BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Singkat Desa Tanoyan Selatan Pada tahun 1944 sebagian tanaman ditumpas oleh pemerintah Jepang untuk ditanami kapas, padi dan jagung. Pada tahun 1945 pemerintah Jepang membuka pedukuhan yang diberinama “Tanoyan Nojo”. Setelah terbentuknya pedukuhan ini tokoh-tokoh masyarakat bermusyawarah untuk bermohon kepada pemerintah daerah Bolaang Mongodow agar pedukuhan ini dijadikan Desa otonom. Selanjutnya, Kepala desa (Sangadi) yang pernah memimpin Tanoyan Selatan hingga sekarang, diuraikan pada tabel berikut ini:
No 1 2 3 4 5
Tabel 1.1 Nama–nama Sangadi Sesudah Berdirinya Tanoyan Selatan Nama Sangadi Periode Keterangan A.M Bakung 1996 – 2009 Definiitif A.G Paputungan 2002 – 2005 Definitf Drs. Rolly Lomamay 2005 – 2006 Pejabat PLH Aleng Mokoginta 2007 – 2008 Pejabat PLH Urip M Detu 2008 – s/d sekarang Definitif
4.1.2 Kondisi Geografis Desa Tanoyan Selatan Desa Tanoyan Selatan merupakan salah satu dari 14 desa (Kopandakan 2, Mopait, Tungoi 1, Tungoi 2, Tanoyan Utara, Bakan, Lolayan, Mopusi, Matali Baru, Mengkang, Tapa’ Aog, dan Abak yang ada diwilayan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Desa ini 8 km kearah selatan dari ibukota Kecamatan Lolayan. Selanjutnya, iklim Tanoyan sebagaimana di desa-desa lain diwilayah Indonesia yang mempunyai iklim kemarau, penghujan dan pancaroba. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam dan keadaan masyarakat di desa Tanoyan Selatan yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai penambang dan petani,
terutma dimusim kemarau banyak sawah yang hasil produksinya kurang bahkan cenderung tidak digarap. Penggunaan tanah di Desa Tanoyan Selatan sebagian besar diperuntukan untuk lokasi pertambangan Emas sedangkan sisanya merupakan kebun/ladang dan bangunan serta fasilitasfasilitas lainnya.
4.1.3 Keadaan Penduduk Penduduk Desa Tanoyan Selatan terdiri dari 612 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 2255 jiwa. Jumlah penduduk perempuan yakni 1079 orang dan laki-laki berjumlah 1176 orang. Adapun jumlah wajib pilih desa Tanoyan Selatan berjumlah 1655 yang terdiri dari jumlah pemilih perempuan 727 orang dan jumlah pemilih laki-laki adalah 828 orang. Selanjutnya, sekitar 95% penduduk desa Tanoyan Selatan beragama Islam dan sisanya non Islam.
4.1.4 Keadaan Perekonomian Keadaan perekonmian di Desa Tanoyan Selatan masih di dominasi oleh sektor pertambangan sedangkan sektor pertanian hanya menjadi sektor pendukung. Hal ini disebabkan oleh karena sumber pendapatan sebagian besar masyarakat Tanoyan Selatan adalah pendapatan yang berasal dari hasil tambang emas yang ada di desat tersebut. Selain itu, penerimaan desa yang berasal pajak pertambangan disetorkan ke kas pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai pihak yang mempunyai otoritas untuk mengatur dan mengelolah pajak daerah. Selanjutnya, sumber penerimaan desa Tanoyan Selatan diuraikan pada tabe 1.2 berikut ini:
No 1 2
Tabel 1.2 Sumber Penerimaan Desa Tahun Sumber Penerimaan Desa 2008 2009 Pajak Rp. 9.022.883 Rp. 8.909.477 Penerimaan lain Rp. Rp
2010 Rp. 8.882.202 Rp
yan sah DPDK/ADD Rp. 26.243.775 Rp. 27.200.000 Program Rp Rp Pemerintah Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: 3 4
Rp. 27.200.000 Rp
1. Penerimaan lain yang syah yaitu: a. Donatur yaitu sumbangan spontan yang dihimpun pada saat pelaksanaan hajatan/pesta, kotak amal keliling maupun sumbangan perorangan yang dikelolah oleh badan Ta,mirul Mesjid (BTM) b. Penerimaan dari Upah Pungut Pajak c. Penerimaan dari Jasa Ketatausahaan Kantor Desa d. Penerimaan Kesejahteraan Perangkat desa dari Masyarakat 2. DPD-K/ADD adalah dana pembangunan desa yang bersumber dari pemerintah kabupaten. Besaran dana tiap tahun bisa berubah sesuai dengan kebijakan pemerintah. Berikut ini adalah uraian ADD Tanoyan Selatan dalam kurun waktu 5 tahun. Tabel 1.3 ADD Tanoyan Selatan Sumber Penerimaan Desa ADD
Tahun 2009 Rp. 27.200.000
2010 Rp. 27.200.000
2011 Rp. 27.200.000
2012 Rp. 55.891.190
2013 Rp. 50.232.056
3. Program pemerintah lainnya adalah program pemerintah yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat yang teradministrasi dalam tim pengelolah dan kelompok masyarakat yang ada didesa Tanoyan Selatan.
4.1.5 Keadaan Pemerintahan Keadaan pemerintahan Desa Tanoyan Selatan diuraikan sebagai berikut: Tabel 1.4 Keadaan Pemerintahan Desa
No 1 2 3 4 5
Uraian Pelayanan Kependudukan Pemakaman Perijinan Pasar Tradisional Ketentraman dan Tribun
Keberadaan Ada Tidak Ada Ada Ada Tidak Ada
Keterangan
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1). Pelayanan kependudukan dilaksanakan setiap hari jam kerja kadang kala ada juga penduduk yang datang pada sore atau malam hari. Hal ini bisa dimaklumi karena mayoritas penduduk adalah petani atau buruh tani sehingga kesibukan bekerja seharian. 2). Perijinan diantaranya adalah ijin keramaian dan ijin tinggal 3). Ijin keramaian diwajibkan bagi kegiatan yang bisa mendatangkan massa dalam jumlah banyak. Misalnya hiburan rakyat. Ijin ini selain ke pemerintah Desa juga diteruskan ke Polsek. 4). Ijin tinggal diberlakukan kepada warga asing yang bertamu lebih dari 24 jam atau menginap terutama jika bukan keluarga dekat dengan warga setempat. 5). Pasar tradisional tidak ada, warga biasa membeli Bahan dapur kepada Ojek Motor Penjual Sayur atau ke pasar yang ada di Tanoyan Utara. 6). Satuan Linmas memiliki Personel aktif dan siap sewaktu-waktu jika ada kegiatan yang bersifat lokal atau skala kecil. Untuk pengamanan skala sedang dan besar linmas dibantu dari POLSEK dan KORAMIL.
4.1.6 Struktur Organisasi Pemeerintah Desa
BPD
……
Sangadi
Sekretaris Desa
Kadus I
Kadus II
Kadus III
Kadus IV
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Keadaan Geografis Kecamatan Lolayan Kecamatan Lolayan sejak dulu dikenal sebagai wilayah penghasil tanaman padi setelah Dataran Dumoga, wilayahnya berbatasan dengan: Sebelah Utara :
Kota Kotamobagu dan Kecamatan Passi Barat
Sebelah Selatan:
Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Sebelah Barat :
Kecamatan Dumoga Timur
Sebelah Timur : Kecamatan Modayag Barat Desa Tungoi yang menjadi Ibukota dari Kecamatan Lolayan dapat diakses dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado) dengan waktu tempuh - 4 Jam dan berjarak 188 Km. Sementara bila di akses dari Kota Kotamobagu hanya berjarak 6 Km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Topografi Lolayan beragam mulai dari dataran landai sampai berombak berbukit dengan ketinggian tempat 350 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu kota kecamatan.
Luas Kecamatan Lolayan keseluruhannya mencapai 29.700 Hektar atau 8,47 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). Dimana hamparan sawahnya mencapai 3.356,5 hektar (Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). Di tahun 2010 Kecama-tan Lolayan memiliki 14 desa dan semuanya telah berstatus definitif.
Letak kecamatan ini yang berbatasan langsung dengan
wilayah Kota Kotamo-bagu maka, aktivitas ekonomi masyarakat terutama sektor perdagangan banyak dila-kukan di wilayah Kota Kotamobagu. Desa dengan luas terbesar adalah Desa adalah Desa Tungoi yaitu seluas 81,36 km2 atau 27,39 persen dari total luas Kecamatan sedangkan desa yang memiliki luas terkecil adalah Desa Mengkang yaitu hanya seluas 5 km2 atau sebesar 1,68 per-sen dari total luas wilayah Kecamatan.1 4.2.2 Potensi Sumber Daya Pertambangan Di Desa Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow Daerah Tanoyan Selatan dan sekitarnya secara umum berupa pegunungan, perbukitan dan dataran dengan ketinggian antara 190 – 625 m dpl, kemiringan lereng <60%. Morfologi ini umumnya berkembang pada hulu sungai yang bermuara ke sungai utama, sungai-sungai yang mengalir diantaranya S. Tanoyan Kiri, S. Tanoyan Tengah dan S. Amadayoan kesemuanya sungai tersebut mengalir ke arah timur dan selatan. Proses geomorfologi yang dominan adalah proses geologi muda/proses eksogen, seperti pelapukan, longsoran, erosi dan sedimentasi. Batuan penyusun geomorfologi ini terdiri dari tufa dasitik, breksi, andesit dan diorit. Tanoyan dan sekitarnya terdiri dari: 1.
Satuan Tufa Dasitik, berwarna abu-abu kekuningan sebagian lapuk dengan warna pelapukannya berwarna coklat kemerahan, berbutir sedang sampai kasar, menyudut tanggung
1
Profil Kecamatan Lolayan Tahun 2013
sampai membundar tanggung, terpilah buruk sampai sedang, bersusunan dasitan, diselingi oleh lava bersusunan menengah sampai basa. Breksi, abu-abu muda kecoklatan fragmennya terdiri dari tufa terkersikan, dasitik-andesitik tersemenkan oleh tufapasiran. 2.
Satuan Batuan Gunung api, berwarna coklat muda sebagian keabuan lunak, kemas terbuka, porositas buruk, berbutir sedang – kasar, batuan sama sekali tidak termineralisasi.
3.
Batuan Terobosan, tersingkap berupa retas-retas atau cupola, terdiri dari diorit dan andesit.
4.
Diorit berwarna abu-abu muda terang, bertekstur faneritik, berukuran butir menengah, pada beberapa tempat terdapat biotit dominan sebagai mineral tambahan.
5.
Andesit berwarna abu-abu, berbutir halus, tekstur porfiritik, mineral hornblenda, biotit, piroksen, kuarsa dan feldspatoid. Struktur geologi yang utama di daerah penyelidikan berupa sesar mendatar berarah N 250°
E, breksiasi sepanjang sungai Tanoyan kiri, adanya pembelahan arah sungai Tanoyan kiri secara mendadak. Patahan ini terjadi pada satuan tufa dasitik, pada patahan ini muncul dioritik – andesitik menerobos batuan tufa dasitik diikuti oleh larutan hidrotermal yang mengakibatkan pemineralan pada batuan samping.
Gambar 1. Peta Geologi dan Lokasi daerah Tanoyan, Kec. Lolayan
Batuan andesit yang mengalami ubahan merupakan sistem vein tersendiri selain stockwork vein kuarsa, terbagi dalam dua zona yaitu pelempungan dan pengayaan silika, ciri yang khas zona adalah sebagai berikut; Argilitisasi/pelempungan berwarna putih kotor kehijauan, lunak bersifat kaolinit mengandung markasit “whit gold pirit”. Pengayaan silika berwarna putih sampai dengan coklat dengan bentuk vein prismatik mengisi fracture tufa dasit dan sebagian vein prismatik ada yang menembus batuan ubahan. Gejala ubahan di daerah ini terjadi pada batuan samping antara lain propilitisasi, khloritisasi, argilitisasi, seristisasi dan kaolinisasi yang mempunyai warna putih – kotor dan juga warna kelabu kehijauan. Berdasarkan hasil analisis PIMA, jenis mineral ubahan yang berkembang di daerah ini antara lain : halloysite, illite, kaolinite, gipsum Hal ini menunjukkan adanya aktivitas larutan hidrothermal dari arah kedalaman yang juga dicerminkan oleh adanya dike diorit – andesit piroksen di daerah ini. Terobosan batuan andesit piroksen dan diorit ini diindetifikasikan sebagai heat source atau sumber panas yang mengakibatkan terjadinya proses hidrotermal, dimana magma menerobos batuan melalui celah-celah patahan atau rekahan yang pada kondisi temperatur dan tekanan tertentu mengakibatkan terbentuknya zona ubahan pada batuan samping, sedangkan rekahanrekahan dan sesar berperan sebagai channel way dari sistem pembentukan mineralisasi ubahan hidrotermal. Zona urat kuarsa (vainlets) dan zona urat kuarsa menjaring/silang siur (stockwork) ditemukan pada beberapa lubang tambang mempunyai arah umum N 30-60°T, kemiringan 70°-
90°. Zona-zona urat umumnya ditemukan 6 (enam) blok daerah penambangan rakyat, diantaranya: 1. Blok Jalur Tujuh (BT) Ubahan argilit - argilit kaolinitisasi, Kadar bijih Urat: Mn 487 – 581 ppm, As 300 ppm, Pb sr 297 ppm, Zn 259 ppm, Cu 196 ppm, unsur Mo 20 ppm, Au. 2050 – 8740 ppb. Zona mineralisasi : Cu, Pb, Zn, Mn, Au dan Mo. Paragenesa: Pirit,Kalkopirit, Malahkit, Oksida Besi. 2. Blok Rape (RP), Ubahan argilit-argilit kaolinitisasi, Kadar bijih Urat: As 30 - 6000 ppm, Mo 20 ppm, Mn 3372 ppm, Cu 645 ppm, Zn 244 ppm, Pb 185 ppm, Zona mineralisasi: Cu, Pb,Zn, Mn, Mo dan Au. Paragenesa : Pirit (fragmen), Pirit (urat kuarsa) dan Oksida besi. 3. Blok Modopola (MDL) Ubahan argilit-argilit kaolinitisasi,Kadar bijih Urat: Mn 793 – 1864 ppm, sedangkan unsur Pb mempunyai nilai 59 ppm, unsur Zn 58 ppm, unsur As 18 ppm, Au 52 – 9550 ppb, Cu, Ag, Sb dan Mo 10 ppm. Zona mineralisasi: Pb, Zn, Mn, As, Au. Paragenesa: Pirit (fragmen), Pirit (urat) dan Oksida besi. 4. Blok Talong (TLN) Ubahan Silisifikasi, argilit. Kadar bijih Urat : As 7200 ppm, Mn 3580 ppm, Zn 743 ppm, Pb 145 ppm, Cu 74 ppm, Sb 30 ppm, Mo, dan 12 ppm. Au 1890 - 12560 ppm. Zona mineralisasi: Cu, pb, Zn, As dan Au. Paragenesa: Pirit (fragmen, Pirit (urat), Oksida besi. 5. Blok Sondana (SND)
Ubahan argilit, pilik. Kadar bijih Urat: Mn 161 – 217 ppm, Cu 83 ppm, As 65 ppm, Pb 39, Mo 30, Zn 24, Sb 16 ppm, Ag 10 ppm, Au 1350 ppb. Zona mineralisasi : Cu, Pb, Zn, Sb, Mn, Mo dan Au. Paragenesa: Pirit, Oksida besi. 6. Blok Lingkobong (LB) Ubahan argilit, pilik. Kadar bijih Urat : Mn 739 – 1864 ppm, Pb 59 ppm, Zn 58 ppm, Cu 25 ppm, As 18 ppm, Au 9550 ppb. Zona mineralisasi : Cu, Pb, Zn, Mn, As dan Au. Paragenesa: Pirit, Oksida besi.
Gambar 2. Peta Ubahan dan Mineralisasi daerah Tanoyan Selatan , Kec. Lolayan2
Sektor pertambangan dan energi di Kabupaten Bolaang Mongondow cukup berperan penting dalam memasok pendapatan daerah/masyarakat ataupun pemberi lapangan kerja. Berdasarkan pengembangan dan peningkatan yang telah dilakukan selama ini diidentifikasi peran bahan galian mineral terutama (emas) secara regional sudah mulai terlihat dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Disadari bahwa pengembangan sumber daya mineral memerlukan waktu lama, biaya, teknologi dan ketrampilan tinggi serta tergantung sekali pada keadaan pasar luar negeri yang dewasa ini masih dilanda kelesuan ekonomi. Kegiatan pertambangan emas di desa Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow telah berlangung sejak tahun 1986. Penambangannya dilakukan secara sederhana baik teknologi maupun alat-alat yang digunakan, kegiatan ini dikerjakan oleh masyarakat setempat. Adapun teknik pengerjaanya dilakukan dengan cara menggali lubang dengan menggunakan betel dan linggis. Salah satu lokasi kegiatan pertambangan emas yang cukup berhasil terdapat di Desa Tanoyan Selatan secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Lolayan. Berdasarkan ijin pertambangan dari pemerintah, daerah tersebut merupakan Wilayah Pertambangan Skala Kecil (PSK). Luas areal WPR Tonayan Selatan ini sekitar 100 Ha. Potensi emas primer di daerah tersebut sebesar 118.590 ton bijih dengan kadar 9,72 gram/ton.3 Potensi emas di Desa Tonayan Selatan belum diusahakan secara maksimal, karena diperlukan biaya investasi yang cukup tinggi dan teknologi yang digunakan tidak dapat secara sederhana. Sehingga uluran tangan dari pemerintah dalam menangani hal ini, terutama dari
2
T. Apandi dan S. Bachri, Peta Geologi Lembar Kotamubagu Sulawesi, (Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Geologi. Bandung, 1997) 3
Hartono Lahar, Dkk, Laporan Hasil Kegiatan Evaluasi Sumber Daya Dan Cadangan Bahan Galian
Pertambangan Skala Kecil. Daerah Lembar Manado. Sulawesi Utara. (Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Bandung 2004)
Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow sangat diperlukan bila hendak mengembangkan sektor pertambangan sebagai pendapatan asli daerah. Kebijakan pengembangan usaha pertambangan telah menggariskan meningkatkan usaha inventarisasi kekayaan bahan tambang melalui kegiatan ekplorasi secara terpadu, berama-sama dengan pelaku ekonomi baik swasta nasional maupun swasta asing. Pengembangan usaha pertambangan merupakan langkah untuk menyediakan kebutuhan bahan baku industri di dalam negeri, meningkatkan ekspor dan penerimaan negara, mendukung pengembangan wilayah, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui penguasaan teknologi pertambangan. 4.2.3 Dampak Sosial Pertambangan Rakyat Di Desa Tanoyan Selatan Mayoritas penduduk Desa Tanoyan Selatan yang pada awalnya bergerak di sektor pertanian kini mulai beralih meninggalkan sektor pertanian tersebut dengan menjadi pekerja di sektor pertambangan Rakyat. Proses peralihan ini disebabkan oleh keadaan sektor pertanian yang belum mampu menjamin kesejahteraan para petani. Sehingga untuk menjamin kesejahteraan hidup, para pekerja sektor pertanian pun mengalihkan mata pencaharianya pada sektor pertambangan. Dampak kehadiran Tambang Rakyat bagi masyarakat Desa Tanoyan Selatan tidak hanya terlihat pada perubahan struktur mata pencaharian saja, melainkan juga pada aspek sosial dan ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan masyarakat, pelapisan sosial, kesempatan kerja sektor pertanian dan non pertanian, serta tingkat konflik yang terjadi di masyarakat sebagai akibat adanya perubahan kondisi lingkungan. Dimana, terjadinya kerusakan lingkungan yang berdampak pada kesehatan masyarakat setempat merupakan faktor pemicu konflik antara masyarakat yang berprofesi selain penambang dengan masyarakat penambang.
Berkaitan dengan hal tersebut,
maka peneliti menggambarkan
dampak sosial
Pertambangan Rakyat di Desa Tanoyan Selatan sebagai Berikut: 4.2.3.1 Kesempatan Kerja Bagi Masyarakat Tanoyan Selatan Pada awalnya, mayoritas masyarakat Desa Tanoyan Selatan bergerak di sektor pertanian. Sebelum adanya industri pertambangan, wilayah Desa Tanoyan Selatan dikelilingi oleh area pegunungan. Di bawah pegunungan tersebut terdapat area persawahan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai sumber utama pemenuhan kebutuhan hidup. Kesempatan kerja pertanian terbuka luas karena lahan pertanian masih sangat luas. Pada kondisi sebelum ada pertambangan, mayoritas masyarakat Tanoyan Selatan disetiap kategori lapisan sosial menyatakan bahwa kesempatan kerja sektor pertanian paling banyak dibandingkan sektor pekerjaan lainnya. Hal ini sesuai dengan sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Munas Dolot sebagai Tokoh Masyarakat Tanoyan Selatan, beliau mengatakan bahwa: “Sebelum ada tambang di Tanoyan selatan ini, torang pe karja cuma ba kobong serta ada juga yang ba sawah. Pada saat panen so mulai, torang rame-rame pigi dikobong. Kong torang pe hasil panen juga lumayan banya”.4 Maksud dari perkataan informan tersebut adalah sebagai berikut: “Sebelum adanya tambang emas didesa mereka, mata pencaharian sebagian besar masyarakat setempat adalah petani, bahkan pada setiap panen tiba masyarakat selalu berbondong-bondong pergi ke lokasi perkebunan atau persawahan. Selain itu, komoditas hasil perkebunan maupun persawahan sangat melimpah”. Dari hasil wawancara tersebut di atas menunjukan, bahwa sebelum adanya kegiatan pertambangan, masyarakat di desa Tanoyan Selatan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini didukung oleh kondisi lahan pertanian yang masih subur sehingga hasil pertanian yang diperoleh masyarakat setempat di rasa mampu menjamin kesejahteraan para
4
Wawancara. Munas Dolot, 02 Juli 2013
petani tersebut. Dimana terjadi peningkatan komoditas hasil perkebunan maupun persawahan pada saat belum adanya tambang emas di desa Tanoyan selatan. Kondisi kesempatan kerja di sektor pertanian mengalami perubahan seiring dengan banyaknya lahan pertanian yang dijual oleh masyarakat kepada pihak yang memiliki modal usaha, sehingga para pemilik modal usaha secara langsung mengalih fungsikan lahan pertanian menjadi lahan tambang emas bagi mereka. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan dari Ketua BPD Desa Tanoyan Selatan, belaiu mengatakan bahwa: “Kalo disini, dulu itu sebagian besar torang disini cuma petani. Trus torang pe lahan pertanian juga masih luas. Kalo sekarang lahan so tinggal sempit kong petani so tinggal sadiki karena lahan so tidak ada. Jadi petani disini cuma yang punya lahan saja”.5 Maksudnya adalah sebagai berikut: “Kalau disini, dulu itu hampir semuanya jadi petani. Soalnya pada saat dulu masyarakatnya sebagian besar memiliki lahan pertanian. Kalau sekarang lahan pertanian sudah jadi berkurang, palingan yang jadi petani ya cuma yang punya lahan saja”. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kehadiran industri pertambangan di desa Tanoyan Selatan berdampak negatif pada luas lahan sektor pertanian yang dimiliki warga setempat. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kesempatan kerja sektor pertanian. Kemudian kesempatan kerja non pertanian sangat sulit di jangkau. Usaha non pertanian seperti membuka warung, membutuhkan biaya atau modal yang tidak sedikit. Selain itu, faktor pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat tidak memiliki keterampilan lain selain di bidang pertanian. Akibatnya masyarakat tidak mampu bersaing dengan pihak lainnya untuk bekerja di sektor non pertanian. Namun kondisi tersebut berubah setelah adanya kehadiran lokasi pertambangan rakyat di Desa Tanoyan Selatan. Pertambangan Rakyat tersebut, mampu
5
Wawancara. Labot Mamonto, 02 juli 2013
memberikan kesempatan kerja baru bagi masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal ini Sangadi Desa Tanoyan Selatan mengungkapkan bahwa: “Dengan adanya lokasi pertambangan rakyat di desa kami telah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat khususnya pada sektor non pertanian. Selanjutnya, kegiatan Pertambangan Rakyat ini juga banyak diminati oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat pendatang dari berbagai daerah atau desa. Ini terlihat dengan semakin banyaknya pendatang dari berbagai wilayah yang datan untuk mengais rejeki di desa kami”.6 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Sekretaris Desa Tanoyan mengungkapkan bahwa: “Selain memberikan kesempatan kerja, dampak positif kehadiran Pertambangan Rakyat juga dirasakan oleh para pedagang di sekitar pertambangan. Peningkatan ekonomi dirasakan oleh para pedagang setelah hadirnya lokasi pertambangan rakyat tersebut. Banyak para pekerja yang ketika beristirahat makan di warung milik pedagang, karena tidak sempat untuk pulang ke rumah”.7 Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka dapat digambarkan bahwa kesempatan kerja bagi masyarakat setempat sebelum adanya Tambang Rakyat masih banyak bergerak pada sektor pertanian. Namun dengan kehadiran Tambang Rakyat tersebut, para petani sudah banyak yang mengalihkan mata pencahariannya pada sektor tambang rakyat sehingga menyebabkan semakin sedikitnya kesempatan kerja bagi sektor pertanian. Kondisi ini terjadi karena kesempatan kerja pada sektor pertambangan lebih terbuka lebar dan penghasilannya lebih menjanjikan kesejahteraan masyarakat desa Tanoyan Selatan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan tambang emas di Tanoyan Selatan tidak hanya berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Namun hal ini juga akan menimbulkan masalah baru bagi kelestarian lingkungan yang ada di sekitarnya. Dimana hasil pengolahan tambang menyisakan limbah yang dapat mencemari sungai dan akan berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan pertambangan tersebut.
6
Wawancara. Urip Detu, 05 Juli 2013
7
Wawancara. Sehan Yakub, 05 Juli 2013
4.2.3.2 Pendapatan Masyarakat Desa Tanoyan Selatan Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Sementara peningkatan pendapatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan pekerjaan dengan upah yang dapat menjamin kesejahteraan hidup masyarakat tersebut. Keberadaan Tambang Rakyat bukan hanya mampu menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat yang ingin bekerja pada sektor non pertanian, akan tetapi juga mampu meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sehingga dapat menjamin kesejahteraan hidup. Menurut salah satu anggota masyarakat yang berprofesi “penambang” bahwa: “Torang sebagai penambang sangat senang dengan adanya Tambang Emas di Tanoyan ini, soanya mo cari uang termasuk so gampang deng capat alias nyanda butuh waktu yang lama, trus depe penghasilan juga lumayan banyak dibanding dengan cuma mo pigi ba ambe gaji harian pa orang pe kobong, baru depe gaji juga cuma Rp.50.000 per hari. kalo di tambang lebe dari itu yang torang mo dapa”.8 artinya: “kami sebagi penambang sangat senang dengan adanya tambang emas di tanoyan ini, soalnya untuk mendapatkan uang sangat mudah dan cepat serta tidak membutuhkan waktu yang lama, kemudian pengahsilannya juga cukup lumayan dibandingkan dengan menjadi pekerja kebun yang di gaji Rp.50.000 per hari. Penghasilan tambang lebih besar dari upah buruh atau pekerja kebun”. Hal senada juga diungkapkan oleh anggota masyarakat lain, bahwa: “Kita lebe suka mancari ditambang daripada harus bakobong, soanya kalu ba kobong depe proses lumayan lama, kalu ditambang cuma dengan hitungan hari kita so ada hasil, makanya kita lebe suka jadi penambang ketimbang jadi petani”.9
Artinya: 8
Wawancara. Zainal Ansik, 15 Juli 2013
9
Wawancara. Alik Detu,15 Juli 2013
“Saya lebih suka mencari nafkah dilokasi tambang ketimbang harus bekerja di kebun atau bertani, soalnya bertani membutuhkan waktu yang lumayan lama, kalau di tambang hanya hitungan hari saya sudah ada hasil, makanya saya lebih sukan jadi penambang daripada jadi petani”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa terlihat perbedaan penghasilan antara para pekerja sektor pertanian dengan para pekerja tambang. Keberadaan tambang rakyat di desa Tanoyan selatan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang berprofesi penambang yang ada di desa setempat. Selanjutnya, perbedaan pendapatan buruh tani dan buruh tambang diuraikan pada tabel.1 berikut ini: Tabel. 1.5 Pendapatan Buruh Tani dan Buruh Tambang No
Jenis Mata Pencaharian
Buruh Tani 1 Buruh Tambang 2 Sumber Data: Kantor desa Tanoyan Selatan 2013
Pendapatan rata-rata/hari Rp. 50.000 Rp. 200.000
Berkaitan dengan hal ini Ketua LPM Desa Tanoyan menuturkan bahwa: “sebagian masyarakat yang berprofesi penambang dengan yang punya lokasi tambang pa torang pe desa ini so boleh dikatakan banyak doi karena rata-rata dorang so ada oto dengan motor kong dorang pe rumah so bagus-bagus”.10 Artinya: “sebagain masyarakat yang berprofesi sebagai penambang dan pemilik lokasi pertambangan di desa Tanoyan Selatan sudah bisa dikatakan sejahtera (banyak uang) karena rata-rata mereka sudah memiliki kenderaan pribadi seperti mobil dan sepeda motor serta memiliki tempat tinggal (rumah) yang bagus atau nyaman ditempati”. Darl hasi wawancara tersebut diatas, dapat digambarkan bahwa profesi atau pekerjaan sebagai penambang merupakan profesi yang dapat menjamin kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat yang ada di Desa Tanoyan. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah 10
Wawancara. Ismet Olii, 20 Juli 2013
kenderaan pribadi berupa mobil dan sepeda motor yang dimiliki oleh masyarakat berprofesi penambang dan para pemilik lokasi pertambangan. Secara faktual, kondisi tersebut di atas menunjukan proses pergeseran perubahan status sosial di kalangan para pekerja sebelum dan setelah adanya kegiatan pertambangan di desa Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow. Dimana masyarakat setempat yang berprofesi penambang atau para pemilik tambang yang sebelumnya berprofesi petani, saat ini sudah memiliki status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya. 4.2.3.3 Kepemilikan Lahan Pertanian oleh Masyarakat Tanoyan Selatan Pada umumnya masyarakat di Desa Tanoyan Selatan bekerja pada dua sektor sekaligus yakni sebagai petani dan penambang atau pekerja tambang. Salah satu dampak negatif keberadaan tambang emas adalah semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat desa Tanoyan Selatan. Dimana pada tahun 2013 luas lahan pertanian desa Tanoyan Selatan berkisar 800.000 m2 atau 800 Ha, sedangkan luas lahan pertambangan adalah 100.000 m2 atau 100 Ha.11 Perluasan lokasi pertambangan di Desa Tanoyan Selatan merupakan faktor utama yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian di desa tersebut. Menurut salah seorang pemilik lokasi tambang emas bahwa: “Sebagian besar kobong warga setempat torang so bekeng jadi lokasi tambang emas karena kondisi tanah-tanah itu juga banyak mengadung kadar emas yang cukup tinggi”.12
Artinya: “Sebagian besar tanah perkebunan dijadikan lahan pertambangan oleh warga setempat karena tanah-tanah tersebut menyimpan kadar emas yang cukup tinggi”. Selanjutnya seorang Tokoh Masyarakat menambahkan bahawa:
11 12
Profil Desa Tanoyan Selatan Tahun 2013 Wawancara. Suadi Dundo, 27 Juli 2013
“Karena para petani nda tau kalo dorang pe kobong itu ada emas, adakalanya dorang seenaknya ba jual kobong pa orang yang ada doi. Nanti so ta jual kong dorang so bekeng lokasi tambang, baru itu dorang mo manyasal”.13 Artinya: “Karena ketidaktahuan para petani mengenai kualitas lahan perkebunan yang mereka miliki sehingga mereka tanpa berpikir matang langsung menjual lahan tersebut kepada orang-orang yang memiliki modal uang. Setelah dijual dan dijadikan lokasi tambang emas oleh pemilik modal kemudian mereka menyesal”. Kemudian salah seorang anggota masyarakat Tanoyan Selatan menuturkan bahwa: “Saya pernah menjual lahan perkebunan, kebetulan juga lahan itu terletak tidak jauh dari lokasi pertambangan warga. Saya menjualnya karena waktu itu saya lagi butuh biaya untuk menyekolahkan anak saya ke tingkat perguruan tiggi. Dan sekarang lahan tersebut telah berubah menjadi lokasi pertambangan”. 14 Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pemanfaatan lahan pertanian untuk dijadikan lokasi pertambangan warga disebabkan oleh ketidaktahuan pemilik lahan perkebunan tentang kualitas lahan pertanian yang dimiliki oleh warga setempat. Ketidaktahuan pemilik lahan akan kualitas lahan mereka sengaja di gunakan oleh para pemiliki modal untuk membeli lahan milik petani dengan harga yang lumayan murah.
Kondisi ini merupakan faktor yang
menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Terjadinya proses alih fungsi lahan tersebut menyebabkan tingkat mobilitas masyarakat yang bergerak pada sektor pertambangan lebih besar daripada masyarakat yang bergerak pada sektor pertanian. Mobilitas masyarakat setempat yang semakin tinggi akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow. 4.2.3.4 Hubungan Antara Warga
13
Wawancara. Isak Simbala, 27 Juli 2013
14
Wawancara. Rajiun Leong, 04 Agustus 2013
Pada awalnnya hubungan antara sesama warga Tanoyan saat masih cukup baik. Ini terlihat dengan masih eratnya kehidupan gotong royong dan saling membantu antar sesama warga Tanoyan Selatan. Namun dengan adany kehadiran Tambang Emas kehidupan sosial masyarakat Desa Tanoyan Selatan perlahan-lahan sudah mulai berubah. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya tenaga kerja migran yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut. Menurut Kepala Desa Tanoyan bahwa: “Dari waktu ke waktu, para tenaga kerja yang datang untuk mengais rejeki di desa kami semakin meningkat. Mereka datang dari berbagai daerah dan mempunyai kebiasaan atau budaya daerah masing-masing sehingga hal ini berpengaruh kehidupan sosial masyarakat di desa ini terutama kehidupan para remaja di desa kami. Para remaja sekarang lebih suka berkumpul bersama penambang yang datang dari luar daerah tersebut dan lebih suka mengkonsumsi minuman beralkohol secara ramai-ramai. Bahkan jumlah warung yang menjual minuman beralkohol semakin bertambah karena rata-rata para pekerja yang datang dari luar senang mengkonsumsi minuman beralkohol. Tidak sedikit juga masyarakat yang mengeluhkan hal tersebut karena perilaku para remaja dapat mengancam ketertiban dan keamanan didesa ini”.15 Selanjutnya Sekretaris desa Tanoyan Selatan menambahkan, bahwa: “selama belum adanya tambang emas di desa kami, hubungan antara warga di desa kami masih terlihat baik-baik saja. Namun setelah hadirnya lokasi pertambangan di desa ini, sering gesekan-gesekan yang menjurus kepada perkelahian antar warga, apa terlebih perkelahian antara para remaja”.16 Hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa parilaku para tenaga kerja migran dapat mempengaruhi perilaku masyarakat yang ada dilingkungan pertambangan. Dimana kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yang diperlihatkan oleh para tenaga kerja migran akan memberikan dampak yang tidak baik bagi warga setempat terutama para remaja yang berada disekitarnya. Karena dalam kurun waktu tertentu, remaja dilingkungan setempat akan ikut-ikutan mingkonsumsi minuman beralkohol dengan para pekerja yang datang dari luar daerah. 15
Wawancara. Urip Detu, 04 agustus 2013
16
Wawancara. Sehan Yakub, 04 Agustus 2013
Berkaitan dengan hal tersebut, seorang tenaga kerja migran juga menuturkan bahwa: “Torang datang di desa ini for mancari uang buat keluarga yang ada dikampung, soanya tambang emas disini lumayan bagus, depe lokasi tambang dekat kong depe hasil emas juga lumayan banya. Torang so betah tinggal disini, soanya depe orang-orang disini bagus mo ba tamang akang, apalagi kalo so waktu pembagian uang hasil kongsi tambang, torang sama-sama ba minum dengan dorang disini sampe pagi”.17 Artinya: “Kami datang dengan tujuan untuk mencari nafkah buat keluarga kami yang ada dikampung, tambang emas disini lumayan bagus karena lokasi pertambangan sangat dekat dan hasil emasnya juga lumayan banya. Kami betah tinggal di desa ini karena warga setempat sangat baik diajak berteman, apalagi pada saat pembagian uang hasil kerja ditambang, setelah itu kami mengajak teman-teman disini untuk mengkonsumsi minuman beralkohol”. Dari hasil wawancara tersebut, maka dapat diketahui bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman secara ramai-ramai yang diperlihatkan oleh penambang yang datang dari luar daerah dengan masyarakat atau remaja di desa Tanoyan Selatan merupakan hasil dari transformasi budaya, adat dan kebiasaan sehingga hal ini berpengaruh terhadap munculnya konflik diantara masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang. Kondisi ini memberikan dampak negatif terhadap proses perubahan sosial yang terjadi terjadi ditengah-tengah masyarakat Berkaitan dengan hal ini, Sekretaris Desa Tanoyan Selatan mengungkapkan bahwa: “Di desa kami sering terjadi perkelahian para remaja, baik sesama remaja di desa ini maupun remaja dengan para penambang. Penyebab utama perkelahian tersebut di oleh minuman beralkohol serta tidak transparannya kepala Pekerja (Kongsi) dalam pembagian uang hasil kerja di tambang”.18 Berdasarkan uraian wawancara tersebut, dapat digambarkan bahwa keberadaan tambang yang disertai dengan meningkatnya masyarakat pendatang dapat menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antar sesama warga setempat, baik sesama warga Tanoyan Selatan maupun warga pendatang. Ditambah lagi kebiasaan buruk yang dibawah oleh masyarakat 17
Wawancara. Werdi Yosep, 08 Agustus 2013
18
Wawancara. Sehan Yakub, 08 Agustus 2013
pendatang yang menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya bagi masyarakat setempat. Karena “mau tidak mau” masyarakat setempat dengan sendirinya akan terpengaruh dan mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruk yang ditunjukan oleh masyarakat pendatang atau para pekerja migran yang sudah lama berada di lingkungan tersebut. Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan sosial yang akan menjurus kepada konflik horizontal yang lebih besar lagi. Terjadinya kesenjangan sosial dan konflik horizontal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah gesekan yang terjadi akibat benturan berbagai budaya yang di bawa oleh masyarakat pendatang dengan budaya yang dimiliki masyarakat setempat.