BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran materi Logika dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini dilakukan dengan model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi). Berdasarkan penelitian pengembangan yang dilakukan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. 1. Tahap Analysis (Analisis) Pada tahap analisis dilakukan tiga macam analisis, yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. a. Analisis Kebutuhan Salah satu masalah yang terdapat di sekolah saat ini adalah terbatasnya perangkat pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan mereka secara mandiri. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman, guru telah menyusun RPP dan LKS untuk digunakan selama proses pembelajaran. Akan tetapi, LKS yang disusun oleh guru berisi ringkasan materi dan latihan latihan soal. LKS yang berisi latihan soal belum memenuhi kebutuhan siswa dalam menemukan konsepkonsep matematika. Materi yang langsung diberikan secara utuh kepada siswa menyebabkan siswa tidak memiliki kesempatan untuk membangun dan
59
menemukan konsep-konsep baru dengan pola pikir dan cara mereka sendiri sehingga siswa menjadi pasif dan kurang berkembang. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran matematika di kelas, diketahui bahwa peran siswa dalam menemukan konsep-konsep baru pada proses pembelajaran masih kurang sehingga perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual yang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif menemukan konsep dan membangun pengetahuannya.
Oleh
karena
itu,
perlu
dilakukan
penelitian
tentang
pengembangan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual khususnya pada materi Logika untuk SMA Kelas X yang dapat memfasilitasi siswa agar pembelajaran lebih bermakna. b. Analisis Karakteristik Siswa Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman menunjukkan bahwa siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan jika terdapat penjelasan guru yang belum mereka pahami. Beberapa siswa juga aktif dalam menjawab persoalan yang diberikan. Namun tidak sedikit yang hanya diam atau bahkan berbincang-bincang dengan teman sebangkunya. Siswa belum berpartisipasi aktif dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri. Keadaan tersebut menyebabkan siswa belum mempelajari matematika secara bermakna. Siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pola pikir mereka dalam menemukan konsep atau dalam menyelesaikan suatu masalah. 60
Selain itu, siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk menghubungkan konsep matematika yang mereka peroleh dengan permasalahan dalam kehidupan seharihari. Akibatnya, siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika yang dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Berdasarkan analisis karakteristik siswa di atas, salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan kontekstual. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual untuk membantu siswa dalam mempelajari materi logika secara lebih bermakna. c. Analisis Kurikulum Hasil analisis kurikulum menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada tahap ini peneliti menganalisis materi matematika kelas X SMA semester 2 khususnya untuk materi logika. Materi logika matematika mencakup materi pokok pernyataan tunggal dan majemuk serta negasinya; tautologi dan ekuivalensi; konvers, invers, dan kontraposisi dari suatu implikasi; pernyataan berkuantor; penarikan kesimpulan meliputi modus tolens, modus ponens, dan silogisme. Pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS mengacu pada indikator-indikator yang dijabarkan dari kompetensi dasar (KD) pada Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi. Hasil analisis kurikulum dapat dilihat pada lampiran A.1.
61
2. Tahap Design Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah tahap perancangan. Tahap perancangan terbagi menjadi tiga yaitu penyusunan rancangan RPP, penyusunan rancangan LKS, dan penyusunan instrumen penilaian perangkat pembelajaran. a. Penyusunan rancangan RPP Hasil yang diperoleh dalam langkah merancang RPP adalah sebagai berikut. 1) Perancangan identitas RPP Identitas RPP meliputi: nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan alokasi Waktu. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator untuk materi logika Kelas X disesuaikan dengan standar isi yang termuat dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Rincian SK, KD, dan indikator pencapaian kompetensi materi logika dapat dilihat pada lampiran A.1. 2) Perumusan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. 3) Perancangan Materi Pembelajaran Berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan, dirancang tujuh RPP untuk tujuh pertemuan. Materi pembelajaran untuk masing-masing pertemuan dirancang berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran serta disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Materi pembelajaran yang dipilih untuk tiap RPP disajikan pada Tabel 9. 62
RPP ke1 2 3 4 5 6 7
Tabel 9 Materi Pembelajaran untuk Tiap RPP Materi Pembelajaran Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi Konjungsi dan Disjungsi Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi Ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk Konvers, Invers, dan Kontraposisi Penyataan Berkuantor Penarikan Kesimpulan
4) Pemilihan Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang dirancang untuk digunakan dalam perangkat pembelajaran ini adalah metode diskusi. Proses diskusi dilakukan dalam kelompok kecil atau dengan teman sebangku. 5) Perancangan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembuka meliputi penyiapan siswa secara fisik dan mental, apersepsi, motivasi, serta penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada kegiatan inti, langkah pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang terdiri dari relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring. Langkah pembelajaran pada kegiatan inti juga disesuaikan dengan standar proses yang tercantum pada Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007 yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 6) Pemilihan sumber belajar Sumber belajar yang dipilih untuk digunakan dalam pembelajaran adalah LKS dengan pendekatan kontekstual dan buku teks pelajaran Siswanto. 63
(2015). Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 7) Perancangan penilaian pembelajaran Perancangan penilaian pembelajaran meliputi perancangan bentuk penilaian yang meliputi soal pilihan ganda dan soal uraian. Selain itu, soal yang digunakan disesuaikan dengan indikator pembelajaran. Prosedur penilaian yang dirancang meliputi kunci jawaban dan skor maksimal untuk masing-masing penyelesaian dari butir soal. b. Penyusunan rancangan LKS Rancangan awal LKS yang dikembangkan terdiri atas: 1) Penyusunan Peta Kebutuhan LKS Penyusunan peta kebutuhan LKS bertujuan untuk menentukan jumlah dan urutan LKS yang berdasarkan pada KD serta indikator pencapaian kompetensi dengan memperhatikan materi prasyarat sesuai dengan LKS yang akan dikembangkan. Hasil penyusunan peta kebutuhan LKS dapat dilihat pada lampiran A.3. 2) Judul LKS LKS yang dikembangkan diberi judul “Lembar Kegiatan Siswa Matematika untuk SMA Kelas X Semester 2 dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Logika”. Penyusunan judul kegiatan-kegiatan dalam LKS berdasarkan pada KD, indikator pencapaian kompetensi, dan materi. LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini dibagi menjadi 7 LKS yaitu:
64
a) LKS 1: Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 1 adalah agar siswa dapat menjelaskan arti dan contoh dari pernyataan dan kalimat terbuka, serta menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan, menjelaskan arti dan contoh kalimat terbuka serta menentukan himpunan penyelesaiannya, dan menentukan ingkaran atau negasi dari suatu pernyataan beserta nilai kebenarannya. b) LKS 2: Konjungsi dan Disjungsi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 2 adalah agar siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk berbentuk konjungsi dan disjungsi. c) LKS 3: Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 3 adalah agar siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk berbentuk implikasi dan biimplikasi serta siswa dapat menyelidiki apakah suatu pernyataan majemuk merupakan suatu tautologi, kontradiksi, bukan tautologi, atau bukan kontradiksi.
65
d) LKS 4: Ekuivalensi dari Dua Pernyataan Majemuk dan Konvers, Invers, dan Kontraposisi Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 4 adalah agar siswa dapat memeriksa atau
membuktikan
kesetaraan
antara
dua
pernyataan
majemuk,
menentukan ingkaran atau negasi dari suatu pernyataan majemuk berbentuk konjungsi,
disjungsi, implikasi, dan biimplikasi, serta
menentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan berbentuk implikasi beserta nilai kebenarannya. e) LKS 5: Pernyataan Berkuantor Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 5 adalah agar siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor, menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor, dan memeriksa atau membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan berkuantor. f) LKS 6: Penarikan Kesimpulan Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 6 adalah agar siswa dapat menentukan kesimpulan dari beberapa premis yang diberikan dengan prinsip modus ponens, modus tolens, dan silogisme, serta agar siswa dapat memeriksa keabsahan penarikan kesimpulan menggunakan prinsip logika matematika.
66
g) LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 7 adalah agar siswa dapat membuktikan sebuah persamaan atau pernyataan dengan bukti langsung, bukti tidak langsung, dan induksi matematika. LKS 7 diberikan sebagai pengayaan bagi siswa. 3) Penulisan LKS LKS dirancang berdasarkan pada langkah-langkah penulisan LKS yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut merupakan uraian hasil pada langkah-langkah yang telah dilaksanakan pada tahap penulisan rancangan awal LKS. a) Perumusan Kompetensi Dasar KD yang harus dikuasai oleh siswa tercantum dalam silabus matematika SMA kelas X. b) Menentukan Bentuk Penilaian Penilaian yang digunakan untuk mengukur keefektifan LKS ini berbentuk soal-soal latihan di setiap akhir pembelajaran dan tes hasil belajar siswa di akhir pertemuan. c) Penyusunan Materi Materi disusun berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai. Dalam tahap penyusunan materi peneliti juga mengumpulkan berbagai referensi sumber belajar terkait materi dan penulisan LKS.
67
Berikut ini merupakan referensi yang dipilih dan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan LKS. (1) Abdul Halim F. 2012. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media (2) Frans Susilo. 2012. Landasan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. (3) Noormandiri dan Endar Sucipto. 2004. Matematika SMA untuk Kelas X. Jakarta Erlangga. (4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah (5) Sartono Wirodrikokromo. 2004. Matematika untuk SMA Jilid 2. Jakarta: Erlangga. (6) Siswanto. 2015. Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (7) Sri Kurnianingsih, dkk. 2007. Matematika SMA dan MA untuk Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga. d) Struktur LKS Bagian LKS dibagi menjadi tiga yaitu bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman identitas LKS, kata pengantar, peta kedudukan LKS, peta konsep, halaman KD dan indikator pencapaian kompetensi, dan daftar isi. Bagian isi terdiri dari keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan siswa untuk mendapatkan pengetahuan sesuai
68
dengan SK/KD materi Logika. Sedangkan, bagian akhir terdiri dari daftar pustaka. Berikut merupakan kerangka LKS yang dihasilkan. Halaman sampul Halaman Penulis Kata Pengantar Peta Kedudukan LKS Peta Konsep Halaman KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi Daftar Isi Isi LKS 1: Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi LKS 2: Konjungsi dan Disjungsi LKS 3: Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi LKS 4: Ekuivalensi dan Konvers, Invers, dan Kontraposisi LKS 5: Pernyataan Berkuantor LKS 6: Penarikan Kesimpulan LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema (Pengayaan) Halaman Pembuka kegiatan pembelajaran Halaman Kegiatan Pembelajaran Halaman Refleksi Latihan Soal Daftar Pustaka Dengan memperhatikan pendekatan yang dipilih berdasarkan hasil analisis maka komponen pendekatan kontekstual dijadikan acuan dalam mengembangkan LKS. Komponen tersebut adalah Constructivism (Konstruktivism),
Inquiry
(Menemukan),
Questioning
(Bertanya),
Learning Community (Masyarakat Belajar), Modelling (Pemodelan), Reflection (Refleksi), dan Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya). Karakteristik tersebut diwujudkan dalam apersepsi dan aktivitas-aktivitas dalam LKS. Bagian tersebut bertujuan untuk menuntut siswa untuk membangun pengetahuannya dengan pendekatan kontekstual. LKS terdiri dari dua macam, yaitu LKS siswa dan LKS guru. LKS pedoman guru dirancang memiliki tampilan dan isi yang sama dengan 69
LKS untuk siswa, namun dilengkapi dengan jawaban untuk setiap masalah dan soal. c. Penyusunan Rancangan Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari lembar penilaian LKS, lembar penilaian RPP, lembar observasi kegiatan pembelajaran, angket respon dan instrumen tes hasil belajar. Adapun hasil tahap perancangan instrumen penilaian perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Lembar Penilaian RPP Lembar penilaian RPP diberikan kepada dosen ahli materi dan guru matematika. melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan RPP. Lembar penilaian RPP ini disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak Baik. Aspek penilaian RPP dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP No Aspek Jumlah Butir 1 Identitas RPP 7 2 Alokasi Waktu 2 3 Rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan 3 pembelajaran 4 Pemilihan materi 3 5 Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran 5 6 Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan 13 kontekstual 7 Pemilihan sumber belajar 2 8 Penilaian hasil belajar 5 Jumlah Butir 40
70
2) Lembar penilaian LKS a) Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Materi Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu dosen ahli materi. Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan materi, kompetensi, dan pendekatan pembelajaran. Angket penilaian LKS ini disusun dengan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, Sangat Kurang. Aspek penilaian LKS oleh ahli materi dapat dilihat pada Tabel 11.
No 1 2 3
Tabel 11. Kisi-kisi Penilaian LKS oleh Ahli Materi Aspek Penilaian Jumlah Butir Kompetensi 4 Isi materi 7 Kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual 7 Total Butir 18
b) Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Media Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu dosen ahli media. Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa, penyajian materi, dan desain grafik. Angket penilaian LKS ini disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang. Aspek penilaian LKS oleh ahli media dapat dilihat pada Tabel 12.
No 1 2 3
Tabel 12. Kisi-kisi Penilaian oleh Ahli Media Aspek Penilaian Jumlah Butir 6 Bahasa 6 Penyajian 11 Kegrafikan 23 Total Butir
71
c) Lembar Penilaian LKS oleh Guru Matematika Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu guru matematika. Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa, penyajian materi, dan desain grafik. Angket penilaian LKS ini disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang. Aspek penilaian LKS oleh guru matematika dapat dilihat pada Tabel 13.
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 13. Kisi-kisi Penilaian LKS oleh Guru Aspek Penilaian Kompetensi Isi materi Kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual Bahasa Penyajian Kegrafikan Total Butir
Jumlah Butir 4 7 7 6 6 11 41
3) Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar
observasi
keterlaksanaan
pembelajaran
digunakan
untuk
mendapat data kepraktisan dan perbaikan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
setelah
dilakukan
pembelajaran.
keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 14.
72
Aspek
observasi
Tabel 14. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran No 1 2
3
Aspek yang Diamati Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Constructivism (Konstruktivisme) Inquiry (Menemukan) Questioning (Bertanya) Learning Community (Masyarakat Belajar) Modelling (Pemodelan) Reflection (Refleksi) Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya) Kegiatan Penutup Total Butir
Jumlah Butir 5 3 3 1 3 1 4 2 2 24
d) Angket Respon Angket respon terdiri dari dua jenis yaitu angket respon siswa dan angket respon guru. Angket respon diberikan kepada siswa dan guru pada akhir penelitian. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon dan tanggapan siswa dan guru terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan sehingga didapatkan tingkat kepraktisan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Angket respon ini disusun dengan lima alternatif jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Aspek angket respon disajikan pada Tabel 15 dan 16. Tabel 15. Kisi-kisi Angket Respon Siswa No 1 2 3 4
Aspek Penilaian Kesesuaiaan dengan Pendekatan Kontekstual Kemudahan Keterbantuan Kemenarikan Total Butir
Jumlah Butir 6(+) 1(+), 2(-) 4(+) 3(+) 16
Tabel 16. Kisi-kisi Angket Respon Guru No 1 2 3 4
Aspek Penilaian Materi Pendekatan Kontekstual RPP LKS Total Butir
73
Julmlah Butir 3 7 5 10 25
e) Instrumen Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar diberikan kepada siswa pada akhir penelitian sebagai penentu ketuntasan pemahaman siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Soal terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 3 soal uraian yang mewakili indikator pencapaian kompetensi. Dari hasil tes akan didapatkan persentase ketuntasan siswa untuk menentukan klasifikasi keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Ketuntasan siswa ditentukan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. 3. Tahap Development Setelah membuat rancangan perangkat pembelajaran dan instrumen penilaian, tahap selanjutnya adalah pengembangan. Tahap pengembangan meliputi pengembangan instrumen penilaian, pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS, validasi perangkat pembelajaran, dan revisi perangkat pembelajaran. Produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran dibuat sesuai dengan perencanaan awal. Berikut ini hasil dati setiap tahap pengembangan. a. Pengembangan Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran Instrumen yang telah dirancang kemudian disusun dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Instrumen yang telah disusun disajikan pada Lampiran C. Kemudian, instrumen tersebut divalidasi agar didapatkan instrumen yang valid (dapat mengukur apa yang hendak diukur) sehingga layak digunakan dalam penelitian. Adapun dosen yang ditunjuk sebagai dosen validator adalah Ibu 74
Fitriana Yuli Saptaningtyas, M.Si.. berikut ini merupakan penjelasan dari hasil validasi masing-masing instrumen. 1) Lembar penilaian RPP Instrumen penilaian RPP yang divalidasi meliputi kisi-kisi lembar penilaian RPP, deskripsi penilaian RPP, dan lembar penilaian RPP. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Revisi Lembar Penilaian RPP Nomor Butir 1-12
18
19
21
22 24 25
26 36
40
Jenis Perbaikan Banyaknya butir penilaian diringkas menjadi 9 butir penilaian dan identitas mata pelajaran dibagi menjadi dua bagian yaitu identitas mata pelajaran dan alokasi waktu Butir pernyataan “Keberpusatan pada kebutuhan siswa” diganti dengan “Penyusunan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa”. Pernyataan “Kesesuaian pendekatan dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran” dibagi menjadi 2 pernyataan, yaitu “Kesesuaian pendekatan dengan tujuan pembelajaran” dan “Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran” Pernyataan “Kesesuaian pendekatan dan metode pembelajaran dengan karakteristik siswa” dibagi menjadi 2 pernyataan, yaitu “Kesesuaian pendekatan dengan karakteristik siswa” dan “Kesesuaian metode pembelajaran dengan karakteristik siswa”. Pernyataan “Pemberdayaan siswa” diganti dengan “Keberpusatan pada siswa” Pernyataan “Pemberian apersepsi” diperjelas menjadi “Pemberian apersepsi yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari” Pernyataan “Penyampaian motivasi” diperjelas menjadi “Penyampaian motivasi yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari” Pernyataan “Penyampaian tujuan pembelajaran” diperjelas menjadi “Penyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas”. Pernyataan “Dukungan sumber belajar terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran” diganti dengan “Kesesuaian sumber belajar dengan tujuan pembelajaran”. Pernyataan “Keterwakilan indikator dan tujuan” diganti menjadi “Keterwakilan tujuan pembelajaran/indikator pencapaian kompetensi oleh instrumen penilaian” 75
2) Lembar penilaian LKS Instrumen penilaian LKS yang divalidasi meliputi kisi-kisi lembar penilaian LKS, deskripsi penilaian LKS, dan lembar penilaian LKS. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan tanpa revisi. Pada aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual disesuaikan kembali dengan komponen pendekatan kontestual. 3) Angket respon siswa Angket respon siswa yang divalidasi meliputi kisi-kisi angket respon siswa dan lembar angket respon siswa. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Revisi Angket Respon Siswa Nomor Butir 1 8 19 9 dan 11 14 16 dan 18 20
Jenis Perbaikan Kata “konteks” pada pernyataan “Materi dalam LKS dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata” dihilangkan. Kata “telah” pada pernyataan “Soal latihan pada LKS membantu saya untuk memahami materi yang telah dipelajari” dihilangkan Kata “akan” pada pernyataan “Ilustrasi atau gambar dalam LKS sesuai dengan materi yang akan dipelajari” dihilangkan. Pernyataan nomor 9 dan 11 digabung menjadi pernyataan “Kegiatan dalam LKS membantu dan memotivasi saya dalam memahami materi logika” Pernyataan nomor 14 dihilangkan karena memiliki kemiripan dengan pernyataan nomor 12 Pernyataan nomor 16 dan 18 diganti dengan pernyataan “Tampilan LKS menarik dan tidak membosankan”. Pernyataan nomor 20 dihilangkan karena terlah terwakili oleh pernyataan nomor 6
4) Angket respon guru Angket respon guru yang divalidasi meliputi kisi-kisi angket respon guru dan lembar angket respon guru. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen 76
layak digunakan dengan revisi. Pada butir nomor 3 pernyataannya diperbaiki menjadi “Materi yang disajikan benar dan sesuai dengan konsep logika”. Pada aspek penggunaan pendekatan kontekstual disesuaikan kembali dengan komponen pendekatan kontestual. 5) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Hasil
validasi
Lembar
observasi
keterlaksanaan
pembelajaran
menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Revisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Nomor Jenis Perbaikan Butir 8 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan idenya” 9 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa dibantu untuk merumuskan masalah” 10 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan LKS untuk memahami materi logika.” 11 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka dalam mengerjakan LKS.” 13 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok-kelompok belajar” 17 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan” 6) Instrumen tes hasil belajar siswa Instrumen tes hasil belajar siswa yang divalidasi meliputi kisi-kisi tes hasil belajar, kunci jawaban dan pedoman penilaian, dan soal tes hasil belajar. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 20.
77
Tabel 20. Revisi Instrumen Tes Hasil Belajar Nomor Jenis Perbaikan Butir Pilihan Ganda 1 Kata “dilalui” pada pernyataan “Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa” diganti dengan kata “dilewati” 6 Kata “tidak sulit” pada opsi jawaban diganti dengan “mudah” 7 dan 81. Soal nomor 7 dan 8 digabung karena soal tentang negasi terlalu banyak menjadi “Negasi atau ingkaran dari pernyataan “Jika Gunung Merapi meletus maka semua warga mengungsi” adalah…”. Selain itu, konteks yang digunakan diganti dengan konteks kehidupan di lingkungan sekitar Cangkringan. Diberikan tambahan soal untuk mengganti soal nomor 7 dan 8 yang digabungkan, yaitu “Jika diketahui himpunan semesta 𝐴 = {1,2,3,4,5,6} maka pernyataan berkuantor berikut yang memiliki nilai kebenaran “Salah” adalah….” Uraian 3a Pernyataan diganti dengan konteks selain rokok menjadi Premis 1: Pemerintah mengendalikan penambangan pasir di Gunung Merapi atau lingkungan terancam rusak. Premis 2: Lingkungan tidak terancam rusak Konklusi: Jadi, Pemerintah mengendalikan penambangan di Gunung Merapi b. Pengembangan RPP RPP dikembangkan dengan mengacu pada prinsip dan komponen RPP yang terdapat pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Struktur penulisan RPP terdiri dari identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pembuka, inti, dan penutup, dan teknik penilaian pembelajaran. Langkah dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual yaitu REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring). Langkah kegiatan pembelajaran juga disesuaikan dengan standar proses yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 78
c. Pengembangan LKS LKS dikembangkan dengan memperhatikan komponen evaluasi yang meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan serta dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan komponen dalam pendekatan kontekstual yaitu Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning Community, Modelling, Reflection, dan Authentic Assessment. Pendekatan kontekstual terlihat pada permasalahan yang disajikan dan kegiatan yang dilakukan. Berikut penjelasan hasil kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan berdasarkan penjabaran kerangka LKS pada tahap sebelumnya. 1) Halaman sampul Halaman sampul depan memuat judul LKS agar pembaca mempunyai gambaran mengenai isi dari LKS yang dikembangkan. Halaman sampul juga memuat nama kurikulum, pendekatan, sasaran pengguna LKS, dan identitas penulis. Halaman sampul dilengkapi dengan ilustrasi yang menggambarkan aplikasi materi logika dalam mengembangkan daya penalaran siswa. Tampilan halaman sampul dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tampilan Halaman Sampul LKS 79
2) Halaman Penulis Halaman penulis berisikan informasi terkait LKS yang dikembangkan. Informasi tersebut terdiri dari judul LKS, nama penulis, dosen pembimbing, penilai LKS, ukuran LKS, dan media yang digunakan untuk menyusun LKS. Tampilan halaman penulis dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tampilan Halaman Penulis LKS 3) Kata Pengantar Kata pengantar ditulis oleh penulis untuk menginformasikan tujuan dikembangkannya LKS materi logika dengan pendekatan kontekstual. Tampilan halaman kata pengantar dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar 3. Tampilan Halaman Kata Pengantar 80
4) Peta Kedudukan LKS Peta kedudukan LKS memuat informasi bagi pengguna terkait bagianbagian dari LKS beserta fungsi dari bagian-bagian tersebut. Tampilan peta kedudukan LKS dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tampilan Peta Kedudukan LKS 5) Peta Konsep Peta konsep memuat informasi mengenai konsep-konsep yang akan dipelajari oleh siswa. Tampilan peta konsep LKS dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tampilan Peta Konsep LKS 81
6) Halaman KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi Pada halaman ini berisi KD dan Indikator pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam mempelajari materi logika. Tampilan halaman KD dan indikator dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tampilan Halaman KD dan Indikator 7) Daftar Isi Daftar isi memuat informasi mengenai tata letak halaman suatu bab dalam LKS. Daftar isi bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam mencari bagian atau materi yang akan dituju. Tampilan daftar isi dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Tampilan Halaman Daftar Isi 82
8) Halaman Pembuka kegiatan pembelajaran Halaman pembuka pada setiap awal LKS terdiri dari urutan kegiatan, judul sub topik, gambar ilustrasi, indikator pencapaian kompetensi, petunjuk umum, dan permasalahan kontekstual terkait dengan materi yang akan dipelajari. Penyajian masalah kontekstual pada halaman pembuka kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menstimulasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya (constructivism). Tampilan halaman pembuka kegiatan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Tampilan Halaman Pembuka Kegiatan Belajar 9) Halaman Kegiatan Pembelajaran Halaman kegiatan pembelajaran terdiri dari informasi pendukung, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, contoh dalam penyelesaian suatu permasalahan, dan kolom rangkuman. Kegiatan pembelajaran memuat beberapa komponen pendekatan kontekstual, yaitu questioning, inquiry, learning community, dan modeling. Informasi mengenai konsep terkait materi yang disajikan dalam LKS tidak diberikan begitu saja, tetapi terdapat pertanyaan-pertanyaan yang menstimulasi siswa untuk bertanya (questioning). 83
Adanya pertanyaan pancingan di dalam LKS bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan suatu konsep (inquiry). Langkah-langkah pengerjaan LKS disertai dengan contoh pengerjaan (modeling). Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok diskusi untuk mengerjakan LKS (learning community). Adanya kelompok-kelompok diskusi bertujuan agar setiap anggota kelompok saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam mengerjakan LKS. Tampilan halaman kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Tampilan Halaman Kegiatan Pembelajaran 10) Halaman Refleksi Halaman refleksi ini digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam mencatat informasi-informasi yang mereka dapatkan selama pembelajaran (reflection). Tampilan halaman refleksi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tampilan Halaman Refleksi 84
11) Latihan Soal Pada bagian penutup kegiatan pembelajaran terdapat halaman yang berisi soal-soal kontekstual untuk memperdalam pemahaman siswa. Latihan soal juga digunakan sebagai pengukur pemahaman pengetahuan siswa (authentic assessment). Tampilan halaman latihan soal disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Tampilan Halaman Ayo Berlatih 12) Daftar Pustaka Daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalam penyusunan LKS. Tampilan halaman daftar pustaka disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12. Tampilan Halaman Daftar Pustaka d. Validasi Perangkat Pembelajaran Pada tahap ini perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk memperoleh masukan dan saran. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran dari dosen pembimbing kemudian 85
divalidasi oleh ahli materi (Fitriana Yuli Saptaningtyas, M.Si.), ahli media (Bambang Sumarno H.M., M.Kom.), dan guru matematika (Marsiyam, S.Pd.Si.). Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kevalidan dan kelayakan dari perangkat yang dikembangkan untuk diuji cobakan di sekolah. Data hasil validasi perangkat pembelajaran terdiri dari dua macam, yaitu data hasil validasi RPP dan data hasil validasi LKS. Hasil penilaian yang diberikan dapat dilihat pada lampiran D.7 – D.11. Hasil validasi perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan layak diujicobakan di sekolah dengan revisi sesuai saran dan komentar yang diberikan. Hasil validasi kemudian ditindaklanjuti dengan revisi sesuai saran dan komentar dari dosen ahli dan guru matematika sebelum dilakukannya uji coba di sekolah. e. Revisi Perangkat Pembelajaran Revisi perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dilakukan pada tahap ini memperhatikan saran dan komentar validator. 1) Revisi RPP a) Alokasi waktu RPP diperhatikan lagi. RPP pada sub materi ekuivalensi, negasi dari pernyataan majemuk, dan konvers, invers, dan kontraposisi yang sebelumnya hanya untuk satu pertemuan dibagi menjadi dua pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk. Sedangkan pertemuan kedua membahas tentang konvers, invers, dan kontraposisi. b) Kata “siswa” diubah menjadi “peserta didik” 86
c) Perbaikan pada kegiatan “questioning” yang masih terlihat hanya guru yang bertanya bukan siswa dapat dilihat pada Gambar 13.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 13. Revisi Komponen Questioning d) Perbaikan untuk memperjelas kegiatan ”modelling” dalam RPP dapat dilihat pada Gambar 14.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 14. Revisi Komponen Modelling e) Ditambahkan penilaian proses tidak hanya penilaian hasil belajar. Sebelum revisi RPP hanya menggunakan penilaian pengetahuan saja. Kemudian tambahan penilaian partisipasi kelas untuk menilai proses pembelajaran di kelas dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Revisi Penambahan Penilaian RPP 87
f) Perbaikan penambahan konteks tentang budaya dan lingkungan hidup dapat dilihat pada Gambar 16.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 16. Revisi Penambahan Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup 2) Revisi LKS a) Revisi LKS Ahli Materi (1) Perbaikan dengan penyisisipkan masalah kontekstual tentang budaya dan lingkungan hidup dapat dilihat pada Gambar 17.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 17. Revisi Penambahan Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup (2) Penggunaan LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema Matematika sebagai kegiatan pengayaan siswa. 88
(3) Perbaikan kalimat pada kolom jawaban dari LKS 1 pedoman guru dapat dilihat pada Gambar 18.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi Gambar 18. Revisi Kalimat pada Kolom Jawaban LKS 1 (4) Perbaikan pemilihan kalimat yang disesuaikan dengan karakteristik siswa SMA dapat dilihat pada Gambar 19.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 19. Revisi Pilihan Kalimat
89
(5) Perbaikan kalimat pada kegiatan dari LKS 1 agar tidak ambigu dapat dilihat pada Gambar 20.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi Gambar 20. Revisi Pilihan Kalimat (6) Perbaikan kunci jawaban pada LKS pedoman guru dapat dilihat pada Gambar 21.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 21. Revisi Kunci Jawaban
90
(7) Perbaikan gambar denah pada Kegiatan 3.1 agar lebih mudah dimengerti siswa dapat dilihat pada Gambar 22.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 22. Revisi Tampilan Denah (8) Perbaikan kalimat pada soal latihan dapat dilihat pada Gambar 23
Sebelum direvisi
Setelah direvisi Gambar 23. Revisi Kalimat pada Soal (9) Perbaikan pengantar masalah Kegiatan 4.1 disajikan pada Gambar 24.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi Gambar 24. Revisi Pengantar Masalah Kegiatan 4.1 91
b) Revisi LKS Ahli Media (1) Perbaikan penataan simbol dan gambar pada halaman sampul depan agar lebih memberikan alur pemahaman dapat dilihat pada Gambar 25.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 25. Revisi Halaman Sampul (2) Pemilihan warna bingkai perkegiatan lebih disesuaikan. Tema warna pada LKS 1 yang sebelumnya berwarna merah diganti dengan warna abu-abu. Tema warna pada LKS 2 yang sebelumnya berwarna jingga diganti warna ungu. Hal ini bertujuan agar tema warna kontras dengan warna merah pada kunci jawaban di LKS pedoman guru.
92
(3) Perbaikan tampilan halaman daftar isi yang disesuaikan dengan halaman lain dapat dilihat pada Gambar 26.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 26. Revisi Tampilan Daftar Isi (4) Perbaikan penyesuaian pemilihan tema warna pada halaman peta konsep dengan halaman lainnya disajikan pada Gambar 27.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi Gambar 27. Revisi Pemilihan Tema Warna 93
(5) Perbaikan pemilihan ikon pada halaman refleksi dapat dilihat pada Gambar 28.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi Gambar 28. Revisi Penggunaan Ikon pada Kolom Refleksi (6) Perbaikan pada pemilihan ikon pada kegiatan questioning untuk lebih diseimbangkan antara ikon laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Gambar 29.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 29. Revisi Penggunaan Ikon Laki-laki dan Perempuan 4. Tahap Implementation Pada tahap implementasi dilakukan uji coba perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi kemudian diujicobakan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman. Uji coba perangkat pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa kelas X A SMAN Negeri 1 Cangkringan, Sleman tahun pelajaran 94
2015/2016 yang berjumlah 24 orang dan 1 guru matematika SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman. Peneliti sebagai observer bertugas untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung dan mencatat kegiatan tertentu yang dianggap penting dan dapat dijadikan saran perbaikan RPP dan LKS yang dikembangkan. Catatan penting tersebut dicatat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dapat dilihat hasilnya pada lampiran D.14. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual disusun untuk tujuh kali pertemuan dengan waktu 2x45 menit setiap pertemuan. Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 sampai 13 Februari 2016. Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Hari, tanggal Waktu Materi Senin, 11 Januari 2016 10.15-11.45 Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi 2 Sabtu, 16 Januari 2016 10.15-11.45 Konjungsi dan Disjungsi 3 Senin, 18 Januari 2016 10.15-11.45 Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi 4 Sabtu , 23 Januari 2016 10.15-11.45 Ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk 5 Senin, 25 Januari 2016 09.15-11.00 Konvers, Invers, dan Kontraposisi 6 Senin, 1 Februari 2016 09.15-11.00 Penyataan Berkuantor 7 Sabtu, 6 Februari 2016 10.15-11.45 Penarikan Kesimpulan 8 Sabtu, 13 Februari 2016 10.15-11.45 Tes hasil belajar Pada tahap ini peneliti mengujicobakan LKS 1 sampai LKS 6, sedangkan LKS No 1
7 digunakan sebagai bahan pengayaan bagi siswa. Secara umum proses pembelajaran diawali dengan pendahuluan yaitu guru membuka pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca doa bersama. Kemudian guru memberikan informasi tentang pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan kegiatan 95
yang akan dilakukan oleh siswa. Guru memberikan apersepsi dan motivasi terkait materi yang akan dipelajari. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran kontekstual REACT (relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring). Tahap relating dilakukan dengan memberikan materi atau permasalahan terkait dengan materi yang dipelajari. Kegiatan pada tahap ini dilakukan dengan ceramah atau tanya jawab. Tahap experiencing, applying, dan cooperating terlihat pada saat siswa mengerjakan kegiatan yang terdapat dalam LKS secara berdiskusi untuk menemukan konsep, prinsip, atau sifat kemudian menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Tahap transferring dilakukan dengan mengerjakan permasalahan dan tugas pada uji pemahaman. Selama proses pembelajaran siswa berdiskusi kelompok dalam menemukan konsep dan memecahkan masalah yang diberikan. Kegiatan diskusi siswa dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Siswa Berdiskusi dalam Mengerjakan LKS
96
Setelah proses diskusi siswa melakukan presentasi dengan menuliskan hasil diskusinya di papan tulis. Kegiatan presentasi siswa dapat dilihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Perwakilan Kelompok Menuliskan Hasil Diskusi di Papan Tulis Petunjuk dalam LKS cukup dimengerti oleh siswa, namun sesekali guru harus memberikan bimbingan kepada siswa karena masih ada beberapa siswa yang bingung dengan maksud dari petunjuk tersebut. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak ragu untuk bertanya. Kegiatan pemberian bimbingan seperlunya oleh guru dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32. Guru Memberikan Bimbingan kepada Siswa 97
Adapun catatan-catatan selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut. Pertemuan pertama, siswa mempelajari LKS 1 mengenai Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi. Sebelum pembelajaran dimulai siswa diberikan penjelasan tentang petunjuk penggunaan LKS dan pendekatan kontekstual yang digunakan dalam LKS. Pada pertemuan pertama siswa belajar, berdiskusi dengan teman sebangku, dan mempresentasikan hasil diskusi secara lisan. Pengerjaan latihan soal dilanjutkan sebagai tugas di rumah karena waktu yang tidak mencukupi. Logika merupakan materi yang baru bagi siswa, sehingga beberapa siswa masih bingung dalam membedakan antara pernyataan, bukan pernyataan, dan kalimat terbuka. Akan tetapi, siswa dapat memahami dengan baik bagaimana menentukan ingkaran dari suatu pernyataan. Pertemuan kedua, siswa mempelajari LKS 2 mengenai konjungsi dan disjungsi. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4 anak yang dibentuk secara acak oleh guru. Pada awalnya siswa mengalami kesulitan dalam menemukan konsep konjungsi dan disjungsi secara kontekstual dengan menggunakan penalaran mereka. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa memperoleh rumus akhir secara langsung. Sedangkan dalam hal ini mereka harus menggunakan penalaran dan kemampuan berpikir logis mereka dalam menemukan konsep konjungsi dan disjungsi. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di papan tulis. Siswa dapat memahami konsep konjungsi dan disjungsi dengan menganalogikan dengan konsep rangkaian listrik seri dan paralel. Pertemuan ketiga, siswa mempelajari LKS 3 mengenai implikasi, biimplikasi, tautologi, dan kontradiksi. Diawal pembelajaran siswa mengingat kembali tentang 98
konsep konjungsi dan disjungsi dengan menganalogikan dengan rangkaian listrik seri dan paralel. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4 anak yang dibentuk secara acak oleh guru. Dalam menemukan konsep implikasi dan biimplikasi siswa juga dituntut untuk menggunakan penalarannya. Beberapa siswa mengalami kebingungan dalam memecahkan masalah tentang denah pada Kegiatan 3.1 untuk menemukan konsep implikasi. Kemudian guru memberikan penjelasan dan memberikan contoh dengan menggunakan pernyataan lain yang lebih sederhana untuk lebih memahamkan siswa. Perwakilan dari tiga kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dengan menuliskan di papan tulis. Latihan soal diberikan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah. Pertemuan keempat dan kelima siswa mempelajari LKS 4 mengenai ekuivalensi, negasi dari pernyataan majemuk, konvers, invers, dan kontraposisi. Pertemuan keempat siswa mempelajari tentang ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk. Diawal pertemuan dibahas latihan soal LKS 3 untuk mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya. Beberapa siswa maju kedepan untuk menuliskan hasil pekerjaan mereka. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk dengan cara undian. Siswa sesekali mengalami kesulitan dalam menemukan konsep dalam diskusi, namun dapat diatasi
dengan
pemberian
bimbingan
seperlunya
oleh
guru.
Siswa
mempresentasikan hasil diskusinya dengan menuliskannya di papan tulis. Pengerjaan latihan soal dilanjutkan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah. Pertemuan kelima siswa masih mempelajari LKS 4 tentang konvers, invers, dan kontraposisi. Di awal pembelajaran dibahas latihan soal terkait ekuivalensi 99
dan negasi dari pernyataan majemuk. Beberapa siswa maju ke depan untuk menuliskan hasil pekerjaannya. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku untuk menemukan konsep konvers, invers, dan kontraposisi. Siswa diberi contoh pengerjaan soal nomor 1a pada LKS 4 oleh guru. Presentasi digantikan dengan tanya jawab latihan soal tentang konvers, invers dan kontraposisi. Pertemuan keenam siswa mempelajari LKS 5 mengenai pernyataan berkuantor. Di awal pembelajaran guru membahas beberapa latihan soal pada LKS 4 yang belum dipahami siswa. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk dengan metode berhitung. Siswa sesekali mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan, namun dapat diatasi dengan pemberian bimbingan seperlunya. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami simbol-simbol yang digunakan karena beberapa simbol yang digunakan masih asing bagi mereka. Presentasi digantikan dengan melakukan pembahasan bersama dengan metode tanya jawab. Pertemuan ketujuh siswa mempelajari LKS 6 mengenai penarikan kesimpulan yang terdiri dari modus ponen, modus tollens, dan silogisme. Diawal pembelajaran siswa mengingat kembali tentang konsep tautologi. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk secara acak oleh guru. Pembelajaran berjalan dengan baik meskipun sesekali guru memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa untuk memahami konsep penarikan kesimpulan. Pada pertemuan terakhir dari kegiatan ini, siswa mengerjakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar terdiri dari 15 butir soal pilihan ganda dan 3 butir soal uraian 100
yang harus diselesaikan oleh siswa maksimal dalam waktu 90 menit. Tes hasil belajar ini digunakan unutk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Selanjutnya siswa dan guru mengisi angket respon untuk mengetahui respon dan evaluasi perangkat pembelajaran yang telah digunakan selama proses pembelajaran. Hasil penilaian angket respon ini kemudian digunakan untuk mengetahui nilai kepraktisan penggunaan perangkat pembelajaran. Penilaian angket respon dilakukan menggunakan instrumen yang telah divalidasi pada tahap sebelumnya. Pada setiap kegiatan pembelajaran peneliti sebagai observer (pengamat) mengamati
kegiatan
pembelajaran
yang
berlangsung
di
kelas.
Hasil
pengamatannya kemudian dituliskan pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Hasil dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepraktisan penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Secara keseluruhan kegiatan penelitian berjalan baik, lancar, dan sesuai dengan perangkat pembelajaran dan metode penelitian yang telah disusun. 5. Tahap Evaluation Setelah melakukan uji coba, tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap produk. Selama proses uji coba berlangsung saran dan masukan dari guru dan siswa ditampung untuk digunakan sebagai perbaikan atau revisi terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Berbagai perbaikan yang dilakukan
101
adalah terkait dengan LKS sedangkan untuk RPP tidak ada perbaikan. Beberapa hal yang diperbaiki adalah sebagai berikut. a. Terdapat beberapa kesalahan penuliasan ejaan pada LKS b. Terdapat kesalahan penulisan soal pada kolom “Ayo Berlatih” c. Kurangnya petunjuk pada kegiatan pada LKS 3 Kegiatan 3.1. Hasil akhir pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS setelah melalui tahap revisi akhir dapat dilihat pada lampiran F. B. Kualitas Perangkat Pembelajaran Pada tahap ini dilakukan analisis kualitas perangkat pembelajaran yang meliputi aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. 1. Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran Analisis
kevalidan
dilakukan
untuk
menentukan
kualitas
perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh dosen dan guru matematika selama proses validasi. Berikut ini merupakan hasil penilaian terhadap masing-masing perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan. a. Kevalidan RPP Penilaian kevalidan RPP dilakukan oleh dosen ahli materi dan guru matematika. Hasil penilaian untuk setiap aspek yang dinilai dalam RPP dapat dilihat pada Tabel 22.
102
Tabel 22. Hasil Penilaian RPP Aspek Penilaian Identitas Mata Pelajaran Alokasi Waktu Tujuan Pembelajaran Pemilihan Materi Pemilihan Pendekatan dan metode Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Pemilihan Sumber Belajar Penilaian Hasil Belajar Kesimpulan
Rata-rata tiap Aspek 4.93 4 4.5 4.17 4
Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Baik
4.19
Baik
4.5 4 4.29
Sangat Baik Baik Sangat Baik
Kriteria
Penilaian terhadap RPP yang dikembangkan menunjukkan skor rata-rata 4.29. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, RPP yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil penilaian kevalidan RPP dapat dilihat pada Lampiran B.1. b. Kevalidan LKS Penilaian kevalidan LKS dilakukan oleh dosen ahli materi, ahli media, dan guru matematika. Hasil penilaian untuk setiap aspek yang dinilai dalam LKS dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Penilaian LKS Aspek Penilaian Kompetensi Isi Materi Kesesuaian LKS dengan Pendekatan Kontekstual Bahasa Penyajian Materi Kegrafikan Kesimpulan
Rata-rata tiap Aspek 4.13 4.29 3.64 4.25 4.42 4.18 4.15
Kriteria Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik
Penilaian terhadap LKS yang dikembangkan menunjukkan skor rata-rata 4.159. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria baik. 103
Tabulasi hasil penilaian kevalidan RPP dapat dilihat pada Lampiran B.2 dan Lampiran B.3. Klasifikasi RPP yang memenuhi kriteria sangat baik dan klasifikasi LKS yang memenuhi kriteria baik menunjukkan bahwa RPP dan LKS memenuhi kualifikasi valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah. 2. Analisis Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Analisis kepraktisan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil angket respon siswa dan guru setelah
menggunakan
perangkat
pembelajaran,
serta
hasil
observasi
keterlaksanaan pembelajaran. Berikut merupakan hasil yang diperoleh. a. Angket respon siswa Angket respon siswa digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual, kemudahan, keterbantuan, dan kemenarikan. Hasil angket respon siswa untuk setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Angket Respon Siswa Skor Aspek Penilaian Rata-rata Pendekatan kontekstual 4.23 Keterbantuan 4.21 Kemudahan 3.46 Kemenarikan 4.1 Kesimpulan 4
Klasifikasi Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik
Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang telah digunakan menunjukkan skor rata-rata 4. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian 104
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memnuhi kriteria baik. Tabulasi hasil angket respon siswa dapat dilihat pada Lampiran B.6. b. Angket respon guru Angket respon guru digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek penyajian materi, kesesuaian dengan pendekatan kontekstual, penggunaan RPP, dan penggunaan LKS. Hasil angket respon guru untuk setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Angket Respon Guru Skor Aspek Penilaian Rata-rata Penyajian materi 5 Pendekatan kontekstual 4.57 RPP 4.6 LKS 4.6 Kesimpulan 4.69
Klasifikasi Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang telah digunakan menunjukkan skor rata-rata 4.69. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, respon guru terhadap proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan memnuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil angket respon guru dapat dilihat pada Lampiran B.5. c. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dalam proses
105
pembelajaran. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan Persentase (%) Kategori RPP 1 91.30 Sangat Baik RPP 2 95.65 Sangat Baik RPP 3 95.65 Sangat Baik RPP 4 91.30 Sangat Baik RPP 5 82.61 Baik RPP 6 91.30 Sangat Baik RPP 7 100 Sangat Baik Kesimpulan 92.55 Sangat Baik Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran menggunakan
perangkat
menunjukkan
persentase
keterlaksanaan
pembelajaran 92,55%.
pembelajaran
yang
yang
telah
Berdasarkan telah
dikembangkan
pedoman
dikembangkan,
kualifikasi pelaksanaan
pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.7. Klasifikasi respon siswa yang memenuhi kriteria baik, klasifikasi respon guru yang memenuhi kriteria sangat baik, dan keterlaksanaan pembelajaran yang memenuhi kriteria sangat baik menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan memiliki kualitas praktis. 3. Analisis Keefektifan Perangkat Pembelajaran Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil tes hasil belajar siswa. Deskripsi statistik dari data hasil tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 27. 106
Tabel 27. Deskripsi Statistik Data Hasil Tes Hasil Belajar Statistics Nilai siswa Valid 24 N Missing 0 Mean 79.17 Median 76.50 Mode 76 Variance 73.449 Minimum 63 Maximum 93 Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 79,17 dengan nilai terendah adalah 63 dan nilai tertinggi adalah 93. Sedangkan data hasil tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Hasil Tes Banyak siswa (KKM = 75) Siswa tuntas 19 Siswa tidak tuntas 5 Jumlah 24
Persentase (%) 79.17 20.83 100
Persentase ketuntasan klasikal adalah 79.17 %. Berdasarkan pedoman kualifikasi
ketuntasan
pembelajaran,
kualifikasi
keefektifan
perangkat
pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria baik. Tabulasi nilai tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran B.8. C. Pembahasan Berdasarkan
hasil
penelitian
pengembangan
yang
telah
diuraikan,
pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah pengembangan model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi) menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan 107
LKS berbasis pendekatan kontekstual pada materi Logika untuk SMA Kelas X dengan kriteria valid, praktis, dan efektif. Pada tahap analisis (analysis) dilakukan tiga komponen analisis yaitu analisis kebutuhan, karakteristik siswa, dan kurikulum. dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa masih terbatasnya perangkat pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri. LKS yang dikembangkan oleh guru berisi materi yang disajikan secara langsung dan latihan soal. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif dan kemampuan berpikir mereka kurang berkembang. Selain itu, penyajian materi atau masalah yang belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Oleh karena itu, perlu adanya perangkat pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yang mampu memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep matematika secara mandiri serta menggunakan konsep tersebut dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa kelas X semester 2 adalah materi logika. Pembelajaran matematika khususnya pada materi logika dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi logika mengacu pada kurikulum yang digunakan sekolah, yaitu KTSP. Pada tahap perancangan (design) dilakukan penyusunan rancangan RPP, penyusunan rancangan LKS, dan penyusunan rancangan instrumen perangkat pembelajaran. Perancangan RPP mengacu pada standar proses yang tercantum 108
pada Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007. Penyusunan rancangan RPP dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah, yaitu: (1) perancangan identitas RPP, (2) perumusan tujuan pembelajaran, (3) perancangan materi pembelajaran, (4) pemilihan metode pembelajaran, (5) perancangan kegiatan pembelajaran, (6) pemilihan sumber belajar, dan (7) perancangan penilaian pembelajaran. Sedangkan langkah-langkah penyusunan rancangan LKS yaitu: (1) penyusunan peta kebutuhan LKS, (2) penentuan judul LKS, dan (3) penulisan LKS yang meliputi perumusan kompetensi dasar, penentuan bentuk penilaian, penyusunan materi, dan penyusunan struktur LKS. LKS disusun berdasarkan empat aspek kriteria kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan grafika (Depdiknas, 2007). Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan rancangan instrumen penilaian kualitas perangkat pembelajaran yang terdiri dari instrumen penilaian perangkat pembelajaran, angket respon, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan instrumen tes hasil belajar siswa. Pada tahap pengembangan (development) dilakukan pengembangan instrumen penilaian perangkat pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran, validasi perangkat pembelajaran, dan revisi perangkat pembelajaran. Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang telah dirancang kemudian disusun dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Sebelum digunakan instrumen tersebut divalidasi oleh dosen validator. RPP dikembangkan berdasarkan rancangan yang telah disusun sebelumnya. Langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP mengacu pada langkah-langkah pendekatan kontekstual menurut Center for 109
Occupation Research and Development (CORD) (1999: 22-30) yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. LKS dikembangkan berdasarkan rancangan yang telah disusun sebelumnya dan mengacu pada komponen pendekatan kontekstual menurut Yatim Riyanto (2010: 168) yaitu Constructivism
(Konstruktivisme),
Inquiry
(Menemukan),
Questioning
(Bertanya), Learning Community (Masyarakat belajar), Modelling (Pemodelan), Reflection (refleksi), dan Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya). Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh dua dosen sebagai ahli materi dan ahli media, serta satu guru matematika. Penilaian validator menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran layak diujicobakan dengan revisi. Selanjutnya, sebelum diujicobakan di sekolah perangkat pembelajaran direvisi sesuai masukan dan saran dari validator. Pada tahap implementasi (implementation) perangkat pembelajaran yang telah direvisi diujicobakan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman Kelas X A yang terdiri dari 24 siswa. Uji coba perangkat pembelajaran dilakukan dalam tujuh kali pertemuan dan dalam pertemuan terakhir dilakukan tes hasil belajar siswa dan pengisian angket respon. Pada tahap evaluasi (evaluation) dilakukan perbaikan atau revisi perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan saran dan masukan dari guru dan siswa selama proses uji coba berlangsung. Hasil dari pengembangan berupa produk akhir perangkat pembelajaran telah diuji kevalidan, kepraktisan dan keefektifannya. Berdasarkan aspek kevalidan hasil penilaian masing-masing komponen perangkat pembelajaran yaitu RPP dan 110
LKS mencapai kualifikasi penilaian minimal baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berupa RPP dan LKS telah memenuhi kriteria valid. Berdasarkan hasil penilaian RPP diperoleh skor rata-rata 4,29 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan telah sesuai dengan prinsip pengembangan dan komponen RPP yang tercantum pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Meski telah mencapai klasifikasi sangat baik, berdasarkan Tabel 13, aspek alokasi waktu, pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar memiliki skor rendah dibandingkan dengan aspek lain, yaitu sebesar 4 dengan klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa keefektifan dan keefisienan alokasi waktu dalam RPP dalam mencapai tujuan pembelajaran belum dikembangkan sebaik aspek lainnya. Begitu juga dengan pemilihan metode dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa serta pengembangan prosedur dan teknik penilaian belum dikembangakan sebaik aspek lainnya. Sementara itu, berdasarkan hasil penilaian LKS diperoleh skor rata-rata 4,15 dengan skor maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi aspek kualitas kelayakan bahan ajar yaitu ditinjau dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan (Depdiknas, 2007). Berdasarkan Tabel 14, aspek kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek lain yaitu sebesar 3,64 dengan klasifikasi baik. Komponen pendekatan kontekstual belum dikembangkan dalam LKS sebaik aspek-aspek lainnya. Menurut Ali 111
Mahmudi (2010: 1) mengimplementasikan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran berarti mengimplementasikan komponen utama pendekatan kontekstual dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil penilaian LKS pada masing-masing komponen pendekatan kontekatual komponen learning community dan modelling memiliki skor terendah yaitu 3,5 dengan kualifikasi baik. Berdasarkan hasil penilaian LKS memiliki klasifikasi sangat baik ditinjau dari aspek penyajian materi, yaitu 4,42. Hal ini berarti LKS yang dikembangkan memiliki kriteria sangat baik dalam penyajian materi logika tetapi langkahlangkah kegiatan pendekatan kontekstual yang digunakan untuk menyajikan materi hanya termasuk pada kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa komponenkomponen pendekatan kontekstual belum menonjol dalam penyajian materi pada LKS yang dikembangkan terutama pada aspek learning community dan modelling. Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan terkait aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan aspek lain yang diberikan penilai telah digunakan sebagai bahan revisi untuk memperoleh LKS yang lebih baik. RPP dan LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis berdasarkan respon yang diberikan oleh guru dan siswa serta hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan adalah sangat baik dan respon siswa adalah baik. Sementara itu, pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati juga menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria praktis.
112
Berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh skor rata-rata 4 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Berdasarkan Tabel 15 aspek kemudahan memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Hal ini dikarenakan bahasa dan petunjuk yang digunakan masih membingungkan bagi siswa. Selain itu, simbol dan istilah yang digunakan pada materi logika masih baru bagi siswa, sehingga tidak mudah bagi siswa untuk memahami istilah dan simbol tersebut dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya halaman yang menyajikan simbol dan penggunaananya dalam LKS yang dikembangkan. Berdasarkan hasil angket respon siswa aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual dan aspek keterbantuan memperoleh klasifikasi sangat baik dengan skor rata-rata 4,23 dan 4,21 dengan skor maksimal 5. Hal ini berarti LKS dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan sesuai dengan salah satu fungsi penggunaan LKS dalam pembelajaran yaitu LKS dapat membantu siswa dalam memahami materi logika (Andi Prastowo, 2011: 207). Sementara itu, skor rata-rata yang diperoleh dari hasil respon guru oleh guru matematika adalah 4,69 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Semua aspek dalam angket respon siswa memperoleh klasifikasi sangat baik. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai praktis untuk digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika materi logika. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran, karena guru dapat mengetahui kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Mulyasa, 2007: 221). 113
Selama kegiatan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan, kemudian mengisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah 92,55 % dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini berarti bahwa guru telah melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
sesuai
dengan
RPP
yang
telah
dikembangkan. Selain itu, RPP yang dikembangkan telah memenuhi fungsi pelaksanaan RPP yaitu untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan (Mulyasa, 2007: 218). Berdasarkan proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, hasil analisis data hasil tes belajar siswa mencapai kategori baik dengan persentase ketuntasan siswa dalam tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir pertemuan adalah 79,17 %. Dengan demikian, perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan memenuhi kritera efektif. Berdasarkan tercapainya kriteria valid, praktis, dan efektif dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir berupa perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi logika untuk SMA Kelas X yang memenuhi kriteria kualitas perangkat pembelajaran oleh Nieveen (1999: 127), yaitu valid, praktis, dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.
114
D. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut. 1. Pada beberapa pertemuan latihan soal digunakan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah. Hal ini disebabkan kegiatan diskusi atau presentasi yang tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan serta adanya kegiatan pembahasan soal yang membutuhkan banyak waktu. 2. Implementasi pembelajaran di dalam kelas seharusnya dilakukan sepenuhnya oleh guru. Namun dalam pertemuan kelima pengajaran dilakukan oleh peneliti dan dipantau oleh observer karena guru memperoleh tugas diluar sekolah.
115