BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Taekwondo (juga dieja Tae Kwon Do atau Taekwon-Do) adalah seni bela diri asal Korea yang juga sebagai olahraga nasional Korea. Ini adalah salah satu seni bela diri populer di dunia yang dipertandingkan di Olimpiade37. Dalam bahasa Korea, hanja untuk Tae berarti "menendang atau menghancurkan dengan kaki"; Kwon berarti "tinju"; dan Do berarti "jalan" atau "seni". Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai "seni tangan dan kaki" atau "jalan" atau "cara kaki dan kepalan". Popularitas taekwondo telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat.
Seni bela diri Korea tertua yaitu Taekwondo yang berasal dari sebuah penggabungan dari gaya pertempuran bersenjata yang dikembangkan oleh tiga kerajaan Korea saingan dari Goguryeo, Silla dan Baekje, di mana pemuda dilatih dalam teknik tempur bersenjata untuk mengembangkan kekuatan, kecepatan, dan keterampilan bertahan hidup. Yang paling populer dari teknik ini adalah subak, dengan taekkyeon yang paling populer dari segmen subak. Mereka yang
37
http://id.wikipedia.org/wiki/Taekwondo di akses pada 1 Januari 2015 Pukul 15.23
38
39
menunjukkan bakat sejak lahir yang kuat dipilih sebagai trainee dalam korps prajurit baru khusus, yang disebut Hwarang. Ia percaya bahwa pria muda dengan bakat untuk seni liberal mungkin memiliki bakat untuk menjadi prajurit yang kompeten. Prajurit ini diperintahkan dalam akademisi serta seni bela diri, belajar filsafat, sejarah, kode etik, dan olahraga berkuda. Pelatihan militer mereka termasuk program perang yang melibatkan pedang dan memanah, baik di atas kuda dan berjalan kaki, serta pelajaran di taktik militer dan menggunakan subak memerangi prajurit bersenjata. Meskipun subak adalah seni berorientasi dengan menggunakan kaki di Goguryeo, pengaruh Silla menambahkan teknik tangan untuk praktek subak.
Selama waktu ini beberapa yang dipilih Silla prajurit diberi pelatihan taekkyeon oleh master awal dari Koguryo. Prajurit ini kemudian menjadi dikenal sebagai Hwarang. Hwarang mendirikan akademi militer untuk anak-anak di Silla disebut Hwarang-do, yang berarti "jalan kedewasaan." Hwarang mempelajari taekkyeon, sejarah, filsafat Konfusianisme, etika, moralitas Buddhis, keterampilan sosial dan taktik militer. Prinsip-prinsip dari prajurit Hwarang didasarkan pada lima Won Gwang yaitu kode perilaku manusia dan termasuk kesetiaan, tugas berbakti, kepercayaan, keberanian dan keadilan. Taekkyeon tersebar di seluruh Korea karena perjalanan Hwarang seluruh semenanjung untuk belajar tentang daerah lain dan orang-orang.
Pada masa modern Korea , saat Dinasti Chosun ( Yi ) pada tahun 1392 sampai 1910, Kerajaan Korea dan Jaman penjajahan Jepang sampai tahun 1945,
40
Subakhui dan Taekkyon, sebutan Taekwondo pada saat itu mengalami kemunduran dan tidak mendapat dukungan dari pemerintah yang memodernisasi tentaranya dengan senjata api. Dinasti Yi yang didirikan dalam ideologi Konfusius, lebih mementingkan kegiatan kebudayaan daripada seni beladiri. Kemudian, saat raja Jungjo setelah invasi oleh Jepang pada tahun 1952, pemerintah kerajaan membangun kembali pertahanan yang kuat dengan memperkuat latihan ketentaraan dan praktek seni beladiri. Seputar periode ini, terbit sebuah buku tentang ilustrasi seni bela diri yang diber judul Muyedobo Tonji, yang memuat gambar - gambar dan ilustrasi yang mirip / menyerupai bentuk / sikap ( Poomse ) dan Gerakan Dasar ( Basic Movement ) Taekwondo sekarang, namun tentunya hal ini tak dapat diperbandingkan begitu saja dengan Taekwondo saat ini yang telah dimodernisasi dengan penelitian yang berdasarkan ilmu pengetahuan modern ( Scientific Studies). Akan tetapi , saat penjajahan Jepang semua kesenian rakyat dilarang termasuk Taekkyon, untuk menekan rakyat Korea. Seni beladiri Taekkyon hanya diajarkan secara sembunyi oleh para master beladiri sampai masa kemerdekaan pada tahun 1945.
Pada tanggal 28 Mei 1973, The World Taekwondo Federation (WTF) didirikan di Korea, dan sekarang telah mempunyai cabang di 156 negara anggota. Taekwondo telah di pertandingkan di berbagai pertandingan multi even di seluruh dunia. Kejuaraan Taekwondo yang pertama kali diadakan pada tahun 1973 di Kuk Ki Won, Seoul, Korea Selatan. sampai saat ini kejuaraan dunia tersebut rutin diadakan 2 tahun sekali. Kemudian diadakan pertandingan ekshibisi pada
41
Olympic Games 1988 di Seoul, dilanjutkan pertandingan Olympic Games 2000, Sydney, Australia, yang diakui sebagai pertandingan cabang olahraga resmi dunia.
Taekwondo modern merupakan kombinasi antara Hyung (aliran spesifik yang unik) yakni pola jurus dari seni pertarungan kuno, dalam aliran tersebut diajarkan setidaknya terdapat 20 jurus yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Menurut sebuah buku tentang seni beladiri yang disebut Muye Dobo Tongji menyebutkan : “Taekwondo merupakan seni pertarungan tangan kosong, adalah dasar dari seni beladiri, yang membangun kekuatan dengan melatih tangan dan kaki hingga menyatu dengan tubuh agar dapat bergerak bebas leluasa, sehingga dapat digunakan saat menghadapi situasi yang kritis, sehingga Taekwondo praktis dapat digunakan setiap saat”.
Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai olahraga Taekwondo, seni ini pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhlan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan berputar, 45 derajat, depan, kapak dan samping adalah yang paling banyak dipergunakan; tendangan yang dilakukan mencakup
42
tendangan melompat, berputar, step dan menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).
4.1.1. Sejarah Taekwondo di Indonesia
Gambar 1: Logo Taekwondo Indonesia (Sumber: iptaana.wordpress.com) Hingga kini belum ada kejelasan mengenai kapan olahraga Taekwondo mulai berkembang di Indonesia, namun pada tahun 70-an terdapat aliran Taekwondo yang berafiliasi ke ITF ( International Taekwondo Federation ) yang pada waktu itu bermarkas besar di Toronto Kanada, aliran ini dipimpin dan dipelopori oleh Gen. Choi Hong Hi, kemudian berkembang juga aliran Taekwondo yang berafiliasi ke WTF ( The World Taekwondo Federation ) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan dgn Presiden Dr. Un Yong Kim .
Pada waktu itu, di Indonesia kedua aliran ini yang masing - masing mempunyai organisasi ditingkat nasional yaitu Persatuan Taekwondo
43
Indonesia ( PTI ) yg berafiliasi ke ITF dipimpin oleh Letjen. Leo Lopolisa dan Federasi Taekwondo Indonesia ( FTI ) yg berafiliasi ke WTF dipimpin oleh Marsekal Muda Sugiri .
Atas kesepakatan bersama dan melihat prospek perkembangan didunia olahraga International dan Nasional , maka Musyawarah Nasional Taekwondo pada Tanggal 28 maret 1981 berhasil menyatukan kedua organisasi Taekwondo tersebut, menjadi organisasi baru yang disebut Taekwondo Indonesia dan dipimpin oleh Leo Lopolisa sebagai Ketua Umumnya, sedangkan struktur organisasi ditingkat nasionalnya disebut PBTI ( Pengurus Besar Taekwondo Indonesia ) dan berpusat di Jakarta. Munas Taekwondo Indonesia I pada Tanggal 17 - 18 September 1984 menetapkan Letjen. Sarwo Edhie Wibowo ( Alm. ) sebagai Ketua Umum Taekwondo Indonesia periode 1984 - 1988, maka era baru Taekwondo Indonesia yang bersatu dan kuat dimulai.
4.1.2. Filosofi Sabuk
Pada olahraga beladiri Taekwondo memiliki beberapa tingkatan yang harus dilalui. Tingkatan ini di ukur dari sabuk yang dikenakan pada saat berlatih maupun bertanding. Pada tingkatan awal para junior yang baru masuk hingga pada level ahli yaitu senior – senior yang dianggap
44
telah mahir. Adapun makna dari warna – warna sabuk pada olahraga beladiri Taekwondo beserta filosofinya adalah sebagai berikut:38
Putih melambangkan kesucian, awal/dasar dari semua warna, permulaan. Di sini para Taekwondoin mempelajari jurus dasar (gibon) 1
Kuning melambangkan bumi, disinilah mulai ditanamkan dasardasar Taekwondo dengan kuat. Mempelajari gibon 2 dan 3. Sebelum naik sabuk hijau biasanya naik ke sabuk kuning strip hijau terlebih dahulu.
Hijau melambangkan hijaunya pepohonan, pada saat inilah dasar Taekwondo mulai ditumbuhkembangkan.(mempelajari taeguk 2). Sebelum naik ke sabuk biru biasanya naik ke sabuk hijau strip biru terlebih dahulu.
Biru melambangkan birunya langit yang menyelimuti bumi dan seisinya, memberi arti bahwa kita harus mulai mengetahui apa yang telah kita pelajari.(mempelajari taeguk 4). Sebelum naik sabuk merah biasanya naik ke sabuk biru strip merah terlebih dahulu.
Merah melambangkan matahari artinya bahwa kita mulai menjadi pedoman bagi orang lain dan mengingatkan harus dapat mengontrol setiap sikap dan tindakan kita.(mempelajari taeguk 6). Sebelum naik sabuk hitam, biasanya naik ke sabuk merah strip dua
38
http://id.wikipedia.org/wiki/Taekwondo di akses pada 1 Januari 2015 Pukul 15.25
45
dan merah strip satu dahulu. Maksud dari matahari adalah tingkaran di mana seorang sabuk merah memberi kehangatan atau dalam arti denotasi mulai memberi ilmu atau bimbingan.
Hitam melambangkan akhir, kedalaman, kematangan dalam berlatih dan penguasaan diri kita dari takut dan kegelapan. Hitam memiliki tahapan dari Dan 1 hingga Dan 9. Juga melambangkan alam semesta.
4.2.1. Latar Belakang Perempuan Taekwondo Setiap informan memiliki dasar apa yang mereka tanamkan dalam diri masing – masing. Mulai dari alasan mereka mengikuti olahraga Taekwondo hingga bertahan bahkan berprestasi pada bidang olahraga Taekwondo. Karena narasumber yang menggeluti olahraga Taekwondo memiliki keunikan pada dirinya masing – masing. Keunikan ini akan dibahas dari sisi kehidupan, pendidikan, serta kegiatan yang mereka lakukan sehari – hari. Kesamaan dari setiap narasumber adalah mereka perempuan yang menjadi para penggiat olahraga Taekwondo ini sama – sama sudah sangat lama menggeluti olahraga Taekwondo. Meskipun mereka berada di generasi yang berbeda, namun prestasi mereka sebagai perempuan penggiat olahraga Taekwondo patut dibanggakan. Sehingga para informan ini dianggap memiliki pemahaman yang cukup terhadap citra diri para perempuan penggiat olahraga Taekwondo. Berikut ini merupakan sekilas mengenai latar belakang narasumber perempuan – perempuan penggiat olahraga Taekwondo:
46
1. Public Figure Juga Duta Taekwondo
Gambar 2 : Narasumber Tya Ariestya (Sumber : Taekwondoindonesianews.wordpress.com)
Ariestya Noormita Azhar atau yang akrab dipanggil Tya Ariestya merupakan artis yang lahir pada 30 Maret 1986. Darah batak ini mulai menekuni dunia Taekwondo sejak kelas dua SD yaitu saat berusia tujuh tahun. Saat itu yang ada di benak narasumber Tya Arietya kecil ingin menjadi Super Hero. “Aku kenal Taekwondo itu dari umur 7 tahun, waktu itu dideket rumah ada tempat latihan Taekwondo. Karena aku sering keliling naik sepeda terus liat ada latihan Taekwondo jadi pengen ikut deh, aku pengen jadi super hero waktu itu. hahaha”.39 Sejak tahun 1993 hingga 2000 merupakan waktu yang panjang untuk menjadi penggiat olahraga Taekwondo. Rentang waktu yang panjang ini membuahkan hasil pada pertandingan Nasional maupun Internasional.
39
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014.
47
“Aku konsisten dari sabuk putih sampe ke merah karena ada target yang mau dicapai. Dari sabuk biru aku udah sering ikut pertandingan, jadi kaya punya ketertarikan sendiri buat terus tanding lagi biar punya medali yang lebih bagus lagi. Awalnya dari Kejurcab Jakarta Selatan, naik ke DKI terus Jabodetabek, Jabodetabek plus Jawa, Jawa – Bali sampe ke event Indonesia Open tahun 2000 disitu aku dapet emas”.40 Sebagai mantan finalis Gadis Sampul 2001, prestasi narasumber Tya Ariestya yang merupakan Duta Taekwondo Indonesia juga cukup membanggakan. Narasumber Tya Ariestya pernah meraih delapan emas , dua perak dan juga satu perunggu dalam berbagai kejuaraan Nasional maupun tingkat Internasional.
Terkait sosok narasumber Tya Ariestya yang cukup dikenal masyarakat dan prestasinya di dunia Taekwondo, maka narasumber Tya Ariestya dipandang sosok yang tepat sebagai Duta Taekwondo Indonesia. Penunjukan narasumber Tya Ariestya sebagai Duta Taekwondo Indonesia dilakukan oleh Mayjen TNI Marciano Norman selaku ketua Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) pada tahun 2012.
40
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014.
48
Gambar 3: Narasumber Tya Ariestya saat dinobatkan sebagai Duta Taekwondo Indonesia pada 30 September 2012 (Sumber: Dokumentasi pribadi narasumber Tya Ariestya)
Namun pemilihan narasumber Tya Ariestya sebagai Duta Taekwondo tidak semata – mata karena seorang artis. Tetapi didasari beberapa penilaian karena narasumber Tya Ariestya berprestasi pada bidang olahraga Taekwondo dan juga sebagai public figure yang diharapkan dapat menjadi inspirasi banyak perempuan – perempuan Indonesia untuk menekuni dunia olahraga. Selebihnya penilaian lebih diserahkan kepada pihak PBTI yang lebih mengetahui perihal kriteria seorang Duta Taekwondo Indonesia. “Kebetulan yang memilih itu langsung dari pihak PBTI (Pengurus Besar Taekwondo Indonesia) yang langsung dilantik oleh bapak Marciano Norman. Sebenernya kalo persyaratan terpilih atau enggaknya itu detailnya ada di mereka ya. Cuma aku sempet dikasih tau terpilihnya aku sebagai Duta Taekwondo bukan karena aku artis aja, karena kalo Cuma artis tapi gak bisa Taekwondo juga buat apa. Artis bisa Taekwondo tapi gak berprestasi juga buat apa. Mereka bilangnya sih karena aku berprestasi juga, public figure juga... Jadi bisa mencerminkan Taekwondo tuh gak semerta
49
– merta hanya olahraga yang keras yang gak pantes buat perempuan”.41 2. Miss Maluku Juga Penggiat Taekwondo Berawal dari hobinya terhadap Taekwondo sejak duduk dibangku Sekolah Dasar, Dewi Puspita Sari kemudian menjadi atlet Taekwondo yang berprestasi. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini pernah mewakili dan mengharumkan Indonesia saat mendapatkan Gold Medal Asia Taekwondo Championship 2012 di Hongkong. Selain itu, ia juga pernah mendapatkan medali perak di PON 2012.
Gambar 4: Narasumber Dewi Puspitasari dalam ajang PON 2012 (Sumber : Dokumentasi pribadi narasumber Dewi Puspitasari)
Kesibukannya berlatih taekwondo tidak membuat gadis kelahiran Purwokerto ini melupakan pendidikannya. Dewi yang saat ini juga beraktifitas sebagai mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa Inggris, hingga kini masih aktif mengikuti pertandingan – pertandingan Taekwondo. 41
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014.
50
“Sampe sekarang aku masih aktif ikut – ikut kejuaraan kok walopun aku ikutan Miss Indonesia. Karena menurut aku Taekwondo dan Modelling itu aku banget. Bingung deh kalau suruh pilih yang mana yang aku banget hahaha”.42 Selain menjadi atlet Taekwondo perempuan asli Purwokerto ini juga aktif mengikuti kelas modelling dimana kedua aktifitas ini sangat bertolak belakang. Namun Dewi masih dapat mengimbangi rutinitas ini bahkan menikmati setiap kegiatan yang ia jalani. “ya gampang aja kak, aku kalau Taekwondo ya biasa aja gak dandan yang tebel gitu, tapi pas modelling atau kuliah baru deh aku make up trus pake hak tinggi, soalnya kalo sehari – hari kan ya biar enak diliat kan kak kalo kemana – mana dandan.”43 Menjalankan aktivitas yang bertolak belakang ini tentu saja dapat berjalan dengan baik apabila di dukung oleh orang – orang terdekat. “Mereka dukung aku kok, terutama keluarga ya support banget sama apa yang aku jalanin sekarang. Soalnya kegiatan Taekwondo atau modelling kan positif, ditambah lagi dua-duanya aku berprestasi. Ya.. walopun gak wah banget sih tapi lumayan lah”.44
42
Hasil wawancara dengan narasumber Dewi Puspitasari, 8 Januari 2015. Ibid. 44 Ibid. 43
51
Gambar 5: Narasumber Dewi Puspitasari saat mewakili Maluku pada ajang Miss Indonesia 2014 (Sumber: Facebook.com diakses pada 10 Januari 2015, pukul 22.25 WIB)
Di tahun 2014 lalu, atlet cantik ini mengikuti kontes kecantikan Miss Indonesia mewakili Provinsi Maluku. Lagi dan lagi Dewi menorehkan prestasi, meskipun bertolak belakang dengan aktivitasnya sebagai atlet. Namun pada kontes kecantikan Miss Indonesia Dewi yang menjadi perwakilan Provinsi Maluku menjadi Pemenang Fast Track Sport Competition. Menjadi Miss Maluku tidak menyurutkan minatnya untuk terus aktif di dunia Taekwondo. Hingga kini Dewi Miss Maluku masih terus menorehkan prestasinya di bidang Taekwondo.
52
3. PELATNAS dilatih Perempuan
Gambar 6 : Narasumber Sabeum Rahmi Kurnia (Sumber: Dokumentasi pribadi narasumber)
Satu lagi narasumber yang memiliki rentetan prestasi di olahraga Taekwondo yaitu Sabeum Rahmi Kurnia. Seorang perempuan yang telah menjadi penggiat olahraga Taekwondo sejak kecil ini lahir di yogyakarta 25 Oktober 1970. Dibesarkan dari sang ayah seorang wasit olahraga sepak bola membuat jiwa sportifitasnya muncul sejak dini. Dimulai dari kecintaannya pada olahraga sepak bola hingga terjun ke olahraga Taekwondo. “Dulunya saya senang ikut sepak bola, tapi karena zaman dulu sepak bola belum lazim buat perempuan. Akhirnya saya putuskan buat ikut
53
Taekwondo. Waktu itu mikirnya ikut Taekwondo ya mirip – miriplah sama sepak bola kan pake kaki juga”.45 Hingga narasumber Rahmi Kurnia kecil mulai cinta terhadap beladiri Taekwondo yang berujung pada rentetan prestasi – prestasi Nasional bahkan Internasional yang pernah ia raih.
Gambar 7: Narasumber sabeum Rahmi Kurnia akan berangkat ke Barcelona dalam rangka Olympic Games XXV (Sumber: Dokumentasi pribadi narasumber)
Berikut ini merupakan prestasi yang ia peroleh selama menjadi atlet Taekwondo. Prestasi yang ia ukir sejak tahun 1984 hingga 1996 adalah masa – masa kejayaannya sebagai atlet Taekwondo. Bahkan prestasi yang ia raih terbagi menjadi dua kategori Nasional dan Internasional
45
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015.
54
DATA PRESTASI NASIONAL
No
Tahun
Nama Pertandingan
Prestasi
1
1984
Pra PON, Jakarta
Perak
2
1985
PON, Jakarta
Perak
3
1986
KEJURNAS, Bandung
Perunggu
4
1987
KEJURNAS, Jakarta
Perunggu
5
1989
PON, Jakarta
Perak
6
1992
Pra PON, Jakarta
Emas
7
1993
PON, Jakarta
Emas
8
1995
Pra PON, Jakarta
Perak
9
1996
PON, Jakarta
Perunggu
(Sumber : Hasil wawancara dengan narasumber Sabeum Rahmi Kurnia)
DATA PRESTASI INTERNASIONAL
No
Tahun
Nama Pertandingan
1
1990
Asian Champhionship,
Prestasi
China Taipei 2
1991
World Champhionship,
Ranking V
Athena Yunani
Dunia
3
1991
Sea Games, Philipina
Perak
4
1992
US Open, Colorado Spring
Perunggu
5
1992
Seato Champhionship, Philipina
Perunggu
6
1992
Eropa Open, Belgia
Emas
55
7
1992
Olympic Games, Barcelona
Perak
8
1993
Sea Games, Singapore
Emas
9
1993
Kejuaraan Dunia, New York
Perak
10
1996
Sea Games, Chiang May
Perunggu
(Sumber : Hasil wawancara dengan narasumber Sabeum Rahmi Kurnia)
Gambar 8: Narasumber Sabeum Rahmi Kurnia pada kejuaraan Olympic Games, Barcelona 1992 (Sumber: Dokumentasi pribadi narasumber)
Rutinitas menjadi atlet tidak menyurutkan beliau untuk menempuh pendidikan formal hingga ke jenjang strata satu (S1). Menempuh pendidikan pada masa kejayaannya menjadi seorang atlet yang mewakili Indonesia di kancah internasional tidak semudah sekarang. Saat itu ia menempuh jalur pendidikan di salah satu Universitas Negeri yang berada di Jakarta. Dengan bidang studi olahraga, diharapkan fakultas mengerti akan kesibukannya sebagai atlet.
56
“Saya dulu kuliah itu terhambat karena pihak kampus gak dukung, padahal saat itu saya lagi Sea Games. Saya inget banget waktu itu dosennya bilang yang rajin masuk aja belum tentu lulus apalagi yang jarang masuk. Disitu saya kecewa banget, saya ini tidak masuk karena memang panggilan negara bukan sekedar bolos. Akhirnya saya keluar dari kampus itu banting stir ambil kuliah management dan alhamdulillah sampe selesai”.46
Bagi narasumber sabeum Rahmi Kurnia pendidikan formal juga hal yang penting selain Taekwondo. Sehingga tekadnya membuahkan hasil ia telah berhasil menempuh pendidikan hingga Strata Satu (S1) disela – sela kesibukannya
menjadi
atlet.
Pendidikan
formal
ini
kemudian
mengantarkan beliau pada tahun 1992 menjadi seorang staff ahli dalam sebuah perusahaan asing milik Korea hingga sekarang. “Rasanya saya sangat beruntung dan bersyukur sekali bertemu perusahaan yang peduli terhadap karir saya dibidang Taekwondo. Di perusahaan ini saya diterima tahun 1992, tapi saya efektif kerja 1994 karena saat itu saya masih sibuk pertandingan. Dan bos saya ngertiin banget. Sampai sekarang saya terlibat jadi pelatih di PELATNAS status saya masih jadi karyawan disana. Saya udah gak tau lagi berapa banyak saya cuti”.47 Dukungan pada perusahaan dimana tempat ia bekerja sangat berarti. Terbukti ia terus melanjutkan karirnya meskipun pada tahun 1996 tepatnya di usianya yang ke – 27 tahun narasumber Rahmi Kurnia memutuskan untuk pensiun menjadi atlet Taekwondo. Namun, pensiun dari Taekwondo tidak membuat ia pensiun total dari Taekwondo “Saya pikir sudah waktunya regenerasi, sudah waktunya saya kasih kesempatan atlet – atlet muda yang berbakat buat berprestasi juga, 46 47
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015. Ibid.
57
buat mengharumkan nama bangsa juga. Tapi saya gak lepas total sama Taekwondo. Karena setelah pensiun, saya punya unit – unit yang saya latih. Sampe akhirnya saya ikut penataran pelatih dan saya dipercaya buat ngelatih Pelatda Jogja.”48
Sebagai mantan atlet Taekwondo tingkat Nasional, Kemampuan narasumber Sabeum Rahmi Kurnia di uji untuk dapat melahirkan atlet – atlet Taekwondo Indonesia yang berprestasi di kancah Nasional dan Internasional. Dimulai dengan mengikuti pelatihan – pelatihan agar mendapatkan sertifikasi pelatih, yang merupakan titik awal narasumber sabeum Rahmi Kurnia menjadi pelatih Taekwondo daerah (Pelatda) hingga kini melatih atlet – atlet Nasional untuk persiapan pertandingan pada kancah Nasional dan Internasional.
Gambar 9: Narasumber Sabeum Rahmi Kurnia bersama atlet binaan yang tampil pada ajang 17th Asean University Games Palembang 2014. (Sumber: Dokumentasi pribadi narasumber)
48
Ibid.
58
Berikut ini merupakan pengalaman – pengalaman narasumber sabeum Rahmi dalam melatih atlet taekwondo sejak tahun 2000 hinga sekarang.
Tabel Pengalaman Narasumber Sebagai Pelatih No
Tahun Pelatih
1
2000
Pelatda DIY Kejurnag LG Jakarta
2
2001
Universitas Gajah Mada Kejurnas Makassar
3
2002
Pelatda DIY
4
2003
Pelatih Pra PON DIY Jakarta Kepala bidang Kepelatihan Pengprov DIY PON XVI DIYdi Palembang 5
2004 Tim Indonesia C, LG Internasional
6
2005
Pelatda DIY
7
2006
MTC
8
2007
Batalyon Yonif 403 Kejurnas Antar Militer Koppasus Open di Bogor
9
2008
Polres Bantul Pelatda Yunior DIY di Kejurnas Bandung
10
2009
Pelatda DIY Kejurnas di Magelang
11
2010
Pelatda DIY di Kejurnas Malang Jawa Timur
59
12
2011
Pelatnas Pra Olympic di Thailand Pelatnas Kujuaraan Dunia Junior di Egypht Pelatnas Kejuaraan Asia di Vietnam Pelatnas Kejuaraan Dunia Mahasiswa di Pucheon Korea
13
2012 Selatan Pelatnas Kejuaraan Phuket Open di Thailand Head Of Team Tim Poomsae Kejuaraan Dunia di Colombia Pelatnas Kejuaraan Junior se Asia di Jakarta Pelatnas Kejuaraan ISG di Palembang
14
2013 Pelatnas SEA GAMES 27 di Myanmar Manager Tim Poomsae Kejuaraan Dunia di Bali Timnas kyorugi utk Kejuaraan Asia di Uzbekistan Timanas Kyorugi Utk Kejuaraan Dunia Mahsiswa di China
15
2014
Timnas Utk ASEAN GAMES di Incheon Korea Manager Timnas Poomsae utk Kejuaraan Dunia di Maxico Kyorugi Utk Asean University Games di Palembang Pelatnas Taekwondo Indonesia Persiapan SEA GAME 2015
16
2015 Di Singapura (Sumber: Hasil wawancara dengan narasumber Sabeum Rahmi Kurnia)
Diantara rangkaian prestasi sejak menjadi atlet hingga Pelatih Nasional yang mencetak banyak atlet – atlet Taekwondo, narasumber Sabeum Rahmi Kurnia tetap menjadi sosok ibu yang baik bagi anak –
60
anaknya dan istri yang baik bagi suaminya. Saat di wawancarai beliau mengakui bahwa memang sering jauh dari anak dan suami namun tetap tidak melunturkan kodratnya sebagai perempuan. “Dari dulu saya memang sudah sering ninggal suami dan anak – anak saya buat tugas, tapi dari awal menikah saya udah komitmen kok untuk hal ini. Masalah jarak sekarang udah gak jadi masalah, sosial media udah banyak, skype juga ada. Saya tetap pantau anak saya dari sosial media mereka dan sesekali kita saling cerita di telpon”.49
Dari ketiga narasumber memiliki kesamaan dalam keseluruhan narasumber pernah menjadi penggiat Taekwondo sebagai atlet yang cukup berprestasi. Hal tersebut ditunjukkan dari penjelasan pada latar belakang perempuan penggiat olahraga Taekwondo. Selain itu kesamaan dari ketiga informan tersebut yaitu sama – sama mulai menjadi penggiat olahraga Taekwondo di usia yang masih tergolong muda.
Setelah menjadi penggiat olahraga Taekwondo, beberapa diantara ketiga narasumber sudah kurang fokus terhadap karirnya dibidang Taekwondo. Seperti narasumber Tya Ariestya meskipun di daulat menjadi Duta Taekwondo Indonesia, aktivitas lain yang dilakukan adalah menjadi public figure, seperti peneliti ketahui kegiatan public figure bertolak belakang dengan kegiatan Taekwondo. Adapula narasumber Dewi Puspitasari bahkan mengikuti ajang Miss Indonesia yang mewakili Maluku. Sedangkan narasumber sabeum Rahmi Kurnia masih setia dengan rutinitasnya yang masih berkaitan dengan Taekwondo. 49
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015.
61
4.2.
Hasil Penelitian Pada hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan hasil – hasil yang
didapat setelah melakukan wawancara terhadap narasumber. Hasil tersebut meliputi : 4.2.1. Motivasi Menjadi Penggiat Olahraga Taekwondo Setiap narasumber memiliki alasan masing – masing mengapa ketiga narasumber Tya Ariestya, Dewi Puspitasari dan Sabeum Rahmi Kurnia dapat terus bertahan bahkan berprestasi pada olahraga yang dianggap keras dan tidak cocok bagi perepuan. Menjadi penggiat olahraga Taekwondo tidak semata – mata karena terbentuk dalam diri sendiri ingin menjadi atlet Taekwondo perempuan yang berprestasi. Setelah dilakukakan wawancara ternyata setiap narasumber berawal hanya sekedar ikut – ikutan dan mengisi waktu luang.
Narasumber Tya mengatakan hanya menjadi penggiat olahraga Taekwondo karena awalnya melihat ada tempat latihan disekitar rumahnya dengan harapan dapat menjadi Super Hero. “Waktu itu dideket rumah ada tempat latihan Taekwondo. Karena aku dulu tuh sering keliling naik sepeda terus liat ada latihan Taekwondo jadi pengen ikut deh, waktu itu mikirnya aku pengen jadi super hero. hahaha”.50 Berawal hanya dari ingin menjadi super hero, kini narasumber Tya yang sudah aktif mengikuti Taekwondo sejak usia 7 tahun menorehkan pretasi
50
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014.
62
diberbagai pertandingan Taekwondo sehingga memicu motivasinya untuk terus konsisten pada olahraga beladiri Taekwondo. “Dari sabuk biru aku udah sering ikut pertandingan, jadi kaya punya ketertarikan sendiri buat terus tanding lagi biar punya medali yang lebih bagus lagi. Awalnya dari Kejurcab Jakarta Selatan, naik ke DKI terus Jabodetabek, Jabodetabek plus Jawa, Jawa – Bali sampe ke event Indonesia Open tahun 2000 disitu aku dapet emas”.51 Tahun 2000 merupakan tahun terakhir narasumber Tya Ariestya menjadi atlet Taekwondo. Bukan karena narasumber Tya Ariestya puas terhadap pencapaian prestasinya namun pada pertandingan terakhir pada Indonesia Open narasumber Tya Ariestya mengalami cedera yang serius. Berakhirnya masa – masa menjadi atlet Taekwondo tidak membuat narasumber Tya Ariestya melupakan Taekwondo begitu saja. Meskipun di tahun 2001 merupakan awal narasumber Tya Ariestya menjadi public figure, akan tetapi disela – sela kesibukannya ia masih menyempatkan diri untuk berlatih Taekwondo. Terbukti pada tahun 2012 narasumber Tya Ariestya dinobatkan sebagai Duta Taekwondo Indonesia oleh pihak PBTI (Persatuan Besar Taekwondo Indonesia) “aku sempet dikasih tau terpilihnya aku sebagai Duta Taekwondo bukan karena aku artis aja, karena kalo Cuma artis tapi gak bisa Taekwondo juga buat apa. Artis bisa Taekwondo tapi gak berprestasi juga buat apa. Mereka bilangnya sih karena aku berprestasi juga, public figure juga... Jadi bisa mencerminkan Taekwondo tuh gak serta – merta hanya olahraga yang keras yang gak pantes buat perempuan”.52
51 52
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014. Ibid.
63
Gambar 10: Narasumber Tya Ariestya melakukan salah satu gerakan Taekwondo pada saat pelantikan Duta Taekwondo (Sumber: Kapanlagi.com di akses pada 2 Januari 2015 Pukul 18.15 WIB)
Terpilihnya narasumber Tya Ariestya menjadi Duta Taekwondo Indonesia yang pertama mendapat respon yang positif hal ini ditanggapi dari berbagai komentar di sosial media, narasumber Tya Ariestya berharap dengan menjadi duta Taekwondo Indonesia yang pertama dapat memicu perempuan – perempuan lain untuk mengikuti jejaknya berlatih beladiri. “Alhamdulillah respon masyarakat positif banget, banyaak banget di sosial media facebook, twitter, instagram yang pengen perempuan – perempuan ikut Taekwondo juga. Aku jadi seneng kalau bisa jadi pemicu semangat mereka. Sekarang itu punya basic beladiri buat perempuan penting banget loh”.53 Bagi narasumber Tya Ariestya memiliki kemampuan dasar Taekwondo kini bagi perempuan adalah hal yang utama, selain untuk sekedar olahraga, beladiri juga bisa membuat perempuan punya rasa percaya diri untuk tampil sendiri. Karena dengan begitu perempuan tidak perlu selalu bergantung pada laki – laki. Motivasi narasumber Tya Ariestya untuk terus 53
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014.
64
menjadi penggiat olahraga Taekwondo dapat menjadi inspirasi perempuan – perempuan.
Lain halnya dengan narasumber Dewi Puspitasari sejak duduk di kelas 6, dari sekedar mengikuti jejak sang kakak yang juga penggiat olahraga Taekwondo. “Dari kelas 6 SD aku mulai ikut Taekwondo, awalnya sii Cuma buat ngisi waktu luang aja, lagian abang aku juga Taekwondo makanya aku ngikut dia aja”.54 Kemudian narasumber Dewi kecil mulai mengikuti pertandingan – pertandingan Taekwondo yang akhirnya mengantarkan dirinya ke pertandingan dunia di Mexico pada tahun 2013. Pertandingan demi pertandingan yang dilalui narasumber Motivasi utamanya menjadi atlet Taekwondo karena sang ayah sangat menginginkan narasumber Dewi Puspitasari menjadi seorang atlet. “Yaa dulu sih motivasi terbesarku ya papah aku, dia pengen banget aku menang PON.. Jadi aku latihan sampe akhirnya aku masuk pelatnas dan sampe ikut world champhion”.55 Sedangkan bagi narasumber sabeum Rahmi Kurnia motivasinya menjadi penggiat olahraga Taekwondo sebelumnya hanya sekedar mengisi waktu luang yang berujung pada ketertarikannya sehingga latihan yang berawal hanya 1 minggu dua kali berlatih menjadi setiap hari berlatih.
54 55
Hasil wawancara dengan narasumber Dewi Puspitasari, 8 Januari 2015. Ibid
65
“Latihan jadi seneng, yang tadinya latihan hanya seminggu dua kali, jadi latihan tiap hari. Saya cari tempat latihan yang ada jam latihan di hari senin – sabtu. Dulu masih boleh latihan pindah – pindah dari satu tempat latihan ke tempat latihan yang lain, beda ya sama sekarang kan beda – beda clubnya”.56 Berawal dari kecintaanya terhadap Taekwondo, membuat narasumber Sabeum Rahmi Kurnia untuk menetapkan diri untuk fokus menjadi penggiat Taekwondo. “Kalau saya yang penting itu harus mencintai, semua yang kita lakukan kalau pakai cinta, kaya saya nih saya suka saya cinta banget sama Taekwondo yaudah apapun itu.. Mau dulu pagi sekolah malem latihan ya tetep dijalanin”.57 Dukungan orang – orang terdekatpun menjadi semangat tersendiri bagi narasumber sabeum Rahmi Kurnia hingga membuahkan hasil yang membanggakan yang dapat mengharumkan nama bangsa. “Dulu pertama kali saya ikut pertandingan itu Kejurnas, nah dari situ saya tambah lagi tambah lagi semangatnya. Apalagi didukung sama orang tua saya, sekolah saya.. Karena kan atlet akan sulit kalau pihak sekolah gak mendukung. Sampe pernah saya Pra EBTA sendiri karena saat itu saya harus ikut kejurnas jadi yaudah saya jalanin”.58 Sedangkan saat ini motivasi narasumber Rahmi Kurnia adalah dapat mencetak atlet – atlet Taekwondo yang berprestasi di mata dunia. Jam terbang narasumber Rahmi Kurnia selama menjadi atlet hingga menjadi pelatih di tingkat Nasional Taekwondo telah menunjukkan dedikasinya yang sangat tinggi terhadap perkembangan Taekwondo yang
56
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015. Ibid. 58 Ibid. 57
66
ada di Indonesia. Narasumber Rahmi Kurnia berharap atlet – atlet Taekwondo tidak hanya berprestasi dilapangan saja, tetapi juga mampu menyelesaikan pendidikannya. “Saya sering sharing ke atlet ya.. jadi atlet juga harus pinter, apalagi sekarang pemerintah dukung dari segi beasiswa, jalur prestasi atlet, banyak lah dukungannya gak kaya jaman saya. Makanya mereka harus bisa manfaatin itu. Kadang saya juga kasih contoh atlet ada yang berpretasi karena gak peduli sama pendidikan jadi ya gitu – gitu aja kan sayang”.59 4.2.2. Manfaat Menjadi Penggiat Olahraga Taekwondo
Selama menjadi penggiat olahraga Taekwondo tentu saja banyak manfaat yang didapat dari ketiga narasumber. Manfaat – manfaat ini dirasakan setelah mereka mengikuti perjalanan panjang selama menjadi penggiat olahraga Taekwondo.
Dalam pandangan narasumber Tya Ariestya berpendapat bahwa manfaat perempuan menjadi penggiat olahraga Taekwondo adalah mereka (perempuan) dapat memproteksi dirinya dari ancaman tindak kekerasan, sehingga selain untuk olahraga beladiri juga dapat melatih perempuan ketika menghadapi situasi ancaman tindak kekerasan. “Perempuan tuh penting banget loh ikut Taekwondo, ya gak Taekwondo aja sih.. ikut beladiri lah.. soalnya sekarang tuh perempuan deket banget sama tindakan kriminal.. jadi perempuan sendiri yang mesti bisa jaga dirinya. Kalau aku pribadi sih manfaat ikut Taekwondo ya jadi lebih pede (percaya diri) ya.. biasanya kalau perempuan kan kemana – mana minta di anter,
59
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015.
67
pokoknya bergantung sama orang lain. Kalau aku sih nggak, nyupir sendiri kemana – mana sendiri ya udah biasa”.60 Sedangkan manfaat yang didapat narasumber Tya Ariestya selama menjadi penggiat olahraga Taekwondo adalah rasa percaya diri yang tinggi, oleh karena itu narasumber Tya Ariestya dapat tampil di depan umum tanpa rasa khawatir yang berlebihan.
Narasumber Dewi Puspitasari pun mengungkapkan banyak sekali manfaat yang didapat ketika menjadi penggiat olahraga Taekwondo. “Yang pertama banget sih kak jadi sehat. Hehe.. terus ya nambah banyak temen kak, soalnya waktu aku ikut – ikut pertandingan kan aku ketemu atlet – atlet Taekwondo dari unit – unit lain, jadi tau.. oh ternyata atlet Taekwondo dari daerah ini tuh si itu toh.. nambah pengalaman aku juga. Latihan buat jaga diri sendiri juga kak. Heheh dan alhamdulillah dari aku ikut Taekwondo bisa nyenengin orang tua karena prestasi – prestasi aku di olahraga ini. Wah banyak banget deh manfaatnya kak, aku ngerasa pas banget ikut Taekwondo.”61 Selain menjaga kesehatan tubuh bagi narasumber Dewi Puspitasari memperoleh banyak teman juga bagian dari manfaat dari partisipasinya dalam olahraga Taekwondo. Bahkan prestasinya pada bidang Taekwondo yang juga dapat membuat kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tua narasumber Dewi Puspitasari. Begitu banyaknya manfaat yang didapatkan selama ia menjadi penggiat olahraga Taekwondo yang membuat eksistensinya pada bidang olahraga ini tetap ia jaga meskipun memiliki rutinitas lain yang tidak kalah penting dengan Taekwondo.
60 61
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014. Hasil wawancara dengan narasumber Dewi Puspitasari, 8 Januari 2015.
68
Lain halnya dengan narasumber sabeum Rahmi Kurnia yang sudah lebih dulu menjadi penggiat olahraga Taekwondo dibandingkan dengan dua narasumber lain. Tentunya manfaatnya menjadi penggiat olahraga Taekwondo dirasakan bukan sebagai pengalaman saja, akan tetapi lebih kepada pembentukan karakteristik dirinya sebagai seorang perempuan yang sudah puluhan tahun aktif di olahraga Taekwondo. “Manfaat Taekwondo buat diri saya pribadi ya saya jadi lebih disiplin, karena kita tau sendiri modal utama orang sukses ya harus disiplin yang tinggi.. terus lebih bertanggung jawab, sebagai pelatih saya harus bisa bertanggung jawab sama apa yang sudah saya bagi ke atlet. Jangan sampe atlet ngerasa apa yang saya terapkan itu gak sesuai sama peraturan Taekwondo. Itu juga berlaku buat kerjaan saya, tanggung jawab sama apa yang sudah di amanatkan ke saya. Lebih mandiri juga, saya orangnya gak mau ribet, jadi kapan saya ditugasin ya saya jalan sendiri aja gak mau repot mikir aduh pergi sama siapa ya ? wah kalo saya mikir begitu bisa gak sampe – sampe saya. Prinsipnya saya tuh jadi kebentuk dengan pola kerja yang sat – set – sat – set.62 Dari hasil wawancara narasumber Rahmi Kurnia merasakan begitu banyak manfaat yang diraih ketika perempuan berlatih Taekwondo. Karena sejatinya Taekwondo tidak hanya melatih diri bagaimana menjadi perempuan yang tangguh, namun lebih mengarah pada pembentukan karakteristik perempuan yang sesungguhnya dimata para perempuan penggiat olahraga Taekwondo. Narasumber Rahmi Kurnia meyakini bahwa menjadi perempuan penggiat olahraga Taekwondo banyak mengajarkan nilai – nilai perempuan yang seutuhnya.
62
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015.
69
4.2.3. Citra Diri Perempuan Taekwondo
Melihat perempuan yang menjadi penggiat olahraga Taekwondo bagaikan melihat benturan nilai – nilai tradisional mengenai perempuan. Olahraga yang dianggap penuh dengan kekerasan akan tetapi perempuan terlibat didalamnya bahkan mengukir prestasi hingga ke tingkat Internasional. Bukan perkara mudah untuk mendapatkan posisi juara di tingkat dunia, akan tetapi perempuan – perempuan ini membuktikan hal tersebut, sehingga mengantarkan peneliti kepada pernyataan bahwa citra diri perempuan bukan lagi nilai – nilai lemah lembut seperti pada umumnya.
Masyarakat masih mengkaitkan citra diri perempuan sebagai orang yang ‘tomboy’ seperti yang diungkapkan oleh narasumber bapak Arifianto ketika diwawancarai bahwa perempuan yang menjadi penggiat olahraga Taekwondo adalah mereka yang kurang memiliki karakter feminin sehingga tidak mewakili
citra
diri
perempuan
yang seutuhnya.
“Perempuan yang ikut Taekwondo itu biasanya tomboy jadi kurang bisa mewakili sisi feminin perempuan”.63 Kemudian pendapat ini dipatahkan oleh pelatih Taekwondo yaitu narasumber Sabeum Eddy yang lebih banyak menemui atlet atau sesama pelatih Taekwondo perempuan. “memang banyak perempuan Taekwondo yang tomboy dan galak, tapi gak semua tomboy dan galak. Taekwondo itu gak membentuk perempuan jadi tomboy, biasanya yang tomboy itu memang 63
Hasil wawancara dengan narasumber Arifianto, 5 Januari 2015.
70
bawaan diri sendiri. Kadang kalau makin dewasa juga makin berubah karena lingkungannya berubah juga kan dari yang sekolah temen – temennya gak dandan pas udah kuliah jadi kebawa. Kadang pertandingan juga di lapangan mereka keliatannya gahar, giliran udah selesai malah nangis. Wajar masih perempuan banget lah”. Pernyataan narasumber sabeum Eddy di setujui oleh narasumber perempuan penggiat olahraga Taekwondo bahwa mereka yang menjadi penggiat Taekwondo seringkali dianggap sebagai perempuan yang ‘tomboy’. Namun sesungguhnya pada dirinya sendiri tidak ditanamkan sifat yang demikian sehingga terkadang pernyataan demikian kurang begitu ditanggapi oleh perempuan – perempuan penggiat olahraga Taekwondo.
4.2.4. Femininitas Perempuan Taekwondo
Memaknai
femininitas
dari
sudut
perempuan
sama
saja
memandang konsep kecantikan. Femininitas dan kecantikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Begitu pula pada fenomena yang diangkat dalam penelitian ini. Memaknai femininitas dari perempuan – peempuan yang telah lama menjadi maskulin. Penggiat olahraga Taekwondo yang identik dengan . Perempuan – perempuan penggiat olahraga Taekwondo sesungguhnya telah memperlihatkan bahwa maskulin dan feminin dapat menjadi sebuah satu kesatuan. Akan tetapi kehidupan sosial membuat feminin dan maskulin menjadi hal yang sangat bertolak belakang. Oleh karena itu sangat menarik melihat lebih dalam antara
71
feminin dan maskulin yang menjadi satu dalam diri perempuan penggiat olahraga Taekwondo
Menurut narasumber Tya Ariestya berpendapat bahwa feminin itu perempuan, tergantung pada situasi dan kondisi. “Menurut aku sih perempuan yang feminin itu yang bisa menempatkan dirinya sesuai sama sikon (situasi dan kondisi) ya.. kaya aku waktu Taekwondo tetep bisa cantik kok dengan make-up tipis. Asal jangan pas Taekwondo malah pake make-up yang berat bulu mata gitu – gitu kan gak cocok.. ya jaga penampilan biar tetep keliatan fresh”.64
Gambar 11: Narasumber Tya Ariestya tetap cantik saat menampilkan jurus Taekwondo (Sumber : tribunnews.com di akses pada 31 Desember 2014 jam 20.05 WIB)
Bagi narasumber Tya Ariestya menjadi feminin tidak hanya sekedar dilihat dari penampilan fisik dan make-up saja. Namun dapat dilihat dari mereka bersikap dan juga cara mereka menghargai dirinya sendiri. Dari situ akan tercermin citra perempuan yang feminin sesungguhnya. 64
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014.
72
Selain itu, bagi narasumber Tya Ariestya menjadi feminin itu sudah menjadi kodrat seorang perempuan. Oleh karena itu disela – sela kesibukannya menjadi Duta Taekwondo Indonesia dan public figure narasumber Tya Ariestya masih menyempatkan diri untuk melayani sang suami yang bukan sesama penggiat olahraga Taekwondo “Perempuan itu... keliatan femininnya juga kalo dia bisa masak buat suami. Hehehe.. aku walaupun Taekwondo iya.. shooting iya.. tapi masih nyempetin masak buat suami.. soalnya ngerasa kaya ya itu emang tanggung jawab aku sebagai istri.. makanya aku usahain banget.. emang sih gak dipaksain dari suami. Murni kemauan aku”.65 Pendapat narasumber Dewi Puspitasari pun tidak berbeda jauh dengan Tya Ariestya. Bahwa feminin bagi perempuan Taekwondo adalah mereka yang dapat menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang tepat. ”Aku kalau latihan Taekwondo ya aku tampil biasa aja, tapi pas aku modelling atau ke kampus ya aku modis, aku dandan.. sekarang banyak kok atlet Taekwondo yang bisa mengkondisikan badannya yaa bisa dibilang mereka bisa jaga penampilan lah”.66 Bagi narasumber Dewi Puspitasari perempuan yang menjadi penggiat olahraga Taekwondo adalah perempuan yang pintar dalam membawa diri, hal ini juga didukung oleh faktor usia yang semakin matang maka perempuan penggiat olahraga Taekwondo akan semakin pintar dalam mengkondisikan diri sendiri. “Menurut aku perempuan Taekwondo itu bisa felexible sii ga semuanya tomboy walopun Taekwondo identik dengan kecowo – 65 66
Hasil wawancara dengan narasumber Tya Ariestya, 30 Desember 2014. Hasil wawancara dengan narasumber Dewi Puspitasari, 8 Januari 2015.
73
cowoan, kita tetep peduli penampilan. Ini menurut aku sih mba, soalnya kan banyak atlet Taekwondo yang cantik-cantik.. bukan di Indonesia aja luar negeri juga gitu kok”.67 Sedangkan, sebagai narasumber yang memiliki perjalanan panjang di Taekwondo Sabeum Rahmi Kurnia ketika masih aktif menjadi atlet model rambutnya di pangkas pendek seperti laki – laki. Dengan alasan karena sewaktu menjadi atlet latihan dalam sehari dua kali sehingga mempersingkat waktu dalam mengeringkan rambut. “saya dulu itu rambutnya cepak kaya laki – laki, bukan karena kemauan sendiri. Waktu jadi Pelatnas itu latihan sehari dua kali.. kan tiap mau latihan mandi, jadi rambut biar cepet kering aja.. kalau Cuma model potongan rambut menurut saya gak mempengaruhi sisi feminin perempuan ya.. saya tetap jadi perempuan kok”.68
Gambar 12: Narasumber sabeum Rahmi Kurnia dengan model rambut pendek (Sumber: Dokumentasi pribadi narasumber)
67 68
Hasil wawancara dengan narasumber Dewi Puspitasari, 8 Januari 2015. Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015.
74
Namun hal ini tidak merubah sisi femininitasnya sebagai perempuan penggiat olahraga Taekwondo Bahkan saat menjadi pelatih Nasional, narasumber Rahmi Kurnia banyak memberi nasihat kepada atlet – atlet Taekwondo khususnya atlet perempuan, bahwa menjadi atlet itu tetap harus menjaga kebersihan dan tetap merawat diri. “Sering saya bilang ke mereka (atlet) kalau atlet itu kaya artis, kemana – mana jadi perhatian orang. Jadi kalian tetap harus tetap merawat diri, boleh di lapangan kalian atlet.. kalau di luar ya harus keliatan kalian cewe... gimana caranya ? ya dandan.. tunjukin gitu inner beauty kalian”.69
Gambar 13: Narasaumber Sabeum Rahmi Kurnia bersama atlet binaan tampil menggunakan batik (Sumber: Dokumentasi pribadi narasumber Rahmi Kurnia)
Sebagai ibu dari dua anak perempuan yang sering narasumber Rahmi Kurnia tinggalkan demi menjalankan tugas negara, ketika kembali ke yogyakarta maka narasumber Rahmi Kurnia kembali menunjukkan sisi femininitasnya dengan menjalankan tugasnya sebagai ibu. Meskipun ketika di luar rumah tetap memantau kegiatan kedua buah hati. 69
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015.
75
“Kalau udah sampe rumah ya saya tetep masak mbak, ya.. yang kaya gitu gak saya tinggalin lah. Walaupun mereka ngertiin saya.. kaya ada rasa kangen tersendiri gitu.. maklum kalau di mess pelatnas kan gak ada dapur paling bisa jadi orang tua mereka (atlet) itu dengan ikut nimbrung sama mereka kalau pas lagi curhat – curhatan. Anak saya gak yang dirumah aja, ini yang disini (mess pelatnas) juga anak – anak saya kok mbak, makanya saya didik ya kaya anak sendiri aja.. saya ngerasa bisa jadi pelatih, orang tua, dan temen buat mereka”.70 Nilai – nilai feminin di mata para penggiat olahraga Taekwondo tidak semata – mata berdasarkan kelemah lembutan, kecantikan dan kodrat – kodrat lain yang dulu sangat kental dijadikan sebagai identitas diri perempuan. Penerapan nilai feminin pada perempuan bagi mereka para penggiat olahraga Taekwondo mengarah bahwa bagaimana perempuan – perempuan menjadi tangguh namun bukan perkasa, kuat namun tetap cantik, berprestasi namun tetap rendah hati, serta bertanggung jawab terhadap apa yang sudah menjadi pilihan dalam hidupnya.
70
Hasil wawancara dengan narasumber Rahmi Kurnia, 7 Januari 2015.
76
4.3.
Pembahasan
Berdasarkan temuan penelitian menunjukkan bahwa semangat para perempuan penggiat olahraga Taekwondo hanya berawal pada upaya mereka untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif. Lalu kegiatan Taekwondo ini mulai mereka cintai, beberapa ada yang merasakan kecintaannya terhadap Taekwondo setelah mengikuti beberapa pertandingan yang imbasnya mereka menjadi lebih giat untuk berlatih dan terus berlatih. Karir yang meroketpun menjadi alasan mengapa para perempuan penggiat olahraga Taekwondo konsisten terhadap olahraga beladiri ini.
Selanjutnya pada citra diri perempuan penggiat olahraga Taekwondo di kehidupan sosial mengatakan bahwa perempuan – perempuan penggiat olahraga Taekwondo adalah mereka yang tomboy, memiliki kemauan yang keras, suka tantangan dan mandiri. Pendapat – pendapat masyarakat boleh jadi dianggap hal yang wajar diungkapkan. Mengingat para perempuan penggiat olahraga Taekwondo telah membuktikan kemauan yang keras pada saat berlatih untuk menghadapi suatu pertandingan, suka tantangan terlihat dari hasil wawancara yang menunjukkan mereka terus mengukir prestasinya di bidang Taekwondo. Pertandingan Taekwondo menjadi tantangan terhadap diri sendiri untuk mencapai suatu kemenangan, bahkan mereka yang menang terus tertantang untuk menjadi lebih baik lagi di pertandingan yang lebih besar dari sebelumnya. Namun penilaian citra diri yang tomboy mendapatkan penolakan oleh ketiga narasumber. pasalnya mereka tidak merasa dirinya seperti itu. Karena mereka menganggap
77
bahwa dapat memposisikan diri sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dijalani.
Nyatanya pada kehidupan sosial banyak yang terjebak terhadap makna citra diri perempuan penggiat olahraga Taekwondo. Perempuan penggiat olahraga Taekwondo mengungkapkan bahwasannya menjadi penggiat olahraga Taekwondo tidak membatasi ruang geraknya untuk berperilaku feminin. Bahkan saat di lapangan maupun pada saat diluar aktivitas Taekwondo, para perempuan penggiat olahraga Taekwondo melakukan hal yang sesuai dengan kodratnya selaku perempuan. Bahkan para narasumber merasa saat ini feminin tidak sekedar hanya tampilan fisik saja. Tapi feminin bagi perempuan penggiat olahraga Taekwondo adalah bagaimana setiap perempuan dapat menempatkan dirinya pada situasi dan kondisi yang tepat.
Pada berita2bahasa.com dijelaskan bahwa manfaat dari Berikut manfaat dan kegunaan Taekwondo bagi perempuan adalah sebagai berikut:71
1. Karakteristik dasar Taekwondo adalah sebagai olahraga pertarungan perkelahian bebas dengan menggunakan tangan kosong dan kaki untuk memukul mundur lawan. Hal ini sangat baik bagi perempuan, karena seperti yang penulis ketahui bahwa perempuan saat ini sangatlah dekat dengan tindakan kriminal. Banyak pelaku kejahatan yang mengincar perempuan karena dianggap sebagai makhluk yang lemah.
71
http://berita2bahasa.com/berita/05/660112-taekwondo-membuat-wanita-sehat-luar-dalam diakses pada 12 Januari 2015, 13.15 WIB.
78
2. Seluruh pergerakannya berdasarkan prinsip semangat untuk bertahan sebagaimana Taekwondo dikembangkan sebagai pertahanan terhadap serangan musuh. Diharapkan perempuan yang menjadi penggiat olahraga Taekwondo dapat melakukan tindakan perlawanan pada saat terjadi tindakan kriminal pada dirinya. 3. Bagi seseorang yang sudah terlatih, melalui pergerakannya saja sudah menjadi senjata. Dan bagi wanita yang sudah terbiasa dengan olah raga ini dapat mengalahkan penjahat dengan pergelangan tangan, kepalan, siku, lutut, kaki atau bagian tubuh lainnya. Latihan – latihan yang dilakukan oleh perempuan penggiat olahraga Taekwondo mengacu pada jurus – jurus Taekwondo yang dilatih untuk melaih kebiasaan diri terhadap penggunaan jurus Taekwondo yang mereka miliki. 4. Pembentukan mental. Poin ini yang penting bagi kaum wanita, sebab dengan Taekwondo dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Namun tetap harus diimbangi dengan sikap rendah hati. 5. Sehat luar dalam. Disadari atau tidak, dengan tubuh yang sehat akan membuat seorang wanita hidup lebih aktif dan bertenaga. Sebagaimana jiwa dan fisik, percaya diri sangat bermanfaat bagi kehidupan jiwanya sehingga tampil fresh di depan umum. 6. Melindungi diri. Ini yang terpenting bagi wanita yang berlatih Taekwondo, ia bisa melindungi dirinya dari serangan orang yang ingin berbuat jahat kepada dirinya. Juga bisa membantu oranglain yang dalam keadaan berbahaya.
79
Poin – poin diatas merupakan 6 manfaat umum yang dirasakan bagi para perempuan
yang menjadi penggiat olahraga
Taekwondo
versi
website
berita2bahasa.com. Ternyata hal ini dibuktikan pada saat penelitian berlangsung. Ketiga narasumber perempuan penggiat olahraga Taekwondo mengatakan bahwa mereka merasakan manfaat yang lebih pada saat mengikuti olahraga Taekwondo. Manfaat – manfaat yang didapat mulai dari pengalaman hidup, kesehatan diri sendiri, kemandirian yang mencerminkan bahwa perempuan tidak dapat dikategorikan sebagai makhluk yang lemah, jaringan pertemanan yang semakin meluas, bahkan pembentukan karakter diri perempuan yang dapat direfleksikan sebagai perempuan yang disiplin, mandiri, dan penuh percaya diri.
Hal yang berbeda yang dirasakan oleh para perempuan penggiat olahraga Taekwondo yaitu mereka merasa menjadi lebih sehat, lebih percaya diri dalam arti mereka terbiasa untuk tampil di depan umum. Karena pada saat sedang mengikuti pertandingan mereka terbiasa tampil seorang diri, sehingga kebiasaan ini juga muncul pada kehidupannya sehari – hari. Selain itu, memiliki sikap yang lebih berani dalam arti, karena mereka merasa memiliki kemampuan bela diri sehingga mereka percaya kemampuan tersebut dapat digunakan ketika sedang menghadapi tindakan kriminal. Selain itu juga lebih memiliki pandangan hidup yang positif. Perasaan ‘berbeda’ yang telah dideskripsikan merupakan bentuk rekonstruksi pandangan sosial masyarakat yang selama ini ada, mengenai perempuan feminin. Mereka secara tidak langsung memberikan gambaran terhadap masyarakat bahwa perempuan Taekwondo lebih memiliki karakter yang
80
dinamis. Perempuan dapat terlihat lembut bukan berarti mereka adalah makhluk yang lemah, begitupula sebaliknya perempuan yang kuat juga bukan berarti adalah mereka yang tidak pandai bersikap. Justru mereka menjadikan dirinya sebagai acuan bagi perempuan lain agar termotivasi dengan pencapaian prestasi yang dimilikinya. Kini perempuan Taekwondo memberikan pengertian bahwa feminin tidak lagi tentang lemah lembut. Nilai – nilai femininitas bagi perempuan Taekwondo lebih terarah kepada cara penghargaan diri terhadap dirinya, keberanian, disiplin serta nilai – nilai tanggung jawab.
Pada salah satu website PR agency Alchemy.co.id menjelaskan bahwa tips menjadi praktisi PR yang handal salah satunya harus memiliki jiwa yang kreatif, Karena komunikasi sangatlah kompleks. Dan banyaknya informasi menuntut para praktisi PR untuk kreatif dalam mengemas dan menyampaikan pesan. Bagi perempuan penggiat olahraga Taekwondo yang terbiasa bertanding seperti pada ketiga narasumber, kreatifitas menjadi hal yang sering dilakukan. Karena, pada saat bertanding dilapangan atlet Taekwondo dihadapkan pada situasi yang dituntut untuk terus melatih kreativitas dalam membuat inovasi jurus – jurus. Agar pada saat bertanding tendangan atau tangkisan yang digunakan tidak terkesan monoton. Sehingga kriteria sebagai praktisi PR yang kreatif bisa didapatkan pada perempuan yang menjadi penggiat olahraga Taekwondo.
Sebagai praktisi PR selain dituntut untuk kreatif, praktisi PR juga dituntut untuk profesional. Dimana nilai-nilai inti advokasi, kejujuran, keahlian, kemandirian, kesetiaan, dan keadilan adalah penting bagi para praktisi PR. Dalam
81
hal ini kaitannya pada perempuan penggiat olahraga Taekwondo tentu sudah menjadi makanan sehari – hari untuk berperilaku profesional. Bagaimana perempuan penggiat olahraga Taekwondo tetap berdiri tegak membela bangsa dalam kejuaraan dunia meskipun sedang dalam masa pendidikannya yang juga tidak kalah penting untuk masa depannya. Bagi mereka pilihan menjadi atlet Taekwondo sudah pasti menuntut untuk profesional tidak hanya di lapangan pada saat bertanding, tetapi juga pada kehidupan sehari – hari. Perempuan – perempuan penggiat Taekwondo diluar lapangan tetap menjadi sosok perempuan yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang dimiliki. Rutinitas yang sangat beragam tentu saja menyita banyak waktu dan energi, hal ini bila tidak diimbangi rasa profesional yang tinggi perempuan penggiat olahraga Taekwondo tentu tidak tidak seperti sekarang ini.
Tuntutan menjadi profesional sudah menjadi modal utama perempuan penggiat olahraga Taekwondo yang akhirnya membentuk mereka menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab. Jika dikaji kembali nilai profesional ini sesuai bila perempuan Taekwondo juga menekuni bidang Public Relations yang salah satu modal utama menjadi praktisi PR yang handal adalah menjunjung tinggi nilai profesional.
Masih berkaitan pada praktisi PR yang handal menurut website PR Agency alchemy.co.id. Bahwa praktisi PR juga harus mampu menunjukkan Personable. Menarik, pandai mengambil hati. Berlaku baik kepada orang lain (good with people). Profesi humas memerlukan pemersatu (uniters), bukan
82
pemisah (dividers). Pada perempuan penggiat olahraga Taekwondo juga ditemukan sikap Personable. Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang menjadi penggiat olahraga Taekwondo memiliki prinsip bahwa mereka dapat menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi. Ini menunjukkan mereka siap untuk menjadi Personable, namun tidak meninggalkan karakter yang ada pada dirinya.