65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Triximages Production
4.1.1 Sejarah Triximages Production dan Investasi Film Indonesia (IFI)
1. Triximages Production TriXimages didirikan oleh Nan Achnas dan Nurman Hakim yang memproduksi berbagai film feature, dokumenter maupun program televisi komersil. Bendera (2003) merupakan produksi pertama TriXimages yang kemudian terpilih dalam kompetisi Tokyo International Film Festival. Di tahun 2007.
2. Investasi Film Indonesia (IFI) Berawal dari niat membantu sahabat dalam pendanaan sebuah produksi film di tahun 2004, PT. Investasi Film Indonesia (IFI) didirikan oleh Adiyanto Sumarjono dan Madiyan Sahdianto. Pendanaan film perdana oleh IFI dimulai dengan film berjudul Banyu Biru (Salto Film, 2004), dimana IFI menanggung 85% dari total dana sebesar Rp.4 Milyar pada produksi film tersebut. Setelah Banyu Biru, Alexandria (Rexinema, 2005) adalah film berikutnya yang mendapat sokongan dari IFI, yang merupakan salah satu film sukses di Indonesia dengan biaya produksi sekitar Rp. 3,5 Milyar dan ditonton oleh hampir 1juta orang.Akan tetapi
66
keuntungan tak selalu berpihak pada IFI, ketika mendanai film Untuk Rena (Miles, 2005) dan Garasi (Miles, 2006), IFI mengalami kerugian yang cukup besar sehingga mengakibatkan beberapa investor menahan diri untuk berinvestasi di film.Pengalaman rugi bekerja sama dengan produser lain mendorong IFI untuk memproduksi film sendiri. Mulai 2007, munculah film yang diproduseri oleh IFI sendiri yaitu Coklat Stroberi (2007), Radit dan Jani (2008), Coblos Cinta (2008), 3 Doa 3 Cinta (2008) dan Serigala Terakhir (2009). Dari film-film ini IFI telah memperoleh puluhan nominasi dan penghargaan dari berbagai ajang festival baik di dalam maupun luar negeri dan mendapatkan kepercayaan kembali dari para investor untuk menanamkan modal di film-film yang diproduksi oleh IFI.
4.1.2 Tujuan Dibentuknya Triximages Production dan Investasi Film Indonesia (IFI)
1. Triximages Production Triximages Production bertujuan untuk selalu menghasilkan film Indonesia yang didasarkan atas cerita yang menarik yang dapat menghasilkan makna dalam kehidupan, dapat memberi hiburan, memiliki nilai moral dan pendidikan bagi penontonnya. Triximages Production ditujukan bagi segala usia dan semua lapisan serta golongan masyarakat, bahkan setiap individu karena semua orang berhak untuk mendapatkan hiburan yang berkualitas.
67
2. Investasi Film Indonesia (IFI) Komitmen IFI adalah mendanai film-film nasional dengan fokus utama pada film yang dibuat oleh sutradara baru yang berbakat. Selain mendanai film nasional, IFI juga memproduksi filmnya sendiri dimana produksinya dikerjakan oleh tenaga-tenaga profesional dan terampil dibidangnya. 4.1.3 Penghargaan Dalam 7 (tujuh) tahun belakangan ini Triximages Production yang bekerja sama dengan Investasi Film Indonesia (IFI) telah menerima beberapa penghargaan, yakni : 1. Film Bendera (Tahun 2003) Film Bendera hanya mendapatkan satu yaitu penghargaan di Tokyo International film Festival. 2. Film The Photograph (2007) Film The Photograph skenarionya mendapatkan empat dana pembiayaan film dari Fond Sud-Pemerintah Perancis, Goteborg International film festival, Prince Claus Award-Belanda dan Locarno International Film Festival. Film The Photograph juga mendapat penghargaan Special Jury Prize yang merupakan pemenang kedua dan penghargaan Ecumenical Jury Award di festival film paling bergengsi di Republik Ceko yang bahkan
68
masuk dalam lima besar festival film se dunia. Film The Photograph tersebut merupakan satu-satunya film dari Asia yang mendapat dua penghargaan sekaligus. 3. Film 3 Doa 3 Cinta (2008 - 2009) Film 3 Doa 3 Cinta meraih beberapa penghargaan baik di dalam atau pun di liar negeri diantaranya penghargaan Grand Prize of the International Jury pada International Festival of Asian Cinema Vesoul di Perancis, Festival International Asian cinema Vesoul ke-15 merupakan festival terbesar Eropa dengan fokus film dari Asia. Film ini juga berhasil lolos dalam Official Selection di Pusan International Film Festival di Korea, yang artinya film 3 Doa 3 Cinta akan mendapat kehormatan untuk ditayangkan perdana atau world premier di Korea pada Oktober 2008. Skenario film ini juga berhasil mendapatkan script development grant dari Global Film Initiative di San Francisco, Amerika Serikat; Goteborg International Film Festival Fund dari Swedia dan Fond Sud Cinema dari Perancis. Selain itu film ini juga mendapat penghargaan sebagai Official Selection in competition Dubai International Film Festival 2008, Aktor Pendukung Pria Terbaik (Yoga Pratama) Festival Film Indonesia 2008, Official Selection Madrid International Film Festival 2009, Official Selectin in Competition Film From The South Film Festival Norway 2009.
69
4.2 Profil Film 3 Doa 3 Cinta 4.2.1 Sinopsis Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga Pratama) dan Syahid (Yoga Bagus Statagama) adalah tiga remaja yang tinggal di sebuah pesantren di kota kecil di Jawa Tengah. Masing – masing memiliki harapan dan rencana hidup selepas dari pesantren. Harapan – harapan itu mereka torehkan pada dinding belakang pesantren. Kerinduan Huda pada ibunya, cita – cita Rian di bidang film dan kepahitan hidup Syahid akan membawa ketiga sahabat itu pada jalan hidup yang berbeda. Huda bertemu dengan Dona Satelit (Dian Sastrowardoyo), penyanyi dangdut yang mampu bergoyang seksi di panggung. Rian bertemu dengan Toha (Butet Kertaredjasa), seorang pengusaha pertunjukan layar tancep dan Syahid berguru pada seorang uztad garis keras. Melalui merekalah Huda, Rian, dan Syahid berharap bisa mewujudkan tujuan hidupnya masing – masing. 4.2.2 Karakter Tokoh Utama 1. Huda (Nicholas Saputra) Huda (Nicholas Saputra), adalah santri yang patuh pada gurunya, Kyai
Wahab
yang
telah
mengasuhnya
sejak
ibu
kandungnya
meninggalkannya begitu saja di pesantren itu. Huda mulai merencanakan hidupnya di luar pesantren nanti. Yaitu mencari ibunya yang kabarnya berada di suatu tempat di Jakarta. Setelah dengan berbagai daya dan upaya
70
akhirnya Huda berhasil ke Jakarta dan menemukan alamat terakhir ibunya. Puncaknya adalah ketika Huda tahu bahwa ternyata ibunya sudah meninggal dunia berprofesi sebagai wanita panggilan. 2. Rian (Yoga Pratama) Rian (Yoga Pratama) santri dari suatu kota besar. Dia mendapatkan sebuah kado handycam dari ibunya pada saat ulang tahunnya. Rian seolah melihat dunia baru dari balik viewfinder, ia asyik merekam berbagai peristiwa yang ada di lingkunganya. Rombongan pasar malam terutama layar tancap yang kebetulan sedang singgah di desa itu membuat Rian semakin obsesif terhadap kamera. 3. Syahid (Yoga Bagus Satatagama) Syahid (Yoga Bagus Satatagama) berasal dari keluarga miskin. Karena situasi sosial dan psikologis dirinya, membuat Syahid tergabung dalam kelompok islam garis keras yang berada di luar pesantren. Terlebih ketika sawah milik orang tua Syahid dibeli paksa oleh sebuah perusahaan ternama milik Amerika untuk dijadikan pabrik. Syahid merencanakan sesuatu yang besar dalam hidupnya yang akan memberikan dampak bagi kedua temannya 4. Dona Satelit (Dian Sastrowardoyo) Dona Satelit (Dian Sastrowardoyo) seorang penyanyi dangdut pemula yang sangat seksi ketika di panggung dan terobsesi menjadi
71
bintang terkenal di Jakarta. Dona secara tidak sengaja bertemu dengan Huda, Dona yang mengaku pernah tinggal di Jakarta dimintai tolong oleh Huda untuk mencarikan alamat ibunya yang tinggal di Jakarta dan sebagai gantinya Dona minta dibuatkan rekaman video klip oleh Huda dengan meminjam kamera milik Rian, dari sinilah tumbuh benih – benih cinta diantara mereka berdua, namun pada akhirnya mereka memilih jalan sendiri – sendiri, Huda menikah dengan gadis yang dijodohkan untuknya dan Dona kembali mengejar cita – citanya untuk menjadi penyanyi dangdut terkenal. 5. Butet Kertaradjasa Toha (Butet Kertaradjasa) adalah seorang yang mempunyai usaha jasa memutar film keliling atau layar tancap. Pada suatu pasar malam ketika sedang mengadakan pertunjukan di suatu pasar malam ia bertemu dengan Rian, toha kemudian mengajari Rian bagaimana cara memutar film layar tancap, kemudian Rian pun tertarik untuk mengikuti rombongan Toha kemapun ia menggelar pertunjukkan. 4.2.3 Cast 1. Nicholas Saputra 2. Yoga Pratama 3. Yoga Bagus Satatagama 4. Dian Sastrowardoyo
72
5. Butet Kertaradjasa
4.3 Hasil Penelitian Setelah melakukan pengamatan terhadap audio dan visual dari film 3 Doa 3 Cinta, penulis hanya menganalisis dialog dan adegan yang mengandung nilai – nilai religius dan diperoleh hasil penelitiannya sebagai berikut : 1. Visualisasi Adegan Religius Cinta Kepada Allah SWT a. Shalat
73
Deskripsi: adegan diatas menggambarkan adegan sholat berjamaah yang dipimpin oleh seorang imam.
b. Membaca Al – Quran
Deskripsi:
adegan
diatas
menggambarkan
adegan
syahid
(Yoga
Satatagama) sedang membaca ayat suci Al-Quran di dalam kamarnya.
c. Dzikir
74
Deskripsi: Gambar diatas menggambarkan adegan berzikir dengan mengucap
“La
Ilaha
Illallah”,
“Subhanallah”,
“Alhamdulillah”,
“Astaghfirullah”, atau “Allahu Akbar”.
d. Berdoa
Deskripsi: potongan adegan diatas menggambarkan ketiga tokoh utama Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga Pratama), dan Syahid (Yoga Satatagama) sedang berdoa di dinding rahasia mereka yang sudah mereka tuliskan keinginan yang ingin mereka capai lalu kemudia memanjatkan doa agar keinginan itu cepat terkabul.
75
e. Membaca Tafsir Al – Quran
Deskripsi: potongan adegan di atas menggambarkan adegan mengaji yang dipimpin oleh seorang kiyai, kegiatan tersebut terdiri dari membaca kitab suci al-quran kemudian mengartikannya.
76
f. Shalawat
Deskripsi: potongan gambar adegan diatas menggambarkan adegan para santri sedang melakukan latihan qasidah dengan menyanyikan shalawat nabi. g. Wudhu
Deskripsi: adegan diatas menggambarkan ketiga tokoh utama Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga Pratama), dan Syahid (Yoga Satatagama) sedang mengambil air wudhu untuk menjalankan ibadah sholat.
77
h. Berjihad
Deskripsi: potongan adegan diatas menggambarkan adegan sekelompok orang sedang melakukan latihan bela diri untuk berjihad dengan menggunakan pakaian hitam – hitam dan menggunakan penutup wajah.
Cinta Kepada Sesama Manusia a. Menolong Orang
Deskripsi: adegan diatas menggambarkan dimana tokoh Huda (Nicholas Saputra) sedang meminta pertolongan kepada Donna Satelit (Dian Sastro
78
Wardoyo) untuk mencarikan alamat ibunya di Jakarta dan Donna Satelit pun mau menolong Huda.
b. Taat pada Orang Tua
Deskripsi: adegan diatas meggambarkan dimana ketiga tokoh utama Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga Pratama), dan Syahid (Yoga Satatagama) sedang menjenguk ayahanda syahid.
c. Ziarah Kubur
79
Deskripsi: adegan diatas menggambarkan Donna Satelit (Dian Sastro Wardoyo) sedang melakukan ziarah kubur di makam ibunya, sedangkan gambar berikutnya menggambarkan tokoh Huda (Nicholas Saputra) sedang melakukan ziarah kubur di makam ibunya yang diketahui ternyata telah meninggal dunia.
d. Ta’aruf
80
Deskripsi: Adegan diatas menggambarkan adegan Kiyai wahab sedang menjodohkan putrinya yang bernama Farokah dengan Huda (Nicholas Saputra). e. Menikah
Deskripsi: adegan diatas menggambarkan pernikahan antara Huda (Nicholas Saputra) dengan anak sang pemilik pesantren yang sebelumnya sudah dijodohkan dengan Huda.
81
2. Setting Lokasi
a. Mushola
Mushola: Dalam setting film ini mushola menjadi tempat utama untuk sholat berjamaah dan juga untuk mengaji.
b. Pesantren
82
Deskripsi: dalam film ini pesantren menjadi setting utama, karena memang film ini menceritakan tentang kehidupan santri – santri di dalam sebuah pesantren.
c. Madrasah
Deskripsi: dalam film ini madrasah menjadi tempat dimana santri – santri menuntut ilmu untuk sekolah di luar pesantren.
83
d. Makam
Deskripsi: dalam setting film ini pemakaman digunakan untuk tempat ziarah bagi orang tua atau sanak saudara yang sudah meninggal. Terdapat adegan dimana Donna Satelit (Dian Sastro wardhoyo) sedang melakukan ziarah di makam ibunya.
3.
Wardrobe
84
Dalam film ini wardrobe yang digunakan antara lain seperti: 1. Peci, digunakan sebagai penutup kepala pada saat sholat atau pun untuk dekenakan sehari – hari oleh kaum laki – laki.
85
2. Baju koko, baju ini biasanya dikenakan oleh kaum muslim laki – laki. 3. Jilbab/kerudung, digunakan sebagai penutup aurat (kepala) oleh sebagian besar kaum muslim perempuan. 4. Baju Gamis, baju ini biasanya dikenakan oleh kaum muslim perempuan, berlengan panjang, dan memiliki panjang biasanya sampai lutut atau mata kaki. 5. Tasbih, berupa butir – butir biji/batu yang terdiri dari 33 butir dan dirangkai
menjadi
satu,
dan
digunakan
untuk
berzikir
dengan
menyebutkan asma Allah.
4.3.1 Berdasarkan Sound/suara Kecenderungan nilai – nilai religius berdasarkan sound atau suara secara keseluruhan dikategorikan menjadi tujuh kategori suara atau sound yaitu lantunan ayat suci Al – Quran, musik Islami, adzan, shalawat, dzikir, marawis, dan music qasidah. Hasil penelitian penulis berdasarkan ketujuh kategori tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3.1
Kecenderungan nilai – nilai religius berdasarkan sound/suara No.
1.
Suara/Sound
Lantunan ayat suci
Jumlah
Persentase
(kali)
(%)
5
23,8
Durasi
1. 00:01:48
86
al-quran
2. 00:00:10 3. 00:00:09 4. 00:00:44 5. 00:00:09
2.
Musik Islami
0
0
3.
Adzan
3
14,2
0 1. 00:00:38 2. 00:00:14 3. 00:00:47
4.
Shalawat
6
28,5
1. 00:00:48 2. 00:01:10 3. 00:00:14 4. 00:00:19 5. 00:00:57 6. 00:00:45
5.
Dzikir
2
9,5
1. 00:01:05 2. 00:00:07
6.
Marawis
0
0
7.
Musik Qasidah
5
23,8
0 1. 00:00:48 2. 00:01:10 3. 00:00:19 4. 00:00:57 5. 00:00:45
87
Jumlah
21
100
Dari tabel diatas penggambaran tentang nilai religius dilihat dari suara/sound dalam film 3 Doa 3 Cinta, posisi pertama adalah suara shalawat dengan frekuensi 6 kali atau 28,5%, dalam film tersebut suara orang sedang bershalawat paling sering muncul pada saat adegan tokoh Huda, Rian dan Syahid sedang melantunkan shalawat nabi dan juga, suara shalawat juga sering muncul sebagai backsound atau suara latar belakang. Posisi kedua adalah suara lantunan ayat suci Al – Quran dan musik qasidah dengan frekuensi sama – sama 5 kali atau 23,8%, dalam film 3 Doa 3 Cinta ini suara lantunan ayat suci Al – Quran sering muncul pada saat tokoh Syahid sedang membaca Al – Quran di kamarnya ataupun suara orang sedang membaca suara Al – Quran sebagai efek latar belakang atau backsound, sedangkan suara musik qasidah dengan frekuensi 5 kali atau 23,8%, dalam film tersebut, suara musik qasidah paling sering muncul sebagai suara latar belakang atau backsound dalam film ini dan juga ketika beberapa santri melantunkan nyanyian shalawat nabi. Pada posisi ketiga adalah adzan dengan frekuensi 3 kali 14,2%, dalam film 3 Doa 3 Cinta ini suara kumandang adzan terdengar pada saat adegan Rian membangunkan teman – temannya yang sedang tertidur untuk melakukan sholat subuh, dan juga pada saat adegan salah satu guru di pesantren tempat mereka belajar membangunkan para santri untuk melakukan ibadah sholat subuh, dan juga ketika tokoh Huda baru tiba di Jakarta dengan tujuan untuk mencari ibunya, ketika itu Huda sedang berjalan di pinggir jalan kemudian terdengarlah suara adzan maghrib. Sedangkan pada posisi keempat
88
adalah suara dzikir dengan frekuensi 2 kali atau 9,5%, dalam film ini suara dzikir terdengar pada saat adegan ketika seluruh santri selesai melakukan ibadah sholat subuh dengan mengucap kalimat “lailahaillallah” yang berarti “tiada tuhan selain Allah”, kemudian suara dzikir terdengar pada saat tokoh Romo Kyai sedang berjalan di sekitar pesantren sambil membawa tasbih kemudian membaca beberapa kalimat dzikir.
4.3.2 Berdasarkan Visualisasi Adegan Religius Kecenderungan nilai – nilai religius berdasarkan visualisasi adegan religius secara keseluruhan dibagi menjadi dua yaitu cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada sesama manusia. Visualisasi adegan religius berdasarkan cinta kepada Allah dibagi menjadi sepuluh kategori yaitu sholat, membaca Al – Quran, tadarus, dzikir, berdoa, puasa, membaca tafsir Al – Quran, shalawat, wudhu, berjihad. Sedangkan visualisasi adegan religius berdasarkan cinta kepada sesama manusia dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu menolong orang, taat kepada orang tua, sedekah, zakat, ziarah kubur, ta’aruf dan menikah. Hasil penelitian penulis berdasarkan ketujuh kategori tersebut adalah sebagai berikut:
89
Tabel 4.3.2 a
Kecenderungan nilai – nilai religius berdasarkan visualisasi adegan religius
Visualisasi adegan religius berdasarkan cinta kepada Allah SWT No.
1.
Adegan
Sholat
Jumlah
Persentase
(kali)
(%)
5
17,2
Durasi
1. 00:00:26 2. 00:00:05 3. 00:00:27 4. 00:0025 5. 00:00:34
2.
Membaca
Al-
4
13,7
1. 00:00:10 2. 00:00:09
Quran
3. 00:00:44 4. 00:00:09 3.
Tadarus
0
0
0
4.
Dzikir
2
6,8
1. 00:01:05 2. 00:00:07
5.
Berdoa
7
24
1. 00:00:09 2. 00:00:05 3. 00:00:11
90
4. 00:00:03 5. 00:00:28 6. 00:00:20 7. 00:00:24 6.
Puasa
7.
Membaca
tafsir
0
0
3
10,3
0 1. 00:00:53 2. 00:01:10
Al-Quran
3. 00:00:26 8.
Shalawat
5
17,2
1. 00:01:10 2. 00:00:14 3. 00:00:19 4. 00:00:57 5. 00:0045
9.
Wudhu
2
6,8
1. 00:00:48 2. 00:01:18
10.
Berjihad Jumlah
1
3,4
29
100
1. 00:00:21
Dari tabel diatas penggambaran tentang nilai religius dilihat dari visualisasi adegan religius yang menggambarkan kecintaan pada Allah swt, posisi terbanyak adalah adegan berdoa dengan frekuensi 7 kali atau 24% dalam film tersebut adegan berdoa paling sering muncul pada adegan ketiga tokoh utama
91
yaitu Huda (Nicholas Saputra), Rian (Yoga Pratama) dan Syahid (Yoga Satatagama) menuliskan keinginan mereka masing – masing di dinding pesantren tempat mereka menuntut ilmu setelah mereka menuliskan keinginan – keinginannya itu lalu mereka memanjatkan doa untuk orang – orang yang mereka cintai. Pada posisi kedua adalah Sholat dan shalawat dengan frekuensi sama – sama 5 kali atau 17,2%, adegan sholat merupakan salah satu adegan yang sering muncul karena memang film ini bertema religius dan bersetting di pesantren sehingga sholat menjadi salah satu adegan yang sering muncul, adegan shalawat muncul ketika para santri sedang melakukan latihan nyanyian shalawat untuk tampil dalam pesta perkawinan salah satu kiyai tersohor di daerah mereka. Posisi ketiga adalah adegan membaca kitab suci Al – Quran dengan frekuensi 4 atau 13,7% adegan membaca kitab suci Al – Quran paling sering muncul pada saat tokoh syahid membaca salah satu ayat suci Al – Quran di kamarnya. Posisi ketiga adalah adegan membaca ayat tafsir ayat suci Al – Quran dengan frekuensi 3 atau 10,3%, adegan membaca tafsir Al-Quran dalam film ini adalah pada saat kiyai Wahab membaca ayat suci Al-Quran kemudian menafsirkannya kepada para santri – santri. Posisi keempat adalah adegan Dzikir dan Wudhu dengan frekuensi 2 atau 6,8% adegan dzikir muncul pada saat adegan para santri selesai melakukan ibadah sholat dan pada saat adegan kiyai Wahab sedang berdzikir dengan membaca tasbih, sedangkan adegan wudhu muncul pada saat ketiga tokoh utama yaitu Huda, Rian dan Syahid hendak melakukan sholat. Posisi kelima ditempati oleh adegan berjihad dengan frekuensi 1 atau 3,4% adegan jihad muncul ketika
92
tokoh Syahid mulai terpengaruh dengan ajaran Islam garis keras dan kemudia ia bertekad bulat untuk melakukan jihad agar bisa masuk surga.
Tabel 4.3.2 b
Kecenderungan nilai – nilai religius berdasarkan visualisasi adegan religius
Visualisasi adegan religius berdasarkan cinta kepada sesama manusia No. 1.
Adegan Menolong Orang
Jumlah
Persen
7
36,8
Durasi 1. 00:00:51 2. 00:00:54 3. 00:01:02 4. 00:02:21 5. 00:00:41 6. 00:01:19 7. 00:00:30
2.
Taat pada orang tua
5
26,3
1. 00:00:18 2. 00:00:26 3. 00:01:07 4. 00:00:44 5. 00:00:39 6. 00:01:32
3.
Sedekah
0
0
0
93
4.
Zakat
0
0
5.
Ziarah Kubur
4
21
0 1. 00:00:18 2. 00:00:09 3. 00:00:23 4. 00:00:23
6.
Ta’aruf
1
5,2
1. 00:00: 10
7.
Menikah
2
10,5
1. 00:01:35 2. 00:01:16
Jumlah
19
100
Dari tabel di atas penggambaran tentang nilai religius dilihat dari visualisasi adegan religius yang menggambarkan kecintaan terhadap sesama manusia, posisi pertama adalah adegan meonolong orang dengan frekuensi 7 atau 36,8% adegan menolong orang banyak muncul ketika tokoh Dona Satelit (Dian Sastro) menolong tokoh Huda (Nicholas Saputra) untuk mencarikan alamat ibunya yang tinggal di Jakarta. Posisi kedua ditempati oleh adegan taat kepada orang tua dengan frekuensi 5 atau 26,3%, adegan ini banyak muncul ketika tokoh Syahid menjenguk ayahnya yang tengah sakit keras dan dirawat di rumah sakit. Posisi ketiga ditempati oleh adegan ziarah kubur dengan frekuensi 4 atau 21% adegan ini banyak muncul ketika tokoh dona satelit melakukan ziarah kubur di makam ibunya. Posisi keempat adalah menikah dengan frekuensi 2 atau 10,5% adegan menikah muncul ketika kiyai Wahab yang adalah pemimpin pesantren
94
menghadiri pernikahan kerabatnya yang keempat kali yaitu kyai Ridwan yang juga merupakan salah satu tokoh tersohor di daerah tersebut. Posisi kelima adalah ta’ruf dengan frekuensi 1 atau 5,2% adegan ini muncul ketika tokoh Huda dijodohkan oleh pemilik pesantren yaitu kiyai Wahab untuk menikahi putrinya yang bernama Farokah.
4.3.3 Berdasarkan Setting Lokasi Kecenderungan nilai – nilai religius berdasarkan setting lokasi dibagi menjadi lima kategori setting lokasi, yaitu masjid, musholah, pesantren, madrasah dan makam. Hasil penelitian penulis berdasarkan ketujuh kategori tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3.3
Kecenderungan Nilai – nilai Religius berdasarkan Setting Lokasi No
Setting
Jumlah
Persen
Durasi
. 1.
Masjid
0
0
2.
Musholah
6
18
0 1. 00:01:31 2. 00:00:06 3. 00:00:05 4. 00:00:27 5. 00:02:20
95
6. 00:00:29 3.
Pesantren
19
57,5
1. 00:01:19 2. 00:00:40 3. 00:00:14 4. 00:00:51 5. 00:00:20 6. 00:00:24 7. 00:00:15 8. 00:01:45 9. 00:00:28 10. 00:01:12 11. 00:00:39 12. 00:01:09 13. 00:01:22 14. 00:00:31 15. 00:02:26 16. 00:00:26 17. 00:00:50 18. 00:01:25 19. 00:00:38
4.
Madrasah
1
3
1. 00:00:09
5.
Makam
7
21
1. 00:00:14 2. 00:00:11
96
3. 00:00:07 4. 00:01:21 5. 00:00:32 6. 00:00:26 7. 00:00:03 Jumlah
33
100
Dari tabel diatas penggambaran tentang nilai religius dilihat dari Setting lokasi, posisi pertama adalah pesantren dengan frekuensi 19 atau 57,5% lokasi pesantren menempati posisi pertama karena memang film ini menceritakan tentang kehidupan para santri de sebuah pesantren sehingga sebagian besar lokasi yang digunakan adalah pesantren. Posisi kedua adalah makam dengan frekuensi 7 atau 21% setting yang bertempat di sebuah tempat makam banyak muncul saat adegan dona satelit sedang melakukan ziarah makam di makam ibunya. Posisi ketiga adalah Musholah dengan frekuensi 6 atau 18% setting yang bertempat di musholah sering muncul pada saat adegan para santri sedang melakukan shalat berjamaah. Posisi keempat adalah madrasah dengan frekusensi 1 atau 3% setting madrasah muncul pada saat ketiga tokoh utama Huda, Rian dan Syahid selesai melakukan ujian akhir.
4.3.4 Berdasarkan Wardrobe atau Properti Kecenderungan nilai – nilai religius berdasarkan wardrobe atau properti yang digunakan dibagi menjadi tujuh kategori yaitu peci, baju koko, mukena, kerudung,
97
baju gamis, tasbih, sorban. Hasil penelitian penulis berdasarkan ketujuh kategori tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3.4
Kecenderungan Nilai – Nilai Religius Berdasarkan Wardrobe atau Properti No.
Wardrobe
Durasi
1.
Peci
01:50:31
2.
Baju Koko
01:50:31
3.
Mukena
00:00:14
4.
Kerudung
00:04:17
5.
Baju Gamis
00:03:15
6.
Tasbih
00:00:49
7.
Sorban
00:03:36
Dari tabel diatas penggambaran nilai religius dilihat dari segi wardrobe atau pakaian, posisi pertama adalah peci dan baju koko dengan total durasi 01:50:31 dalam film 3 Doa 3 Cinta ini peci dan baju koko muncul di keseluruhan film karena memang filmnya yang bertema religius dan bersetting di sebuah pesantren sehingga mewajibkan seluruh santri – santrinya untuk mengenakan baju koko dan peci sebagai pakaian sehari – hari. Posisi kedua adalah kerudung dengan total durasi 00:04:17 dalam film ini kerudung dikenakan oleh Farokah yang adalah anak dari sang pemilik pesantren yaitu kiyai Wahab dan juga istri dari
98
kiyai Wahab. Posisi ketiga adalah sorban dengan total durasi 00:03:36 dalam film ini sorban dikenakan di pundak oleh para kiyai ataupun sebagai penutup kepala sebagai pengganti peci. Posisi keempat adalah baju gamis dengan total durasi 00:03:15 baju gamis adalah satu potong pakaian muslim wanita dengan model lurus, panjang dan longgar menutupi seluruh badan mulai dari dada sampai mata kaki, sehingga pemakainya tidak harus mencari atasan atau bawahan karena sudah dalam satu kesatuan.dalam film ini baju gamis dikenakan oleh tokoh Farokah yang adalah anak dari kiyai Wahab dan istri dari kiyai wahab sebagai pakaian mereka sehari – hari dan juga beberapa wanita yang ada dalam film ini. Posisi kelima adalah tasbih dengan total durasi 00:00:49 dalam film ini tasbih biasanya di pegang oleh para kiyai dan ustad agar mereka selalu bisa berzikir setiap saat. 4.3.5 Berdasarkan Dialog Setelah melakukan pengamatan dari segi audio visual dan setting dari 3 Doa 3 Cinta, penulis juga menganalisis dialog yang mengandung nilai - nilai religius, dan diperoleh hasil penelitiannya sebagai berikut : a. Dialog yang menggambarkan adegan ajakan untuk shalat 1. Adegan: Rian membangunkan Syahid dan salah satu temannya yang sedang tidur untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Rian :”Sholat..sholat..” Teman Rian dan Syahid : “Apa sih…” Rian : “ Sholat.”
99
2. Adegan: salah satu ustad sedang berkeliling untuk membangunkan santri – santri untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. Ustad:“Bangun..bangun..subuh..sholat…sholat…bangun…bangun…bangu n…subuh..heh..heh..bangun.”
b. Dialog yang menggambarkan adegan untuk bershalawat 1. Adegan: salah satu santri yang bernama Zainal dihukum dengan disuruh melakukan shalawat. Kyai
Wahab
:“Huda,
Zainal
tidak
usah
kamu
bantu…Zainal,
sini…dengarkan ya, siapa yang melakukan kesalahan, harus menerima hukuman, dan kamu harus menjalani hukuman itu sendiri, jangan mengajak orang lain, paham?.” Huda : “Tapi romo bukan Zainal yang…..” Kyai Wahab : “Ahh sudah…sudah kerjakan apa yang harus di kerjakan…sana…Zainal, kamu tidak usah mengambil air lagi, Shalawat disitu.”
100
c. Dialog yang menggambarkan adegan untuk berjihad. 1. Adegan: salah satu ustad di pesantren mengajarkan santri – santri untuk melakukan jihad. Ustad : “Tidak akan pernah senang dan ridho orang – orang yahudi dan nasrani kepada kita orang muslim sebelum kita mengikuti mereka, Israel, Amerika terus akan memusuhi kita, akan menginjak – injak kita, sebelum kita mengikuti mereka, mereka telah meracuni umat Islam dengan berbagai macam cara, mereka telah merusak akhlak umat Islam dengan tontonan – tontonan mesum, bahkan mereka tidak segan – segan untuk membunuh umat Islam di Palestina, di Irak,
Afganistan,
maka
dari
itu
hukumnya
halal………………………” 2. Adegan: salah satu ustad di pesantren mengajak santri – santri untuk melakukan jihad. Ustad :“shadaqallah hul adzim…ada yang ingin saya sampaikan kepada kalian, seperti apa yang sudah saya bahas dalam kitab tadi, bahwa keutamaan mati syahid adalah besar, sangat mulia di sisi Allah, barang siapa kaum muslim yang mau mengorbankan jiwanya di jalan Allah, maka ia disebut mati syahid, dan Allah telah menjanjikan surga bagi orang – orang seperti itu, Subhanallah, dan seandainya kalian diminta untuk mengorbankan jiwa kalian di jalan Allah, siapa di antara kalian yang bersedia?”
101
Santri : “Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar…” 3. Adegan: ustad menanyakan kepada Syahid apakah ia sudah siap untuk berjihad. Ustad : “Kamu sudah siap?” Syahid : “sudah ustad.” Ustad : “Bulatkan tekadmu.” Syahid : “Iya Ustad.” Ustad : “Allah bersama kamu.”
d. Dialog yang menggambarkan adegan ajakan untuk berbuat baik 1. Adegan: Kiyai Wahab sedang menafsirkan salah satu surat dalam Al – Quran tentang rasa toleransi antar umat beragama. Kyai wahab: “wa lan tardho..lan ora bakal ridho..anka songkosiro ai
muslim tegese wong muslim... al yahuddu…bongso yahudi... walan..ora bakal ridho..nasoro bangsa nasrani.. hatta.. sehingga.. tattabi’ah.. podo anut sopo siro..millatahum..ing ajarane bongso yahudi lan bongso nasrani..ini bukan berarti kita harus memusuhi bangsa yahudi dan bangsa nasrani, tapi selama mereka itu baik dan menghormati kita, kita juga harus baik dan menghormati mereka”.
102
2. Adegan : Rian yang sedang mendengarkan radio di tegur oleh Syahid agar belajar karena keesokan harinya mereka akan melaksanakan ujian akhir. Rian
: “Dari dulu kok peraturannya ndak berubah-berubah…gimana santri – santri mau maju coba..”
Syahid : “kalo mau maju itu baca buku, besok kan ujian terakhir..mending kita baca – baca buku pelajaran.” 3. Adegan: Huda memberitahu Rian bahwa surga ada di telapak kaki ibu dan apapun yang terjadi kita harus tetap menghormati seorang ibu. Huda : “Gimana kabar ibumu? Baik – baik aja?” Rian : “Ya gitu dia masih ngurus studio foto yang kecil itu sendirian, kabar ibumu sendiri gimana? Belum ada perkembangan?” Huda : “Belum, yang jelas sih ada di Jakarta, di isi suratnya yang terakir sih seperti itu.” Rian : “Kapan itu?” Huda : “wah udah setahun yang lalu.” Rian : “ooo..jadi kamu masih mau cari dia?” Huda : “Iya.” Rian : “Maaf da, ibumu udah lama ninggalin kamu, ndak ngurusin kamu.”
103
Huda : “Kamu inget romo kiyai pernah bilang Al-Jannatu tahta aqdamil ummahat surga itu ada di bawah telapak kaki ibu, jadi biar bagaimanapun kita harus tetap berbakti.” Rian : “Maaf da, maksudku ndak gitu.” 4. Adegan: Kyai Wahab sedang menjelaskan arti tentang saling menghormati antar umat beragama dan pentingnya toleransi antar umat beragama dari sebuah Hadits. Kyai
Wahab
:
“bismillahirrahmanirrahim…mari
kita
lanjutkan
pembahasan kita yang kemarin, hadits ini secara tersirat memperingatkan kepada kita, sebagai sesama manusia kita harus bisa saling menghormati, dan tidak hanya itu kepada orang – orang non muslim pun kita juga harus bisa menghormati, tidak boleh melukai, dan kita harus bisa menjaga kerukunan umat
beragama, Rasulullah
ketika bisa menguasai kota mekkah yang saat itu dikuasai oleh orang – orang kafir Quraish, Rasulullah meminta kepada
umatnya kaum
muslim
untuk bisa
tetap
menghormati dan tetap menghargai orang – orang kafir Quraish, kata beliau, barang siapa yang melukai orang – orang kafir Quraish yang tidak bersalah itu sama saja artinya melukai orang – orang muslim.”
104
e. Dialog yang menggambarkan adegan menolong orang. 1. Adegan: Huda meminta pertolongan kepada Dona Satelit untuk mencarikan alamat ibunya yang berada di Jakarta. Donna : “Ada apa? Ini apa maksudnya?” Huda : “Ini alamat ibuku di Jakarta, aku mau minta tolong sama mbak, bantu cari alamat itu, mbak kan pernah tinggal di Jakarta.” Donna : “Aku enggak ada waktu, aku musti nyanyi, apalagi aku udah lama enggak tinggal di situ.” Huda : “Tolonglah mbak, bantu aku.” Donna : “Aku enggak mungkin nyari sendiri, tapi aku mungkin bisa minta bantuan temenku yang masih tinggal di Jakarta, tapi perlu biaya.” Donna : “Temenku udah mendapatkan alamat ibumu, ibumu emang pernah ngontrak di situ, Cuma udah ndak lagi, yang punya kontrakan udah memberitakan alamat kontrakan ibumu, cuma alamatnya kurang jelas, temenku bisa mencari alamat ibumu, Cuma butuh biaya lagi, biaya yang kemarin udah abis untuk dipake mondar – mandir.” 2. Adegan: Huda menolong salah satu temannya yang sedang terkena hukuman dari Kyai Wahab. Huda : “Apa dosa yang telah kamu perbuat wahai hamba Allah?”
105
Zainal: “Romo Kiyai itu mengira saya keluar malem – malem dari pondok, padahal kan saya ndak pernah keluar malem dari pondok, saya disini terus kok.” Huda : “Yowiss..ngene ta’ewangi (ya sudah sini aku bantuin).” 3. Adegan: Dona berhasil menolong Huda untuk menemukan alamat ibunya yang berada di Jakarta. Dona : “Temenku udah dapet alamat ibumu.” Huda : “Kabar ibuku gimana?” Dona : “Temenku ndak bilang apa – apa, dia cuma bilang ibumu sekarang kerja di alamat itu.”
4.4. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian analisis diatas, penulis akan menjelaskan secara terperinci tentang kecenderungan nilai – nilai religius yang ada pada film 3 Doa 3 Cinta. Film 3 Doa 3 Cinta termasuk film religi yang berlatar belakang di sebuah pesantren yang mengetengahkan cerita tentang tiga tokoh utama dalam film ini yaitu Huda, Rian dan Syahid tiga remaja yang tinggal di sebuah pesantren di kota kecil di Jawa Tengah. Masing – masing memiliki harapan dan rencana hidup selepas dari pesantren. Harapan – harapan itu mereka torehkan pada dinding
106
belakang pesantren. Kerinduan Huda pada ibunya, cita – cita Rian di bidang film dan kepahitan hidup Syahid akan membawa ketiga sahabat itu pada jalan hidup yang berbeda. Film yang bertema religi khususnya yang berlatar belakang tentang agama Islam saat ini tengah diminati masyarakat Indonesia, hal ini membuktikan ternyata masyarakat Indonesia masih haus akan sebuah tayangan atau film yang memiliki nilai religius yang tinggi ditengah semakin banyaknya film – film yang bertemakan horror, komedi dewasa ataupun remaja,dan film – film yang hanya bersifat mencari keuntungan semata dan mengabaikan nilai – nilai kemanusiaan dan toleransi hal ini dibuktikan dengan banyaknya penonton film Indonesia yang berbondong – bondong pergi ke bioskop untuk menyaksikan film bertema religi. Dalam pembahasan ini hal dasar yang ingin penulis tegaskan yaitu tentang nilai – nilai religius yang terkandung dalam film ini. Sebagai sebuah film yang mengetengahkan tentang nilai – nilai religius, nilai – nilai religius yang dimaksud yakni setiap adegan, dialog, latar belakang dan juga wardrobe dalam film tersebut telah memenuhi nilai – nilai religiustas, serta menggunakan gaya bahasa yang bersifat dakwah tanpa maksud atau terksan untuk menggurui penontonnya. Pada kategori visualisasi adegan, film 3 Doa 3 Cinta telah cenderung telah menerapkan nilai – nilai religius di dalamnya dengan banyak menayangkan adegan yang berbau religi yang sering kita lihat pada kehidupan sehari – hari, seperti adegan sholat berjamaah, membaca kitab suci Al – Quran, berdoa, adegan menolong sesama manusia yang sedang kesusahan, adegan menaati perintah
107
orang tua dan hal – hal baik lainnya yang sering dilakukan dan tidak jauh dalam kehidupan sehari – hari. Disamping itu dalam film 3 Doa 3 Cinta ini tidak diketemukan adegan yang berbau kekerasan atau yang bersifat sadis atau kejam dan juga adegan yang memiliki unsur sara atau menjelekkan agama lain di luar agama Islam. Film ini justru mempunyai misi atau pesan moral untuk menunjukkan bahwa sebenarnya bahwa islam itu adalah agama yang penuh dengan kedamaian yang penuh dengan toleransi dan kalaupun ada sekelompok orang islam yang bersikap radikal itu adalah sebuah penyimpangan dan itu tidak mewakili umat islam secara keseluruhan khususnya di pesantren sebab pandangan orang barat terhadap pesantren itu adalah tempatnya teroris tapi di sini saya tampilkan bahwa orang – orang pesantren itu seperti manusia biasanya. Dalam film ini juga ingin menunjukkan bahwa toleransi antar umat beragama itu menjadi penting dan kemudian bahwa Islam itu penuh dengan kedamaian yang sesungguhnya kalaupun ada penyimpangan itu hanyalah segelintir orang dan itu tidak mewakili Islam dan terutama lagi pesantren itu bukan tempatnya terorisme. Pada kategori suara atau sound dalam film ini, ternyata film 3 Doa 3 Cinta cenderung telah menerapkan nilai – nilai religius di dalamnya hal ini dapat terlihat dalam salah satu adegan dengan menggunakan suara orang sedang bershalawat atau orang yang sedang membaca ayat suci Al – Quran atau dengan terdengarnya suara musik Qasidah dan juga beberapa kali terdengar suara kumandang adzan sebagai suara latar belakang atau backsound. Dengan demikian
108
jika dilihat dari kategori suara atau sound, film 3 Doa 3 Cinta cenderung telah menerapkan nilai – nilai religius di dalamnya. Pada kategori setting lokasi, film 3 Doa 3 Cinta cenderung telah menerapkan nilai – nilai religius di dalamnya hal ini dapat terlihat dengan penggunaan setting lokasi pesantren yang hampir 80% sebagai tempat pengambilan gambar dalam film ini sehubungan memang film ini menceritakan tentang kehidupan tentang pesantren dan santri – santri di dalamya sehingga penonton bisa semakin meresapi suasanya religius yang terkandung dalam film ini, selain itu juga penggunaan mushola sebagai tempat ibadah untuk menjalankan sholat berjamaah atau sebagai tempat untuk mengaji dan juga tempat pemakaman yang digunakan untuk berziarah untuk menghormati dan mendoakan sanak saudara yang telah pergi terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Pada kategori wardrobe, ternyata film 3 Doa 3 Cinta ini juga cenderung telah menarapkan nilai – nilai religius seperti penggunaan baju koko dan peci yang digunakan sepanjang film ini karena film ini menceritakan tentng kehidupan santri – santri di sebuah pesantren maka baju koko dan peci menjadi pakaian sehari – hari yang dikenakan oleh para santri – santri di pondok pesantren tersebut, selain itu juga terlihat dari penggunaan kerudung dan baju gamis yang dikenakan oleh para wanita dalam film ini dan juga atribut – atribut lain seperti tasbih dan sorban. Pada kategori dialog, film 3 Doa 3 Cinta cenderung telah menerapkan nilai – nilai religius dengan penggunaan bahasa yang ringan namun memiliki
109
unsurr dakwah di dalamnya tapi dengan maksud untuk tidak menggurui, seperti dalam dialog: Kyai
Wahab
:
“bismillahirrahmanirrahim…mari
kita
lanjutkan
pembahasan kita yang kemarin, hadits ini secara tersirat memperingatkan kepada kita, sebagai sesama manusia kita harus bisa saling menghormati, dan tidak hanya itu kepada orang – orang non muslim pun kita juga harus bisa menghormati, tidak boleh melukai, dan kita harus bisa menjaga kerukunan umat
beragama, Rasulullah
ketika bisa menguasai kota mekkah yang saat itu dikuasai oleh orang – orang kafir Quraish, Rasulullah meminta kepada
umatnya kaum
muslim
untuk bisa
tetap
menghormati dan tetap menghargai orang – orang kafir Quraish, kata beliau, barang siapa yang melukai orang – orang kafir Quraish yang tidak bersalah itu sama saja artinya melukai orang – orang muslim.” Dalam dialog tersebut dapat terlihat bahwa betapa pentingnya arti toleransi antar umat beragama namun tanpa terkesan untuk menggurui penontonnya tapi pesan toleransi tersebut sampai dengan baik kepada penonton.