BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Penggunaan Campur Kode oleh Penjual obat Berdasarkan penelitian di lapangan
maka diperoleh data hasil penelitian
yakni data-data bahasa yang digunakan oleh
penjual obat di pasar Minggu,
Kecamatan Telaga. Adapun penggunaan bahasa yang terjadi disetiap peristiwa tutur oleh penjual obat dipasar Minggu, Kecamatan Telaga adalah penggunaan campur kode bahasa. Penggunaan campur kode bahasa dapat dilihat dari kode bahasa yang dicampurkan ke dalam proses tuturan. Sehubungan dengan data yang telah dikumpulkan maka, penggunaan bahasa yang digunakan oleh penjual obat di pasar Minggu, Kecamatan Telaga dapat dilihat pada kata-kata dan kalimat berikut. Berikut dipaparkan dalam bentuk kalimat, bahasa yang digunakan oleh penjual obat 1) Betul-betul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, matiya wunemiyo pak. “Betul-betul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, disini obatnya pak” 2) Jadi saya disini meymohindu mohabari to’olatiya wunemo botiya pak “jadi saya disini bertanya dan mengabarkan sama saya obat ini pak” 3) Karna olatiya, penu ja’owaliya debo hemo ponguwati’a boti “Karna bagi saya, meski tidak sanggup, tetap mempromosikan ini” 4) Lain dengan ramuan jamu, wanu jamu de pakeyala pemanis. “ Lain dengan ramuan jamu, kalau jamu, nanti dipakaikan pemanis “ 5) Mana yang ta mamolulupuhu, mana yang hemongota lo ilanggango. “ Mana yang sudah tidak kuat, mana yang sering sakit badan “ 6) Kira-kira sedangkan sama saya ada apalagi to tambati uwewo. “ kira-kira sedangkan sama saya ada, apalagi di tempat lain “ 7) Cuma yang jelas, yang saya bawa, tima’o anti alergi.
“ Cuma yang jelas, yang saya bawa ini anti alergi “ 8) Jika tidak benar alergi, jika tidak benar untuk gatal, ja ma pohipake pak. “ Jika tidak benar alergi, jika tidak benar untuk gatal, jangan dipakai pak “ 9) Jangan cuma menahan uang sepuluh ribu wau batango to delomo losikisa. “ Jangan cuma menahan uang sepuluh ribu, kemudian hidup dalam keadaan tersiksa” 10) Yang terlalu banyak kerja u’mobuheto, tiyamayi obat kuat liyo pak. “ Yang terlalu banyak kerja berat, ini dia obat kuat pak “ 11) Ini obat dila hepohutu mayi latiya, karena ini betul-betul obat cina. “ Ini obat bukan saya buat sendiri, karena ini betul-betul obat cina “ Ada juga petunjuk pemakaian tula-tulade teto papalio. “ Ada juga petunjuk pemakaian tertulis disitu pak “ 12) Hambela panyaki yang sudah bengkak, bengkak kaki, keram-keram, debo moluli wanu mayilumalo akar dewa. “ Sedangkan penyakit yang sudah bengkak, bengkak kaki, keram-keram, tetap akan sembuh kalau sudah minum akar dewa “ 13) Botiya wunemo perlu untuk semua mamaliyo. “ Ini obat perlu untuk semua mak ” 14) To tambati botiya dijual juga lem korea. “ Di tempat ini dijual juga lem korea “ 15) Bolo mohindu, kita semua di tempat ini. “ Tinggal bertanya saja kita semua di tempat ini “ 16) Ja lipata, boti ma’o juga kami sediakan minuman sehat. “ Jangan lupa ada ada juga kami sediakan minuman sehat “ 17) Boti ta hihulo’a ta morasa mohuhulo, segera minum obatnya “ Ini yang sedang duduk, yang merasa kedinginan, segera minum obatnya” 18) Wunema lo kohidu juga ada. “ obat gatal juga ada “ 19) Alihu orasawa mota gaga seluruh badan. “ Agar terasa bagus seluruh badan “ 20) Alihu ja gambangi masuk angin. “ Agar tidak gampang masuk angin “ 21) Matiya to’olatiya herbatik minuman sehat. “ Disini sama saya ada obat herbatik minuman sehat “ 22) Boli panyaki ma tahunan, asam urat sudah bulanan, tetap akan hilang. “ meski penyakit tahunan, asam urat sudah bulanan, tetap akan hilang” 23) Tima’o boyito untuk tenaga “ Ini dia untuk tenaga “ 24) Bo pe’enda-pe’enda cara pakainya. “ hanya sekali-sekali cara pakainya “ 25) Utiye bo dua kali minum, engondi boti huyi ngobolu,lombu huyi ngobolu. “ ini hanya dua kali minum, sebebtar mala mini, satu. Besok malam satu” 26) Gula-gula tikus, kapur ajaib, bukan saya bohong itu, ada depe keterangan disitu
27) 28) 29) 30) 31)
Gula-gula tikus pengusir tikus dan kecoa, langsung dia maso, dia lari Taru dua biji di lobang tikus, kalau di atas loteng harus empat. Begitu tikus datang, dapa cium, dia lari so nyanda mo bale-bale di tampa. Kalau obat pengusir tikus yang langsung mati kiring juga ada. Obat gatal juga ada disini, gatalnya ilang so nyanda ada kuman-kuman lagi Dari keterangan data penelitian di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa bahasa
yang digunakan oleh penjual obat di pasar Minggu, Kecamatan Telaga memang beragam adanya. Hal ini dapat dilihat pada bentuk penyampaiannya. Dalam tuturanya terdapat pencampuran bahasa yang digunakan oleh penjual obat antara lain bahasa Gorontalo bercampur dengan bahasa Indonesia. Ada juga yang hanya menggunakan bahasa Gorontalo saja, dan Bahasa dialek Manado. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa oleh penjual obat bisa dikategorikan dalam penggunaaan campur kode bahasa. Karena dalam setiap kalimat yang terdapat dalam tuturan penjual obat memperlihatkan adanya perpindahan dari bahasa satu ke bahasa yang lain, yakni dari bahasa nasional ke bahasa daerah. Dari identifikasi ini, maka dapat dilihat bahwa gambaran pada pada penjual obat di pasar Minggu, Kecamatan Telaga dalam menjalankan aktivitasnya bahasa yang digunakan tidak selamanya menggunakan bahasa nasional atau bahasa indonesia untuk membuat pembeli atau pengunjung pasar tertarik dengan apa yang disampaikan, namun situasi dan kondisi pasar juga dapat menciptakan bahasa yang bervariasi dalam tuturan penjual obat sebagai pemakai bahasa. Hal ini juga dapat menjadikan salah satu faktor yang mengakibatkan terciptanya variasi bahasa.
4.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Penggunaan Campur Kode Bahasa oleh Penjual Obat Penggunaan bahasa oleh penjual obat di pasar Minggu, Kecamatan Telaga dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu faktor situasi, peserta tutur dan faktor kebiasaan. Situasi tutur yang ditemukan pada peristiwa tutur oleh penjual obat di pasar Minggu Kecamatan Telaga dalam interaksi menjalankan aktivitasnya, adalah situasi tutur yang akrab dan situasi tutur yang berjarak. situasi tutur yang akrab ditandai oleh adanya hubungan akrab antara penutur dan mitra tutur. Hubungan akrab tersebut ditandai oleh penggunaan bahasa Gorontalo. Sedangkan hubungan berjarak ditandai oleh penggunaan bahasa indonesia non formal. Selain itu penelitian ini menemukan fakta bahasa yang digunakan oleh penjual obat saat menjalankan aktivitasnya mempromosikan jenis obat-obatan yang akan dijual dipengaruhi oleh latar belakang situasi pasar
dan tingkat keakraban
dengan mitra tutur, dilihat dari situasinya, pengunjung pasar Minggu kecamatan didominasi dengan masyarakat Gorontalo, sehingga bahasa yang digunakan oleh penjual obat lebih memunculkan bahasa Gorontalo.
4.2 Pembahasan Pada bagian pembahasan ini diuraikan data hasil penelitian yang diperoleh melalui perekaman, teknik simak libat cakap, dan wawancara. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa bahasa yang digunakan oleh penjual obat terdapat campur kode bahasa dari BI kemudian beralih menjadi BG. Hal itu ditunjukkan pada kalimat (1),
betul-betul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, matiya wunemiyo pak. Pada kalimat ini, penjual obat meyakinkan pembeli dengan menggunakan BI pada kata betul-betul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, kemudian beralih menjadi BG pada kata matiya wunemiyo pak. Selanjutnya Pada kalimat (2), Jadi saya disini meymohindu mohabari to’olatiya wunemo botiya pak. Pada kalimat ini, penjual obat menunjukkan keberadaanya dengan menggunakan BI pada kata “jadi saya disini” kemudian beralih menjadi BG pada kalimat Meymohindu mohabari to’olatiya wunemo botiya pak. Pada kalimat (3), penjual obat masih menggunakan dua bahasa yakni BI yang dicampurkan dengan BG, yakni pada kalimat Karna olatia, penu ja’owaliya debo hemo ponguwati’a boti. Pada kalimat ini penjual obat masih memilih dua bahasa yang bercampuran untuk digunakan, yakni pada kata “karna” kemudian di alihkan menjadi bahasa Gorontalo seperti pada kata olatia , penu ja owaliya debo hemo ponguwatia boti. Selanjutnya penggunaan bahasa campur kode oleh penjual obat dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo ada pada kalimat 5, 6, 7, 8, 9. 10.11, 12. Selain menggunakan bahasa dengan campuran bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo, penjual obat juga ada yang hanya menggunakan bahasa Gorontalo saja, hal ini ditunjukkan pada kalimat yang terdapat dalam tuturan penjual obat yakni pada kalimat (13), Hambela panyaki yang sudah bengkak, begkak kaki, keram-keram debo moluli wanu mayilumalo akar dewa. Pada kalimat (15), To tambati botiya dijual juga lem korea. (16), Bolo mohindu kita semua di tempat ini. Selanjutnya, diperoleh data bahwa bahasa yang digunakan oleh penjual obat, ada juga yang menggunakan
bahasa Indonesia namun terdapat pencampuran bahasa yakni dari bahasa Indonesia yang kemudian dituturkan dengan bahasa yang beralih
menjadi bahasa dialek
Manado. Hal ini ditunjukkan pada kalimat yang terdapat dalam tuturan penjual obat yakni pada kalimat (27), Gula-gula tikus, kapur ajaib, bukan saya bohong itu ada depe keterangan di situ. Begitupun pada kalimat (28) bahasa yang digunakan oleh penjual obat dari bahasa Indonesia yang dituturkan dengan diaalek Manado, terdapat pada kalimat gula-gula tikus pengusir tikus dan kecowa, langsung dia maso dia lari. Selanjutnya penggunaan bahasa campur kode oleh penjual obat ada pada kalimat (29), (30), (31). Dilihat dari data yang telah dipaparkan, maka penggunaan bahasa campur kode yang terjadi pada tuturan penjual obat dikategorikan dalam campur kode bahasa, dengan kode dasar bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo, kode dasar bahasa Gorontalo ke bahasa Indonesia dan kode dasar bahasa Indonesia ke bahasa dialek Manado. Penggunaan bahasa campur kode dalam penelitian ini adalah pemakai dua bahasa atau lebih dengan cara saling memasukkan unsur satu bahasa ke bahasa yang lain yang digunakan oleh penjual obat dalam tuturannya.
4.2.1 Penggunaan Bahasa Campur Kode oleh Penjual Obat dari Bahasa Indonesia Ke Bahasa Gorontalo Penggunaan bahasa yang digunakan oleh penjual obat dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo, selain mengacu pada kelancaran untuk berkomunikasi, pada saat menjalankan aktivitas, dalam tuturanya penjual obat ini, sebenarnya lebih sering
dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia, yang lebih mempermudah pengunjung pasar atau pembeli memahami bahasa yang dikomunikasikan. Penjual obat menggunakan bahasa Indonesia jika ada pengunjung pasar atau pembeli yang sekedar menanyakan harga atau khasiat dari jenis obat yang ditawarkan dengan menggunakan bahasa Indonesia pula. Namun dari hasil penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa adanya wujud penggunaan campur kode bahasa yang terdapat dalam tuturan penjual obat bisa dilihat dari kalimat di bawah ini, 1) Betul-betul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, matiya wunemiyo pak. “betul-betul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, di sini obatnya pak” Pada peristiwa tuturan di atas penjual obat meyakinkan pembeli dengan kepiawaiannya menggunakan dua bahasa sehingga
terlihat penggunaan bahasa
campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data 1) kalimat betulbetul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, menggunakan bahasa Indonesia, selanjutnya beralih menjadi bahasa Gorontalo pada kalimat matiya wunemiyo pak. 2) Jadi saya di sini meymohindu mohabari to’olatiya wunemo botiya pak “jadi saya di sini bertanya dan mengabarkan sama saya obat ini pak)” Pada peristiwa tuturan di atas penjual obat menginformasikan kehadirannya di tempat ini dengan menggunakan campur kode bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data 2) terdapat dalam urutan kata jadi saya disini yang merupakan bahasa indonesia, kemudian dicampur dengan bahasa Gorontalo pada kalimat meymohindu mohabari to’olatiya wunemo botiya.
3) Karna olatia, penu ja’owaliya debo hemo ponguwati’a boti “Karna bagi saya,meski tidak sanggup, tetap mempromosikan ini” Pada peristiwa tuturan di atas, penjual obat menyatakan kesanggupannya dalam mempromosikan jenis obat yang ditawarkan dengan menggunakan campur kode bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data 3) terdapat dalam kata karena yang merupakan bahasa Indonesia, kemudian beralih menjadi bahasa Gorontalo pada urutan kata olatiya, penu ja’owaliya debo hemo ponguwati’a boti. 5) Mana yang ta mamomolupuhu, mana yang hemongota lo ilanggango “Mana yang sudah tidak kuat, mana yang sering sakit badan” Pada peristiwa tuturan di atas, penggunaan bahasa campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data 5) terdapat dalam urutan kata mana yang, merupakan bahasa Indonesia kemudian beralih menjadi
bahasa Gorontalo pada
urutan kata ta mamomolupuhu, dan urutan kata hemongota lo ilanggango. 6) Kira-kira sedangkan sama saya ada apalagi to tambati uwewo “Kira-kira sedangkan sama saya ada apalagi ditempat lain” Pada peristiwa tuturan di atas, pengunaan bahasa campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data 6) terdapat dalam urutan kata kira-kira sedangkan sama saya ada yang merupakan bahasa Indonesia kemudian dicampur menjadi bahasa Gorontalo pada urutan kata to tambati uwewo. Dalam gambaran ini penjual obat memeberitahukan kepada pengunjung pasar bahwa jenis obat yang dijual tidak hanya di tempatnya saja , tetapi juga ada di tempat lain
7) Cuma yang jelas yang saya bawa, tima’o anti alerghi. “Cuma yang jelas yang saya bawa, ini anti alerghi” Pada peristiwa tuturan di atas, campur kode bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data 7) terdapat dalam urutan kata, cuma yang jelas yang saya bawa, yang merupakan bahasa Indonesia kemudian beralih menjadi bahasa Gorontalo pada urutan kata tima’o anti alergi. Dalam gambaran ini penjual obat mengatakan kepada pengunjung pasar bahwa selain jenis obat yang lain, dia juga membawa obat anti alergi 8) Jika tidak benar alerghi, jika tidak benar untuk gatal, ja ma pohipake pak. “Jika tidak benar alerghi, jika tidak benar untuk gatal, jangan dipakai pak “ Pada peristiwa tuturan di atas, penggunaan bahasa campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data (8) terdapat dalam urutan kata, jika tidak benar alergi, jika tidak benar untuk gatal, yang merupakan bahasa Indonesia kemudian beralih menjadi bahasa Gorontalo pada urutan kata ja ma pohipake pak. Dalam gambaran ini penjual obat menantang para pengunjung pasar untuk mencoba menggunakan jenis obat yang ditawarkan 10) lem korea juga ada ditempat ini, matiya lem korea “lem korea juga ada di tempat ini, ini dia lem korea” Pada peristiwa tuturan di atas, penggunaan bahasa campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo pada data 10) terdapat dalam urutan kata lem korea juga ada ditempat ini, kemudian menjadi bahasa Gorontalo pada urutan kata matiya lem korea. Dalam gambaran ini penjual obat mempromosikan tidak hanya obatobatan yang ditawarkan tetapi juga yang lainnya seperti lem korea.
Pada data di atas diperoleh data bahwa penjual obat menggunakan bahasa yakni bahasa campur kode dengan kode dasar bahasa Indonesia ke bahasa Gorontalo yakni, pada kalimat (1) Betul-betul sakit tulang, betul-betul tenaga sudah tidak ada lagi, matiya wunemiyo pak (2) Jadi saya disini meymohindu mohabari to’olatiya wunemo botiya pak. (3) Karna olatia, penu ja’owaliya debo hemo ponguwati’a boti, (5) Mana yang ta mamomolupuhu, mana yang hemongota lo ilanggango (6) Kirakira sedangkan sama saya ada apalagi to tambati uwewo (7) Cuma yang jelas yang saya bawa, tima’o anti alerghi, (8) Jika tidak benar alerghi, jika tidak benar untuk gatal, ja ma pohipake pak, dan selanjutnya pada kalimat (10) lem korea juga ada ditempat ini, matiya lem korea.
Dari hasi penelitian datandi atas, menunjukan
bahwa penjual obat merupakan dwibahasa karena menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Gorontalo.
4.2.2 Penggunaan Bahasa Campur Kode oleh Penjual Obat dari Bahasa Gorontalo Ke Bahasa Indonesia 14) Botiya wunemo perlu untuk semua mak “ Ini obat, perlu untuk semua mak” Pada peristiwa tururan di atas, penggunaan campur kode bahasa dari bahasa Gorontalo ke bahasa Indonesia pada data 12) terdapat dalam urutan kata botiya wunemo, yang merupakan bahasa Gorontalo, kemudian beralih menjadi bahasa Indonesia pada urutan kata perlu untuk semua. Dalam gambaran ini penjual obat memberitahukan bahwa semua obat yang dijual sangat perlu untuk semua jenis penyakit.
19) Wunema lo kohidu juga ada. (obat untuk gatal juga ada) Pada peristiwa tuturan di atas, campur kode bahasa dari bahasa Gorontalo ke bahasa Indonesia pada data 14) terdapat dalam urutan kata wunemo lo kohidu, yang merupakan bahasa Gorontalo kemudian divariasikan dengan bahasa Indonesia pada urutan kata juga ada. Dalam gambaran ini penjual obat memberitahukan kepada pengunjung pasar bahwa obat gatal juga ada. 23) Boli panyaki ma tahunan, asam urat sudah bulanan, tetap akan hilang. “meski penyakit tahunan, asam urat sudah bulanan, tetap akan hilang” Pada peristiwa tuturan di atas, pengguaan bahasa
campur kode dari bahasa
Gorontalo ke bahasa Indonesia pada data 23) terdapat dalam urutan kata boli panyaki ma tahunan, kemudian dicampur adukkan dengan bahasa Indonesia pada urutan kata asam urat sudah bulanan, tetap akan hilang. Dalam gambaran ini penjual obat meyakinkan pengunjung pasar bahwa meskipun penyakit yang diderita telah bertahun-tahun, pasti akan hilang 25) Bo pe’enda-pe’enda cara pakainya “hanya sekali-sekali cara pakainya” Pada tuturan di atas, penggunaan bahasa campur kode dari bahasa Gorontalo ke bahasa Indonesia pada data 25) terdapat dalam urutan kata bo pe’enda-pe’enda yang merupakan bahasa Gorontalo kemudian dicampurkan dengan bahasa Indonesia pada urutan kata cara pakainya. Dalam gambaran ini penjual obat menginformasikan tentang cara pemakaian obat yang hanya cukup sekali-sekali. 26) Utiye bo dua kali minum, engondi boti huyi ngobolu, lombu huyi ngobolu.
“ini hanya dua kali minum, sebentar malam ini, satu. besok malam satu” Pada tuturan di atas, penggunaan bahasa campur kode bahasa dari bahasa Gorontalo ke bahasa Indonesia pada data 26) terdapat dalam urutan kata utiye bo yang menggunakan bahasa gorontalo kemudian dicampurkan dengan bahasa Indonesia pada urutan kata dua kali minum. 13) Hambela panyaki yang sudah bengkak, bengkak kaki, keram-keram debo moluli wanu mayilumalo akar dewa. “sedangkan penyakit yang sudah bengkak, bengkak kaki, keram-keram, tetap akan sembuh kalau sudah minum akar dewa” Pada data di atas penjual obat menggunakan bahasa campur kode dengan kode dasar bahasa Gorontalo ke bahasa Indonesia yakni pada kalimat (14) botiya wunemo perlu untuk semua pak. (19) Wunema lo kohidu juga ada, (23) Boli panyaki ma tahunan, asam urat sudah bulanan, tetap akan hilang, (25) Bo pe’enda-pe’enda cara pakainya (26) Utiye bo dua kali minum, engondi boti huyi ngobolu, lombu huyi ngobolu, selanjutnya pada kalimat (13) hambela panyaki yang sudah bengkak, bengkak kaki, keram-keram debo moluli wanu mayilumalo akar dewa. Dilihat dari data di atas bahwa yang dipaparkan oleh penjual obat terdapat penggunaan bahasa dan campur kode bahasa antara bahasa Gorontalo dan bahasa Indonesia itu sendiri.
4.2.3 Penggunaan Bahasa Campur Kode oleh Penjual Obat dengan Bahasa Indonesia Ke Bahasa Dialek Melayu Manado Untuk wujud penggunaan bahasa oleh penjual obat pada data III. Penjual obat lebih nyaman memilih bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Tetapi logat yang digunakan yakni logat dialek melayu Manado. 27) Gula-gula tikus, kapur ajaib, bukan saya bohong itu ada depe keterangan disitu Pada peristiwa tuturan di atas, campur kode bahasa menggunakan bahasa Indonesia ke bahasa dialek melayu Manado, pada data 27) yang terdapat dalam urutan kata bukan saya bohong itu, yang merupakan bahasa indonesia kemudian divariasikan dengan bahasa dialek melayu Manado pada urutan kata ada depe keterangan di situ. 28) Gula-gula tikus pengusir tikus dan kecowa, langsung dia maso dia lari Pada peristiwa tuturan di atas, penggunaan bahasa campur kode pada data 28) terdapat dalam urutan kata langsung dia maso, dia lari yang merupakan bahasa dialek melayu Manado. 29) taru dua biji di lobang tikus, kalau diatas loteng harus empat Pada tuturan peristiwa di atas, penggunaan bahasa campur kode pada data 29) terdapat pada kata taru, lobang, loteng, yang merupakan bahasa dialek melayu Manado, dalam gambaran ini penjual obat memberitahukan cara pemaakaian jenis obat yang ditawarkan yakni, obat pengusir tikus dan kecow dengan lebih memilih menggunakan bahasa dialek Manado. 30) Bagitu tikus datang , dapa cium, dia lari, so nyanda mo bale-bale ditampa
Pada peristiwa tuturan di atas, pengunaan bahasa campur kode bahasa pada data 30) terdapat dalam urutan kata bagitu tikus datang, dapa cium, dia lari, so nyanda mo bale-bale ditampa. Dalam gambaran ini penjual obat masih menggunakan bahasa Indonesia dialek Manado.
31) Kalau obat pengusir tikus yang langsung mati kiring juga ada Pada peristiwa tuturan di atas, penggunaan bahasa campur kode pada data 31) taerdapat dalam urutan kata mati kiring juga ada, yang merupakan bahasa dialek melayu Manado. 32) Obat gatal juga ada disini, dua kali pake mama’ gatalnya ilang, so nyanda ada kuman-kuman lagi Pada data ini diperoleh data bahwa penjual obat menggunakan campur kode bahasa Indonesia ke bahasa dialek Manado yakni pada kalimat (27) Gula-gula tikus, kapur ajaib, bukan saya bohong itu ada depe keterangan disitu, (28) Gula-gula tikus pengusir tikus dan kecowa, langsung dia maso dia lari, (29) taru dua biji di lobang tikus, kalau diatas loteng harus empat, (30) Bagitu tikus datang, dapa cium, dia lari, so nyanda mo bale-bale ditampa, (31) Kalau obat pengusir tikus yang langsung mati kiring juga ada, (32) obat gatal juga ada disini, dua kali pake mama’ gatalnya ilang, so nyanda ada kuman-kuman. Pada data ini penggunaan bahasa oleh penjual obat, yakni bahasa campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa dialek Manado sehingga dapat dikatakan dwibahasa.
4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Penggunaan Bahasa oleh Penjual obat di Pasar Minggu, Kecamatan Telaga Penggunaan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan budaya. bahasa yang digunakan tidak selamanya menggunakan bahasa nasional atau bahasa indonesia untuk membuat pembeli atau pengunjung pasar tertarik dengan apa yang disampaikan, namun situasi dan kondisi pasar juga dapat menciptakan bahasa yang bervariasi dalam tuturan penjual obat sebagai pemakai bahasa. Hal ini juga dapat menjadikan salah satu faktor yang mengakibatkan terciptanya variasi bahasa.
1) Faktor situasi Situasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan bahasa campur kode dalam setiap bahasa yang digunakan oleh kelompok penjual obat ketika menjalankan aktivitasnya mempromosikan jenis obat-obatan yang dijual. dalam penelitian ini, situasi yang dimaksud adalah situasi tempat yakni pasar, dilihat dari situasinya, pengunjung pasar Minggu kecamatan didominasi dengan masyarakat Gorontalo, sehingga bahasa yang digunakan oleh kelompok penjual obat lebih memunculkan bahasa Gorontalo namun divariasiakan dengan bahasa Indonesia.
2) Faktor peserta tutur
Peserta tutur merupakan salah satu penanda yang penting dalam Penggunaan bahasa. faktor peserta tutur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor etnis, tingkat kekerabatan, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan status sosial. Pada kelompok penjual obat faktor usia dan tingkat kekerabatan penutur merupakan faktor penting dalam variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok penjual obat di pasar Minggu, kecamatan Telaga. Faktor usia yang dimaksud merupakan faktor utama dalam menentukan bahasa yang digunakan. Pada peristiwa tutur yang tingkat keakrabannya rendah, maka bahasa Indonesialah yang meruapakan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, jika tingkat keakraban tinggi, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Gorontalo. oleh karena itu, tingkat keakraban yang terjalin antara peserta tutur merupakan salah satu penyebab adanya bahasa yang digunakan dalam komunikasi. Selanjutnya, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan status sosial juaga sangat berpengaruh terhadap adanya penggunaan bahasa oleh penjual obat di pasar Minggu, kecamatan telaga. Hal ini disebabkan karena penutur yang tidak bisa lepas dari pengaruh pergaulan dan berinteraksi sesama penutur.
3) Faktor kebiasaan Faktor selanjutnya yang menjadi penyebabnya adanya penggunaan bahasa yaitu faktor kebiasaan. Faktor kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan para peserta tutur dalam berinteraksi dengan lingkunagn masyarakatnya. Hal ini berdasarkan dari data yang telah terkumpul, dalam data tersebut ditemukan bahwa penjual obat dipasar Minggu, kecamatan Telaga menggunakan bahasa yang bercampur dengan bahasa
Indonesia, bahkan ada yang menggunakan dialek Manado dalam berinteraksi ketika menjalankan aktivitasnya mempromosikan jenis obat-obatan yang dijual. Fakta ini menujukkan bahwa faktor kebiasaan sangat berperan dalam menentukan penggunaan bahasa.