ini Erlangga belum selesai mencetak SMK II tak jelas, maaf”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif meminta maaf. Tuturan (2) tidak hanya dimaksudkan untuk memberitahukan mengenai proses percetakan buku Sastra Melayu Klasik II tetapi juga sebagai bentuk penyesalan P1 kepada P2 yang belum bisa memberikan kepastian mengenai kapan proses percetakan buku tersebut akan selesai. Terkait dengan ketidakjelasan proses cetakan buku SMK maka P1 pun meminta maaf dengan sungguh-sungguh pada P2. 3. Tuturan yang mengandung ilokusi direktif Dalam data ini, hanya terdapat satu buah bentuk ilokusi direktif dengan kata kunci memesan. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tuturan yang mengandung ilokusi direktif memesan “Beberapa waktu yang lalu kepada saudara ABP (Al-Quran Berwajah Puisi), dan kontroversi ABP apakah sudah saudara terima? Tolong tawarkan kepada Pustaka Nasional. Barangkali Bapak Semait berminat mengadakan di Singapore, Malaysia, dan Brunai Darussalam? Saya kira di sana mereka juga berminat”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif memesan. Dalam tuturan (1) P1 mengajukan beberapa pertanyaan dengan maksud untuk memesan kepada P2 mengenai buku Al-Quran Berwajah Puisi. P1 memesan kepada P2 untuk menawarkan buku ABP kepada seorang bernama Bapak Semait. Tuturan tersebut diungkapkan kepada P2 dengan maksud karena
68
P2 mengenal bapak Semait dan kerap bertemu sehingga P1 pun memohon padanya. Dalam tuturan tersebut P1 berharap agar bukunya yang merupakan terjemahan Al-Quran yang diberi judul “Al-Quran Berwajah Puisi” dapat dijual hingga ke negeri tetangga. Saat itu buku tersebut memang menimbulkan kontroversi bagi banyak orang hal tersebut dikarenakan apakah Al-Quran yang sifatnya sakral atau suci dapat diterjemahkan dengan memadukan antara ayat suci dengan unsur-unsur kepuitisan. I. DATA 8 a. Identifikasi Data 8 1. Penutur
: Yock Fang (P1)
2. Lawan tutur
: HB. Jassin (P2)
3. Lokasi percakapan
: Ruang kerja (percakapan
tidak langsung) 4. Suasana percakapan
: Informal
5. Topik pembicaraan
:
Pembicaraan
mengenai
pencetakan buku, kontroversi seputar ABP, dan penerimaan hadiah dari Prof. Dr. Teuku Iskandar. 6. Keadaan emosi percakapan
: Normal
7. Identitas penutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: tidak diketahui
c. Pekerjaan
: Dosen, akademisi
d.
Domisili
: Singapore
e.
Daerah asal
: Singapore
f.
Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Inggris
8. Identitas lawan tutur a. Gender
: Laki-laki
b. Umur
: 79 tahun
c. Pekerjaan
: Sastrawan/ penulis
d. Domisili
: Jakarta
e. Daerah asal
: Gorontalo
69
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari
: Bahasa Indonesia
9. Hubungan penutur dengan lawan tutur
: Rekan kerja, teman.
b. Konteks Data 8 Data delapan merupakan surat balasan yang dikirimkan oleh Yock Fang kepada HB. Jassin sebagai balasan dari surat yang menjadi data tujuh. Dalam surat ini, P1 menanggapi beberapa hal yang dikemukakan oleh P1, diantaranaya adalah mengenai buku yang dikirimkan oleh P2, ia juga menjawab pertanyaan mengenai pengurus Pustaka Nasional, mengenai bunga Rampai yang sempat dikerjakan, dan ia juga menceritakan proyek-proyek yang akan digarap apabila ia telah pensiun. c. Analisis Ilokusi Data 8 Pada data delapan terdapat tindak tutur ilokusi, tindak tutur ilokusi tersebut tergolong ke dalam berbagai macam kategori dan kata kunci, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Tuturan yang mengandung ilokusi asertif Ilokusi asertif dalam tuturan data enam terdapat lima tuturan dengan kata kunci menyatakan, penjabarannya adalah sebagai berikut: (1) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
asertif
menyatakan
(mengungkapkan, memberitahukan, menjelaskan) a. “Pak Jassin yang diingati, saya gembira sekali menerima surat dari Bapak. Demikian juga sudah diterima ABP dan kontroversi ABP.” b. “Pak Semait tidak menjadi pengurus Pustaka Nasional lagi. Beliau lebih banyak menerjemahkan buku-buku Arab daripada mengurus PN.” c. “Bunga Rampai Sastra Lama pernah saya usahakan atau anjuran Bapak, tapi usaha itu terbengkalai karena berbagai hal. Apakah di Indonesia ada penerbit yang bersedia menerbitkannya? Terjemahan sajak-sajak Chairil Anwar juga tidak ada kesempatan mengulang cetak.” d. “bulan April tahun lalu operasi by pass, i. e. sakit jantung. Sekarang sudah agak sembuh tapi masih sakit-sakitan saja, dan pada bulan September ini saya akan pensiun kalau kesehatan mengizinkan saya akan terus berkarya. Diantara proyek yang akan dikerjakan ialah...”
70
e. “saya belum meluhat buku Prof. Teuku Iskandar dimanakah buku itu diterbitkan?”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan.
Tuturan (1.a) disampaikan P1 dengan maksud
membuka percakapan kepada P2. Selain itu tuturan ini sebagai maksud untuk mengungkapkan perasaan P1 yang merasa senang dapat berkomunikasi dengan P2, dari hal tersebut dapat diketahui bahwa antara P1 dan P2 memiliki hubungan yang baik walapun mereka tinggal berjauhan. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.b) disampaikan P1 merupakan tanggapan dari P2 yang menanyakan mengenai pengurus PN, selain sebagai tanggapan tuturan tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada P2 mengenai pengurus PN. Informasi tersebut disampaikan kepada P2 terkait dengan urusan buku P2 yang rencananya ingin ditawarkan kepada pihak PN, merasa bahwa informasi tersebut dibutuhkan oleh P2 maka P1 pun mengujarkan informasi tersebut. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.c) disampaikan P1 dengan maksud menanggapi saran yang disampaikan oleh P2, dalam tuturan tersebut P1 menjelaskan bahwa sebenarnya ia pernah mengerjakan namun terbengkalai dikarenakan berbagai hal. Selain itu maksud dari tuturan tersebut diujarkan untuk memberikan informasi terkait penjualan buku Chairil Anwar yang tidak begitu baik. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan.
Tuturan (1.d) disampaikan P1 dengan maksud
memberitahukan kepada P2 mengenai kondisinya yang belum lama menjalani operasi, selain itu ia pun menjelaskan mengenai rencana yang akan dilakukannya setelah pensiun. Tuturan ini sangat berkaitan dengan tuturan-tuturan sebelumnya yang menyatakan bahwa banyak yang pekerjaannya terbengkalai karena salah satu penyebab pekerjaannya banyak terbengkalai karena ia sakit.
71
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi asertif menyatakan. Tuturan (1.e) disampaikan P1 merupakan tanggapan pernyataan P2, tuturan ini bermaksud untuk memberitahukan bahwa ia belum pernah membaca buku tersebut dan ingin mengetahui mengenai buku tersebut. Secara tidak langsung, P1 berharap P2 memberitahukan mengenai buku yang diperolehnya. 2. Tuturan yang mengandung ilokusi ekspresif Dalam data delapan hanya terdapat satu buah tuturan yang termasuk ke dalam ilokusi ekspresif, tuturan tersebut merupakan tuturan ilokusi ekspresif dengan kata kunci berterima kasih. (1) Tuturan
yang
mengandung
ilokusi
ekspresif
berterima
kasih
(mengungkapkan rasa terima kasih setelah menerima perhatian) “akhir sekali saya ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang senantiasa memberi perhatian kepada kegiatan berkarya saya, dari masa saya menjadi mahasiswa sampai kepada masa saya menjadi Profesor Madya dan pensiun. Saya juga senantiasa berdoa agar bapak dan keluarga senantiasa dalam keadaan sehat walafiat.” Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif berterima kasih.
Tuturan (1) disampaikan dengan tujuan
mengungkapkan rasa terima kasih kepada P2 atas dukungan yang ia dapatkan selama ini. Rasa terima kasih yang diujarkan oleh P1 menunjukkan bahwa P2 dianggap memiliki peran besar dalam kehidupan P1. Melalui tuturan tersebut dapat diketahui bahwa hubungan natara P1 dengan P2 sudah terjalin sejak lama, P2 dianggap sebagai seseorang yang selalu memberikan dukungan. Selain sebagai tuturan dengan maksud mengungkapkan rasa terima kasih, tuturan tersebut juga bertujuan untuk mendoakan lawan tutur. 3. Tuturan yang mengandung ilokusi direktif Dalam data delapan terdapat beberapa tutur yang termasuk ke dalam ilokusi direktif, tuturan tersebut merupakan tuturan ilokusi direktif dengan kata kunci memesan, dan merekomendasikan.
72
(1) Tuturan yang mengadung ilokusi direktif memesan (meminta sesuatu) a. “... hanya saja ABP yang saya terima itu di dalamnya ada beberapa halaman yang kosong. Bisa saya kirimi satu eksemplar lagi? dan ABP dan Kontroversi ABP yang dikirim beberapa waktu lalu sampai sekarang masih belum saya terima. Mungkin sudah hilang diperjalanan”. b. “siapakah yang menjadi penerbit ABP? Apakah Bapak sendiri yang menerbitkannya? Kalau Bapak sendiri yang menjadi penerbitnya, kirimlah 10 eksemplar kepada saya dan saya akan menjualnya kepada orang yang berminat. Uangnya akan dimasukkan ke dalam rekening bank Bapak di Jakarta”. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif memesan. Tuturan (1.a) disampaikan oleh P1 dengan maksud untuk memesan buku kepada P2. Ia juga menjelaskan alasannya meminta untuk dikirimkan buku kembali karena buku yang pernahdikirimkan hilang diperjalanan. Permintaan yang diajukan oleh P1 adalah hal yang wajar karena memang antara P1 dengan P2 sering berdiskusi mengenai buku. Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi direktif memesan. Tuturan (1.b) disampaikan oleh P1 mempunyai tujuan yang hampir sama, yaitu untuk memesan buku kepada P2, bedanya adalah dalam tuturan ini, P1 bermaksud untuk bantu menjual buku tersebut agar P2 mendapatkan sejumlah uang. Selain bentuk tuturan untuk memesan, tuturan ini juga bertujuan untuk memberikan bantuan kepada P2. P1 berinisiatif untuk membantu P2 terkait dengan bukunya yang baru saja diterbitkan. 4. Tuturan yang mengandung ilokusi komisif Dalam data delapan tuturan yang mengandung ilokusi komisif hanya terdapat satu tuturan dengan kata kunci menawarkan sesuatu. (1) Tuturan yang mengandung ilokusi komisif menawarkan sesuatu (menyatakan bantuan) “... kalau bapak anggap perlu, saya akan menghubungi pengurus barunya hanya saja saya khawatir bapak mungkin sulit untuk mendapatkan uang kembali”.
73
Berdasarkan teori Searle tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi komisif menawarkan sesuatu. Tuturan (1) disampaikan oleh P1 dengan maksud menawarkan pertolongan kepada P2, bantuan yang dapat dilakukan oleh P1 adalah menghubungi pengurus Pustaka Nasional yang baru. P1 bersedia menolong P2 karena P1 mengenal pengurus PN yang baru, selain itu lokasi tempatnya dekat dengan lokasi rumah P1. Pertolongan yang ditawarkan oleh P1 berkaitan dengan buku yang diterbitkan oleh P2. C. Pembahasan Analisis Tindak Tutur Ilokusi Berdasarkan delapan surat pribadi yang telah ditemukan, empat surat pribadi dari H.B. Jassin dan empat surat balasannya ditemukan banyak tuturantuturan ilokusi. Pada data satu, tuturan ilokusi yang paling banyak muncul adalah tuturan asertif sebanyak tiga tuturan dan ekspresif sebanyak tiga tuturan, sedangkan untuk tuturan direktif hanya satu tuturan. Tuturan asertif banyak muncul dalam surat pribadi tersebut dengan tujuan untuk menyatakan informasi, menanyakan mengenai sesuatu, dan untuk mengeluh mengenai sesuatu kepada lawan tutur. Tuturan ekspresif muncul dalam surat tersebut dengan tujuan untuk membuka percakapan dalam surat pribadi, dan ungkapan rasa terima kasih kepada lawan tutur. Kata-kata pembuka dalam surat pribadi dan ungkapan terima kasih yang dituturkan oleh penutur menyatakan kondisi psikologis penutur yang sudah lama tidak bertemu dengan lawan tutur dan merasa berhutang budi pada lawan tutur. Sedangkan untuk tuturan direktif sebanyak dua tuturan dengan tujuan penutur mengharapkan bantuan dari lawan tutur, tuturan direktif dalam surat tersebut sangat berkaitan dengan tuturan asertif dan tuturan ekpresif. Sebelum penutur menyampaikan tuturan direktif, penutur membuka percakapan yang mengandung tuturan ekspresif dan mengungkapkan keadaannnya yang termasuk dalam tuturan asertif, kemudian menyatakan permohonannya yang termasuk ke dalam tuturan direktif. Penggunaan tuturan dalam surat yang dikirimkan penutur kepada lawan tutur cukup singkat dan tidak bertele-tele, hal tersebut terbukti dari sedikitnya tuturan yang diungkapkan karena penutur langsung mengungkapkan
74
maksud dan tujuannnya mengirimkan surat pribadi kepada lawan tutur. Penggunaan tuturan yang tidak bertele-tele juga dipengaruhi oleh status penutur yang merupakan saudara (yang dianggap lebih tua) dari lawan tutur. Data dua terdapat tuturan asertif sebanyak tiga tuturan, tuturan ekspresif sebanyak dua tuturan, dan deklarasi sebanyak satu tuturan. Tuturan asertif diungkapkan oleh penutur dengan tujuan penutur memberitahukan mengenai keadaannya, dan mengeluhkan keadaan
ekonominya.
Tuturan
ekspresif
diungkapkan dengan tujuan untuk membuka percakapan, membuka percakapan dengan sopan dimaksudkan karena status penutur yang lebih muda daripada lawan tutur dan tuturan ekspresif merupakan tuturan yang menyatakan kondisi psikologis penutur. Tuturan ekspresif diungkapkan untuk menyatakan penyesalan penutur karena tidak dapat menolong lawan tutur yang sedang membutuhkan sejumlah uang, sedangkan tuturan deklarasi diungkapkan oleh lawan tutur agar lawan tutur dapat memahami kondisi yang dialami oleh penutur. Penggunaan tuturan yang diungkapkan oleh penutur sesuai dengan kondisi dan situasi, kondisi yang dimaksudkan yaitu sesuai dengan status penutur sebagai keluarga dan statusnya yang lebih muda sehingga tuturan yang disampaikan dengan santun dan tuturan diungkapkan dengan situasi yang sebenarnya terjadi. Data tiga terdapat tuturan asertif sebanyak dua tuturan, ekspresif sebanyak dua tuturan, dan komisif sebanyak satu tuturan. Tuturan ekspresif diungkapkan dengan tujuan sebagai salam pembuka dalam surat, dan sebagai ungkapan permintaan maaf, permintaan maaf dimaksudkan karena penutur terlambat untuk mengirimkan surat balasan kepada lawan tutur. Tuturan asertif diungkapkan oleh penutur dengan tujuan untuk menginformasikan mengenai perkembangan kesehatan ayahnya dan juga untuk menceritakan keluhan mengenai masalah anaknya. Tuturan komisif diutarakan dengan tujuan untuk menawarkan sejumlah uang kepada lawan tutur. Penggunaan tuturan dalam surat tersebut sesuai dengan status penutur yang merupakan kakak dari lawan tutur dan juga sesuai dengan tujuan tuturan.
75
Data empat terdapat empat tuturan asertif dan dua tuturan ekspresif. Tuturan asertif bertujuan untuk mengungkapkan rasa hormat penutur kepada lawan tutur. Hal tersebut dilakukan karena penutur merupakan adik dari lawan tutur sehingga dalam mengirim surat pun harus menggunakan bahasa yang menunjukkan rasa hormat, rasa hormat si penutur terlihat pada saat penutur mengungkapakan “Yth. Kak Hans berdua!”. Selain itu tuturan asertif juga dimaksudkan untuk menyatakan keadaan dan memberikan informasi mengenai kelanjutan studinya, sedangkan untuk tuturan ekspresif diujarkan oleh penutur dengan maksud untuk mengungkapkan kondisi psikologis si penutur yang bahagia menyambut datangnya hari Raya Idul Fitri, kebahagiaan tersebut diungkapkan dengan memberikan selamat dan juga meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat. Penggunaan tuturan dalam surat tersebut dianggap cukup sesuai dengan konteks dan tujuan, penutur yang statusnya merupakan adik dari lawan tutur mengirim surat dengan menggunakan tuturan yang sopan, dan penutur juga banyak mengekspresikan perasaannya melalui tuturan-tuturan tersebut, hal tersebut terkait dengan suratnya yang bercerita tentang keluarga, dan menggambarkan kedekatan antara penutur dan lawan tutur yang merupakan kakak beradik. Data lima terdapat empat tuturan asertif, satu tuturan ekspresif, dan satu tuturan direktif. Surat diawali dengan tuturan asertif dengan tujuan penutur menyatakan harapan agar lawan tutur dalam keadaan sehat, kemudian tuturan selanjutnya bertujuan untuk menyatakan informasi yang didapat penutur, tuturan asertif berkaitan dengan tuturan ekspresif yang diujarkan oleh penutur. Tuturan ekspresif yang diutarakan bertujuan untuk menyatakan kondisi psikologis penutur yang kala itu mendapatkan kabar duka atas kematian istri dari lawan tutur. Kemudian tuturan direktif dimaksudkan untuk memberikan masukan dan nasihat kepada lawan tutur yang sedang dalam keadaan duka untuk selalu bersabar atas apa yang sedang dihadapinya.
76
Pada surat tersebut, tuturan yang digunakan oleh penutur berkaitan erat dengan konteks yang sedang terjadi. Penutur berusaha menggunakan tuturantuturan yang ekspresif karena memang pada saat itu kondisi penutur dan lawan tutur sedang berduka, selain itu penggunaan tuturan direktif untuk membuat lawan tutur merasa bahwa ia tidak sendirian ketika tertimpa musibah karena ada saudara yang selalu memberikan masukan-masukan dan saran. Selain itu penggunaan tuturan tersebut juga dipengaruhi oleh status penutur dan lawan tutur. Penutur yang merupakan orang tua dari lawan tutur menggunakan tuturan-tuturan yang berfungsi untuk memberikan saran, nasihat, dan masukan bagi lawan tutur. Data enam terdapat tuturan asertif sebanyak empat tuturan, ekspresif sebanyak empat tuturan, dan direktif sebanyak satu tuturan. Penggunaan tuturan asertif dimaksudkan untuk menanggapi pernyataan yang telah dituturkan oleh lawan tutur pada suratnya, selain untuk menanggapi pernyataan tuturan asertif dimaksudkan untuk memberitahukan kesibukannya. Sedangkan tuturan ekspresif dituturkan dengan tujuan untuk menyatakan rasa hormatnya kepada lawan tutur dalam bentuk ungkapan salam pembuka sebagai rasa hormat. Tuturan
ekspresif
juga
bertujuan
untuk
mengungkapkan
kondisi
psikologisnya yang sangat sedih setelah kematian istrinya. Sedangkan untuk tuturan direktif dimaksudkan untuk menanggapi pernyataan yang diungkapkan oleh lawan tutur pada surat yang dikirimkannya berkaitan untuk mencarikan istri baru. Penggunaan tuturan-tuturan dalam surat tersebut sesuai dengan konteks yang sedang diungkapkan dan sesuai dengan status penutur yang merupakan anak dari lawan tutur. Penggunaan bahasa tersebut menunjukkan rasa hormat, dan perilaku sopan penutur, seperti saat ia menolak untuk mencari istri baru dalam waktu dekat, hal tersebut diungkapkan secara santun dengan tuturan direktif oleh penutur sehingga tuturan tersebut dapat diterima oleh lawan tutur tanpa merasa tersinggung. Data tujuh terdapat tuturan ekspresif sebanyak dua tuturan, asertif sebanyak tiga tuturan, dan direktif satu tuturan. Tuturan ekspresif diutarakan dengan tujuan untuk menyampaikan rasa terima kasih penutur kepada lawan tutur dengan demikian secara tidak langsung mencerminkan kondisi psikologis penutur yang
77
senang atas kiriman uang yang diterima oleh penutur dari lawan tutur. Selain itu tuturan ekspresif juga dimaksudkan untuk tindakan permohonan maaf kepada lawan tutur mengenai proses pencetakan buku SMK II yang tidak jelas. Permohonan maaf tersebut menggambarkan kondisi psikologis penutur yang sangat menyesal dengan hal tersebut. Penggunaan
tuturan
asertif
dimaksudkan
untuk
menyatakan
dan
memberikan informasi mengenai keadaan penutur kepada lawan tutur, dan penggunaan tuturan asertif dimaksudkan sebagai tuturan dengan tujuan memberikan saran kepada lawan tutur. Penutur selain dianggap sebagai teman, sahabat, juga telah dianggap sebagai guru bagi lawan tutur untuk itu penutur dalam berbagai kesempatan kerap kali memberikan masukan atau saran-saran terkait dengan kesibukan lawan tutur dalam dunia kesusastraan. Sedangkan untuk penggunaan tuturan direktif dengan tujuan penutur memberikan rekomendasi mengenai penjualan sebuah buku. Data delapan terdapat tuturan asertif sebanyak enam, direktif sebanyak tiga tuturan, komisif sebanyak satu tuturan, dan deklarasi sebanyak satu tuturan. Penggunaan tuturan asertif bertujuan untuk menyatakan, dan memberitahukan informasi kepada lawan tutur. Tuturan direktif digunakan dengan tujuan untuk memesan sebuah buku kepada lawan tutur. Penggunaan tuturan tersebut sangat berkaitan dengan profesi lawan tutur yang merupakan seorang sastrawan yang aktif menulis buku, serta hubungan lawan tutur dan penutur adalah sepasang sahabat yang selalu berdiskusi mengenai buku-buku yang dihasilkan baik oleh penutur maupun lawan tutur. Sedangkan untuk penggunaan tuturan komisif dimaksudkan untuk menawarkan sesuatu kepada lawan tutur. Dalam hal ini, penutur yang merupakan sahabat dari lawan tutur ingin memberikan bantuan kepada lawan tutur, dan penggunaan tuturan deklarasi dimaksudkan untuk mengungkapkan kepasrahannya mengenai penjualan buku SMK II yang pada saat itu mengecewakan. Dari delapan surat yang telah dianalisis, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat pribadi tersebut digunakan sesuai dengan konteks dan tujuannya. Masing-masing penutur dalam surat
78
tersebut menggunakan tuturan dengan menyesuaikan tema apa yang sedang dibahas, dan siapa yang menjadi lawan tutur. Seperti pada data satu hingga data enam yang merupakan surat yang ditujukan antar anggota keluarga lebih banyak menggunakan tuturan asertif karena penggunaan tuturan asertif untuk menyatakan informasi terkait dengan keadaan penutur, kegiatan, dan kehidupan sehari-hari, selain penggunaan tuturan asertif yang banyak digunakan adalah tindak tutur ekspresif. Penggunaan tindak tutur ekspresif dimaksudkan untuk megekspresikan kondisi penutur, karena surat tersebut ditujukan kepada keluarga maka tuturan ekspresif pun lebih banyak dijumpai, karena tuturan tersebut menggambarkan kedekatan penutur dengan lawan tutur. Sedangkan pada data tujuh dan delapan merupakan surat-surat yang ditujukan untuk antar sahabat. Tindak tutur yang digunakan lebih bervariasi, hal tersebut dikarenakan tujuan dari mengirim surat sudah lebih kompleks bukan hanya sekedar untuk menyampaikan kerindu tetapi juga ada tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh penutur, sehingga penggunaan tindak tutur lainnya sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan tuturan. Tuturan yang lebih variasi di antaranya adalah penggunaan tuturan direktif, yang digunakan dengan tujuan untuk menyatakan keinginan, komisif dengan tujuan untuk bekerja sama, dan deklarasi sebagai ungkapan yang menghubungkan tuturan dengan kebenaran. Penggunaan tindak tutur- tindak tutur tersebut berkaitan dengan pokok-pokok pembicaraan yang lebih berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya lebih serius.
D. Implikasi Terhadap Pembelajaran Pada kurikulum KTSP pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP kelas VII semester ganjil terdapat meteri mengenai menulis surat pribadi dengan standar kompetensi, yaitu mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi dengan kompetensi dasar, yaitu menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa. Penulis mencoba untuk mengimplementasikan pembelajaran menulis surat pribadi dengan menggunakan media surat H.B. Jassin pada SMP PGRI 371 Pondok Aren. Dalam penggunaan surat H.B. Jassin beserta balasannya, pertama-
79
tama siswa disajikan sebuah surat H.B. Jassin dan juga balasannya, kemudian siswa ditugaskan untuk mencermati dan membaca secara seksama pada surat tersebut. Setelah itu melalui tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat, siswa menentukan topik, isi, dan bahasa yang komunikatif yang terdapat dalam surat. Penggunaan media surat tersebut memiliki banyak manfaat, selain siswa dapat secara langsung melihat bagaimana surat menyurat, siswa juga dapat menambah pengetahuannya mengenai tokoh H.B. Jassin yang memang tidak asing dalam dunia kesusastraan di Indonesia. Melalui surat-surat H.B. Jassin dan balasannya, dapat terlihat percakapan-percakapan secara tidak langsung yang dituturkan oleh H.B. Jassin dengan seseorang, baik itu keluarga, maupun temannya. Selain itu, dapat juga melihat respon dari surat-surat tersebut berupa balasan suratnya. Surat yang memang merupakan salah satu media komunikasi mengandung berbagai tuturan-tuturan yang dapat dianalisis ke dalam tindak tutur ilokusi. Dalam percakapan pada surat, penutur berusaha menyampaikan informasi kepada lawan tutur, namun untuk menyampaikan sebuah tuturan tanpa disadari terkadang
penutur
sering
menggunakan
kalimat
yang
tersirat
dalam
menyampaikan tuturannya. Terkadang antara bentuk kalimat tidak sesuai dengan fungsi kalimat. Misalnya kalimat pernyataan memiliki fungsi tidak sekedar untuk menyampaikan informasi melainkan juga untuk menjelaskan, atau bahkan menyuruh. Apabila siswa mengetahui berbagai tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam surat tersebut, akan memudahkan siswa untuk mengetahui topik yang dibicarakan dalam surat tersebut karena dalam pembelajaran menulis surat pribadi siswa dituntut untuk dapat mencermati surat pribadi, menentukan komposisi dalam surat pribadi, menentukan topik pada surat pribadi, menulis surat pribadi, hingga menyunting surat pribadi. Penelitian ini bertolak pada teori Searle yang menyatakan bahwa tindak tutur ilokusi dibagi menjadi lima kategori, yaitu asertif, ekspresif, komisif, direktif, dan deklarasi. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengklasifikasikan tuturan dalam surat H.B. Jassin ke dalam kategori dan kata kuncinya. Untuk itu,
80
peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi dengan menampilkan surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya sebagai sebuah media penunjang yang dapat menarik minat siswa dalam mempelajari surat pribadi sehingga pembelajaran lebih bervariasi.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Penulis berhasil menemukan empat surat yang dikirim H.B. Jassin dan juga empat surat balasan. Dari surat-surat tersebut penulis menganalisis dengan menggunakan teori tindak tutur Searle, setelah diteliti terdapat wujud tindak tutur ilokusi sebanyak 59 tuturan dengan berbagai kategori dan kata kunci. Untuk kategori asertif berjumlah 30 tuturan dengan rincian pada data satu sebanyak tiga tuturan (menyatakan sebanyak dua, dan mengeluh), data dua sebanyak tiga tuturan (mengeluh dan menyatakan sebanyak dua tuturan), data tiga sebanyak dua tuturan (meyatakan dan mengeluh), data empat sebanyak empat tuturan (menyatakan sebanyak tiga tuturan dan membual), data lima sebanyak empat tuturan (menyatakan sebanyak tiga tuturan dan menyarankan), data enam sebanyak lima tuturan (menyatakan sebanyak empat tuturan dan membual), data tujuh sebanyak tiga tuturan (menyatakan sebanyak dua tuturan dan meyarankan), data delapan sebanyak enam tuturan dengan kategori menyatakan. Untuk kategori ekspresif berjumlah 17 tuturan dengan rincian pada data satu sebanyak tiga tuturan (memuji, memberi selamat, dan berterima kasih), data dua sebanyak dua tuturan (memuji dan meminta maaf), data tiga sebanyak dua tuturan (memuji, dan meminta maaf), data empat sebanyak dua (meminta maaf dan memberi selamat), data lima sebanyak satu tuturan (berbela sungkawa), data enam sebanyak empat tuturan (memuji, berbela sungkawa sebanyak dua tuturan dan memberi selamat), data tujuh sebanyak dua tuturan (berterima kasih dan meminta maaf), data delapan sebanyak satu tuturan (berterima kasih).
81
82
Sedangkan untuk kategori direktif berjumlah delapan tuturan dengan rincian pada data satu sebanyak dua tuturan (memohon dan memesan), data lima sebanyak satu tuturan (menasihati), data enam sebanyak satu tuturan (memohon), data tujuh sebanyak satu tuturan (merekomendasikan), dan data delapan sebanyak tiga tuturan (memesan sebanyak dua tuturan dan merekomendasikan). Pada kategori deklarasi berjumlah dua tuturan dengan rincian pada data dua sebanyak satu tuturan (berpasrah), dan pada data delapan sebanyak satu tuturan (berpasrah). Pada kategori komisif terdapat dua tuturan di antaranya pada data tiga sebanyak satu tuturan (menawarkan sesuatu), dan pada data delapan sebanyak satu tuturan (menawarkan sesuatu). Dari delapan surat yang telah dianalisis, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat-surat pribadi tersebut digunakan sesuai dengan konteks dan tujuannya. Masing-masing penutur dalam surat tersebut menggunakan tuturan dengan menyesuaikan tema apa yang sedang dibahas, dan siapa yang menjadi lawan tutur Berdasarkan penelitian surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar dalam pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren, melalui surat-surat pribadi tersebut siswa dapat melihat sosok H.B. Jassin berkomunikasi dengan keluarga dan rekannya melalui media surat, dan dari tindak tutur yang terdapat dalam surat tersebut siswa mampu mengetahui topik dan maksud dari penulis dalam menulis surat pribadi.
83
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini, saran tersebut mencakup untuk guru, siswa, maupun untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian. 1. Bagi Siswa dan Guru Penelitian ini dapat membantu siswa dan guru untuk mengadakan proses pembelajaran yang lebih variatif dengan menggunakan media surat-surat pribadi H.B. Jassin. Melalui pembelajaran tersebut, selain menguasai pembelajaran menulis surat pribadi siswa juga dapat mengenal salah satu tokoh besar dalam dunia sastra di Indonesia. 2. Bagi Mahasiswa Penelitian bahasa dengan objek surat-surat H.B. Jassin belumlah banyak dilakukan, untuk itu peneliti berharap akan ada penelitian-penelitian selanjutnya yang akan menyempurnakan atau mengembangkan penelitian ini. 3. Bagi Masyarakat Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat semakin peduli akan surat-surat H.B. Jassin agar surat tersebut dapat dikumpulkan dan dibukukan sehingga masyarakat dapat lebih mudah untuk membaca.
DAFTAR PUSTAKA Ajizah, Edah. Ilokusi dalam Dialog Drama RT Nol RW Nol Karya Iwan Simatupang dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMP. Skripsi SI FITK. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2014. Ali, Adlan & Tanzil. Pedoman Lengkap Menulis Surat.Tangerang: PT. Kawan Pustaka. 2006. Alwasilah , A. Chaidar. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. 1993. Aslinda, dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika Aditama. 2007. Austin, J.L. How to do Things with Words. Cambrige: Harvard University Press. 1962. Black, Elizabeth. Stilistika Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2011. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010. Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Djajasudarja, Fatimah. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama. 2010. _____________________.
Wacana dan Pragmatik. Bandung: PT. RefikaAditama.
2012. Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri. 2012. Ibrahim, Abd Syukur. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional. 1993. Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa. Palembang: Universitas Sriwijaya. 2011. Jamilatun. Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif pada Rubrik KRIING SOLOPOS (sebuah tinjauan pragmatik). Skripsi SI Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2011.
Jassin, H.B. diedit oleh Pamusuk Eneste. H.B. Jassin Surat-Surat 1943-1983. Jakarta: PT. Gramedia. 1984. Leech, Geoffrey, penerjemah M.D.D. Oka. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press. 2011. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011. Mulyana. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005. Nandar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: GrahaIlmu. 2009. Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008. Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. 1990. R. Searle, John. Speech Act An Essay In The Philosophy Of Language. London: Cambrige University Press. 1969. Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2005. _______________. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga. 2009. Rampan, Korrie Layun. Jejak Langkah Sastra Indonesia. Flores: Nusa Indah. 1986. ____________________. Leksikon Susastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2000. Rani, Abdul, dkk. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Pusblishing. 2004. Siahaan, S.M. Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia. 1990. Soedjito, dan Solchan TW. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2004. Subana, M. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2001. Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. 2014. Sumarsono. Filsafat Bahasa. Jakarta: Gramedia. 2004.
Suryadi, Asyraf. Menulis Berkomunikasi dengan Surat. Pangkal Pinang: UBB Press. 2010. Syamsuddin, dan Vismaian S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011. Tarigan, Djago, dan H. G. Tarigan. Teknik Pengajaran Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa. 1987. Tarigan, Djago. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa. 1990. Wijana, I Dewa Putu. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Percetakan ANDI. 1996. Wijayati, Keyfitria Diah. Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono. Skripsi SI Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2009.
1. Lampiran I : Surat-surat pribadi H.B. Jassin dan balasannya
Data 1
Data 2
Data 3
Data 4
Data 5
Data 6
Data 7
Data 8
2. Lampiran 2 : Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang sudah siap baca
DATA 1 Surabaya, 11-12-1952 Anakanda Hans yang terkasih Merdeka! Bagaimana dengan keadaan Hanny, adiknya, dan Hans suami istri? Moga-moga dalam keadaan selamat. Maade telah 10 hari di SB, dalam keadaan sakit yaitu penyakit yang dulu kumat lagi. Tapi di sini maade hanya mondok di rumah seorang bekas murid maade yang dulu harusnya Maade terus ke Jakarta untuk berobat dan juga untuk pensiun adikmu tapi ongkosnya maade tidak punya. Maka dari itu maade minta tolong kiranya ada belas kasihan Hans, Maade minta kirimi uang untuk ongkos dari Surabaya ke Jakarta. Harap ditolong karena berulangulang maade minta dari abang tapi tak ada. Barangkali dia tak punya. Kalau kirim uang tolong adress kan ke Kinto, yaitu anak tempat saya menumpang supaya tidak rewel, jangan nama maade asal tulis dihocknya, untuk itu addreskan kedia sebab anak ini dapat dipercaya. Sekianlah terima kasih. Adress: K. Wijono Krambangan besar 22 SB
DATA 2 Jakarta, 14-12-1952 Maade yang baik, Surat Maade sudah saya terima.Tapi maafkan saya tidak bisa kirim uang, karena tidak punya.Sampai sekarang masih saja tidak berkecukupan dan harus usaha kiri kanan buat bikin klop berbegroting rumah tangga- pun si Harjono begitu juga dengan keadaannya saya lihat.Jadi harap dipahami saja dan dimaafkan. Lain tiada lain mudah-mudahan Maade lekas baik
Salam dari Hans
DATA 3 Medan, 14 Mei 1955 Adinda Arsyad yang baik Surat-surat abang terima.Maaf terlambat membalas.Banyak sekali urusan. Sejak bulan Maret lalu ayah dari Gorontalo datang di Jakarta untuk berobat.Bersama beliau ikut ibu, adinda Bimo dengan anaknya baru satu, Toneng anaknya Arif dan dua orang pembantu diajak dalam perjalanan. Jadi adik bisa bayangkan bagaimana padat dan ramainya di rumah sewaan yang kecil, selama berobat di Jakarta ada jugalah keringanan dalam penyakit ayah dan berdoa kita mudah-mudahan kesehatan beliau kembali seperti sediakala. Kami semua baik. Hanya Hani saja malas belajar, raportnya kurang bagus. Mastinah insyaAllah tahun depan akan disekolahkan. Seiring dengan ini abang kirimkan poswasel sebesar Rp. 100,- harap sampai pada waktunya dan adinda terima dengan senang hati.
Salam dari Mak kita dan yang lain-lain dari abang
DATA 4 Gorontalo, 17 Mei 1955 Yth. Kak Hans berdua! Maaf lebih dahulu, karena dinda telah lama tiada menyurat. Dengan jalan surat ini dinda kabarkan, bahwa keadaan dinda dalam hal yang nyaman. Semoga hal ini berlaku atas diri kakak serta keluarga di sini. Tentu rumah kakak sekarang menjadi ribut serta ramai, terutama dengan anakkanda Bambang yang nakal berada di sini. Barangkali sudah berkelahi dan berampasan permainan dengan anakanda Hanny dan Marsinah. Bagaimana dengan keadaan ayahanda? Semoga penyakit beliau lekas sembuh dan kembali seperti sediakala. Lain dari pada itu, berhubung dengan Hari Raya Idul Fitri, maka dengan jalan surat ini dinda mengucapkan “Selamat Hari Raya” semoga kekhilafan serta kesalahan-kesalahan dinda baik yang disengaja maupun yang tidak, harap kakak berdua sudi memaafkannya. Kajian dinda berlaku nanti pada tanggal: 13 juni yang akan datang bersama-sama dengan pelajaran-pelajaran S.G.A Pagi. Cukup sekian dahulu, peluk cium dinda untuk anakanda Hans. Salam hormat dinda
DATA 5 Medan, 25 Mei 1962 Anakkanda Hans, Sepeninggalan surat ini mudah-mudahan kami seisi rumah berada di dalam keadaan sehatsehat saja, demikian juga anakkanda dan anak-anak semuanya di sini. Sepulangnya Oom mu Josua kami telah mendengar kabar tentang penyakit menantu Alm. Sitti dan Mak sangat sedih melihat gambar-gambar yang anakkanda kirim itu, semoga Allah menempatkan alm. Menantu Sitti kepada tempat sebaik-baiknya. Pada waktu Mak menulis surat ini, bapak Ngasa sedang berada di Medan, dan kami juga telah mendapat berita dari bapakmu Ngasa. Bagaimana kabar dari anak-anak kita adakah sehat-sehat saja dan bagaimana kabar dari Gorontalo? Apakah ada kabar dari Mak kita di sana tentang maksud untuk mencari dan mengasuh anakanak. Mak kasihan melihat anak-anak begitu ditinggalkan, jua anakkanda Hans tentunya merasa sedih juga. Barangkali anakkanda akan mendapatkannya di Jakarta ini atau di Gorontalo ataupun di Medan. Supaya anak-anak jangan terlalu kesunyian dan anakkanda juga tidak akan bersusah payah melihat anak-anak. Surat ini Mak titipkan kepada bapakmu Ngasa, kabar lain baik-baik saja dan sekianlah surat ini. Dari Makmu
Soleha
DATA 6 Bandung, 16 Juli 1962 Mak Ganda yang baik Surat pada Om Ngasa sudah saya terima beberapa waktu yang lalu. Usul yang Mak kemukakan di dalamnya, saya sendiri belum sampai ke sana memikirkannya, meskipun dari beberapa pihak pun telah ada memasukkan pikiran-pikiran demikian. Pada perasaan saya ibu anak-anak yang meninggal masih hadir sekitar saya dan saya tak sampai hati meninggalkannya atau menggantikannya dengan yang lain. Kenangan padanya masih amat segar sehingga dia seolah-olah masih hidup mendampingi saya. Saya tahu keadaan ini lambat laun akan hilang, tapi hendaknya hal ini terjadi dengan sewajarnya, tidak dengan dipaksa-paksa. Anak-anak pun masih sangat ingat pada ibunya, terutama Anibal mereka selalu mengajak melihat kuburan ibunya yang sekarang sudah didirikan bangunan yang bagus diatasnya. Perasaan ini pun harus saya ikut timbangkan dalam mengambil langkah-langkah berikutnya. Sementara menulis surat ini saya sedang perlop tahunan di Bandung. Hani tidak ikut hanya Mastinah. Hani berkali-kali saya ajak dia menjawab: “nggak ada mami sih” ria sudah ada dua bulan ini menggambar dan ingin menggambar ibunya dari foto kalau ia sudah pandai sekali. Kalau dulu dia bercita-cita mau jadi pilot, kemudian insinyur, maka sekarang dia mau jadi dokter, supaya bisa menolong orang sakit, katanya.Dia baru saja naik kelas 3 SMP dengan angka-angka yang baik.Mastinah tinggal kelas dikelas 5. Arsyad mampir di rumah dalam perjalanan ke Bali dan berjanji akan mampir juga sekembalinya. Mungkin sudah pulang di Medan. Salam saya pada Humalo dan semoga perkawinannya berbahagia. Juga salam saya pada Om Josua dan Tante Josua. Saya cium tangan Mak
DATA 7
Kepada Ytc Prof. Dr. Liaw Yock Fang Singapore Saudara Yock Fang, I. Pertama-tama terima kasih atas kiriman cek $ Singapore 500,II. Sampai hari ini Erlangga belum selesai mencetak SMK II tak jelas, maaf. III. Apakah saudara Yock Fang tidak membuat rampai dari fragmen-fragmen Sastra Melayu Klasik? Saya kira akan menarik. IV. Pembicaraan sajak Chairil Anwar tidak dicetak ulang? V. Beberapa waktu yang lalu kepada saudara ABP (Al-Qur’an Berwajah Puisi), dan kontroversi ABP apakah sudah Saudara terima? Tolong tawarkan kepada Pustaka Nasional.Barangkali Bapak Semait berminat mengadakan di Singapore, Malaysia, Brunai Darussalam? Saya kira di sana mereka juga berminat. VI. Baru-baru ini datang ke Jakarta Prof. Dr. Teuku Iskandar menghadiahkan saya bukunya yang terakhir, Sejarah Melayu Klasik Sepanjang Abad, sudahkan Saudara lihat? VII. Sekian dulu Saudara Yock Fang. Saya harap Saudara sekeluarga baik-baik saja. Bagaimana keadaan kesehatan Saudara? Saya selalu mendoakan Saudara Yock Fang sekeluarga baik-baik saja. Salam saya sekeluarga kepada Saudara Yock Fang sekeluarga. Wassalam HB. Jassin
DATA 8 26 watten close Singapore 287748 11 Maret 1996 Pak Jassin yang diingati, Saya gembira sekali menerima surat dari bapak. Demikian juga sudah diterima ABP dan Kontroversi ABP. Hanya saja ABP yang saya terima itu di dalamnya ada beberapa halaman yang kosong. Bisa saya kirim satu eksemplar lagi? Dan ABP dan Kontroversi ABP yang dikirim beberapa waktu lalu sampai sekarang masih belum saya terima. Mungkin sudah hilang diperjalanan. Pak Semait tidak menjadi pengurus pustaka nasional lagi. Beliau lebih banyak menerjemahkan buku-buku arab daripada mengurus PN. Kalau bapak anggap perlu, saya akan menghubungi pengurus barunya hanya saja saya khawatir bapak mungkin sulit untuk mendapat uang kembali. Siapakah yang menjadi penerbit ABP? Apakah bapak sendiri yang menerbitkannya? Kalau bapak sendiri yang menjadi penerbitnya, kirimlah 10 eksemplar kepada saya dan saya akan menjualnya kepada orang yang berminat. Uangnya akan dimasukkan ke dalam rekening bank bapak di Jakarta. Bapak perlu memberi tahu saya no rekening bank bapak di Jakarta. Kalau dikirim cek, resikonya besar. i.e. ceknya bisa hilang. Bunga rampai sastra lama pernah saya usahakan atau anjuran bapak, tapi usaha itu terbengkalai karena berbagai hal. Apakah di Indonesia ada penerbit yang bersedia menerbitkannya? Terjemahan sajak-sajak Chairil Anwar juga tidak ada kesempatan mengulang cetak. Penjualan SKMK juga mengecewakan, terutama SKMK 1. Saya tidak tahu apakah kedua buku ini ada kemungkinan dicetak ulang. Bulan April tahun lalu operasi by pass, i.e. sakit jantung. Sekarang sudah agak sembuh tapi masih sakit-sakitan saja. Dan pada bulan september ini saya akan pensiun kalau kesehatan mengizinkan saya akan terus berkarya. Diantara proyek yang akan dikerjakan ialah
1. 2. 3. 4.
Undang-undang Laut, edisi Teks dan Terjemahan dalam Bahasa Inggris Kompendiaum Undang-Undang Malaka, yaitu kumpulan semua naskah versi Undang-undang Malaka. Kompendium Undang-undang Laut, kumpulan semua versi Undang-undang laut.
Saya belum melihat buku prof. Teuku Iskandar dimanakah buku itu diterbitkan? Akhir sekali saya ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada bapak yang senantiasa memberi perhatian kepada kegiatan berkarya saya, dari masa saya menjadi mahasiswa sampai kepada masa saya menjadi profesor Madya dan pensiun. Saya juga senantiasa berdoa agar bapak dan keluarga senantiasa dalam keadaan sehat walafiat. Wasalam
3. Data Tindak Tutur Ilokusi
Tabel Penyajian Data Tindak Tutur Ilokusi a. Tindak Tutur Ilokusi pada Data 1 No.
Tuturan
1.
Anakanda
Hans
yang
Kategori
Penjelas
Ekspresif
Penutur
terkasih
Kata Kunci
membuka
Memuji
percakapan dalam suratnya dengan memuji lawan tutur
2.
Merdeka!
Ekspresif
Penutur
mengungkapkan
semangatnya melalui kata-
Memberi selamat
kata tersebut. 3.
Bagaimana dengan keadaan
Asertif
5.
menanyakan
Hanny, adiknya, dan Hans
keadaan lawan tutur dan
suami
keluarga,
istri?
Moga-moga
dalam keadaan selamat. 4.
Penutur
dan
berharap
dalam keadaan selamat.
Maade telah telah 10 hari di
Penutur
mengungkapkan
SB, dalam keadaan sakit,
keadaan
yang
yaitu penyakit yang dulu
dialaminya seputar dengan
kumat lagi. Tapi di sini
kesehatannya kepada lawan
maade
tutur
hanya
modok
Asertif
di
dan
rumah bekas murid maade
menceritakan
yang dulu.
selama sakit.
Harusnya maade terus ke
Penutur keadaannya
mengeluh
tidak
Jakarta berobat dan juga
memiliki
uang
untuk
untuk pensiun adikmu, tapi
berobat.
maade
Asertif
Menyatakan
sedang
Penutur
ongkosnya
Menyatakan
Mengeluh
tidak
punya. 6.
Maka maade minta tolong
Direktif
Penutur meminta tolong agar
kiranya belas kasihan Hans,
lawan
maare minta kirimi uang
mengirimkan sejumlah uang
untuk ongkos dari Surabaya
karena
ke Jakarta. Harap ditolong
membutuhkannya.
karena
tutur
ia
Memohon
dapat
sedang
berulang-ulang
maade minta Harjono tapi tak ada, barangkali dia tak punya.
7.
Kalau kirim uang tolong adress kan ke Kinto, yaitu
Direktif
Penutur
meminta
tolong
Memesan
anak tempat saya menumpang supaya tidak rewel, jangan nama maade asal tulis dihocknya, untuk itu addreskan kedia sebab anak ini dapat dipercaya. 8.
Sekianlah terima kasih
kepada lawan tutur agar mengirimkan uang ke alamat yang telah dituliskan.
Ekspresif
Penutur mengucapkan rasa terima
kasihnya
Berterima kasih
kepada
lawan tutur.
b.
Tindak Tutur Ilokusi pada Data 2
No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
Kata kunci
1.
“Maade yang baik”
Ekspresif
Penutur memberikan salam
Memuji
dalam bentuk pujian kepada lawan tutur. 2.
“Surat Maade sudah saya terima”
Asertif
Penutur
memberitahukan
mengenai diterimanya
surat
yang
dari
lawan
Menyatakan
tutur. 3.
4.
5.
“Tapi maafkan saya tidak bisa kirim uang, karena tidak punya.”
Ekspresif
“Sampai sekarang masih saja tidak berkecukupan dan harus usaha kiri kanan buat bikin klop bergroting rumah tangga- pun si Harjono begitu juga dengan keadaan saya lihat.”
Asertif
“Jadi harap dipahami saja dan dimaafkan.”
Deklarasi
Penutur
meminta
maaf
Meminta maaf
karena tidak bisa menuruti keinginan lawan tutur. Penutur
mengeluhkan
Mengeluh
keadaan yang terjadi pada dirinya yang menyebabkan penutur
tidak
bisa
menolong lawan tutur.
Penutur
berpasrah
atas
Berpasrah
keadaan yang dialami dan berharap lawan tutur dapat mengerti dan memaafkan.
6.
“Lain tiada lain mudahmudahan Maade lekas baik.”
c.
Asertif
Penutur mendoakan agar
Menyatakan
lawan tutur mendapatkan kesehatan.
Tindak Tutur Ilokusi pada Data 3
No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
1.
“Adinda Arsyad yang baik”
Ekspresif
Penutur percakapan
Kata kunci membuka dalam
surat
dengan memuji lawan tutur.
Memuji
“Surat-surat abang terima, Maaf terlambat membalas, banyak sekali urusan.”
2.
Ekspresif
Penutur meminta maaf atas
Meminta maaf
keterlambatannya membalas surat-surat dari lawan tutur.
3.
4.
5.
“Sejak bulan Maret lalu ayah dari Gorontalo datang di Jakarta untuk berobat. Bersama beliau ikut ibu, adinda Bimo dengan anaknya baru satu, Toneng anaknya Arif dan dua orang pembantu diajak dalam perjalanan. Jadi adik bisa bayangkan bagaimana padat dan ramainya di rumah sewaan kecil, selama berobat di Jakarta, ada jugalah keringanan dalam penyakit ayah dan berdoa kita mudah-mudahan kesehatan beliau kembali seperti sediakala.”
Asertif
“Kami semua baik, hanya Hani saja malas belajar, raportnya kurang bagus”. “Seiring dengan ini abang kirimkan poswasel sebesar Rp. 100.- harap sampai pada waktunya dan adinda terima dengan senang hati.”
Asertif
d.
Penutur
memberitahukan
mengenai
Menyatakan
kedatangan
ayahnya
dan
keluarga
bersarnya ke Jakarta kepada lawan
tutur.
Selain
itu
penutur menjelaskan kepada lawan
tutur
mengenai
keadaan di Jakarta ketika keluarga besarnya datang dan penutur mengharapkan kesembuhan ayahnya.
Penutur mengeluh karena
Mengeluh
anaknya yang malas belajar. Komisif
Penutur
berniat
mengirimkan uang kepada
Menawarkan sesuatu
lawan tutur.
Tindak Tutur Ilokusi pada Data 4
No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
Kata Kunci
1.
Yth. Kak Hans berdua!
Asertif
Kalimat tersebut diujarkan penutur sebagai kalimat pembuka dalam suratnya
Menyatakan
2.
Maaf lebih dahulu, karena dinda telah lama tiada menyurat
Ekspresif
Penutur memberikan pernyataan maaf kepada lawan tutur
Meminta maaf
3.
Dengan jalan surat ini dinda kabarkan, bahwa keadaan dinda dalam hal yang nyaman. Semoga hal ini berlaku atas kakak serta keluarga di sini, Tentu rumah kakak sekarang menjadi ribut serta ramai, terutama
Asertif
Penutur menyatakan keadaannya kepada lawan tutur, Penutur juga menyatakan harapannya mengenai kondisi lawan tutur, serta Penutur menyatakan pendapatnya mengenai kondisi rumah lawan tutur,
Menyatakan
dengan anakkanda Bambang yang nakal berada di sini. Barangkali sudah berkelahi dan berampasan permainan dengan anakanda Hanny dan Marsinah. Bagaimana dengan keadaan ayahanda? Semoga penyakit beliau lekas sembuh dan kembali seperti sediakala
dengan memperkirakan kondisi rumah dan keluarga lawan tutur ketika sedang berkumpul
4.
Lain daripada itu, berhubung dengan Hari Raya Idul Fitri, maka dengan jalan surat ini dinda mengucapkan “Selamat Hari Raya” semoga kekhilafan serta kesalahan-kesalahan dinda baik yang disengaja maupun yang tidak, harap kakak berdua sudi memaafkannya
Ekspresif
Penutur mengucapkan selamat hari raya idul fitri dan memohon maaf kepada lawan tutur
Memberi selamat
5.
Kajian dinda berlaku nanti pada tanggal 13 Juni yang akan datang bersama-sama dengan pelajaran-pelajaran S.G.A pagi
Asertif
Penutur memberitahukan mengenai kajiannya yang akan dilaksankan pada tanggal 13 Juni
Menyatakan
6.
Cukup sekian dahulu, peluk cium dinda untuk anakanda Hans
Asertif
Penutur menyatakan sesuatu yang sebenarnya tidak dilakukan.
Membual
Kata Kunci
e.
Tindak Tutur Ilokusi pada Data 5
No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
1.
Anakkanda Hans.
Asertif
Penutur
mengungkapkan
Sepeninggalan surat ini
harapannya
mudah-mudahan
keadaan
kami
seisi rumah berada di dalam
keadaan
sehat-
sehat saja, demikian juga anakkanda dan anak-anak semuanya di sini.
tutur.
mengenai
keluarga
lawan
Menyatakan
2.
Sepulangnya Josua
oom
mu
kami
Ekspresif
telah
Penutur rasa
mengungkapkan duka
citanya
mendengar kabar tentang
sehubungan
penyakit
meninggalnya istri lawan
Sitti
menantu alm.
dan
melihat
mak
sedih
Berbela sungkawa
dengan
tutur
gambar-gambar
yang anakkanda kirim itu, semoga
Allah
menempatkan Menantu
alm.
Sitti
kepada
temoat sebaik-baiknya. 3.
Pada waktu mak menulis
Penutur
memberitahukan
surat ini, bapak Ngasa
kepada
lawan
sedang berada di Medan,
mengenai
berita
yang
dan
didapatnya
dari
bapak
kami
mendapat
juga
telah
berita
dari
Asertif
Menyatakan
tutur
Ngasa.
bapakmu Ngasa. 4.
Bagaimana anak-anak
kabar kita
dari
Direktif
adakah
Penutur
menanyakan
kepada
lawan
sehat-sehat
saja
dan
mengenai keadaan lawan
bagaimana
kabar
dari
tutur, selain itu penutur
Gorontalo?
menyatakan dirinya yang
Apakah ada kabar dari
merasa
sedih
dengan
Mak kita di sana tentang
keadaan
yang
sedang
maksud
dihadapi oleh lawan tutur
untuk mencari
dan mengasuh anak-anak. Mak
kasihan
Menasihati
tutur
dan anak-anaknya.
melihat
anak-anak
begitu
ditinggalkan,
jua
anakkanda Hans tentunya. 5.
Barangkali
anakkanda
Asertif
Penutur
akan mendapatkannya di
perkiraan
Jakarta
ini
bahwa
lawan
atau
di
tutur
ataupun
di
istri di Jakarta, Gorontalo,
Medan. Supaya anak-anak
atau di Medan. Penutur juga
jangan terlalu kesunyian
menyarankan lawan tutur
dan anakkanda juga tidak
mencari istri agar ada yang
akan
mengurus rumah tangga.
Gorontalo
bersusah
melihat anak-anak.
payah
akan
memberikan
mendapatkan
Menyarankan
6.
Surat ini Mak titipkan
Asertif
Penutur
memberitahukan
kepada bapakmu Ngasa,
mengenai
suratnya
kabar lain baik-baik saja
dititipkan kepada Ngasa
Menyatakan
yang
dan sekianlah surat ini.
f.
Tindak Tutur Ilokusi pada Data 6
No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
Kata kunci
1.
“Mak Ganda yang baik”
Ekspresif
Penutur memberikan salam
Memuji
pembuka dengan memuji lawan tutur. 2.
“Surat pada Om Ngasa sudah saya terima beberapa waktu yang lalu.”
Asertif
Penutur
memberitahukan
kepada
lawan
Menyatakan
tutur
mengenai surat dari lawan tutur
yang
telah
diterimanya. 3.
4.
5.
6.
“Usul yang Mak kemukakan di dalamnya, saya sendiri belum sampai ke sana memikirkannya, meskipun dari beberapa pihak pun telah ada memasukkan pikiranpikiran demikian”.
Asertif
“Pada perasaan saya, ibu anak-anak yang meninggal masih hadir sekitar saya dan saya tak sampai hati meninggalkannya atau menggantikannya dengan yang lain. Kenangan padanya masih amat segar sehingga dia seolah-olah masih hidup mendampingi saya.”
Ekspresif
“Saya tahu keadaan ini lambat laun akan hilang, tapi hendaknya hal ini terjadi dengan sewajarnya tidak dengan dipaksapaksa.”
Direktif
“Anak-anak pun masih sangat ingat ibunya, mereka selalu mengajak melihat kuburan ibunya yang sekarang sudah
Ekspresif
Penutur
menanggapi
pembicaraan
lawan
tutur
mengenai
ide
yang
Menyatakan
dikemukakan lawan tutur.
Penutur
mengemukakan
perasaannnya yang masih berkabung
Berbela sungkawa
sepeninggalan
istrinya.
Penutur menanggapi usulan yang
dikemukakan
Memohon
oleh
lawan tutur.
Penutur perasaan
mengemukakan anak-anaknya
terkait peristiwa duka yang
Berbela sungkawa
didirikan bangunan yang bagus diatasnya. Perasaan ini pun harus saya ikut timbangkan dalam mengambil langkahlangkah berikutnya.” 7.
8.
9.
10.
melanda keluarganya.
“Sementara menulis surat ini saya sedang perlop tahunan di Bandung, Hani tidak ikut hanya Mastinah. “Hani berkalikali saya ajak dia menjawab: “nggak ada mami sih” dia sudah ada dua bulan ini menggambar dan ingin menggambar ibunya dari foto kalau ia sudah pandai sekali. Kalau dulu dia bercita-cita mau jadi pilot, kemudian insunyur, maka sekarang dia mau jadi dokter, supaya bisa menolong orang sakit, katanya. Dia baru saja naik kelas 3 SMP dengan angka-angka yang baik, Mastinah tinggal kelas di kelas 5.”
Asertif
“Arsyad mampir di rumah dalam perjalanan ke Bali dan berjanji akan mampir juga sekembalinya, mungkin sudah pulag di Medan.”
Asertif
“Salam saya pada Humalo dan semoga perkawinannya berbahagia. Juga salam saya pada Om Josua dan tante Josua.”
Ekspresif
Saya cium tangan Mak
Asertif
Penutur
memberitahukan
kesibukkannya
Menyatakan
kepada
lawan
tutur.dan
menceritakan
mengenai
cita-cita anaknya selepas kepergian
ibunya
serta
menceritakan perkembangan anaknya di sekolah.
Penutur
memberitahukan
kepada
lawan
tutur
mengenai
adiknya
yang
Menyatakan
datang ke rumah.
Penutur
memberikan
ucapan
selamat
dan
Memberi selamat
mendoakan keluarganya.
Penutur menyatakan sesuatu yang
sebenarnya
dilakukan.
tidak
Membual
g.
Tindak Tutur Ilokusi pada Data ke 7
No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
Kata kunci
1.
“Pertama-tama terima kasih atas kiriman cek $ Singapore 500,-“
Ekspresif
Penutur mengucapkan rasa
Berterima kasih
terima kasih kepada lawan tutur
atas
uang
yang
diterimanya. 2.
“Sampai hari ini Erlangga belum selesai mencetak SMK II tak jelas, maaf.”
Ekspresif
Penutur
memberitahukan
Meminta maaf
mengenai penerbitan, selain itu
penutur
menyatakan
permohonan maafnya.
3.
4.
5.
6.
“Apakah saudara Yock Fang tidak membuat rampai dari fragmenfragmen Sastra Melayu Klasik? Saya kira akan menarik.”
Asertif
“Beberapa waktu yang lalu kepada saudara ABP (Al-Qur’an Berwajah Puisi), dan kontroversi ABP apakah sudah Saudara terima? Tolong tawarkan kepada Pustaka Nasional. Barangkali Bapak Semait berminat mengadakan di Singapore, Malaysia, Brunai Darussalam? Saya kira di sana mereka juga berminat.”
Direktif
Baru-baru ini datang ke Jakarta Prof. Dr. Teuku Iskandar yang menghadiahkan saya bukunya yang terakhir, Sejarah Melayu Klasik Sepanjang Abad, sudahkah Saudara lihat?
Asertif
Sekian dulu saudara Yock Fang. Saya harap saudara sekeluarga baik-baik saja. Bagaimana keadaan kesehatan saudara? Saya
Asertif
Lewat pertanyaan, secara tidak
langsung
Menyarankan
penutur
menyarankan kepada lawan tutur
untuk
membuat
sebuah karya fragmen.
Penutur tutur
meminta
untuk
dan
lawan
menawarkan
Merekomendasi kan
merekomendasikan
seseorang
yang
dapat
menerima bukunya.
Penutur
memberitahukan
kepada
lawan
mengenai
Menyatakan
tutur
hadiah
yang
diterimanya.
Penutur berharap keadaan lawan tutur beserta keluaga baik-baik saja, penutur pun mendoakan
kesehatan
Menyatakan
selalu mendoakan saudara Yock Fang sekeluarga baik-bak saja. Salam saya sekeluarga kepada saudara Yock Fang sekeluarga.
lawan tutur.
H. Tindak Tutur Ilokusi pada Data ke 8 No.
Tuturan
Kategori
Penjelas
Kata Kunci
1.
Pak Jassin yang diingati, Saya gembira menerima surat dari bapak, Demikian juga sudah diterima ABP dan Kontroversi ABP.
Asertif
Kalimat tersebut diujarkan penutur sebagai pembuka pembicaraan dan Penutur menyatakan perasaannya yang senang saat menerima surat, selain itu Penutur juga memberitahukan mengenai buku yang telah diterimanya
Menyatakan
2.
Hanya saja ABP yang saya terima itu di dalamnya ada beberapa halaman yang kosong, bisa saya kirim satu eksemplar lagi? Dan ABP dan kontroversi ABP yang dikirim beberapa waktu llau sampai sekarang masih belum saya terima. Mungkin sudah hilang di perjalanan.
Direktif
Penutur memesan kepada lawan tutur untuk mengirimi sebuah buku
Memesan
3.
Pak Semait tidak menjadi pengurus Pustaka Nasional lagi, Beliau lebih banyak menerjemahkan bukubuku Arab daripada mengurus PN.
Asertif
Penutur menjelaskan mengenai pengurus Pustaka Nasional, Penutur juga menjelaskan kegiatan Pak Semait kepada lawan tutur
Menyatakan
4.
Kalau bapak anggap perlu, saya akan menghubungi pengurus barunya, hanya saja saya khawatir bapak mungkin sulit untuk mendapatkan uang kembali
Komisif
Penutur menawarkan lawan tutur untuk menghubungi Pak Semait
Menawarkan sesuatu
5.
Siapakah yang menjadi
Direktif
Penutur memesan kepada
Memesan
penerbit ABP? Apakah bapak sendiri yang menerbitkannya? Kalau bapak sendiri yang menjadi penerbitnya, kirimlah 10 eksemplar kepada saya dan saya akan menjualnya kepada orang yang berminat. Uangnya akan dimasukkan ke dalam rekening bank bapak di Jakarta
lawan tutr untuk mengirimkan beberapa eksemplar buku apabila lawan tutur menerbitkannya
6.
Bapak perlu memberi no rekening bank bapak di Jakarta. Kalau dikirim cek, resikonya besar .i.e. ceknya.
Direktif
Penutur merekomendasikan kepada lawan tutur mengenai pengiriman sejumlah uang
Merekomendasi kan
7.
Bunga Rampai sastra lama pernah saya usahakan atau anjurkan ke bapak. Tapi terbengkalai karena berbagai hal. Apakah di Indonesia ada penerbit yang bersedia menerbitkannya? Sajaksajak Chairil Anwar juga tidak ada kesempatan mengulang cetak
Asertif
Penutur menceritakan usahanya mengerjakan Bunga Rampai, selain itu Penutur menyatakan kepada lawan tutur mengenai sajaksajak Chairil Anwar
Menyatakan
8.
Penjualan SKMK juga mengecewakan, terutama SKMK 1, saya tidak tahu apakah kedua buku ini ada kemungkinan dicetak ulang.
Deklarasi
Penutur berpasrah mengenai penjualan buku
Berpasrah
9.
Bulan April tahun lalu operasi by pass, i.e. sakit jantung. Sekarang sudah agak sembuh tapi masih sakit-sakitan saja. Dan pada bulan September ini saya akan pensiun kalau kesehatan mengizinkan saya akan terus berkarya, diantara proyek yang dikerjakan ialah ...
Asertif
Penutur memberitahukan mengenai peristiwa operasi yang dijalaninya dan menjelaskan mengenai rencananya yang akan pensiun
Menyatakan
10.
Saya belum melihat buku
Asertif
Penutur
Menyatakan
menggapi
prof. Teuku Iskandar dimanakah buku itu diterbitkan?
pernyataan yang disampaikan oleh lawan tutur dengan menyatakan belum membaca buku dari Prof. Teuku Iskandar dan mempertanyakan di mana buku tersebut diterbitkan.
11.
Akhir sekali saya ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada bapak yang senantiasa memberi perhatian kepada kegiatan berkarya saya, dari masa saya menjadi mahasiswa sampai kepada masa saya menjadi Profesor Madya dan pensiun.
Ekspresif
Penutur mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada lawan tutur
Berterima kasih
12.
Saya juga senantiasa berdoa agar bapak dan keluarga senantiasa dalam keadaan sehat walafiat.
Asertif
Penutur mendoakan keselamatan lawan tutur dan keluarga
Menyatakan
Lampiran 4: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah
SMP PGRI 371 Pondok Aren
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Kelas/semester
VII/1
4.Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan
Standar Kompetensi
surat pribadi. Kompetensi Dasar
4.1 Menuliskan surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa.
Indikator
1.
Mampu menentukan perbedaan komposisi surat pribadi dengan surat resmi.
2. Mampu menulis surat pribadi dengan bahasa yang komunikatif. 3. Mampu menyunting surat pribadi. Alokasi waktu
4 X 30 menit
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menentukan perbedaan komposisi surat pribadi dengan surat resmi. 2. Siswa mampu menulis surat pribadi dengan bahasa yang komunikatif. 3. Siswa mampu menyunting surat pribadi.
4. Materi Pembelajaran Komposisi surat pribadi dan surat resmi, penulisan surat pribadi, penyuntingan surat pribadi.
5. Metode Pembelajaran Pemodelan, tanya jawab, inkuiri, responsi karya mandiri 6. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah Kegiatan Pembelajaran A. Kegiatan Awal
Waktu
Metode
10
Tanya jawab
1. Siswa dengan bimbingan guru mengawali pembelajaran dengan membaca doa. 2. Siswa memahami indikator yang akan dicapai melalui pembelajaran. 3. Siswa memahami manfaat kemampuan menulis surat pribadi. 4. Siswa dengan bimbingan guru bertanya jawab tentang pengalaman menulis surat pribadi.
B. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan mengenai surat pribadi.
40 Inkuiri
2. Siswa membaca dan mencermati contoh penulisan surat pribadi. 3. Guru memberikan siswa sebuah surat pribadi milik H.B. Jassin. 4. Siswa mencermati surat pribadi H.B. Jassin 5. Guru menjelaskan mengenai tokoh H.B. Jassin 6. Guru mengkondisikan siswa yang seakan-akan menjadi orang yang dikirimi surat oleh H.B. Jassin 7. Siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi surat tersebut 8. Siswa ditugaskan untuk membalas surat tersebut. 9. Setiap siswa membacakan surat yang telah dibuat di
Penugasan
depan kelas. C. Kegiatan Penutup
10
1. Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran. 2. Guru memberikan tugas pada siswa untuk menyempurnakan kembali surat pribadi. 3. Siswa dengan bimbingan guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan hamdallah.
7.
Sumber belajar 1. LKS Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII semester 1 2. Buku bahasa dan sastra Indonesia
8. Penilaian a) Teknik b) Bentuk instrumen c) Instrumen penilaian
: Tes unjuk kerja : Uji petik kerja
Soal 1) Baca secara cermat surat pribadi H.B. Jassin! 2) Idetifikasikan surat tersebut berdasarkan tabel dibawah ini!
Nama pengirim surat Nama penerima surat Tanggal penulisan surat Lokasi pengirim surat Topik yang dibicarakan dalam surat Simpulan surat
3) Buatlah balasan surat yang dikirim oleh H.B. Jassin! Pedoman pensekoran uji petik kerja: Skor Maksimal 24
Refleksi
No.
Aspek
Diskripsi
Skor
1
Kelengkapan unsur
a. Sangat lengkap
4
b. Lengkap
3
c. Kurang lengkap
2
d. Tidak lengkap
1
a. Sangat tepat
4
b. Tepat
3
c. Kurang tepat
2
d. Tidak tepat
1
a. Sangat jelas
4
b. Jelas
3
c. Kurang jelas
2
d. Tidak jelas a.
1
a. Sangat tepat
4
b. Tepat
3
c. Kurang tepat
2
d. Tidak tepat
1
a. Sangat tepat
4
b. Tepat
3
c. Kurang tepat
2
d. Tidak tepat
1
a. Sangat tepat
4
b. Tepat
3
c. Kurang tepat
2
d. Tidak tepat
1
2
3
4
5
6
Ketepatan komposisi
Kejelasan pengantar, isi, dan penutup
Ketepatan pemilihan kata
Ketepatan penggunaan kalimat
Ketepatan penataan paragraf
Format penilaian
No.
Nama Siswa
Nomor Aspek dan Skor 1
2
3
4
5
JML 6
1 2 3
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0—100 adalah sebagai berikut:
Perolehan skor Nilai akhir =
X skor (100)
Ideal = ............................
Skor maksimum
Pondok Aren, 07 September 2015 Mengetahui, Kepala SMP PGRI 371 Pd. Aren
Sardi, S.Ag, MM
Guru Mapel B.Indonesia
Devi Aristiyani
Nilai
%
N{ ctvrro,
; /"
ffi !B ffi
,rr,, [\
\tl7tre*1w
*" * g
2otE
tr e a t:
Txrc 'F
:
Vt\aE
ALU/
Vtl
(Mr
geko\at^
14agrl
'lhk,rs, ",tffffiq
tr g
o,
Aryel
balv*a
t
1:
t
,-
4
q.
-
).
eiln{q|,
3y
rhertutts
Qmaeu, Sumf
{ttta(
ferszhu
(erseb,.rc Cr bLrct
t?
?
(ersehu t Stq2o ,UJ,qenQ d[ktrPr1 Euryf
g?" (cr
gcra
/
faa 1pt" (pu
€crs ebut
1.
?
t.rn clan' Cqtq/
r
)
',Jaruotron "
I' I. 3. 4.
ij'
H
Ib
F,s;n
wi tgr.r ootnoq aq1qc( y,y hait< . fi-&dqn,
/4
gumr
[lsbar tfrYk Ft.rZ
.
\ocs?n
unt{k< cdtndq _ arylad
l[pq a?r
rnocon,rcnJ
,U
E*g
t.'.
Bu fos$n
$,ny
_
rgi;
W(k.
e(!-1o6 '[fu.rctoo
st/o qo. -ngo! eglqt (z-[rcts
iF (ku okon Se/afu hrenennuni her(99-,
eem\ru(r,
dcnpn omktgcr o
tq4g
dan
0 (f
sctk\.
F hagk" -ctt flrr{-oQnafl -, -
--.
.
-
_
r6H
3Vl
\nAo tvsrc^
.
t;..'
I
:: I t:
::: :
::
a::
9ptnoqa
t Sttnlaut,
''L'
.L-- -
dt'(<shUrkln
dan seha
WL fitlgh tutT _tto,hu r{ot C
S e-(aU
.
l
l
_.
-!-
-
- : ;
W
Kant'
|pr,
fruezko(oh
(qt \-/
-tl
i-_'=-
- _l__jtfr.o (nenqi,rt(nkan tosth kosih a@q a@g* eirdcyA s4dot" (Tlenai _]_=J &'I .
=--t I t-
S-c}1q40
.
I
I
,.-.rl
,
.-_l I
!-
ri ,: j-
,.'i I
EyrttoLaw qafthdq
arlU
q(
E ffi s.i
5rn\"F\J,*'I,
€ s,
F *.
sE.
t,
$
)
:{!
$
).::
i!
,..
?,.,
t::
_
il
1 :t-
DtmonqEo
is sorot+ t1 Suro t l tu dt lruq(
Stoy iq
c,{rcrrrrn
S*rap
)
,L',
(9')
\et se bu
feenol
S,t.o/
F
1
I
?
h (S r S
OFCa
({' (.,
&*l,tf latr-ro
,l
H
t
. g"si,n
(tl rfer bS-f
,
,1
,5 .Y
B
V, n
U,Ao
aiilyl"d
-nenangat hob,or (cnkong yrengc nq(-.)q )
l'
/ t,/
,S
l (@tein\"(r \ t
\cru _f@11a u(u
so.n
_i- , I _1 _
Q,eXae
b.:tc^n tr\crteL
in
*i
,
"'
bqsqt__set
.
l-
.-
V>ersorng
V
cp'e:,ktto,73
_-,.,,,,,_1,_
t
Lcrt., ,{qol^ ke- fUuortr
i1tlg_ qI. _qg_ berobct+'l- hremcrvrS n).^ agah qg*: !!1g_r5*q crncrEnts ,1ri5 ./"r., 2 erong -.
_
Scrxit
I
P"*r:o$!-4!ex!L_-- aoc,r dqrg1l_k11.r1g_lg ') \1,a . !_ ) ie/if br- mernbalcrng Fan \to Sernuo. \ ,4clf u -l::------r -----.1--i
r---
:] --f
"l]a:Sgg-
-q2 [-i -Yl--a---)
'-:-
biso
#^
beriqo . Su?o\c(
gehcrt Seperdi geotia^ \.o\a.
I
,i--.--".-'-'
creo'" -trdga---!gl9&-linqq_
'
i
__1 I
%lg -!As__ B"b"r obsnq_dil1_)Lct)a;n?- __ , --
--. ",h-tgrypqry nr\(y i !--f l-- -.:-----i -i -9v-Ls'v* -
.g=]__L__
---
ke- l-loll Jgngan t"\uq::_ gn_\9E___b.*1al _
6)tg PoLn),(^ hU;-..
_ _ Yq___?qSyg:rt
_ g-ebssgL-Pp, to_o_; adttdlq
ftclrnao
,&s1aot
H E ,€
* * * E
i: i:
t
LEMBAR UJI REFERENSI "Tindak Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul Tutur Ilokusi pada Surat-surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya Pondok terhadap Pernbelajaran Bahasa clan Sastra Indonesia di SMP PCRI 371 yang disusun oleh DEVI ARISTIYANI, NIM 1111013000074, Jurusan
Aren"
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah lakarta, telah disetujui kebenarannya olehl8osen pembimbing skripsi pada Kamis, 01 Oktober 2015'
w Ciputat, 01 Oktober 2015 Dosen Pembimbing
Dr. Darsita Suparno, M.Hum NrP. 196108071993032001
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
:Devi Aristiyani
NIM
: 1111013000074
Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul
Skripsi
: Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-Surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di
PGRI371 Pondok Aren No. I
Referensi
Paraf
Ajizah, Edah. Ilokusi dalam Dialog Drama RT Nol RW Nol
Karya lwan Simatupang dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMP. Jakarta: UIN Syarif
q
Hidayatullah. 2014. 2.
Ali, Adlan &, Tanzll. Pedoman Lengkap
Menulis
Surat.
Tangerang: PT. Kawan Pustaka. 2006. J.
Alwasilah , A. Chaidar. Sosiologi Bahasa. Ban
4
Aslinda, dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistih.
1993. Bandung: PT. Refika Aditama. 2007. 5
7.
u v
Austin, J.L. How to do Things with Words. Cambrige: Harvard University Press. 1 962.
6
8
q
Black, Elizabeth. Stilistika. Pragmatis. Yogyakarla:
Pustaka Pelaiar. 2011. Cangara, Hafied. Pengantar llmu Komunikasi. Jakarla: PT. Raja
ry
Grafindo Persada. 2012. 8.
Chaer,
Abdul
dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan
Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010. 9. 10.
11
Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah
'I W
Perspektif Multidis ipliner. Y o gyakarta: Pustaka Pelai ar. 2007 . Djajasudarja, Fatimah. Wacana Pemahaman dan Hubungan
a
Antarunsur. Bandung:Refika Aditama. 201 0.
ej
Djajasudarja, Fatimah. Wacana dan Pragmatik. Bandung: PT. Refika Aditama. 2012.
8
SMP
12.
Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra
Mandiri.2012. 13.
9t
Ibrahim, Abd Syukur. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha
8
Nasional. 1993. 14.
Ihsan, Diemroh. Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa. Palembang: Universitas Sriwijaya . 201
15.
a
l.
Jamilatun. Tindak Tutur Direktif dan Elrspresif pada Rubrik
KRIING SOLOPOS (sebuah tinjauan pragmatik).
Surakarta:
W
Universitas Sebelas Maret. 2011. 16.
Jassin, H.B. diedit oleh Pamusuk Eneste. H.B. Jassin Surat-Surat
v
1943-198i. Jakarta; PT. Gramedia. 1984. 17.
Leech, Geoffrey, penerjemah M.D.D. Oka. Prinsip-Prinsip
v
Pragmatik. Jakarta: UI Press. 2011. 18.
lvlahsun. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode,
el
dan Teloihrya. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. 2005. 19.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatzf, Bandung: Remaja Rosdakarya. 201
l.
20.
Mulyana. Kajian lilacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005.
21.
Nandar, F.X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:
g
a eJ
Graha Ilmu. 2009. 22.
Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.2008.
b
23.
Put-wo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarla: Kanisius. 1 990.
24.
R. Searle, John. Speech Act An Essay In The Philosophy Of
I v
Language. London: Cambrige University Press. 1969. 25.
Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa
g
Indonesia. Jakarta: Erlangga. 2005. 26.
Rahardi, Kunj ana.
27.
Rampan, Korrie Layun. Jejak Langkah Sastra Indonesia. Flores:
28.
S o s i op r a gm
atik. J akarta: Erlangga . 2009
.
\
Nusa Indah. 1986.
fr
Rampan, Korrie Layun. Leksikon Susastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2000.
U
29.
Rani, Abdul, dkk. Analisis Wacana. Malang:
Bayumedia 9\
Pusblishing. 2004. 30.
Siahaan, S.M. Komunikasi Pentalxaman dan Penerapanr4ta.
,r
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 1990. 31
Soedjito, dan Solchan TW. Surat Menyurat Resmi Bahasa
q
Indonesia. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2004. 32
Subana,
M.
Dasar-Dasar Penelitian llmiah. Bandung: CV.
v
Pustaka Setia. 2001. -)J.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif vt
dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. 2014.
34.
Sumarsono. Filsafat Bahasa. Jakarta: Gramedia. 2004.
35.
Suryadi, Asyraf. Menulis Berkomunikasi dengan Surat. Pangkal
el
,t
Pinang: UBB Press. 2010. 36.
Syamsuddin, dan Vismaia
S. Damaianti. Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
7t.
Tarigan, Djago, dan
H. G. Tarigan.
U
Telodk Pengajaran
\
Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa. 1987. 38.
Tarigan, Djago. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa. 1990.
39.
Wijana
,I
Percetakan
40.
ry
Dewa Putu. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta:
ANDI.
1996.
Wijayati, Keyfitria Diah. Tindak Tutur Direktif
ry dalam
Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 2009.
ry
KEMENTER]AN AGAMA UIN JAKARTA FITK
No. Dokumen
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciplnil 15412 lndonesia
Tgl. Terbit
FITK-FR-AK
: 1 Maret 20
No. Revisi:
:
Hal
111
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.0l/F. 1iKM.0l .ttil.6.Bnotq Lamp. : Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 2 Desember 2014
Kepada Ytli. Dre. Darsita, Nl.HLrrrr. Pembirnbing Skripsi Fakultas Ilrnu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif I{idayatu I lali Jakarta. Ass al a mu' al aikunt wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembirnbing Il (materi/teknis) penulisan skripsi rnahasiswa: Nanra
Devi Aristiyani
NIM
11
Jurusar.r
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Selnester
VII
Judul Skripsi
I 1013000074
(TLrjuh)
Tindak Tutur Ilol<usi 1,lda Surat-Surat H.B. Jassin
da
Inrplikasinva terhaclap Pernbelajaran cli SNII' Judul tersebut telah disetujui oleh Jr-rr-usan yang bersangkutan pada tanggal I Desentber 2014 abstraksi/oztline terlanpir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebr-rt Apabila pembahan substansial dianggap perlu, rnohon pembirnbing rnenghubungi Junrsar terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalanr rvaktir 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjanl selama 6 (enam) bulan berikr-rtnya tanpa surat perilanJangan. Atas perhatian dan kerja LYcrs.s a I a
r
t
ucapkan terima kasih
ru' a I a i ktrnt v, r.w b.
Indonesia
Si ariultcti9..r(t."r 1e600)p4 I 99002 Ternbusan: L Dekan FITK
2.
Mahasisrva ybs
BIODATA PENULIS
Devi Aristiyani lahir di Tegal, 19 Desember 1993, anak pertama dari pasangan Takzul Arifin dan Surati. Ia memulai pendidikannya di SDN Jurang Mangu Barat 02, Tangerang Selatan selama enam tahun dan lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Pondok Aren dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMAN 10 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya ia tercatat sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2011. Kini ia menjadi guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP PGRI 371 Pondok Aren.