TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik
SKRIPSI
Diajukan untuk: Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh DWI PRASETYO C 0204019
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 i
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik
Disusun oleh DWI PRASETYO C 0204019
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. NIP 195504091983032001
Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 196206101989031001
ii
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM SINETRON KOMEDI CAGUR NAIK BAJAJ DI STASIUN TELEVISI ANTV: Sebuah Kajian Pragmatik Disusun oleh
DWI PRASETYO C0204019
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal , …………….
Jabatan Ketua
Nama Dra.Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum
Tanda tangan ………………..
NIP 196412311994032005 Sekretaris
Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum.
…………………
NIP 196806171999031002 Penguji I
Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum.
………………….
NIP 195504091983032001 Penguji II
Miftah Nugroho, S. S.,M.Hum. NIP 197707252005011002
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M. A NIP 19530314198506100
iii
………………….
PERNYATAAN Nama : Dwi Prasetyo NIM : C 0204019
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 27 Desember 2009 Yang membuat pernyataan,
Dwi Prasetyo
iv
MOTTO Kebahagiaan dalam hidup adalah bukan karena kamu berbahagia Namun, Kebahagiaan dalam hidup adalah karena kamu, orang lain menjadi bahagia (Happiness in live is not because we live happily but happiness in live is because we make other people happy)
Maria Retno
v
PERSEMBAHAN Kupersembahkan untuk orang-orang yang telah menjadi keluargaku dan saudarasaudaraku yang memberi warna dalam mengarungi kehidupan ini
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj dalam Stasiun Televisi ANTV . Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Sehubungan dengan itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Sudarno, M. A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Ahmad Taufig, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum selaku pembimbing skripsi, yang selalu mengarahkan dan memberikan motivasi serta nasihat kepada peneliti selama berlangsungnya penyusunan skripsi. 4. Drs. Wiranta, M. S. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan semangat dan nasihat selama studi di Fakultas Sastra dan Seni Rupa. 5. Dosen-dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
vii
6. Staf Perpustakaan UNS dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kemudahan kepada peneliti untuk membaca dan meminjam buku-buku referensi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. 7. Kedua orang tua, adik dan kakakku atas segala motivasi dan curahan kasih sayangnya. 8. Kepada rekan-rekan angkatan 2002 (Wahyudianto, Pak Agus, Alfan, si Wel, Rahmanto, Danang, dll), 2003 (Tanto, mbak Maria, Rena, cilik, dll) dan terutama angkatan 2004 Gang Kobra (Achmadi joko, Damang, Pradityo, Rulis, Bayu Djatmiko, Deni, Halfidz) dan Teman-teman KMF yang
selalu memberikan
dorongan dan bantuan kepada peneliti selama kuliah di UNS. 9. Wanita yang kusayangi Riza Agustine yang telah banyak membantu dalam berbagai hal serta selalu memberikan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Selain itu, tidak lupa peneliti berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pemerhati bahasa dan dapat memperluas wawasan pembaca tentang kajian pragmatik khususnya yang berkaitan dengan sinetron komedi.
Surakarta, 27 Desmber 2009
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………
i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….
iii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………….
iv
MOTTO …………………………………………………………………
v
PERSEMBAHAN ……………………………………………………....
vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
ix
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................
xii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xiii
ABSTRAK ……………………………………………………………..
xiv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….
1
B. Pembatasan Masalah ……………………………………………
3
C. Perumusan Masalah …………………………………………….
3
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………….
4
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………
4
F. Sistematika Penelitian …………………………………………..
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR………………
7
A. Tinjauan Pustaka……….. ……………………………………...
7
B. Landasan Teori...........................................................................
8
ix
1).Definisi Pragmatik ……...........................................................
8
2). Konteks Situasi Tutur …….......................................................
9
3). Definisi Tindak Tutur.............................................................
13
4) Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung...
18
5) Implikatur percakapan……………………………………….
21
6). Pengertian Sinetron Komedi/Humor………………………...
22
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………..
25
A. Jenis Penelitian.............................................................................
25
B. Data dan Sumber Data...................................................................
25
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................
26
D. Metode Analisis Data …………………………………………..
27
BAB IV ANALISIS DATA.....................................................................
28
A. Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Sinetron Komedi Cagur Naik Bajaj di Stasiun Televisi ANTV.............................
28
1. Tindak Tutur Representatif....................................................
29
2. Tindak Tutur Direktif………………………………………
33
3. Tindak Tutur Ekspresif…………………………………….
44
4. Tindak Tutur Komisif………………………………………
53
B. Implikatur Percakapan pada Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV...........................................................
62
1. Melarang…………………………………………………....
62
2. Menyuruh…………………...………………………………
63
3. Memperingatkan……………………………………………
63
x
4. Menawarkan………………………………………………..
64
5. Menegaskan………………………………………………...
65
BAB V PENUTUP …………………………………………………….
66
A. Simpulan ……………………………………………………….
67
B. Saran ……………………………………………………………
68
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….
69
LAMPIRAN ……………………………………………………………
1
xi
DAFTAR SINGKATAN Sitkom
: Sinetron Komedi
CNB
: Cagur Naik Bajaj
CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Januari. CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Januari. CNB/1/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Februari. CNB/2/Februari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Februari. CNB/1/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 1 yang ditayangkan pada bulan Maret. CNB/2/Januari : Cagur Naik Bajaj pada data nomor 2 yang ditayangkan pada bulan Maret. Ket: CNB/2/Januari CNB
: Cagur Naik Bajaj
2
: Nomor data
Januari
: Bulan penayangan .
(Penomoran data selanjutnya sama dan mengikuti nomor datanya)
xii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1 : Fungsi Umum Tindak Tutur beserta Sifat-Sifat Kuncinya............
13
Tabel 2 : Penggunaan Modus dalam Tindak Tutur.......................................
20
xiii
ABSTRAK Dwi Prasetyo. C0204019. 2009. Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi ”Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yakni 1) bagaimanakah tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” ? 2) bagaimanakah implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”? Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” 2) mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teknik rekam, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Data dalam penelitian ini berupa semua tuturan para tokoh yang mengandung tidak tutur ilokusi dan implikatur percakapan dalam sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Teknik penyajian analisis menggunakan metode padan pragmatik dan berdasrkan pendekatan pragmatik. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal (1) ditemukan adanya tindak tutur ilokusi yang terdiri dari empat jenis tindak tutur yaitu tindak tutur representatif meliputi subtindak tutur menyatakan dan melaporkan. Tindak tutur direktif meliputi subtindak tutur mengajak, memohon, mengusulkan, menyuruh, dan menasehati. Tindak tutur komisif meliputi subtindak tutur menawarkan, menolak, mengancam, bersumpah, dan berjanji. Tindak tutur ekspresif meliputi subtindak tutur mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengkritik, menyalahkan, mengeluh, dan memuji. (2) Selain tindak tutur ilokusi juga terdapat beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain untuk menegaskan, menawarkan, memperingatkan, menyuruh, melarang.
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk berpikir. Demikian tesis klasik yang ditemukan dalam dunia filsafat. Konsekuensi logis dari tesis ini ialah bahwa manusia adalah makhluk berbahasa. Manusia mengucapkan pikirannya lewat bahasa. Hubungan antara sebuah bahasa dan pikirannya sangat erat. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep baru atau juga perasaan. Manusia dapat juga menerima pengetahuan, informasi, berita, atau pesan-pesan melalui bahasa. Mengingat bahasa sebagai alat komunikasi, realisasi penggunaan bahasa dalam masyarakat dapat terlihat pada media-media komunikasi, baik itu media elektronik seperti radio dan televisi maupun media cetak seperti koran dan majalah. Salah satu media elektronik yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah televisi. Onong Uchjana Efendi mengungkapkan bahwa televisi merupakan salah satu media komunikasi audio visual yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan manusia (1993:34), karena dalam penyiarannya berupa suara dan gambar bergerak sehingga dapat dengan mudah suatu pesan ditangkap atau diterima oleh para penonton. Sekarang ini televisi bukan lagi menjadi barang yang mewah melainkan sudah menjadi kebutuhan yang primer. Televisi digunakan sebagai hiburan dalam keluarga setelah melaksanakan aktivitas sehari-hari. Setiap keluarga biasanya memilih acara yang dianggap menarik. Acara televisi sekarang ini banyak
xv 1
dipenuhi oleh sinetron terutama pada malam hari. Salah satu tayangan televisi yang menjadi unggulan pada stasiun televisi swasta di Indonesia adalah sinetron komedi. Sinetron komedi kebanyakan mengisahkan tentang kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari dan disajikan dalam bentuk yang lucu atau humor. Salah satu program acara sinetron komedi yang menghibur, yang bermuatann budaya dan unik adalah “Cagur Naik Bajaj” yang selanjutnya disingkat dengan CNB yaitu merupakan sinetron komedi pertama yang diperankan dua kelompok komedian yaitu kelompok komedian Bajaj dan Cagur. Bermuatan budaya karena CNB sangat kental dalam menggambarkan tentang kebiasaan atau tingkah laku mahasiswa sekarang yang suka berantem, demo, hutang, dan lain-lain. Unik karena CNB mencampuradukan berbagai bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Sinetron komedi CNB dalam dialognya terkadang menggunakan improvisasi secara spontanitas, mereka hanya diberi teks dialog secara garis besarnya lebih dari itu mereka improvisasi secara spontanitas. Sehingga, dialog acara tersebut Semi alami dan secara tidak langsung CNB juga mengandalkan kemampuan improvisasi. CNB
menarik untuk diteliti dan disimak. Dalam CNB tersebut
selain
penutur menuturkan kalimat tuturan baik langsung maupun tidak langsung kepada lawan tutur. Penutur juga menggunakan tingkah laku yang konyol dalam berkomunikasi yang berwujud perintah, larangan, pernyataan, dan lain sebagainya, kepada lawan tutur yang bertujuan untuk menambah daya tarik kepada penonton.
xvi
Secara pragmatik tuturan dalam CNB banyak mengimplikasikan makna atau pesan. Pesan tersebut tertuang dalam bentuk penciptaan kehumoran yang dituangkan dalam bentuk implikatur percakapan karena penggunaan implikatur sangatlah penting dalam sitkom tersebut, selain itu juga banyak terkandung tindak tutur yang memiliki berbagai maksud. Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil percakapan dalam acara yang bertajuk sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” di stasiun televisi ANTV sebagai bahan penelitian. Fokus utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Tindak tutur ilokusi dan implikatur yang terjadi dalam Percakapan sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”. Berangkat dari hal ini, peneliti mengambil judul penelitian Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV, dengan menggunakan pragmatik sebagai ancangannya.
B. Pembatasan Masalah Peneliti menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis tindak tutur Ilokusi dan implikatur percakapan dalam dialog atau percakapan sitkom “Cagur Naik Bajaj” sebagai sarana kelucuan untuk menarik perhatian penonton. .
C. Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan berhasil maka perlu diadakan perumusan masalah. Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah:
xvii
1. Bagaimana tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan
seluruh
pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” ? 2. Bagaimana implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”?
D. Tujuan Penelitian Edi Subroto( 2007:98) mengatakan bahwa tujuan penelitian bersifat keilmuan jelas berkaitan erat dengan perumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian harus membuat secara implisit tentang hal-hal yang akan dicapai sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam perumusan masalah. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” 2. Mendeskripsikan implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj”
E. Manfaat Penelitian Adanya perumusan manfaat penelitian sering diperlukan dan biasanya juga sering dikaitkan dengan masalah yang bersifat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis Edi Subroto (2007:99). Di bawah ini akan diuraikan setiap manfaat yang dimaksud sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis
xviii
Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai tindak tutur para komedian yang terdapat dalam media audio visual melalui pendekatan Pragmatik. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis pada penelitian ini adalah memberikan informasi yang berarti bagi peneliti khususnya dan pemirsa televisi mengenai tindak tutur ilokusi pada sinetron komedi CNB. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian penelitian sejenis selanjutnya.
F. Sistematika Penelitian Untuk mempermudah penguraian dalam suatu penelitian, diperlukan sistematika penulisan. Melalui sistematika tersebut menjadikan penulisan hasil penelitian dapat dijabarkan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dirinci sebagai berikut. Bab pertama merupakan pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, Pembatasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, dan Sistematika penulisan. Bab kedua merupakan landasan teori, berisi teori-teori yang secara langsung berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam sebuah penelitian.
xix
Bab ketiga merupakan metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, dan metode dan teknik analisis data. Bab keempat merupakan Analisis Data, menjabarkan data-data yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan, kemudian dianalisis untuk mendapatkan deskripsi dari masalah yang diteliti berdasarkan landasan teori yang digunakan. Dari analisis didapatkan hasil penelitian yang menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab pertama. Bab kelima berisi simpulan terhadap obyek yang telah diteliti dilanjutkan dengan saran.
xx
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka Sejauh penelusuran peneliti tentang Penelitian sejenis atau yang mempunyai korelasi dengan penelitian ini masih jarang. Mengenai pertuturan humor dengan menggunakan ancangan pragmatik sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian humor telah dilakukan dengan sumber data tulisan dari beberapa media massa cetak, akan tetapi pada penelitian pertuturan humor yang bersumber data dari media komunikasi audio visual atau televisi dan membahas tentang sitkom baru satu orang peneliti yang melakukannya. Umi Kholifah (2006) dalam skripsinya yang berjudul ”Implikatur Percakapan dalam Sinetron Komedi Bajaj Bajuri Edisi Salon Oneng: Sebuah Kajian Pragmatik” . Penelitian ini membahas membahas tentang tindak tutur yang mematuhinya, implikatur percakapan yang terkandung di dalam sitkom Bajai Bajuri Edisi Salon Oneng (BBESO), dan penyimpangan dan pemenuhan terhadap
maksim-maksim
yang terdapat dalam prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan serta adanya prinsip ironi. Studi penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Umi Kholifah. Penelitian tindak tutur yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada jenisjenis tindak ilokusi dan implikatur percakapan yang juga melibatkan tindak tutur tidak langsung didalam penelitian tersebut. sedangkan sumber data penelitian ini dari sinetron komedi CNB di televisi . 7 xxi
B. Landasan Teori 1. Definisi Pragmatik Morris (dalam Levinson, 1983:1) mengartikan pragmatik sebagai “the study of relation of signs to interpreters” ‘studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirannya’. Tanda-tanda yang dimaksud adalah bahasa. Berawal dari pemikiran tersebut maka muncul dan berkembanglah pragmatik sebagai salah satu cabang dari linguistik. Levinson (1983:9), “Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language”. ‘Pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasi atau ditandai (terlukiskan) di dalam struktur bahasa’. Yule (1996:3) mengatakan bahwa “pragmatics is the study of contextual meaning”. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual’. Studi ini akan melakukan penginterpretasian makana sebuah tuturan dengan memperhatikan konteks pemakaiannya dan bagaimana konteks itu mempengaruhi penutur dalam menentukan suatu tuturan. I Dewa Putu Wijana (1996:2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, bagaimana satuan kebahasaan yang digunakan dalam komunikasi. Makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks atau mengkaji maksud penutur. Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud penutur.
xxii
2. Konteks Situasi Tutur Pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah tuturan. Menurut I Dewa Putu Wijana, (1996:10) dalam mengkaji makna suatu tuturan ada beberapa aspek situasi yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. a. Penutur dan Lawan Tutur Konsep penutur dan lawan tutur mencakup peneliti dan pembaca dikarenakan tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspekaspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin. b. Konteks Tuturan Penelitian pragmatik selalu mempertimbangkan konteks suatu tuturan. Leech (1993:20) mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur menafsirkan makna tuturan. I Dewa Putu Wijana, (1996:11) menyebutkan bahwa konteks adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dipahami oleh penutur dan lawan tutur. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.
xxiii
Rustono (1999:19) menjelaskan bahwa konteks adalah sesuatu yang menjadi sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi ekspresi dan situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Alwi et al. (dalam Rustono, 1999:20) menuturkan bahwa konteks terdiri atas unsur-unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Di dalam peristiwa tutur ada sejumlah faktor yang menandai keberadaan persitiwa tutur. Hymes (dalam Rustono, 1999:20) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menandai dalam peristiwa tutur adalah 1) setting atau scene yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur; 2) participant, yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain; 3) end atau tujuan; 4) act yaitu tindakan yang dilakukan penutur di dalam peristiwa tutur; 5) key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang digunakan di dalam mengekpresikan tuturan dan cara mengekspresikannya; 6) instrumen yaitu alat atau sarana untuk mengekspresikan tuturan, apakah secara lisan, tulis, melalui telepon atau bersemuka; 7) norm atau norma yaitu aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur; dan 8) genre yaitu jenis kegiatan peristiwa wawancara, diskusi, kampanye, dan sebagainya; yang lazim dikenal dengan singkatan SPEAKING. Selanjutnya Hymes (dalam Rustono, 1999:21) mengemukakan bahwa “ciri-ciri konteks yang relevan meliputi delapan hal yaitu: Penutur, mitra tutur, topik tuturan, waktu dan tempat bertutur, ciri konteks, kode, amanat atau pesan, peristiwa atau kejadian.”
xxiv
Halliday dan Ruqaya Hasan (1992:16) mengatakan bahwa semua pemakaian bahasa mempunyai konteks. Ciri-ciri tekstual memungkinkan wacana menjadi padu bukan hanya antara unsur-unsurnya dalam wacana itu sendiri tetapi juga dengan konteks situasinya. Ada tiga ciri konteks situasi, yaitu. 1) Medan wacana mengacu pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta dengan unsur pokok tertentu. 2) Pelibat wacana mengacu pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka, jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara para pelibat, termasuk hubunganhubungan yang tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubunganhubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka. 3) Sarana wacana yang mengacu bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat dalam situasi itu, organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan semacam gabungan keduanya) dan juga metode retoriknya, yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan dengan pokok pengertian seperti membujuk, menjelaskan, mendidik, dan semacamnya.
xxv
c. Tujuan tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Begitu sebaliknya Berbagai macam maksud dapat pula diutarakan dengan tuturan yang sama (I Dewa Putu Wijana, 1996:11). d. Tuturan Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas Pragmatik selalu berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu sehingga tuturan merupakan suatu bentuk kesatuan yang lebih konkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya (I Dewa Putu Wijana, 1996:11). e. Tuturan sebagai Produk Tindakan Verbal Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekpresikan kata-kata atau bahasa. Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (I Dewa Putu Wijana, 1996:11). 3. Definisi Tindak Tutur Searle, 1969 (dalam Muhammad Rohmadi, 2004:29) Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan
xxvi
terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya. Searle mengatakan bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata, atau kalimat, tetapi lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang terwujud perilaku tindak tutur (the performance of speech acts). Gunarwan (dalam Rustono 1999:33) menyatakan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu. Aktivitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur atau tindak ujar (speech act). Searle (dalam Suwito, 1983:33) berpendapat bahwa dalam setiap komunikasi bukanlah sekedar lambang, kata, atau kalimat, melainkan lebih tepat jika disebut produk atau hasil lambang, kata atau lebih tegasnya bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah, atau yang lainnya. Di dalam bukunya How to Do Things with Words, Austin (1962:1-11) dalam http://www.Community Portal of Gunadarma University.co.id, Berkenaan dengan tuturan,Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di
xxvii
mana tindak tutur itu dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. a. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The act of saying something. Kunjana Rahardi (2005:35) menyatakan bahwa tindak lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak lokusi untuk menyatakan sesuatu adalah tindak lokusi (Wijana 1996:17). Pernyataan tersebut sama dengan Rustono (1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan maksud atau fungsi tutur. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi ini adalah apakah makna tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata. Makna kata dalam tuturan lokusi itu sesuai dengan makna kata di dalam kamus. Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasi karena pengindentifikasianya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranaannya untuk memahami tindak tutur (Parker dalam Wijana 1996:18).
b. Tindak Ilokusi
xxviii
Austin mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu (dalam Rustono, 1999:35). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono 1999:37). Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Tindak tutur ini sering disebut The act of doing something. Searle (dalam Martinich (ed), 1996: 147-149) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Dasar utama pengklasifikasiannya adalah titik ilokusi atau tujuan ilokusi. 1) Tindak Tutur Asertif Titik ilokusi asertif ialah untuk mengikat penuturnya kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya yaitu menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan dan menyebutkan. 2) Tindak Tutur Direktif Titik ilokusi direktif ialah yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan sesuatu, yaitu menyuruh, memohon menuntut, menyarankan, memerintah, meminta dan menantang. 3) Tindak Tutur Ekspresif Titik ilokusi ekspresif ialah dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, yaitu memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh.
xxix
4) Tindak Tutur Komisif Titik ilokusi komisif ialah untuk mengikat penuturnya pada suatu tindakan
yang
dilakukannya
pada
masa
mendatang
dan
melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan, yaitu berjanji, bersumpah, menawarkan, kesanggupan dan mengancam. 5) Tindak Tutur Deklarasi Deklarasi didefinisikan sebagai jenis ilokusi yang bersifat khas, keberhasilan melakukan ilokusi akan menghubungkan antara isi proposisi dan realita di dunia. Penutur Deklarasi haruslah seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang khusus dalam sebuah institusi tertentu. Deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru yaitu memutuskan, melarang, mengizinkan, mengangkat dan memberikan maaf. Menuirut Leech (1993: 287) Walaupun deklarasi merupakan tindak ujar yang menarik, jenis ini sama sekali tidak dapat mewakili tindak ujar yang khas. Alasan untuk mengatakan bahwa deklarasi bukan tindak ujar sama sekali, yaitu bahwa deklarasi adalah tindak konvensional, bukan tindak komunikatif . Tabel 1 fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya
xxx
P = penutur Tipe tindak tutur
Arah penyesuaian X = situasi
Kata disesuaikan dengan dunia Representatif
P meyakini X
Kata disesuaikan dengan Ekspresif
dunia
P merasakan X
Direktif
Dunia disesuaikan dengan
P menginginkan X
kata
Komisif
P memaksudkan X Dunia disesuaikan dengan kata
Deklarasi
P menyebabkan X
Kata mengubah dunia
Sumber : mengikuti Searle 1979 dalam Yule (1996) dan diindonesiakan oleh Indah Fajar Wahyuni (2006:95)
xxxi
c. Tindak Perlokusi Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak tutur perlokusi disebut sebagai The act of affecting someone. Tuturan yang diucapkan seorang penutur sering memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutinary force). Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin dinamakan tindak perlokusi (dalam Rustono, 1999:36). Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah merupakan tindak perlokusi. Ada beberapa verba yang menandai tindak perlokusi. Menurut Leech verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian, dan sebagainya (dalam Rustono, 1999:37). Tindak perlokusi juga sulit dideteksi karena harus melibatkan konteks tuturannya. Jadi dapat ditegaskan bahwa setiap tuturan dari seorang penutur memungkinkan sekali mengandung lokusi saja, ilokusi saja, dan perlokusi saja, tetapi tidak menutup kemungkinan pula bahwa satu tuturan mengandung kedua atau tiga-tiganya sekaligus.
4. Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung.
xxxii
Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan
sesuatu
(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu,, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dsb., tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct speech act), seperti contoh kalimat berikut. (a) Andi memiliki lima ekor kambing. (b) Di manakah letak pulau bali? (c) Ambilkan baju saya! Selain contoh di atas untuk berbicara secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuklah tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Dapat dilihat contoh kalimatnya sebagai berikut. (d) Ada makanan di almari (e) Di mana sapunya? Kalimat (d), bila diucapkan kepada seseorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan. Demikian pula tuturan (e) bila diutarakan oleh seorang ibu kepada seorang anak, tidak semata-mata berfungsi untuk menanyakan di mana letak
xxxiii
sapu itu, tetapi juga secara tidak langsung memerintah sang anak untuk mengambil sapu itu. Contoh kalimat berikut. (f) + Don, perutku kok lapar, ya - Ada makanan di almari + Baik kuambil semua, ya? (g) Ibu : Di mana sapunya, ya? Anak: Sebentar, bu, akan saya ambilkan. (I Dewa Putu Wijana, 1996:31) Tindakan (-) dalam (f) dan (g) , karena ia mengetahui bahwa tuturan yang diutarakan oleh lawan tuturnya bukanlah sekedar menginformasikan sesuatu, tetapi menyuruh orang yang diajak bicara. Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya. Dari uraian tersebut, tabel penggunaan modus kalimat dalam kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur dapat diganbarkan sebagai berikut. Tabel 2 Penggunaan modus dalam tindak tutur Tindak Tutur Modus Langsung
Tidak Langsung
Berita
Memberitakan
Menyuruh
Tanya
Bertanya
Menyuruh
Perintah
Memerintah
-
Sumber : Wijana, 1996:32
xxxiv
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa kalimat perintah tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tuturan secara tidak langsung (Wijana, 1996:32) Jenny Thomas (1995:119) “Indirectness is a universal phenomenon: as far as we know it occurs in alll natural languages, a fact which in itself requires some explaining” ‘tindak tutur tak langsung merupakan sebuah fenomena universal: selama kalimat tersebut terjadi pada semua bahasa sehari-hari, sebuah fakta yang terdapat dalam kalimat tersebut membutuhkan beberapa penjelasan’.
5. Implikatur Percakapan “Implikatur adalah proposisi yang diimplikasikan dalam tuturan yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan“ (Grice dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:37). “Implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat dalam percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaraan prinsip percakapan“. Implikasi percakapan itu merupakan pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur berbeda dari apa yang dikatakan penutur dalam percakapan tersebut (Grice dan Gazdar dalam Rustono, 1999:77). “Implikatur adalah sesuatu yang terimplikasi dalam suatu percakapan yang dibiarkan implisit dalam penggunaan bahasa secara aktual“. Menurut Gunarwan (dalam Rustono) implikatur percakapan terjadi karena adanya kenyataan bahwa sebuah ujaran yang mempunyai implikasi berupa proposisi yang sebenarnya bukan bagian dari tuturan tersebut dan tidak pula merupakan konsekuensi yang harus ada dalam tuturan tersebut (1999:77).
xxxv
Menurut Grice, implikatur dibedakan menjadi dua, yaitu implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional. “Implikatur konvensional adalah makna suatu ujaran yang secara konvensional atau secara umum diterima oleh masyarakat sedangkan implikatur nonkonvensional adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya“ (dalam Muhammad Rohmadi, 2004:55). Selanjutnya implikatur nonkonvensional dikenal dengan nama implikatur percakapan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional (implikatur percakapan) adalah terletak pada pengguna bahasa yang terlibat dalam peristiwa tutur. Di dalam pembahasan tentang komunikasi antar pemakai bahasa, relevansi antara konsep implikatur dan prinsip percakapan menjadi topik penting. Implikatur percakapan yang merupakan hasil interferensi dari adanya tuturan yang melanggar prinsip percakapan menjadi dasar pentingnya pembahasan kedua substansi itu. Hal itu disebabkan karena implikatur percakapan timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Dengan kata lain, sumber dari implikatur percakapan adalah pelanggaran prinsip percakapan (Rustono, 1999:82).
6. Pengertian sinetron Komedi Menurut Wardhana Veven, sinetron berasal dari dua buah kata yaitu sinema dan elektronika, sama dengan
TP play, sama dengan teledrama, sama dengan
sandiwara televisi sama dengan film televisi, sama dengan lakon televisi, yang persamaannya yaitu sama-sama ditayangkan medium audio visual bernama televisi (1997:268). Sinetron yang banyak diminati sekarang ini adalah sinetron komedi
xxxvi
karena sifanya menghibur penontonnya. Banyak orang menyebut komedi dengan istilah humor maupun jenaka. Sumarlam menjelaskan tentang pengertian Humor bahwa: Dalam Ensiklopedia Indonesia kata humor berasal dari Yunani, yang berarti getah. Menurut kepercayaan bangsa Yunani pada zaman dahulu, tubuh manusia mengandung semacam getah yang dapat menentukan temperamen seseorang. Perbedaan temperamen dalam diri manusia, menurut kepercayaan orang Yunani, disebabkan perbedaan kadar campuran getah dalam tubuh manusia itu. Seandainya campuran itu seimbang, maka dikatakan orang tersebut mempunyai humor, tidak marah, tidak sedih, dan sebagainya (Sumarlam, 2003:137). Di samping humor, R. J. Wkinson juga menerangkan tentang kata jenaka. Menurutnya jenaka adalah: Menurut R. J. Wkinson jenaka berarti a farce, a partical joke, atau farcical, willing. Cerita yang beraspek humor pada umumnya mengisahkan kejenakaan atau kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan keberuntungan tokoh utamanya. Tokoh ceritanya kadang-kadang sangat bodoh dan tidak dapat menangkap maksud orang lain, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu (dalam Sumarlam, 2003:137) . Humor dalam www.wikipedia.com (online 1 januari 2008) dikatakan bahwa humor adalah kemampuan yang obyek atau situasi untuk membangkitkan perasaan senang pada orang lain. Istilah tersebut mencangkup segala macam bentuk entertainment atau komunikasi yang membangkitkan perasaan sejenisnya, atau yang membuat tertawa dan merasa senang. Sense of humor atau rasa humor yang dimiliki seseorang bersifat personal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, daerah asal, budaya, kedewasaan, tingkat pendidikan, konteks, dan lain sebagainya.Suatu wacana humor dapat diterima sebagai hal yang lucu oleh seseorang
xxxvii
namun pada saat yang sama pula dapat ditanggapi dengan kemarahan orang lain karena dianggap telah menyinggung dirinya. Humor oleh Freud (dalam Sumarlam, 2003:137) dapat diklasifikasikan menurut motivasinya, yaitu humor yang dibuat tanpa motivasi (komik) dan humor yang secara sengaja mencapai kesenangan melalui penderitaan orang lain seperti agresi, satire, dark jokes. Jika dilihat dari sasaran yang dijadikan lelucon, humor dapat dibagi menjadi humor etnis, humor seksual, dan humor politik. Jenis humor seperti ini secara umum mempergunakan hiperbola, prinsip litotes, atau ironi. Menurut Wuri Soedjatmiko (dalam PELLBA 5, 1992:69) humor termasuk salah satu alat komunikasi, seperti menyampaikan informasi, menyatakan rasa senang, marah, jengkel, simpati. Sebagai sarana informasi apabila digunakan dengan tepat humor dapat berfungsi bermacam-macam. Humor dapat mengendurkan ketegangan atau berfungsi sebagai katup penyelamat. Misalnya jika terjadi perselisihan antar kelompok, humor dapat menyelamatkan kelompok yang berselisih tersebut dari lontaran kata-kata kotor atau baku hantam secara fisik. Terdapat dua sebab orang berhumor, yaitu 1) karena selera humornya tinggi dan 2) karena tuntutan profesi.
xxxviii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” di Stasiun Televisi ANTV termasuk penelitian kualitatif. Edi Subroto berpendapat bahwa “metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang dengan menggunakan metode statistik“ (1992:5). Seperti yang disampaikan Edi Subroto bahwa penelitian kualitatif itu bersifat deskriptif. Istilah deskriptif berarti bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1992:62).
B. Data dan Sumber Data Suatu penelitian kualitatif, tentunya tidak lepas dari data yang diperlukan untuk memperkuat hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari sumber lisan yaitu tuturan seluruh pemain yang mengandung tindak tutur ilokusi dan tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj” . Peneliti memilih percakapan yang banyak ditemukan tindak tutur ilokusi, penggunaan implikatur dan tindak tutur langsung maupun tindak tutur tidak langsung. Dari tiga episode, ditayangkan pada bulan : Januari 2009 , Februari 2009, Maret 2009. 25
xxxix
Menurut Edi Subroto, sumber data adalah asal data penelitian diperoleh. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh penulis (1992:34). Ada pun sumber data dalam penelitian yaitu sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” yang ditayangkan pada awal bulan Januari, Februari, Maret tahun 2009.
C. Teknik Pengumpulan Data Mengingat pentingnya data dalam suatu penelitian, maka data tersebut harus dicari atau dikumpulkan dengan teknik tertentu. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk meneliti tindak tutur ilokusi dan tindak tutur langsung maupun tidak langsung dalam dialog/percakapan para pemain sitkom CNB, yang merupakan bahasa lisan adalah dengan teknik rekam. Menurut Edi Subroto, yang dimaksud dengan teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan (1992:32). Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu; teknik rekam, teknik simak dan catat. Teknik simak adalah penyimakan bahasa lisan yang secara spontan dan mengadakan pencatatan data yang relevan dan sesuai dengan sasaran serta tujuan penelitian (Edi Subroto, 1992:41). Jadi setelah data penelitian didapatkan melalui teknik rekam (berupa MP3 Player), peneliti kemudian melakukan penyimakan dan setelah itu melakukan pencatatan terhadap data tersebut. Adapun proses pengumpulan ini dilakukan melalui beberapa langkah yakni; (a) Peneliti mencari acara
Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, b) peneliti
menonton Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, c) peneliti memilih tindak tutur
xl
yang ada dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj”, d) peneliti menganalisis data untuk mengetahui tindak tutur berdasarkan teori tindak tutur (lokusi, ilokusi, perlokusi), dikhususkan pada tindak tutur ilokusi, e) data yang dipilih, dikumpulkan berdasarkan masalah yang ditetapkan. Pada saat penganalisisan data, dilakukan dengan penyeleksian data, pengklasifikasian data, serta pengkodean data.
D. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses pengorganisasian data. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya (Moleong, 1996:103). Penelitian ini menggunakan pragmatik sebagai ancangannya. Penelitian bahasa yang menggunakan pragmatik sebagai ancangannya, selalu berkaitan dengan konteks, begitu pula penelitian ini. Konteks merupakan alat penentu dari luar bahasa. Oleh karena itu, analisis dalam penelitian ini akan memakai metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan Lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa (Sudaryanto, 1993:13).
xli
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Analisis ini meliputi (A) tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh seluruh pendukung sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” dan (B) bentuk implikatur percakapan pada sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” .
A. Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan dalam Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj ” di Stasiun Televisi ANTV . Mengujarkan sebuah tuturan merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu untuk melakukan tindakan (menyuruh, memerintah), di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu. Kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan itulah yang merupakan tindak tutur atau tindak ujar. Bahkan dalam acara televisi pun tidak lepas dari tindakan mengujarkan tuturan seperti sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” yang ditayangkan di stasiun televisi ANTV. Sinetron komedi tersebut menggunakan tindak tutur untuk menimbulkan suatu kelucuan untuk menarik perhatian penonton. Tindak tutur yang terdapat dalam sinetron “Cagur Naik Bajaj” yang dilihat dari daya ilokusinya yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. 1. Tindak Tutur Representatif 28
xlii
Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkannya. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga Tindak tutur asertif, ditemukan 2 macam subtindak tutur yaitu subtindak tutur menyatakan dan melaporkan. a. Tindak Tutur Representatif “Menyatakan” Menyatakan dalam KBBI memiliki arti menjelaskan, menerangkan, dan mengemukakan (2005:790). Jadi, subtindak tutur “menyatakan” merupakan tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur untuk menerangkan atau menunjukkan sesuatu yang telah diamati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data berikut. a.1.Tindak tutur menyatakan “keinginan” “Keinginan” dalam KBBI berarti perihal ingin atau suatu hasrat, kehendak, harapan (hal 379:1989) Tempat : Dalam kelas Konteks: Dialog terjadi di dalam kelas, saat Bunga melihat Lolok sedang melamun dan cemberut. Bunga sebagai teman Lolok berusaha menghibur dan menanyakan perihal kegundahan yang dialami Lolok yang tak lain adalah keinginan Lolok untuk memiliki pacar. 1)
Bunga : “Lok, kenapa sih? Kok dari kemaren cemberut bengong gitu, kenapa sih??” Lolok : “Bunga, aku ini perempuan juga. Aku itu punya perasaan pengen punya pacar, emangnya kamu tiap hari dikejarkejar ama cowok, aku kan juga pengen dikejar-kejar ama cowok.” (CNB/9/Januari) Bunga : “Cuman itu masalahnya? Itu gampang!”
Analisis: Pada tuturan (CNB/9/Januari) menunjukkan bahwa tuturan tersebut adalah tindak tutur representatif dengan subtindak tutur menyatakan
xliii
“keinginan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “Aku itu punya perasaan pengen punya pacar, aku kan juga pengen dikejar-kejar ama cowok”. Penutur tersebut bermaksud mengatakan kepada mitra tutur bahwa Lolok menginginkan pacar seperti cewek-cewek lainnya. Tuturan “aku pengen” menunjukkan fungsi menyatakan keinginan. Berdasarkan data dialog (CNB/9/Januari), lolok menyatakan keinginannya memiliki pacar dan menjadi primadona yang dipuja para lelaki. Kata “pengen” berasal dari Bahasa Jawa dan diadaptasikan ke bahasa Indonesia menjadi “ingin”. Kata “ingin” dalam KBBI mengandung arti hendak; mau; berhasrat (hal 379:89). a.2. Tindak tutur menyatakan Status Tindak tutur “menyatakan status” sebagai berikut. Ø Tempat : Dialog terjadi dekat tempat parkir kampus. Konteks: Pada saat itu Andre sedang mengantar Lolok ke kampus kemudian bertemu dengan Bunga. Setelah Bunga mengetahui kalau Andre itu cowok ganteng dengan segera Bunga ngenalin diri kepada Andre dan menawarkan Andre kencan atau ngedate. Akan tetapi Andre menolak karena dia sudah mempunyai pacar. Lolok : “Andre, makasih ya. Kamu dah mau jemput aku.” Andre : “Gak apa-apa kok, Lok. Aku malah seneng kok nganter cewek lucu kayak kamu.” Bunga : “Hai, nama gue Bunga, kenalin.” Andre : “Aku Andre.” Bunga : “Andre, ya ampun namanya lucu banget! Keren lagi kayak orangnya, iya kan? Ntar sore loe ada acara gak?” Andre : “Aku?” Bunga : “Gak ada ya? Yes, kalau gitu mau kan entar sore ngajakin gue jalan?” Andre : “Wah, sorry. Kayaknya aku gak bisa deh..” Bunga : “Kenapa?” Andre : “Soalnya aku dah punya pacar.” (CNB/22/Januari)
xliv
Analisis Pada tuturan (CNB/22/Januari) menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur representatif. tindak tutur representatif masuk dalam sub tindak tutur menyatakan “status”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “Soalnya aku dah punya pacar”penutur bermaksud mengatakan bahwa dirinya (Andre) meyatakan sudah mempunyai pacar , untuk menolak tawaran Bunga. Tuturan tersebut sangat jelas berfungsi sebagai pemberian pernyataan status kepada mitra tutur bahwa penutur sudah mempunyai pacar atau kekasih. b. Tindak Tutur Representatif “Melaporkan” “Melaporkan”
dalam
KBBI
memiliki
arti
memberitahukan
(hal
566:1989).Melaporkan memiliki kata dasar “lapor” yang berarti memberitahu. Contoh tindak tutur representative “melaporkan” adalah sebagai berikut. Tempat : Dalam kampus dekat area parkiran. Ø Konteks :Dialog terjadi pada saat Bu Ayuk sedang makan siang di ruang dosen, tiba-tiba Lolok datang tanpa mengetuk pintu dan memberitahu kepada Bu Ayuk tentang demo para mahasiswa. 3) Lolok : “Bu Ayu, gawat bu Ayu!” Bu Ayuk : “Lain kali kalau kamu masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu. Oke, ada apa?” Lolok : “Ada yang demo, bu” (CNB/11/Maret) Bu Ayuk : “Apa? Ada yang demo?” Analisis Pada
percakapan
(CNB/11/Maret)
merupakan
tindak
tutur
representatif. Tindak tutur representatif yang masuk dalam subtindak tutur “melaporkan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “Ada yang demo, bu”, Percakapan pada data (CNB/11/Maret) bermaksud
xlv
Lolok
memberitahukan atau melaporkan kepada Bu Ayuk tentang mahasiswa yang melakukan demo. Pada tuturan (CNB/11/Maret) merupakan tindak tutur langsung dan bermoduskan kalimat berita. Tuturan ini berfungsi melaporkan secara langsung atas fakta yang diamati oleh penutur. Tempat : Dalam kampus dekat tempat parkiran. Ø Konteks : Ketika Narji tertangkap oleh preman tiba-tiba Deni datang dan menendang preman tersebut, kemudian Bu Ayuk dan Lolok datang melerai mereka supaya tidak berkelahi lagi. Setelah berhasil dilerai Narji memberitahukan kepada Bu Ayuk kalau preman tersebut suruhannya rentenir). 4) Bu Ayuk
: “Eee…Stop! Berhenti! Aduh, tidak boleh ada kekerasan di kampus ini. Heh..! Kalian ini siapa?” Narji : “Mereka itu suruhannya rentenir, bu. Nagih hutang ke saya, bu. saya punya hutang, bu...” (CNB/13/Februari) Bu Ayuk : “Kamu punya hutang?” Deni, Lolok, Santi : “Hah…?! Hutang?!” Narji : “Makanya saya selama ini jadi marah marah, gak konsen. Habis saya bingung mencari jalan keluarnya, bu.”
Analisis Tuturan pada data (CNB/13/Februari) merupakan tindak tutur representatif. Tindak tutur representatif yang masuk dalam subtindak tutur “melaporkan”. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa “ Mereka itu suruhannya rentenir, bu. Nagih hutang ke saya, bu. saya punya hutang, bu...”. Pada tuturan (CNB/13/Februari) Narji bermaksud memberitahukan atau melaporkan kepada Bu Ayuk bahwa yang mengejar-ngejar Narji adalah xlvi
suruhannya rentenir, karena Narji punya hutang kepada rentenir. Tindak tutur representatif “melaporkan” Pada data (CNB/13/ Februari) merupakan tindak tutur langsung yang bermoduskan kalimat berita.
2.Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan itu. Subtindak tutur yang dapat dimasukkan ke dalam tindak tutur direktif antara lain mengusulkan, memohon, menyuruh, mengajak, dan memberi nasihat. a. Tindak Tutur Direktif “Menyuruh ” “Menyuruh” berasal dari kata dasar “suruh”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyuruh memiliki arti memerintah (supaya melakukan sesuatu) (hal.1109:1989). Berikut contoh tindak tutur direktif “menyuruh”. Tempat : Di pos bajaj Ø Konteks : Beberapa saat setelah Isa dan Raden tiba, Melky turut hadir di Pos Bajaj beserta penumpangnya yang tak lain adalah Lolok, kemudian Lolok turun secara perlahan. 5) Melky :“Heh,badakair...ayo cepetan turun!” (CNB/4/Maret) Lolok : “Nih...” Melky : “Yah... sepuluh ribu? Lima belas ribu! Kurang!” Analisis Tuturan pada data (CNB/4/Maret) merupakan tindak tutur direktif. Kata “cepetan turun” merupakan penanda lingual subtindak tutur “menyuruh ”. Tuturan tersebut bermaksud menyuruh Lolok untuk bergegas turun dari bajaj Melky karena Lolok terlalu lamban dan kegemukan sehingga tidak bisa xlvii
turan dari bajaj dengan cepat. Berikut contoh tindak tutur direktif “menyuruh” yang lain. Pada data (CNB/4/Maret) merupakan tindak tutur langsung yang bermoduskan kalimat perintah. Tempat : Depan pintu gerbang kampus Ø Konteks : Percakapan tersebut terjadi saat Deni, Wendy, dan Narji naik bajaj. Isa. Setelah sampai di kampus, Isa meminta tarif dua puluh ribu. Namun, mereka tidak punya uang, kemudian Deni menyuruh Wendy membayar. 6) Isa Deni Isa
: “Dua puluh ribu, sini bayar!” : “Dua puluh ribu? Biasanya sepuluh ribu, Sa?!” : “Biasanya kan gue cuma membawa satu penumpang, sekarang tiga penumpang. Ayo bayar!” Deni : “Wen, bayar, Wen!” (CNB/1/Maret) Wendy : “Kok gue sih? Gue pikir Narji yang bayar.”
Analisis: Pada Tuturan (CNB/1/Maret) merupakan tindak tutur direktif. Kata “bayar Wen...” merupakan penanda lingual subtindak tutur direktif “menyuruh”. Tuturan Deni bermaksud menyuruh Wendi untuk membayar Isa karena Deni tidak punya uang. Pada tuturan (CNB/1/Maret) merupakan tindak tutur langsung yang menyuruh Narji secara langsung tanpa maksud yang terselubung . Ditemukan
tindak tutur Direktif “menyuruh” pada data
(CNB/13/Januari), dan (CNB/25/Januari). b. Tindak Tutur Direktif “Mengusulkan” “Pemberian usul atau mengusulkan” dalam KBBI memiliki arti “menganjurkan, mengajukan usul, menyarankan, mengemukakan sesuatu
xlviii
supaya dipertimbangkan (hal 999:2005). Contoh tindak tutur direktif “mengusulkan” sebagai berikut. Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan. Ø Konteks : Pada saat itu Deni dan Wendy mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas bahasa Inggris yang diberikan oleh Bu Ayuk, kemudian Deni mengusulkan untuk meminta perpanjangan waktu kepada Bu Ayuk agar supaya tidak mendapat nilai “E” karena pekerjaannya belum selesai. 7)
Wendy :“Den, kalau Bu Ayuk marah gimana? Terus kita dikasih nilai E” Deni :“Gini aja, gimana kalau kita minta dispensasi perpanjanganwaktu ma Bu Ayuk buat ngerjain tugas itu?” (CNB/7/Februari) Wendy : “Gue setuju tu” (dengan tersenyum)
Analisis Tindak tutur pada data (CNB/7/Februari) termasuk tindak tutur representatif atau asertif. Kata “Gini aja, Gimana kalau kita” merupakan subtindak tutur “mengusulkan”.Tuturan Deni pada data (CNB/7/Februari) bermaksud memberikan sebuah usulan kepada Wendy agar supaya mereka tidak mendapat nilai “E” . Selain data (CNB/7/Februari) contoh data lain yang merupakan tidak tutur direktif dengan subtindak tutur “mengusulkan sebagai berikut. Tempat : Di pos bajaj Ø Konteks : Ketika para tukang bajaj sedang mengobrol dan bersenda gurau di pos bajaj, tidak lama kemudian Bang Wahid datang untuk menghajar para tukang bajaj. Bang Wahid terpaksa melakukannya karena disuruh oleh Narji dan diberi imbalan oleh Narji. Sebelum bang Wahid mulai menghajar para tukang bajaj, Melky mengusulkan kepada Bang Wahid akan memberikan imbalan dua kali lipat lebih besar apabila Bang Wahid membatalkan niatnya
xlix
untuk memukul para tukang bajaj dan bersedia menghajar Narji beserta dua temannya.
8)
Bang Wahid : “Aden, ente yang nyantet Wendi?” Raden : “Iye, emang kenape?” Bang Wahid : “Asal ente tahu ya Narji udah bayar Lima puluh ribu buat ngajar ente berdua paham!” Melky : “Gini aja bang, bagaimana kalau kita bayar dua kali lipat seratus ribu untuk menghajar Narji, Wendy, Deni?” (CNB/9/Maret) Bang Wahid : “Tapi narji udah bayar ane duluan masa ane mukul yang bayar ane gimane ente?”
Analisis Pada tuturan (CNB/9/Maret) termasuk tindak tutur direktif .Fungsi tindak
tutur
tersebut
yang
digunakan
dalam
data
adalah
fungsi
“mengusulkan”. Pada Kata “Gini aja Bang” kemudian kata “bagaimana kalau” merupakan penanda lingual subtindak tindak tutur “mengusulkan” . Pada tuturan (CNB/9/Maret) Melky sebagai salah satu kelompok sopir bajaj memberikan usul atau menganjurkan kepada Bang Wahid agar supaya tidak menghajar para tukang bajaj, akan tetapi menghajar Narji beserta kedua temannya dengan imbalan dua kali lipat lebih besar dari imbalan yang diberikan oleh Narji kepada Bang Wahid. Selain data (CNB/9/Maret), contoh lain fungsi tindak tutur mengusulkan sebagai berikut. Tempat : Dialog terjadi di depan kampus Ø Konteks :Ketika Isa meminta mereka membayar jasa bajajnya. Waktu itu Isa meminta bayaran sebesar tiga puluh ribu rupiah, akan tetapi deni,narji, tidak mampu membayarnya mereka hanya memiliki uang sebesar sepuluh ribu, kemudian Deni justru meminta bayaran sebesar lima puluh ribu rupiah kepada Isa dengan alasan untuk ganti rugi, karena telah membuat jantungnya deg-degan dan hampir copot. Semula Isa menolak permintaan Deni karena jumlah l
ganti ruginya terlalu besar, kemudian setelah mendengarkan saran dari Narji, sopir bajaj tersebut mau membayar ganti rugi sebesar lima puluh ribu rupiah. 9)
Isa Deni
: “Ayo bayar gue mau narik lagi nih” : “Gue cuman punya lima ribu (dengan menunjukkan uangnya kepada Wendy dan Narji), gue ada akal,he…!Sa, harusnya loe yang bayar”. Isa : “Kok gue yang bayar sih?” Deni : “Loe inget gak tadi waktu loe naik bajai loe bawanya ngebut, waktu loe ngebut jantung gue dek-dekkan ampir putus, kalau sampai jantung gue kaget terus gue kena serangan jantung operasinya tu ratusan juta.sekarang loe yang bayar lima puluh ribu” Narji : “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh ribu” (CNB/2/Maret)
Analisis Pada tuturan (CNB/2/Maret) menunjukkan bahwa tuturan tersebut adalah tindak tutur direktif . Pada kata “Mendingan loe” merupakan penanda lingual subtindak tutur “menyarankan”. Pada tuturan (CNB/2/Maret) Narji mengatakan pada Isa bahwa “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh ribu” . Narji bermaksud memberikan saran kepada Isa untuk membayar Deni lima puluh ribu rupiah sebagai ganti rugi dari pada membayar ratusan juta untuk operasi jantung. Tuturan atau kata “mendingan” dalam KBBI memiliki arti “lebih baik” (hal 731:2005), sehingga tuturan tersebut memiliki daya untuk membuat mitra tutur memilih saran atau usul yang diberikan oleh penutur. Contoh tindak tutur yang sejenis pada data (CNB/17/Januari). c. Tindak Tutur direktif “Menasihati”
li
Menasihati memiliki kata dasar yaitu nasihat dalam KBBI berarti ajaran atau pelajaran yang baik, “menasihati” dalam KBBI berarti memberi nasihat.(hal 683:1989). Contoh tindak tutur direktif “menasihati” adalah sebagai berikut. Tempat : Di ruang dosen. Ø Konteks : Tuturan terjadi antara Bu Ayuk dengan Lolok .Pada saat Bu Ayuk makan siang di ruang dosen, tiba-tiba Lolok masuk ruang Bu Ayuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. 10) Lolok Bu Ayuk Lolok Bu Ayuk
: “Bu Ayuk, gawat Bu Ayuk!” : “Lolok bisa gak, ketuk pintu dulu? Lolok mau kemana?” : “Kata Bu Ayuk ketuk pintu dulu.” : “Lain kali kalau kamu masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu.Oke,ada apa?” (CNB/10/Maret)
Analisis Dialog pada data (CNB/10/Maret) merupakan tindak tutur direktif. Pada tuuran tersebut bu Ayuk merasa kurang nyaman melihat tingkah laku Lolok yang sudah terbiasa masuk ruangan tanpa ketuk pintu terlebih dahulu. Bu Ayuk sebagai seorang dosen memiliki kewajiban untuk menasihati Lolok sebagai mahasiswanya.
“Lain kali” pada tuturan “Lain kali, kalau kamu
masuk ruangan, kamu ketuk pintu dulu.” Merupakan tanda lingual subtindak tutur “menasihati”. Pada tuturan
(CNB/10/Maret) bermaksud untuk
menasihati Lolok agar supaya selalu mengetuk pintu terlebih dahulu jika mau masuk ruangan. Contoh lain tindak tutur direktif berikut. Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan
lii
“menasehati” sebagai
Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bunga dan Lolok. Ketika Bunga melihat Lolok sedang cemberut, kemudian Bunga datang menghampirinya dan bertanya tentang penyebab Lolok cemberut. 11) Bunga : “Eh loe disini Lok, kok masih cemberut? Kan gue dah ngasih saran cara mendapatkan perhatian cowok.” Lolok : “Iya, gara-gara kamu menyaranin kayak gitu, aku jadi di bilang gila sama Narji!” Bunga : “Ya habisnya sih, senyumnya berlebihan. Makanya jangan nakut-nakutin. Senyumnya itu harus alami dan menawan. Gue contohin ye…”(Kemudian Bunga mencari cowok yang lewat disekitarnya.) (CNB/11/Januari).
Analisis Pada tuturan (CNB/11/Januari) Bunga melihat Lolok cemberut karena tidak berhasil dalam mencari perhatian cowok, kemudian Bunga menasihati Lolok agar supaya banyak cowok tertarik pada Lolok. Kata “makanya jangan nakut-nakutin” pada tuturan “Makanya jangan nakut-nakutin. Senyumnya itu harus alami dan menawan” merupakan subtindak tutur “menasehati”. Pada tuturan tersebut Bunga sebagai teman curhat Lolok merasa khawatir, karena melihat Lolok selalu dijahui cowok. Tuturan pada (CNB/11/Januari) bunga bermasud untuk menasihati Lolok Agar supaya tersenyum secara alami dan menawan serta tidak berlebihan agar supaya tidak dikatakan orang gila oleh Narji. Tempat : Depan pintu gerbang kampus. Ø Konteks : Tuturan terjadi antara Wendi, Deni, Narji, dan Isa. Ketika Isa mengantar Wendi, Deni, dan Narji dengan ngebut, Deni merasa kesal dan meminta ganti rugi kepada Isa. 12) Isa
: “Ayo bayar! Gue mau narik lagi nih!”
liii
Deni
: “Gue cuman punya lima ribu...” (Dengan menunjukkan uangnya kepada Wendi dan Narji) Gue ada akal, he…! Sa, harusnya loe yang bayar.” Isa : “Kok gue yang bayar sih?” Deni : “Loe inget gak? Tadi waktu loe naik bajaj, loe bawanya ngebut. Waktu loe ngebut jantung gue deg-degan ampir putus, kalau sampai jantung gue kaget terus gue kena serangan jantung, operasinya tu ratusan juta! Sekarang loe yang bayar lima puluh ribu.” Narji : “Mendingan loe sekarang bayar lima puluh ribu.’ Wendi : “Bener, Sa. Mendingan loe bayar sekarang.” Deni : “Cepat bayar lima puluh ribu, gue gak senang nih jantung gue deg-degan, mending gue tuntut loe ke pengadilan.” Isa : “Jangan, ya...” Deni : “Udeh, kalo nyopir jangan ngebut.” (CNB/3/Maret) Analisis Pada tuturan (CNB/3/Maret) menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif . Deni mengatakan kepada Isa bahwa “Udeh, kalo nyopir jangan ngebut.” Deni bermaksud menasehati Isa agar supaya tidak terlalu kencang dalam membawa atau menyopir bajaj, karena bisa membuat penumpang celaka. Tuturan pada “Udeh, kalo nyopir jangan ngebut.” Merupakan penanda lingual subtindak tutur “menasehati”. Tindak tutur direktif “menasehati” terdapat pada data (CNB/10/Januari) d. Tindak Tutur Direktif “Memohon”. Memohon memiliki kata dasar yaitu “mohon”. Kata “mohon” dalam KBBI memiliki arti 1.minta dengan harap;berharap supaya mendapat sesuatu,2.ampunlah (untuk menyatakan maksud menolak atau mengingkari, jadi berarti tidak mau)(hal.663:1989). Selanjutnya kata “memohon” dalam KBBI berarti meminta dengan hormat. Contoh tindak tutur direktif “memohon” sebagai berikut. Tempat : kejadian di pos bajaj liv
Ø Konteks : Pada saat para tukang bajaj sedang rapat untuk mengantisipasi terjadinya perampokan. Kemudian datang seorang penumpang dengan wajah garang seperti preman, menyuruh salah satu dari para tukang bajaj untuk mengantarnya, akan tetapi mereka menolaknya. 13) Penumpang Raden Melky Isa Penumpang
: “Bang, anterin ke Blok M.” : “Maaf bang, saya gak narik.” : “Sama, bang.” : “Ampun bang, saya cuma sopir bajaj, bang. Jangan dirampok...” (CNB/15/Januari) : “Saya teh gak mau ngerampok, tolong anterin ke blok M.
Analisis Raden, Isa, dan Melky sangat berhati-hati dan takut terhadap perampok. Ketika mereka disuruh penumpang mengantar ke Blok-M, Melky dan Raden menolaknya sedangkan Isa justru memohon ampun kepada penumpang tersebut supaya tidak dirampok. Penanda Lingual subtindak tutur direktif
“memohon”
adalah
kata
“Ampun
bang”.
Pada
Tuturan
(CNB/15/Januari) Isa bermaksud memohon ampun terhadap penumpang tersebut, agar supaya tidak dirampok. Isa mngira bahwa penumpang tersebut adalah perampok karena wajah penumpang tersebut sangar seperti preman.. Contoh lain tindak tutur direktif “memohon” sebagai berikut. Tempat : Dekat parkiran dalam kampus Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Narji dan Preman. Ketika Narji memohon kepada preman tersebut agar tidak dihajar atau dipukulin karena belum membayar tepat waktu. 14) Preman 1 Narji
: “Sontoloyo, gak punya uang, berani datang loe?!” : “Ampun, bang. Ampun...” (CNB/12/Februari).
Analisis
lv
Tuturan yang disampaikan Narji merupakan tindak tutur direktif. Tuturan pada data (CNB/12/Februari) bermaksud untuk memohon kepada para rentenir tersebut agar supaya diampuninya karena belum punya uang untuk
membayar.
Subtindak
tutur
direktif
“memohon”
pada
data
(CNB/12/Februari) ditandai dengan penanda Lingual “Ampun, bang. Ampun...”.. Fungsi tuturan “ampun” pada data (CNB/12/Februari) adalah sebagai sebuah permohonan agar tidak dicelakai preman tersebut. e) Tindak Tutur Direktif “Mengajak”. “Mengajak” dalam KBBI memiliki arti; 1. Meminta (menyilakan, menyuruh, dsb) supaya turut (datang), 2. Membangkitkan hati supaya melakukan sesuatu (hal.14:1989). Contoh Tindak tutur direktif “mengajak” sebagai berikut. Tempat : Dekat ruang kuliah Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Narji dan Lolok. Ketika Narji sedang membaca buku, Lolok datang merayu Narji dan bermaksud mengajak Narji kencan dengannya. 15) Lolok : “Narji hari ini ganteng.” (Dengan nada rayuan.) Narji : “Masak sih?” Lolok : “Ji, malam minggu kita jalan-jalan yuk!” (CNB/4/Januari) Analisis Pada tuturan (CNB/4/Januari) Lolok mengajak Narji jalan-jalan pada malam minggu karena malam minggu merupakan waktu yang tepat untu keluar berduaan. Kata “yuk” dalam tuturan “malam minggu kita jalan-jalan yuk” merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengajak”. Dalam tuturan tersebut lolok mengajak Narji jalan-jalan karena Lolok mempunyai rasa
lvi
simpati terhadap Narji.. Kata “Yuk” dalam KBBI merupakan
kata seru
mengajak/ ajakan (hal.1135:1989). Contoh lain Tindak tutur direktif “mengajak” sebagai berikut. Tempat : Di lorong jalan Ø Konteks :Percakapan terjadi antara Andre dan Lolok . ketika Lolok berangkat ke kampus Lolok melihat Andre dikejar-kejar orang gila, kemudian Lolok menolong pemuda tersebut. Setelah orang gila tersebut berhasil pergi Andre sangat senang dan merasa tertolong selanjutnya Andre mengajak kenalan Lolok. 16) Andre Lolok Andre
: “Mbak, tolong mbak!” : “Tenang, hush…! Hush…! Pergi gak?! Dah tenang aja, orang gilanya dah pergi.” : “Hebat, baru kali ini saya ketemu cewek ditakuti orang gila! Oh ya, kenalin gue Andre (CNB/18/Januari).
Analisis Pada tuturan (CNB/18/Januari) Andre mengajak kenalan Lolok pada tuturan “kenalin gue Andre”, merupakan penanda lingual subtindak tutur direktif “mengajak”. tuturan tersebut sangat jelas memiliki maksud bahwa bahwa Andre ingin mengajak kenalan Lolok karena telah menolong Andre. Tindak tutur direktif “mengajak”, terdapat pada data (CNB/24/Januari) dan (CNB/4/Februari)
3. Tindak Tutur Ekspresif Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu atau tindak tutur yang digunakan untuk mengekspresikan perilaku psikologis penutur. Subtindak tutur yang dapat dikatagorikan kedalam tindak tutur ekspresif adalah
lvii
mengucapkan selamat, memuji, mengkritik, mengucapkan terima kasih, mengeluh, dan menyalahkan.
a. Tindak Tutur Ekspresif “Mengucapkan Terima kasih” “Mengucapkan terima kasih” dalam KBBI berarti mengeluarkan ucapan (kata),mengatakan terimakasih (hal.1095:1989). Contoh tindak tutur ekspresif “mengucapkan terima kasih” sebagai berikut. Tempat : Di samping kelas. Ø Konteks :Ketika Lolok sedang sedih, Wendy datang dengan membaca puisi, kemudian Lolok merasa tersanjung dan mengira Wendy telah sengaja menghibur Lolok dengan membaca puisi tersebut dan Lolok langsung mengucapkan terima kasih kepada Wendy. Ucapan terima kasih Lolok ditanggapi dengan nada tersiksa karena pelukan Lolok yang menyesakkan dan terlalu erat. 17) Wendy : “SEMBURAT LUKA MENARI DIMATAMU, JANGAN BERDUKA, USAH MENGARAH, TEGARKAN HATIMU WAHAI ADINDA...” (Datang dengan membaca puisi) Lolok : “Wendy, makasih banget ya! Kamu telah menghibur aku disaat aku sedang sedih.” (Kemudian Lolok memeluknya dengan erat.) (CNB/7/Januari) Wendy : “Siapa yang lagi ngibur loe, Lolok? Gue lagi latihan membaca puisi terbaru gue.” (Dengan nada yang tersiksa karena Lolok memeluknya terlalu erat, kemudian Wendy pergi lagi) Analisis Pada data (CNB/7/Januari) merupakan tindak tutur ekspresif. Pada tuturan tersebut Lolok mengucapkan
terima kasih kepada Wendy. Kata
“makasih banget” dalam tuturan “makasih banget ya! Kamu telah menghibur aku disaat aku sedang sedih” yang disampaikan Lolok kepada wendy merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengucapkan terima kasih”.
lviii
Lolok merasa senang karena hatinya telah terhibur mendengar puisi Wendy. Tuturan tersebut sangat jelas bermaksud mengucapkan terimakasih kepada Wendy karena telah menghiburnya. Kata “makasih banget” merupakan salah satu bahasa gaul yang berarti “terima kasih banyak”. Contoh lain tindak tutur direktif “mengucapkan terima kasih” sebagai berikut. Tempat : Di sebelah ruang perkuliahan Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bu Ayuk dan Wendy. Ketika Bu Ayuk ingin mengucapkan terima kasih kepada Wendy. 18) Bu Ayuk : “Wendy, saya tu mau mengucapkan banyak terima kasih kepada kamu karena kamu sekarang saya hidupnya lebih tenang, saya bahagia sudah gak dkejar-kejar lagi ma Pak Dodik. (CNB /23/Januari) Wendy : “Sama-sama bu saya seneng bisa bantu ibu juga” Analisis Tuturan (CNB /23/Januari) merupakan tindak tutur ekspresi. Pada tuturan tersebut Bu Ayuk mengucapkan terima kasih kepada Wendy karena telah menolong Bu Ayuk dari kejaran pak Dodik. Kata “mengucapkan banyak terima kasih” dalam tuturan “Wendy, saya tu mau mengucapkan banyak terima kasih kepada kamu karena kamu sekarang saya hidupnya lebih tenang, saya bahagia sudah gak dkejar-kejar lagi ma Pak Dodik” merupakan penanda lingual
subtindak tutur “mengucapkan terima kasih”.
Faktor
yang
menjadikannya terjadinya subtindak tutur “mengucapkan terima kasih” adalah tujuan pertuturan. Dalam hal ini Bu Ayuk merasa senang berkat pertolongan dari Wendy , dia telah bebas dari kejaran Pak Dodik, Hal ini terbukti pada tuturan “saya bahagia sudah gak dkejar-kejar lagi ma Pak Dodik”. tindak
lix
tutur direktif “mengucapkan terima kasih” ditemukan pada data (CNB /2/Januari) dan (CNB /21/Januari) b. Tindak Tutur Ekspresif “Mengkritik” “Mengkritik” dalam KBBI memiliki arti kecaman atau tanggapan, kadang disertai uraian pertimbangan baik dan buruk terhadap suatu hasil karya (hal. 531:1989). Tuturan yang mengandung fungsi tindak tutur mengkritik hanya ditemukan pada data berikut. Tempat : Depan pintu gerbang kampus Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Isa, Deni, dan Narji. Saat itu Isa mengantar Narji dan Deni ke kampus . 19) Isa Deni
: “Dua puluh ribu, kayak kemaren biasa.’ : “Kenape, Ji?” (melihat Narji terluka setelah naik Bajajnya Isa.) Narji : “Justru loe yang bayar ke gue” Isa : “Kok gue Ji?gue gak ngebutkan hari ini” Narji : “Loe emang gak ngebut tapi loe ngerem mendadak akibatnya tangan gue luka nie” (CNB/6/Maret)
Analisis Tuturan (CNB/6/Maret) merupakan tindak tutur ekspresif . Pada tuturan tersebut Narji mengkritik Isa meski cara mengendarai bajajnya tidak begitu kencang tetapi Isa mengerem bajajnya dengan cara mendadak sehingga menyebabkan tangan Narji terluka. Pada tuturan “Loe emang gak ngebut tapi loe ngerem mendadak akibatnya tangan gue luka nie”. yang disampaikan Narji merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengkritik”. Faktor yang menjadikannya terjadinya subtindak tutur “mengkritik” adalah tujuan pertuturan. Dalam hal ini Narji bertujuan untuk mengekspresikan kekesalan
lx
nya dengan mengkritik Isa. Kekesalan tersebut dikarenakan Isa telah membuat tangan Narji terluka. c. Tindak Tutur Ekspresif “Mengucapkan Selamat” “Mengucapkan Selamat” KBBI berarti mengeluarkan ucapan (kata), mengatakan atas tercapainya maksudnya (hal.1095:1989). Tuturan yang mengandung fungsi tindak tutur “mengucapkan selamat” hanya ditemukan pada data berikut. Tempat : Di pos bajaj Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Lolok dan Bu Ayuk. Pada saat Bu Ayuk menanyakan Santi karena biasanya mereka pulang bersama. 20)
Bu Ayu : “Hai, Lolok” Lolok : “Eh, bu Ayu.” Bu Ayuk : “Kok gak pulang bareng Santi?” Lolok : “Gak bu, Santi lagi mau pulang sendiri,teruskan Lolok mau naik bajaj nie..bu terus mereka bertiga mau berebut siapa yang nganterin Lolok” Bu Ayuk : “Selamat ya Lolok akhirnya” (CNB/11/Februari)
Analisis Tuturan pada (CNB/11/Februari) merupakan tindak tutur Tutur ekspresif. Pada tuturan tersebut Bu Ayuk mengucapkan selamat kepada Lolok. Kata “selamat “ yang terkandung dalam tuturan “Selamat ya Lolok akhirnya” merupakan penanda lingual subtindak tutur “Mengucapkan selamat”. Faktor yang menjadikannya
subtindak tutur “Mengucapkan
selamat” adalah tujuan pertuturan. Dalam hal ini Bu Ayuk merasa senang melihat Lolok diperebutkan oleh cowok. Perasaan senang tersebut diekspresikan dengan mengucapkan “selamat” kepada Lolok.
lxi
d. Tindak Tutur Ekspresif “Memuji” “Memuji”
dalam
KBBI
berarti
melahirkan
keheranan
dan
penghargaaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah, berani, dsb). Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, ada beberapa yang menggunakan fungsi tindak tutur ekspresif. Tempat : Di pos bajaj. Ø Konteks: Percakapan terjadi antar Isa, Wendi dan Deni. Pada saat itu mereka sedang bersenda gurau. 21) Isa
: “Wah loe hebat sekarang Den tambah sakti aje, mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh” (CNB/8/Maret) Raden : “Makanya jangan suka ngeremehin kesaktian gue” Melky : “Hebat banget bener-bener hebat loe”
Analisis Pada tuturan (CNB/8/Maret) Isa mengagumi kehebatan Raden. Tuturan yang dilontarkan Isa kepada Raden merupakan tuturan pujian. Kata “Wah loe hebat” dan “tambah sakti” dalam tuturan “Wah loe hebat sekarang Den tambah sakti aje, mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh” merupakan
penanda lingual subtindak tutur “memuji”. Selain itu faktor
pertuturan yang mendukung bahwa Raden hebat dan Sakti adalah pada kata “mantra dah baru dibaca, Wendy udah jatuh”. Contoh lain tindak tutur Ekspresif “memuji” sebagai berikut. Tempat : Lorong jalan belakang kampus. Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Setelah Andre ditolong oleh Lolok dari kejaran orang gila, Andre kemudian berkenalan dengan Lolok. Usai berkenalan, Andre memuji nama Lolok yang dirasa bagus. 22) Andre : “Hebat, baru kali ini saya ketemu cewek ditakuti orang gila! Oh ya, kenalin gue Andre.” lxii
Lolok : “Aku Lolok.” Andre : “Lolok, namanya cukup bagus sama kayak orangnya.” (CNB/19/Januari) Lolok : “Makasih.” Analisis Tuturan yang disampaikan Andre kepada Lolok merupakan tindak tutur ekspresif “memuji”. Hal ini dapat dilihat Penanda lingual tuturan “memuji”
pada tuturan “namanya cukup bagus sama kayak orangnya”.
Tuturan tersebut merupakan pujian yang dilontarkan Andre untuk menyenangkan hati Lolok. Faktor pertuturan yang mendorong Andre memuji Lolok, karena Andre telah ditolong oleh Lolok dari kejaran orang gila. tindak tutur sejenis ditemukan pada data (CNB /1/Januari) dan (CNB /6/Januari). e. Tindak Tutur Ekspresif “Menyalahkan” “Menyalahkan” dalam KBBI berarti 1) Menyatakan (memandang, menganggap) salah, 2) melemparkan kesalahan kepada..Contoh tindak tutur ekspresif “menyalahkan” hanya ditemukan pada data berikut; Ø Konteks Di luar kelas dekat papan pengumuman Lolok merasa sedih karena saran yang diberikan Bunga untuk menggait cowok gagal semua, kemudian Lolok juga menyalahkan Bunga karena dibilang gila oleh Narji setelah melaksanakan tips dari Bunga. 23) Narji : “Loe kenapa sih, Lok? Kok cemberut aja kayak sapi mau dijodohin.”(Kemudian Narji pergi.) Bunga : “Eh loe disini Lok, kok masih cemberut? Kan gue dah ngasih saran cara mendapatkan perhatian cowok.” Lolok : “Iya, gara-gara kamu menyaranin kayak gitu, aku jadi di bilang gila sama Narji!” (CNB/9/Januari)
lxiii
Bunga : “Ya habisnya sih, senyumnya berlebihan. Makanya, jangan nakut-nakutin. Senyumnya itu harus alami dan menawan. Gue contohin ye…”(Kemudian Bunga mencari cowok yang lewat disekitarnya.) Analisis Pada tuturan (CNB/9/Januari) menunjukkan bahwa tuturan tersebut adalah tindak tutur ekspresif dengan subtindak tutur “menyalahkan”. Lolok mengatakan kepada Bunga bahwa “gara-gara kamu menyaranin kayak gitu, aku jadi di bilang gila sama Narji!” . Lolok bermaksud menyalahkan Bunga karena setelah mengikuti saran dari Bunga , Lolok dijuluki orang gila oleh Narji. Subtindak tutur “menyalahkan” diperkuat dengan adanya penanda lingual “gara-gara kamu”. f. Tindak Tutur Ekspresif “Mengeluh” “Mengeluh”
dalam
KBBI berarti
menyatakan
susah
(karena
penderitaan, kesakitan, kecewaan,dan sebagainya).contoh subtindak tutur “mengeluh” sebagai berikut. Tempat : Di halaman kampus Ø Konteks : Narji merasa kecewa ketika orang tuanya mengirim uang kepada Narji akan tetapi uang tersebut hanya cukup untuk membayar SPP, padahal Narji juga butuh uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 24) Narji Deni Wendy
: “Orang tua gue tega juga ya? Masak ngirimin duit pas buat bayar SPP.” (CNB/1/Februari) : ”Loe boros sih, Ji.. Kayak muka loe.” : ”Makanya kalo mau hemat belajar ma gue si Mamat masternya hidup hemat”
Analisis Tuturan pada data merupakan fungsi tindak tutur ekspresif . Pada tuturan (CNB/1/Februari) Narji mengeluh karena uang yang dikirim oleh lxiv
orang tua hanya cukup untuk membayar SPP. Tuturan “Orang tua gue tega juga ya? Masak ngirimin duit pas buat bayar SPP” merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengeluh”. Tuturan Narji tersebut bermaksud ingin mendapatkan uang lebih untuk memenuhi kebutuhannya selama kuliah akan tetapi kiriman uang dari orang tua narji hanya cukup untuk membayar SPP. Tuturan
pada
data
merupakan
tindak
menggunakan modus kalimat berita. Pada tuturan
tutur
langsung
yang
data (CNB/1/Februari)
bermaksud untuk memberitahukan kepada teman-temannya bahwa uang Narji hanya cukup untuk membayar SPP.Contoh lain tindak tutur ekspresif “mengeluh” adalah sebagai berikut. Tempat : Dekat papan pengumuman samping kelas Ø Konteks: Deni merasa kesulitan mengerjakan soal yang diberikan oleh Bu Ayuk, kemudian Deni bertanya kepada Wendy akan tetapi Wendy juga belum mengerjakan justru dia mengeluh sakit kepala. 25) Wendi : ”Ni tugas bahasa Inggris ngumpulinnya besok?” Deni : ”Iyalah, loe udah belum?” Wendi : ”Udah.” Deni : ”Udah loe kerjain?” Wendy : ”Udah gue baca soalnya.” Deni : ”Jawabannya?” Wendy : ”Belum.” Deni : ”Sama aja.” Wendy : “Kepala gue pusing, susah banget, Den!”(CNB/5/Februari) Analisis Pada tuturan (CNB/5/Februari) merupakan tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif ini masuk dalam subtindak tutur “mengeluh”. Penanda lingual “mengeluh” pada data (CNB/5/Februari) adalah tuturan “Kepala gue pusing, susah banget”. Wendi mengeluh kepada Deni bahwa kepalanya pusing karena kesulitan dalam mengerjakan tugas bahasa Inggris. Keluhan
lxv
Wendi juga bisa disebabkan karena kurang ketertarikannya terhadap mata kuliah bahasa Inggris dan juga bisa disebabkan karena sifatnya yang pemalas. Pada tuturan (CNB/5/Februari) termasuk tindak tutur langsung dengan modus kalimat berita . Pada tuturan tersebut Wendi memberitahu kepada Deni bahwa dirinya juga belum bisa menyelesaikan atau mengerjakan tugas bahasa Inggris. Tindak tutur sejenis ditemukan pada data (CNB/6/Februari).
4. Tindak Tutur Komisif Fungsi tindak tutur komisif adalah tindak ujar yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya. Subtindak tutur yang ditemukan adalah berjanji, mengancam, menolak, dan menawarkan. contoh beberapa fungsi tindak tutur komisif sebagai berikut. a) Tindak Tutur Komisif “Menawarkan” “Menawarkan” dalam KBBI berarti menunjukkan sesuatu kepada mitra tutur dengan maksud supaya dipakai.Contoh fungsi tindak tutur komisif “menawarkan” sebagai berikut. Tempat : Di samping ruang kelas perkuliahan Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Lolok dan Bu Ayuk. ketika Lolok curhat pada Bu Ayuk bahwa semua yang diajarkan oleh Bunga gagal semua. Setelah mendengar cerita Lolok, Bu Ayuk menawarkan trik baru menggaet cowok kepada Lolok. 26) Bu Ayuk : “Jadi semua yang diajarin Bunga itu gak ada yang berhasil?” Lolok : “Boro-boro berhasil, bu! Yang ada saya dikatain gila sama si Narji. Bu Ayuk tolong dong, bantu saya gimana caranya punya cowok.” Bu Ayuk : “Oke, kalau memang kamu menginginkan pacar cepat. Ibu sih punya trik yang lain.” (Kemudian bu Ayu tengok kanan-kiri kayak orang mencurigakan.) (CNB/12/Januari) lxvi
Analisis Pada dialog tersebut tuturan yang disampaikan oleh Bu Ayuk merupakan subtindak tutur komisif “menawarkan”. Pada kata “ibu sih punya trik yang lain” dalam tuturan “Oke, kalau memang kamu menginginkan pacar cepat. Ibu sih punya trik yang lain.” merupakan penanda
lingual
subtindak
tutur
“menawarkan”.
Pada
tuturan
(CNB/12/Januari) Bu Ayuk merasa kasihan kepada Lolok, sehingga dia menawarkan sebuah trik baru kepada Lolok. Tempat : Dalam kampus dekat ruang mengajar Ø Konteks : Narji, Deni, dan Wendy sedang duduk membaca buku, kemudian Bu Ayuk datang menyapa mereka bertiga serta meminta tolong mereka untuk menemani Bu Ayuk ke toko buku, namun mereka tidak bisa. Tiba-tiba Pak Dodik datang dari belakang Bu Ayuk dan menawarkan diri untuk menemani Bu Ayuk. 27) Bu Ayuk : “Narji, pasti kamu bisa temani ibu, kan?” Narji : “Tenang aja bu, sore ini saya mau kencan ama Bunga.” Bu Ayuk : “Berarti itu gak dong. Waduh, terus siapa dong yang nemenin saya ke toko buku?” Pak Dodik : “Bu Ayuk, bagaimana dengan saya saja, bu. Habis beli buku, kita berjalan berdua ke pantai Ancol pacaran dah kita kesana.” (Tiba-tiba pak Dodik datang dan menawarkan diri untuk menemani Bu Ayuk) (CNB/26/Januari) Analisis Tuturan yang disampaikan oleh Pak Dodik termasuk tindak tutur “komisif. Penanda lingual subtindak tutur “penawaran” terdapat pada tuturan “bagaimana dengan saya saja?” . Pada tuturan tersebut pak Dodik menunjukkan suatu kerelaan atau keikhlasan dalam menawarkan diri untuk menemani Bu Ayuk, hal ini disebabkan karena faktor ketertarikan Pak Dodik
lxvii
kepada Bu Ayuk. Hal ini diperkuat dengan adanya tuturan “Habis beli buku, kita berjalan berdua ke pantai Ancol pacaran dah kita kesana”. Tindak tutur sejenis ditemukan pada data (CNB/20/Januari) dan (CNB/2/Februari).
b). Tindak Tutur Komisif “Berjanji” “Berjanji” dalam KBBI memiliki arti 1) mengucapkan janji; menyatakan bersedia dan sanggup untuk berbuat sesuatu, 2) menyanggupi akan menepati apa yang telah dikatakan atau yang telah disetujui (hal.401:1989). Contoh subtindak tutur komisif “berjanji” sebagai berikut. Tempat : Halaman kampus Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Santi dan Narji. Ketika Santi mencoba untuk mengetahui permasalahan yang melanda Narji, karena Narji selalu melamun dan marah-marah. 28) Santi : “Hai, Ji! Kamu kenapa sih ngalamun terus?” (sambil menyentuh pundaknya Narji.) Narji : “San..” Santi : “Apa? Tuh kan, diem lagi. Ngomong aja, gak usah ragu ragu. Aku janji kok gak bakal marah.” (CNB/27/Februari) Narji : “Yakin janji?” Santi : “Janji.” Analisis Tuturan pada data (CNB/27/Februari)
merupakan tindak tutur
komisif. Kata “Aku janji” dalam tuturan “Tuh kan, diem lagi. Ngomong aja, gak usah ragu ragu. Aku janji kok gak bakal marah ” merupakan penanda lingual subtindak tutur “berjanji”. Tuturan Santi pada data (CNB/27/Februari) bermaksud ingin mengetahui masalah yang melanda Narji karena sebagai teman, Santi tidak tega melihat Narji selalu melamun dan marah-marah, walaupun Santi pernah menolak Narji menjadi pacarnya. lxviii
Faktor pendukung Subtindak tutur “berjanji” adalah agar supaya Narji mau berbicara terus terang tentang masalah yang melanda dirinya. Dalam KBBI kata atau tuturan “janji” memiliki arti perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (hal.401:1989). c). Tindak Tutur Komisif “Bersumpah” “Bersumpah” dalam KBBI memiliki arti 1)menyatakan kebenaran suatu hal atau kesetiaan dengan sumpah,2) berjanji dengan sungguhsungguh.Contoh tindak tutur komisif “bersumpah” hanya terdapat pada data berikut. Tempat : Gerbang kampus depan Ø Konteks : Percakapan berlangsung antara Isa dan Narji. Ketika Isa disuruh Narji membayar lima puluh ribu rupiah, pembayaran tersebut kurang seribu akan tetapi Narji tetap memintanya walaupun kurang seribu. Narji merasa Isa kurang ikhlas dalam membayarnya, untuk memastikan keikhlasan Isa, Narji bertanya kepada Isa tentang keikhlasannya membayar Narji. Setelah Isa bersumpah ikhlas membayar Narji kemudian dia pergi. 29) Isa : “Seneng, seneng!” Narji : “Ikhlas gak?” Isa : “Ikhlas, Ji. Sumpah ikhlas.” (CNB/7/Maret) Analisis Tuturan pada data (CNB/7/Maret) sangat jelas telah memenuhi fungsi tindak tutur komisif “bersumpah”. Tuturan Isa bermaksud untuk bersumpah agar supaya Narji percaya dengan keikhlasan Isa .Tindak tutur komisif “bersumpah” ditandai dengan penanda Lingual “Ji. Sumpah ikhlas.” pada tuturan “sumpah”, Dalam KBBI memiliki arti 1) pernyataan yang disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita lxix
sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar, 2) janji atau ikrar yang teguh (hal 973:1989). d) Tindak Tutur Komisif “Mengancam” “Mengancam” dalam KBBI memiliki arti 1) menyatakan maksud (niat,rencana) untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain, 2)memberi pertanda atau peringatan mengenai kemungkinan malam petaka yang bakal terjadi (hal.38:1989). Contoh tindak tutur komisif “mengancam sebagai berikut. Tempat : Dalam kampus dekat tempat parkir kendaraan Ø Konteks : Narji tertangkap oleh anak buahnya Dimas. Dimas merupakan seorang rentenir dan Narji mempunyai hutang terhadap Dimas sehingga anak buahnya mencari Narji untuk menagih hutang tersebut. Setelah tertangkap Narji tidak mau membayar hutang, tiba-tiba Dimas datang dan mendapat laporan dari anak buahnya kalau Narji tidak mau membayar kemudian Dimas mengancam Narji akan menghajarnya bila tidak mau membayar. 30) Bu Ayuk : “nie..siapa lagi?”(melihat Dimas datang) Narji : “Itu dia rentenirnya bu” Preman 1 : “Dia gak mau bayar”(Preman tersebut ngomong ama Dimas dengan melihat Narji) Dimas : “He..jadi loe gak mau bayar gue hajar loe” (Dengan memegang Narji) (CNB/14/Februari) Analisis Tuturan Dimas termasuk tindak tutur komisif . Pada tuturan “He..jadi loe gak mau bayar gue hajar loe” merupakan penanda lingual subtindak tutur “mengancam”. Pada data (CNB/14/Februari) Dimas bermaksud untuk mengancam Narji apabila tidak membayar hutang akan dipukul oleh Dimas. Faktor pendukung subtindak tutur “mengancam” pada data
lxx
(CNB/14/Februari), karena Narji belum mempunyai uang untuk membayar Dimas. Contoh lain fungsi tindak tutur komisif “mengancam” sebagai berikut. Tempat : Dalam kampus dekat kelas Ø Konteks : Narji, Wendy, dan Deni sedang mengatur rencana untuk menghentikan terr.or santetnya si Aden. Secara tidak sengaja Lolok mendengar rencana tersebut dan mengancam mereka akan dilaporkan kepada Bu Ayuk. 31) Deni
: “Biar bagaimanapun kita harus menghentikan terror santetnya siAden nih” Wendy : “Bener juga sih tapi gimana caranya ye..” Narji : “Pikirin dong bareng-bareng bagaimana caranya kita ngantem si Aden CS” Lolok : “Yak ampun Deni,Narji,Wendy kalian masih berantem sama anak-anak bajai tu? Awas ya Lolok aduin Bu Ayuk lho..” (CNB/12/Maret).
Analisis Tuturan Lolok merupakan tindak tutur komisif “mengancam”. Tuturan pada data (CNB/12/Maret) bermaksud mengancam Deni, Narji, dan Wendy agar supaya tidak berantem lagi. Ancaman pada tuturan tersebut ditandai dengan penanda Lingual “Deni, Narji, Wendy kalian masih berantem sama anak-anak bajai tu?awas ya Lolok aduin Bu Ayuk lho..”. Disebabkan karena terdapat ciri kata “mengancam” pada tuturan tersebut yaitu tuturan “awas ya”, bermaksud untuk mengancam atau memberi perinagatan kepada Narji, Wendy, dan Deni apabila mereka berantem dengan kelompok bajaj lagi maka mereka akan dilaporkan ke Bu Ayuk. Kemudian ancaman tersebut menyebabkan Narji, Wendy, dan Deni untuk berfikir dua kali apabila mereka mau berkelahi dengan kelompok Bajaj. e) Tindak Tutur Komisif “Penolakan”
lxxi
“Penolakan” memiliki arti orang yang melakukan tolak atau orang yang menolak.contoh subtindak tutur “penolakan” sebagai berikut. Tempat : Di samping kelas Ø Konteks :Peristiwa tersebut terjadi ketika Lolok berusaha merayu Narji supaya Narji mau diajak kencan oleh Lolok, namun Narji menolak ajakan kencan Lolok. 32) Lolok Narji Lolok Narji Lolok Narji
: “Narji hari ini ganteng.” (Dengan nada rayuan.) : “Masak sih?” : “Ji, malam minggu kita jalan-jalan yuk!” : “Sorry, Lok. Gue gak bisa.” : “Ya tapi kan, Ji...” : “Pokoknya gue gak bisa. Gue sibuk.” (CNB/5/Januari)
Analisis Pada percakapan (CNB/5/Januari) tuturan yang disampaikan oleh Narji merupakan subtindak tutur komisif “penolakan”.Tuturan yang disampaikan Narji bermaksud menolak ajakan Lolok. “penolakan” yang dituturkan oleh Narji ditandai dengan penanda lingual “Sorry, Lok” dalam “Sorry, Lok. Gue gak bisa.” Tuturan tersebut sangat jelas merupakan sebuah penolakan yang dituturkan Narji kepada Lolok untuk menemaninya jalanjalan. Contoh lain sebagai berikut. Tempat : Di Pos Bajaj Ø Konteks : Konteks Peristiwa tersebut seorang calon penumpang menyuruh Isa untuk mengantarnya ke Blok M, tetapi Isa menolaknya dengan alasan takut dirampok. 33) Penumpang Raden Melky Isa
: “Bang, anterin ke Blok M.” : “Maaf bang, saya gak narik.” (CNB/14/januari) : “Sama, bang.” : “Ampun bang, saya cuma sopir bajaj, bang. Jangan dirampok...”
Analisis
lxxii
Pada percakapan (CNB/14/Januari) tuturan yang disampaikan oleh Raden merupakan fungsi tindak tutur komisif “penolakan”. Tuturan pada data (CNB/14/Januari) bermaksud menolak calon penumpang karena takut jika penumpang tersebut perampok. Tuturan pada data (CNB/14/Januari) ditandai dengan penanda lingual tindak tutur komisif “penolakan”, yaitu pada tuturan “Maaf Bang, saya gak narik”. Tuturan tersebut merupakan sebuah kata-kata penolakan dari Raden kepada calon penumpang. Contoh data lain sebagai berikut. Tempat : Dialog tersebut terjadi dekat Pos Satpam Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Mbak Surti dan Bang Wahid. Ketika mbak Surti dengan tergesa-gesa ingin masuk kampus untuk melihat Wendy, kemudian bang Wahid melarangnya karena Mbak Surti termasuk orang asing yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam kampus, akan tetapi Mbak Surti tidak memperdulikan larangan tersebut. 34) Bang Wahid : “He, mbak Surti ngapain sih pakek kemari?” Mbak Surti : “Aku mau ke tempatnya mas Wendy. Aku mau lihat mas Wendy.” Bang Wahid : “Tapi mbak Surti gak boleh masuk ah!” Mbak Surti : “Aku gak peduli! Pokoknya aku harus ketemu mas Wendy!” (CNB/14/Maret) Analisis Pada dialog (CNB/14/Maret), tuturan yang disampaikan oleh Mbak Surti memiliki fungsi tindak tutur komisif “penolakan”. tuturan tersebut ditandai dengan penanda lingual yang menunjukkan tindak tutur komisif “penolakan” pada tuturan “aku gak peduli”. Tuuturan pada data (CNB/14/Maret), Mbak Surti melakukan penolakan terhadap larangan Bang wahid karena Mbak Surti ingun melihat Wendy yang telah disakiti oleh para kelompok Bajaj. Sehingga Bang Wahid
lxxiii
kewalahan dan mengalami kesulitan mencegah Mbak Surti masuk dalam kampus.
B. Implikatur Percakapan pada Sinetron Komedi “Cagur Naik Bajaj ” di Stasiun Televisi ANTV. Dalam percakapan sinetron komedi Cagur Naik Bajaj , seorang penutur sering menyampaikan maksud secara implisit. Berdasarkan analisis data, ditemukan adanya implikatur percakapan dalam Cagur Naik Bajaj . Implikatur-implikatur tersebut tidak bisa dikategorikan secara spesifik. Oleh karena itu, implikatur yang terdapat dalam Cagur Naik Bajaj akan dikelompokkan menurut fungsinya. Berikut akan dibahas mengenai implikatur-implikatur tersebut. 1. Melarang Ø
Tempat : Di jalan setapak dekat kampus Konteks : Percakapan terjadi antara Narji dengan Deni. Ketika Narji pulang dari kampus Deni mengikuti Narji karena khawatir terhadap Narji. 35) Narji : “Ngapain loe ngikutin gue?” (CNB/10/Februari) Deni : “Siapa yang ngikutin loe?!” Analisis Tuturan Narji pada data (CNB/10/Februari) merupakan tindak tutur tidak langsung yang menggunakan modus tanya karena dibalik pertanyaan
lxxiv
Narji memiliki maksud lain. Implikatur yang diperoleh dari adanya tindak tutur tidak langsung pada data (CNB/10/Februari) ditandai dengan penanda lingual “Ngapain loe ngikutin gue?” yang bermaksud Narji bukan sematamata untuk bertanya kepada Deni, akan tetapi bermaksud Narji melarang Deni untuk mengikutinya karena Narji sedang tidak ingin diganggu. Dengan kata lain tuturan pada data (CNB/10/Februari) mengimplikasikan bahwa Narji ingin
sendiri.
Implikatur
“melarang”
sejenis
ditemukan
pada
data
(CNB/3/Februari) 2. Menyuruh Tempat : Dekat pintu gerbang kampus Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bang Wahid dengan Narji. Ketika Narji pulang melewati pintu gerbang, Bang Wahid menyapa Narji, akan tetapi Narji tidak membalas sapaan dari Bang Wahid. 36) Bang Wahid : “Tumben sendiri? Manyun lagi, tegor dong, Ji. Bales, orang disapa kok diem aja sih?!” (Melihat Narji diam saja hanya melihat tanpa berkata apa-apa.) Deni : “Kenape, Bang Wahid?” Bang Wahid :“ Temen ente ditegor diem aje!” (CNB/9/Februari) Narji : “Loe berdua jangan ikut campur!” Analisis Tuturan pada data (CNB/9/Februari) termasuk tindak tutur tidak langsung yang menggunakan modus berita, karena Bang Wahid secara tidak langsung menyuruh Deni untuk mengawasinya. Implikatur pada data (CNB/9/Februari) tidak semata-mata berfungsi memberitahukan kelakuan Narji kepada Deni. Bang Wahid bermaksud menyuruh Deni untuk mengawasi Narji karena kelakuannya yang aneh. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa Bang wahid juga merasa khawatir terhadap lxxv
kelakuan Narji. Tuturan tersebut ditandai dengan penanda Lingual, “Temen ente ditegor diem aje!”.. Implikatur pada data (CNB/9/Februari). 3. Memperingatkan Tempat : Kantin Mbak Surti Ø Konteks :Percakapan terjadi antara Bang Wahid, Raden, Melky, dan Isa. Ketika Bang Wahid memberitahu kepada Raden, Melky, dan Isa, agar supaya berhati-hati dalam menaruh barang karena banyak perampok berkeliaran. 37) Bang Wahid : “Heh, ente dah pada denger belum? Ane baca di koran akhir-akhir ini banyak perampok bersenjata api berkeliaran.” (CNB/27/Januari) Raden : “Wah gawat dong” Melky : “Kenapa, Sa?” (kaget melihat Isa tersedak) Isa : “Duit gue, gue taruh dalam bajaj!” Melky : “Gue juga!” Raden : “Gue juga!” (Kemudian Melky, Raden, dan Isa pergi.) Analisis Tuturan data (CNB/27/Januari) termasuk tindak tutur tidak langsung modus “berita”, karena Bang Wahid secara tidak langsung memperingatkan Melky, isa, dan Raden. Tuturan yang termasuk tindak tutur tidak langsung modus berita ini menimbulkan adanya implikatur percakapan. Tuturan pada data (CNB/27/Januari)
tidak semata-mata memberitahu tentang adanya
perampok yang berkeliaran , tetapi Bang Wahid juga bermaksud memperingatkan mereka supaya lebih berhati-hati dalam menaruh barang. Implikatur yang terdapat pada data (CNB/27/Januari) yaitu pada tuturan “Ane baca
di koran akhir-akhir ini banyak perampok bersenjata api berkeliaran.” 4. Menawarkan Tempat
: Dalam kampus dekat tangga jalan
lxxvi
Ø Konteks : Percakapan terjadi antara Bu Ayuk dan Pak Dodik. Ketika Bu Ayuk mencari teman untuk diajak ke Galeri seni akan tetapi Deni, Narji, dan Wendy tidak bisa menemani Bu Ayuk.. Kemudian Pak Dodik datang menemui Bu Ayuk. 38) Bu Ayuk Wendy Bu Ayuk Deni Bu Ayuk Narji Bu Ayuk
: “Wendy, temani ibu ke toko buku, ya?” : “Maaf, bu. Nanti sore saya harus ke galeri seni.” : “Oke, gak apa-apa. Deni, kamu harus temani ibu!” : “Maaf, bu. Nanti saya mau ngerjain proyek baru.” : “Narji, pasti kamu bisa temani ibu, kan?” : “Tenang aja bu, sore ini saya mau kencan ama Bunga.” : “Berarti itu gak dong. Waduh, terus siapa dong yang nemenin saya ke toko buku?” Pak Dodik : “Bu Ayuk, bagaimana dengan saya saja, bu? Habis beli buku, kita berjalan berdua ke pantai Ancol pacaran dah kita kesana.” (Tiba-tiba pak Dodik datang dan menawarkan diri untuk menemani bu Ayu) (CNB/26/Januari)
Analisis Tuturan Pak Dodik pada (CNB/26/Januari) merupakan tindak tutur tidak langsung yang menggunakan modus “tanya” karena dibalik pertanyaan Pak Dodik memiliki maksud lain. Implikatur yang diperoleh dari adanya tindak tutur tidak langsung pada data (CNB/26/Januari) ditandai dengan penanda lingual “Bu Ayuk, bagaimana dengan saya saja, bu?” yang bermaksud, bahwa tuturan Pak Dodik bukan semata-mata untuk bertanya kepada Bu Ayuk, akan tetapi bermaksud Pak Dodik menawarkan diri untuk menemani Bu Ayuk. Dengan kata lain tuturan pada data (CNB/26/Februari) mengimplikasikan bahwa Pak Dodik suka menemani Bu Ayuk. 5. Menegaskan Tempat : Di depan kelas ketika Santi menghampiri Narji. Ø Konteks: Percakapan tejadi di depan kelas. Ketika Santi sedang menghampiri Narji kemudian Narji menawarkan untuk makan bersama di kantin.
lxxvii
39) Santi Narji Santi Narji
: ”Hai, Ji!” : ”Halo Santi.., kamu mau makan gak?” : ”Emang punya duit?” (CNB/2/Februari) : ”Lihat dong.. Baru dapet kiriman ni.”
Analisis Tuturan yang berbunyi”Emang punya duit?” tidak semata-mata dimaksudkan untuk bertanya bahwa Narji membawa uang atau tidak, akan tetapi Santi bermaksud menegaskan kepada Narji untuk memeriksa uangnya kembali, karena Santi merasa kurang yakin kepada Narji kalau dia mempunyai uang lebih untuk mentraktir Santi. Dengan perkataan lain, tuturan Santi mengimplikasikan bahwa Santi meragukan tawaran Narji karena Narji bukan tipe cowok yang mempunyai uang lebih untuk mentrakatir cewek. Kemudian tuturan yang terdapat pada data (CNB/2/Januari) juga merupakan tindak tutur tidak langsung yang menggunakan modus “tanya “
lxxviii
BAB V PENUTUP A. Simpulan Sesuai dengan perumusan masalah, ada dua hal pokok yang perlu disampaikan dalam simpulan ini. Pada dasarnya, kedua hal ini merupakan rangkuman jawaban atas perumusan masalah. Rangkuman yang dimaksud dapat dilihat pada uraian berikut. 1) Tindak tutur ilokusi yang terdapat pada percakapan seluruh pemain sinetron komedi “Cagur Naik Bajaj” adalah terdiri dari empat jenis tindak tutur yaitu. a. Tindak tutur representatif Meliputi subtindak tutur menyatakan dan melaporkan. b. Tindak tutur direktif Meliputi subtindak tutur mengajak, memohon, menyarankan atau mengusulkan, memerintah atau menyuruh, dan menasehati. c. Tindak tutur komisif Meliputi
subtindak
tutur
menawarkan,
menolak,
mengancam,
bersumpah, dan berjanji. d. Tindak tutur ekspresif Meliputi subtindak tutur mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengkritik, menyalahkan, mengeluh, dan memuji.
67 lxxix
2) Selain tindak tutur ilokusi juga terdapat beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain untuk a) menegaskan, b) menawarkan, c) memperingatkan, d)menyuruh, e) melarang.
B. Saran Dari hasil penelitian ini disarankan, Peneliti yang akan melakukan penelitian tentang tindak tutur ilokusi hendaknya memfokuskan pada tindak tutur
ilokusi
dengan objek penelitian yang berbeda. Para pembaca yang tertarik dengan kajian pragmatik, khususnya dalam mempelajari tindak tutur ilokusi agar mendalami jenis tindak tutur ilokusi yang terbagi dalam kategori yang terdapat pada tindak tutur ilokusi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi.
lxxx
DAFTAR PUSTAKA
Edi Subroto, D. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.
_______. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.
Edi Susilo. Waw Pragmatik. (http://www.Community Portal of Gunadarma University.co.id) (diakses pada tanggal 20 September 2009 pukul 14.00)
Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa Konteks dan Teks. AspekAspek
Bahasa
dalam
Pandangan
Semiotik
Sosial.
(edisi
terjemahan oleh Asruddin Barori Tou) Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
I Dewa Putu Wijana. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. lxxxi
Kunjana Rahardi. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka). Jakarta: Universitas Indonesia.
Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Great Britain: Cambridge University Press.
Moleong, Lexy. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosidakarya.
Muhammad Rohmadi. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.
Onong Uchjana Effendi. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
69 lxxxii
Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta. Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik. Surakarta: Henary Offset Solo. Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New York: Longman Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). 1989. KBBI. Jakarta: Balai Bahasa. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). 2005. KBBI. Jakarta: Balai Bahasa.
Umi Kholifah.2006. “Implikatur Percakapan dalam Sinetron Komedi “Bajaj Bajuri” Edisi Salon Oneng”. Jurusan Sastra Indonesia. Unpublished Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret lxxxiii
Wardhana Veven. 1997. Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wuri Sudjatmiko. 1992. “Aspek Linguistik dan Sosiokultural di dalam Humor” dalam PELBA 5. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.
(diakses tanggal 1 januari 2008 pukul 20.00)
Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
_______. 2006. Pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Searle, Jhon R.“A Taxonomy of Illocutionary Acts”: dalam A. P. Martinich (ed). 1996a. the Philosophy of Language (third Edition). New York: Oxford University Press
lxxxiv
lxxxv