JENIS JENIS TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA TUTURAN PENJUAL OBAT DI PASAR TRADISIONAL ALAHAN PANJANG
Febri Fauzan Abstrak Tindak tutur penjual obat adalah bahasa atau gaya bahasa yang digunakan oleh penjual untuk menarik pembeli untuk mau membeli barang dagangannya. Penelitian ini mengkaji masalah jenis-jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan penjual obat di pasar tradisional Alahan Panjang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Populasi dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung jenis jenis tindak tutur ilokusi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan yang mengandung tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklarasi. Hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut. jenis-jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat pada tuturan penjual obat di pasar tradisional Alahan Panjang antara lain, tindak tutur asertif (menyatakan dan menunjukkan), tindak tutur direktif (menyarankan, mengajak, mengingatkan, menesehati dan meminta), tindak tutur komisif (menawarkan), tindak tutur ekpresif (mengucapkan terimakasih), tindak tutur deklarasi (melarang).
Pengantar Bahasa dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peran sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari keharusan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi tersebut seseorang mengutarakan pendapat dan pandangannya dalam suatu bahasa yang saling dimengerti. Bahasa merupakan media yang tidak dapat di pisahkan dari manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat melakukan aktifitasnya secara normal. Cassirer (dalam Suriasumantri 2001:171-173) mengatakan bahwa manusia adalah
“animal
symbolicum”, yaitu mahkluk yang selalu mengunakan simbol atau bahasa setiap saat, termasuk dalam kegiatan berpikirnya. Dengan bahasa juga, segala ide, gagasan, perasaan, keinginan, dan pengalaman dapat tertuang (Samsuri, 1982:4).
Ribuan bahasa yang tersebar di muka bumi, di antaranya menpunyai kesaman dan keunikannya. Persaman dan keunikkan itu merupakan fenomena yang menjadi tantangan bagi pemerhati atau ahli bahasa. Diantara teori dan pendekatan kajian bahasa yang ada terdapat kajian pragmatik. Pragmatik didefenisikan sebagai ilmu yang menpelajari pengunaan bahasa dalam komunikasi, terutama hubungan di antara kalimat dan konteks serta situasi pengunan kalimat itu (Richards dkk,1985:22). Istilah kalimat biasanya digunakan sebagai satuan dalam tata bahasa yang merupakan sistem dari sebuah bahasa, sedangkan di dalam pragmatik di pakai ujaran (tuturan). Salah satu penelitian yang sering dilakukan dalam kajian pragmatik adalah tindak tutur seseorang, dalam teori dinyatakan bahwa saat tindak tutur melakukan komunikasi lingguistik seseorang tidak hanya menyampaikan proposisi atau informasi, tetapi juga melakukan tindakan. Tindakan ini direalisasikan atau dapat berwujud pertanyaan dan perintah. Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat mengandung prinsip adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tidak tepat apa yang dimaksud oleh penutur (Verhaar, 2001:16). Tuturan yang diungkapkan oleh manusia mengunakan bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa daerah, salah satunya bahasa daerah Minangkabau. Minangkabau adalah salah satu bahasa
Bahasa
daerah di Indonesia. Penutur asli bahasa
Minangkabau mendiami kawasan yang secara administratif disebut Sumatra Barat minus Mentawai. Tindak tutur juga bisa dikeluarkan dimana saja baik itu sedang bekerja, bermain dan sekolah. Pada penelitian ini dibahas tentang jenis-jenis tindak tutur ilokusi pada penjual obat di pasar tradisional alahan panjang. Alahan Panjang merupakan daerah di Kebupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat, yang letaknya sekitar 60 km meter dari kota Padang, Alahan Panjang termasuk daerah dekat pergunugan, yang suhu udaranya dingin dan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani karena daerahnya yang subur, Selain bertani masyarakat Alahan Panjang juga berprofesi sebagai pedagang ( [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2009 ). Namun ada salah satu objek penelitian yang diambil di Alahan Panjang adalah jenisjenis tindak tutur ilokusi pada penjual obat di pasar tradisional. Pasar tradisional adalah tempat pembeli dan penjual melakukan transaksi secara langsung dan disertai dengan proses tawar menawar. Barang yang di perjualbelikan merupakan barang kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti makanan, kue, buah-buahan, pakaian, barang elektronik dan obat-obatan.
Kerangka Teori Teori digunakan sebagai tuntunan kerja dalam menganalisis data. Dengan penelitian tentang jenis-jenis tindak tutur ilokusi di pasar tradisional maka pada bagian landasan teori ini akan dipaparkan teori-teori yang nantinya akan di terapkan pada analisis data. Berikut ini akan diuraikan teori-teori yang akan digunakan.
Defenisi pragmatik Pragmatik merupakan telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi penafsiran
tuturan. Pragmatik mencakup bagaimana pemakai bahasa
menerapkan pengetahuan dunia untuk menginteprestasikan ucapan atau tuturan (Tarigan, 1990:34).
Situasi Tutur Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Situasi tutur sangat penting dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya.
Tindak Tutur Antara peristiwa tutur dan tindak tutur terdapat kaitan yang erat sekali. Jika peristiwa tutur merupakan gejala sosial terdapat interaksi antara penutur dalam situasi tertentu yang lebih menitikberatkan kepada tujuan peristiwa, tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat pisikologis dan di tentukan oleh kemanpuan penutur bahasa dalam menhadapi situasi tertentu dengan menperhatikan makna dan arti tuturan. Oleh karena itu, dalam setiap peristiwa tutur terdapat serangkaian tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Austin (1962: 108) mengemukakan bahwa tindak tutur berkaitan dengan analis ujaran dalam
kaitannya dengan prilaku penutur suatu bahasa dengan lawan bicaranya.
Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh Austin (1962:100-102) dirumuskan sebagai tiga peristiwa tindakan yang berlangsung, yaitu
a. Tindak lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Searle (1969) menyebut tindak tutur lokusi ini dengan istilah tindak bahasa preposisi.
b. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu, 1) Tindak Tutur Asertif (Assertives) Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya tuturan-tuturan menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan, dan menyebutkan. 2) Tindak Tutur Direktif (Directives) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu atau berharap lawan tutur melakukan sesuatu. Tuturan-tuturan, menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, memerintah, meminta, dan menantang termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini. 3) Tindak Tutur Komisif (Commisives) Tindak tutur komisif adalah tindak tutur untuk mengikat penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan. Misalnya tuturan berjanji, bersumpah, berkaul, menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam. 4) Tindak Tutur Ekspresif (Expressives) Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, mengucapkan selamat, mengkritik, dan mengeluh termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif ini. 5) Tindak Tutur Deklarasi (Declarations) Deklarasi didefinisikan sebagai jenis tindak tutur yang bersifat khas, berhasilnya tindak ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dan realitas di dunia. Penutur deklarasi haruslah seorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang khusus dalam sebuah institusi tertentu, misalnya hakim dalam institusi pengadilan yang
menjatuhkan hukuman. Tindak tutur deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Misalnya tuturan memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan mengangkat.
c. Tindak perlokusi Sebuah tuturan yang diucapkan seorang penutur sering memilki efek atau daya pengaruh.
Metode
Metode yang peneliti gunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode yang alat penenturnya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersankutan. Metode padan
yang peneliti
gunakan pada penelitian ini adalah Metode padan intralingual, padan merupakan kata yang bersenonim dengan kata banding dan sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya keterhungan sehingga padan disini diartikan sebagai hal menghubung dan menbadingkan. Sedangkan intaralinggual megacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa (bersifat lingual) yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa (ektra linggual) seperti yang menyankut makna informasi kontek tuturan, dan lain-lain. Padan lingual adalah metode analisis dengan cara menghubung dan membadingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda. Selain metode padan intralingual peneliti juga perlu mengunakan metode padan translasional. Alasannya adalah karena objek penelitian ini berupa bahasa daerah, maka perlu bahasa lain sebagai padanannya, dalam hal ini peneliti menggunakan bahasa indonesia Dalam penelitian ini peneliti juga mengunakan metode agih, metode agih ialah metode penelitian yang di tentukan oleh bagian bahasa itu sendiri. Pada metode agih, peneliti menganalisis data dengan dua tahap yaitu taknik dasar dan teknik lanjut. Teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung (TBUL). Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis adalah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur. Teknik lanjutan yang
peneliti gunakan adalah teknik
perluasan. Adapun teknik perluasan yang peneliti gunakan untuk menentukan aspek kemaknaan dari masing-masing kata tersebut.
Tindak tutur ilokusi pada tuturan penjual obat di pasar tradisional Alahan Panjang Berdasarkan jenis-jenis tindak lokusi yang di temukan dalam tuturan penjual obat di pasar tradisional antara lain, tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekpresif dan deklarasi. Berikut ini penjelasan jenis-jenis tersebut.
Asertif (Mengatakan) (1) Bapak-bapak, uda-uda ambo, kito sadonyo yang mandaga suro ko. kamarilah kito sabanta mancalik dusanak Bapak manjua ubek untuk kito sadonyo. Babagai macam ubek ado di siko, mulai panyakik dari dalam tubuah, sampai panyakik dilua tubuah awak. kini awak ndak paru mangaluan pitih banyak untuak berubek cukuik kasiko, kamarilah dusanak-dusanak ambo yang badannyo sakik atau untuk sanak famili kito yang sadang sakik, kecekan ka dusanak kito tu baso di pasa ko ado ubek panyakik iyo tu.
“Bapak-bapak, Abang kita semuanya, siapa yang memdengar suara ini, kemarilah sebentar melihat saudara Bapak berjualan obat untuk kita semuanya. Berbagai macam obat ada di sini, mulai penyakit dari dalam tubuh sampai penyakit dari luar tubuh kita. Kini kita tidak perlu lagi mengeluarkan uang banyak untuk berobat, cukup di sini, kemarilah saudara-saudara yang sakit atau untuk sanak famili yang sedang sakit, informasikan kepada kerabat kita bahwa di pasar ini ada obat untuk penyakitnya” Dari tuturan (1) di atas mengandung tindak tutur asertif “menyatakan” tindak tutur asertif tersebut terdapat pada tuturan berikut kamarilah kito sabanta mancalik dusanak Bapak manjua ubek untuk kito sadonyo, mulai panyakik dari dalam tubuah, sampai panyakik dilua tubuah awak “kemarilah
sebentar melihat saudara bapak berjualan obat untuk kita
semuanya, berbagai macam obat ada di sini, mulai penyakit dari dalam tubuh sanpai penyakit dari luar tubuh kita”.
Dari tuturan tersebut penjual menyatakan kepada orang banyak bahwa ada penjual obat di pasar tersebut, yang menjual berbagai macam obat. Tuturan tersebut juga berbentuk informasi kepada semua orang khususnya kepada orang yang sedang sakit atau sanak familinya yang sedang sakit agar membeli obat kepadanya karena semua jenis obat untuk segala macam penyakit ada dijualnya dan harganya murah.
Asertif (Menunjukan) (4)
Kamano juo dusanak-dusanak ambo, Bapak-bapak ambo mancari ubek lai, kok karumah sakik tantu pitihnyo banyak. Rancak disiko, haragonyo murah dan mutue tajamin. Ko lah salah satu macam ubeknyo, namonyo ubek tupai tuo, nan bisa mahilangan panyakik rematik.
“Kemana lagi saudara-saudara, Bapak-bapak berobat lagi, kalau kerumah sakit tentunya unagnya banyak, bagusnya disini saja, harganya murah dan mutunya terjamin. Ini adalah salah satu macam obatnya, namaya obat tupai tuo, yang bisa menghilangkan penyakit rematik” Dari tuturan penjual terdapat tindak tutur asertif “menunjukkan” yang terdapat dalam tuturan ko lah salah satu macam ubeknyo, namonyo ubek tupai tuo, nan bisa mahilangan panyakik rematik’ tuturan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur asertif “menunjukkan” karena pada data (4) penjual menunjukkan kepada para pembeli bahwa obat tersebut adalah obat rematik, yang harganya murah dan kualitasnya terjamin.
Direktif (Menyarankan) Adiak-adiak ambo nan bujang-bujang, nan gadih-gadih, Bapak-bapak, kito sadonyo, nan igin gigihnyo putiah, barasiah sarupo artis di dalam tipi kamarilah, ko ado ubek baru nan bisa manbuek gigih awak putiah, indak paru ka ahli gigi do, cukuip kamari sajo, ko lah rahasionyo, batonyo yo kaciak bantuaknyo, tapi kasiatnyo indak kadisabuik. Ko iyo a namo ubeknyo mutiara super, yo super manbarasihan gigih, pakainyo cukuik duo kali sahari sarupo awak mangusuak gigih. Kamarilah ko ubek terbaru yang ambo bao, kamano selah bapak cari indak kabasobok kalau ndak ka ambo. Jadi capeklah bali sabalum habih. “Adik-adik yang muda-muda, yang gadis-gadis, Bapak-bapak kita semuanya, yang ingin giginya putih, bersih seperti artis di Tv kemarilah, ini ada obat baru yang bisa menbersihkan gigi kita menjadi putih bersih, tidak perlu pergi keahli gigi, cukup disini saja, ini rahasianya, bentuk botolnya memang kecil tapi kasiatnya sudah terjamin. Ini adalah obatnya, nama obatnya mutiara super, super menbersihkan gigi,
pemakainyannya cukup dua kali sehari seperti kita mengosok gigi. Kemarilah, ini adalah obat terbaru yang saya bawa, kemana saja bapak mencari obat ini tidak akan ketemu kalau tidak pada saya, jadi cepatlah beli sebelum kehabisan”
Tuturan pada data (6) termasuk tindak tutur asertif “menyarankan” itu terdapat pada tuturan Nan igin gigihnyo putiah, bariah sarupo artis di dalam tipi kamarilah, ko ado ubek baru nan bisa manbuek gigih awak putiah. Tuturan pada data (6) penjual memberikan saran kepada pembeli agar membeli obat gigi yang bisa memutihkan gigi seperti artis-artis tidak perlu pergi kedokter. Nama obat pemutih gigi tersebut adalah mutiara super yang di pakai dua kali sehari, yang di gukan seperti kita mengosok gigi. Tuturan pada penjual obat tersebut di Latarbelakagi dengan banyaknya masyarakat yang ingin memutihkan gigi apalagi yang muda-muda. Gigi putih adalah impian setiap orang. Gigi yang dahulunya putih bisa berubah warna hal ini disebabkan beberapa faktor, minsalnya kebiasan merokok atau kebiasan mengonsumsi makanan atau tidak mengosok gigi secara teratur akan menbuat gigi kuning bahkan hitam. Dari hal tersebut penjual menyarankan kepada pembeli agar membeli obat pemutih gigi yang dijualnya.
Direktif (Mengajak) Kamarilah dusanak, jan ragu dusanak jo ubek yang ambo jua ko, apo nan sakik dusanak ? o sakik pinggang, cubolah ubek ko lu pak. Ambo juo makai ubek ko mah pak, ubek ko lah warisan dari keluarga ambo sajak dahulu.
“ Kemarilah saudara, jagan ragu saudara dengan obat yang saya jual ini. Apa yang sakit saudara? sakit pinggang, cobalah obat ini. Saya juga memakai obat ini pak, obat ini sudah jadi warisan turun-temurun dari keluarga saya sejak dahulu”
Tuturan data (10) dari penjual kepada pembeli termasuk tindak tutur direktif “ mengajak” itu terlihat dari kata kemarilah dan cobalah, di situ penjual mengajak semua orang untuk mau mendekat kepadanya untuk mau menbeli obat yang di jualnya. Dari tuturan
tersebut terlihat penjual sedang menbujuk salah satu pembeli yang mau membeli obat sakit pinggang. Sakit pinggang adalah sebuah penyakit umum setelah sakit kepala hampir semua orang pernah mengalaminya disini terlihat bahwa penjual mencoba mengajak pembeli untuk membeli obat yang dijualnya yang katanya obat itu sudah menjadi wariasan dari keluarganya. Dalam data terlihat adanya tindakan yang dilakukan oleh pembeli setelah penjual bertutur yaitu pembeli mau mendekat, dan menbeli obat yang di jual tersebut, relita tersebut dikatakan tindak tutur direktif mengajak.
Komisif (menawarkan) (19)
Apak-apak ambo nan gagah-gagah, ko lah ubek mato nan paling baru, sakali pakai lansung ado kasiatnyo, bali lah ubek mato nanko, indak kamanyasa apak manbalinyo do, harago murah, panyakit hilang. “Bapak-bapak yang ganteng-ganteng, ini adalah obat yang paling baru, sekali pakai lansung ada kasiatnya, belilah obat mata saya ini, tidak akan menyesal bapak membeli obat saya ini, harganya murah, penyakit juga hilang” Dari tuturan (19) di atas dikatakan tindak tutur komisif “menawarkan” tindak tutur
komisif menawarkan terdapat pada tuturan “ bali lah ubek mato nanko” pada tuturan ini nampak penjual sedang menawarkan salah satu obat kepada pembeli guna untuk menbujuk pembeli agar mau membeli obat yang di jajakan nya itu. Penjual menawarkan salah satu obat mata yang terbaru yang kasiatnya sangat bagus, harganya murah dan penyakit langsung hilang karena obat itu.
Ekpresif (berterimakasih) (20)
Ko ubek yang ka manjadi rahmat dek apak, tarimo kasih lah apak bali ubek ambo ko, supayo panyakik apak capek hilang, apak batambah sehat jo panjang umua. “Ini adalah obat yang akan menjadi rahmat oleh Bapak, terima kasih Bapak telah membeli obat saya ini, supaya penyakit bapak cepat sembuh, Bapak bertambah sehat dan panjang umur” Pada tuturan (20) di atas dikatakan tindak tutur ekpresif “mengucapkan terima kasih”
tindak tutur ekpresif mengucapkan terimaksih terdapat pada tuturan, “tarimo kasih lah apak bali ubek ambo ko” kata terimakasih adalah penanda linggual tindak tutur ekpresif. Melalui tuturan tersebut pembeli berterimakasih kepada pembeli karena sudah membeli obatnya.
Pembeli mendoakan supaya obatnya itu bermanfat, penyakit hilang, dan pembelinya panjang umur.
Deklarasi (melarang) (21)
Ko adolah ubek sakik gigi yang paling capek mailangan sakik pado gigi pak, katiko gigi awak sakik lalu apak bakumua-kumua jo ubek nan ko, nan sakik tu lansung hilang pak, tapi jaan apak cubo lo malak an ubek ko pado gigi awak nan balubang, tambah sakik gigi apak deknyo ambo ndak batangung jawek do pak. Iko hanyo untuk bakumua-kumuanyo pak indak untuk di lakekan do pak. “Ini adalah salah obat sakit gigi yang paling cepat menhilangkan rasa sakit pada gigi pak, ketika gigi kita sedang sakit setelah itu bapak berkumur-kumur dengan obat ini, sakit itu akan lansung hilang pak, tapi jangan bapak mencoba menenpelkan obat ini pada gigi yang berlobang, tapi kalau bapak tempelkan pada gigi berlobang, bertambah sakit gigi bapak saya tidak bertanggung jawab pak. Ini hanya untuk berkumur-kumur pak, tidak untuk di tempelkan pak” Tuturan (21) termasuk ke dalam jenis tindak tutur deklarasi “melarang”. Hal ini dapat
dilihat melalui tuturan “tapi jaan apak cubo lo malakekan ubek ko pado gigi awak nan balubang” kata jaan (jangan) sebagai penanda tindak tutur deklarasi melarang. Pada tuturan ini penjual sedang menjajakan obat sakit gigi yang cepat menhilangkan rasa sakit. Obat tersebut digunakan dengan cara berkumur-kumur tapi penjual mencoba melarang pembeli untuk tidak menenpelkan obat yang di jualnya itu pada gigi berlobang karena akan menbuat sakit gigi bertambah parah.
Simpulan Tindak tutur penjual obat di pasar tradisional merupakan salah satu usaha penjual untuk menarik pembeli agar mau membeli barang dagangannya. Dalam tuturan tersebut di temukan beberapa jenis-jenis tindak tutur diantaranya tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekpresif dan deklarasi. Peristiwa tindak tutur dalam wacana jual-beli di pasar mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu menyampaikan maksud dan tujuan berbagai pihak. Penjual dan pembeli sama-sama menggunakan bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan maksud agar tercapai kesepakatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenisjenis tindak tutur.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, J.L. 1992. How to Do Things With Words. New York: Oxford University Press. Ali,Lukman.1995.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. [BAPPENDA] Badan Perencanan Pembagunan Daerah. 2009. Profil Daerah Kebupaten Solok. Pemerintan Daerah. Solok. Lubis, Hamid Lubis. 2010. Analisis Wacana Pramatik, Angkasa Bandung Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa, Jakarta:Pt Rajagrafindo Persada Marnita,Rina
AS,
dan
Oktavianus.
2008.
Perilaku
Berbahasa
Masyarakat
Minangkabau dan Penganruhnya Terhadap Pemakaian Ungkapan Sebagai Media Pendidikan Informal Keluarga. Jakarta: Unika Atma Jaya. Navis, AA, 1982. Alam Terkambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayan Minangkabau, Jakarta: Grafiti Press. Revita, Ike. 2013. PramatikKajian Tindak Tutur Permintan Lintas Bahasa,
FakultasIlmu
Budaya Universitas Andalas. Saydam, Gouzali. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Minangkabau. PPIM. Padang: Gunatama University Press. Sudaryanto.1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Mengumpulkan data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Syukur, ibrahim. 1993. Kajian Tindak Ttutur. Surabaya. Usaha nasional Yule, Geroge. 1996. Pramatics. Oxford: Oxford University Press.